i
LAPORAN PRAKTIKUM
SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS, DAN UJI VIGOR BENIH
Oleh:
Golongan E/Kelompok 3B
1. Feri Dwi Putra Suhartono (161510501251)
2. Ike Noviana (161510501252)
3. Siti A’yun Mazilatul Mazidah (161510501236)
LABORATORIUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pertanian identik dengan budidaya tanaman. Budidaya yang
dilakukan memiliki berbagai kepentingan dalam kehidupan manusia meliputi
pemenuhan kebutuhan pangan, menjaga kelestarian plasma nutfah, dan kebutuhan-
kebutuhan yang lain. Kegiatan pemenuhan kebutuhan manusia dalam bidang
pertanian dapat dilakukan dengan upaya meningkatkan produksi pertanian,
menjaga kemurnian varietas, dan lain sebagainya.
Kegiatan bidudaya tanaman pertanian dalam upaya mencapai hasil yang
optimum tentu tidak terlepas dari peranan bahan tanam, yaitu benih. Benih sebagai
bahan tanam harus memiliki mutu dan kualitas yang baik. Kriteria benih yang baik
sebagai bahan tanam dapat dilihat dari penampilan luar atau fisik benih, misalnya
biji tidak kopong atau harus bernas, benih tidak keriput, mempunyai warna dan
bentuk yang relatif seragam, tidak tercampu dengan benih tanman lain, dan lain-
lain. Kriteria lain yang harus diperhatikan meliputi biji tidak terserang penyakit,
kemurnian benih, benih bebas kontaminan, pertumbuhan benih seragam, memiliki
daya tumbuh yang tinggi, dan lain sebagainya.
Kriteria fisik benih yang baik dapat dilakukan melaui kegiatan sortasi benih.
Sortasi benih dilakukan untuk memisahkan benih murni yang akan digunakan
sebagai bahan tanam dari campuran benda lain. Sortasi benih murni dengan benih
campuran atau benih lain ditujukan untuk menjaga. Benda lain yang dapat
tercampur dalam benih seperti benih dari tanaman lain, kotoran bisa berupa kerikil
atau batuan kecil, daun kering, dan sebagainya. Benih juga dipilih dan dipisahkan
dari benih yang memiliki tampilan yang kurang baik seperti benih yang keriput,
benih yang berukuran terlalu besar maupun yang terlalu kecil, kekerasan benih,
warna benih yang sesuai kriteria (misal, padi berwarna kuning), benih yang bernas,
benih yang utuh atau tidak mengalami kerusakan, dan lain sebagainya.
Benih yang siap tanam juga harus diperhatikan beberapa kriterianya untuk
mencapai produksi optimum. Kriteria tersebut dapat meliputi kemampuan benih
untuk tetap hidup dan berkecambah dengan normal dalam kondisi lingkungan yang
2
kurang mendukung atau vigor dan daya kecambah benih atau viabilitas juga harus
tinggi dan seragam. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui benih yang
akan ditanam memenuhi kedua kriteria tersbut dapat dilakukan uji vigor dan uji
viabilitas terhadap sampel benih yang akan ditanam. Sortasi benih dilakukan agar
tanaman yang akan dibudidayakan tidak tercampur dengan tanaman lain yang dapat
menjadi pesaing tanaman utama dalan mendapatkan air, cahaya, dan unsur.
Berdasarkan penjelasan tersebut perlu diadakannya praktikum mengenai sortasi, uji
viabilitas dan uji vigor benih sehingga mahasiswa dapat mengetahui cara memilih
kriteria benih yang baik untuk bahan tanam.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui uji kemurnian benih secara fisik.
2. Untuk melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji viabilitas dan vigor benih.
.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Benih adalah biji yang digunakan sebagai perbanyakan tanaman (bahan
tanam) yang memiliki kualitas baik dan mampu tumbuh dengan baik. Proses
budidaya suatu komoditas tanaman, benih memegang peran penting dalam
mencapai hasil produksi yang maksimal. Benih bermutu fisik tinggi memiliki
keseragaman dalam bentuk, ukuran, warna dan bobot benih. Upaya untuk
mendapatkan benih yang berkualitas baik dapat dilakukan dengan kegiatan sortasi
benih, uji vigor benih dan uji viabilitas benih. Sortasi benih dilakukan untuk
meningkatkan dan menjaga kemurnian benih dan menentukan klasifikasi benih
pada komoditas tertentu. Kriteria pada sortasi benih harus biji bernas, tidak keriput
atau kusam, tidak cacat atau rusak, tidak tercampur varietas lain atau kotoran, daya
kecambah harus diatas 85% dan tidak mengandung infeksi hama atau penyakit.
