Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
BAB III
URAIAN PROSES
Proses pengolahan tebu menjadi gula kristal di PG. Pesantren Baru terbagi
atas 5 stasiun :
1. Stasiun Gilingan
2. Stasiun Pemurnian
3. Stasiun Penguapan
4. Stasiun Masakan/Kristalisasi
5. Stasiun Putaran
6. Stasiun Penyelesaian
III.1 Stasiun Gilingan
III.1.1 Tahap Persiapan/Emplacement
Tahap persiapan/emplacement adalah tahapan pertama tebu masuk ke
areal pabrik. Tujuan dari stasiun ini adalah menampung tebu sebelum masuk ke
stasiun gilingan. Jenis tebu yang diterima atau masuk ke PG. Pesantren Baru
antara lain :
a. TS (Tebu Sendiri)
Jenis tebu ini merupakan tebu khusus yang dikelola oleh pabrik
dan diharapkan kualitasnya lebih terjamin daripada jenis tebu lain yang
masuk ke pabrik.
b. TR (Tebu Rakyat)
- TRIK (Tebu Rakyat Intensifikasi Kredit)
- TRM (Tebu Rakyat Mandiri)
Di PG. Pesantren Baru, tebu berasal dari perkebunan tebu milik sendiri
dan petani/rakyat yang disuplai dari berbagai daerah di seluruh Kabupaten Kediri
dan Blitar. Untuk keperluan pengangkutan tebu ini, pabrik mengeluarkan SPTA
(Surat Perintah Tebang Angkut). SPTA ini untuk mengontrol jumlah tebu yang
masuk ke pabrik agar tidak berlebih atau berkurang. Syarat tebu diterima adalah
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-1
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
tebu yang mempunyai persen brik diatas 17, dan tidak terlalu banyak mengandung
kotoran seperti daduk, pucukan, akar, dan sogolan. Tebu mulai ditebang atau
dipanen setelah cukup umur. Umur tebu masak tergantung pada jenis tebu, ada 3
macam yaitu : - Tebu masak awal = 10 bulan.
- Tebu masak tengah = 12 bulan.
- Tebu masak akhir = 14 bulan.
Uji Visual untuk Pedoman Kualitas Tebu :
* Mutu A = MBS Plus
- Tebangan Once/Dongkel, pada Puncak Masak.
- Bersih Mutlak (bebas daduk, pucuk, tanah, akar, sogolan, tebu mati).
- Batang besar, lurus, tidak di cacah, sangat segar, ruas normal.
* Mutu B = MBS → Layanan Biasa
- Masak Optimal, tidak di cacah, bebas sogolan.
- Bersih (sedikit daduk, pucuk, tanah, akar, tebu mati).
- Segar
- Batang agak besar, agak bengkok, ruas medium/sedang.
* Mutu C = Kotor → Diengsel/dikembalikan
- Ada daduk, pucuk, tanah, akar, sogolan, tebu mati.
- Batang kecil, bengkok, ruas pendek, di cacah.
- Agak wayu, tercampur tebu mati.
* Mutu D = Sangat Kotor → Ditolak
- Banyak (daduk, pucuk, tanah, akar, sogolan).
- Tebu mati, wayu, dan sangat muda.
- Batang kecil, bengkok, sangat pendek, banyak cacahan.
* Mutu E = Terbakar
Pada PG. Pesantren Baru jenis tebu yang masuk diharapkan termasuk
mutu A atau mutu B, agar produksi gula yang dihasilkan baik.
Pada tahap ini, tebu yang telah ditebang akan diangkut dengan truk atau
lori yang ditimbang sebelum masuk penggilingan. Tujuannya yaitu untuk
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-2
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
mengetahui jumlah tebu yang masuk tiap hari produksi. Pabrik Gula Pesantren
Baru mempunyai 4 bongkaran timbang, yaitu :
1. Crane Utara : Tebu (yang masih tercampur kotoran) diangkut dengan truk
lalu ditimbang dengan timbangan digital, setelah ditimbang tebu diangkut
dengan lori menuju meja tebu.
2. Crane Selatan : Tebu (yang masih tercampur kotoran) diangkut dengan
truk lalu ditimbang dengan timbangan digital, setelah ditimbang tebu
diangkut dengan lori menuju meja tebu.
3. Crane Meja Tebu Barat : Tebu (yang bebas kotoran) diangkut dengan truk
lalu langsung menuju meja tebu sebelah barat.
4. Crane Meja Tebu Timur : Tebu (yang bebas kotoran) diangkut dengan truk
lalu langsung menuju meja tebu sebelah timur.
Penimbangan langsung dilakukan terhadap tebu sehingga langsung dapat
diketahui berat tebu yang sebenarnya. Setelah ditimbang maka tebu-tebu akan
dibawa ke cane feeding table untuk kemudian dipotong-potong di cane cutter.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-3
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
air imbibisi
Ca(OH)2
ampas
nira mentah Ca(OH)2
SO2
flokulant
nira jernih asam phospat
uap nirakondensat
nira kental uap nira
stroop A, stroop C, klare SHS, klare D
tetes
Gambar 3.1 Blok Diagram Proses Pengolahan Gula Sederhana
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-4
Bahan baku (tebu)Unit
penggilinganUnit
pemurnian
Unit evaporat
orUnit
kristalisasi
Unit putaran
Unit penyeles
aianProduk
gula
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
III.1.2 Tahap Gilingan
Stasiun gilingan bertujuan untuk memisahkan sebanyak mungkin nira
yang terkandung dalam tebu. Pada stasiun gilingan ini terdapat lima unit gilingan
yang dipasang seri dan masing-masing gilingan terdiri dari tiga buah roll, yaitu
roll atas (top roll), rol depan dan rol belakang.
Proses pada stasiun gilingan dimulai dengan pengangkutan tebu, kemudian
diangkut ke meja tebu (cane table) menggunakan. Terdapat dua unit cane table,
dari cane table ini tebu yang akan dikeluarkan diatur oleh operator meja tebu agar
tidak terlalu banyak tebu yang masuk ke cane carrier. Cane carrier tebu dibawa
ke cane cutter I yang digunakan untuk mencacah dan dibawa pada cane cutter II
yang digunakan untuk mencacah untuk ukuran yang lebih kecil, selanjutnya
dibawa ke carding drum yang digunakan untuk meratakan permukaan sebelum
dibawa ke Heavy Duty Hammer Schredder untuk membuka sel-sel tebu menjadi
serabut-serabut agar tebunya pecah dan pemerasan dapat semaksimal mungkin
untuk mendapatkan nira sebanyak mungkin. Serabut-serabut tebu diangkut
menuju stasiun penggilingan dengan menggunakan elevator nira.
Uraian proses pada gilingan adalah sebagai berikut :
1. Gilingan I
Serabut-serabut tebu dari elevator nira masuk dan diperah oleh gilingan I.
Nira mentah hasil dari gilingan I dialirkan ke bak penampung nira. Sedangkan
ampasnya dibawa menuju gilingan II melalui elevator.
2. Gilingan II
Ampas dari gilingan I digiling kembali dengan menggunakan gilingan II.
Nira mentah hasil gilingan II dialirkan ke bak penampung nira. Nira mentah hasil
gilingan I dan II yang terdapat pada bak penampung kemudian dipompa menuju
Rotary Drum Filter dan kemudian menju bak pengendap berpasir dengan tujuan
untuk memisahkan nira bersih dari ampas dan kotoran yang berupa pasir yang
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-5
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
masih terbawa, ampas yang masih tersisa dikembalikan menuju ke ampas masuk
gilingan II kemudian ampasnya dibawa ke gilingan III melalui elevator.
3. Gilingan III
Ampas dari gilingan II digiling di gilingan III. Nira mentah hasil dari
gilingan III dipompa dan dialirkan untuk digunakan sebagai nira imbibisi pada
ampas gilingan I. Sedangkan ampasnya dibawa ke gilingan IV.
4. Gilingan IV
Ampas dari gilingan III digiling di gilingan IV. Nira mentah hasil dari
gilingan IV dipompa dan dialirkan untuk digunakan sebagai nira imbibisi pada
ampas gilingan II. Sedangkan ampasnya dibawa ke gilingan V.
5. Gilingan V
Ampas dari gilingan IV sebelum masuk gilingan V ditambah dengan air
imbibisi yang merupakan air panas yang berasal dari air kondensat positif yang
masih mengandung gula dan suhunya 80°C. Nira hasil dari gilingan V dipompa
dan dialirkan untuk digunakan sebagai nira imbibisi pada gilingan III. Ampas dari
gilingan V dibawa menuju boiler dengan menggunakan conveyor, ampas tersebut
siap digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Penambahan air imbibisi bertujuan untuk memerah nira semaksimal
mungkin dari ampasnya. Ada dua jenis air imbibisi, yaitu imbibisi yang berasal
dari kondensat positif dan air imbibisi yang berasal dari nira.
Penambahan air imbibisi ini berkisar antara 20-25 % dari berat tebu yang
digiling. Penambahan air imbibisi ini harus benar-benar diperhatikan karena
apabila kurang dari 20 % pemerahan nira dan ampas kurang efektif sehingga
masih banyak gula yang terikut pada sabut dan apabila lebih dari 25% maka beban
pada stasiun penguapan (evaporator) akan semakin berat sehingga energi yang
dibutuhkan semakin banyak.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-6
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.2 Blok Diagram Proses Stasiun GilinganIII.2 Stasiun Pemurnian
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-7
Tebu
Cane
Cane
Cane
Cane
Carding
Giling
Gilin
Gilin
Gilin
GilinBoiler
P
Peti Nira
Stasiu
a
a
a
nira
nira air
a
a
HDH
Nira
nira
Rotary
Bak
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Proses pemurnian bertujuan untuk memisahkan semaksimal mungkin
kotoran dalam nira mentah (bukan gula), menekan kehilangan gula
(memaksimalkan effisien proses), optimalisasi pemakaian bahan pembantu proses
dan effisiensi biaya.
Adapun proses yang berlangsung dalam stasiun pemurnian adalah sebagai
berikut :
Nira mentah yang sudah dipisahkan dari kotorannya (pasir dan ampas
halus yang terikut) dialirkan ke flowmeter untuk ditimbang. Penimbangan ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah nira mentah yang dihasilkan tiap jam. Nira
yang sudah ditimbang dialirkan ke tangki penampung peti nira mentah tertimbang
ditambah dengan asam phospat [H3PO4], dan selanjutnya dipompa menuju
Pemanas Pendahuluan I (PP I) untuk dipanaskan dengan suhu ± 75-80°C. Tujuan
pemanasan I (± 75-80°C) adalah untuk mempercepat reaksi Ca(OH)2 dan H3PO4
menjadi endapan Ca3(PO4)2 reaksinya adalah :
3Ca(OH)2(aq) + 2 H3PO4(aq) → Ca3(PO4)2 (S)↓ + 6 H2O(l)
Selain itu, untuk menekan kehilangan sukrosa seminimal mungkin akibat
adanya inverse dan untuk membunuh bakteri perusak. Pertimbangan penetapan
suhu diatas adalah pada suhu kurang dari 75°C bakteri perusak sukrosa masih
hidup dan apabila suhu lebih dari 75-80°C akan menyebabkan inverse sukrosa.
Pada pemanasan juice heater menggunakan dua macam uap, yaitu uap bekas dari
turbin uap dan uap nira Badan Pemanas II. Nira mentah dari Pemanas
Pendahuluan I dialirkan ke defekator I dan ditambahkan susu kapur (pH yang
diinginkan pada defekator I = 7,2). Tujuan dari pemanasan susu kapur pada
defekator adalah untuk mengikat P2O5 yang dalam nira membentuk endapan
Ca3(PO4)2. Pada defekator I dilengkapi pengaduk yang bertujuan untuk
mempercepat reaksi antara Ca(OH)2 dengan H3PO4, setelah dari defekator I nira
mentah mengalir ke defekator II ditambahkan susu kapur sehingga pH mencapai
8,4-8,6. Salah satu sifat dari gula reduksi adalah mudah rusak pada pH dan suhu
tinggi, maka diharapkan tidak terlalu lama dalam kondisi alkalis, serta diharapkan
gula reduksi tidak terdekomposisi.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-8
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Setelah melalui defekator II, nira dialirkan ke tangki sulfitasi. Pada tangki
sufitasi ini dilakukan penambahan gas SO2 sehingga pH nira menjadi 7,2.
