BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan sosial budaya dalam olahraga banyak fenomena sosial yang
berpengaruh terhadap dinamika interaksi sosial-budaya masyarakat. Hal itu sejalan dengan
perkembangannya olahraga akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan
kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap
peradaban manusia. Terkait tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia yang mempunyai
kesehatan secara lahiriah maupun rohaniah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia
yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga jika
dipahami dan dimengerti bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan sangat penting,
yaitu memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat langsung dalam
berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan bersosial antar masyarakat
yang satu dengan masyarkat yang lain. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk
membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk
pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena
itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena
gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya
sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Olahraga sebenarnya merupakan suatu bagian dari ilmu-ilmu sosial. Hal ini ditunjukkan,
didalam pendidikan olahraga dan ilmu pengetahuan olahraga adalah pendekatan bio-medical,
dan sebagai kegiatan organis tubuh manusia saja ( STO, 1976), yaitu menurut pendekatan yang
selama ini mendominasi pengetahuan olahraga, maka prestasi-prestasi para atlet itu ditentukan
oleh kondisi fisik yang sempurna semata-mata (Lueshen, 1998). Kalau dijabarkan, maka menurut
pendekatan ini, faktor-faktor yang menentukan suatu prestasi dari suatu kegiatan olahraga dari
para atlet itu adalah dimulai dari faktor-faktor kondisi organis dari tubuh yang dianggap paling
menentukan ke kepribadian dan sosial, dan lalu faktor-faktor kebudayaan.
Didalam kenyataan, justeru yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu suatu prestasi olahraga
yang hebat tidaklah semata-mata ditentukan oleh suatu prestasi olahraga yang hebat tidaklah
semata-mata ditentukan oleh suatu kondisi fisik yang sempurna tetapi bahkan sebaliknya
ditentukan oleh suatu jumlah kontrol yang merupakan sebagian dari struktur sosial yang ada
dalam suatu masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, kalau dijabarkan maka urutan-
urutan dari suatu prestasi olahraga terjadi dari kebudayaan yang merupakan faktor yang paling
menentukan ke faktor faktor sosial, lalu ke kepribadian dan yang terakhir adalah faktor-faktor
organik dari tubuh atlet yang bersangkutan.
Dalam tulisan ini, yang akan diuraikan olahraga sebagaimana dilihat dari pandangan
ilmu-ilmu sosial, dan khususnya hubungan antara olahraga dengan masyarakat dan kebudayaan.
Dan pentingnya studi-studi tentang olahraga bagi perkembangan teori-teori ilmu-ilmu sosial dan
bagi kepentingan-kepentingan praktis. Berbicara tentang sosiologi olahraga kaitanya dengan
olahraga sebagai fenomena sosial, maka yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
hubungannya dengan perkembangan interaksi masyarakat atau anak didik dalam
mengembangkan sosialisasi perkembangan olahraga. Perkembangan pendidikan manusia akan
berpengaruh terhadap dinamika sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan
akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak
pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia.
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam,
dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua
potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya
dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah
Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Sejalan dengan pendidikan yang penulis uraikan
diatas maka dalam sejarah dan perkembangan pendidikan olahraga di Indonesia penulis dapat
menarik suatu garis yang kian lama kian menanjak. Masyarakat Indonesia yang dinamis akan
mengakui bahwa persekutuan hidup itu hidup dan tidak hanya mengalami pengaruh pikiran dan
kemampuan manusia individu saja bahkan juga mengalami pengaruh zaman dalam
perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti sekarang ini. Olahraga memberi kesempatan
yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan
persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira.
Tetapi kini kita menghadapi kubu-kubu yang kuat baik yang merupakan alam pikiran, sikap
hidup, tradisi dan kebiasaan yang semuanya adalah peninggalan penjajahan ditambah dengan
feodalisme semenjak 350 tahun yang lalu. Dan kadang-kadang kubu-kubu itu tidak dapat kita
lihat tetapi dapat kita rasakan karena sembunyi di dalam diri manusia. Karena itu kita harus
menyelami alam pikiran pandangan dan sikap seseorang untuk dapat membantu dia membuang
sisa-sisa penjajahan yang masih bersarang dalam dirinya untuk secara sadar membantu gerakan
olahraga.