Benih yang telah melakukan tahap sortasi kemudian dilakukan tahap
penggradingan (grading) yakni penggolongan benih berdasarkan kualitas benih,
dari biji yang paling kecil hingga paling besar. Benih yang didapatkan setelah
proses sortasi dan penggradingan akan dilakukan uji benih. Langkah awal
pengujian benih yakni pengambilan sampel yang mewakili seluruh benih dalam
pengujian benih. Pengambilan kualitas benih harus berdasarkan mutu fisik, mutu
fisiologis, kesehatan, ukuran dan keseragaman. Mutu fisik meliputi kemurnian,
bobot dan kadar air sedangkan mutu fisiologis meliputi kemampuan viabilitas (daya
kecambah benih) dan vigor benih (Mulyana dkk., 2012).
Uji fisiologis benih meliputi uji viabilitas dan uji vigor benih. Benih yang
baik adalah benih yang dapat mempertahankan viabilitas dan vigornya. Benih yang
memiliki viabilitas yang baik akan tumbuh menjadi tanaman normal dan benih yang
memiliki vigor yang baik akan mampu bertahan dalam berkecambah pada kondisi
lingkungan yang kurang mendukung. Vigor benih yang baik dicirikan mampu tahan
disimpan pada waktu yang lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, cepat
tumbuh dan mampu bereproduksi dengan baik (Tustiyani dkk., 2016). Ukuran
benih dipakai sebagai ciri benih yang baik dan berviabilitas tinggi, karena benih
yang berukuran lebih besar dan berat dari tanaman lebih baik daripada yang
4
berukuran kecil. Benih yang berukuran besar lebih banyak mengandung cadangan
makanan, sehingga kemampuan viabilitasnya juga tinggi (Fadila dkk., 2016).
Menurut Filho, M., (2015) uji vigor benih menentukan daya kecambah benih yang
tumbuh dengan cepat dan seragam baik secara langsung atau tidak langsung dalam
menyerap nutrisi atau makanan serta tingkat toleransi benih (stress).
Kekuatan dan viabilitas benih tergantung pada faktor genetik dan fisiologis
benih serta lamanya proses penyimpanan. Faktor yang mempengaruhi
penyimpanan adalah suhu, kelembaban, mikroorganisme dan proses penyimpanan.
Viabilitas benih dalam proses penyimpanan dapat diperpanjang dengan
penyimpanan suhu dingin atau kering apabila kandungan air dalam biji dibawah 5%
(Shaban, M., 2013). Menurut Azadi et al., (2013) kandungan air benih sangat
mempengaruhi panjangnya umur benih dan kekuatan benih, sehingga dibutuhkan
penyimpanan yang tepat dan kadar air yang optimum karena dapat mempengaruhi
kualitas benih secara signifikan.
Uji daya kecambah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
seperti uji daya kecambah langsung dengan kertas merang, uji diatas kertas, uji
antar kertas, uji kertas digulung dan uji daya secara langsung manggunakan substrat
pasir atau tanah. Uji kekuatan tumbuh benih dapat dilakukan dengan beberapa
metode juga, seperti uji kertas gulung didirikan, uji kertas gulung didirikan dalam
plastik, uji hoppe diubah dalam plastik, plastik cell woodstock dan uji dimedia pasir
atau tanah. Uji kertas digulung dalam plastik berfungsi untuk mencegah tembusnya
substrat oleh akar (Kartika dkk., 2015).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan acara praktikum mata kuliah Teknologi dan Produksi Benih yang
berjudul “ Sortasi Benih, Uji Vigor, dan Uji Viabilitas Benih” dilaksanakan pada
hari Jum’at, 13 Oktober 2017 pada pukul 06.00 sampai selesai dilaksanakan di
Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kertas label
2. Timbangan analitik
3. Kertas buram
4. Bak pengecambah
5. Karet gelang
6. Sekop kecil
7. Botol air mineral
3.2.2 Bahan
1. Benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau
2. Air
3. Substrat pasir
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Sortasi Benih
1. Menyiapkan benih yang akan dilakukan uji kemurnian benihnya.
2. Menimbang benih tersebut, kemudian menghamparkan (A gram).
3. Memisahkan antara benih murni (BM), benih tanaman lain (BTL), dan kotoran
benih (KB).
4. Menimbang masing-masing benih murni (B gram), benih tanaman lain (C gram),
dan kotoran benih (D) gram yang ditemukan kemudian hitung presentasenya.
6
5. Mendeskripsikan ciri fisik dari masing-masing benih murni (BM), benih tanaman
lain (BTL), dan kotoran benih (KB).
3.3.2 Uji Vigor Benih
1. Menyiapkan media tanam berupa pasir kemudian membersihkan dan mengayak
halus.
2. Memasukkan media tanam ke dalam bak pengecambah sampai setengah tinggi
bak pengecambah.
