MAKALAH
“ STERILISASI GAS “
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmasetika Sediaan Steril
Oleh : Kelompok 9
Dita Utami W. T. 092210101060
Fersiya Wardani 092210101061
Alfiana R.N 092210101062
Inka Dewi 092210101063
Nailul Birroh 092210101064
Hery Diar F 092210101065
Rizka Yuliana 092210101066
Umar Dian K 092210101067
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
A. STERILISASI
Steril merupakan keadaan dimana alat-alat/bahan yang digunakan sudah terbebas
dari bakteri yang mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi adalah proses penghilangan
semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi,
bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan
aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode
dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran
mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2008).
Pemilihan metode sterilisasi yang digunakan didasarkan pada pertimbangan sifat
bahan yang akan disterilkan. Teknik sterilisasi dibagi menjadi 3 metode, yaitu
1. Metode Fisika
Sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas lembab
Sterilisasi radiasi
2. Metode Kimia
Sterilisasi gas
Sterilisasi dengan bahan – bahan kimia seperti antibiotika, fenol, senyawa
ammonium quartener, alcohol, dll
3. Metode Mekanik
Sterilisasi dengan filtrasi
B. STERILISASI GAS
Sterilisasi gas dilakukan dengan cara pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida,
formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, kloropikrin dll. Sterilisasi gas pada umumnya memerlukan waktu
yang cukup lama, tergantung pada keberadaan kontaminasi, kelembaban, temperatur dan
konsentrasi gas yang digunakan. Sterilisasi gas digunakan untuk sterilisasi bahan yang
termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Berikut adalah bahan – bahan
sterilan yang biasanya digunakan dalam sterilisasi gas :
2
1. ETILEN OKSIDA (EO)
1.1. Penggunaan etilen oksida
adalah metode sterilisasi yang telah dikenal pada tahun 1973 baik dalam Farmakope
British maupun pada British Pharmaceutical Codex. Pada farmakope British,
penggunaan etilen oksida adalah salah satu diantara prosedur sterilisasi bahan serbuk.
1.2. Profil etilen oksida :
Etilen oksida merupakan eter siklik yang mudah menguap dengan stuktur sebagai
berikut :
Titik didihnya adalah 10,7°C pada760 mmHg dan titik lebur -112,6°C, dapat
meledak ketika volume di udara mencapai batasan 3%-97%, sehingga sangat mudah
mencair dan meledak bila bercampur dengan udara. Tetapi kekurangan ini dapat diatasi
dengan mencampurkan 10% etilen oksida dengan 90% hidrokarbon terhalogenasi, atau
dengan memindahkan 95% udara dari bagian sebelum penggunaan etilen dioksida.
(Agalloco, 2008)
Mekanisme kerja anti mikrobanya adalah dengan mengalkilasi grup SH-, OH, -
COOH, dan NH2 pada enzim, protein, dan asam nukleat. Pada reaksi ini terjadi
pergantian gugus atom hidrogen dengan gugus alkil, sehingga metabolisme dan
reproduksi sel terganggu. (Darmadi, 2008)
Contoh : protein-NH2 + C2H4O = protein-NH-(C2H4OH)
1.3. Faktor- faktor efek efisiensi sterilitas :
a) Konsentrasi gas
Kecepatan sterilisasi tergantung pada tekanan parsial dari gas. Tekanan parsial dari gas
dapat menjadi lemah dengan absorbs dari beban. Contohnya : mantel, karet, plastik dan
bahan pengemas (Royce 1959). Royce memberikan contoh absobsi oleh beberapa bahan
setelah kontak dengan gas pada konsentrasi 200 mg/liter selama 24 jam pada suhu 25C.
Seperti pada tabel di bawah ini :
Bahan Jumlah yang terabsorbsi
3
(mg/g)
Polyethene 2
Polyvinylchloride 19,2
Cardboard 10,4
Kapas wol yang tidak
mengabsorbsi
4,1
Penutup karet
neophrene
15,2
Range konsentrasi yang digunakan untuk sterilisasi dari 200 sampai 1000mg/l
dan konsentrasi ini secara pasti telah menunjukkan cukup jika dibandingkan dengan kerja
Philips (1961). Philips menentukan aktivitas etilen oksida dalam melawan spora Bacillus
subtilis varian globigii pada 25C. Beberapa hasilnya diberikan pada tabel di bawah ini :
Konsentrasi ethilen
oksida (mg/l)
Waktu pemaparan untuk mendapatkan
tidak ada organisme yang dipulihkan (jam)
44 24
88 10
442 4
884 2
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika konsentrasi dinaikkan 2 kali lipat, waktu
pemaparan berkurang menjadi setengahya.