Dalam hal ini prestasilah yang memegang peranan dan merupakan faktor yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Prestasi yang kita miliki selain mengangkat nama dan
mengharumkan derajat bangsa Indonesia di dunia, suatu prestasi yang tinggi oleh seorang
olahragawan Indonesia dapat membangkitkan dalam diri warga Negara, rasa bangsa yang
sebesar-besrnya, semangat kebangsaan yang menyala-nyala dan jiwa persatuan yang sehebat-
hebatnya sehingga terbangkit kekuatan-kekuatan baru pada dirinya dan mempunyai hasrat yang
benar untuk ikut di dalam gerakan keolahragaan. Dalam dunia keloahragaan banyak kaitannya
dengan bagaimana cara beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan, Maka ilmu pendidikan
sosiologi harus di fahami dan diterapkan oleh masyarakat terutama para olahragawan,
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fenomena Pengaruh Kurikulum Penjas
Perubahan kurikulum pendidikan yang dilakukan pemerintah memberikan dampak yang
sangat besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Perubahan kurikulum itu sendiri
dengan sendirinya akan menentukan juga arah dari pendidikan. Tentunya perubahan
kurikulumm ini seharusnya memiliki dasar yang kuat dan bukan didasari oleh faktor politik
yang sedang berkuasa.
Penetapan kurikulum pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah dimulai dari tahun
1947. Pada waktu itu hanya 4 mata pelajaran; Penjas/IPA/bahasa/Psikologi mungkin saja yang
memang dianggap penting dan yang ada hanya pelajaran itu saja. Namun yang tercatat sebagai
awal penetapan kurikulum dimulai sejak tahun 1974 kemudian terus berkembang sampai
sekarang pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan yang terjadi pada
kurikulum mamerlukan waktu kurang lebih setiap sepuluh tahun. Namun yang menjadi
pertanyaan yang mendasar apakah perubahan kurikulum ini disebabkan karena telah tuntasnya
pencapain tujuan? atau karena kurikulum tersebut sudah tidak relevan dengan kondisi zaman saat
itu.
Perubahan kurikulum pendidikan ini jika karena fator pertama tentunya bangsa
indonesia harusnya sudah berada pada kondisi yang mana telah dirancang sesuai harapan.
Namun jika karena faktor yang kedua maka sesungguhnya arah pendidikan bangsa ini tidak
memiliki visi yang jelas. Jika pendidkan dalam bangsa tidak memiliki visi yang jelas bagaimana
mungkin akan melaksanakan misi pendidikan. Jadi wajar saja bangsa indonnesia tidak
mempunyai bentuk pada saat ini. Jika di katakan sebagai orang timur yang memiliki tatakrama
sopansantun yang lembut yang terjadi saat ini tidaklah demikian. Jika berpikiran dan memilki
budaya barat juga tidak mencapai kemajuan dalam segala sendi kehidupan yang menguasai iptek
seperti negara-negara maju yang ada di benua Amerika, Eropa dan lainya.
Perjalanan perkembangan kurikulum pendidikan dimulai dari tahun :
1. Tahun 1950 ada kurikulum SD yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai”.
2. Tahun 1960 muncul “Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”.
3. Tahun 1968 dikenal “Kurikulum 1968″ pengganti “Kurikulum 1950″.
4. Tahun 1970 muncul “Kurikulum Berhitung” diganti dengan pelajaran matematika modern.
5. Tahun 1975 disebut “Kurikulum 1975″ yang fokus pada pelajaran matematika dan
Pendidikan Moral Pancasila serta Pendidikan Kewarnegaraan.
6. Pada tahun 1984 menyempurnakan Kurikulum 1975 dengan “Cara Belajar Siswa Aktif”
(CBSA).
7. Tahun 1991 CBSA dihentikan lalu muncul “Kurikulum 1994″.
8. Tahun 2004 dikenal “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK), yang dipelesetkan jadi
Kurikulum Berbasis Kebingungan.
9. Terakhir tahun 2006 muncul “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP).
Entah berapa tahun lagi ada kurikulum baru yang membuat bingung semua pihak. Siswa kita
jangan dijadikan “kelinci percobaan”.