3. Menanam benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau (sesuai perlakuan).
4. Melakukan pengamatan pada hari ke 3, 5, dan 7.
5. Mengukur tinggi kecambah/bibit pada ari ke-7.
3.3.3 Uji Viabilitas Benih
1. Mempersiapkan benih padi, jagung, kedelai, dan kacang hijau.
2. Menanam benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau pada substrat dengan
menggunakan metode UKDdp (Uji Digulung Didirikan dalam Plastik) dengan
cara sebagai berikut:
a. Menghamparkan selembar plastic transparan tipis ukuran 20x30 cm.
b. Menyiapkan 3-4 lembar kertas buram lembab ukuran 20x30 cm dan meletakkan
terhampar di atas lembar plastic.
c. Menanam 15-20 butir benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau di atas substrat
dengan cara menyusun baris dalam bentuk berselang seling (gigi walang).
d. Menutup substrat yang telah ditanami dengan 2-3 lembar kertas lembab lainnya.
e. Menggulung substrat kertas yang ditutupi (memberi label keterangan) dan
menempatkan hasil gulungan dengan posisi vertical dalam alat pengecambah.
3, Menjaga kelembaban substrat setiap saat.
4. Melakukan pengamatan pada hari ke 3, 5, 7, dan 14.
5. Mengukur tinggi kecambah/bibit pada hari ke-14
3.4 Variabel Pengamatan
1. Presentase hasi sortasi benih
7
Persentase hasil sortsai benih dihtung dengan menimbang dan memprsentasekan
berat masing-masing benih murni (BM), benih tanaman lain (BTL), dan kotoran
benih (KB) dari keseluruhan berat awal seelum dilakukan sortasi.
2. Vigor benih
Vigor benih dengan menghitung presentase kecambah normal pada hari ke-7 (7 x
24 jam) dengan rumus sebagai berikut:
𝑣𝑖𝑔𝑜𝑟 = 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 7
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛𝑥 100%
3. Viabilitas benih
Viabilitas benih dengan menghitung presentase kecambah normal pada hari ke-14
(14 x 24 jam) dengan rumus sebagai berikut:
𝑣𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 14
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛𝑥 100%
3.4 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada praktikum selanjutnya akan
dianalisis menggunakan analisa deskriptif dan kuantitatif.
8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Keterangan: BM = Benih Murni; BTL = Benih Tanaman Lain; KB = Kotoran Benih
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil data sortasi
benih padi pada tabel diatas. Sortasi dilakukan dengan cara memisahkan BM (benih
murni) berupa padi dengan BTL (benih tanaman lain) dan KB (kotoran benih). BM
yaitu berupa benih padi persentase tertinggi diperoleh dari hasil sortasi sampel 3
sebanyak 80,74%. Persentase BM tersendah diperoleh dari hasil sortasi sampel 2
sebanyak 48,99%. Benih tanaman lain BTL paling banyak ditemukan pada sampel
1 sebanyak 29,67%, sedangkan BTL paling sedikit ditemukan pada sampel 2
sebanyak 8,63%. BTL yang ditemukan adalah benih tanaman mentimun. KB yaitu
berupa daun kering, tulang daun, ranting-ranting kecil, dan pasir paling banyak
ditemukan pada sampel 2, yaitu sebanyak 42,28%. KB paling sedikit ditemukan
pada sampel 3, yaitu sebanyak 4,53%.
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
BM 54,15 48,99 80,74 68,58
BTL 29,67 8,63 14,59 18,16
KB 15,93 42,28 4,53 13,3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Per
sen (
%)
Hasil Sortasi Benih Padi
BM
BTL
KB
9
Keterangan: BM = Benih Murni; BTL = Benih Tanaman Lain; KB = Kotoran Benih
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil data sortasi
benih jagung pada tabel diatas. Sortasi dilakukan dengan cara memisahkan BM
(benih murni) berupa padi dengan BTL (benih tanaman lain) dan KB (kotoran
benih). BM yaitu berupa benih padi persentase tertinggi diperoleh dari hasil sortasi
sampel 3 dan sampel 4 sebanyak 78,01%. Persentase BM tersendah diperoleh dari
hasil sortasi sampel 1 dan sampel 2 sebanyak 76,86%. Benih tanaman lain BTL
paling banyak ditemukan pada sampel 3 dan sampel 4 sebanyak 17,1%, sedangkan
BTL paling sedikit ditemukan pada sampel 1 dan sampel 2 sebanyak 9,27%. BTL
yang ditemukan adalah benih kedelai. KB yaitu berupa daun kering, tulang daun,
dan ranting-ranting kecil yang paling banyak ditemukan pada sampel 1 dan sampel
2, yaitu sebanyak 13,82%. KB paling sedikit ditemukan pada sampel 3 dan sampel
4, yaitu sebanyak 1,58%.
