Studi Persepsi Jemaat HKBP Ebenezer tentang kuasa dalam Praktek
Pengobatan Tradisional Dampol Tongosan dari Perspektif Hendrik Berkhof
Oleh:
Ervina Pangaribuan
712015085
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi
sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang
Teologi (S.Si.Teol)
Program Studi Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“SABAR. Tuhan sudah menyediakan semuanya. Tuhan cuma perlu hatimu untuk
bersabar menunggu waktuNya”
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yesus Kristus, karena
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Secara khusus dalam pendidikan yang penulis tempuh selama empat tahun, tak
henti-hentinya penyertaan Tuhan yang penulis rasakan.
Tugas akhir ini ditulis untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar
sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si Teol). Penulis menyusun Tugas Akhir
ini bukan hanya karena tugas semata. Melainkan melalui Tugas Akhir ini penulis
berharap dapat membantu gereja pada umumnya ataupun jemaat HKBP Ebenezer
untuk memahami dengan lebih komprehensif mengenai pengobatan tradisional
yang menggunakan kuasa supranatural. Selain itu penulis berharap laporan ini
membantu menambah refrensi dan menambah pengetahuan pembaca mengenai
kepercayaan terhadap okultisme dan kuasa-kuasa. Pada kesempatan ini, dengan
rasa bangga dan hormat penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat yang melimpah kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan strata satu saya di
fakultas teologi UKSW dengan baik.
2. Kedua orang tua yang telah mendukung dan mendoakan saya selama kuliah,
memotivasi, menyemangati saya dalam menyelesaikan tugas akhir,dan juga
kepada saudara laki-laki saya, Alfonso Pangaribuan yang telah membiayai
saya selama lima tahun dalam perkuliahan dan memberi saya semangat untuk
menjalani setiap tantangan yang ada dalam masa perkuliahan.
3. Pdt. Ebenheizer Nuban Timo dan Yulius Yusak Ranimpi yang telah
membimbing saya mulai dari awal pengerjaan proposal tugas akhir,
memberikan saya semangat, hingga berakhir dengan penuh kesbaran.
4. Gereja HKBP Ebenezer yang telah mengijinkan saya menjalani penelitian dan
membantu saya dalam pengerjaan tugas akhir ini.
5. Gereja HKBP Tornagodang yang telah mengijinkan saya menjalankan masa
praktek lapangan selama empat bulan dan telah memberikan pengalaman baru
kepada saya.
viii
6. Gereja HKBP Ambarawa yang mengijinkan saya praktek mulai dari PPL 1-8
dan untuk pembelajaran yang kami dapatkan. Secara khusus kepada St. J.
Pardede yang selalu memberikan motivasi dan menjadi orang tua yang selalu
mengingatkan kami agar lebih baik lagi.
7. Pdt. Requel Nababan yang selalu ada dalam suka duka yang saya alami,
sebagai penyemangat, dan sebagai paman yang selalu mengingatkan untuk
lebih baik, menegur saat saya salah.
8. Pdt. Simon Julianto, yaitu dosen wali saya yang selalu mendengar keluh
kesah, membantu menghadapi persoalan-persoalan dalam perkuliahan, dan
memotivasi saya dalam menyelesaikan tugas akhir saya.
9. Semua dosen Fakultas Teologi yang telah memberikan ilmunya kepada saya,
sehingga saya mampu menyelesaikan studi saya dengan baik.
10. Bu Budi selaku TU Fakultas Teologi dan para staff, yang dengan susah payah
mengurus segala keperluan administrasi mahasiswa sejak pertama kali masuk
hingga lulus.
11. Teman-teman saya, yaitu Yolanda Nababan, Erma Lumban Gaol, dan Ester
Marbun yang telh menjadi teman tertawa, teman berantem, teman menangis,
dan teman yang menyemangati saya selama empat tahun kuliah di UKSW.
Serta kepada Kharisma Manurung yang juga sebagai teman yang selalu
memberikan semangat dan selalu ada dalam suka duka yang saya alami.
12. Keluarga besar angkatan 2015 yang selalu menjadi keluarga yang sangat
peduli satu sama lain selama menjalani pendidikan di fakultas teologi UKSW.
13. Keluarga saya di Salatiga yaitu TEHILLA VOICE, yang memberikan saya
pembelajaran, mampu berkarya, sebagai tempat suka duka yang saya alami,
dan yang akan menjadi tempat yang sangat dirindukan nantinya.
14. Saudara laki-laki saya, Leo Panjaitan yang merupakan teman yang
memberikan saya semangat, yang tidak pernah lelah mendengar keluh kesah
saya, dan memotivasi saya dalam pengerjaan tugas akhir ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini, tentu masih banyak
kekurangan didalamnya. Oleh karna itu, penulis sangat berharap saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini dimasa yang akan
ix
datang. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat, pengetahuan, dan
wawasan serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... v
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ..................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .......... Error! Bookmark not defined.
MOTTO ................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
LANDASAN TEORI
Pengobatan Tradisional ....................................................................................... 6
Okultisme ............................................................................................................ 9
Dunia Roh dan roh manusia .............................................................................. 11
Kristus dan kuasa-kuasa dari perspektif Hendrik Berkhof ................................ 12
HASIL PENELITIAN
Gambaran umum jemaat HKBP Ebenezer ........................................................ 15
Pemahaman jemaat HKBP Ebenezer mengenai pengobatan tradisional Dampol
Tongosan ........................................................................................................... 16
ANALISA
Analisa persepsi jemaat HKBP Ebenezer mengenai kuasa yang ada dalam
praktik pengobatan tradisional Dampol Tongosan dari Perspektif Hendrik
Berkhof .............................................................................................................. 18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................................ 21
Saran .................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
xi
ABSTRAK
Pengobatan tradisional merupakan pengobatan yang sudah ada sejak lama dan
menggunakan cara dan obat-obatan tradisional yang berasal dari bahan-bahan alami.
Pengobatan tradisional Dampol Tongosan adalah salah satu bentuk pengobatan yang
dipakai untuk pengobatan patah tulang di kalangan masyarakat Batak Toba. Teknik
pengobatan ini dilakukan dalam jarak yang berjauhan. Dalam pengobatan ini ada
fenomena pengiriman roh kuasa atau kekuatan yang mampu memberikan sensasi rasa
sakit kepada pasien seolah-olah dukun hadir dan mengurut secara langsung. Metode
pengobatan ini mendapatkan tanggapan yang beragam dari warga jemaat, ada yang setuju
dan ada yang tidak setuju. Dengan demikian, perbedaan pendapat ini menjadi latar
belakang untuk dilakukannya penelitian. Penelitian yang dilakukan di HKBP Ebenezer ini
menggunakan metode kualitatif yang berupaya mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai persepsi jemaat tentang pengobatan ini. Penelitian ini menghasilkan dua
pandangan yang berbeda yaitu yang setuju dan tidak setuju. Pandangan yang setuju
didasarkan pada argumen bahwa cara tersebut senantiasa diawali dengan doa dan jika
sembuh hal itu pasti berasal dari Tuhan. Pandangan yang tidak setuju berpendapat bahwa
pengobatan ini dalam praktiknya menggunakan kuasa hitam dan termasuk dalam kategori
okultisme. Dalam penelitian ini, kedua pandangan warga jemaat tersebut disorot dengan
menggunakan perspektif mengenai kuasa yang dikemukakan oleh Hendrik Berkhof.
Melalui perspektif ini tidak ada kuasa yang dapat dipercaya selain kuasa Kristus,
walaupun kuasa itu dipakai untuk kesembuhan manusia.