Pergantian kurikulum yang dilakukan sama halnya dengan pergantian nama untuk
penjas yang terjadi pada era kemerdekaan. Namun secara prinsipnya tetap tidak terjadi
perubahan hanya berganti nama saja. Sepertinya setiap pergantian kurikulum pendidikan dari
satu periode ke periode selanjutnya tidak pernah memberikan keberpihakan pada pendidikan
jasmani. Pada kurikulum tahun yang berlaku pada tahun 1980-an jumlah jam pendidikan jasmani
hanya 3 jam pelajaran perminggu untuk tingkat SD sampai dengan SMA. Begitu juga pada
kurikulum di era tahun 1990-an juga tidak memiliki penigkatan. Bahkan untuk kurikulum di era
tahun 2000-an yang sudah mengalami perubahan sebanyak tiga kali namun masih saja tidak
memberikan perubahan yang berarti bagi pendidikan jasmani.
Campur tangan pemerintah dalam menentukan arah pendidikan tidak bisa dipisahkan
dari kepentingan politis siapa yang menjabat pada saat itu. Sedangkan pendidikan merupakan hal
yang bersih seharusnya terlepas dari segala kepentingan apapun. Jika dilihat dari sejarah pada
tahun 1945 bahwa pendidikan jasmani dijadikan alat untuk dapat mempersiapkan ketahanan
negara yang berbentuk latihan militer. Melalui pendidikan jasmani mampu membangkitkan rasa
nasionalisme yang tinggi, sebagai media pembentukan karakter yang dilakukan pada waktu itu.
Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya kurikulum yang disusun oleh pemerintah tidak lepas
dari apa yang menjadi tujuan dari pemegang kekuasaan dan kondisi saat itu. Sehingga bisa jadi
kurikulum pendidikan di Indonesia ini berbasis kondisi dan situasi bukan berdasarkan rancangan
jauh kedepan yang memiliki pandangan-pandangan masa depan yang ingin di rancang mau jadi
apa nantinya.
Memanglah demikian jika pendidikan tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah
karena dengan pendidikan akan dapat membentuk warga negara yang sesuai dengan harapan dari
negara tersebut. Oleh karena itulah perlunya dan pentingnya disusun kurikulum yang akan
menajdi rel pada saat berjalanya program pendidikan. Namun yang sangat disayangkan bahwa
kurikulum yang ada di negra ini yang telah berjalan selama kurun waktu kurang lebih selama 68
tahun terhitung sejak indonesia merdeka belum memberikan arah yang sanagt jelas mau dibawa
kemana pendidikan kita. Secara undang-undang sudah sangat jelas arah tujuan pendidikan
namun di dalam kurikulum sebagai pelaksana dari undang-undang malah tidak mencerminkan
arah pencapaiannya. Pencapaian yang didasarkan pada skala jangka pendek (setiap tahun,
menegah, dan pendapaian antara.
Sepanjang perjalanan perkembangan kurikulum yang dimulai dari tahun 1950 proporsi
untuk pendidikan jasmani seakan-akan dikesampingkan dari sistem pendidikan seolah-olah
sudah kurang diangggap penting. Yang terjadi saat itu lebih ditekankan pada mata pelajaran
berhitung atau matematika sampai tahun 1975. Pada era tahun 1975 sampai era tahun 90 an
merupakan dipandang sebagai era propaganda politik dari pengusa pada saat itu yang lebih
dikenal dengan masa orde baru. Penekanan kurikulum adalah pada bagaimana dapat
mempertahankan kekuasaan dengan dalih pembentukan kewarganegaraan melalui bidang studi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Propaganda dilakukan dengan memberikan pandangan-
pandangan terhadap peristiwa sejarah yang belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
setelah diketahui kebenaran sejarah saat ini. Masa itu pelajaran di kenal dengan mata pelajaran
Pergerakan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Memang jika di amati di Indonesia keberadaan
dan kdudukan pendidikan tidak lepas dari kepentingan politik yang seharusnya bersih dari unsur-
unsur tersebut. Karena pada prinsipnya tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kematangan
mental dan sikap manusia secara indiviual sehingga menjadi manusia yang bermanfaat untuk
negara juga orang lain.