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
BM 76,86 76,86 78,01 78,01
BTL 9,27 9,27 17,1 17,1
KB 13,82 13,82 1,58 1,58
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Per
sen (
%)
Hasil Sortasi Benih Jagung
BM
BTL
KB
10
Berdasarkan uji vigor pada beberapa sampel benih padi dan jagung, diperoleh
data yang ditunjukkan oleh grafik seperti di atas. Uji vigor benih dilakukan dengan
menggunakan substrat pasir, karena pasir mempunyai daya ikat air yang rendah
yang berpengaruh terhadap ketersediaan air untuk perakaran tanaman, sehingga
dapat digunakan uji vigor untuk menguji kemampuan benihi tumbuh normal pada
kondisi yang kurang mendukung. Hasil uji vigor pada hari ke-3 diketahui bahwa
benih yang berkecambah dan tumbuh normal yang tertinggi pada tanaman padi
adalah pada sampel padi 3 sebanyak 45%, sedangkan pada benih jagung persentase
tertinggi pada sampel 1 dan 2 sebanyak 100%. Sampel 1 dan sampel 2 pada benih
padi belum dan benih yang mulai berkecambah yang ditunjukkan oleh persentase
benih normal dan abnormal sebanyak 0%. Semua sampel benih padi dan jagung
pada uji vigor hari ke-3 belum ditemukan benih yang berkecambah abnormal.
Padi
1
Padi
2
Padi
3
Jagun
g 1
Jagun
g 2
Jagun
g 3
Normal 0 0 45 100 100 19
Abnormal 0 0 0 0 0 0
0 0
45
100 100
19
0 0 0 0 0 00
20
40
60
80
100
120
Per
sen (
%)
Sampel Benih
Uji Vigor Hari ke-3
Normal
Abnormal
11
Hasil uji vigor pada hari ke-5 diketahui bahwa benih yang berkecambah dan
tumbuh normal yang tertinggi pada tanaman padi adalah pada sampel 2 sebanyak
35%, sedangkan pada sampel 3 mengalami penurunan dari 45% menjadi 35%.
Benih jagung yang berkecambah normal persentase tertinggi pada sampel 1 dan 2
sebanyak 100%. Semua sampel benih padi dan jagung pada uji vigor hari ke-5
belum ditemukan benih yang berkecambah abnormal.
Uji vigor pada hari ke-7 ditemukan benih berkecambah normal, abnormal,
dan benih yang tidak tumbuh atau mati. Benih yang berkecambah normal dapat
Padi 1 Padi 2 Padi 3Jagung
1
Jagung
2
Jagung
3
Normal 25 35 25 100 100 95
Abnormal 0 0 0 0 0 0
2535
25
100 100 95
0 0 0 0 0 00
20
40
60
80
100
120
Per
sen
(%
)
Sampel Benih
Uji Vigor Hari Ke-5
Normal
Abnormal
Padi
1
Padi
2
Padi
3
Jagun
g 1
Jagun
g 2
Jagun
g 3
Normal 30 65 20 35 100 95
Abnormal 10 20 5 60 0 0
Mati 2 15 75 5 0 5
30
65
2035
100 95
1020
5
60
0 0215
75
5 0 5
0
20
40
60
80
100
120
Per
sen (
%)
Sampel Benih
Uji Vigor Hari ke-7
Normal
Abnormal
Mati
12
dilihat dari pertumbuhan akar dan tinggi kecambah yang seragam. Benih yang
abnormal dilihat dari pertumbuhan kecambah yang kerdil atau ada kecambah yang
keriput. Benih mati dilihat berapa benih yang tidak tumbuh. Benih padi yang
berkecambah normal tertinggi pada tanaman padi adalah pada sampel 2 sebanyak
35%, sedangkan berkecabah abnormal paling banyak pada sampel sebesar 20%,
dan benih mati paling banyak pada sampel 3 yaitu 75%. Benih jagung yang
berkecambah normal persentase tertinggi pada sampel 2 sebanyak 100%,
berkecambah abnormal tertinggi pada sampel 1 yaitu 60%, dan benih mati teringgi
pada sampel 1 dan 3 sebanyak 5%. Uji vigor benih yang dilakukan kelompok kami
yaitu pada sampel 3 diperoleh hasil sebagai berikut:
𝑣𝑖𝑔𝑜𝑟 = 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 7
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛𝑥 100%
= 4
20𝑥 100% = 20%
Berdasarkan uji viabiitas pada beberapa sampel benih tanaman padi dan
jagung, diperoleh data yang ditunjukkan oleh grafik seperti di atas. Uji viabilitas
benih dilakukan dengan menggunakan pada substrat dengan menggunakan metode
UKDdp (Uji Digulung Didirikan dalam Plastik). Kertas yang digunakan pada
metode ini menggunakan kertas buram karena harganya yang terjangkau, efisien,
dan mampu menahan air. Hasil uji viabilitas pada hari ke-3 diketahui bahwa benih
Padi 1 Padi2 Padi3 Jagung1 Jagung 2 Jagung 3
Normal 33,33 66,67 80 100 100 93,33
Abrnormal 66,67 33,33 20 0 0 6,67
0
20
40
60
80
100
120
Per
sen (
%)
Sampel Benih
Viabilitas Hari ke-3
Normal Abrnormal
13
yang berkecambah dan tumbuh normal yang tertinggi pada benih padi adalah pada
sampel 3 sebanyak 80%, sedangkan pada benih jagung persentase tertinggi pada
sampel 1 dan 2 sebanyak 100%. Sampel benih padi yang berkecambah dan tumbuh
abnormal dengan persentase tertinggi adalah pada sampel 1 sebanyak 66,67%.
Sampel benih jagung yang berkecambah dan tumbuh abnormal dengan persentase
tertinggi adalah pada sampel 3 sebanyak 6,67%, sedangkan pada sampel 1 dan 2
belum ditemukan benih yang berkecambah abnormal.
Hasil uji viabilitas pada hari ke-5 diketahui bahwa benih yang berkecambah
dan tumbuh normal yang tertinggi pada benih padi adalah pada sampel 3 sebanyak
80%, sedangkan pada benih jagung persentase tertinggi pada sampel 2 sebanyak
100%. Sampel benih padi yang berkecambah dan tumbuh abnormal dengan
persentase tertinggi adalah pada sampel 1 sebanyak 46,67%. Sampel benih jagung
yang berkecambah dan tumbuh abnormal dengan persentase tertinggi adalah pada
sampel 3 sebanyak 93,33%, sedangkan pada sampel 2 belum ditemukan benih yang
berkecambah abnormal.
Padi 1 Padi 2 Padi3 Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3
Normal 53,33 66,67 80 13,33 100 6,67
Abnormal 46,67 33,33 20 86,67 0 93,33
53,3366,67
80
13,33
100
6,67
0
20
40
60
80
100
120
Per
sen (
%)
Sampel Benih
Viabilitas Hari ke-5
Normal Abnormal
14
Hasil uji viabilitas pada hari ke-7 diketahui bahwa benih yang berkecambah
dan tumbuh normal yang tertinggi pada benih padi adalah pada sampel 3 sebanyak
80%, sedangkan pada benih jagung persentase tertinggi pada sampel 2 sebanyak
100% dan pada sampel 1 tidak ditemukan benih yang berkecambah dan tumbuh
normal. Sampel benih padi yang berkecambah dan tumbuh abnormal dengan
persentase tertinggi adalah pada sampel 1 dan 2 sebanyak 33,33%. Sampel benih
jagung yang berkecambah dan tumbuh abnormal dengan persentase tertinggi adalah
pada sampel 1 sebanyak 100%, sedangkan pada sampel 2 belum ditemukan benih
yang berkecambah abnormal.
Padi 1 Padi 2 Padi 3 Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3
Normal 66,67 66,67 80 0 100 6,67
Abrnormal 33,33 33,33 20 100 0 93,33
0
20
40
60
80
100
120
Per
sen
(%
)
Sampel Benih
Viabilitas Hari ke-7
Normal Abrnormal
15
Hasil uji viabilitas pada hari ke-10 diketahui bahwa benih yang berkecambah dan
tumbuh normal yang tertinggi pada benih padi adalah pada sampel 1 dan 2 sebanyak
60%, sedangkan pada sampel 3 mengalami penurunan dari 80% menjadi 60%.
Sampel benih jagung yang berkecambah dan tumbuh normal dengan persentase
tertinggi pada sampel 2 sebanyak 40% dan pada sampel 1 tidak ditemukan benih
yang berkecambah dan tumbuh normal. Sampel benih padi yang berkecambah dan
tumbuh abnormal dengan persentase tertinggi adalah pada sampel 3 sebanyak 40%.
Sampel benih jagung yang berkecambah dan tumbuh abnormal dengan persentase
tertinggi adalah pada sampel 1 dan 3 sebanyak 100%, sedangkan pada sampel 2
belum ditemukan benih yang berkecambah abnormal.
Padi 1 Padi 2 Padi 3 Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3
Normal 66,67 66,67 60 0 40 0
Abnormal 33,33 33,33 40 100 60 100
0
20
40
60
80
100
120
Per
sen
(%
)
Sampel Benih
Viabilitas Hari ke-10
Normal Abnormal
16
Uji viabiitas pada hari ke-14 ditemukan benih yang berkecambah normal,
abnormal, dan benih yang tidak tumbuh atau mati. Hasil uji viabilitas pada hari ke-
14 diketahui bahwa benih yang berkecambah dan tumbuh normal yang tertinggi
pada benih padi adalah pada sampel 1 dan 2 sebanyak 40%, sedangkan pada sampel
3 mengalami penurunan dari 60% menjadi 26,67%. Sampel benih jagung yang
berkecambah dan tumbuh normal dengan persentase tertinggi pada sampel 2
sebanyak 100% dan pada sampel 1 dan 3 tidak ditemukan benih yang berkecambah
dan tumbuh normal. Sampel benih padi yang berkecambah dan tumbuh abnormal
dengan persentase tertinggi adalah pada sampel 3 sebanyak 40%. Sampel benih
jagung yang berkecambah dan tumbuh abnormal dengan persentase tertinggi adalah
pada sampel 1 dan 3 sebanyak 100%, sedangkan pada sampel 2 tidak ditemukan
benih yang berkecambah abnormal. Benih padi yang mati atau tidak berkecambah
persentase tertinggi pada sampel 1dan 2 sebanyak 26,67% dan pada benih jagung
tidak terdapat benih yang mati atau tidak berkecambah. Uji viabiitas benih yang
dilakukan kelompok kami yaitu pada sampel 3 diperoleh hasil sebagai berikut:
𝑣𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 14
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛𝑥 100%
= 8
15𝑥 100% = 53,33%
Padi 1 Padi 2 Padi 3 Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3
Normal 40 40 53,33 0 100 0
Abnormal 33,33 33,33 26,67 100 0 100
Mati 26,67 26,67 20 0 0 0
0
20
40
60
80
100
120
Per
sen
(%
)
Sampel Benih
Viabilitas Hari ke-14
Normal Abnormal Mati
17
4.2 Pembahasan
Benih bisa dikatakan sebagai bahan tanam yang berupa biji dengan kualitas
yang baik. Benih dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila mempunyai daya
tumbuh lebih dari 80% (Anesta dkk., 2016). Kualitas benih dapat dilihat
berdasarkan jenis varietas dan berat kering benih. Selain itu, penampilan secara
fisik dapat menjadikan suatu indikator yang menyatakan bahwa benih tersebut bisa
dijadikan sebagai bahan tanam, misalnya benih tidak keriput dan bijinya bernas.
Benih yang sehat pasti terhindar dari hama dan penyakit yang menyerang. Benih
yang terserang oleh hama dan penyakit dapat dicirikan yaitu biji tidak bernas atau
kopong (hampa) dan benih berwarna kecoklatan. Berdasarkan permasalahan yang
ada, maka pada praktikum kali ini untuk pengujian benih memiliki kualitas baik
diuji dengan menggunakan metode sortasi pada benih.
Sortasi benih memiliki tujuan untuk melihat kondisi benih sudah baik atau
tidak yang nantinya dijadikan sebagai bahan tanam. Proses sortasi yang dilakukan
pada praktikum kali ini bertujuan untuk mendapatkan biji yang murni. Cara yang
dilakukan untuk mendapatkan benih murni yaitu memisahkan antara benih murni
dengan benih tanaman lain dan kotoran benih. Sewaktu habis memisahkan, lalu
menimbang masing-masing komponen baik benih murni, benih tanaman lain, dan
kotoran benih. Setelah melakukan penimbangan, lalu masing-masing benih murni,
benih tanaman lain, dan kotoran benih di deskripsikan berdasarkan ciri fisiknya.
Berdasarkan hasilnya maka, persentase benih murni pada padi dan jagung jauh
lebih tinggi daripada benih tanaman lain dan kotoran benih dikarenakan pada saat
sortasi benih dilakukan dengan baik dan teliti. Oleh sebab itu, benih murni yang
didapatkan lebih besar dan tentunya memiliki kualitas yang baik untuk dijadikan
sebagai bahan tanam. Bahan tanam yang nantinya akan tumbuh menjadi tanaman
baru dapat dikatakan baik apabila sesuai dengan indikator yaitu indeks vigor benih,
tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat segar tanaman (Situmeang dkk., 2014).
Sortasi benih harus dilakukan untuk mendapatkan kualitas benih yang
murni. Dampaknya jika tidak melakukan sortasi benih yaitu salah satunya hasil
produksi benih tidak optimal dan mengalami kerugian. Benih murni yang
dihasilkan pada saat tahap sortasi benih diharapkan biji bernas dan dapat tumbuh
18
optimal. Biji yang bernas maka memiliki cadangan makanan yang cukup untuk
benih tumbuh. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi benih salah
satunya suhu dan kelembapan. Oleh sebab itu, setelah melakukan tahapan sortasi
sebaiknya ada tahapan pengujian benih agar dapat diukur benih tersebut dapat
tumbuh optimal atau tidak. Pengujian yang dilakukan yaitu uji vigor dan viabilitas
benih.
Menurut Kartika dan DK (2015), Vigor dapat diartikan sebagai daya
kemampuan suatu benih untuk berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman normal
yang didukung oleh lingkungan yang sesuai serta optimum. Lingkungan yang
optimum dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu benih. Pada
praktikum kali ini yang menjadikan suatu parameter pada uji vigor benih yaitu
tinggi kecambah pada hari ketujuh. Optimalnya benih tumbuh sekitar 5-7 hari
sesuai dengan media tanam dan faktor lingkungan disekitarnya. Parameter hari
yang diamati yaitu dari hari ke-3, ke-5, dan ke-7. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu perawatan di hari pengamatan agar benih dapat tumbuh optimal.
Viabilitas merupakan uji daya hidup benih yang dibuktikan berdasarkan
pertumbuhan dan perkembangan benih. Benih yang dapat tumbuh maka memiliki
kualitas benih yang unggul dan bernas. Selain itu, benih yang mempunyai viabilitas
tinggi mengindikasikan bahwa benih memiliki kecukupan cadangan makanan yang
berada di dalam endosperm yang dijadikan sebagai sumber energi pada saat benih
mulai tumbuh dan berkembang (Lesilolo dkk., 2013). Berdasarkan praktikum yang
sudah dilakukan, parameter yang dilihat yaitu pertumbuhan benih yang diamati
pada hari ke-3, ke-5, ke-7, ke-10, dan ke-14. Selain itu, hal yang harus tetap dijaga
pada saat pengamatan yaitu menjaga tingkat kelembaban benih pada suatu media.
Apabila benih terlalu lembab pada suatu media, maka benih akan tumbuh abnormal.
Benih yang tumbuh abnormal dapat dicirikan yaitu bibit menjadi kerdil dan
tumbuhnya tidak optimal. Namun, ada juga benih yang tidak tumbuh pada saat uji
viabilitas. Hal ini bisa terjadi apabila kondisi benih atau biji tidak bernas dan sudah
terserang hama atau penyakit (Kartika dan DK, 2015).
Pengujian yang dilakukan dari tahapan sortasi, uji vigor, dan uji viabilitas
benih maka dapat ditentukan persentase dari tiap masing-masing tahapan.
19
Perhitungan persentase ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan antara benih
yang murni, benih jenis lain, dan kotoran benih apda tahapan sortasi. Selain itu,
juga dapat mengetahui daya tumbuh kecambah berdasarkan tingkat persentase
tumbuh benih. Pada tahapan uji viabilitas, dapat ditemukan hasil persentase benih
yang tumbuh normal dan abnormal. Dengan demikian, adanya perhitungan
persentase ini dapat membantu dalam menganalisis suatu data hasil pengamatan
yang bersifat kuantitatif.
20
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Cara untuk mendapatkan benih yang berkualitas baik, misalnya tidak keriput,
tidak rusak atau cacat, bebas dari kotoran, biji bernas, dan mempunyai daya
perkecambahan yang tinggi dapat dilakukan beberapa metode, yaitu sortasi
benih, uji vigor, dan uji viabilitas benih.
2. Benih yang tidak tumbuh dan abnormal disebabkan adanya cekaman lingkungan
yang rendah dalam artian daya vigor dan viabilitasnya rendah, sedangkan benih
yang daya perkecambahannya optimal disebabkan adanya daya vigor dan
viabilitas benih yang tinggi dan baik.
5.2 Saran
Praktikum kali ini menurut kami ada kendala di beberapa peralatan, seperti
timbangan elektrik yang hanya ada satu dapat membuat keadaan tidak kondusif.
Selain itu, pada saat praktikum ada pemisahan tahapan dalam artian dibagi ada yang
melakukan sortasi dan ada yang melakukan vigor. Hal ini membuat kami tidak
mengetahui tahapan yang tidak kami lakukan. Jadi, kedepannya kalau bisa
praktikan harus ikut semua dalam tahapan pada uji benih biar sama-sama
mengetahui.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anesta, D. O., I. D. N. Nyana, dan A. A. M. Astiningsih. 2016. Studi Hasil dan
Kualitas Benih Padi P05 dengan Pemberian Pupuk Hayati (Enterobacter
cloacae). Agroteknologi Tropika, 5 (2): 116-126.
Azadi, M. S. and Younesi, E. 2013. The Effects of Storage on Germination
Characterictics and Enzyme Activity of Sorghum Seeds. Stress Physiology
& Biochemistry, 9 (4): 289-298.
Fadila, N., Syamsuddin dan R. Hayati. 2016. Pengaruh Tingkat Kekerasan Buah
dan Letak Bneih dalam Buah Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kakao
(Theobroma cacao L.). Floratek 11 (1): 59-65.