Penambahan gas SO2 ini menghasilkan endapan CaSO3 reaksinya adalah:
SO2 + H2O → H2SO3
Ca(OH)2 + H2SO3 → CaSO3 ↓ + 2 H2O
Senyawa CaSO3 adalah senyawa yang mampu mengikat sebagian kotoran
yang ada pada nira, sehingga membentuk flok. Dengan memperbesar flok, proses
pengendapan akan berlangsung lebih cepat. Nira tersulfitasi dipompa menuju
Pemanas Pendahuluan II (PP II) untuk dipanaskan sampai suhu 105°C.
Setelah melalui Pemanas Pendahuluan II, nira mentah dialirkan menuju ke
flash tank tujuannya untuk membebaskan gas-gas atau udara yang terkandung
dalam nira sehingga tidak mengganggu proses pengendapan. Selanjutnya nira
mentah masuk ke dalam snow balling tank. Pada snow bailing tank dilakukan
penambahan flokulan yaitu magnaflok untuk membantu proses pengendapan,
sebesar 8 kg/ 6 jam. Setelah itu campuran antara nira mentah dan flokulan
dialirkan menuju dorr clarifier. Pada dorr clarifier, nira kotor keluar melalui
bagian bawah dan nira jernih keluar melalui bagian atas. Nira jernih disaring
dengan DSM Screen untuk memisahkan kotoran-kotoran terutama ampas halus
yang masih ada pada nira jernih, kemudian ditampung di peti nira jernih (clear
juice tank) untuk selanjutnya dipompa ke stasiun penguapan.
Nira kotor dialirkan ke rotary vacuum filter, yang berfungsi untuk
memisahkan kotoran atau blotong dari nira tapis yang masih terkandung dalam
nira kotor. Nira tapis ditampung ke bak penampung nira tapis, setelah itu dipompa
ke bak nira mentah tertimbang untuk proses pemurnian lagi, sedangkan
blotongnya diangkut ke truk untuk diolah kembali sebagai bahan pupuk kompos.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-9
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.3 Blok Diagram Proses Stasiun Pemurnian
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-10
Peti
PP I (±
Defekator
Defekator II
Sulfitasi
PP II
Susu
Flash
Snow
Dorr
Nira
Mixer
DSM
CJT
Magnaflo
Gas tak
Ko
Bloto
Ble
Kondens
Stasiun Rotary
Nira
H3
S
Ble
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Pada stasiun pemurnian terdapat sub stasiun lagi, yaitu pembuatan susu
kapur dan pembuatan gas SO2.
Unit pembuatan Susu Kapur
Tujuannya adalah untuk membuat susu kapur dari kapur tohor (CaO)
dengan air panas dan untuk mengencerkan menggunakan air dingin, yang
bertujuan agar konsentrasi homogen.
Reaksi yang terjadi : 2CaOH(s) + 2H2O (panas)(l) → 2 Ca(OH)2(aq)
Proses pembuatan susu kapur adalah sebagai berikut :
1. Kapur tohor diangkut dengan bucket elevator untuk dimasukkan pada
bunker kapur melalui bagian bawah untuk ditampung sebelum dilarutkan.
Di dalam silo terdapat besi penghalang agar kapur tohor yang jatuh tidak
terlalu banyak.
2. Setelah itu kapur akan dimasukkan ke rotary pemadam kapur untuk
dilarutkan dengan penambahan air panas pada suhu 80oC.
3. Dari rotary pemadam kapur yang merupakan alat berupa silinder berputar
kapur akan dilarutkan. Alat ini dilengkapi saringan, sehingga kapur yang
tidak larut atau kotoran tidak terikut ke proses, sedangkan gas hasil
reaksinya keluar dan dibuang ke udara bebas. Susu kapur yang terbentuk
akan dilewatkan pada saringan getar yang berfungsi untuk memisahkan
susu kapur dari kerikil halus dari kapur yang masih ada.
4. Susu kapur akan digunakan pada stasiun pemurnian. Kebutuhan CaO
untuk pembuatan susu kapur sebesar ± 1,1 kw /100 ton tebu (6oBe).
5. Untuk mencegah terjadinya endapan kapur masing-masing tangki diberi
pengaduk dengan kecepatan ± 40 rpm.
Unit Pembuatan Gas SO2
1. Belerang padat dimasukkan ke Rotary sulfur burner
yang diselubungi mantel berisi air yang bersuhu ± 200oC, sehingga
meleleh menjadi cairan belerang yang berwarna kekuning-kuningan dan
dibakar menjadi sulfit. Reaksinya adalah :
S(padat) → S(cair)→S (gas) → + O2 (gas) → SO2 (gas)
Dapur sulfite mempunyai suhu sekitar 385oC
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-11
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
2. Gas SO2 yang panas dialirkan ke water mantel,
disini gas SO2 kembali dingin lagi hingga suhu 70-80oC (disesuaikan
dengan suhu tangki sulfitasi). Kemudian dilairkan ke sublimator untuk
menangkap padatan sulfite (SO3) yang terjadi karena ekses O2. Kebutuhan
belerang ± 40 kg/100 ton tebu.
III.3 Stasiun Penguapan
Stasiun penguapan bertujuan untuk menguapkan sebagian air yang ada
dalam nira, sehingga diperoleh nira yang lebih pekat. Terdapat 7 unit evaporator,
dimana ketujuh evaporator tersebut tidak beroperasi semua. Secara bergantian
lima evaporator beroperasi dan dua buah evaporator dibersihkan. Badan
penguapan IV dan V dibersihkan bergantian, yakni 2 hari 1 kali, sehingga setiap
hari dilakukan pembersihan 2 badan evaporator.
Cara pengaturan pengoperasian evaporator adalah sebagai berikut :
Misalnya :
Pada tanggal 12 Juli 2010, evaporator yang dibersihkan adalah evaporator no.2B
dan Badan Pemanas 4, jadi pengaturan pengoperasian evaporator adalah :
No.
Evaporator
Badan
Penguapan
Pemanas yang
digunakan
Tekanan uap
pemanas
Suhu
operasi (oC)
Luas
Pemanas (m2)
1A I Uap bekas 1 kg/cm2 125 1700
1B I Uap bekas 1 kg/cm2 125 1200
2A II Uap Nira BP I 0,5 kg/cm2 110 1000
2B II (X) (X) (X) 1000
3 III Uap Nira BP II 0,1 kg/cm2 80 1200
4 IV (X) (X) (X) 1200
5 V Uap Nira BP
III
30 cmHg 60 1200
Keterangan : (X) → evaporator yang dibersihkan
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-12
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Adapun proses yang berlangsung dalam stasiun penguapan adalah sebagai
berikut :
Nira encer jernih yang berasal dari CJT (Clear Juice Tank) terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam FFPE (Falling Film Plate Evaporator). Nira encer jernih
yang masuk mempunyai suhu 105oC. Pemanas yang digunakan pada FFPE adalah
uap bekas bertekanan 1 kg/cm2 dan suhu di dalam FFPE adalah sebesar 125 oC.
Sistem kerja dari FFPE adalah sirkulasi, yaitu nira masuk melalui bawah dan
dipompa ke atas dan bertemu dengan uap bekas dan melewati lempengan tipis
(Film Plate), di dalam FFPE tersebut terjadi sistem perpindahan panas dan nilai
brix mengalami kenaikan sebesar 4-5. Uap nira yang dihasilkan dari FFPE
dialirka menuju stasiun masakan untuk proses pemasakan di vacuum pan
Dari Badan Penguapan I menghasilkan nira, uap nira, dan kondensat,
dimana nira mengalir ke Badan Penguapan II, dan uap niranya digunakan sebagai
pemanas Badan Penguapan II. Dari Badan Penguapan II menghasilkan nira, uap
nira, dan kondensat, dimana niranya mengalir ke Badan Penguapan III, dan uap
niranya digunakan sebagai pemanas Badan Penguapan III. Demikian seterusnya
sampai Badan Penguapan V. Sedangkan uap nira dari Badan Penguapan V masuk
ke kondensor. Dari badan penguapan I sampai dengan badan penguapan V
temperatur semakin rendah dan nira encer menjadi semakin kental.
Air kondens yang dihasilkan dari Badan Penguapan dapat berupa air
kondens positif (+) maupun air kondens negatif (-). Air kondens positif digunakan
untuk air proses, sedangkan air kondens negatif digunakan untuk air pengisi ketel.
Nira dari Badan Penguapan V ditampung pada tangki penampung nira
kental dan diharapkan memiliki kekentalan 30oBe, yang kemudian dialirkan ke
tangki sulfitasi II (tangki sulfitasi nira kental). Pada tangki sulfitasi II dilakukan
penambahan gas SO2 untuk bleaching (pemucatan warna) dan menurunkan
viscositas nira kental sampai pH 5,6 kemudian dialirkan menuju stasiun masakan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-13
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
(105oC)
Gambar 3.4 Blok Diagram Proses Stasiun Penguapan
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-14
Nira
BP I
BP IV
Sulfitasi
BP II
BP III
Stasiun
BP V
Uap
Blee
Pan
Juice
Air
Air
Penamba
Air
Blee
Uap
Uap
Uap
Uap
Air
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
III.4 Stasiun Masakan
Tujuan dari stasiun masakan adalah mengkristalkan nira, membentuk dan
membesarkan kristal gula. Proses kristalisasi terdapat tiga tahap, yaitu :
1) Tahap pemekatan nira, yaitu pemanasan nira sampai
lewat jenuh. Keadaan lewat jenuh tersebut menyebabkan pembentukan
suatu pola kristal sukrosa. Kristalisasi diusahakan terjadi pada suhu
serendah mungkin, karena suhu tinggi dapat menyebabkan karamelisasi
sukrosa. Untuk itu pan-pan masak pada stasiun masakan dioperasikan
dalam keadaan vakum dengan tekanan vakum rata-rata 63 cmHg.
2) Tahap pembibitan, yaitu penambahan bibit kristal gula
yang berfungsi sebagai inti kristal.
3) Tahap pembesaran kristal, yaitu pembesaran inti kristal
yang telah terbentuk dengan pelapisan molekul-molekul sukrosa pada inti
kristal.
Pada stasiun masakan, PG. Pesantren Baru menggunakan sistem ACD.
Jumlah pan masakan yang ada di pabrik gula ini adalah 7 pan masakan dengan
pembagian sebagai berikut :
- Masakan gula D menggunakan pan masakan no.1 dan 2.
- Masakan gula C menggunakan pan masakan no.3 atau 4.
- Masakan gula A menggunakan pan masakan no.4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
dan 11.
Bahan masakan untuk masing-masing tingkat masakan adalah sebagai
berikut :
- Masakan A : nira kental yang sudah disulfitasi (deksap), babonan
C, dan klare SHS.
- Masakan C : Stroop A dan babonan D2.
- Masakan D : Stroop A, stroop C, klare D2 dan fondan (bibitan).
Suhu dalam pan masak ini adalah ± 65oC dan tekanan uap 80-105 cmHg.