Kurikulum pendidikan yang dipakai saat ini adalah Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan (KTSP), untuk pelaksanaan pendidikan jasmani jika dipandang lalu disesuaikan
dengan kondisi keadaan yang sudah maju dan modern maka ditemukan kelemahan dan
kekurangan. Pelaksanaan pendidikan jasmani terdapat pembatasan-pembatasan pada aktivitas
cabang olahraga, pembatasan ini dilakukan dalam bentuk pembagian cabang olahraga wajib dan
pilihan. Jika hal ini yang dilakukan bagaimana dengan peserta didik yang harus bisa pada
cabang olahraga wajib sedangkan ia sendiri tidak berminat atau menyukai melalui aktivitas itu,
sehingga pada saat pelaksanaan penjas peserta didik melakukan dengan rasa terpaksa.
Bagaimana mungkin akan mencapaia hasil yang optimal jika dilakukan engan rasa terpaksa.
Seharusnya pada pendidikan jasmani tidak perlu dilakukan pembatasan pendekatan cabang
olahraga. Hal ini juga bertentangan dengan folosofis dari KTSP yang menekankan pelaksanaan
di sesuaikan dengan kondisi sekolah serta lingkungan. Seperti halnya untuk daerah pesisir pantai,
sungai kegiatan penjas lebih cocok pendekatannya melalui aktivitas air; berenang, dayung dan
lainnya. bukan penekannya untuk sepak bola, volly dan lain-lain namun jika ada peserta didik
yang berminat juga tidak dilarang dilaksanakan.
B. Pendidikan jasmani saat ini
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dalam rangka
menciptakan generasi yang lebih baik pada masa yang akan datang. Beragai cara sudah di
tempuh guna mensiasati supaya apa yang dicita-citakan dan apa yang menjadi tujuan dari
pendidikan itu sendiri dapat terwujud. Oleh karenanya keterlaksanaan sebuah proses pendidikan
tergantung dari apa yang direncanakan yang tertuang dalam cita-cita pendidikan itu sendiri.
Sehingga untuk mencapai tujuan pendidikan secara utuh dan menyeluruh perlu adanya langkah
dan rencana stratejik .
Setiap mata pelajaran memiliki ciri karakteristik tersendiri, secara langsung maupun
tidak langsung dengan sendirinya dari mata pelajaran memiliki hubungan dan keterkaitan antara
mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Masing-masning memiliki peran dan
fungsi sendiri dan saling mendukung dalam pencapaian hasil belajar dari peserta didik. Oleh
karena itu tidak dapat memandang bahwa mata pelajaran yang satu lebih penting dari mata
pelajaran yang lain. Sehingga karena dianggap penting maka mengorbankan mata pelajaran yang
dianggap tidak penting seperti pengaturan jumlah jam pelajaran. Seperti kondisi yang terjadi saat
ini beban belajar para peserta didik lebih berat untuk mata pelajaran yang di laksanakan pada
Ujian Nasional (UN). Jika dilihat secara kuantitas jam belajar maupun secara beban materi yang
harus dipelajari. Jika hal ini dibiarkan terus berlarut berkepanjangan akan dapat mengakibatkan
tidak seimbangnya pertumbuhan para peserta didik, apalagi tanpa disokong dengan kondisi fisik
yang bugar. Kehadiran dari semua mata pelajaran yang diberikan secara utuh menurut
proporsinya dan jika dilaksanakan sesuai dengan peran dan fungsinya akan membentuk peserta
didik yang memiliki pertumbuhan secara seimbang. Tidak memandang perkembangan jasmani
itu lebih penting dari perkembangan intlektualnya atau sebaliknya memandang perkembangan
intlektual itu lebih penting dari perkembanagn jasmaninya. Atau mengedapankan kedua aspek
tersebut, perkembangan jasmani dan kecerdasannya sementara mengabaikan dari perkemangan
perilaku dan mentalnya. Oleh karena itu maka setiap mata pelajaran memiliki arti, fungsi dan
peran tersendiri yang sama pentingnya.
Setiap mata pelajaran memang memiliki ciri khusus seperti pada mata pelajaran
matematika, bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Agama , Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
lebih dominan pada ranah kognitif. Artinya bagaimana otak bekerja lebih di optimalkan untuk
mampu terus berfikir. Sedangakan secara khusus yang menangani pada aspek fisik hanya mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan saja. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perkembanagn fisik seluruh peserta didik di sekolah.
