Teori Karl Marx
Karl Marx dan Marxisme
Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di
Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun
1818. lahir setelah perang Napoleon, dan setahun
setelah David Ricardo meluncurkan bukunya “The
Principles of Political Economy”. Dia merupakan
pendiri Idiologi komunis yang sekaligus merupakan
seorang teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya
sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis,
sosiologis, dan seorang revolusionir. Merupakan
seorang profesor dalam berbagai ide yang Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-
pemikir lainnya. Setelah menyelesaikan gelar Ph. D dalam filsafat pada tahun 1841 di
Bonn, Berlin, dan Jena. Maka dari sinilah karier Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx
merupakan adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David
Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme
merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel.
Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia
menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum
proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-
jam dengan upah minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum
kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh.
Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi"
dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk
mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme
diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx
kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari
marxisme.
Teori Kelas
Dalam uraiannya, Marx menyebut dua kelas saja yang paling berpengaruh,
yaitu kaum kapitalis atau pemilik modal dan kaum buruh atau mereka yang hidup
dengan menjual tenaga kerja sendiri. Dalam sistem produksi kapitalis, dua kelas ini
saling berhadapan. Keduanya saling membutuhkan: buruh hanya dapat bekerja
apabila pemilik membuka tempat kerja baginya. Majikan hanya beruntung dari
pabrik dan mesin-mesin yang dimiliki apabila ada buruh yang mengerjakannya. Tetapi
saling ketergantungan ini tidak seimbang. Buruh tidak dapat hidup kalau ia tidak
bekerja. Ia tidak dapat bekerja kecuali diberi pekerjaan oleh seorang pemilik.
Sebaliknya, meskipun si pemilik tidak mempunyai pendapatan kalau pabriknya tidak
berjalan, tetapi ia masih bisa bertahan lama. Ia dapat hidup dari modal yang
dikumpulkannya selama pabriknya bekerja atau ia dapat menjual pabriknya. Oleh
karena kelas-kelas pekerja tergantung dari sarana agar dapat hidup, kelas-kelas
pekerja dapat dikontrol oleh kelas-kelas pemilik. Itu berarti bahwa para pemilik dapat
menghisap tenaga kerja para pekerja, jadi mereka hidup dari penghisapan tenaga
mereka yang harus bekerja. Kelas-kelas pemilik merupakan kelas-kelas atas dan
kelas-kelas pekerja merupakan kelas-kelas bawah dalam masyarakat. Kedua kelas ini
berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi
terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan
selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa
rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan
hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan
sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar
akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.
Negara Kelas
Sebagaimana sudah disinggung di atas bahwa menurut Marx, semua sistem
ekonomi sampai sekarang ditandai oleh adanya kelas-kelas bawah dan kelas-kelas
atas. Struktur kekuasaan dalam bidang ekonomi itu tercermin juga dalam bidang
politik. Salah satu pokok teori Karl Marx adalah bahwa negara secara hakiki
merupakan negara kelas, artinya negara dikuasai secara langsung atau tidak langsung
oleh kelas-kelas yang menguasai bidang ekonomi. Dengan kata lain, kalau kita
menerima bahwa individu-individu condong untuk mengidentifikasikan diri dengan
kepentingan-kepentingan kelas sosial mereka, dan bahwa kelas-kelas sosial condong
untuk selalu bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka dapat ditarik
kesimpulan bersyarat bahwa apabila negara tidak dikuasai oleh seluruh masyarakat,
melainkan hanya oleh sebagiannya, misalnya satu kelas, entah kelas itu menguasai
bidang ekonomi atau tidak, maka Negara akan merupakan negara kelas. Negara akan
mengutamakan kepentingan kelas itu dan kepentingan sekutu-sekutunya, dan
menindas semua usaha kelas-kelas sosial lain yang mengancam monopoli itu. Ini
tidak berarti bahwa kesejahteraan kelas-kelas bawah sama sekali tidak diusahakan.
Tetapi usaha itu dibatasi oleh syarat bahwa kepentingan kelas yang berkuasa tidak
sampai tersentuh. Lebih dari itu, kelas yang berkuasa biasanya memakai
kekuasaannya untuk menikmati berbagai kemudahan. Jadi, negara pertama-tama
tidak bertindak demi kepentingan umum, melainkan demi kepentingan kelas-kelas
atas. Menurut Marx, negara kelas seperti yang disebutkannya di mana-mana mudah
ditemukan.