b) Temperatur
Peningkatan dari temperatur meningkatkan aktivitas. Koefisien temperatur adalah
2,7 berubah setiap 10° pada temperatur, tapi etilen oksida umumnya digunakan pada
bahan termolabil, range yang biasa digunakan adalah 20°- 60 °C
c) Efek Kelembaban
Menurut Philips kontrol beberapa kelembaban dibutuhkan. Tingkat hidrasi pada
permukaan dari mikroorganisme untuk disterilkan lebih penting dari pada kelembaban
relatif dari gas. Kelembaban relatif yang baik kira-kira 30-33% (Kanye &Philips 1994).
4
Organisme kering lebih resisten dari pada yang lembab. Tipe permukaan juga berefek
pada sterilisasi. Organisme kering pada permukaan keras dan impermeabel seperti pada
gelas, plastik, dan logam kurang mudah untuk dibunuh dibandingkan organisme kering
pada permukaan yang menyerap seperti kertas, atau kain. (Opfell,Hohmann &Lahtam
1959; Royce&Bowler 1961)
d) Waktu pemaparan
Tergantung pada tipe bahan yang akan disterilkan dan konsentrasi dari gas.
Variasi kombinasi yang telah suskes digunakan yaitu : 850-90mg /l selama 3 jam pada
45°C dan 450mg/l selama 5 jam pada 45°C (Perkins & Lloyd 1961)
Waktu pemaparan juga bergantung pada kekuatan penetrasi dari gas. British
Farmakope Codex menyatakan bahwa hidrasi dan pemanasan dari zat dapat lebih
mudah dicapai dengan menempatkan pada kondisi atmosfer utama yang cocok untuk
sterilisasi.
e) Kondisi dan kemampuan akses dari organisme
Organisme kering lambat untuk dihidratkan kembali, oleh karena itu sulit untuk
disterilkan (Gilbert dkk 1964). Organisme dapat terproteksi dalam bentuk kristal keras
(Abott, Cockton & Jones 1956; Roce&Bowler 1961 ; Beeby & Whitehouse 1965)
1.4. Teknik pelaksanaan sterilisasi dengan gas etilen oksida :
Proses sterilisasi menggunakan autoclave khusus pada suhu yang lebih rendah
(36°-60° C) serta konsentrasi gas tidak kurang dari 400 mg/l dengan proses sebagai
berikut :
a. Setelah peralatan medis dimasukkan, gas etilen oksida dipompakan ke dalam kamar
(chamber) selama 20-30 menit pada kelembaban 50%-75%
b. Setelah waktu pemaparan dengan gas ethilen oksida diikuti oleh tahap aerasi /
pertukaran udara, yaitu proses pembuangan gas ethilen oksida pada sterilisator
maupun peralatan medis.
Cara sterilisasi ini dapat digunakan untuk alat-alat medis, alat-alat optik,
pacemaker,dan lain-lain yang tidak tahan panas dan sulit disterilkan dengan metode
lain. Afinitasnya yang tinggi akan berakibat timbulnya residu pada peralatan medis
5
yang telah disterilkan. Gas etilen oksida cukup toksik sehingga dapat menimbulkan
iritasi pada kulit dan mukosa. Oleh karenanya diperlukan kewaspadaan dalam bekerja
(Darmadi 2008).
1.5. Keuntungan dan Kerugian
a) Keuntungan sterilisasi dengan gas etilen oksida :
Semua mikroorganisme termasuk spora dapat dibunuh
Non korosif terhadap bahan plastik, metal atau karet
Ideal untuk bahan tidak tahan panas
Daya penetrasi dan sterilisasi sama.
b)Kerugian sterilisasi dengan gas etilen oksida :
Beberapa bahan pembungkus plastik dan nilon harus dibiarkan terbuka dan
disegel secara aseptis. Ini merupakan kerugiannya bila dibandingkan dengan
sterilisasi radiasi.
Lambat
Sulit untuk mengontrol RH dan hidrasi organism
Biaya lebih tinggi bila dibandingkan dengan proses panas karena
membutuhkan peralatan canggih yang khusus.
Toksik dan dapat menyebabkan pembengkakan
2. CHLORDIOKSIDA (CD)
Chlordioksida merupakan agen sterilisasi yang sangat efektif dan banyak digunakan
pada perangkat medis maupun industri farmasi meliputi sterilisasi komponen maupun
peralatan medis itu sendiri. CD secara luas digunakan sebagai agen anti mikroba di industri.
CD digunakan pada air minum. Pada industri makanan dan minuman, digunakan pada air,
pemprosesan daging unggas, sanitasi buah dan sayur, dan peralatan yang digunakan untuk
pemprosesan bahan makanan maupun minuman (Agalloco, 2008).
2.1. Sifat chlorin dioksida :
Rumus kimia : ClO2
6
Berat molekul : 67.45g/mol
Titik leleh : -59˚C
Titik didih : +11˚C
Densitas : 2,4 kali lipat dari udara
Sterilisasi dengan chlordioksida pada umumnya memiliki proses yang sama dengan
sterilan gas yang lain seperti etilenoksida. Kelembaban diperlukan untuk mendapatkan lethal
rate yang optimal dan sterilisasi spora yang efektif. Prekondisi kelembaban yakni pada RH
60% sampai 75%. Aktivitas sterilisasi yang cepat pada CD memberikan konsentrasi gas yang
rendah dari 1-30mg/L jika dibandingkan dengan EtO. Gas diberikan dengan konsentrasi yang
diinginkan kemudian ditahan dengan jangka waktu yang cukup untuk menghasilkan efek anti
mikroba yang dibutuhkan. Proses selesai segera setelah chlordioksida dikeluarkan (Agalloco,
2008).
CD bertindak sebagai agen oksidasi dan bereaksi dengan beberapa unsur selular,
termasuk membran sel mikroba. Kerusakan sel mengakibatkan kematian organisme melalui
rusaknya ikatan molekular akibat pemindahan elektron (oksidasi). Fungsi enzim rusak karena
CD mengubah protein yang terlibat dalam struktur mikroorganisme, hal ini menyebabkan
kecepatan membunuh yang cepat. Aksi antimikrobial CD ditahan lebih lama dengan adanya
bahan organik (Agalloco, 2008).
Sebagai oksidan yang selektif, maka CD kompatibel dengan material standar pada
umumnya seperti stainless steel, anodized aluminium, teflon, viton, polietilen, polipropilen
dan nilon. Namun dilaporkan terjadi perubahan warna pada tembaga yang tidak dilapisi dan
pada gulungan baja (Agalloco, 2008).
Maksimum exposure level 8 jam, CD memiliki TWA 0,1ppm. CD dapat mengiritasi
membran respiratori atau mukus. EPA menetapkan konsentrasi maksimum CD pada air
minum sebesar 0,8mg/L. CD dapat bereaksi dengan karbohidrat, seperti glukos. Keton juga
dioksidasi menjadi asam karboksil oleh CD (Agalloco, 2008).
2.2. Langkah-langkah siklus CD :
i. Prekondisi
7
Camber harus diuji kebocoran agar dapat memberikan set point RH yang tepat
(60-75%)
ii. Pengkondisian
Waktu pengkondisian selama 30 menit bertujuan untuk memberikan kelembaban.
Setelah pengkondisian selesai, gas dapat masuk camber.
iii. Pengisian
Gas dimasukkan ke daam chamber, konsentrasi gas yang dimasukkan tergantung
dari waktu siklus, biaya, isi.
iv. Pemaparan
Selama pemaparan, konsentrasi gas dimonitor dan dipertahankan pada target
konsentrasi.
v. Aerasi
Gas CD dikeluarkan dari chamber. Waktu aerasi tergantung dari kecepatan
pompa vakum. Biasanya berlangsung selama 15 menit. Aerasi memberikan
kondisi chamber berada pada 0,1ppm atau kurang dari itu (Agalloco, 2008).
3. UAP HIDROGEN PEROKSIDA (VHP)
3.1. Sifat fisika kimia
Hidrogen peroksida berupa cairan tidak berwarna berbau nitrat. Viskositas dan
densitasnya 1,465 pada 4oC, dan akan memadat pada -0,89oC menjadi bentuk kristal.
Titik didih ± 150oC.
Rumus kimia hidrogen peroksida adalah H2O atau H-O-O-H dengan bentuk karakteristik
jembatan peroksida -O-O-. Dengan spektrometri X-Ray diketahui bahwa dua ikatan O-H
non-linear.
3.2. Mekanisme sterilisasi
Hidrogen peroksida dapat memproduksi hidroksil yang bersifat radikal bebas, sehingga
dapat menyerang membrane sel, DNA, dan komponen essensial lainnya pada
mikroorganisme. Namun mikroorganisme (bakteri aerob dan anaerob fakultatif) juga
dapat melindungi dirinya dari hidrogen peroksida dengan cara mendegradasi hydrogen
peroksida menjadi air dan oksigen.
8
3.3. Konsentrasi hydrogen peroksida yang digunakan adalah 30-35%, menggunakan suhu
yang rendah 4-80 C, RH yang digunakan ± 10%.
3.4. Uap hydrogen peroksida memiliki aktivitas sporacida yang significant
3.5. Terdapat 2 metode penghantaran VHP pada proses sterilisasi
1. Menggunakan vacum : cairan hydrogen peroksida kinsentrasi rendah akan divacum
dari cartridge sehingga akan melewati vaporizer dan akan tervaporisasi, uap yang
terbentuk akan masuk ke chamber sterilisasi
2. Menggunakan gas disertai tekanan tinggi atau tidak
3.6. Fase proses sterilisasi
1. Fase vacum, dimana vacum yang berada pada chamber akan mengeluarkan
tekanan sebesar 1 pound/inchi2. Fase ini berlangsung < 20 menit.
2. Fase injeksi, larutan hydrogen peroksida disuntikan ke dalam chamber vacuum
dan tervaporisasi menjadi uap
3. Fase difusi, uap hydrogen peroksida menyebar kedalam chamber dan terjadi
peningkatan tekanan sehingga bahan yang akan disterilisasi akan masuk ke
dalam kolom, sehingga sterilant akan terpapardengan uap hydrogen peroksida
sehingga mikroorganisme akan terbunuh.
4. Fase plasma, adanya radio frequency energy membuat molekul melepaskan
elektronnya dan memproduksi plasma dengan suhu rendah sehingga hydrogen
peroksida kehilangan energinya dan berubah menjadi oksigen dan air
5. Fase pelepasan, udara yang telah terfiltrasi akan masuk ke dalam chamber
sehingga akan menurunkan tekanan atmosfer disertai terbukanya pintu.
3.7. Keuntungan dan kerugian
- Keuntungan :
a. Tidak mencemari lingkungan
b. Tidak menghasilkan produk yang toksik
c. Waktu penggunaan 28-75 menit (tergantung tipe alat)
d. Dapat digunakan untuk bahan yang sensitive terhadap panas dan lembab,
prosesnya dengan suhu < 50C
9
e. Penggunaannya mudah
- Kerugian :
a. Hidrogen peroksida akan menjadi toksik jika penggunaannya lebih dari 1 ppm
TWA
b. Membutuhkan kolom sintetik
c. Kapasitas penetrasinya lebih kecil dibandingkan dengan ETO
4. FORMALDEHIDA
Formaldehid berasal dari formika Latin, yang berarti semut (semutmenghasilkan asam
format sebagai pertahanan alami). Ini adalah gas tidak berwarna, tetapi biasanya
didistribusikan sebagai larutan (umumnya disebutsebagai formalin), dan dikenal sebagian
besar orang dalam rumah sakit sebagai desinfektan penting, yang telah digunakan sejak akhir
1800an. Formaldehida juga merupakan senyawa dalam kimia industri yangsangat penting, di
mana jutaan ton formaldehid digunakan setiap tahundan diproduksi dengan bahan kimia lain.
Adapun fungsi dari formaldehid adalah dalam pembuatan berbagai plastik, desinfektan dan
perekat untuk membuat partikel, dll. kayu lapis untuk furnitur dan konstruksi Industri
(Getinge, 1999).
Formaldehid saat ini kurang digunakan karena banyaknya kerugian bagi tubuh, namun
masih digunakan untuk sterilisasi ruangan yang terkontrol situasinya (Agalloco, 2008). Saat
ini kebanyakan penggunaan gas formaldehid digunakan untuk alat-alat tertentu saja,seperti
sarung tangan, kateter, dan lain-lain (Darmadi, 2008)
4.1. Sifat fisika kimia
Formalin zat yang tidak berwarna, berbau khas menyengat dan rasa terbakar (Getinge,
1999; EPA, 2007). Senyawa ini mudah terbakar, dan muda dipolimerisasi pada suhu
ruang (Nugrahani, 2005). Nilai TWA untuk formaledid adalah 2 ppm.
4.2. Sterilisasi
i) Mekanisme aksi
10
Semua bakteri termasuk spora dapat dibunuh oleh gas formaldehide dengan konsentrasi
lebih dari 3% dan gas formalin (37% formaldehid dalam larutan air) untuk sterilisasi
ruangan (Agalloco, 2008). Mekanisme penghambatannya adalah dengan berikatannya
formaldehide dengan asam amino pada protein mikroorganisme, sehingga akan
mengganggu transkripsi dari mikroorganisme tersebut, yang kemudian menghambat
pertumbuhan mikroorganisme tersebut (Darmadi, 2008).
ii) Cara kerja
Alat yang digunakan yaitu formalin autoclave dengan suhu 70oC. Setelah alat-alat yang
akan disterilisasi dimasukkan, kemudian gas formaldehid dialirkan ke dalam chamber
dengan konsentrasi 15 mg/m3 (Darmadi, 2008). Gas formaldehid didapatkan dengan
melarutkan formaldehid dalam air dengan kadar 37% (Agalloco, 2008)
iii) Kondisi sterilisasi
RH => Kelembaban yang dapat digunakan untuk mendapatkan efektivitas dari hasil
sterilisasi adalah berkisar antara 60-80% (Agalloco, 2008).
Suhu => Suhu yang digunakan untuk sterilisasi gas formaldehide adalah 70oC.
Menurut Getinge (2008) temperatur yang digunakan untuk sterilisasi gas formaldehid
berkisar antara 50-65oC.
Lama pemaparan => Jika menggunakan suhu antara 50-60oC, waktu pemaparan yang
digunakan 30-60 menit, sedangkan jika suhu sterilisasi antara 55-65oC, waktu
pemaparan yang dibutuhkan adalah 45-60 menit (Agalloco, 2008).
Konsentrasi gas => Menurut Darmadi (2008) konsentrasi gas formaldehid yang aman
digunakan untuk sterilisasi adalah 15 mg/m3.
4.3. Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan:
Dapat digunakan untuk membunuh spora.
Bahan tidak rusak selama disterilisasi
Kekurangan:
Penetrasi jelek
Kemampuan difusi kecil
Menyebabkan polimerisasi pada permukaan
Mudah berkondensasi
11
Mengiritasi kulit, mata dan saluran pernafasan.
Karsinogenik dan Allergenik.
5. OZONE
Sterilisasi ozon cocok untuk instrumen stainless steel, namun ada beberapa terbatas
pada alat-alat yang berongga. Saat ini, sterilisasi ozon tidak dibebaskan untuk proses
endoskopi fleksibel, kaca atau ampul plastik, cairan atau implan. Informasi mengenai
kompatibilitas alat harus diperoleh dari produsen alat dan produsen sterilisasi.
Kemasan bahan yang dapat digunakan untuk sterilisasi ozon termasuk wadah
aluminium anodized menggunakan filter noncellulose disposable, kantung polietilen dan
pembungkus nonwoven uncoated.
5.1. Sifat fisika-kimia
Ozon adalah alotrop tri-atom oksigen biasanya disebut dengan O3. Ozon adalah gas
yang sangat tidak stabil secara termodinamika di permukaan bumi. Ozon pada konsentrasi
rendah, bersifat bersih, aman, dan awalnya berbau sementara, sedangkan pada konsentrasi
tinggi sangat mengganggu. Pada konsentrasi tersebut, warnanya biru tua.
Masa jenisnya dibandingkan dengan udara adalah 1,657. Titik beku pada suhu -
192°C. Titik didihnya pada tekanan atmosfir adalah -112°C.
Kelarutan ozone akan menurun seiring dengan meningkatnya temperatur.
Rumus formulanya biasa ditulis sebagai O3 namun pada kenyataannya ketiga atom
oksigen mengorbit di sekitar molekul di-atom oksigen. Ini berarti bahwa ikatan yang
menghubungkan ketiga atom terhadap struktur molekul sangat lemah dan juga menjelaskan
mengapa molekul begitu reaktif. Hal ini juga menjelaskan bahwa molekul mudah
terdekomposisi dan rekombinasi dari konstituennya menjadi molekul oksigen yang lebih
stabil:
2O3 → 2O2 + 2O→ 3O2
5.2. Produksi
12
Karena mencair pada suhu yang sangat rendah dan dekomposisi sangat eksotermik,
penyimpanan ozon dalam kondisi cair sangatlah mustahil. Yang relatif waktu paruh yang
singkat pada tekanan atmosfer menurun secara drastis dengan meningkatnya tekanan.
Namun beberapa dekade yang lalu ada proposal yang menyimpan botol larutan ozon
konsentrasi rendah di freon cair. Ini berarti ozon harus diproduksi segera sebelum
digunakan. Hal ini dapat diperoleh pada konsentrasi rendah oleh radiasi UV tetapi teknik
produksi utama didasarkan pada efek pelepasan korona yang menghasilkan plasma dingin
yang menyala. Seperti pelepasan korona diproduksi dalam tabung lampu neon dan juga di
aurora borealis.
Ozon merupakan bakterisida, mycobacterisida dan sporisida. Ozon juga aktif terhadap
ragi, jamur dan amoeba. Ozon telah lama digunakan sebagai desinfektan untuk air. Studi
dengan sterilisasi yang menggunakan aktivitas antimikroba pada fase gas atau uap tidak
begitu banyak. Selain itu, berbagai eksperimen metode, mengalami kesulitan saat
mengendalikan parameter, menyebabkan beberapa perbedaan hasil.
5.3. Mekanisme sterilisasi
Ozon sterilizer berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak berskala. Ozon
sterilizer terdiri dari dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas, prinsip kerja ozon
sterilizer bagian atas adalah membunuh mikroba menggunakan ozon (O3), dimana ozon
itu dapat merusak mekanisme dari mikroba, sehingga sel protein pada mikroba
mengalami oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kematian pada mikroba,
karena ozon (O3) itu sendiri bersifat racun, sedangkanfungsi dari bagian bawah ozon
sterilizer (elektra) adalah mensterilkan medium menggunakan sinar lampu dengan panas
tinggi, yang cara kerjanya hampir sama dengan oven.
Penghancuran bakteri pada sterilisasi menggunakan ozon terjadi melalui proses
oksidasi langsung. Kekuatan oksidasi ozon dapat merusak membran sel, dinding bagian
luar sel mikroorganisme (cell lysis) dan juga dapat membunuhnya (nekrosls). Ketika ozon
kontak dengan bakteri, satu atom oksigen akan melepaskan diri dan mengoksidasi
pelindung protein bagian luar yaitu phospholipid dan lipoprotein dari bakteri tersebut,
kemudian atom oksigen yang lain akan berubah menjadi gas oksigen. Bakteri dapat
13
dihancurkan akibat adanya kebocoran pada sitoplasma. Konsentrasi ozone yang
digunakan dalam sterilisasi adalah 2-5 mg/L.
5.4. Keuntungan dan kerugian (Russel et al, 2004)
a) Keuntungan
Bersifat sinergi ketika ozon direaksikan dengan hidrogen peroksida dengan
bantuan sedikit air
b) Kerugian
- Gas ozon bersifat toksik (pada konsentrasi 0,4 ppm)
- Merupakan gas berbau ( tercium pada konsentrasi 0,02-0,04 ppm)
- Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan okular (jika terpapar pada
konsentrasi 1 ppm selama 24 jam)
- Bersifat korosif
14
DAFTAR PUSTAKA
Agalloco, James. 2008. Validation of Pharmaceutical Process, Third Edition. New York : Informa Healthcare USA Inc.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
EPA. 2007. Formaldehyde TEACH Chemical Summary. USA.
Gillbert . 1987. Modern Pharmaceutical 3rd Edition. New york: Marcel Dekker Inc
Getinge, AB. 1999. Low-temperature sterilization using low-temperature steam and formaldehyde
Kibbe, Arthur.H. 1997. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pensylvania
Nugrahani, Martantri Dwi. 2005. Perubahan Karakteristik dan Kualitas Protein pada Mie Basah Matang yang Mengandung Formaldehid dan Boraks. Bogor : ITB Press.
Pratiwi, Sylvia T.2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga
Perkins, John J., 1983. Principles and Methods of Sterilization in Health Sciences, 2 Ed., Charles C. Thomas.
Russell, A. D., Hugo, W. B., Ayliffe, G. A. J., Fraise, Adam P., Lambert, Peter A., Maillard, J.-Y.,. 2004. Principles and Practice of Disinfection, Preservation & Sterilization 4th ed. United Kingdom: CPI Bath
15