Melalui pendidikan jasmani seluruh peserta didik diharapkan dapat memiliki tubuh yang sehat
dan bugar. Karena dengan memiliki tubuh yang sehat tentunya peserta didik barulah bisa
melakukan aktivitas belajar dengan nyaman. Sehingga diharapkan nantinya akan dapat dengan
memudahkan meraih prestasi belajar yang maksimal.
Pelaksanaan pembelajaran disekolah khusunya pada mata pelajaran pendidkan jasmani
keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh faktor guru. faktor guru memegang peran yang sangat
strategis. Karena keseharaian tugas seorang guru penjas memiliki intensitas yang tinggi karena
selain menyelesaikan tugas yang ada disekolah, juga harus menyelesaikan tugas yang ada
dirumah untuk menyiapkan rencana pembelajaran untuk esok hari. Karena pada prinsipnya
tugas seorang guru penjas tidak dapat digantikan oleh guru mata pelajaran yang lain. Oleh karena
itu seorang guru pendidkan jasmani dituntut untuk dapat bekeja secara profresional sebagai
seorang guru.
Guru pendidikan jasmani adalah individu yang memeperoleh pendidikan akademik
dan/atau profesional dari bidang penjas dalam berbagai jenjang serta memiliki seperangkat
kemapuan dan kewenangan untuk melakasanakan pendididkan melalui aktivitas fisik. Hal yang
serupa juga dikatakan bahwa guru penjas yang profesional harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Memiliki kemampuan merencanakan dan merancang program pembelajaran harian,
mingguan, catur wulan dan tahunan.
2. Kemampuan mendidik melalui aktivitas jasmani.
3. Kemampuan mengevaluasi pembelajaran.
4. Kemampuan menggunakan hasil evaluasi untuk kegiatan remidial.
Sehingga sebenarnya guru penjas yang profesional adalah guru yang memiliki segenap
kemampuan yang digunakan untuk mendidik sehingga dapat mengembangkan peserta didik
secara selaras dan seimbang. Perkemangan peserta didik yang selaras dan seimbang satu
diantaranya adalah ditandai dengan dimilikinya kemampaun secara fisik berupa kondisi badan
yang sehat, jauh dari penyakit dikarenakan berfungsinya sistem kekebalan tubuh. Untuk dapat
memiliki sistem kekebalan tubuh maka peserta didik harus senantiasa menjaga tingkat derajat
kesehatan atau kebugaran jasmaninya.
Pelaksanaan pendidikan jasmani disamping karena faktor guru juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang lain seperti; sarana dan prasarana olahraga baik yang ada disekolah maupun
yanga ada dilingkungan masyarakat sebagai sarana untuk latihan, faktor biaya yang tersedia yang
mendukung kegiatan pendidikan jasmani.
Pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan jasmani yang terjadi saat ini telah terjadi
perubahan arah dan tujuan. Yang terjadi di lapangan saat ini di kalangan para guru penjas sendiri
terdapat dulisme pandangan terhadap konsep tentang pendidikan jasmani di sekolah.
1. Pandangan pertama memandang penjas sebagai sarana untuk membantu mencapai
perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Sehingga arah tujuan yang ingin dicapai
adalah kesegaran jasmani peserta didik.
2. Pandangan yang kedua adalah pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri, memiliki tujuan prestasi olahraga sehingga guru berupaya menjadikan peserta
didiknya untuk menjadi atlet. Merupakan suatu kebanggan bagi guru jika muridnya bida
menjadi atlet dan terus menajdi juara.
Konsep tentang pendidikan jasmani menurut pandangan yang pertama, bahwa para guru
memahami konsep ini memang seperti apa yang diharapakan dalam pendidikan jasmani yang
sebenarnya. Artinya tujuan dari pelaksaan dalam PBM adalah agar pererta didik memiliki
kesegran jasmani sehingga akan dapat mengembangkan kemampuan seluruh organ da sistem
syaraf, peredaran darah, otot, persendian dan tulang pada tubuh sehingga akan membantu para
peserta didik dengan mudah untuk mencapai prestasi belajar pada mata pelajaran lain.
Menurut pandangan kelompok yang kedua memahami konsep tentang pendidikan jasmani
adalah bahwa pendidikan jasmani adalah mata pelajaran sendiri yang memiliki tujuan untuk
mencapai prestasio dalam bidang olah raga.nSehingga di dalam PBM yang dilakukan bagaimana
supaya siswa mampu memiliki keterapilan teknik gerakan. Sehingga aktivitas mulai dari SD,
SMP dan SMA jika dilihat dari arah dan tujuan tidak lagi sesuai dengan harapan.