Filho, J.M. 2015. Seed Vigor Testing: an Overview of the Past, Present and Future
Perspective. Scientia Agricola, 72 (4): 363-374.
Kartika dan Sari, D.K. 2015. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Invigorasi
Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Padi Lokal Bangka Aksesi Mayang.
Pertanian dan Lingkungan, 8 (1): 10-18.
Lesilolo, M. K., J. Riry, dan E. A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon.
Agrologia, 2 (1): 1-9.
Mulyana, D dan C. Asmarahman. 2012. Untung Besar dari Bertanam Sengon.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Shaban, M. 2013. Study on Some Aspects of Seed Viability and Vigor.
International Journal of Advanced Biological and Biomedical Research,
1(12): 1692-1697.
Situmeang, M., A. Purwantoro, dan S. Sulandari. 2014. Pengaruh Pemanasan
Terhadap Perkecambahan dan Kesehatan Benih Kedelai (Glycine max L.)
Merril. Vegetalika, 3 (3): 27-37.
Tustiyani, I., R.A. Pratama dan D. Nurdiana. 2016. Pengujian Viabilitas dan Vigor
dari Tiga Jenis Kacang- Kacangan yang Beredar di Pasaran Daerah
Semarang, Garut. Agroekotek, 8 (1): 16-21.
LAMPIRAN
I. DATA MENTAH
Gambar 1.1 Tabel Pengamatan Sortasi Benih
Gambar 1.2 Tabel Pengamatan Vigor Benih
Gambar 1.3 Tabel Pengamatan Viabilitas Benih
Gambar 1.4 Flowchart Fery Dwi Putra
Gambar 1.5 Flowchart Siti A’yun Mazila
II. DOKUMENTASI
Gambar 2.1 Sampel Benih Padi
Gambar 2.2 Sampel Benih Jagung
Gambar 2.3 Hasil Sortasi
Gambar 2.4 Menyiapkan Media Uji Vigor Benih
Gambar 2.5 Uji Vigor Hari Ke-3
Gambar 2.6 Uji Vigor Hari Ke-5
Gambar 2.7 Uji Vigor Hari Ke-7
Gambar 2.8 Menyiapkan Media Uji Viabilitas Benih
Gambar 2.9 Uji Viabilitas Benih Hari Ke-3
Gambar 2.10 Uji Viabilitas Benih Hari Ke-5
Gambar 2.11 Uji Viabilitas Benih Hari Ke-7
Gambar 2.12 Uji Viabilitas Benih Hari Ke-10
Gambar 2.13 Uji Viabilitas Benih Hari Ke-14
III. LITERATUR
Azadi, M.S and Younesi, E. 2013. The Effects of Storage on Germination
Characterictics and Enzyme Activity of Sorghum Seeds. Stress Physiology
& Biochemistry, 9 (4): 289-298.
Fadila, N., Syamsuddin dan R. Hayati. 2016. Pengaruh Tingkat Kekerasan Buah
dan Letak Bneih dalam Buah Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kakao
(Theobroma cacao L.). Floratek 11 (1): 59-65.
Filho, J.M. 2015. Seed Vigor Testing: an Overview of the Past, Present and Future
Perspective. Scientia Agricola, 72 (4): 363-374.
Kartika dan Sari, D.K. 2015. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Invigorasi
Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Padi Lokal Bangka Aksesi Mayang.
Pertanian dan Lingkungan, 8 (1): 10-18.
Mulyana, D dan C. Asmarahman. 2012. Untung Besar dari Bertanam Sengon.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Shaban, M. 2013. Study on Some Aspects of Seed Viability and Vigor.
International Journal of Advanced Biological and Biomedical Research,
1(12): 1692-1697.
Tustiyani, I., R.A. Pratama dan D. Nurdiana. 2016. Pengujian Viabilitas dan Vigor
dari Tiga Jenis Kacang- Kacangan yang Beredar di Pasaran Daerah
Semarang, Garut. Agroekotek, 8 (1): 16-21.
Kartika dan S. DK. 2015. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Invigorasi Terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih Padi Lokal Bangka Aksesi Mayang. Pertanian
dan Lingkungan, 8 (1): 10-18.
Anesta, D. O., I. D. N. Nyana, dan A. A. M. Astiningsih. 2016. Studi Hasil dan
Kualitas Benih Padi P05 dengan Pemberian Pupuk Hayati (Enterobacter
cloacae). Agroteknologi Tropika, 5 (2): 116-126.
Situmeang, M., A. Purwantoro, dan S. Sulandari. 2014. Pengaruh Pemanasan
Terhadap Perkecambahan dan Kesehatan Benih Kedelai (Glycine max L.)
Merril. Vegetalika, 3 (3): 27-37.
Lesilolo, M. K., J. Riry, dan E. A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon.
Agrologia, 2 (1): 1-9.