Kata kunci: Pengobatan tradisional, Kristus dan kuasa-kuasa, okultisme
1
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hal utama bagi setiap orang, sehingga saat mengalami
sakit, individu tersebut akan mencari metode pengobatan yang terbaik agar dapat
segera sembuh. Kesembuhan adalah tujuan utama dari setiap langkah pengobatan
yang dicari dan dilakukan oleh setiap orang. Secara umum terdapat dua jenis
pengobatan yaitu pengobatan modern dan pengobatan tradisional. Sebelum
adanya pengobatan modern telah ada pengobatan tradisional yang pada zaman ini
dikenal sebagai pengobatan alternatif. Pengobatan tradisional berasal dari
kepercayaan dan pengalaman turun-menurun yang menggunakan energi antara
tubuh, pikiran, dan jiwa.1 Dalam praktiknya pengobatan tradisional biasanya
dilakukan oleh dukun yang mengandalkan serta menggunakan ritual keagamaan
atau kepercayaan lokal.2
Pengobatan tradisional telah ada sekitar 40 abad yang lalu. Pengobatan ini
berkembang di Siberia sebagai metode penyembuhan yang dilakukan oleh orang
pintar yang di sebut shaman. Shaman yang memiliki arti “orang yang melihat”
dan pengendali energi hidup. Shaman malakukan pengobatan dengan
menggunakan ritual dan juga obat-obatan yang berasal dari darah binatang liar,
tanaman tertentu dan ekstraksi bahan mineral alami. Dengan adanya pergeseran
dominasi budaya ke Barat pada saat itu maka perkembangan shaman berkembang
hingga ke Sumeria, Babilonia, Mesir, Yunani, Romawi, dan Eropa. Sedangkan di
bagian Timur berkembang di India dan China. Sekitar tahun 1000 SM di India,
terdapat teknik pengobatan yang dikenal yaitu Ayurveda (Ayurvedic) yang bisa
dikatakan semacam pengobatan oleh shaman. Di China sekitar tahun 4000 SM
berkembang pengobatan tradisional yang dilakukan dengan teknik akupuntur,
pijat, herbal, akupresur dan olah tubuh (qi gong). Selain itu di Mesir sekitar tahun
1500 SM (di era Kerajaan Firaun) terdapat teknik pengobatan kuno yang dikenal
dengan sebutan eber papyrus dimana bahan yang digunakan untuk mengobati
adalah daun papyrus yang dikeringkan secara khusus.3
1 Iwan Hadibroto & Syamir Alam, Seluk-beluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer, (Jakarta:
PT.Bhuana Ilmu Populer, 2006) hlm. 11. 2 Hadibroto & Syamir Alam, Seluk-beluk, 14.
3 Hadibroto & Syamir Alam, Seluk-beluk, 15.
2
Seiring dengan perkembangan pengetahuan, ilmu dan teknologi, telah
membawa masyarakat untuk lebih memperhatikan pengobatan modern dan mulai
meninggalkan pengobatan tradisional. Dalam pengobatan modern membutuhkan
biaya yang mahal dan jaminan untuk sembuh pun tidak terlalu menyakinkan. Atas
kondisi seperti itu, masyarakat kembali berpaling pada pengobatan tradisional.
Contohnya masyarakat di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak Provinsi Riau yang
lebih memilih pengobatan tradisional dengan alasan bahwa pengobatan tersebut
memberikan dampak yang signifikan bagi kesembuhan mereka dan dari sisi biaya
jauh lebih murah.4 Kelebihan dari pengobatan tradisional bukan hanya dari segi
biaya saja, namun tidak diabaikannya unsur-unsur emosi dan kepercayaan. Tentu
saja hal ini sangat penting, mengingat bahwa isu sehat dan sakit bukan hanya
berbicara mengenai gangguan virus atau bakteri saja tetapi juga berhubungan
dengan kuasa, relasi-relasi, dan emosi-emosi. Pengobatan tradisional juga menjadi
pilihan masyarakat karena berhubungan dengan kebudayaan. Pada dasarnya
manusia dan kebudayaan memiliki keterkaitan ataupun hubungan yang sangat
erat. Herkovits dan Malinowski mengemukakan bahwa cultural determinism yang
terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut.5
Dalam masyarakat Batak Toba dikenal beberapa teknik pengobatan
tradisional. Contohnya pengobatan tradisional urut (dampol), pengobatan penyakit
kuning dan berbagai macam pengobatan patah tulang selain Dampol Tongosan.
Tidak semua desa di daerah Batak Toba memiliki teknik pengobatan tradisional
yang sama. Dalam kasus patah tulang dikenal Dampol Tongosan. Pengobatan ini
bisa dikatakan unik dan berbeda dari teknik pengobatan patah tulang lainnya.
Pengobatan ini dilakukan dalam posisi dukun dan pasien tidak berada dalam
tempat dan ruang yang sama atau berjauhan. Pada saat dukun pengobatan
tradisional Dampol Tongosan melakukan prosesi pengobatan dengan mengurut-
urut, maka pada waktu yang sama di tempat yang berbeda pasien akan merasa
4 Hadibroto & Syamir Alam, Seluk-beluk, 10.
5 Rowland Bismark Fernando Pasaribu, “Manusia dan Kebudayaan; Manusia Indonesia,
Nasionalisme, Simbolisme Kebudayaan”, Jurnal Ilmu Budaya Dasar, 9 Januari 2013. 9, diakses 10 Maret 2019.
3
diurut dan kesakitan, seperti ada kontak fisik secara langsung antara dukun dan
pasien.6
Pengobatan tradisional Dampol Tongosan ini memang dilakukan dari jarak
yang berjauhan, namun pertemuan pertama tetap dilakukan secara tatap muka
langsung.7 Dukun dalam pengobatan tradisional Dampol Tongosan dianggap
sebagai perantara alam yang kodrati dengan alam adikodrati. Dalam pengobatan
ini ada fenomena pengiriman roh yang mampu memberikan sensasi rasa sakit
kepada pasien yang membuat seolah-olah dukun hadir dan mengurut secara
langsung pasien yang patah tulang tersebut. Pengobatan tadisional Dampol
Tongosan ini memberikan jaminan kesembuhan pada pasien, meskipun melalui
waktu yang lama. Atas dasar ini fenomena pengobatan tradisional Dampol
Tongosan mendapatkan tanggapan yang beragam dari warga jemaat, ada yang pro
dan ada juga yang kontra.
Pada saat peneliti berbincang dengan beberapa warga jemaat mengenai
pengobatan patah tulang ini, mereka memberikan tanggapan yang bervariasi.
Kelompok yang setuju berpendapat bahwa yang penting dari prosedur pengobatan
ini adalah hasilnya, yaitu kesembuhan. Proses dan caranya tidak dipermasalahkan.
Artinya jika hasilnya baik maka itu berasal dari Tuhan, dengan demikian
pengobatan ini tidak menjadi masalah dalam iman Kristen. Sedangkan bagi
kelompok yang tidak setuju berpendapat bahwa bukan hasil yang diutamakan,
tetapi pada proses pengobatannya. Dalam prosesnya pengobatan ini menggunakan
kekuatan-kekuatan aneh ataupun mantra-mantra. Dengan kata lain terdapat unsur
mistis di dalam proses ini dan hal tersebut menyimpang dari iman Kristen. Oleh
karenanya pengobatan ini termasuk bentuk praktik okultisme. Okultisme adalah
kepercayaan dan keyakinan pada orang, sesuatu atau benda-benda yang sangat
berlebihan karena dianggap memiliki kuasa gaib yang penuh misteri dan
mengetahui keburukan hidup manusia serta keberlangsungan alam semesta.8
Melalui tanggapan ini terlihat bahwa ada yang menolak dengan asumsi merusak
6 Pdt. Rudolf H. Pasaribu, Buku Penuntun Praktis Menghadapi Bahaya Maut Keterlibatan
OKKULTISME di Kalangan Masyarakat Batak, (Jakarta: PT. Atalya Rileni Sudeco, 2016) 85. 7 Waston Malau dan Junedi Junior Martabe Hutasoit, “Dampol tongosanpadaMasyarakat Batak
Tobadi Desa Sigumpar Kecamatan Lintongnihuta”, Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, Juni
2015. 43-44, diakses 20 juni, 2018 8 Surya Kusuma, Okultisme antara Budaya vs Iman Kristen, (Yogyakarta: ANDI, 2010) 6.
4
iman Kristen dan ada yang menerima dengan asumsi tidak merusak iman kalau
pada dasarnya pengobatan itu mendatangkan kesembuhan. Dengan demikian,
pertentangan di atas menjadi latar belakang untuk dilakukannya sebuah penelitian.
Penelitian ini didasarkan pada satu pandangan teolog Hendrik Berkhof,
khususnya mengenai Kristus dan kuasa-kuasa. Berkhof menjelaskan mengenai
pergumulan gereja-gereja dan orang Kristen tentang roh dan kuasa-kuasa dalam
menghayati kekristenan dan kuasa Kristus yang didasarkan pada ajaran Rasul
Paulus. Dalam bukunya Berkhof menerangkan bahwa kuasa-kuasa yang
diciptakan oleh Allah memiliki peran sebagai rantai kasih Allah dan manusia.
Namun kuasa-kuasa itu berkelakuan seakan-akan mereka menjadi dasar dari
kenyataan dan menjauh dari fungsi awal dari kuasa-kuasa itu.9 Berkhof
memberikan tanggapan melalui pengertiannya terhadap ajaran Rasul Paulus
mengenai kuasa-kuasa, bahwa semua kuasa apa yang baik ataupun jahat
semuanya berasal dari Kristus, hanya saja dalam perjalanan kuasa itu sampai pada
agen-agen yang menerima menyalahgunakan kuasa itu. 10
Pandangan Berkhof ini
digunakan sebagai alat untuk mengkaji persepsi jemaat HKBP Ebenezer
mengenai konsep kuasa yang terdapat dalam praktik pengobtan tradisional
Dampol Tongosan. Dengan demikian penelitian ini berjudul: Studi terhadap
Persepsi Jemaat HKBP Ebenezer tentang kuasa dalam praktek Pengobatan
Tradisional Dampol Tongosan dari Perspektif Hendrik Berkhof.
Melalui latar belakang masalah yang ada di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana perspektif Hendrik Berkhof digunakan untuk menganalisis
persepsi jemaat HKBP Ebenezer mengenai kuasa yang ada dalam praktik
pengobatan tradisional Dampol Tongosan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa persepsi jemaat HKBP
Ebenezer tentang kuasa yang ada dalam praktik pengobatan tradisional Dampol
Tongosan dari perspektif Hendrik Berkhof.
Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan untuk memberikan
sumbangan pemikiran secara teoritis dan praksis. Secara teoretis tugas akhir ini
memberikan pemahaman pengobatan tradisional Dampol Tongosan dalam
9 Hendrik Berkhof, Kristus dan Kuasa-kuasa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia) 15-17.
10 Berkhof, Kristus dan kuasa-kuasa, 47.
5
persepsi jemaat HKBP Ebenezer yang pada dasarnya sangat jarang untuk dibahas
dan dipahami dengan baik. Respon yang berbeda dari jemaat atas pengobatan ini
akan dipahami secara teoretik dari perspektif Hendrik Berkhof. Secara praktis
melalui tugas akhir ini kiranya memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
mengenai pengobatan tradisional yang menggunakan kuasa supranatural kepada
warga jemaat terkususnya jemaat HKBP Ebenezer.
Metode penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Pendekatan ini akan berupaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia.11
Penulis memilih
pendekatan ini karena tepat dan sesuai dengan penelitian yang bertujuan
memperoleh informasi-informasi mengenai keadan saat ini, dan melihat variabel-
variabel yang ada.12
Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara
adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini
merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-
hadapan secara fisik.13
Jenis wawancara yang dipakai yaitu wawancara terfokus,
karena di dalam penelitian ini penulis ingin melihat pandangan jemaat mengenai
kuasa yang dimiliki oleh pengobat tradisional ditempatkan dalam kuasa
sentralisasi kuasa-kuasa Kristus melalui perspektif Hendrik Berkhof. Untuk data
sekuler akan digunakan pustaka dan juga dokumentasi.
Dalam penelitian ini penulis akan mewawancarai pasien dan dukun yang
menjalani proses pengobatan pengobatan tradisional Dampol Tongosan. Sebagai
sumber informasi utama penulis juga akan mewawancarai jemaat dan penatua
gereja untuk diketahui persepsi mereka mengenai pengobatan tradisional tersebut.
Pada penulisan ini penulis membagi tulisan ini kedalam lima bagian,
yakni: bagian satu merupakan latar belakang dari masalah penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika
penelitian. Bagian dua merupakan landasan teori; di mana berisikan teori-teori
yang dipakai untuk membuat tulisan ini antara lain pengobatan tradisional
11
Jonatan Sarwono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), 18. 12
Drs. Mardalis, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2010), 26 13
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori & Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2016), 160.
6
Dampol Tongosan dan teori dari Hendrik Berkhof. Bagian tiga berisikan Studi
terhadap persepsi jemaat tentang kuasa dalam praktek pengobatan tradisional
Dampol Tongosan dari Perspektif Hendrik Brekhof. Pada bagian ini, penulis akan
melakukan penelitian di jemaat HKBP Ebenezer. Bagian empat penulis akan
menganalisa dan mendeskripsikan hasil penelitian tentang studi terhadap persepsi
jemaat HKBP Ebenezer tentang kuasa dalam praktek pengobatan tradisional
Dampol Tongosan dari perspektif Hendrik Brekhof. Bagian lima sebagai penutup
dalam tulisan ini yang di dalamnya berisikan kesimpulan yang akan diperoleh dari
hasil penelitian di jemaat HKBP Ebenezer dan juga pihak-pihak yang
berhubungan dengan tujuan dari penelitian ini.
Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini secara teoretik, peneliti
akan menggunakan teori pengobatan tradisional. Melalui teori ini akan
mendeskripsikan tentang pengertian pengobatan tradisional dan cara-cara
pengobatan tradisional itu dilakukan. Peneliti juga akan memasukkan teori
mengenai okultisme. Teori ini sebagai penjelasan mengenai pengobatan
tradisional Dampol Tongosan yang termasuk dalam okultisme. Selanjutnya untuk
memahami konsep kuasa, peneliti akan menggunakan teori yang disampaikan
oleh Hendrik Berkhof. Maka berikut adalah kajian teorinya:
Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional merupakan cara atau metode perawatan dan
penggunaan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan secara turun
temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan tradisional berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan hewan, yang secara tradisional dianggap berkhasiat untuk
menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan. Obat-obatan ini dapat
berupa cairan, rajangan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya.14
Pengobatan tradisional ini sudah lama berkembang di Indonesia dan jauh sebelum
pengobatan modern ada. Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan
berbagai peraturan untuk melindungi warga negara dan memberikan rasa aman
terlebih untuk mendapatkan pelayanan kesehatan melalui pengobatan
14
Zulkifli, “Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif harus Dilestarikan”, Jurnal
Fakultas Kesehatan dan Masyarakat USU, 2004. 2
7
tradisional.15
Pengobatan tradisional sebagai salah satu pengobatan di luar ilmu
kedokteran juga dirumuskan pada Pasal 12 Ayat (1) dan (2) Kepmenkes No.
1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.
Aturan tersebut menyebutkan bahwa pengobatan tradisional merupakan salah satu
upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau
ilmu keperawatan. Pengobatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sebagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, dan atau pemulihan kesehatan.
Menurut Iwan Hadibroto dan Syamsir Alam terdapat beberapa hal yang
membedakan antara pengobatan tradisional dengan pengobatan modern, yaitu:16
a. Kemampuan penyembuhan alami
Pengobatan tradisional memberikan keyakinan yang mendalam
untuk meyakinkan daya atau kemapuan untuk menyembuhkan diri
sendiri secara alami. Contohnya dalam pengobatan tradisional
menggunakan pengobatan yang mendukung sistem imunitas tubuh
pasien dan bukan menggunakan antibiotik sebagai cara untuk
mengatasi infeksi yang ada dalam pengobatan modern.
b. Orientasi ada pada pasien dan bukan pada orientasi dokter
Pengobatan modern lebih berorientasi pada dokter di mana
pendapat dan keyakinan dokter menjadi dasar untuk kesembuhan
pasien. Sedangkan pengobatan tradisional lebih berorientasi pada
pasien yang perasaan, keyakinan, dan pendapat pasien menjadi
unsur-unsur yang penting dalam penanganan dan proses
pengambilan keputusan bagi kesembuhan pasien.
c. Pencapaian hasil pengobatan dalam jangka waktu yang lama
Tujuan dari pengobatan tradisional yaitu untuk merangsang
penyembuhan alamiah dari tubuh sehingga alam yang berperan
untuk kesembuhan yang didapatkan membutuhkan jangka waktu
yang lama.
15
Soerjono Soekanto dan Herkutanto, Pengantar Hukum Kesehatan, (Bandung: Remaja Karya,
1987), 114. 16
Iwan Hadibroto & Syamir Alam, Seluk-beluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer,
(Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer, 2006), 20-21.
8
d. Penggunaan bahan-bahan yang alami dan utuh
Pengobatan tradisional menggunakan bahan-bahan alami
seperti ramuan dan jamu, bahan botanikal, homeoptik, suplemen
nutrisi, dan makanan. Penggunaan bahan-bahan alami ini dapat
memberikan penyembuhan yang lebih baik dari pada bahan-bahan
sintetik.
Pengobatan tradisional memiliki tiga cara dalam praktek pengobatannya,
yaitu:17
1. Cara pengobatan yang pertama adalah pengobatan yang hanya
menggunakan ramuan. Dilakukan kepada pasien yang mengalami
sakit hipertensi, mimisan, panu, diabetes, infeksi saluran
pernapasan, malaria, hepatitis, dan penyakit-penyakit dalam
lainnya.
2. Cara yang kedua adalah pengobatan dengan menggunakan mantra-
mantra oleh dukun yang mengobati. Dilakukan pada pasien yang
mengalami sakit kulit, gangguan jiwa, ataupun gejala kesurupan.
Dapat dikatakan bahwa pengobatan ini pada pasien yang di guna-
guna.
3. Cara yang ketiga adalah pengobatan yang menggunakan ramuan
dan juga mantra-mantra oleh dukun dalam mengobati pasien.
Dilakukan pada pasien yang mengalami patah tulang, sakit kepala,
ataupun sakit secara fisik.
Berdasarkan kategori di atas, pengobatan tradisional Dampol Tongosan
termasuk dalam cara pengobatan yang ketiga. Pengobatan ini merupakan
pengobatan patah tulang melalui jarak yang berjauhan antara dukun dan
pasiennya. Metode pengobatannya bukan hanya ramuan yang diberikan untuk
memperlancar kesembuhan dari pasien tetapi juga menggunakan mantra-mantra.
17
Hendi Lesmana, dkk, “Pengobatan Tradisional pada Masyarakat Tidung Kota Tarakan: Study
Kualitatif Kearifan Lokal Bidang Kesehatan”, Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, No. 1 (April
2018): 34-37. Diakses 10 Mei, 2019
9
Okultisme
Okultisme adalah kepercayaan dan keyakinan pada orang, suatu benda
atau apapun yang memiliki kuasa yang mistis, dan dianggap sebagai penentu
kebaikan dan keburukan hidup manusia serta keberlangsungan alam semesta.18
Okultisme merupakan ajaran atau faham yang dipakai untuk mempercayai adanya
kekuatan gaib atau supranatural dan biasanya digunakan oleh dukun. Hal ini yang
mengakibatkan dukun dianggap sebagai orang yang memiliki kekuatan, namun
kekuatan itu berasal dari kuasa kegelapan. Okultisme juga dipakai dalam beragam
kebutuhan manusia dan setiap orang yang menggunakan ajaran ini sangat
menghormati dan memanfaatkannya dalam kehidupannya.
A. Beberapa bentuk praktek okultisme:
a. Animisme
Berasal dari kata “anima” dalam bahasa latin yang berarti nyawa.
Animisme merupakan bentuk kepercayaan kepada setiap benda atau
mahluk yang ada dibumi memiliki nyawa atau roh.
b. Dinamisme
Dinamisme merupakan paham tentang roh yang harus dihormati dan
dihargai, jika di agama-agama suku disebut sebagai “mana”.
Dinamisme ini berasal dari rasa takjub yang dapat membawa manusia
kedalam hal baik ataupun buruk. Dinamisme ini biasanya terdapat
dalam upara-upacara atau ritus.19
c. Spiritisme
Merupakan tindakan yang berhubungan dengan roh leluhur yang telah
meninggal. Dipercaya bahwa roh yang telah meninggal dapat
mendatangi manusia serta dapat memberikan kebaikan atau celaka.
Maka dari itu kepercayaan ini biasanya dilakukan persiapan seperti
kurban dan sesajen pada roh orang yang sudah mati itu.
d. Sihir
Sihir adalah sebuah tindakan yang mampu menguasai roh, manusia,
hewan, dan tumbuhan dengan menggunakan benda mati sehingga
18
Kusuma, Okultisme antara Budaya vs Iman Kristen, 6. 19
Dr. A. G. HONIG Jr, “Ilmu Agama”(Jakarta: Gunung Mulia, 2005), 45 & 54
10
bersifat mistis dan biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu
seperti dukun.
e. Mistisme
Merupakan kepercayaan bahwa manusia dapat lebur atau menjadi satu
dengan kekuatan gaib. Paham ini mengajarkan cara sendiri untuk
mencapai penyatuan antara manusia dan kekuatan gaib yaitu dengan
cara berpuasa, bertapa, atau melakukan ritual khusus. 20
B. Bentuk-bentuk okultisme yang ada di kalangan masyarakat suku-suku,
sebagai berikut:21
a. Mana
Mana adalah daya atau tenaga yang berdiam pada diri manusia ataupun
hewan. Dalam diri manusia terdapat tenaga, daya, dan kuasa, sehingga
bermacam-macam respon yang dapat diberikan manusia sesuai dengan
tenaga yang dimilikinya. Harun Hadiwijono menyebutkan bahwa
manna adalah kekuasaan yang menonjol, yang menyimpang dari
kekuatan yang biasanya, dan dipandang sebagai sesuatu kekuatan yang
adikodrati.22
b. Fetisj
Merupakan suatu benda yang dibuat oleh manusia dan kedalamnya
diisi atau dimasukkan “daya atau kekuatan supranatural”. Fetisj ini
digunakan untuk kebaikan yakni untuk menyebuhkan penyakit,
membawa rezeki dan lain sebagainya. Namun Fetisj ini juga bisa
dipakai untuk kejahatan seperti meracuni atau membunuh musuh.
c. Tabu
Tabu adalah sebuah larangan atau aturan yang dilakukan untuk tidak
melakukan sesuatu yang dilarangkan. Contohnya seperti tidak boleh
mengunjungi suatu tempat yang dianggap sakral dan bukan orang
sembarangan yang diperbolehkan masuk, kecuali orang-orang tertentu
seperti dukun, raja, atau orang-orang yang dihormati.
20
David W Hoover, How to Respond the Occult, (St. Louise: Concordia Publishing House, 1997),
23-24, 26 21
Pasaribu, Buku Penuntun Praktis Menghadapi Bahaya Maut Keterlibatan OKKULTISME di
Kalangan Masyarakat Batak, 29-45 22
Harun Hadiwijono, Religi Suku Murba di Indonesia, (Jakarta: Gunung Mulia, 1985), 17
11
d. Totemisme
Totem adalah kepercaraan seseorang ataupun suku terhadap sebuah
hubungan erat terhadap suku ataupun keluarga (marga) dengan sejenis
binatang tertentu. Pertautan dengan binatang totem itu nampak dari
sikap keluarga atau suku tersebut terhadap binatang, misalnya pantang
disebut namanya, disakiti, dibunuh, atau dimakan.
e. Ritus
Merupakan upacara-upacara khusus dalam suatu agama suku. Semua
agama ada ritusnya yang tampak dalam ibadah, doa, pemujian kepada
Tuhan. Namun dalam masyarakat suku terjadi kesatuan dalam ritus ini
dengan Tuhan yang disembah. Ristus ini dapat memberikan berkat
bagi yang melakukannya dengan benar, dan kutuk jika dilakukan
dengan salah. Maka dari itu doa dan persembahan, harus diucapkan
dan dijalankan dengan benar tanpa salah.
Okultisme merupakan ajaran kepercayaan kepada kuasa kegelapan yang di
mana menggunakan berbagai cara untuk membawa manusia masuk dalam kuasa
kegelapan. Bahkan manusia tidak menyadari bahwa okultisme sudah ada dalam
ritus upacara agama suku, dipergunakan sebagai jalan untuk manusia melakukan
kejahatan, dan okultisme juga masuk melalui praktek-praktek penyembuhan
seperti pengobatan tradisional.
Dunia Roh dan roh manusia
Manusia mempunyai tiga bagian yaitu tubuh, jiwa (pikiran, keinginan,
emosi), dan roh. Pada bagian pertama yaitu tubuh manusia terdiri dari tubuh alami
dan tubuh rohani. Roh manusia yang dimaksudkan adalah roh dengan huruf (r)
yang menyatakan roh yang ada pada manusia. Roh Allah yang masuk dalam diri
manusia menggunakan huruf (R) yang menyatakan Roh Allah. Sehingga yang
menghubungkan manusia kepada Allah yaitu roh manusia itu sendiri dengan
perantara Roh Kudus. 23
Roh manusia bukan hanya menghubungkan manusia kepada Allah, tetapi
juga menghubungkan manusia dengan dunia roh. Dunia roh yang dimaksud
23
Rebecca Brown, Bebas dari Cengkraman Setan, (Yogyakarta: ANDI,2018), 195-197
12
adalah para malaikat ataupun iblis yang juga termasuk roh, karena tubuh rohani
manusia adalah penghubung antara manusia dan dunia roh. Dalam manusia tubuh
dan jiwa memiliki perbedaan yaitu adanya sejumlah kuasa dan kepandaian yang
ada dalam tubuh rohani manusia namun dikendalikan oleh jiwa, maka dengan
tubuh rohanilah para ahli sihir mampu mengendalikan suatu benda untuk
melayang, karena ia mampu mengendalikan hubungan antara jiwa dan roh yang
ada pada dirinya. Manusia yang mampu mengendalikan tubuh rohaninya dengan
pengendalian jiwa yang memngatur pikiran dan emosi manusia, namun saat
seseorang membenci orang lain maka di situlah iblis masuk untuk mengendalikan
tubuh rohani manusia untuk menyerang orang yang dibencinya, karena manusia
itu tidak mampu untuk mengendalikan jiwanya untuk mengatur tubuh rohaninya.
Inilah akar dari adanya penyerangan untuk membuat seseorang mengalami
penyakit, kecelakaan, dan bahkan kematian secara fisik. 24
Melalui inilah manusia mampu untuk mengendalikan tiga bagian yang ada
dalam diri manusia yaitu tubuh, jiwa, dan roh. Ketiga bagian itu haruslah
diserahkan kepada Allah, agar kita dimampukan untuk mengendalikan ketiga
bagian itu. Tubuh rohani manusia mampu untuk bergerak, berbicara dan berpikir
sama seperti tubuh jasmani, namun tubuh rohani memiliki karakter dan cara
berpikir dari tubuh jasmani dan jiwa. Manusia harus mampu mengendalikan
tubuh, jiwa, dan roh agar tidak di pengaruhi oleh iblis. Semakin manusia
mempertontonkan iblis dengan karyanya masuk dalam diri manusia maka
disitulah manusia tidak mampu mengendalikan tubuh, jiwa, dan rohnya untuk
menghadapi dunia roh.25
Kristus dan kuasa-kuasa dari perspektif Hendrik Berkhof
A.Teori Kuasa
Kuasa merupakan kata yang sehari-hari dipakai untuk menyatakan suatu
kekuatan atau wewenang dari seseorang maupun kelompok. Kuasa yang akan
dibahas dalam teori ini yaitu mengenai kuasa Kristus dan kuasa-kuasa lain. Kuasa
Kristus adalah kuasa yang menerangi dan kekuatan yang mampu merangsang visi
24
Brown, Bebas dari Cengkraman Setan, 198-211 25
Brown, Bebas dari Cengkraman Setan, 212-220
13
manusia dalam tiap generasi.26
Kuasa Kristus merupakan kuasa yang memiliki
kekuatan yang lebih dari kuasa-kuasa lain yang biasa dikatakan sebagai kuasa
kegelapan. Kuasa kegelapan merupakan kekuatan mistis yang dipakai untuk
merusak, menguasai bumi, dan mengobati manusia. Hal ini juga sering dikatakan
sebagai okultisme.27
B. Teori Kristus dan kuasa-kuasa
Hendrik Berkhof adalah salah satu teolog yang terkenal dengan pemikiran
teologi masa kini mengenai Kristus dan kuasa-kuasa. Berkhof menjelaskan
mengenai pergumulan gereja-gereja dan orang kristen tentang Roh dan kuasa-
kuasa dalam menghayati kekristenan dan kuasa kristus yang didasarkan pada
ajaran Rasul Paulus. Melalui ini ada beberapa hal yang harus dibahas lebih lagi
sebelum masuk pada inti dari pandangan Hendrik Berkhof tersebut:
1. Asal mula kuasa
Pada dasarnya kuasa yang ada di bumi berasal dari Allah. Kuasa-
kuasa itu diciptakan oleh Allah sebagai alat untuk mempersatuhan Allah
dengan manusia agar manusia tidak menjauh dari Allah. Paulus
menghubungkan kuasa-kuasa dengan penciptaan Tuhan yaitu dalam
Kolose 11:15-17. Bagian Alkitab ini memberikan penjelasan bahwa Allah
menciptakan kuasa-kuasa semata-mata sebagai alat dari kasih Allah
terhadap manusia. Kuasa-kuasa itu dipakai sebagai sarana untuk mengikat
erat manusia dan persekutuan dengan Allah. Maka dari itu Paulus pada
dasarnya tidak mengatakan kuasa-kuasa itu sebagai yang jahat.28
Dalam hal ini terlihat bahwa ajaran Paulus menggambarkan kuasa-
kuasa itu adalah positif. Kuasa-kuasa itu sudah tidak lagi menjalankan
perannya atas kuasa yang diberikan. Kuasa-kuasa itu tidak lagi melakukan
pekerjaannya sebagai alat Allah untuk persatuan manusia dengan Allah.
Kuasa-kuasa melakukan caranya sendiri dan membawa kuasa-kuasa itu
sebagai lawan Allah.29
Persatuan manusia dengan Allah menjadi hancur
dan kuasa-kuasa itu mulai ingin menjadi penguasa bumi. Hal ini awal
26
Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006), 153. 27
Kusuma, Okultisme: Antara Budaya vs Iman Kristen, 6 28
Berkhof, Kristus dan Kuasa-kuasa, 15 29
Berkhof, Kristus dan Kuasa-kuasa,15-16.
14
mula yang menjadikan kuasa-kuasa itu sebagai yang jahat, maka dari itu
Allah turun tangan untuk memperbaikinya dan menundukan kembali
kuasa-kuasa itu agar menjalankan tugasnya sebagai alat Allah.
Cara yang dipakai Allah untuk menundukan kembali kuasa-kuasa
itu adalah dengan kedatangan Kristus Yesus. Kristus mengikuti segala
aturan yang diberikan kuasa-kuasa itu bukan ingin menunjukan bahwa
Kristus mengakui kemegahannya tetapi Kristus taat kepada kuasa (kuasa
Hukum taurat dan adat) tidak untuk diperbudak. Kuasa Kristus yang
mampu untuk mengalahkan kembali kuasa-kuasa yang tadinya sebagai
penguasa bumi. Kristus yang dipakai sebagai lawan kuasa-kuasa tersebut
dan juga sebagai pendamai bagi kuasa-kuasa itu agar kembali menjadi alat
Allah dalam persatuannya dengan manusia.30
Setelah Kristus mengalahkan kuasa-kuasa itu, tetap saja kuasa itu
tidak sepenuhnya taat kepada Allah. Kuasa-kuasa itu masih saja ingin
menguasai bumi dan tidak menuruti perintah Allah. Namun setiap kuasa-
kuasa yang tidak mau dikendalikan oleh Kristus, maka tidak dapat untuk
mencapai tujuan apapun. Kuasa-kuasa itu masih terikat dalam
pengendalian Kristus sebagai kuasa yang mampu mengalahkan kuasa-
kuasa lain.31
Dengan demikian, ajaran Paulus menerangkan bahwa kuasa-
kuasa itu telah menjalankan tugasnya sebagai alat Allah untuk
mempersatukan manusia dengan Allah melalui kuasa Kristus, namun ada
saja kuasa yang masih melawan Allah. Berkhof memberikan tanggapan
bahwa setiap kuasa yang baik atau jahat tetap berasal dari Kristus, namun
kuasa jahat itu tetap ada untuk menguasai bumi.
2. Gereja dan kuasa-kuasa
Gereja menjadi salah satu tanda bahwa kuasa-kuasa tidak lagi
memerintah. Penebusan oleh Yesus Kristuslah yang membawa orang
Yahudi dan non Yahudi dalam satu kekristenan. Gereja memiliki tugas
yaitu untuk berdiri teguh atas imannya dan berperan untuk melawan
kekuatan kuasa-kuasa itu dengan cara mempertahankan iman kepercayaan
30
Malcolm Brownler, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004), 51. 31
Verne H. Fletcher, Lihatlah Sang Manusia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007), 386.
15
kepada Allah. Gereja harusnya menunjukan kehidupan serupa dengan
Kristus, karena itulah yang memperlihatkan gereja mampu untuk berdiri
teguh atas imannya. Paulus mengatakan bahwa gereja telah di ajarkan
untuk membedakan bermacam-macam roh”. Kuasa di sebutkan sebagai
roh yang bermacam-macam yang di karuniakan kepada manusia.
Allah telah memberikan karunia kepada gereja dalam membedakan
macam-macam roh yang di berikan kepada manusia. Sehingga manusia
tidak perlu takut terhadap kuasa-kuasa yang ada ataupun melawan kuasa-
kuasa tersebut. Manusia hanya perlu mempertahankan dirinya dengan
iman yang percaya kepada Allah.32
Peran Gereja dalam menghentikan
kuasa-kuasa itu bukan hanya mempertahankan iman kepada Allah, tetapi
tetap berpegang pada kuasa-kuasa Kristus. Seperti contoh pada zaman
Kekristenan di sejarah Gereja Lama, di mana perlawanan atas kuasa-kuasa
itu bukan dilakukan dengan kekuatan atau mengambil perlawanan apa pun
hanya dengan melakukan penolakan atas penyembahan kepada Kaisar
Romawi akhirnya menghancurkan ideologi kerajaan tersebut. Gereja tidak
lagi memperhatikan dan mengikuti kuasa-kuasa itu bekerja, maka di
situlah gereja telah melakukan penolakan akan kuasa-kuasa itu, sehingga
tidak lagi kuasa-kuasa itu mampu untuk menguasai manusia untuk tidak
bersatu dengan Allah.33
Gambaran umum jemaat HKBP Ebenezer
HKBP adalah salah satu gereja yang jemaatnya adalah suku Batak Toba,
yang pada awalnya berkembang di daerah Sumatera Utara. HKBP Ebenezer
merupakan bagian dari anggota sinode HKBP yang bertempat di Kecamatan
Kandis, Riau. Gereja ini berdiri sekitar tahun 1980an dan didirikan di atas tanah
jemaat yaitu Op. Josua Pangaribuan. Pendirian gereja dipelopori oleh 3 orang
anggota jemaat yaitu St. Aritonang, Op. Josua Pangaribuan dan Op. Ruben
Pangaribuan. Gereja ini dibangun karena semakin banyaknya jumlah jemaat
HKBP yang datang sebagai perantau untuk tinggal di Kandis. Gereja ini berawal
32
Berkhof, Kristus dan Kuasa-kuasa, 32-36 33
Berkhof, Kristus dan Kuasa-kuasa , 45
16
dari pos pelayanan dari gereja induk yaitu HKBP Ressort Siloam. Seiring
berjalannya waktu, jemaat ini semakin berkembang sehingga dapat membangun
gereja dan memiliki hak milik atas tanah dan gedung peribadahan. Sampai saat ini
gereja HKBP Ebenezer masih tetap menjadi gereja cabang dari HKBP Ressort
Siloam, namun tidak sebagai status pos pelayanan. Gereja ini semakin
berkembang baik dalam pelayanan, pertambahan jemaat, dan lainnya. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah jemaat yang beribadah setiap minggunya. Sejauh ini
jumlah jemaat adalah 173 kepala keluarga. 34
Pemahaman jemaat HKBP Ebenezer mengenai pengobatan tradisional
Dampol Tongosan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap dua pasien yang merasakan
pengobatan, mereka menyatakan bahwa pengobatan tradisional Dampol Tongosan
adalah pengobatan yang diberikan pada seseorang yang mengalami patah tulang,
baik itu patah tulang biasa dan patah tulang remuk yang dilakukan dari posisi
berjauhan antara dukun dan pasien. Pertemuan pertama dilakukan secara langsung
antara dukun dan pasien. Dalam pertemuan ini menitikberatkan pada
pengumpulan informasi mengenai pasien oleh dukun, pasien diberikan ramuan
obat-obatan alami untuk dikonsumsi selama pengobatan dari jarak yang berjauhan
dilakukan.35
Proses dari pengobatan tradisional Dampol Tongosan membutuhkan
waktu yang lama yaitu 4-5 bulan. Untuk biaya pengobatan ini tidak diberi
ketentuan harga yang pasti atau tetap, sehingga pasien tidak merasa khawatir
dengan harga pengobatan yang mahal. Dukun hanya meminta pasien untuk
memberi seikhlasnya, karena dukun hanya ingin memberikan hasil yang baik pada
pasien.36
Wawancara selanjutnya dilakukan terhadap warga jemaat HKBP Ebenezer
yang tidak termasuk pasien, namun mengetahui pengobatan ini. Total warga
jemaat yang terlibat dalam penelitian ini adalah tujuh orang. Tiga warga jemaat
memberikan pemahaman bahwa pengobatan tradisional Dampol Tongosan ini
merupakan pengobatan yang diberikan Allah kepada seseorang yang dipilih
34
St. E. Nababan (Majelis HKBP Ebenezer), tanggal 17 Juli 2019, pukul 18.00 WIB 35
Bpk. Toni Pangaribuan (Jemaat HKBP Ebenezer), tanggal 12 Juli 2019, pukul 15:28 WIB 36
Ibu Resta Pane (Jemaat HKBP Ebenezer), tanggal 12 JULI 2019, pukul 10:23 WIB
17
(dalam hal ini adalah dukun) untuk menyembuhkan melalui arwah/roh nenek
moyang.37
Dukun yang dipilih tersebut mendapatkannya secara turun-temurun
dari nenek moyang dan tidak sembarangan orang yang mampu untuk menerima
kemampuan tersebut.38
Pengobatan ini banyak dipilih oleh jemaat karena
memberikan jaminan kesembuhan, meskipun tidak semua pengobatan tradisional
patah tulang memberikan hasil yang sempurna seperti ada yang mengalami
kecacatan pada tulangnya namun hal itu tidak menjadi halangan bagi jemaat untuk
memilih pengobatan tradisional tersebut. Selain itu, biaya pengobatan metode ini
sangat terjangkau dan efektif bagi keluarga yang ingin merawat langsung pasien
di rumah dan tidak perlu datang ke rumah dukun.39
Selain itu juga, ada dua warga jemaat yang mengatakan bahwa pengobatan
ini adalah pengobatan yang menggunakan kekuatan mistis atau menggunakan
kuasa gelap. Meskipun digunakan dengan tujuan untuk kesembuhan seseorang,
tetap saja cara ini memakai kuasa gelap.40
Kuasa gelap itulah yang dipakai untuk
mengirimkan kekuatan dari jarak yang berjauhan sehingga pasien dapat
merasakan sakit saat dukun mulai melakukan Dampol Tongosan. Oleh karenanya
orang Kristen harus menolak hal-hal mistis tersebut, karena hal itu sama saja
dengan kejahatan, meskipun digunakan untuk penyembuhan.41
Dua warga jemaat lainnya memberikan pemahaman mengenai pengobatan
ini dengan iman Kristen. Alasan yang dikemukakan adalah proses pengobatan ini
tetap diawali dengan doa kepada Tuhan. Dukun patah tulang dalam pengobatan
ini mengatakan bahwa pasien haruslah tetap berdoa kepada Tuhan, sebab dukun
hanya bisa membantu sesuai dengan kemampuan yang ia miliki, selebihnya
diserahkan kepada Tuhan. Dengan demikian kesembuhan yang didapatkan
tetaplah berasal dari Tuhan. Dukun memberikan penjelasan kepada pasien supaya
percaya pada pengobatan tersebut, namun keyakinan pasien haruslah tetap kepada
Tuhan.42
Di samping alasan itu, terdapat alasan lain yang menyatakan bahwa
pengobatan tradisional Dampol Tongosan ini merupakan pengobatan yang
37
Bpk. J. Nababan, tanggal 13 Juli 2019, pukul 18.00 WIB 38
Bpk. K. Pakpahan, (Jemaat HKBP Ebenezer), tanggal 16 Juli 2019, pukul 15.00 WIB 39
Ibu H. Siahaan, (Jemaat HKBP Ebenezer), tanggal 12 Juli 2019, pukul 18.00 WIB 40
Ibu D. Sinaga, (Jemaat HKBP Ebenezer), tanggal 17 Juli 2019, Pukul 16.00 WIB 41
Ibu Y. Sinambela, (Jemaat HKBP Ebenezer), tanggal 18 Juli 2019, Pukul 10.00 WIB 42
St. E. Nababan, (Penatua gereja), Pukul 18.00 WIB, tanggal 17 Juli 2019
18
menggunakan kuasa putih43
, sehingga tidak menjadi masalah terhadap iman
Kristen karena dukun memakai kuasa putih untuk menolong kesembuhan
pasiennya. Hal ini berbeda dengan dukun-dukun yang menggunakan kuasa gelap
untuk kejahatan. 44
Analisa persepsi jemaat HKBP Ebenezer mengenai kuasa yang ada dalam
praktik pengobatan tradisional Dampol Tongosan dari Perspektif Hendrik
Berkhof
Pemilihan terhadap metode pengobatan modern atau pengobatan alternatif
sangat bergantung pada masyarakat dalam mempersepsikan sakit yang dialaminya
serta resiko yang nantinya akan diterima sebagai akibat dari pemilihan metode
pengobatan yang digunakan.45
Dapat dikatakan bahwa metode pengobatan yang
dipilih bergantung pada hasil yang diperoleh yaitu kesembuhan, dan tidak lagi
memperhatikan atau mempersoalkan apakah kesembuhan tersebut bersumber dari
kuasa Kristus atau kuasa yang lain. Penelitian ini menghasilkan dua pandangan
yang berbeda. Pandangan pertama menyatakan persetujuannya terhadap
pengobatan tradisional Dampol Tongosan. Alasannya adalah pengobatan ini
memberikan kesembuhan kepada pasien, sehingga tidak menjadi masalah dalam
iman Kristen. Melalui hasil wawancara kepada lima warga jemaat memberikan
dua alasan persetujuan terhadap pengobatan ini. Persetujuan yang pertama yaitu
dari tiga orang warga jemaat yang memberikan pendapat bahwa pengobatan ini
diberikan oleh leluhur atau nenek moyang untuk kebaikan yaitu memberikan
kesembuhan. Persetujuan yang kedua yaitu dari dua warga jemaat yang
memberikan pendapat bahwa pengobatan tradisional ini merupakan pengobatan
yang menggunakan kuasa putih yang dipakai untuk kebaikan dan proses
pengobatan ini tetap diawali dengan doa kepada Tuhan. Yang dimaksud dengan
kuasa putih adalah kuasa yang sejalan dengan kehendak Tuhan dan bertujuan
untuk kebaikan, sehingga pengobatan ini berbeda dengan pengobatan yang
43
Menurut Bpk. M. Pangaribuan kuasa putih adalah arwah/ roh nenek moyang yang diberikan
Tuhan kepada dukun untuk melakukan pengobatan. Arwah/roh nenek moyang sebagai perantara
yang membentu dukun untuk melakukan pengobatan tradisional Dampol Tongosan. 44
Bpk. M. Pangaribuan, jemaat HKBP Ebenezer, pukul 13.00 WIB, tanggal 18 Juli 2019 45
Ayu Setyoningsih, “Pemilihan penyembuhan penyakit melalui pengobatan tradisional non medis atau medis”, vol.29, n0.1, tahun 2014: 54-55, diakses 27 Juli 2019
19
dilakukan oleh dukun-dukun yang menggunakan kuasa gelap untuk melakukan
kejahatan. Menurut Berkhof kuasa-kuasa (baik dan jahat) pada dasarnya berasal
dari Allah. Kuasa-kuasa itu dipakai sebagai sarana untuk mengikat erat manusia
dan persekutuan dengan Allah, karena itulah jalan untuk menghubungkan manusia
dengan Allah. Hanya saja kuasa-kuasa itu tidak lagi melakukan pekerjaannya
sebagai alat Allah untuk persatuan manusia dengan Allah. Kuasa-kuasa
melakukan caranya sendiri dan membawa kuasa-kuasa itu sebagai lawan Allah.46
Kuasa-kuasa itu menjadi jahat dan ingin menguasai manusia, sehingga Allah
melakukan satu cara untuk menundukan kembali kuasa-kuasa itu dengan
kedatangan Kristus Yesus. Kristus hadir untuk mengalahkan kuasa-kuasa itu agar
manusia kembali kepada Allah dan Kristus hadir sebagai pendamai kuasa-kuasa
itu untuk kembali menjadi alat Allah untuk mempersatukan Allah dengan
manusia, walaupun tetap saja kuasa-kuasa itu tidak sepenuhnya taat kepada Allah,
sehingga kuasa-kuasa itu menggunakan berbagai cara untuk tetap menguasai
manusia baik itu melalui kuasa baik ataupun kuasa jahat.47
Selanjutnya pandangan kedua yang menyatakan tidak setuju terhadap
pengobatan ini. Pendapat yang dikemukakan oleh warga jemaat adalah bahwa
pengobatan tersebut merupakan pengobatan yang menggunakan mistis, sehingga
setiap orang yang mendapatkan pengobatan itu sama saja melakukan dosa. Jemaat
yang menggunakan pengobatan itu dianggap kurang mendalami iman Kristen.
Oleh karena itu orang Kristen harus menolak hal-hal mistis tersebut, karena
meskipun digunakan untuk penyembuhan hal itu sama saja dengan kejahatan.
Salah satu kecenderungan masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional
karena pengobatan modern belum membuahkan hasil yang maksimal.
Menurut Pdt. Rudolf Pasaribu, pengobatan tradisional Dampol Tongosan
merupakan salah satu bentuk dari praktek okultisme dikalangan masyarakat Batak
Toba. Pengobatan ini termasuk dalam praktik-praktik perdukunan dalam kalangan
masyarakat Batak Toba. Bentuk praktik perdukunan yang bisa dipakai adalah
sebagai sarana untuk memperoleh kesembuhan, penggunaan Dampol Tongosan,
kekebalan tubuh, sebagai penjaga rumah, pelaris48
, pemanis49
, dan lain
46
Berkhof, Kristus dan kuasa-kuasa, 15-16. 47
Berkhof, Kristus dan kuasa-kuasa, 17-20 48
Pelaris adalah mantra atau jimat untuk membuat laris yang biasanya dipakai oleh pedagang.
20
sebagainya.50
Disinilah manusia perlu sadar akan keberadaan okultisme yang
dapat menggunakan cara apapun untuk menguasai manusia baik itu melalui
kebaikan ataupun kejahatan. Manusia harus mampu mengendalikan tubuh, jiwa,
dan roh yang ada pada dirinya untuk tidak menggunakan kekuatan mistis ataupun
kekuatan supranatural baik itu digunakan untuk kesembuhan ataupun yang
lainnya. Ketiga bagian itu haruslah diserahkan kepada Allah, agar manusia
dimampukan untuk mengendalikan ketiga bagian itu.51
Berkhof mengatakan
manusia haruslah melawam kuasa-kuasa selain kuasa Kristus dan memperlihatkan
kehidupan serupa dengan Kristus. Cara untuk manusia sampai pada Allah yaitu
dengan tidak memperhatikan dan mengikuti kuasa-kuasa itu bekerja, maka
disitulah manusia telah melakukan penolakan akan kuasa-kuasa dan tetap
berpegang pada Allah. Manusia telah dikaruniakan Allah untuk membedakan
bermacam-macam roh, yaitu roh yang dari Allah dan menuju kepada Allah
melalui kuasa Kristus Yesus dan roh kuasa-kuasa yang diciptakan Allah namun
tidak menuju kepada Allah. Manusia haruslah berpegang teguh kepada Allah dan
berjalan untuk melewati kuasa-kuasa dengan tidak mempertontonkan dan
mengikuti kuasa-kuasa itu, serta berjalan dengan kuasa Kristus, sehingga tidak
lagi kuasa-kuasa itu mampu untuk menguasai manusia dan bersatu dengan
Allah52
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang
melatarbelakangi jemaat memilih pengobatan tradisional Dampol Tongosan
karena ingin memperoleh kesembuhan, sekalipun kesembuhan tersebut diperoleh
dari kuasa-kuasa selain kuasa Kristus. Jemaat memberikan dua pandangan antara
setuju dan tidak setuju terhadap pengobatan ini, maka melalui analisa dengan teori
Berkhof bisa dikatakan bahwa tidak ada kuasa yang dapat dipercaya selain kuasa
Kristus, maka kembali pada manusia untuk memilih mengikut pada kuasa Kristus
atau kuasa-kuasa yang membawa manusia semakin jauh dari Allah.
49
Pemanis adalah jimat yang dipakai untuk membuat seseorang menjadi terlihat tampan dan cantik. 50
Pasaribu, Buku Penuntun Praktis Menghadapi Bahaya Maut Keterlibatan OKKULTISME di
Kalangan Masyarakat Batak, 82-85. 51
Brown, Bebas dari Cengkraman Setan, 195-222. 52
Berkhof, Kristus dan kuasa-kuasa, 32-36.
21
Kesimpulan
Melalui hasil penelitian yang dilakukan pada jemaat HKBP Ebenezer,
penulis menemukan kesimpulan bahwa pengobatan tradisional Dampol Tongosan
mendapatkan tanggapan yang bervariasi dari jemaat. Dalam iman Kristen
pengobatan ini adalah sebagai bentuk dari okultisme, walaupun tujuannya
memberikan kebaikan kepada manusia. Daerah penelitian penulis menjadi bukti
bahwa kepercayaan kepada dukun pengobatan tradisional tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan iman Kristen, karena pengobatan ini memakai
kekuatan okultisme yang sudah terang-terangan ditolak oleh kepercayaan orang
Kristen. Jika manusia semakin memberikan perhatian terhadap okultisme, maka
manusia akan semakin mengikuti dan menjauh dari iman kepercayaan kepada
Allah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan mengenai
persepsi jemaat HKBP Ebenezer terhadap pengobatan tradisional Dampol
Tongosan maka penulis memberikan saran kepada gereja baik gereja HKBP
ataupun lainnya untuk merumuskan secara jelas aturan dan peraturan tentang
okultisme yang ada didalam kehidupan jemaat baik itu jemaat perkotaan ataupun
pedesaan serta memberikan penjelasan akan kuasa yang berasal dari Allah untuk
menuju kepada Allah juga. Hal ini dapat dilakukan dengan seminar ataupun
lokakarya cara hidup berjemaat yang sesuai dengan iman Kristen untuk
menambahkan pemahaman majelis dan jemaat mengenai kuasa Kristus yang
menjadi pedoman hidup Kristen.
22
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Berkhof, Hendrik. Kristus dan Kuasa-kuasa. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.
Brown, Rebecca. Bebas dari Cengkraman Setan. Yogyakarta: ANDI, 2018.
Brownler, Malcolm. Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2004.
Elwood, Douglas J. Teologi Kristen Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Fletcher, Veme H. Lihatlah Sang Manusia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif; Teori & Praktik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2016.
Hadibroto, Iwan, & Syamir Alam. Seluk-beluk Pengobatan Alternatif dan
Komplementer. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer, 2006.
Hadiwijono, Harun. Religi Suku Murba di Indonesia. Jakarta: Gunung
Mulia, 1985.
Hoover, David W. How to Respond the Occult. St. Louise: Concordia
Publishing House, 1997.
Jr, Dr. A. G. Honig. Ilmu Agama. Jakarta: Gunung Mulia, 2005.
Kusuma, Surya. Okultisme antara Budaya vs Iman Kristen. Yogyakarta:
ANDI, 2010.
Mardalis, Drs. Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2010.
Pasaribu, Pdt. Rudolf H. Buku Penuntun Praktis Menghadapi Bahaya Maut
Keterlibatan OKKULTISME di Kalangan Masyarakat Batak. Jakarta: PT.
Atalya Rileni Sudeco, 2016.
Sarwono, Jonatan. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 1998
Soekanto, Soerjono dan Herkutanto. Pengantar Hukum Kesehatan.
Bandung: Remaja Karya, 1987.
Jurnal:
Ayu Setyoningsih, “Pemilihan penyembuhan penyakit melalui pengobatan
tradisional non medis atau medis”, vol.29, n0.1, (tahun 2014). Diakses 27
Juli 2019. file:///C:/Users/user/Downloads/2524-6445-2-PB%20(1).pdf
Hendi Lesmana, dkk, “Pengobatan Tradisional pada Masyarakat Tidung Kota
23
Tarakan: Study Kualitatif Kearifan Lokal Bidang Kesehatan”, Jurnal
Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, No. 1(April 2018). Diakses 10 Mei 2019.
file:///C:/Users/user/Downloads/2161-5940-1-PB.pdf
Malau, Waston dan Junedi Junior Martabe Hutasoit. “Dampol tongosan pada
Masyarakat Batak Toba di Desa Sigumpar Kecamatan Lintongnihuta”,
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Juni 2015). Diakses 20 juni, 2018.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/antrophos/article/view/5073
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. “Manusia dan Kebudayaan; Manusia
Indonesia, Nasionalisme, Simbolisme Kebudayaan”, Jurnal Ilmu Budaya
Dasar (9 Januari 2013). Diakses 10 Maret 2019.
https://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2012/10/bab-02-manusia-dan-
kebudayaan1.pdf
Zulkifli. “Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif harus
Dilestarikan”, Jurnal Fakultas Kesehatan dan Masyarakat USU (2004).
Diakses 3 Mei 2019.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-zulkifli5.pdf