Permasalahannya adalah para guru memiliki pandangan dan tujuan yang berbeda-beda. Sehingga
pada tataran pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan keingginan dari masing-masing guru.
Pandangan dari kebanyakan guru pendidikan jasmani bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani
adalah untuk mencapai prestasi karena pada usia sekolah sudah ada perlombaan dan
pertandingan yang dilaksanakan sampai tingkat nasional (O2SN). Sehingga menyebabkan guru
berlomba-lomba menjadikan peserta didiknya untuk menjadi atlet, sehingga secara tidak
langsung akan memberikan dampak positif kepada guru bersangkutan. Jika padangan-
pandangan ini yang menyebabkan maka dapat disimpulkan bahwa faktor pemahaman konsep
tentang pendidikan jasmani oleh para guru juga satu dari penyebab mengapa peserta didik tidak
menjadi bugar.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan seorang guru tergantung pada
perencanaan yang buat sebelum pelaksanaan permbelajaran. Sehingga arah dan alur pelaksanaan
pembelajaran menjadi lebih jelas, yang disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran. Oleh
karena itu untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah mencapai tujuan maka
diperlukanlah evaluasi sebagai alat kontrol yang mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian.
Yang terjadi di lapangan sekarang ini pada saat pembelajaran para guru mengalami kebingungan
untuk melaksanakan penilaian, apakah penilaian terhadap proses dari pembelajaran yang
dijadikan indikator pengukuran dari penilaian atau penilaian terhadap hasil atau produk.
Sehingga bentuk penilaian yang digunakan pada saat pembelajaran menjadi sangat beragam.
C. Pokok-pokok pikiran
1. Pengaruh Pemahaman Konsep tentang Penjas
Melakukan perubahan dalam rangka memperbaiki satu kondisi pendidikan jasmani yang
sudah kacau bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Untuk dapat mewujudkan
perubahan maka terlebih dahulu harus dimulai dengan merubah paradigma (mindsett) atau cara
pandang para guru penjas yang selama ini telah mengakar cukup lama dalam pikiran. perubahan
tidak dapat langsung dilakukan secara seluruh dan serempak namun dimulai dari skala yang
kecil, kemudian meningkat pada skala yang lebih luas. Oleh sebab itu langkah pertama yang
harus dilakukan adalah memberikan pemahaman konsep tentang pendidikan jasmani kepada para
guru dengan benar. karena jika salah dalam memahami konsep dari pendidikan jasmani maka
tidak akan pernah mencapai tujuan.
Untuk dapat memahami konsep pendidikan jasmani dengan benar maka seoarang guru
penjas dituntut untuk mengerti makna yang terkandung dalam pendidikan jasmani itu secara utuh
dan enyeluruh. Artinya seorang guru penjas harus memahami tentang filosofis dari pendidikan
jasmani yang mencakup tiga syarat:
Seorang guru pendidikan jasmani harus paham terhadap definisi dari pendidikan jasmani.
Seorang guru pendidikan jasmani harus paham tentang kemanfaatan dari pendidikan
jasmani.
Seorang guru pendidikan jasmani memahami bagaimana untuk melaksanakannya.
Pertama memahami definisi dari pendidikan jasmani diartikan sebagai kemampuan
seorang guru pendidikan jasmani untuk menempatkan kedudukan dari mata pelajaran yang
diampunya terhadap mata pelajaran yang lain. Guru pendidikan jasmani harus mampu
memposisikan bahwa pendidikan jasmani itu setara dan sama pentingnya dengan mata pelajaran
yang lain. Hal yang mendasari bahwa pendidikan jasmani setara dan sama pentingnya dengan
mata pelajaran yang lain adalah karena setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang
berbeda. Artinya aspek yang akan dikembangakan dari peserta didik melalui proses
pembelajaran dari setiap mata pelajaran tentu berbeda. Karena pada mata pelajaran selain
pendidikan jasmani (ilmu alam, ilmu sosial dan matematika) aspek yang dikembangkan dari
peserta didik adalah aspek kecerdasan otak (kognitif) dan aspek afektif. Sehingga untuk
mengembangkan aspek fisiknya (yang mencakup psikomotor) merupakan tanggung dari mata
pelajaran pendidkan jasmani sepenuhnya. Sehingga inilah maksud dari makna “bagian integral
dari pendidikan keseluruhan”. adalah bagaimana memposisikan kedudukan pendidiakn jasmani
sebagai mana penjelasan di atas.