Agar pemasakan nira dapat berlangsung pada suhu tersebut, maka masing-masing
pan masak dioperasikan dalam keadaan vakum dengan tekanan ± 62-65 cmHg.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-15
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Proses pemasakan gula dengan sistem ACD :
1. Masakan A
a) Nira kental dari proses sulfitasi II ditarik menggunakan pompa,
kemudian nira tersebut dimasukkan dalam pan masakan A.
b) Nira kental pada pan masakan A yang masih kosong dikentalkan
sampai terbentuk benangan kemudian ditambah babonan C
sehingga volume mencapai 400 HL.
c) Setelah kristal terbentuk, dipotongkan 200 HL ke pan masak lain
dalam masakan A yang masih kosong untuk dimasak menjadi gula
A. Pada pan masak ini, kristal diperbesar dengan menambahkan
nira kental dan klare SHS hingga diameter kristal sekitar 0,9-1,1
mm.
d) Setelah ukuran kristal cukup memenuhi, hasil masakan A
diturunkan ke palung pendingin sambil diaduk. Dari palung
pendingin, hasil masakan A dialirkan ke feed mixer kemudian ke
putaran A sehingga dihasilkan gula A dan stroop A. Stroop A
digunakan untuk bahan masakan C, sedangkan gula A dialirkan ke
feed mixer, selanjutnya diputar di putaran SHS untuk memisahkan
gula produk dengan klare SHS. Harkat kemurnian masakan A yang
dikehendaki adalah ≥ 80%.
2. Masakan C
a) Bahan masakan C adalah stroop A dan babonan D. Mula-mula
stroop A 200 HL dikentalkan sampai terbentuk benangan.
b) Kristal yang terbentuk dibesarkan dengan penambahan babonan D
hingga 400 HL. Setelah ukuran kristal sudah memenuhi, hasil
masakan C diturunkan ke palung pendingin sambil diaduk. Ukuran
kristal yang diinginkan adalah 0,6-0,8 mm.
c) Dari palung pendingin, hasil masakan C dialirkan ke putaran C
untuk memisahkan gula C dengan stroop C. Gula C digunakan
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-16
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
sebagai babonan C sedangkan stroop C digunakan sebagai bahan
masakan D.
3. Masakan D
a) Bahan masakan D adalah stroop A, stroop C, klare D dan fondan
b) Besar ukuran kristal yang diinginkan adalah 0,2-0,5 mm.
c) Hasil masakan D diturunkan ke palung pendingin sambil diaduk.
Dari palung pendingin ini, kemudian dialirkan ke Rapid Cool
Crystalizer sampai suhu 500C kemudian dipanaskan dengan
reheater sampai suhu 550C lalu dipompa ke feed mixer selanjutnya
ke putaran D1 untuk memisahkan gula D1 dengan tetes.
d) Selanjutnya tetes dialirkan ke bak penampung tetes, sedangkan
gula D1 (yang sudah dipisah dengan tetes) dipompa ke feed mixer
selanjutnya ke putaran D2.
e) Pada putaran D2 ini terjadi pemisahan antar gula D2 dengan klare
D. Gula D2 digunakan sebagai babonan D untuk bahan masakan C
dan klare D digunakan sebagai bahan masakan D.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-17
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-18
Nira
Palung
Feed
Putara
Putara
Mixer
Gula C
Putara
Mixer
Palung
Pan
Stoop
Stroop
Pan
Palung
Mixer
Putara
Gula
Mixer
MelasGula
Kla
Ai
Ai
Ai
Ai
Ai
Gula
Putara
Tetes
Gula
Stasiun
U
Pan
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.5 Blok Diagram Proses Stasiun Masakan dan Putaran
III.5 Stasiun Putaran
Tujuan pada stasiun putaran adalah memisahkan gula dari stroop dengan
gaya centrifugal.
Proses putaran gula :
Proses pemutaran di PG Pesantren Baru Kediri ada dua jenis centrifuge
yang digunakan yaitu High Grade Fugal (HGF) dan Low Grade Fugal (LGF).
HGF berjumlah 11 buah tetapi hanya 8 yang dioperasikan. HGF nomor
7,8,9,10,11 digunakan untuk memisahkan antara gula A dan stroop A. Pada
pemisahan klare SHS dan gula SHS ditambahkan air panas (70°-75° C) dan uap
panas 100°C. Sedangkan pada pemisahan gula A dan stroop A tidak perlu
ditambahkan uap. Dalam hal ini HGF beroperasi secara diskontinyu, dimana
setiap operasinya melalui beberapa tahap yaitu perputaran basket mula-mula
dengan kecepatan antara 80-100 rpm. Pipa air pencuci dibuka dan membasuh
saringan ± 5 detik. Katup pengisian terbuka dengan otomatis, masakan masuk
kedalam basket setelah kecepatan putar mencapai 250 rpm. Setelah bahan masuk,
pengaturan ketebalan gula tertentu (feed limit), media katup pengisian menutup
steaming cover (penutup basket). Kecepatan putar naik 375 rpm (low speed),
bersama kenaikan tersebut air pembilas skrap menyemprot. Setelah penyemprotan
dengan air dilanjutkan penyemprotan dengan uap (untuk putaran SHS) dan
dilanjutkan penyemprotan dengan air (untuk putaran A). Penyemprotan dilakukan
selama ±12 detik pada kecepatan tinggi (1000 rpm). Kecepatan turun dengan
pelan. Pada kecepatan 350 rpm, rpm akan bekerja secara otomatis sehingga
kecepatannya akan turun 100-200 rpm. Klep penutup terbuka dan scrapper turun
dengan bersamaan membukanya lubang saringan gula. Scrapper masuk ke dalam
basket untuk menscrap gula secara otomatis. Setelah gula turun, scrapper kembali
ke atas untuk dimulai lagi pemutaran berikutnya. Kinerja alat ini berlangsung
secara otomatis.
Low grade fugal (LGF) beroperasi secara kontinyu dengan penambahan
air dingin (32°) dan digunakan untuk masakan C dan D. Pada PG Pesantren Baru
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-19
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
menggunakan 10 alat LGF. Untuk pemutaran masakan C, LGF digunakan untuk
memisahkan gula C dan stroop C. Untuk pemutaaran D dilakukan: tahap I akan
diperoleh gula D1 dan tetes, hal ini dilakukan pada LGF nomor 1-5. Tetes akan
dialiri dalam tangki penampung sedangkan gula D1 diputar kembali. Gula D1 ini
dilebur kembali dengan penambahan air disini untuk menghilangkan sisa tetes
yang ada. Putaran D2 untuk memutar gula D1, pada putaran ini dihasilkan gula
D2 dan klare D. Gula D2 yang dihasilkan dilebur kembali dan digunakan sebagai
vahan masakan C. Sedangkan klare D yang dihasilkan digunakan untuk bahan
masakan D.
Di dalam puteran terdapat jenis saringan yang meliputi :
Saringan bagian dalam (working screen)
Saringan penyangga (buffer screen)
Saringan bagian luar (backing screen)
PG Pesantren Baru mengoperasikan 2 jenis alat puteran yaitu :
Puteran kontinu yang digunakan untuk memutar masakan C dan D
Puteran diskontinu yang digunakan untuk memutar masakan A dan SHS
Masakan A diputar ulang dengan puteran diskontinu menghasilkan kristal
SHS. Gula hasil pemutaran dibawa ke stasiun penyelesaian melalui beberapa
tahapan, yaitu : Gula SHS dan puteran SHS masih dalam keadaan basah. Gula ini
dikeringkan dalam unit Sugar dryer dan Cooler melalui bucket elevator I. Di
dalam alat pengering, gula berbentuk debu dihisap dengan blower kemudian
ditangkap dengan alat cycloon. Debu gula dari cycloon dilebur kembali dan
digunakan sebagai bahan masakan di stasiun kristalisasi. Gula yang dikeringkan
dibawa ke vibrating screen (saringan getar) dengan bucket elevator II. Saringan
getar memiliki beberapa ukuran saringan, sehingga diperoleh gula dengan ukuran
normal, gula kasar dan gula halus. Gula dengan ukuran normal dengan ukuran
normal 0,9-1,1 mm. Kristal gula kasar dan halus kemudian dialirkan ke bak nira
kental untuk dimasak lagi. Gula produk dikemas dalam zat plastik dan ditimbang
secara otomatis dengan berat 50 kg. Hasil penimbangan gula dengan timbangan
otomatis dicek dengan timbangan berkel agar sesuai dengan berat sebenarnya.
Gula yang telah dikemas ditampung dalam gudang penyimpanan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-20
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.6 Blok Diagram Proses Stasiun Penyelesaian
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-21
Gula SHS
Talang
Sugar
Sugar
Vibrating
Sugar
Gula Gul
Gula
Gudang
Dilebu
Sugar
Pengema
Stamvloe
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
III.6 Spesifikasi Alat
1. Stasiun gilingan
a. Crane Unloading
Alat ini berfungsi untuk memindahkan tebu dari truck ke lori, lori ke meja
tebu ataupun truck ke meja tebu. PG Pesantren Baru memiliki 6 unit alat
pengangkat tebu.
Spesifikasi alat
Merek : DEMAG
Jumlah : 5 unit
Kapasitas : 10 ton
Kecepatan angkat : 16 m/menit
Kecepatan geser : 25 m/menit
Penggerak : Elektromotor
Jumlah Elektro Motor : 2 buah
Spesifikasi alat
Merek : KULI
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 10 ton
Kecepatan angkat : 16 m/menit
Kecepatan geser : 25 m/menit
Penggerak : Elektromotor
Jumlah Elektro Motor : 2 buah
Cara kerja crane unloading
Tebu diatas lori/truck yang berada di samping meja tebu diikat
dengan rantai pengikat. Setelah terikat dan terkait, operator
menggerakkan tombol motor sehingga tebu dari lori/truck terangkat dan
tebu diturunkan ke meja tebu dengan posisi sejajar dengan carrier.
Kemudian rantai dilepaskan dan ditarik ke atas untuk mengangkut tebu
lagi.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-22
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.7 Crane Unloading
Keterangan gambar Alat Kerja Pengangkat Tebu (Crane Unloading) :
1. Konstruksi dan jembatan ril : Untuk jalan roda maju dan mundur saat
operasi
2. Ruang operator : Ruangan khusus untuk operator Crane Cane dalam
mengoperasikan peralatan tersebut
3. Tombol control : Sebagai pengendali hoist crane
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-23
0
00000
10
11
12
13
1
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
4. Motor listrik 1 : Untuk penggerak Derek ke kiri dan ke kanan (maju
mundur)
5. Motor listrik 2 : Untuk maju dan mundurnya derek (kekanan dan
kekiri)
6. Motor listrik 3 : Untuk menggulung dan mengulur sling
7. Penggulung sling : Untuk menggulung tali sling
8. Tali baja (sling) : Sebagai tali pengangkut tebu
9. Rantai pengikat : Untuk pengikat dari lori dan dipindahkan ke meja
tebu
10. Gebral : Untuk cantolan pengikat tebu
11. Lori : Alat angkut tebu dari tempat penampungan tebu ke meja tebu
12. Meja tebu : Sebagai tempat meletakkan tebu
13. Krepyak tebu : Untuk membawa tebu yang dijatuhkan dari meja tebu
ke cane cutter
b. Cane Table
Alat ini berfungsi untuk menempatkan dan mengatur tebu yang akan
diletakkan di atas cane carrier. PG. Pesantren Baru mempunyai 4 unit meja tebu.
Spesifikasi alat
Type : Drag Chain Conveyor
Kapasitas : 100 ton/H
Kecepatan linier : 6 - 15 m/menit
Panjang : 7,5 m
Lebar : 6,0 m
Sudut kemiringan : 50 – 70
Tinggi meja tebu : 1,5 m
Tinggi meja belakang : 2,0 m
Jumlah rantai : 842
Type rantai : 09060
Jumlah : 4 buah
Cara kerja
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-24
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Tebu diangkat oleh alat pengangkut tebu kemudian
dipindahkan ke meja tebu. Motor listrik dijalankan sehingga rantai
bergerak dan tebu dibawa menuju ke arah cane carrier secara
perlahan-lahan.
Gambar 3.8 Cane Table
Keterangan gambar Meja tebu (Cane Table) :
1. Meja tebu : Sebagai tempat untuk meletakkan tebu dari lori/truck
2. Tiang meja tebu : Untuk penyangga meja tebu
3. Motor listrik dan Gear Box : Untuk menggerakkan rantai guna
mengirim tebu dari meja tebu ke cane carrier
4. Rantai : Untuk memindahkan tebu masuk ke cane carrier yang
digerakkan oleh motor listrik
5. Rol : Alat untuk menarik rantai di meja tebu
c. Cane Carrier
Alat ini berfungsi untuk membawa tebu dari meja tebu menuju ke alat
cane preparation.
- Spesifikasi alat
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-25
1
2
5
4 3
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Merek : YASKAWA WATER COOLED
Kapasitas : 250 ton/jam
Lebar : 2080 mm
Panjang : 42000 mm
Jumlah slate : 300 bh
Tinggi dinding : 1900 mm
Kecepatan : 3 – 15 m / menit
- Cara kerja
Tebu yang jatuh dari meja tebu dibawa cane carrier menuju
cane preparation untuk dicacah terlebih dahulu sebelum masuk ke
gilingan sehingga mempermudah proses penggilingan. Cane carrier
diatur kecepatannya sesuai dengan kemampuan Cane Cutter.
d. Cane Elevator
Alat ini berfungsi untuk membawa cacahan tebu dari Unigrator menuju ke
gilingan I, melalui Cane Kicker (Perata).
- Spesifikasi alat
Merek : YASKAWA WATER COOLED
Kapasitas : 250 ton/jam
Lebar : 2080 mm
Panjang : 20000 mm
Jumlah slate : 150 bh
Tinggi dinding : 1600 mm
Kecepatan : 3 – 22 m / menit
- Cara kerja
Tebu yang jatuh dari Unigrator dibawa cane elevator menuju cane
Kicker yang bertujuan untuk diratakan agar cacahan tebu masuk ke
Gilingan I mudah diproses. Cane elevator diatur kecepatannya
sesuai dengan kemampuan Gilingan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-26
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.9 Cane Carrier
Gambar 3.10 Cane Elevator
Keterangan gambar Cane Carrier atau Cane Elevator :
1. Roda penggerak : Untuk menggerakkan rantai yang dihubungkan
dengan motor listrik
2. Roda penahan : Untuk menahan cane carrier agar tidak bergetar
sehingga mudah berjalan
3. Carrier : Untuk meletakkan tebu
4. Sapu krepyak : Untuk membersihkan cane carrier agar kebersihan
terjaga
5. Rantai : Sebagai tempat kedudukan cane carrier
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-27
4
35
1
2
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
e. Cane Cutter
Alat ini berfungsi untuk membuka sel-sel dengan jalan memotong dan
mencacah tebu menjadi bagian yang lebih kecil, agar dalam gilingan nira terperah
semaksimal mungkin. Di PG Pesantren Baru menggunakan 2 buah yaitu Cane
Cutter I dan Cane Cutter II.
- Spesifikasi alat
Cane cutter I
Kapasitas : 250 ton/jam
Jumlah pisau : 48 buah
Diameter Disc : 1500 mm
Jumlah Disc : 12 buah
Bentuk pisau : lurus
Jarak ujung pisau dengan cane carrier : 350 mm
Penggerak : Turbin uap
Cane cutter II
Kapasitas : 250 ton/jam
Jumlah pisau : 48 buah
Diameter Disc : 1500 mm
Jumlah Disc : 12 buah
Bentuk pisau : lurus
Jarak ujung pisau dengan cane carrier : 80 mm
Penggerak : Turbin uap
- Cara pemasangan pisau dan cara kerja
As pisau tebu yang dihubungkan dengan turbin berputar
dengan kecepatan tinggi, sehingga pisau-pisau yang terpasang
disetiap piringan dipasang 4 buah pisau ikut berputar.
Pisau tebu dipasang pada piringan tegak lurus terhadap as
putaran. Selain itu juga ditambah penahan pisau agar kedudukan
pisau saat beroperasi kokoh.
Arah putaran pisau tebu (cane cutter) berputar searah
dengan cane carrier. Tebu yang melewati cane cutter I, terpotong-
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-28
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
potong dengan ukuran ± 10 cm kemudian masuk ke cane cutter II
dipotong lagi dengan ukuran ± 1 cm.
Kondisi pisau tebu saat beroperasi harus balance dan pemasangan
secara spiral satu dengan lainnya.
Gambar 3.11 Cane Cutter
Keterangan gambar Pisau tebu (Cane Cutter) :
1. Poros : Digunakan untuk tempat kedudukan piringan dan pisau.
2. Baut Pengunci : Digunakan untuk mengunci disk-disk
3. Cincin Pembatas : Digunakan untuk membatasi antara disk dan baut
pengunci
4. Penahan pisau : Digunakan untuk menguatkan pisau pada piringan
sehingga tidak bergoyang
5. Piringan baja : Sebagai tempat kedudukan pisau
6. Pisau : Digunakan untuk memotong dan mencacah tebu menjadi
potongan kecil
7. Baut : Sebagai penguat pisau dan dapat dibuka untuk mengganti
pisau yang rusak
f. Unigrator
Berfungsi untuk menghancurkan potongan tebu yang tidak dapat
dipecahkan oleh cane cutter sehingga menjadi serabut yang halus, tetapi nira tidak
sampai keluar.
- Spesifikasi alat
Type : Mark IV
Kapasitas : 250 ton/jam
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-29
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Jumlah hammer : 52 buah
Diameter Disc : 1700 mm
Jumlah Disc : 13 buah
Jarak ujung hammerdengan anvil : 20 mm
Penggerak : Turbin uap
- Cara kerja
Tebu yang telah tersayat dan terpotong oleh cane cutter
akan tebawa oleh cane carrier dan akan bertemu dengan hammer
unigrator yang karena putarannya berlawanan dengan cane carrier
maka sayatan-sayatan tebu akan terangkat dan disayat lagi oleh plat
pisau yang diatas akhirnya jatuh ke anvil, kemudian ditumbuk
hammer untuk memecah selsel tebu. Selama pemukulan tidak
terdapat nira yang terperah.
Gambar 3.12 Unigrator tampak samping
Gambar 3.13 Unigrator tampak depan
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-30
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Keterangan gambar Unigrator :
1. Pegas : Digunakan untuk mengatur posisi plat anvil.
2. Hammer : Digunakan untuk sebagai pemukul bagian-bagian tebu
yang masih keras.
3. Anvil : Digunakan sebagai landasan tebu yang yang akan dipukul
dengan hammer.
4. Poros : Digunakan untuk tempat kedudukan piringan baja dan
hammer.
5. Piringan baja : Sebagai tempat kedudukan hammer.
g. Cane Kicker
Berfungsi untuk meratakan dan mengatur ketebalan tumpukan cacahan
tebu hasil potongan dan cacahan pisau tebu sebelum dibawa ke Gilingan I.
- Spesifikasi alat
Penggerak : Elektromotor
RPM penggerak : 970
Total jari : 24 buah
- Cara kerja
Tebu cacahan dari cane cutter diangkut menuju unit
Unigrator oleh cane carrier untuk di pukul dipecah sel selnya, tebu
cacahan hasil kerja dari Unigrator dibawa oleh Cane elevator, ke
gilingan I, dikarenakan masukknya pecahan tebu tersebut harus
rata maka Cane Kicker yang bertugas meratakan pemasukkan tebu
supaya tidak suwul di Gilingan I.
Gambar 3.14 Cane Kicker
Keterangan gambar Cane Kicker (Perata tebu) :
1. Poros : Untuk kedudukan penggaruk / jari-jari.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-31
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
2. Penggaruk (Jari – jari) : Sebagai alat yang digunakan meratakan
pecahan tebu.
Gambar 3.15 Gilingan
Keterangan gambar Gilingan :
1. Gigi penggerak : Untuk menggerakkan roll muka dan roll belakang.
2. Plat ampas : Untuk plat penahan ampas supaya tidak jatuh ke
penampung nira.
3. Pressure Feeder : Untuk mengumpan cacahan tebu ke rol gilingan.
4. Rol atas : Sebagai rol penekan cacahan tebu dari atas.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-32
10
9
862841
135
7
1
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
5. Plat nira : Untuk menahan nira agar tidak tercecer.
6. Rol belakang : Untuk landasan tekanan rol atas saat pemerahan ke dua.
7. Rol muka : Sebagai landasan tekanan rol atas saat pemerahan pertama.
8. Plat sisir ampas : Untuk membersihkan ampas yang melekat pada rol.
9. Penampung nira : Untuk menampung nira hasil pemerahan.
10. Saluran nira : Untuk mengeluarkan nira dari penampung nira.
11. Corong : Sebagai jalan masuknya ampas ke pressure feeder.
2. Stasiun Pemurnian
a. Flowmeter (timbangan nira mentah)
Berfungsi untuk mengetahui secara pasti berat nira yang akan mengalami
proses.
b. Pemanas Pendahuluan (Juice Heater)
Berfungsi untuk memanasi nira agar dicapai suhu yang diinginkan untuk
mendukung reaksi yang terjadi pada nira. Sebelum nira mengalami proses
defekasi – sulfitasi, terlebih dahulu nira dipanasi hingga suhu tertentu agar reaksi
proses pemurnian berjalan sempurna. Bahan pemanas yang digunakan adalah uap
bekas atau uap nira. PG. Pesantren Baru mempunyai 8 buah Juice Heater.
a. Pemanas pendahuluan I
Berfungsi untuk memanaskan nira mentah sebelum masuk peti
defekasi hingga suhu ± 75 oC. Yang bertujuan untuk :
1. Mempercepat reaksi kimia,
karena komponen nira umumnya bahan organik dan an organik yang
reaktivitasnya lambat.
2. Mematikan mikroorganisme
yang menyebabkan kerusakan sakarosa
Spesifikasi alat :
o Juice Heater I
LP : 300 mm2
Diameter Pipa Pemanas : 33 / 36 mm
Panjang Pipa Pemanas : 3400 mm
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-33
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Jumlah Pipa Pemanas : 864 bh
Jumlah laluan : 8
o Juice Heater II
LP : 200 mm2
Diameter Pipa Pemanas : 33 / 36 mm
Panjang Pipa Pemanas : 2950 mm
Jumlah Pipa Pemanas : 656 bh
Jumlah laluan : 8
o Juice Heater III
LP : 225 mm2
Diameter Pipa Pemanas : 33 / 36 mm
Panjang Pipa Pemanas : 3400 mm
Jumlah Pipa Pemanas : 640 bh
Jumlah laluan : 8
o Juice Heater IV
LP : 225 mm2
Diameter Pipa Pemanas : 33 / 36 mm
Panjang Pipa Pemanas : 3400 mm
Jumlah Pipa Pemanas : 640 bh
Jumlah laluan : 8
b. Pemanas pendahuluan II
Berfungsi untuk memanaskan nira hingga suhu ± 105 oC yang keluar
dari peti sulfitasi supaya reaksi lebih sempurna untuk selanjutnya
diendapkan.
Tujuan utamanya :
Menyempurnakan reaksi gas SO2 dengan kelebihan kapur
dalam nira
Mempercepat proses pengendapan dan pengeluaran gas
Spesifikasi alat :
o Juice Heater V
LP : 200 mm2
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-34
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Diameter Pipa Pemanas : 33 / 36 mm
Panjang Pipa Pemanas : 2950 mm
Jumlah Pipa Pemanas : 640 bh
Jumlah laluan : 8
o Juice Heater VI
LP : 225 mm2
Diameter Pipa Pemanas : 33 / 36 mm
Panjang Pipa Pemanas : 3400 mm
Jumlah Pipa Pemanas : 656 bh
Jumlah laluan : 8
o Juice Heater VII
LP : 225 mm2
Diameter Pipa Pemanas : 33 / 36 mm
Panjang Pipa Pemanas : 3400 mm
Jumlah Pipa Pemanas : 640 bh
Jumlah laluan : 8
o Juice Heater VIII
LP : 300 mm2
Diameter Pipa Pemanas : 33 / 36 mm
Panjang Pipa Pemanas : 3400 mm
Jumlah Pipa Pemanas : 864 bh
Jumlah laluan : 8
Petunjuk teknis pengoperasian PP I, II
o Kontrol tekanan uap bekas atau uap nira
o Kontrol kelancaran pengeluaran air kondens
o Kontrol kebersihan, bila kotor sekrap pipa pemanas.
o Kontrol suhu output nira. Bila kurang, tambah bukaan
valve uap pemanas dan sebaliknya.
o Sasaran PP I : 75 0C – 850C
PP II : 105 0C – 1100C
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-35
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-36
Gambar 3.16 Pemanas Nira (Juice Heater )
7
9
12
13
4
12
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Keterangan gambar Alat pemanas pendahuluan (Juice Heater) :
1. Pipa valve ganda (afsluiter ganda) : Sebagai saluran keluar
masuknya nira.
2. Pengaman tekanan : Untuk mencegah tekanan yang berlebihan.
3. Pipa amoniak : Untuk mengeluarkan gas yang tidak terembunkan.
4. Pipa tap nira : Untuk mengeluarkan nira saat sekrap.
5. Bandul pemberat : Sebagai pengimbang pada waktu membuka dan
menutup.
6. Pipa nira : Untuk tempat nira bersirkulasi mendapatkan panas.
7. Pipa pemasukan uap : Untuk jalan masuknya uap ke ruang
pemanas.
8. Sekat dan plat pipa nira : Sebagai pengatur sirkulasi nira.
9. Penutup atas : Untuk menutup sekat atas dan dibuka pada waktu
sekrap.
10. Pipa pengeluaran udara (krancis) : Untuk mengeluarkan udara atau
gas yang dapat menyebabkan akumulasi pada ruang nira.
11. Pipa Pengeluaran air : Untuk mengeluarkan air sewaktu diadakan
test kebocoran pipa nira.
12. Pipa pemasukan air : Untuk memasukkan air sewaktu diadakan test
kebocoran pipa nira.
13. Pipa pengeluaran air konden : Untuk mengeluarkan air embun.
c. Defekator
PG Pesantren Baru menggunakan 2 unit defecator, pada bejana ini nira
mentah diberi larutan Ca(OH)2 (susu kapur) dengan Be : 6o dalam kadar tertentu.
Pada defekator I diharapkan pH nira mencapai 7,2 sedangkan pada defekator II
pH nira mencapai 8,6 – 9,2. Untuk lebih membantu keberhasilan reaksi di
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-37
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
defekator digunakan pengaduk agar pencampuran nira mentah dengan susu kapur
lebih merata.
Cara kerja
Nira mentah dari PP I dialirkan ke defekator I dengan penambahan
susu kapur sampai pH nira mencapai 7,2. Kemudian dialirkan ke
defekator II bersamaan dengan susu kapur. Pencampuran dibantu
dengan pengaduk. Setelah homogen dan pH mencapai 8,6 – 9,2
nira terkapur dialirkan ke peti sulfitasi nira mentah.
Spesifikasi alat
o Precontactor
Volume : 1,02 m3
Diameter : 1000 mm
Tinggi : 1300 mm
o Defekator I
Volume : 14,26 m3
Diameter : 2000 mm
Tinggi : 3100 mm
Putaran Pengaduk : 150 rpm
Diameter propeller : 930 mm
Elmo pengaduk : 7,5 kW
o Defekator II
Volume : 7,65 m3
Diameter : 2800 mm
Tinggi : 3550 mm
Putaran Pengaduk : 300 rpm
Diameter propeller : 720 mm
Elmo pengaduk : 5,5 kW
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-38
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.17 Defekator
Keterangan gambar Defekator
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-39
4
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
1. Pipa Nira : Pipa pemasukan nira dari Pan Pemanas I dengan suhu
75oC
2. Pipa pemasukan susu kapur : Sebagai saluran untuk memasukkan
susu kapur ke peti
3. Precontactor : Sebagai tempat penambahan susu kapur sebelum
masuk ke Defekator I
4. Defekator I : Sebagai tempat bereaksi antara nira yang telah
dipanaskan dengan susu kapur hingga pH 7,2
5. Defekator II : Sebagai tempat penyempurnaan reaksi hingga pH 8,8
6. Pipa pemasukan nira : Sebagai saluran pemasukan nira ke peti nira
7. Pengaduk : Sebagai pengaduk agar nira dan susu kapur tercampur
8. Motor listrik : Sebagai penggerak pengaduk
9. Van Belt : Sebagai pemutar pengaduk yang digerakkan oleh motor
listrik
10. Pipa Tap Nira : Sebagai saluan pengeluaran nira waktu
pembersihan.
11. Pipa pengeluaran nira : Sebagai saluran pengeluaran nira ke bejana
sulfitasi
d. Sulfitasi Tank
PG. Pesantren Baru menggunakan bejana sulfitasi nira mentah dan nira
kental yang menggunakan sulfitasi sulfur tower (Cascade Tower) yaitu peti yang
berbentuk sillindris tegak. Bejana ini berfungsi untuk mereaksikan gas SO2 dengan
nira defekator untuk menetralkan nira mentah terkapur sampai pH 7,2 dan nira
kental sulfitasi pH 5,4.
Cara kerja
Nira terkapur dari defekator II dengan pH 8,6 – 9,2 masuk
bejana sulfitasi, diberikan gas SO2 hingga pH 7,2. Nira dari
defekator II dengan pompa centrifugal dialirkan ke Cascade tower
menuju ke bawah dan jatuh, dan dialirkan melalui tirai-tirai pada
cascade tower hingga ada pertemuan dengan gas SO2 sebelum
masuk bejana sulfitasi. Blower dihidupkan untuk membentuk
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-40
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
terjadinya vacuum sehingga menghisap SO2 dari sublimator
menuju ke arah udara bebas atas cascade tower. Dengan adanya
tirai-tirai tersebut diharapkan pencampuran nira dan SO2 sempurna.
Selanjutnya nira tersulfitir keluar ke overflow dan dialirkan ke peti
tarik nira mentah tersulfitir ataupun nira kental tersulfitir sesuai pH
yang diharapkan.
Spesifikasi alat
a. Sistem : Cascade Tower Nira Mentah
Tower Sulfitasi
- Diameter bejana : 1.500 mm
- Tinggi bejana : 7.000 mm
Bejana Sulfitasi
- Diameter bejana : 3.000 mm
- Tinggi bejana : 2.500 mm
Rotary sulphur burner
- Diameter : 1.500 mm
- Panjang : 4.020 mm
Sublimator
- Diameter : 1.900 mm
- Panjang : 2.700 mm
b. Sistem : Cascade Tower Nira Kental
Tower Sulfitasi
- Diameter bejana : 1.200 mm
- Tinggi bejana : 7.000 mm
Bejana Sulfitasi
- Diameter bejana : 3.000 mm
- Tinggi bejana : 2.500 mm
Rotary sulphur burner
- Diameter : 1.500 mm
- Panjang : 4.020 mm
Sublimator
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-41
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
- Diameter : 1.900 mm
- Panjang : 2.700 mm
Gambar 3.18 Sulfur Tower (Cascade Tower)
Keterangan Gambar Sulfur tower (Cascade Tower):
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-42
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
1. Screw belerang : Digunakan untuk membuat rata pemberian
belerang kedalam Rotary sulfur burner.
2. Rotary sulfur burner : Berfungsi sebagai tempat pembakaran
belerang cair menjadi gas SO2 dimana peti terebut dapat berputar
yang fungsinya agar semua belerang dapat terbakar sehingga
menjadikan pemakaian belerang lebih efisien.
3. Sublimator : Untuk tempat menyublimkan gas belerang.
4. Sulfur Tower : Sebagai wadah pertemuan antara nira dan gas SO2
sehingga, pH nira tercapai sesuai yang kita kehendaki.
5. Titai : Sebagai penghalang nira agar tidak jatuh langsung ke bawah
karena gaya grafitasi, yang membuat pertemuan antara nira dan gas
SO2 lebih sempurna.
6. Blower : Sebagai pembentuk vacuum pada sulfur tower sehingga
gas SO2 dari sublimator dapat tertarik keatas.
7. Pipa pemasukan nira : Sebagai aliran nira menuju ke sulfur tower.
8. Pipa pengeluaran : Sebagai pengeluaran sisa gas SO2 yang tidak
dibutuhkan.
9. Bejana Penampung : Sebagai wadah penampungan nira yang sudah
tersulfitir.
e. Flash Tank
Merupakan sebuah peti yang berfungsi untuk menghilangkan gas yang ada
dalam nira setelah keluar dari PP II dengan suhu nira ± 105oC sehingga
pengendapan tidak terganggu.
Spesifikasi alat
Type : Vertical Cylindrical
Diameter : 2500 mm
Tinggi bejana : 3700 mm
Luas area : 5 m2
Diameter pipa in / out : 8” / 12”
Diameter pipa cerobong : 12”
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-43
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.19 Flash Tank
Keterangan Gambar Flash Tank :
1. Pipa pemasukan : Untuk pemasukan nira mentah tersulfitir
2. Talang alir : Untuk mengalirkan aliran nira agar menyebar
3. Pipa tap nira : Untuk mengeluarkan nira sewaktu pembersihan
4. Pipa pengeluaran : Untuk saluran pengeluaran nira menuju snow
balling
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-44
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
5. Cerobong : Untuk mengeluarkan udara atau gas yang terlepas dari
nira
f. Snow Balling Tank
Merupakan alat berupa bejana yang berfungsi untuk mencampur nira
dengan floculant. Flokulan yang dipakai adalah jenis pengendapan negatif.
Cara Kerja
Nira dari bak pembagi masuk melalui pemasukan nira ke
dalam snow balling tank. Nira jatuh lewat pipa pemasukan lalu
keluar dari pipa dan naik ke atas dengan aliran berputar-putar
sehingga pencampuran dengan flokulan lebih sempurna. Nira
keluar dari snow balling akan menuju dorr clarifier.
Spesifikasi alat
Diameter bejana : 1000 mm
Tinggi bejana : 3750 mm
pipa in/out : 10” / 10”
Kapasitas : 2 m3
3
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-45
7
6
5
8
4
2
1
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.20 Snow Balling TankKeterangan gambar Snow Balling Tank
1. Pipa pemasukan Nira : Saluran nira dari flash tank.
2. Pipa pemasukan flokulant : Saluran pemasukan flokulan.
3. Pipa pengeluaran gas : Saluran pengeluaran gas.
4. Pipa pengeluaran nira : Sebagai pengeluaran nira yang telah
bersirkulasi.
5. Bejana snow balling : Tempat bersirkulasinya nira.
6. Pipa tap nira : Saluran pengeluaran nira waktu akan dibersihkan.
7. Sekat : Untuk tempat nira agar dapat bersirkulasi ke atas.
8. Manhole : Sebagai lubang keluar masuknya orang saat
pembersihan bejana.
g. Dorr Clarifier (Bejana Pengendapan)
Mempunyai fungsi untuk mengendapkan kotoran yang terdapat dalam nira
dan memisahkan kotoran endapan tersebut dengan nira jernih.
Spesifikasi alat
Merk : Kawasaki
Type : Multitray (4 tray)
Jumlah : 2
Kapasitas : 199 m3
Diameter badan : 5500 mm
Tinggi badan : 6700 mm
Rpm pengaduk : 10
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-46
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-47
1
Gambar 3.21 Dorr
6
8
1
1
1
1
1
1
12
3
54
7
9
1
1
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Keterangan Gambar Door Clarifier :
1. Pipa pemasukan nira : Sebagai talang pemasukan nira dari snow
balling.
2. Motor listrik : Untuk menggerakkan sekraper.
3. Pipa pusat : Sebagai saluran pemasukan nira ke tiap kompartemen.
4. Kompartemen : Sebagai tempat berlangsungnya proses
pengendapan kotoran dalam nira.
5. Pintu nira : Sebagai saluran pemasukan nira ke setiap
kompartemen dari pipa pusat.
6. Pipa pengeluaran nira kotor : Sebagai saluran pengeluaran nira
kotor dari tiap kompartemen dan ditampung di bak nira kotor.
7. Pipa penghubung nira kotor : Sebagai penghubung pipa nira kotor
yang keluar dari door clarifier.
8. Bak nira kotor : Untuk menampung nira kotor dari clarifier.
9. Pompa nira kotor : Untuk memompa nira kotor ke RVF.
10. Pipa udara dan gas-gas : Sebagai saluran pengeluaran udara dan
gas-gas dari dalam peti pengendap.
11. Pipa nira jernih : Untuk saluran nira jernih dari tiap-tiap
kompartemen yang mengalir secara luapan ke atas dan ditampung
dalam clear juice tank.
12. Peti Penampung : Saluran penampung nira jernih dari masing-
masing kompartemen dari dorr clarifier.
13. Pipa nira : Saluran nira jernih menuju saringan nira jernih.
14. Manhole : Untuk lubang masuk orang saat pembersihan atau
perbaikan.
15. Saringan nira jernih : Untuk menyaring kotoran yang masih terlarut
dalam nira jernih.
16. Clear juice tank : Untuk menampung nira jernih dari dorr clarifier.
17. Pompa nira jernih (pompa centrifugal) : Sebagai alat pemompa nira
jernih dari clear juice tank menuju Badan Penguapan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-48
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
18. Sekraper : Sebagai penggaruk endapan atau kotoran yang ada di
dasar tiap kompartemen.
h. Rotary Vacuum Filter
Rotary Vacuum Filter berbentuk silinder yang berputar pada poros silinder
horisontal. Fungsi dari alat ini untuk memisahkan endapan/kotoran dari filtratnya.
Pemisahan dilakukan dengan mengalirkan nira kotor yang ditambahkan bagasillo
untuk membantu kompresibilitas endapan ke alat penapis yang memiliki lubang
saringan lebih kecil dari ukuran endapan, sehingga nira dapat mengalir lewat
media penapisan
Cara Kerja
Jika RVF mulai bekerja bagian yang terendam nira kotor berhubungan
dengan vacuum rendah yang menyebabkan nira tertarik masuk melalui lubang
saringan dan kotoran yang terkandung di dalamnya menempel di saringan
sebagai blotong. Setelah terbentuk blotong vacuum meningkat. Lapisan
blotong yang berada di daerah vacuum tinggi terbawa putaran drum melewati
beberapa sprayer yang menyemprotkan air panas 700 C. Air panas yang
diberikan menyebabkan terjadinya pencucian blotong, pada saat ini drum
masih berhubungan dengan vacuum tinggi sehingga sisa nira dan air pencuci
dapat terhisap. Tahap akhir, putaran drum masih berhubungan RVF
berhubungan dengan daerah tanpa vacuum. Blotong yang dipisahkan keluar
melalui corong hasil penyaringan dialirkan ke conveyor blotong di bawa ke
truck penampung. Nira tapis hasil penyaringan dialirkan ke peti tarik nira
mentah tertimbang.
Spesifikasi alat
Rotary Vacuum Filter Lama
Jumlah : 3
Diameter drum : 2.450 mm
Panjang drum : 3.700 mm
Luas penyaringan : 28,2 m2
Total screen : 32/set
Perforasi, tebal : 24 x 29 mesh ; 0,5 mm
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-49
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Total plastic grade : 96 pcs/set
Perforasi : 10 x 28 mm
Dimensi : 600 x 450 mm
Rotary Vacuum Filter Baru
Jumlah : 1
Diameter drum : 3.660 mm
Panjang drum : 7.014 mm
Luas penyaringan : 80 m2
Total screen : 91 lbr
Perforasi, tebal : 24 x 29 mesh ; 0,5 mm
Total plastic grade : 273 pcs/set
Perforasi : 10 x 28 mm
Dimensi : 600 x 450 mm
Gambar 3.22 Rotary Vacuum Filter
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-50
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Keterangan Gambar Rotary Vacuum Filter :
1. Bak nira kotor : Menampung nira kotor dari Dorr Clarifier yang
telah tercampur dengan bagacilo.
2. Drum vacuum filter : Untuk menyaring nira kotor dengan tekanan
hampa sehingga nira tapis tertarik dan blotong tertahan saringan.
3. Pipa air pencucian (afsud) : Sebagai saluran air penyiraman
kotoran yang menempel pada saringan.
4. Sekraper : Untuk menyekerap blotong.
5. Pipa vacuum rendah : Saluran bertekanan vacuun rendah untuk
menghisap nira tapis.
6. Pipa vacuum tinggi : Saluran bertekanan vacuum tinggi untuk
menghisap nira tapis.
7. Electro motor : Sebagai penggerak drum vacuum filter.
8. Agitator : Untuk pengaduk supaya nira kotor tidak mengendap.
9. Pipa luapan : Untuk mengalirkan luapan nira kotor dari bak.
10. Vacuum meter : Alat untuk mengukur tekanan vacuum pada RVF.
11. Saringan : Untuk penyaring nira kotor.
12. Pipa tap nira kotor : Untuk saluran nira kotor saat pembersihan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-51
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Alat Pembuat Susu Kapur
Gambar 3.23 Alat Pembuat Susu Kapur
Keterangan gambar alat pembuat susu kapur :
1. Penampung kapur tohor : Tempat untuk penampungan kapur
yang dikirim dari pihak III.
2. Pipa air panas : Saluran air panas untuk memadamkan kapur.
3. Pipa air dingin : Saluran air dingin untuk tambahan
memadamkan kapur.
4. Tromol pemadan kapur : Untuk mencampurkan dan mengaduk
kapur dengan air hingga halus.
5. Motor penggerak I : Untuk menggerakkan tromol pemadam
kapur.
6. Motor penggerak II : Sebagai penggerak saringan goyang.
7. Saringan kasar : Sebagai penyaring kapur yang tidak
terpadamkan juga batu dan krikil.
8. Saringan getar : Untuk menyaring susu kapur dari krikil
sehingga didapat susu kapur yang lebih halus.
9. Bak Pegendap pasir : Sebagai penampung susu kapur juga
sebagai pengendap pasir.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-52
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
10. Tap tapan pasir : Jalur untuk mengeluarkan pasir yang terikut
pada susu kapur.
11. Bak tunggu berpengaduk : Sebagai bak tunggu berpengaduk,
sebagai bak pengenceran sehingga didapat susu kapur dengan
kekentalan tertentu.
12. Pipa air dingin : Saluran air dingin untuk mengencerkan susu
kapur hingga densitasnya 60 Be.
13. Pangaduk : Sebagai alat yang digunakan untuk mengaduk susu
kapur agar merata.
14. Motor penggerak III : Sebagai penggerak pengaduk pada bak
tunggu.
15. Valve : Sebagai alat penghubung peti tunggu dan peti
pengiriman ke proses.
16. Pipa masuk : Saluran susu kapur menuju penjatah susu kapur.
17. Sirkulasi : Saluran pengembalian susu kapur dari peti penjatah
susu kapur.
18. Pompa : Pemompa susu kapur dari bak tunggu ke peti penjatah
susu kapur.
19. Motor listrik IV : Sebagai penggerak pompa susu kapur menuju
proses.
3. Stasiun Penguapan
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-53
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.24 Badan Penguapan (Evaporator)
Keterangan Gambar Badan Penguapan (Evaporator) :
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-54
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
1. Manhole : Lubang masuk dan keluarnya orang pada saat diadakan
pembersihan ataupun perbaikan.
2. Pipa pemasukan uap : Sebagai saluran pemasukan uap pemanas ke badan
penguap.
3. Pipa uap nira : Sebagai saluran uap nira ke badan berikutnya.
4. Penangkap nira (Separator) : Untuk menangkap nira yang terbawa oleh
uap pemanas.
5. Pipa Pembuangan udara : Sebagai saluran untuk pengeluaran udara.
6. Ruang Uap : Sebagai ruang uang pemanas nira.
7. Ruang Nira : Sebagai ruang nira yang dipanasi.
8. Pipa pemasukan nira : Sebagai saluran pemasukan nira ke badan penguap.
9. Pipa pengeluaran nira : Sebagai saluran pengeluaran nira dari badan
penguap.
10. Pipa tap nira : Sebagai saluran tap-tapan nira badan penguap, saluran
pengeluaran larutan soda pada waktu akan sekrap.
11. Valve pengaman tekanan : Alat untuk mengurangi tekanan uap yang
berlebih.
12. Kaca pengamat : Untuk melihat keadaan nira dalam badan penguap.
13. Pipa pengeluaran air kondensat : Untuk saluran pengeluaran air kondensat
pada badan terakhir.
14. Pipa pemasukan air : Sebagai saluran pemasukan air untuk membersihkan
badan penguap dan lain-lain.
15. Manometer : Sebagai alat untuk mengetahui tekanan badan penguap.
16. Thermometer : Sebagai alat untuk mengetahui suhu nira pada badan
penguap.
17. Manometer calandria : Untuk mengukur tekanan uap pada tromol.
18. Pipa amoniak : Untuk mengeluarkan gas-gas yang tak terembunkan.
19. Pipa Jiwa : Sebagai saluran sirkulasi nira dalam badan penguapan.
4. Stasiun Masakan
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-55
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
a. Pan Masakan
Pan kristalisasi merupakan bejana yang berfungsi untuk pembentukan
dan pembesaraan inti kristal. PG Pesantren Baru mempunyai 11 buah pan
kristalisasi, masing-masing dengan satu kondensor. Proses masakannya
dengan tingkat masak ACD.
Cara kerja
Bahan yang masuk vacuum pan berupa nira kental atau strup dipanasi
dalam ruang vacuum (64 cmHg) agar terjadi penguapan / mendidih pada suhu
yang rendah (700C). Bahan tersebut bersirkulasi pada pipa-pipa pemanas di
dalam vacuum pan. setelah itu dimasukkan bibit yang diperoleh dari proses di
pan lain (masakan D dengan fondan, masakan C dengan gula D2, dan
masakan A dengan gula C (babonan A). Dalam proses pemanasan tersebut
bibit gula akan bertambah besar sehingga mencapai ukuran yang dikehendaki
untuk selanjutnya valve pengeluaran masakan dibuka untuk dioper atau
langsung diputar.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-56
80757065605550454035302520151050
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.25 Vacuum Pan
Keterangan gambar Vacuum Pan :
1. Pipa air panas : Saluran air panas untuk membersihkan bagian dalam
Vacuum Pan.
2. Manhole : Lubang untuk jalan orang saat pembersihan atau perbaikan.
3. Penangkap nira : Untuk menangkap percikan nira yang terbawa uap air
4. Pipa pengeluaran uap nira : Saluran uap nira keluar menuju kondensor.
5. Kaca penglihat : Untuk mengetahui keadaan masakan dalam Vacuum
Pan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-57
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
6. Pipa buangan vacuum : Untuk mengeluarkan vacuum pada saat
masakan akan turun atau oper.
7. Pipa uap pemanas : Saluran uap untuk pemasukan uap panas
(krengseng) saat menurunkan masakan atau pembersihan.
8. Skala pan masak : Untuk mengetahui isi Vacuum Pan.
9. Vacuum meter : Alat untuk mengukur vacum pada vacuum pan.
10. Pipa air pencuci : Untuk saluran air, pencuci kaca penglihat masakan.
11. Termometer ruang pemanas : Alat untuk mengukur temperatur uap
dalam ruang pemanas.
12. Manometer : Alat untuk mengukur tekanan uap nira dalam ruang nira.
13. Pipa amoniak : Saluran untuk mengeluarkan gas-gas yang tak
terembunkan.
14. Pipa pemasukan uap : Saluran untuk pemasukan uap (uap bekas / uap
nira).
15. Pipa pengeluaran air konden : Saluran pengeluaran air konden dari
ruang pemanas Vacuum Pan.
16. Savety valve : Alat untuk mengeluarkan uap bila teromol tekanan
berlebih.
17. Pipa pengeluaran masakan : Saluran pengeluaran masakan dari
Vacuum Pan Ke palung pendingin.
18. Pipa Pemasukkan Nira Kental : Saluran pemasukan nira kental ke
Vacuum Pan.
19. Pipa pemasukkan air panas : Saluran air panas untuk mencuci bila
terbentuk kristal palsu.
20. Pipa pemasukan Klare SHS : Saluran kalre SHS untuk penambahan
bahan masakan.
21. Pipa pemasukan babonan : Saluran babonan untuk penambahan bahan
masakan.
22. Pipa operan : Tempat untuk memasukkan bahan masak dari vacum pan
lain dan sebagai pengoper pan masakan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-58
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
23. Pipa sogokan : Saluran untuk mengambil contoh masakan didalam pan
pada saat sedang masak.
24. Pipa jiwa / pipa sirkulasi : Tempat bersirkulasinya bahan yang akan
dikristalkan.
25. Pipa pokok : Saluran pemasukan bahan ke pan masakan.
b. Kondensor
Berfungsi untuk mengembunkan uap nira. Beroperasi dalam keadaan
vakum.
Spesifikasi alat :
Type : Barometris
bejana : 2600 mm
Tinggi bejana : 8768 mm
kaki barometris : 25”
c. Pompa Vakum
Berfungsi untuk menarik gas-gas yang tidak terembunkan dan
mengeluarkan dari dalam kondensor sehingga terjadi kondisi vakum.
Spesifikasi alat :
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 45 m3 / menit
Diamater inlet/otlet : 8” / 8”
Elektromotor : 90 kw / 110 kw
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-59
2
1
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.26 Kondensor
Keterangan Gambar Kondensor :
1. Pipa air injeksi : Saluran air pendingin (injeksi) masuk ke kondensor.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-60
4
7
5
6
3
8
9
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
2. Pipa vacuum : Saluran uap yang tak terembunkan.
3. Tirai : Menahan air injeksi agar dapat meluas dan bersinggungan
dengan uap selama mungkin.
4. Pemasukan uap nira : Saluran uap nira dari penangkap nira (verkliker).
5. Pompa Vacuum : Menarik uap yang tak terembunkan.
6. Pompa Air Injeksi : Menari air injeksi untuk pembentukan hampa di
kondensor.
7. Pipa air jatuhan : Saluran air jatuhan yang berasal dari air kondensor.
8. Thermometer : Mengukur suhu air jatuhan.
9. Bak air : Bak penampung air jatuhan.
d. Palung Penampung A, C, D
Alat ini berfungsi untuk menampung masakan yang turun dari vacuum pan
atau pan masak, palung penampung ini dilengkapi dengan pengaduk berbentuk
spiral agar tidak terjadi pengkristalan karena pengendapan atau pendingin.
Gambar 3.27 Palung Penampung
Keterangan Gambar Palung Penampung :
1. Bak Penampung : Untuk menampung masakan turun.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-61
3
2 1
1
6
5
4
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
2. Pengaduk : Untuk mengaduk masakan.
3. As Pengaduk : Poros perputaran dari pengaduk.
4. Motor listrik : Untuk penggerak roda gigi.
5. Roda gigi : Pemutar as pengaduk.
6. Talang pengeluaran masakan : Untuk mengeluarkan masakan.
7. Stang ulir : Sebagai penghubung roda gigi.
e. Palung Pendingin (Rapid Cool Crystalizer)
Palung pendingin berfungsi yntuk mendinginkan masakan D agar terjadi
proses kristalisasi lanjut (Na kristalisasi). Bentuk palung pendingin mirip dengan
palung penampung tetapi pengaduknya diisi dengan air dan berupa sirip-sirip dari
pipa dan berulir.
Cara Kerja
Masakan D yang masuk ke palung pendingin akan mengalami
pendinginan dan pengadukan. Pendinginan dilakukan dengan air dingin
yang dimasukkan dalam pipa. Setelah pendinginan hingga suhu 450C -
500C masakan D dipanaskan dahulu sampai suhu 550C sebelum diputar
agar pemutaran lebih mudah.
Spesifikasi alat :
- Jumlah : 5 buah
- Type : Rapid Cool Crystaler
- volume : 400 Hl
- Kecepatan : 0,3 rpm
- Elektromotor air pendingin : 1,5 kw
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-62
6
2
9
1
87
3
11 4
5
5
4
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.28 Palung Pendingin
Keterangan gambar Palung Pendingin :
1. Bak penampung : Untuk menampung masakan D.
2. Pengaduk : Sebagai pengaduk masakan sekaligus berfungsi untuk
mendinginkan masakan.
3. As Pengaduk : Merupakan poros pemutar pengaduk.
4. Roda gigi : Pemutar pengaduk.
5. Motor listrik : Untuk menggerakkan roda gigi.
6. Pipa air pendingin : Saluran pemasukan air dingin ke pengaduk.
7. Pipa air panas : Untuk saluran air panas dari pengaduk.
8. Pipa pemasukan : Sebagai saluran pemasukan masakan.
9 Pipa tap : Sebagai saluran pengeluaran isi palung.
10 Termometer : Untuk mengetahui suhu masakan.
11 Talang penghubung antar palung : Untuk mengalirkan masakan D dari
satu palung ke palung lain.
f. Pemanas (Reheater)
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-63
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Reheater berfungsi untuk memanaskan masakan supaya lebih mudah
untuk diputar dengan batasan pada pemanasan tidak terjadi pelarutan kristal.
Masakan yang ada dalam reheater dipanaskan dengan air panas yang ada
dalam pipa.
Spesifikasi Alat
Jumlah : 1 buah
Panjang/ lebar/ tinggi : 6,1 m/ 1,4 m/ 2,5 m
Kapasitas : 200 Hl
Type : Horisontal Tubular Pype
Pipa air pemanas : 5 cm
Pipa pengeluaran masakan : 33,7 cm
Panjang pipa air pemanas : 610 cm
Jumlah air pemanas : 56 buah
Gambar 3.29 Palung Pemanas (Reheater)
Keterangan Gambar Palung Pemanas (Reheater) :
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-64
1 2
43
5
67
8
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
1. Palung Pemanas : Untuk memanaskan kembali masakan D dari
crystalizer.
2. Pipa air panas : Salkuran air panas yang digunakan untuk
pemanasan masakan.
3. Pipa pengeluaran air panas : Saluaran air panas yang digunakan
untuk pemanas.
4. Pipa sirkulasi : Untuk bersirkulasi air panas.
5. Talang pemasukan masakan : Saluran masakan yang sudah selesai
dipanaskan.
6. Pipa pengeluaran masakan : Saluran pengeluaran masaka yag telah
mengalami pemanasan.
7. Peti pemanas air : Tempat pemanasan air.
8. Pompa : Untuk memompa air panas ke palung pemanas.
5. Stasiun Putaran dan Penyeleseaian
1. Putaran A dan Putaran SHS (High Grade Fugal)
Berfungsi untuk memutar masakan A dan gula A. puteran A dan puteran
SHS mempunyai basket yang berbentuk silindris dengan dua lapisan saringan
yaitu working screen dan backing screen.
Cara Kerja
Putaran HGF dalam pengoperasiannya mempunyai 4 tingkat kecepatan
yang berbeda. Perputaran ini diatur oleh timer yang mengatur lamanya putaran
tiap-tiap tingkat. Tingkat putaran pertama adalah saat pengisian, kedua putaran
kerja, ketiga saat pembilasan dengan uap dan air, keempat saat sekrap.
Hasil gula A ditampung dan dialirkan ke Feed mixer, selanjutnya dialirkan ke
putaran High Grade SHS. Sedangkan klarenya ditampung dan dipompa ke
masakan untuk dimasak lagi. Selesai satu siklus, putaran akan berkurang
dengan bantuan pengereman secara hidrolis yang terdapat dibawah motor
utama. Hasil putaran ini berupa gula SHS dan klare SHS.
Saat penutup atas akan membuka dan sekrap gula yang digerakkan secara
hidolis turun, gula yang telah diputar turun. Gula ini masih agak basah dan
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-65
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
akan dilanjutkan ke talang goyang untuk kemudian dikeringkan. Saat sekrap
tersebut turun, discarge valve membuka kemudian mengulang lagi proses
pengisian tingkat pertama. Putaran High Grade bekerja secara otomatis dan
terus-menerus sesuai dengan penyetelan siklus.
Di PG Pesantren Baru menggunakan 3 merk puteran HGF yaitu :
1. Salzgitter FZ - 650
2. BMA SMAG FZ
3. Broad Bent C 52 MT
Spesifikasi alat
HGF (High Grade Fugal)
Merk / Type : Salzgitter / FZ-650
Jumlah : 10 buah (5 untuk put. A, 5 untuk put. SHS)
Kapasitas : 450 kg / cyclus
Diameter Basket : 1240 mm
Tinggi basket : 800 mm
Rpm : 985
Elmo : 110 kW/ 985 rpm
Merk / Type : BMA / SMAG FZ
Jumlah : 2 buah (puteran A)
Kapasitas : 1000 kg / cyclus
Diameter Basket (mm) : 1240 mm
Tinggi Basket : 1200 mm
Rpm : 1200
Elmo : 130 kW/ 1200 rpm
Merk / Type : Broad Bent / C 52 MT
Jumlah : 3 buah (1 bh untuk put A, 2 put. SHS)
Kapasitas : 1300 kg / cyclus
Diameter Basket (mm) : 1300 mm
Tinggi Basket : 1067 mm
Rpm : 1200
Elmo : 110 kW/ 1000 rpm
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-66
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Gambar 3.30 Puteran High Grade Fugal (HGF) Gula A dan SHS
Keterangan Gambar Puteran A dan Puteran SHS (High Grade Fugal)
1. Motor I : Menggerakkan kipas pendingin motor pada penggerak
puteran.
2. Motor II : Untuk menggerakkan basket puteran.
3. Penampung : Penampung masakan untuk diputar.
4. Proses penggerak : Sebagai penghubung motor dengan basket.
5. Pengaturan ketebalan : Mengatur katup pengeluaran masakan.
6. Katup pengisian : Pembuka dan penutup aliran masakan yang akan
diputar.
7. Working screen : Menahan laju kristal sehingga terpisah dengan
stroopnya.
8. Backing screen : Menahan working screen sehingga stroop mudah
keluar ke tromol puteran.
9. Pengeluaran stroop : Saluran pengeluaran stroop.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-67
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
10. Pipa air siraman : Air untuk mencuci lapisan stroop yang masih
melekat pada kristal gula.
11. Pipa setum : Saluran uap yang digunakan untuk pengeringan.
12. Skrapper : Untuk mengambil gula yang melekat pada saringan.
13. Lubang pengeluaran gula : Saluran pengeluaran gula.
14. Alat control : Pengontrol kerja puteran gula.
15. Katup pengeluaran : Penutup dan pembuka lubang pengeluaran gula.
16. Rem : Mengurangi kecepatan puteran basket.
2. Puteran C dan Puteran D (Low Grade Fugal)
Puteran ini digunakan untuk masakan yang mempunyai HK rendah, yaitu
masakan C dan D. Sebagai pemisah masakan menjadi gula dan stroop. Low grade
mempunyai basket berbentuk kerucut dan bekerja secara kontinyu dengan
kecepatan putaran tetap dan pengisian secara terus-menerus.
Cara Kerja
Sebelum putaran dijalankan, terlebih dahulu dilakukan pengontrolan
terhadap motor penggerak, keadaan pompa minyak, dll. Putaran dijalankan
sampai motor penggerak beroperasi gerak stabil dan konstan. Katup pengisian
dibuka perlahan-lahan hingga penambahan tidak menimbulkan goncangan
basket..
Dengan adanya gaya centrifugal dan basket berbentuk kerucut dengan
kemiringan 340 maka kristal gula dalam masakan bergerak naik sedang
larutannya (stroop, klare atau tetes) akan menerobos saringan melalui pipa
pengeluaran menuju bak penampung.
Di PG Pesantren Baru menggunakan 4 merk puteran kontinu yaitu :
1. Salzgitter CC 1100 N
2. BMA K 850 J
3. Western state Titan 1300 CC 8A
4. Broadbent SPV 1425
Spesifikasi alat
LGF (Low Grade Fugal) untuk Putaran D I
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-68
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Merk / Type : BMA / K. 850 S
Jumlah : 4 buah
Kapasitas : 5 ton / jam
Diameter Basket : 850 mm / 430 mm
Rpm : 2400
Elmo : 37 kw / 1450 rpm
Merk / Type : WS / Titan 1300 CC 8 A
Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 12 ton / jam
Diameter Basket : 1100 mm/ 460 mm
Rpm : 2200
Elmo : 90 kw / 1450 rpm
Merk / Type : Broadbent / SPV 1425
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 20 ton / jam
Diameter Basket : 1425 mm
Rpm : 2200
Elmo : 110 kw / 1800 rpm
LGF (Low Grade Fugal) untuk Putaran D II
Merk / Type : WS / CC 6 A
Jumlah : 3 buah
Kapasitas : 8 ton / jam
Diameter Basket : 1100 mm / 460 mm
Rpm : 2000
Elmo : 55 kw / 1450 rpm
LGF (Low Grade Fugal) untuk Putaran C
Merk / Type : Salzgitter / CC 1100 N
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 8 ton / jam
Diameter Basket : 1100 mm/ 460 mm
Rpm : 2000
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-69
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Elmo : 45 kw / 1450 rpm
Merk / Type : Broadbent / SPV 1425
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 20 ton / jam
Diameter Basket : 1425 mm
Rpm : 2200
Elmo : 110 kw / 1800 rpm
Gambar 3.31 Puteran Low Grade Fugal (LGF) Gula C dan Gula D
Keterangan Gambar Puteran Low Grade Fugal Gula C dan Gula D
1. Pipa pemasukan : Saluran pemasukan masakan.
2. Katub pengisian : Pembuka dan penutup aliran masakan.
3. Pipa krensengan :Saluran uap untuk membersihkan puteran atau
memanaskan masakan apabila mengeras.
4. Pipa air : Saluran air untuk pembilasan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-70
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
5. Saringan : Pemisah antara kristal gula dan stroop atau tetes.
6. Pipa contoh : Untuk mengambil contoh gula hasil puteran.
7. Basket : Wadah atau tempat untuk menempelkan saringan.
8. Saluran tetes atau stroop : Saluran pengeluaran tetes atau stroop.
9. Ruang gula : Ruang gula hasil puteran.
10. Lubang pengeluaran : Saluran pengeluaran gula dari ruang gula.
11. Corong : Saluran pembantu pemasukan masakan yang masuk basket.
12. Tuas katup pengusian : Sebagai penggerak katup pengisian.
13. Karet penghubung : Menghubungkan motor dengan roda basket.
14. Motor
3. Alat Pengeringan Dan Pendinginan Gula
Gula yang keluar dari puteran SHS masih dalam keadaan basah sehingga
perlu dikeringkan dan didinginkan di sugar dryer and cooler agar pada waktu gula
dimasukkan dalam karung tidak akan mengalami kerusakan atau perubahan warna
akibat mikroorganisme. Suhu normal gula keluar dari sugar dryer and cooler + 38-
40oC.
Cara Kerja
Kristal gula yang keluar dari putaran SHS yang masih basah masuk
ke pengering dan pendinginan gula melewati talang goyang dan elevator.
Gula masuk ke pengering dihembuskan udara panas dari blower I dengan
suhu + 80o, kemudian gula masuk pendinginan. Gula dihembus udara dari
blower II dengan suhu 38o dan debu gula ditangkap oleh cyclon yang
kemudian dispray dengan air dalam cyclon dan dipompa ke peti leburan.
Sedangkan kristal gula yang keluar dari sugar dryer and cooler dalam
keadaan dingin dan kering.
Spesifikasi alat
- Kapasitas : - kecil : 15 ton / jam
- besar : 25 ton / jam
- Type : Vibratory Fluidesed Bed
W/ Cyclone separator
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-71
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
- Diameter cyclon separator : 2,5 m
- Tinggi cyclon separator : 4 m
- Panjang dryer zone : 9 m
- Panjang cooler zone : 6 m
- Bahan cyclone : Mild steel
Gambar 3.32 Alat Pengeringan Gula (Sugar dryer and cooler)
Keterangan Gambar Alat Pengeringan Gula (Sugar dryer and cooler):
1. Corong pemasukan : Sebagai jalan masuk gula ke dalam sugar dryer
and cooler.
2. Sarangan : Tempat pengeringan dan pendinginan gula.
3. Pipa udara pendingin : Saluran udara dingin untuk mendinginkan gula.
4. Pipa udara panas : Saluran udara panas untuk mendinginkan gula.
5. Pipa penghisap debu : Menghisap gula debu untuk dicampur dengan
air dan dipompa ke leburan.
6. Corong pengeluaran : Saluran pengeluaran kristal dari sugar dryer and
cooler.
7. Blower I (Forced Draft For Heater) : Blower untuk pemanas udara
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-72
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
8. Blower II (Forced Draft For Cooler) : Blower untuk pendinginan
(udara dingin)
9. Blower III (Induced Forced Draft Fan) : Blower untuk penghisap
udara.
10. Motor listrik : Penggerak kipas.
11. Air dryer : Alat untuk memanaskan udara.
4. Saringan Gula (Vibrating Screen)
Saringan gula berfungsi untuk memisahkan gula kerikil, gula standar
(produk) dan gula halus. Gula produk yang baik adalah gula yang mempunyai
ukuran 0,9-1,1 mm. sedangkan gula dikemas terlebih dahulu dilakukan pemisahan
dari masing-masing fraksinya yaitu :
1. Fraksi gula halus.
2. Fraksi gula standar (normal).
3. Fraksi gula kasar.
Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan saringan getar (vibrating
screen) yang merupakan suatu unit talang yang dibagi oleh dua buah kassa
saringan kawat stainless steel dengan ukuran masing-masing 8 x 8 mesh & 23 x
23 mesh dengan jumlah getaran per menit + 500 x
Cara Kerja
Gula yang turun dari bucket elevator II masuk ke vibrating screen
melalui corong pemasukan. Vibrating screen bergetar dengan gerakan
sedikit vertikal dan horisontal sehingga gula akan tersaring dan berjalan
ke arah pengeluaran gula sesuai dengan ukuran yang diharapkan.
Saringan yang terpasang ada 2 buah yaitu ukuran 8 mesh untuk
gula kasar dan ukuran 23 mesh untuk gula produk. Untuk gula halus
keluar dari saringan melalui corong dan bersama gula kasar dilebur
kembali. Sedangkan gula produk dibawa oleh bucket elevator III ke
Sugar bin.
Spesifikasi alat
a. Jumlah saringan : 3 buah
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-73
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
b. Lebar x tinggi : Utara 2000 mm x 4500 mm
: Tengah 1500 mm x 4500 mm
: Selatan 1200 mm x 4000 mm
c. Ukuran jaringan gula kasar : 8 x 8 mesh
d. Ukuran jaringan gula hasus : 23 x 23 mesh
Gambar 3.33 Saringan Getar (Vibrating Screen)
Keterangan Gambar Saringan Getar (Vibrating Screen)
1. Corong pemasukan : Saluran pemasukan gula ke vibrating screen
dari bucket elevator II.
2. Saringan : Untuk memisahkan antara gula produk, gula kasar dan
gula halus.
3. Roda Penggerak (eksentrik) : Sebagai penggerak saringan gula.
4. Pegas : Sebagai penahan saringan agar dapat bergetar sesuai
penggerak.
5. Motor listrik : Sebagai penggerak roda penggerak (eksentrik).
6. Pengeluaran gula produk : Mengeluarkan gula produk yang akan
dibawa ke bucket elevator III ke sugar bin.
7. Pengeluaran gula halus, kasar dan krikilan : Untuk mengeluarkan
gula halus, kasar dan krikilan.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-74
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
5. Alat Peleburan Gula
Alat ini berfungsi untuk melebur gula kerikil, gula halus, gula sisa, gula
kotor, gula C dan gula D. Pada alat ini ditambahkan air panas sehingga kristal
gula dapat larut kembali. Gula leburan ini selanjutnya di pompa ke peti kental.
Gambar 3.34 Alat Peleburan Gula
Keterangan Gambar Alat Pelebur Gula :
1. Peti leburan : Peti untuk melemburkan gula.
2. Pengaduk : Untuk mengaduk leburan gula.
3. Pompa : Untuk memompa gula ke peti penampung.
4. Pipa steam : Untuk memasukkan uap pemanas agar gula cepat
larut.
5. Pipa air panas : Untuk menambahkan air panas agar gula dapat
larut.
6. Saringan : Untuk menyaring gula kasar agar pompa tidak tarik.
6. Gudang Gula
Gula yang telah disaring di dalam vibrating screen kemudian ke dalam
sugar elevator yang berfungsi untuk mengangkat gula ke sugar bin. Sebelum
diadakan penimbangan gula produk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam zak
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-75
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
plastik dan ditimbang beratnya. Setelah itu zak-zak plastik tersebut dijahit
kemudian disimpan dalam gudang-gudang gula.
Gudang gula berfungsi untuk tempat penyimpanan gula produk yang
berupa gula kristal dan sudah dikemas dalam zak-zak plastik. Gula tersebut
dipindahkan dengan conveyor gula dari stamvloer ke gudang gula.
Penyimpanan dalam gudang relatif lama sehingga untuk menjaga agar
gula tidak rusak selama penyimpangan maka gudang harus memenuhi syarat-syarat
:
Kelembaban dalam gudang 50%-60% dan suhu sekitar 400-500 C
Atap tidak bocor bila hujan
Dinding dan lantai tidak lembab
Harus selalu bersih dan kering
Tidak ada rembesan air baik dari lantai maupun dinding
Dilengkapi dengan alat-alat seperti thermometer, hygrometer dan alat
pemadam kebakaran
Pengeluaran gula dari gudang penyimpangan dengan prinsip gula masuk
lebih dahulu maka dikeluarkan terlebih juga. Hal ini dimaksudkan agar gula
masuk lebih dahulu tidak mengalami penyimpangan yang terlalu lama. Susunan
lapisan lantai gudang gula di PG. Pesantren Baru adalah :
- Lantai dasar gudang gula dasar cor.
- Balok kayu dengan ketebalan 15 cm.
- Gedek guling bekas 1 lapis.
Cara penyusunan karung dalam gudang
Penyusunan dimulai dari tepi dinding dengan jarak 1 - 1,5 m dengan
menggunakan sistem 4 - 6 m. Artinya posisi karung disusun 4 zak membujur dan
6 zak melintang. Penyusunan gula ke atas dilakukan berselang-selang sehingga
zak satu dengan yang lainnya saling mengunci.
Cara menghitung jumlah karung dalam gudang :
a. Tinggi sap kapling : 50 sap
b. Kapling : 10 zak
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-76
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
c. Jumlah karung tiap sap dalam satu kapling : 500 zak
Gambar 3.35 Gudang Gula
Keterangan Gambar Gudang Gula :
1. Gudang Gula No 1
Gudang gula dengan luas 1.608 m2 dengan kapasitas 60.000 zak plastik.
2. Gudang Gula No. 2
Gudang gula dengan luas 2.366 m2 dengan kapasitas 85.000 zak plastik.
3. Gudang Gula no. 3
Gudang gula dengan luas 1.475 m2 dengan kapasitas 60.000 zak plastik.
4. Gudang Gula No 4
Gudang gula dengan luas 3.150 m2 dengan kapasitas 140.000 zak plastik.
5. Gudang Gula No. 5
Gudang gula dengan luas 1.575 m2 dengan kapasitas 105.000 zak plastik.
6. Conveyor gula
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-77
Uraian ProsesLaporan Kerja Praktek di PG. Pesantren Baru
Alat untuk mengangkut gula dari stamvloer ke gudang gula.
Program Studi D3 Teknik KimiaFTI-ITS
III-78
Pan Masaka