Selama ini yang terjadi para guru pendidikan jasmani memahami konsep dari
pendidikan jasmani “bagian integral dari pendidikan keseluruhan” adalah memandang
pendidikan jasmani itu sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sama halnya dengan mata
pelajaran lainnya. Sehingga kecendrungan keberadaan dari pendidikan jasmani juga untuk
mengembangkan aspek kognitif peserta didik. Yang harus disadari oleh guru pendidikan jasmani
bahwa kecerdasan yang merupakan hasil dari fungsi otak, merupakan bagian dari tubuh secara
keseluruhan. Apabila satu diantara organ bagian tubuh terganggu karena sakit, maka seluruh
sistem organ tubuh ikut terganggu pula. Hal ini dikeranakan seluruh organ yang ada dalam tubuh
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu keberadaan pendidikan jasmanai
di sekolah adalah untuk mempersiapkan tubuh sebagai pondasi dasar untuk mengembangakan
segala potensi dari peserta didik baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang semuanya
bersemayam dalam tubuh.
Kedua guru pendidikan jasmani harus memahami manfaat dari pendidikan jasmani. Jika
berbicara tentang manfaat maka seorang guru pendidikan jasmani harus bertanya pada dirinya,
untuk apa saya ada disini (ada di sekolah)?, apa yang akan saya berikan untuk sekolah? untuk
peserta didik? Pertanyaan-pertanyan di atas merupakan dasar bagi seoarang guru untuk
memahami tentang kemanfaatan dari pendidikan jasmani. Oleh karena itu seorang guru
pendidikan jasmani agar supaya pendidikan jasmani dapat memberikan manfaat maka ia harus
mampu mencapai tujuan dari pendidikan jasmani. Berdasarkan pengertiannya bahwa tujuan dari
pendidikan jasmani “meningkatkan individu secara organik, neomusular, intlektual, dan
emosional”. Yang menjadi penekanan dalam tujuan pendidikan jasmani yang utama adalah
faktor perkembangan peserta didik dari sisi perkembangan organik serta perkembangan
neomuskular. Bericara tentang perkembangan organik dan neomuscular maka akan berkaitan
tentang kondisi fisik secara keseluruhan. Berkembangnya fungsi organ (organik) dan sistem
syaraf (neouscular) peserta didik, hal ini erat kaitannya dengan fungsi dan sistem kerja oragan itu
secara maksial. Oleh karena itu agar seluruh sistem ini dapat berfungsi dengan baik maka syarat
utama adalah peserta didik harus berbadan sehat. Derajat kesehatan peserta didik dapat dilihat
dari kesegaran jasmaninya. Semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani maka dapat dipastikan
fungsi organ dan sistem syaraf akan berfungsi secara optimal.
Peran dan fungsi pendidkan jasmani yang utama di sekolah adalah bagaimana seluruh
warga sekolah, terutama peserta didik agar senantiasa terus dalam keadaan sehat. Karena dengan
kondisi badan sehat peserta didik dapat belajar dengan tenang tanpa mengalami gangguan.
Tubuh perseta didik yang sehat ditandai dengan berfuingsinya seluruh organ secara normal dan
maksial pada saat belajar, sehingga menghasilkan daya konsentrasi yang tinggi untuk dapat
menerima materi pelajaran. Agar dapat menghasilkan daya konsentarsi yang tinggi maka
diperlukan asupan oksigen (O2) ke otak. Banyaknya asupan oksigen (O2) sangat tergantung dari
kualitas sistem peredaran darah yang ada. Sedangkan sitem peredaran darah dipengaruhi oleh
kapasitas kerja jangtung. Kapasitas kerja jangtung erat kaitannya dengan kondisi kesegaran
jasmani. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki daya konsentrasi yang tinggi maka syarat
utama adalah harus memilki tingkat kesegaran jasmani yang baik.
Selama ini banyak para guru pendidikan jasmani memahami fungsi dari pendidikan
jasmani adalah sama seperti mata pelajaran yang lain. Sehingga tujuan yang akan di capai di
dalam pembelajaran sama seperti dengan mata pelajaran yang lain. Sedangkan aspek yang
seharusnya dikembangkan sebagai tujuan utama, dari peserta didik malah diabaikan. Sehingga
yang terjadi saat ini dirasakan mata pelajaran pendidikan jasmani dianggap menjadi tidak penting
oleh kebanyakan guru bahkan oleh para kepala sekolah. Mengapa demikian? karena mata
pelajaran pendidikan jasmani selama ini dirasakan tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi
dunia pendidkan. Bahkan materi-materi dalam pembelajaran dalam pendidikan jasmani bagi para
peserta didik menjadi beban tambahan baru. Hal ini disebakan karena harus banyak menghafal
segala kejadian-kejadian dan fenomena dalam dunia olahraga yang sebenarnya tidak
memberikan manfaati dalam kehidupan nyata.
Ketiga guru pendidikan jasmani harus paham bagaimana melaksanakan pembelajaran
pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani dirasakan memberikan manfaat apabila guru pendidikan
jasmani mampu mencapai tujuan dari pendidikan jasmani. Sehingga untuk dapat mencapai
tujuan maka syarat utama adalah pelaksanaan di dalam pembelajaran harus mencerminkan
pencapain dari tujuan pendidikan jasmani. Artinya rancangan dan pelaksanaan proses dari
pembelajaran pendidikan jasmani memang benar-benar mengarah pada sasaran yang akan di
capai dalam tujuan pendidikan jasmani. Sehingga muatan dan arah dari pembelajaran yang
dilakukan berisikan aktivitas-aktivitas jasmani yang mampu menimbulkan minat seluruh peserta
didik untuk secara aktif berpartisipasi.
Sehingga bentuk pembelajaran pendidikan jasmani pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran bukanlah ditekankan pada pencapaian penguasaan keterampilan gerak cabang
olahraga bagi peserta didik. Melainkan bagaimana peserta didik tersebut harus memiliki
kesegaran jasmani melalui aktivitas-aktivitas yang ia sukai dengan cara apapun. Aktivitas yang
menjadi media dalam pencapaian kesegaran jasmani tidak terbatas pada satu cabang olahraga
ataupun diarahkan pada cabang olahraga tertentu. Pesrta didik diberi kebebasan untuk memilih
satu, dua atau lebih cabang olahraga yang ia sukai. Selain untuk mengembangakan gerak
multilateral penekanan yang utama adalah untuk mencapai kesegaran jasmaninya.
2. Dualisme Profesi pada Guru Penjas
Seorang guru pendidikan jasmani sebenarnya pada dirinya telah melekat dualisme profesional yang selama ini mungkin tidak disadari. Artinya ia sebagai pendidik dan juga sekaligus sebagai seorang pelatih. Artinya sebagai pendidik atau guru maka tak kala ia sedang berada di depan kelas pada saat pembelajara berlangsung (intrkurikuler). Namun ia juga sebagai seorang pelatih pada saat proses berlangsungnya latihan yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran sekolah (ekstrkurikuler). Sehingga kesalahan yang terjadi selama ini adalah tertukarnya peran dari dualisme yang ada pada diri guru pendidikan jasmani. Jika proses pembelajaran yang dilaksanakan disekolah menekankan peserta didik untuk mampu menguasai teknik keterapilan cabang olah raga, maka tentunya implikasi dari pencapaian teknik keterapilan adalah berorientasi pada efektifitas gerak untuk mencapai hasil prestasi maksial. Sebenarnya jika ini yang telah dilakukan oleh seluruh guru pendidikan jasamani maka kesalahan dalam pelakasanaan pendidkan jasmani telah terjadi selama ini. Karena tugas ini merupakan tugas seorang pelatih. Karena tugas utama seorang guru pendidkan jasmani adalah mengupayakan agar peserta didik sehat dan bugar. Sehingga seharusnya jika pada saat pelaksanaan pembelajaran di sekolah maka atribut yang ia pakai adalah baju guru pendidikan jasmani yang memiliki arah tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Sedangakan pada saat ia melatih maka ia menggunakan baju pelatih yang memiliki arah tujuan untuk meningkatkan kemapuan gerak maksial, yang mengarah dengan keterapilan gerak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan