SKRIPSI
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL BERBASIS WEB
PADA POTENSI TANAH WAKAF
(Studi Kasus: DKI Jakarta)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
MUHAMAD IKSAL
1113093000065
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1441 H
SKRIPSI
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL BERBASIS WEB
PADA POTENSI TANAH WAKAF
(Studi Kasus: DKI Jakarta)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
MUHAMAD IKSAL
1113093000065
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1441 H
i
SKRIPSI
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL BERBASIS WEB
PADA POTENSI TANAH WAKAF
(Studi Kasus: DKI Jakarta)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
MUHAMAD IKSAL
1113093000065
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1441 H
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
MUHAMAD IKSAL (1113093000065), Pengembangan Sistem Informasi Spasial
Berbasis Web Pada Potensi Tanah Wakaf (Studi Kasus: DKI Jakarta) di bawah bimbingan
ZAINUL ARHAM dan EVA KHUDZAEVA
Berdasarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2015-2019
salah satunya dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama di
bidang pengelolaan dan pendayagunaan wakaf, Kementerian Agama melakukan
pengembangan Sistem Informasi Wakaf sebagai database aset wakaf, dan
pemetaan dan identifikasi potensi harta wakaf di seluruh tanah air. Pemerintah pun
melalui BIMAS Islam Kemenag sudah membuat Sistem Informasi Wakaf sejak
2014 guna memudahkan proses wakaf yang ada di Indonesia untuk mencatat
pengelolaan wakaf harta yang tidak bergerak saja seperti tanah dan bangunan.
Namun ada beberapa kekurangan yang ada pada Sistem Informasi Wakaf itu sendiri
yaitu belum adanya pengelolaan tanah Wakaf secara tersistem mulai dari
pendaftaran hingga laporan dan belum adanya pemetaan aset wakaf yang berpotensi
diberdayakan secara produktif atau tidak serta belum adanya data berupa peta yang
menggambarkan lokasi wakaf tersebut sehingga dengan tidak adanya informasi
berikut menyulitkan para nadzir untuk mengusulkan dan mengelola aset wakaf
tersebut. Dari permasalahan tersebut, penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan
Sistem Informasi Spasial berbasis Web pada Potensi Tanah Wakaf untuk
memetakan potensi tanah Wakaf yang dapat diberdayakan secara produktif.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah dengen
metode wawancara, observasi, dan studi pustaka. Sedangkan metodologi
pengembangan sistemnya menggunakan metode berorientasi objek dengan Notasi
UML, menggunakan RAD, PHP sebagai Bahasa Pemograman dan MYSQL sebagai
tools untuk perancangan desain database serta Google API’s Online untuk peta
digital. Hasil penelitian ini adalah Sistem Informasi Wakaf memudahkan pihak
Kasubdit Pengamanan Aset BIMAS Islam dalam penyimpanan data dengan
menyediakan sistem wakaf mulai dari pendaftaran hingga laporan dan memberikan
informasi dalam bentuk Peta Digital serta membantu pihak nadzir dalam
pengelolaan tanah wakafnya dengan mengusulkan potensi wakaf produktif.
Kata kunci: Sistem Informasi Spasial, Potensi Tanah Wakaf, Kementerian Agama
RI, BIMAS Islam, Rapid Application Development, Unified Modelling Language,
Google APIs Online.
5 Bab + 161 Halaman + 54 Gambar + 37 Tabel + 4 Simbol + Pustaka + Lampiran
Pustaka Acuan (32, 2004-2019)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji syukur yang sebesar-besarnya kehadirat
Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya, penulis
diberikan nikmat sehat dan ilmu sehingga dapat melaksanakan, dan menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Pengembangan Sistem Informasi Berbasis
Web pada Potensi Tanah Wakaf (Studi Kasus: DKI Jakarta)”. Shalawat
beriringan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, kerabat, serta muslimin, dan muslimat, semoga kita
semua mendapatkan syafa’at dari beliau di akhirat kelak. Amin.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah banyak membantu baik moril dan materil dalam
menyelesaikan laporan ini. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan
ungkapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A’ang Subiyakto Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Nida’ul Hasanati, S.T., MMSI selaku Sekretaris Program Studi Sistem
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
vii
4. Bapak Zainul Arham, M.Si selaku dosen pembimbing pertama, dan Ibu Eva
Khudzaeva, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Dosen-dosen program studi Sistem Informasi yang telah memberikan
ilmunya selama penulis duduk dibangku kuliah.
6. Pihak dari Bimas Islam Kemenag RI yang telah mengizinkan penulis
menjadikan instansi tersebut untuk studi kasus, khususnya pada subdirektorat
Pemberdayaan Zakat dan Wakaf serta kepada Bapak Hasanudin yang
memberi masukan dan saran kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar menjadi
lebih baik lagi yang dapat disampaikan melalui emai [email protected].
Akhir kata, penulis berharap, insya Allah semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi diri penulis, serta para pembaca, terutama teman-teman Sistem
Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik sebagai bahan karya tulis berupa
informasi, perbandingan maupun dasar untuk penelitian materi lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Februari 2020
Muhamad Iksal
1113093000065
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini
kepada seluruh pihak yang telah membantu baik moril dan materil dalam
menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Orang tua saya yang sangat saya cintai dan sayangi Bapak Saoman dan ibu
Sumini. Terima kasih banyak atas Doa, motivasi, arahan, serta kasih
sayang yang tidak terhingga sepanjang masa. Semoga kelak saya mampu
membahagiakan dan membuat ayah dan ibu bangga.
2. Adikku tercinta Sifa Fauziah yang selalu memberi doa serta motivasi
selama pembuatan skripsi.
3. Teman-teman Perlendiran, Ibal, Reza, Nurcholis, Ihsan, Gilang, Mas Adit,
Teguh, Piqri, Ryanda, Irvan yang selalu memberikan semangat serta
menghibur penulis dengan canda dan tawanya.
4. Teman-teman loby FST yaitu Fadly, Harry, Ucup, Ical, Aga, Dodoy, Abay,
Ajis, Icad dan Rangga semoga tetap kompak dan sayang sama Orang Tua.
5. Zuhra, Rafika, Prima, Fresilia, dan Novia yang telah memberikan semangat
serta sharing ide dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh teman-teman SI 2013. Terima kasih untuk kebersamaan, kerjasama,
motivasi, dan selalu mendoakan dalam kebaikan. Waktu bersama sahabat-
sahabat sangatlah berkesan.
ix
7. Keluarga besar Sepakbola Uin Jakarta FORSA, Keluarga Besar SSC Saintek
Sport Club dan Keluarga Besar Futsal HIMSI, yang telah memberikan banyak
kesan dan warna pada kehidupan penulis.
8. Teman-teman KKS TV yaitu Adi, Emet, Manaf, Hajiz, Ipul, Oli, Oki, Jibon,
Yudis dan Kubil semoga setelah skripsi ini kelar kita bisa bikin film layar lebar.
9. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa terhadap proses penyelesaian
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu namun tidak
mengurangi sedikitpun rasa hormat dan rasa terima kasih.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR SIMBOL ............................................................................................ xix
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.4 Batasan Masalah ................................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................. 8
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................ 9
1.7 Metode Penelitian ............................................................................... 10
1.8 Sistematika Penulisan ......................................................................... 11
Bab 2 Landasan Teori ......................................................................................... 14
2.1 Konsep Dasar Pengembangan Sistem Informasi ............................... 14
2.1.1 Pengertian Pengembangan Sistem Informasi ......................... 14
2.1.2 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi ............................... 14
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi ......................................................... 15
2.2.1 Pengertian Sistem ................................................................... 15
xi
2.2.2 Pengertian Data dan Informasi ............................................... 16
2.2.3 Pengertian Sistem Informasi .................................................. 17
2.3 Sistem Informasi Geografis ................................................................ 18
2.3.1 Definisi Sistem Informasi Geografis ...................................... 18
2.3.2 Subsistem Pada SIG ............................................................... 19
2.4 Peta ..................................................................................................... 20
2.4.1 Jenis-jenis Peta ....................................................................... 20
2.4.2 Skala Peta ............................................................................... 21
2.4.3 Simbolisasi Peta ..................................................................... 22
2.5 Pengertian Wakaf ............................................................................... 23
2.5.1 Pengertian Wakaf ................................................................... 23
2.5.2 Landasan Hukum Wakaf ........................................................ 25
2.5.3 Rukun Wakaf .......................................................................... 28
2.5.4 Macam-Macam Wakaf ........................................................... 31
2.5.5 Potensi Tanah Wakaf .............................................................. 32
2.5.6 Skema Potensi Wakaf ............................................................. 33
2.5.7 Pengertian Nadzir ................................................................... 34
2.5.8 Syarat-syarat Nadzir ............................................................... 34
2.5.9 Macam-macam Nadzir ........................................................... 37
2.5.10 Aturan Nadzir Wakaf Produktif ............................................. 40
2.5.11 Konsep Wakaf Produktif ........................................................ 41
2.5.12 Jenis Potensi Usaha Wakaf secara Produktif ......................... 42
2.5.13 Tata Cara Wakaf Produktif ..................................................... 44
2.5.14 Pengelolaan Tanah Wakaf secara Produktif ........................... 45
2.6 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 46
2.6.1 Observasi ................................................................................ 46
2.6.2 Wawancara ............................................................................. 46
2.6.3 Studi Pustaka .......................................................................... 47
2.7 Rapid Application Development (RAD) ............................................ 47
2.7.1 Tahap Rapid Application Development (RAD) ...................... 48
2.7.2 Keuntungan Rapid Application Develoment (RAD) .............. 50
xii
2.7.3 Kelemahan RAD .................................................................... 51
2.8 Unified Modelling Languange (UML) ............................................... 51
2.8.1 Use Case Diagram ................................................................. 52
2.8.2 Activity diagram ..................................................................... 55
2.8.3 Class Diagram ........................................................................ 56
2.8.4 Sequence Diagram.................................................................. 58
2.9 Database............................................................................................. 60
2.10 Bahasa Pemograman .......................................................................... 61
2.10.1 PHP ......................................................................................... 61
2.10.2 HTML ..................................................................................... 61
2.10.3 MySQL ................................................................................... 62
2.11 Arcgis ................................................................................................. 62
2.12 Teknik Pengujian Software ................................................................ 63
Bab 3 Metodologi Penelitian .............................................................................. 66
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 66
3.2 Data dan Perangkat Penelitian............................................................ 66
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 66
3.3.1 Observasi ................................................................................ 67
3.3.2 Wawancara ............................................................................. 68
3.3.3 Studi Pustaka .......................................................................... 68
3.3.3.1 Regulasi .................................................................... 68
3.3.3.2 Penelitian Sejenis ..................................................... 69
3.4 Metode Pengembangan Sistem .......................................................... 73
3.4.1 Fase Requirement Planning ................................................... 74
3.4.1.1 Pengumpulan Data dan Syarat-syarat Informasi ...... 74
3.4.1.2 Sistem Berjalan SIWAK .......................................... 74
3.4.1.3 Identifikasi Masalah Sistem Berjalan ....................... 75
3.4.1.4 Sistem Usulan SIWAK............................................. 75
3.4.2 Fase Workshop Design ........................................................... 75
3.4.3 Fase Implementasi ................................................................. 76
3.5 Tahapan Penelitian ............................................................................. 76
xiii
BAB 4 Pembahasan ............................................................................................. 79
4.1 Requirement Planning ........................................................................ 79
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 79
4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ..................................... 79
4.1.1.2 Tugas dan Fungsi Subdit Pengamanan Aset Wakaf. 81
4.1.1.3 Struktur Organisasi ................................................... 81
4.1.2 Sistem Berjalan Siwak ............................................................ 83
4.1.2.1 Identifikasi Masalah Sistem Berjalan ......................... 85
4.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Berjalan .............. 85
4.1.3 Sistem Usulan SIWAK ........................................................... 86
4.2 Workshop Design ............................................................................... 88
4.2.1 Desain Proses ......................................................................... 88
4.2.1.1 Perancangan Use Case Diagram .............................. 88
4.2.1.2 Perancangan Activity Diagram ............................... 105
4.2.1.3 Perancangan Sequence Diagram ............................ 118
4.2.1.4 Class Diagram .......................................................... 130
4.2.2 Desain Database ................................................................... 133
4.2.3 Desain Interface ................................................................... 144
4.3 Implementation ................................................................................. 151
4.3.1 Pengembangan Sistem .......................................................... 151
4.3.2 Pengujian .............................................................................. 151
BAB 5 Penutup .................................................................................................. 155
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 155
5.2 Saran ................................................................................................. 155
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 158
LAMPIRAN ....................................................................................................... xxii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Grafik Jumlah Tanah Wakaf Provinsi DKI Jakarta .................. 3
Gambar 1.2 Data Grafik Jumlah Pemberdayaan Tanah Wakaf Provinsi DKI
Jakarta ..................................................................................................................... 4
Gambar 1.3 Data Grafik Potensi Tanah Wakaf Provinsi DKI Jakarta .................. 6
Gambar 2.1 Alur Dasar Konsep Wakaf ............................................................... 24
Gambar 2.2 Skema Potensi Tanah Wakaf .......................................................... 33
Gambar 2.3 Siklus Metode RAD ......................................................................... 48
Gambar 2.4 Simbol-simbol dalam Sequence Diagram ....................................... 59
Gambar 2.5 Hierarki Database ............................................................................ 60
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian........................................................................... 77
Gambar 4. 1 Struktur Organiasai Kementerian Agama ....................................... 81
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi BIMAS ISLAM .............................................. 82
Gambar 4.3 Rich Picture Sistem Berjalan ........................................................... 83
Gambar 4.4 Rich Picture Sistem Usulan ............................................................. 86
Gambar 4.5 Usecase Diagram............................................................................. 93
Gambar 4.6 Activity Diagram Login ................................................................. 105
Gambar 4.7 Activity Diagram Manajemen User ............................................... 106
Gambar 4.8 Activity Diagram Registrasi ........................................................... 107
Gambar 4.9 Activity Diagram Upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf ........ 108
Gambar 4.10 Activity Diagram Verifikasi Permohonan Data Tanah Wakaf .... 109
Gambar 4.11 Activity Diagram Manajemen Tanah Wakaf ............................... 110
Gambar 4.12 Activity Diagram Validasi ........................................................... 111
Gambar 4.13 Activity Diagram Mencetak Akta Ikrar Wakaf ............................ 112
xv
Gambar 4.14 Activity Diagram Laporan ........................................................... 113
Gambar 4.15 Activity Diagram Manajemen Nadzir .......................................... 114
Gambar 4.16 Activity Diagram Status Pendaftaran Tanah Wakaf .................... 115
Gambar 4.17 Activity Diagram Validasi Laporan ............................................. 116
Gambar 4.18 Activity Diagram Logout ............................................................. 117
Gambar 4.19 Sequence Diagram Login ............................................................ 118
Gambar 4.20 Sequence Diagram Manajemen User .......................................... 119
Gambar 4.21 Sequence Diagram Registrasi ...................................................... 120
Gambar 4.22 Sequence Diagram Upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf ... 121
Gambar 4.23 Sequence Diagram Verifikasi ...................................................... 122
Gambar 4.24 Sequence Diagram Manajemen Tanah Wakaf ............................ 123
Gambar 4.25 Sequence Diagram Validasi Pendaftaran .................................... 124
Gambar 4.26 Sequence Diagram Mencetak Akta Ikrar Tanah Wakaf .............. 125
Gambar 4.27 Sequence Diagram Laporan ........................................................ 126
Gambar 4.28 Sequence Diagram Manajemen Nadzir ....................................... 127
Gambar 4.29 Sequence Diagram Melihat Status Pendaftaran Tanah Wakaf .... 128
Gambar 4.30 Sequence Diagram Validasi Laporan .......................................... 129
Gambar 4.31 Sequence Diagram Logout ........................................................... 129
Gambar 4.32 Class Diagram ............................................................................. 132
Gambar 4.33 Skema Database .......................................................................... 133
Gambar 4.34 Desain Interface Login ................................................................ 144
Gambar 4.35 Desain Interface Home ................................................................ 144
Gambar 4.36 Desain Interface Home Potensi Tanah Wakaf ............................. 145
Gambar 4.37 Desain Interface Detail Tanah Wakaf ......................................... 145
xvi
Gambar 4.38 Desain Interface Registrasi dan Pendaftaran Tanah Wakaf ........ 146
Gambar 4.39 Desain Interface Menu Wakif ...................................................... 147
Gambar 4.40 Desain Interface Menu Nadzir ..................................................... 147
Gambar 4.41 Desain Interface Potensi Tanah Wakaf ....................................... 148
Gambar 4.42 Desain Interface Validasi Pendaftaran ........................................ 148
Gambar 4.43 Desain Interface Verifikasi Pendaftaran ...................................... 149
Gambar 4.44 Desain Interface Input Lokasi Tanah Wakaf ............................... 149
Gambar 4.45 Desain Interface Detail Laporan ................................................. 150
Gambar 4.46 Desain Interface Validasi Laporan .............................................. 150
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Simbol Use Case Diagram (Kendall & Kendall, 2011) ....................... 52
Tabel 2.2 Simbol-Simbol dalam Activity diagram ............................................... 55
Tabel 2.3 Simbol-Simbol Class Diagram ............................................................ 57
Tabel 3.1 Penelitian Sejenis ................................................................................ 69
Tabel 4.1 Identifikasi Actor .................................................................................. 89
Tabel 4.2 Identifikasi Usecase ............................................................................. 90
Tabel 4.3 Use Case Narrative Login .................................................................... 94
Tabel 4.4 Use Case Narrative Manajemen User ................................................. 95
Tabel 4.5 Use Case Narrative Registrasi ............................................................. 96
Tabel 4.6 Use Case Narrative Upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf .......... 97
Tabel 4.7 Use Case Narrative Verifikasi Daftar Pendaftaran Tanah Wakaf ....... 98
Tabel 4.8 Use Case Narrative Manajemen Tanah Wakaf .................................... 99
Tabel 4.9 Use Case Narrative Validasi Pendaftaran .......................................... 100
Tabel 4.10 Use Case Narrative Mencetak Akta Ikrar Wakaf ............................ 100
Tabel 4.11 Use Case Narrative Laporan ............................................................ 101
Tabel 4.12 Use Case Narrative Manajemen Nadzir .......................................... 102
Tabel 4.13 Use Case Narrative Melihat Status Pendaftaran Tanah Wakaf ....... 103
Tabel 4.14 Use Case Narrative Validasi Laporan ............................................. 104
Tabel 4.15 Use Case Narrative Logout .............................................................. 104
Tabel 4.16 Objek Potensial Class Diagram ....................................................... 130
Tabel 4.17 Seleksi Daftar Objek Potensial ......................................................... 130
Tabel 4. 18 Proposed Object List ....................................................................... 131
xviii
Tabel 4.19 Basis Data Level User ...................................................................... 134
Tabel 4.20 Basis Data User ................................................................................ 134
Tabel 4.21 Basis Data Master Status .................................................................. 135
Tabel 4.22 Basis Data Master Pendaftaran......................................................... 135
Tabel 4.23 Basis Data Master Nadzir ................................................................. 137
Tabel 4.24 Basis Data Master Tanah Wakaf ...................................................... 138
Tabel 4.25 Basis Data Master Potensi Tanah Wakaf ......................................... 139
Tabel 4.26 Basis Data Master Kabupaten .......................................................... 140
Tabel 4.27 Basis Data Master Provinsi .............................................................. 140
Tabel 4.28 Basis Data Master Peruntukan ......................................................... 141
Tabel 4.29 Basis Data Laporan .......................................................................... 141
Tabel 4.30 Basis Data Master Kecamatan .......................................................... 142
Tabel 4.31 Basis Data Master KUA ................................................................... 142
Tabel 4.32 Basis Data Wakif .............................................................................. 143
Tabel 4.33 Pengujian Black Box ......................................................................... 152
xix
DAFTAR SIMBOL
DIAGRAM UML (Unified Modelling Language)
No. Diagram Simbol Nama
1 Usecase Diagram
(Dennis, Wixom, &
Tegarden, 2012)
Usecase
Usecase
Aktor
Aktor
Asosiasi
Asosiasi
<<extend>>
Extend
<<include>>
Include
Subject Boundary
Subject boundary
2. Activity diagram
(Dennis, Wixom, &
Tegarden, 2012)
Initial Node
Fork
xx
Join
Activity
Decision
Final-flow Node
Control Flow
Swimlane
3. Sequence Diagram
(Sugiarti, 2013)
Boundary
Control
Entity
xxi
Aktor
Stimulus
Message2
Self stimulus
4. Class Diagram
(Dennis, Wixom, &
Tegarden, 2012)
Class
Association
Generalization
Dependency
Agregation
1
1
1. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wakaf telah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembangunan
masyarakat namun dijumpai berbagai kenyataan bahwa wakaf di Indonesia belum
banyak dikelola secara produktif. Dengan begitu Pemerintah melakukan terobosan
baru dengan membuat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
yang merupakan landasan penting dalam pemberdayaan dan pengembangan harta
benda (aset) Wakaf, yaitu: Pertama, wakaf menjadi bagian dari upaya kesejahteraan
sosial. Kedua, pendayagunaan aset wakaf dijadikan peluang usaha yang lebih
produktif dan ketiga, perlindungan aset ekonomi dengan ketentuan hukum. Ketiga
hal ini perlu diwujudkan sehingga fenomena perwakafan di Indonesia mengarah
pada penguatan kesejahteraan sosial masyarakat yang bermanfaat untuk menunjang
ekonomi umat (Fahmi et al., 2017).
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam adalah satuan kerja
tingkat I di lingkungan Departemen Agama Pusat. Dalam Nomenlaktur organisasi
(diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006). Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang bimbingan masyarakat Islam.
Pemberdayaan Zakat dan Wakaf merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi
bimbingan masyarakat Islam yang cukup penting. Pengelolaan di bidang ini
bersentuhan langsung dengan pemberdayaan Zakat dan Wakaf di masyarakat. Pada
2
sisi lain, keberadaan Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan memiliki arti dan
peran sangat strategis dalam pemberdayaan wakaf. Pemerintah pun melalui BIMAS
Islam Kemenag sudah membuat Sistem Informasi Wakaf sejak 2014 guna
memudahkan proses wakaf yang ada di Indonesia untuk mencatat pengelolaan
wakaf harta yang tidak bergerak saja seperti tanah dan bangunan. Namun ada
beberapa kekurangan yang ada pada Sistem Informasi Wakaf itu sendiri yaitu
belum adanya pengelolaan tanah Wakaf secara tersistem mulai dari pendaftaran
hingga laporan dan belum adanya pemetaan aset wakaf yang berpotensi
diberdayakan secara produktif atau tidak serta belum adanya data berupa peta yang
menggambarkan lokasi wakaf tersebut sehingga dengan tidak adanya informasi
berikut menyulitkan para nadzir untuk mengusulkan dan mengelola aset wakaf
tersebut.
Mengacu dari beberapa jurnal penelitian sejenis tentang sistem informasi
geografis dapat disimpulkan bahwa dengan dibangunnya sistem informasi
geografis memudahkan pengguna untuk mengetahui dan melihat persebaran lokasi,
serta untuk mendapatkan beberapa informasi yang terdapat di dalam data yang
digunakan tersebut (Wiko Fredy Guspa, 2015) (Annugerah, Astuti, & Kridalaksana,
2016) (Rahma Wayan Lestari, Indra Kanedi, 2016).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
tersebut. Kementerian Agama membuat Keputusan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agama
Tahun 2015-2019 salah satunya dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kehidupan beragama di bidang pengelolaan dan pendayagunaan wakaf,
3
0
200
400
600
2014 2015 2016 2017 2018
Titi
k Lo
kasi
Tahun
Aset Wakaf DKI Jakarta
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Pusat
Jakarta Barat
Jakarta Utara
Kepulauan Seribu
Gambar 1.1 Data Grafik Jumlah Tanah Wakaf Provinsi DKI Jakarta
Kementerian Agama melakukan pengembangan Sistem Informasi Wakaf sebagai
database aset wakaf, dan pemetaan dan identifikasi potensi harta wakaf di seluruh
tanah air. Oleh karena itu, perlunya dilakukan pemetaan lokasi tanah wakaf serta
memetakan aset wakaf yang berpotensi untuk diberdayakan secara produktif dan
aset wakaf yang tidak berpotensi di DKI Jakarta dengan mengembangkan Sistem
Informasi Geografis guna membantu pihak Kementerian Agama, masyarakat untuk
mengetahui serta melihat lokasi aset wakaf berpotensi produktif bahkan membantu
pihak-pihak nadzir atau pengelola wakaf dalam pengelolaan aset wakaf yang
produktif sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
pasal 42 Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf.
Tanah Wakaf di Jakarta memiliki potensi wakaf produktif jika dilihat dari
sisi geografis, demografis maupun ekonomi. Jumlah aset wakaf di DKI Jakarta yang
terdata secara administratif dari tahun 2014 hingga saat ini kurang lebih berjumlah
5.727 lokasi tanah wakaf. Gambar 1.1 terlihat adanya perkembangan yang sangat
signifikan pada jumlah aset tanah wakaf di DKI Jakarta sehingga menimbulkan
kompleksitas dalam pencatatan aset tanah wakaf itu sendiri dan pencatatan itu
sudah tersistem di dalam Sistem Informasi Wakaf namun hanya sebatas pencatatan
saja tidak kearah pemetaan tanah wakaf itu sendiri.
4
0
100000000
200000000
300000000
2014 2015 2016 2017 2018
M2
Tahun
Pemberdayaan Aset Wakaf DKI Jakarta
Mushola
Masjid
Sekolah
Pesantren
Makam
Sosial Lainnya
Berdasarkan Gambar 1.2 bahwa tanah wakaf yang ada di DKI Jakarta masih
digunakan manfaatnya secara langsung dan bersifat sosial seperti pembangunan
masjid dan makam. Dari segi pengelolaannya itu terlihat bahwa wakaf umummnya
masih diperuntukkan manfaatnya secara sosial. Total luas aset wakaf di DKI Jakarta
berjumlah 223.000.000 m2 dan itu banyak diperuntukkan untuk pembangunan
masjid, musholla, sekolah, makam, dan pesantren sedangkan untuk sosial lainnya
masih sedikit, dengan kata lain masih banyak pengelola yang belum mengetahui
potensi aset wakaf yang dapat diberdayakan secara produktif.
Gambar 1.2 Data Grafik Jumlah Pemberdayaan Tanah Wakaf Provinsi DKI Jakarta
Hal ini dapat dibenarkan pada penelitian sebelumnya tentang Potensi Wakaf
Produktif di DKI Jakarta, bahwa penggunaan aset wakaf itu sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan sosial keagamaan tetapi gagasan perlunya dilakukan
perluasan nilai aset hingga menjadi wakaf produktif sangat mungkin dilakukan di
masyarakat perkotaan. Di DKI Jakarta misalnya, tanah wakaf tentu memiliki nilai
ekoNomi yang tinggi sehingga bisa menjadi wakaf produktif. Manfaat yang bisa
diambil tentu saja tidak hanya bersifat sosial, tetapi juga bermanfaat untuk
5
membuka lapangan pekerjaan baru jika dimanfaatkan untuk membuka home
industry misalnya. Selain itu masalah utama lainnya adalah soal pengetahuan dan
pemahaman tentang wakaf. Selama ini wakaf masih dipahami sebagai barang yang
diberikan oleh Wakif untuk kepentingan yang pahalanya terus mengalir tanpa batas
waktu. Nadzir atau Pengelola Wakaf itu juga memaknai pengelolaan wakaf secara
syar’i dan sederhana layaknya sedekah. Artinya pengetahuan tentang wakaf di
kalangan masyarakat serta nadzir itu sendiri diduga masih saling berhubungan
untuk melahirkan model pengelolaan wakaf yang tidak produktif. Dan yang terakhir
adalah membangun trust masyarakat bahwa Wakaf produktif itu tidak melanggar
hukum Islam. Karena adanya alasan terikat oleh peruntukkan wakaf yang
dimaksudkan oleh Wakif, masyarakat tidak yakin bahwa pengelolaan wakaf akan
bisa diperluas fungsinya. Ketidakyakinan ini mempengaruhi trust masyarakat
bahwa wakaf bisa diluaskan fungsinya menjadi bernilai ekonomis. Trust
masyarakat akan wakaf produktif berarti memiliki kaitan dengan pengetahuan
mereka tentang norma-norma yang berkaitan dengan wakaf. Jika merujuk pada
hadist Nabi yang mengartikan wakaf dengan menahan pokoknya dan hanya
memanfaatkan buahnya, maka wakaf produktif memiliki dasar hukum yang jelas
dan memiliki sumber hukum Islam yang mereka yakini (Fauzia, dkk 2012).
Menurut Sistem Informasi Wakaf, potensi tanah wakaf yang ada di DKI
Jakarta itu berjumlah 511 lokasi dan data tersebut merupakan tanah wakaf yang
pada akad wakafnya diperuntukkan untuk sosial lainnya. Gambar 1.3 merupakan
data aset wakaf yang pada akad wakafnya diperuntukkan untuk sosial lainnya
dimana luas tanah wakaf tersebut lebih dari 10.000.000 m2 dan dapat berpotensi
6
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
2014 2015 2016 2017 2018
M2
Tahun
Potensi Tanah Wakaf DKI Jakarta
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Pusat
Jakarta Barat
Jakarta Utara
Kepulauan Seribu
Gambar 1.3 Data Grafik Potensi Tanah Wakaf Provinsi DKI Jakarta
Gambar 1. 4 Data Grafik Jumlah Tanah Wakaf Provinsi DKI JakartaGambar 1.
5 Data Grafik Potensi Tanah Wakaf Provinsi DKI Jakarta
Gambar 1. 6 Data Grafik Potensi Tanah Wakaf Provinsi DKI Jakarta
Gambar 1. 7 Data Grafik Jumlah Tanah Wakaf Provinsi DKI JakartaGambar 1.
8 Data Grafik Potensi Tanah Wakaf Provinsi DKI Jakarta
diberdayakan secara produktif maka pemetaan tanah wakaf ini juga perlu dilakukan
agar pihak pengelola dapat menentukan usaha produktif apa yang akan dibangun di
aset tanah wakaf ini sehingga masyarakat juga mengetahui aset wakaf tersebut
dapat diberdayakan secara produktif.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya
tentang Potensi Wakaf produktif di DKI Jakarta dimana penelitian tersebut hanya
menghasilkan sebuah informasi tentang seberapa besar potensi tanah wakaf di DKI
Jakarta. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan sebuah Sistem
Informasi Geografis Pemetaan Potensi Wakaf yang ada di DKI Jakarta serta
membantu pengelola untuk dapat memberdayakan tanah wakaf tersebut secara
produktif sesuai dengan apa yang sudah tertera di dalam Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004 tentang Pemberdayaan Aset Wakaf dapat diberdayakan secara
Produktif. Berdasarkan uraian sebelumnya maka untuk mendukung proses
pemetaan pada tanah wakaf penulis memilih judul: “Pengembangan Sistem
7
Informasi Spasial Berbasis Web pada Potensi Tanah Wakaf (Studi Kasus: DKI
Jakarta)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka identifikasi
masalah sebagai berikut:
a. Tidak tersedianya informasi spasial berbasis web pada pengelolaan tanah
wakaf di DKI Jakarta.
b. Belum tersedianya media informasi berbentuk peta yang memudahkan
pengguna untuk melihat tanah yang akan diwakafkan.
c. Belum adanya pemetaan aset wakaf yang berpotensi produktif yang dapat
memudahkan nadzir dalam mengusulkan serta mengelola aset wakaf tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan permasalahan yang
dihadapi, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana membangun sistem informasi yang dapat melakukan proses
pendaftaran hingga laporan aset wakaf dan menampilkan informasi tanah wakaf
dalam bentuk peta secara digital di wilayah DKI Jakarta ?”
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya, maka batasan masalah yang
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian
Agama bidang Pemberdayaan Zakat dan Wakaf.
2. Penelitian ini menggunaan aset tanah wakaf yang berpotensi produktif
8
3. Proses pemetaan tanah wakaf hanya dilakukan di wilayah DKI Jakarta
4. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
lokasi tanah wakaf yang merupakan hasil pendataan dari Kantor Urusan
Agama di wilayah DKI Jakarta.
5. Metodologi pengembangan sistem yang digunakan yaitu metodologi
berorientasi objek dengan metode Rapid Application Development (RAD)
yang meliputi Fase Requirement Planning, Fase Workshop design, dan
Fase Implementation. Pada fase implementation hanya pada tahap
pemrograman dan testing menggunakan blackbox testing.
6. Tools yang digunakan untuk menggambarkan model pengembangan sistem
ini menggunakan Unified Modelling Language (UML). Diagram yang
digunakan yaitu use case diagram, activity diagram, sequence diagram, dan
class diagram menggunakan Ms.Visio. Selain itu tools yang digunakan
untuk pengkodean menggunakan XAMPP, bahasa pemrograman PHP dan
database menggunakan MySql. Penelitian ini juga menggunakan Google
API Online sebagai peta yang akan digunakan dalam aplikasi.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghasilkan Sistem Informasi
Spasial Potensi Tanah Wakaf DKI Jakarta yang mampu menampilkan data tanah
wakaf di DKI Jakarta. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan sistem informasi untuk proses pendaftaran hingga laporan
tanah wakaf.
2. Mengembangkan sistem informasi yang dapat menyimpan data tanah wakaf
9
dalam bentuk peta yang sampai saat ini belum ada di dalam sistem.
3. Memetakan aset wakaf yang berpotensi diberdayakan secara produktif guna
sebagai acuan pihak nadzir kedepannya dalam mengusulkan serta mengelola
aset wakaf.
1.6 Manfaat Penelitian
Berikut manfaat yang dijabarkan oleh penulis dengan diadakannya penelitian
ini, yaitu:
a. Bagi Penulis
1) Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (SI), Sistem
Informasi Fakultas Sains Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2) Untuk mempraktekan secara langsung dan meningkatkan ilmu-ilmu yang
telah didapatkan selama duduk di perkuliahan.
3) Untuk mengetahui kondisi dan masalah sebenarnya yang terjadi di dunia
kerja serta membandingkan teori-teori yang ada dengan masalah yang
sebenarnya.
4) Untuk memperkenalkan gambaran umum perusahaan yang diperlukan
mahasiswa untuk memasuki dunia kerja.
b. Bagi Universitas
1) Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi pelajaran
yang diperoleh dibangku kuliah dalam menerapkan ilmunya dan sebagai
bahan evaluasi.
10
2) Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam menghadapi
dunia kerja yang sebenarnya.
3) Dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman.
c. Bagi Nadzir (Pengelola Wakaf)
Memberikan kemudahan kepada Nadzir untuk memperoleh informasi tanah
wakaf sesuai dengan lokasi yang sebenarnya serta sebagai bahan pertimbangan
dalam pengelolaan aset tanah wakaf yang berpotensi produktif.
d. Bagi BIMAS Islam Kemenag
1) Membantu dalam membuat pemetaan data tanah wakaf di DKI Jakarta
2) Memudahkan dalam mengelola tanah wakaf di DKI Jakarta.
1.7 Metode Penelitian
Metodologi ini terdiri atas 2 macam, yaitu metodologi pengumpulan data dan
metodologi pengembangan sistem. Menurut Hasibuan (2007), dalam metodologi
pengumpulan data terdapat beberapa cara, diantaranya yang digunakan dalam
penelitian ini ada empat macam, yaitu:
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara
yang berupa tanya jawab peneliti dengan responden (narasumber). Wawancara
tersebut berupa percakapan langsung (face to face) antara dua pihak atau lebih
untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan untuk memperoleh data
yang dapat menjelaskan ataupun menjawab suatu permasalahan penelitian.
Wawancara merupakan salah satu faktor penting dalam menggali informasi dari
narasumber.
11
2. Observasi
Metode observasi merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk
mengumpulkan data. Metode observasi ini biasanya digunakan untuk mengetahui
perilaku masyarakat secara detail di lokasi penelitian.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah mencari referensi yang dapat menguatkan landasan dari
penelitian ini. Studi pustaka dilakukan dengan membaca berbagai buku, jurnal,
berita secara offline maupun secara online.
Sedangkan untuk metodologi pengembangan sistem yang digunakan adalah
dengan metode Rapid Application Development (RAD), menggunakan Bahasa
pemodelan UML (Unified Modelling Language).
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penulisan laporan penelitian ini dibagi ke dalam lima
bab yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menerangkan tentang latar belakang, identifikasi
dan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung dengan
konsep pengembangan sistem informasi spasial data tanah
wakaf di DKI Jakarta.
12
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan penjelasan metode pengumpulan data
dan metode analisis dan perancangan sistem yang
digunakan untuk menyusun laporan skripsi ini. Penjelasan
yang terkait merupakan tahap dan kegiatan dalam
penelitian.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan dan pembahasan pengembangan
sistem informasi spasial tanah wakaf di DKI Jakartas
BAB 5 PENUTUP
Pada bab ini merupakan akhir penulisan, dimana
berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas dituangkan
dalam suatu bentuk simpulan akhir serta saran-saran untuk
perkembangan penelitian di masa yang datang.
13
14
2. BAB 2
LANDASAN_TEORI
2.1 Konsep Dasar Pengembangan Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Pengembangan Sistem Informasi
Menurut Yulianto et al. (2009), pengembangan sistem informasi ialah satu
set aktivitas, metode, praktik terbaik, siap dikirimkan, dan peralatan terotomasi
yang digunakan oleh stakeholder untuk mengembangkan dan memelihara sistem
informasi dan perangkat lunak. Juga pengembangan sistem dapat berarti menyusun
suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan
atau memperbaiki sistem yang telah ada.
2.1.2 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi
Menurut Yulianto et al. (2009), adapun tujuan dikembangkannya sistem
diharapkan akan terjadi peningkatan-peningkatan di sistem yang baru, yaitu
meningkatkan:
1. Performance (kinerja), peningkatan terhadap kinerja sistem yang baru
sehingga menjadi lebih efektif. Kinerja dapat diukur dari throughput (jumlah
dari pekerjaan yang dapat dilakukan suatu saat tertentu dan response time
(rata-rata waktu yang tertunda di antara dua transaksi atau pekerjaan ditambah
dengan waktu response untuk menanggapi pekerjaan tersebut).
2. Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi yang
disajikan.
15
3. Economy (ekonomis), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungan-keuntungan/penurunan-penurunan biaya yang terjadi.
4. Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian untuk
mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta kecurangan-
kecurangan yang dan akan terjadi.
5. Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi.
6. Services (pelayanan), peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan oleh
sistem.
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi
2.2.1 Pengertian Sistem
Menurut Yulianto et al. (2009), sistem ialah interaksi dari elemen-elemen
yang saling berkaitan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Elemen-elemen tersebut
ialah elemen sistem konvensional (data, manusia dan prosedur) dan elemen sistem
modern (data, manusia, prosedur, hardware dan software).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem:
1. Merupakan sebuah kumpulan elemen berupa prosedur.
2. Kumpulan elemen tersebut saling terhubung dan terintegrasi.
3. Memiliki fungsi, sasaran dan tujuan.
Karakteristik sistem pada umumnya memiliki input, proses dan output.
Namun lebih lanjut karakteristik sistem adalah sebagai berikut:
1. Komponen Sistem: sebuah sistem memiliki beberapa komponen yang saling
berhubungan dan berinteraksi.
16
2. Batasan Sistem: merupakan ruang lingkup sistem yang membatasi sistem
dengan lingkungan luar atau sistem yang lainnya.
3. Lingkungan Luar Sistem: sesuatu yang terdapat pada luar batasan sistem yang
dapat mempengaruhi sistem.
4. Penghubung Sistem: antara komponen yang satu dengan yang lain terhubung
dengan sebuah media.
5. Masukan Sistem: sesuatu dari luar yang dimasukkan ke dalam sistem, untuk
kemudian diolah.
6. Keluaran Sistem: merupakan hasil atau keluaran dari pengolahan masukan
sistem.
7. Pengolahan Sistem: merupakan proses antara dari masukan sistem hingga
keluaran sistem.
8. Sasaran Sistem: merupakan tujuan atau sasaran sistem tersebut dibangun.
2.2.2 Pengertian Data dan Informasi
"Data items refer to an elementary description of things, events, activities,
and transactions that are recorded, classified, and stored but Not organized to
convey any specific meaning. Data items can be numbers, letters, figures, sounds,
or images" (Rainer & Cegielski, 2011).
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa data merupakan deskripsi
dasar dari sesuatu, peristiwa, aktivitas dan transaksi yang terekam, terklasifikasi
dan tersimpan tapi tidak terorganisir. Selanjutnya Rainer & Cegielski (2011) juga
berpendapat, "Information refers to data that have been organized so that they have
meaning and value to the recipient". Menurut Saputro (2010) juga mendefinisikan
17
informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi
penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat dipahami didalam keputusan
sekarang maupun masa depan.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa informasi erat
kaitannya dengan data dan dapat disimpulkan bahwa informasi adalah representasi
dari kenyataan yang kemudian diolah menjadi bentuk yang lebih bermanfaat untuk
tujuan tertentu jika disimpulkan lebih lanjut maka informasi itu:
a. Berawal dari data yang merupakan representasi kenyataan.
b. Mengalami proses pengolahan.
c. Memiliki nilai manfaat bagi penggunanya.
d. Dibentuk dengan tujuan tertentu.
2.2.3 Pengertian Sistem Informasi
Saat ini sistem informasi dapat dikatakan sebagai manajemen sistem
informasi, yang merupakan perencanaan pengembangan, manajemen dan
penggunaan dari teknologi informasi untuk menolong manusia dalam berbagai
tugas yang berkaitan dengan pengolahan dan manajemen informasi. Sehingga
penulis katakan bahwa sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari
beberapa komponen yaitu komputer, manusia, teknologi informasi dan prosedur
kerja yang saling terhubung dan terhimpun dalam sebuah organisasi untuk
melaksanakan operasi dan pengolahan data menjadi informasi yang bermanfaat
dalam rangka tercapainya tujuan organisasi.
“… we need to distinguish between managment information systems, also
called information systems or IS, and information technology. Management
18
information systems (MIS) deal with the planning for—and the development,
management, and use of—information technology tools to help people perform all
of the tasks related to information processing and management.” (Rainer &
Cegielski, 2011).
Saat ini hampir semua sistem informasi sudah menggunakan teknologi
komputer, sistem informasi ini disebut Computer Based Information System
(CBIS). Pada konsep dasarnya, sistem informasi tidak mengharuskan menggunakan
Teknologi Informasi. Tapi untuk mencapai hasil yang optimal, sebuah sistem
informasi disarankan menggunakan komputer yang sangat handal dalam
pengolahan dan pemrosesan informasi.
2.3 Sistem Informasi Geografis
2.3.1 Definisi Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem atau teknologi
berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan,
menyimpan, mengolah, dan menganalisa, serta menyajikan data-data dan informasi
dari suatu objek atau fenomena yang berkaitan dengan letak atau keberadaannya di
permukaan bumi. Pada dasarnya SIG dapat dirinci menjadi beberapa sub sistem
yang saling berkaitan mencakup input data, manajemen data, pemrosesan atau
analisis data, pelaporan (output), dan hasil Analisis (Ekadinata et al., 2008).
Sistem informasi geografis adalah sistem yang dapat mendukung (proses)
pengambilan keputusan (terkait aspek) spasial dan mampu mengintegrasikan
deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang
ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap akan mencangkup metodologi
19
dan teknologi yang diperlukan, yaitu: data spasial, perangkat keras, perangkat
lunak dan struktur organisasi (Prahasta, 2009). Dari semua pemaparan sebelumnya
dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Informasi Geografis adalah sistem
terkomputerisasi yang dapat menyajikan informasi geografis serta melakukan
transaksi data geografis secara otomatis.
2.3.2 Subsistem Pada SIG
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa sub-sistem sebagai berikut (Prahasta,
2009):
1. Data input
Sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan
menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini
pula yang bertanggungjawab dalam mengkonversikan atau
mentransformasikan format-format data asli ke dalam format (native) yang
dapat digunakan oleh perangkat SIG yang bersangkutan.
2. Data Output
Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran
(termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau
sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy
seperti halnya tabel, grafik, report, peta dan lain sebagainya.
3. Data Management
Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel
atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga
20
mudah dipanggil kembali atau di-retrieve (di-load ke memori), di-update dan
di-edit.
4. Data Manipulation & analysis
Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan
oleh SIG. Selain itu, sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi
dan penggunaan fungsi- fungsi dan operasi matematis & logika) dan
pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
2.4 Peta
Menurut Prihandito (1998), Peta adalah gambaran permukaaan bumi
dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui system proyeksi tertentu
2.4.1 Jenis-jenis Peta
Berdasarkan isinya, peta bisa dikelompokkan ke dalam 2 jenis yaitu:
1. Peta Umum
Peta umum merupakan peta yang berisikan semua kenampakan bumi secara
umum, baik kenampakan alami maupun kenampakan buatan manusia. Jenis-
jenis peta umum yaitu:
a Peta topografi: merupakan peta yang hanya menggambarkan suatu
wilayah tertentu di permukaan bumi.
b Peta kartografi: merupakan peta yang menggambarkan sebagian
permukaan bumi
c Peta Dunia: merupakan peta yang menggambarkan seluruh permukaan
bola bumi.
2. Peta Khusus
21
Peta dibuat untuk tujuan tertentu disebut juga peta tematik. Berdasarkan sifat
nilai datanya dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Peta kuantitatif: Merupakan peta yang akan menjawab lokasi
keberadaan suatu objek beserta nilai objek tersebut.
b. Peta Kualitatif: Merupakan peta yang menunjukkan keberadaan suatu
objek di lokasi tertentu.
Berdasarkan sifat datanya:
1. Peta Stasioner
Merupakan peta dengan sifat data yang menggambarkan permukaan bumi
yang memiliki sifat tetap ataus tabil. Contoh nya peta jalur pegunungan.
2. Peta Dinamis
Merupakan peta yang menggambarkan keadaan permukaan bumi yang selalu
berubah-ubah atau tidak stabil. Contohnya peta jaringan jalan atau peta
kepadatan penduduk.
2.4.2 Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan jarak antara titik sembarangan di peta
dengan jarak horizontal kedua titik tersebut di permukaan bumi (dengan satuan
ukuran yang sama) (Arham, 2008).
1. Skala numerik
Digambarkan dalam bentuk 1 : 50.000 (numeric skala) atau 1/50.000. Artinya
1 satuan panjang di peta sama dengan 50.000 satuan panjang di lapangan
misalkan 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm (0.5 km) di lapangan.
2. Skala dengan kalimat
22
Biasanya digunakan untuk peta-peta buatan Inggris atau negara-negara bekas
jajahan.
3. Skala grafis
Skala yang menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang
menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak tertentu.
Macam-macam peta berdasarkan skala dapat dibedakan menjadi:
1. Peta skala besar
Memiliki skala antara 1: 5.000 sampai 1: 250.000.
2. Peta skala sedang
Memiliki skala antara 1: 250.000 sampai 1: 500.000.
3. Peta skala kecil
Memiliki skala antara 1: 500.000 sampai 1: 1.000.000.
2.4.3 Simbolisasi Peta
Dalam pembuatan suatu peta, ada beberapa hal yang terdapat dalam suatu
pera dansalah satunya adalah simbol-simbol yang menjelaskan isi dari peta. Ada
beberapa klasifikasi dalam simbol peta, (Arham, 2008):
1. Simbol Titik
Kenampakan-kenampakan geografi yang tidak memiiki dimensi (0) seperti
titik ketinggian, lokasi kota, mercusuar, lokasi tambang, dinyatakan dengan
simbol titik.
2. Simbol Garis
Kenampakan-kenampakan geografis yang berdimensi satu (1D) seperti jalan,
sungai, jalan KA, arah angin, dinyatakan dalam simbol garis.
23
3. Simbol Area
Kenampakan-kenampakan geografis yang berdimensi dua (2D) seperti area
perkebunan, wilayah administrasi, dinyatakan dalam simbol area.
2.5 Pengertian Wakaf
2.5.1 Pengertian Wakaf
Kata “Wakaf” atau “Wacf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata
“Wakafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat”. Kata “Wakafa
Yaqifu Waqfan” sama artinya dengan “Habasa Yahbisu Tahbisan” artinya
mewakafkan (Kemenag, 2013b). Disebut menahan karena wakaf ditahan dari
kerusakan, penjualan dan semua tindakan yang tidak sesuai tujuan wakaf. Selain itu
dikatakan menahan juga karena manfaat dan hasilnya ditahan dan dilarang bagi
siapapun selain dari orang-orang yang berhak atas wakaf tersebut. Adapun definisi
wakaf menurut ahli fiqih adalah sebagai berikut:
1. Syafi’I dan Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur
perwakafan. Maka dalam hal ini wakaf secara otomatis memutuskan hak
pengelolaan yang dimilik oleh wakif untuk diserahkan kepada nadzir yang
dibolehkan oleh syariah, dimana selanjutnya wakaf itu menjadi milik Allah
SWT (Kementerian Agama RI, 2006).
2. Madzhab Maliki berpendapat, wakaf itu tidak melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan wakif, akan tetapi wakaf tersebut mencegah wakif
melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut
kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta
24
Gambar 2.2 Alur Dasar Konsep Wakaf (Sumber UU No. 41 Tentang Wakaf)
)
Gambar 2. 3 Skema Potensi Tanah Wakaf (Sumber: Badan Wakaf Indonesia 2017)
)
tidak boleh menarik kembali wakafnya. Maka dalam hal ini wakaf tersebut
mencegah wakif menggunakan harta wakafnya selama masa tertentu sesuai
dengan keinginan wakif ketika mengucapkan akad (sighat). Jadi pada dasarnya
perwakafan ini berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh
disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya) (Attoillah, 2014).
Sedangkan pengertian Wakaf dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf Pasal 1 ayat (1) dan PP No. 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 1 ayat
(1) menyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari’ah.
Mekanisme atau alur konsep dasar wakaf itu sendiri berdasarkan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf seperti Gambar 2.1.
Wakif Aset Nadzir
Manfaat
Akad
1.Mewakafk 2.Menunjuk
3.Melakukan
25
Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa wakaf
bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada
orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam. Hal ini
sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 yang menyatakan bahwa wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan
manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk
memajukan kesejahteraan umum.
2.5.2 Landasan Hukum Wakaf
Dalam Al-Qur‟an, kata wakaf sendiri tidak secara eksplisit disebutkan, akan
tetapi keberadaannya diilhami oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan contoh dari Rasulullah
SAW serta tradisi para sahabat. Dasar hukum Wakaf tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Al-Qur’an
Beberapa ayat yang telah mengilhami dan dapat digunakan sebagai pedoman
atau dasar seseorang untuk melakukan ibadah Wakaf, dan menjadikannya
sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Ayat-ayat tersebut antara
lain sebagai berikut:
a. Surat Ali-Imran ayat 92
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu
26
cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya ( Kementerian Agama RI, 2005)
b. Surat Al-Baqarah ayat 261
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah
Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. ( Kementerian Agama
RI, 2005)
Dalam ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita
untuk menafkahkan sebagian dari harta yang kita cintai, dan Allah pasti akan
membalas semua yang kita lakukan dengan berlipat-lipat. Maka nafkahkanlah
sebagian dari rezki yang kita miliki dari baik-baik agar kita mendapat kemenangan,
karena Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.
2. Al-Hadist
Adapun Hadist yang menjadi dasar dari Wakaf yaitu:
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga (perkara): Shadaqah
27
jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak saleh yang berdoa untuk
orang tuanya. (HR. Muslim) (Kemenag, 2013b)
Dalam hadits di atas menerangkan bahwa bila manusia meninggal dunia,
maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal yang salah satunya yaitu shadaqah
jariyah (Wakaf). Dengan menahan pokok dan mensedakahkan manfaat atau hasil
dari harta yang dimiliki menjadikan harta tersebut dapat dirasakan manfaatnya bagi
orang lain dan yang memberikan harta tersebut tetap dapat merasakan manfaatnya
samapai diakhirat kelak, selama harta tersebut digunakan sebagaimana mestinya.
Sedangkan landasan hukum Wakaf berdasarkan Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah diantaranya:
1. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Tata Cara Perwakafan
Tanah Milik.
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Perincian Terhadap
PP No. 28 Tahun 1977.
4. Instruksi Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1990, Nomor 24 Tahun 1990 tentang
Sertifikasi Tanah Wakaf.
5. Badan Pertanahan Nasional Nomor 630.1-2782 Tentang Pelaksanaan
Penyertifikatan Tanah Wakaf.
6. Instruksi Presidan Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
28
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
2.5.3 Rukun Wakaf
Wakaf dapat terlaksana apabila telah terpenuhi rukun wakaf itu sendiri.
Berikut beberapa rukun wakaf diantaranya: (Budiman, 2017)
1. Wakif (orang yang memberikan wakaf)
Dalam hal ini syarat wakif adalah merdeka, berakal sehat, baligh (dewasa),
tidak berada di bawah pengampuan. Karena wakif adalah pemilik sempurna
harta yang diwakafkan, maka wakaf hanya bisa dilakukan jika tanahnya adalah
milik sempurna wakif tersebut.
2. Mauquf bih (barang atau benda yang diwakafkan)
Dalam perwakafan, agar dianggap sah maka harus memenuhi beberapa syarat
sebagai berikut:
(1) Harta wakaf itu memiliki nilai (ada harganya). Maksudnya adalah dalam
praktiknya harta tersebut dapat bernilai apabila telah dimiliki oleh seseorang,
dan dapat dimanfaatkan dalam kondisi bagaimanapun.
(2) Harta wakaf itu jelas bentuknya. Artinya diketahui dengan yakin ketika
benda tersebut diwakafkan, sehingga tidak akan menimbulkan persengketaan.
(3) Harta wakaf itu merupakan hak milik dari wakif.
(4) Harta wakaf itu berupa benda yang tidak bergerak, seperti tanah, atau benda
yang disesuaikan dengan wakaf yang ada.
3. Mauquf’alaih (pihak yang diberi wakaf/peruntukan wakaf)
29
Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh Syariat
Islam, karena pada dasarnya wakaf merupakan amal yang bertujuan
mendekatkan manusia pada Tuhan. Untuk menghindari penyalahgunaan
wakaf, maka wakif perlu menegaskan tujuan wakafnya. Apakah harta yang
diwakafkan itu untuk menolong keluarganya sendiri sebagai wakaf keluarga,
atau untuk fakir miskin, dan lain-lain, atau untuk kepentingan umum yang jelas
tujuannya untuk kebaikan.
4. Sighat/Akad
Pernyataan wakaf dapat dikemukakan dengan tulisan, lisan atau suatu isyarat
yang dapat dipahami maksudnya. Pernyataan dengan tulisan atau lisan dapat
digunakan untuk menyatakan wakaf oleh siapa saja, sedangkan cara isyarat
hanya bagi orang yang tidak dapat menggunakan dengan cara tulisan atau lisan.
Tentu pernyataan dengan isyarat tersebut harus sampai benar-benar dimengerti
pihak penerima wakaf agar dapat menghindari persengketaan di kemudian hari.
Selain syarat dan rukun harus dipenuhi, dalam perwakafan sebagaimana
disebutkan diatas, kehadiran nadzir sebagai pihak yang diberi kepercayaan
mengelola harta wakaf sangatlah penting. Walaupun para mujtahid tidak
menjadikan nadzir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat
bahwa wakif harus menunjuk nadzir wakaf, baik yang bersifat perseorangan
maupun kelembagaan. Pengangkatan nadzir wakaf ini bertujuan agar harta wakaf
tetap terjaga dan terus, sehingga harta wakaf tidak sia-sia (Kemenag, 2013b).
Nadzir sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi wakaf
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perwakafan. Sedemikian
30
pentingnya kedudukan nadzir dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya
benda wakaf tergantung pada nadzir itu sendiri. Untuk itu, sebagai instrumen
penting dalam perwakafan, nadzir harus memenuhi syarat-syarat yang
memungkinkan, agar wakaf dapat memberdayakan sebagaimana mestinya. Untuk
lebih jelasnya persyaratan nadzir itu dapat diungkapkan sebagai berikut:
1. Syarat Moral
a. Paham tentang hukum Wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syari’ah maupun
perundang-undangan Republik Indonesia
b. Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan
dan tepat sasaran kepada tujuan wakaf
c. Tahan godaan terutama menyangkut perkembangan usaha
d. Memiliki kecerdasan, baik emosional maupun spiritual
2. Syarat Manajemen
a. Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership
b. Visioner
c. Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan
pemberdayaan
3. Syarat Bisnis
a. Mempunyai keinginan
b. Mempunyai pengalaman
c. Memiliki ketajaman melihat peluang usaha
Dalam persyaratan yang telah dikemukakan di atas menunjukan bahwa
nadzir menempati pos yang sangat sentral dalam pola pengelolaan harta wakaf.
31
Ditinjau dari segi tugas nadzir, dimana dia berkewajiban untuk menjaga,
mengembangkan dan melestarikan manfaat dari harta wakaf yang diwakafkan bagi
orang-orang yang berhak menerimanya, jadi jelas berfungsi atau tidaknya wakaf
bergantung pada peran nadzir.
2.5.4 Macam-Macam Wakaf
Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan, batasan waktu
dan penggunaan barangnya (Haerani, 2016).
1. Macam-macam wakaf berdasarkan tujuannya ada tiga:
a. Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi); yaitu apabila tujuan
wakafnya untuk umum.
b. Wakaf keluarga (dzurri); yaitu apabila tujuan wakaf untuk manfaat kepada
wakif, keluarganya, keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa melihat
apakah kaya atau miskin, sakit atau sehat, tua atau muda.
c. Wakaf gabungan (musytarak) yaitu apabila tujuan wakafnya untuk umum
dan keluarga secara bersama-sama.
2. Berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua macam:
a. Wakaf abadi; yaitu apabila wakafnya barang yang bersifat abadi seperti
tanah dan bangunan dengan tanahnya, atau barang bergerak yang
ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi dan produktif, dimana sebagian
hasilnya untuk disalurkan sesuai tujuan wakaf, sedangkan sisanya untuk
biaya perawatan wakaf dan mengganti kerusakannya.
b. Wakaf sementara; yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa barang
yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi syarat untuk
32
mengganti bagian yang rusak. Wakaf sementara juga bisa dikarenakan
oleh keinginan wakif yang memberi batasan waktu ketika mewakafkan
barangnya.
3. Sedangkan berdasarkan penggunaan barangnya, dibagi menjadi dua macam:
a. Wakaf langsung: yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk
mencapai tujuan, seperti masjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan
belajar mengajar, dan lain sebagainya.
b. Wakaf produktif: yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk
kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.
2.5.5 Potensi Tanah Wakaf
Banyak pihak yang optimis memperkirakan bahwa Indonesia memiliki
potensi wakaf yang sangat besar. Ada beberapa faktor yang diperkirakan
memunculkan optimisme tentang besarnya potensi wakaf di Indonesia, yaitu:
1. Indonesia sudah memiliki legal-institusional untuk pengembangan dan
pengelolaan wakaf yaitu berupa payung hukum tentang wakaf berikut lembaga
pengelolanya sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Wakaf dan
peraturan lainnya.
2. Kekayaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang
sangat besar.
3. Pendapatan masyarakat muslim, terutama kelompok menengah ke atas
cenderung meningkat.
Faktor lain yang juga perlu menjadi pertimbangan dalam pengembangan
dan pemberdayaan tanah wakaf agar lebih produktif. Berikut potensinya adalah
33
Gambar 2.2 Skema Potensi Tanah Wakaf (Sumber: Badan Wakaf Indonesia, 2017)
)
Gambar 2. 4 Skema Potensi Tanah Wakaf (Sumber: Badan Wakaf Indonesia 2017)
)
berkaitan dengan pemetaan harta wakaf yang memperhatikan beberapa kriteria
berikut: kategori tanah, kategori lokasi, kategori sektor/lapangan usaha (Nizar,
2017).
2.5.6 Skema Potensi Wakaf
Dilihat dari Gambar 2.2 terdapat dua potensi wakaf yang pengelolaannya
bersifat sosial maupun produktif. Untuk potensi wakaf yang sifatnya untuk sosial
itu manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat sedangkan pengelolaan
wakaf secara produktif itu ada kaitannya dengan investasi syariah dimana nazhir
bekerja sama dengan investor untuk mengelola aset wakaf dengan sistem bagi hasil
yang dimana nantinya hasil dari pengelolaan tersebut juga dapat disalurkan untuk
program sosial serta pemberdayaan aset wakaf tersebut.
34
2.5.7 Pengertian Nadzir
Kata Nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja Nadzira – yandzaru
yang berarti “menjaga” dan “mengurus” (Hamami, 2003). Dalam termiNologi fiqh,
yang dimaksud dengan nadzir adalah orang yang diserahi kekuasaan dan kewajiban
untuk mengurus dan memelihara harta wakaf. Jadi pengertian nadzir menurut
istilah adalah orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan
mengurus harta wakaf dengan sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuan harta
wakaf (Ali, 1988). Selain kata Nadzir, dalam hukum Islam juga dikenal istilah
mutawalli. Mutawalli merupakan sinonim dari kata nadzir yang mempunyai makna
yang sama yakni orang yang diberi kuasa dan kewajiban untuk mengurus harta
wakaf. Lebih jelas lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 di dalam
ketentuan umum, butir keempat menyebutkan bahwa nadzir adalah kelompok
orang atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan benda
wakaf.
2.5.8 Syarat-syarat Nadzir
Sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa nadzir merupakan salah satu
unsur penting dalam wakaf. Oleh karena itu, untuk menjadi nadzir diperlukan
syarat-syarat yang telah ditentukan hukum Islam, meskipun pada dasarnya semua
orang bisa menjadi nadzir asalkan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
untuk menjadi seorang nadzir, haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum Mukallaf sehingga
ia bisa mengelola wakaf dengan baik.
35
2. Memiliki kreativitas (za ra’y). Ini didasarkan kepada tindakan Umar ketika
menunjuk Hafsah menjadi nadzir harta wakafnya. Ini karena Hafsah dianggap
mempunyai kreativitas tersebut.
Adapun syarat-syarat Nadzir menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 tentang Wakaf adalah:
1. Nadzir sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 terdiri dari perorangan yang harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia
b. Beragama Islam
c. Sudah dewasa
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Tidak berada dibawah pengampuan
f. Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkannya.
2. Jika berbentuk badan hukum, maka nadzir harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
b. Mempunyai perwakilan di Kecamatan tempat letak benda yang di
wakafkannya.
c. Badan Hukum yang tujuan dan usahanya untuk kepentingan peribadatan
atau kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.
d. Para pengurusnya harus memenuhi syarat-syarat sebagai seorang nadzir.
36
3. Nadzir dimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus didaftar pada Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan setempat setelah mendengarkan saran dari Camat
dan Majlis Ulama Kecamatan untuk mendapatkan pengesahan.
4. Nadzir sebelum melaksanakan tugasnya, harus mengucapkan sumpah di
hadapan Kantor Urusan Agama Kecamatan dan disaksikan sekurangkurangnya
oleh 2 orang saksi.
5. Jumlah Nadzir yang diperbolehkan untuk satu unit perwakafan, seperti
dimaksud pasal 215 ayat (5) sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang dan
sebanyak-banyaknya 10 orang yang di angkat oleh Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan atas saran Majlis Ulama Kecamatan dan Camat setempat.
Sedangkan dalam buku yang diterbitkan oleh Direktorat Pemberdayaan
Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Departemen Agama RI yang
berjudul “Paradigama Baru Wakaf di Indonesia” membagi syarat-syarat untuk
Nadzir ketiga bagian.
1. Syarat moral
a. Paham tentang hukum Wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syari’ah
maupun perundang-undangan Republik Indonesia.
b. Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan
wakaf.
c. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha.
d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan.
e. Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.
2. Syarat manajemen
37
a. Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership.
b. Visioner.
c. Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan
pemberdayaan.
d. Profesional dalam bidang pengelolaan harta.
e. Memiliki program kerja yang jelas.
3. Syarat bisnis
a. Mempunyai keinginan.
b. Mempunyai pengalaman.
c. Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya
entrerpreneur.
Dari persyaratan tersebut menunjukan bahwa nadzir menempati pada pos
yang sangat sentral dalam pola pengelolaan harta wakaf. Ditinjau dari segi tugas
nadzir, dimana nadzir berkewajiban untuk menjaga, mengembangkan dan
melestarikan manfaat dari harta yang diwakafkan bagi orang-orang yang berhak
menerimanya ( Kementerian Agama RI, 2007).
2.5.9 Macam-Macam Nadzir
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf ditegaskan bahwa nadzir
mencakup tiga macam : Nadzir Perorangan, dan Nadzir Organisasi / Badan Hukum.
1. Nadzir Perorangan
38
Hal-hal yang berkaitan dengan syarat-syarat nadzir perorangan yang telah
ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
adalah:
a. Nadzir ditunjuk oleh wakif dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang.
b. Nadzir wajib didaftarkan kepada Menteri Agama dan Badan Wakaf
Indonesia melalui Kantor Urusan Agama (KUA) setempat.
c. Apabila di suatu daerah tidak terdapat KUA, pendaftaran nadzir dilakukan
melalui KUA terdekat, Kantor Departemen Agama, atau perwakilan
Badan Wakaf Indonesia di Provinsi/Kabupaten atau Kota.
d. Badan Wakaf Indonesia menerbitkan tanda bukti pendaftaran nadzir.
e. Nadzir perorangan harus merupakan suatu kelompok yang terdiri dari
sekurang-kurangnya tiga orang, dan salah satu di antara mereka diangkat
menjadi ketua.
f. Salah satu nadzir perorangan harus bertempat tinggal di kecamatan tempat
benda wakaf berada.
2. Nadzir Organisasi
Ketentuan mengenai Nadzir yang berbentuk organisasi: Pertama, nadzir
organisasi wajib didaftarkan pada Menteri Agama dan Badan Wakaf Indonesia
melalui KUA setempat. Kedua, nadzir organisasi yang melaksanakan
pendaftaran harus memenuhi persyaratan : (a) organisasi yang bergerak
dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan atau keagamaan Islam; (b)
pengurus organisasi harus memenuhi persyaratan Nadzir perseorangan; (c)
39
salah seorang pengurus organisasi harus berdomisili di Kabupaten atau Kota
tempat benda wakaf berada; (d) melampirkan : salinan akta Notaris pendirian
dan anggaran dasar, daftar susunan pengurus, anggaran rumah tangga, program
kerja dalam pengembangan wakaf, daftar kekayaan yang berasal dari harta
wakaf yang terpisah dari kekayaan lain atau yang merupakan kekayaan
organisasi, dan surat pernyataan bersedia untuk diaudit. Ketiga, pendaftaran
nadzir organisasi dilakukan sebelum penandatanganan Akta Ikrar Wakaf.
Sedangkan ketentuan-ketentuan mengenai pembubaran dan penggantian
nadzir organisasi: Pertama, nadzir organisasi bubar atau dibubarkan sesuai
dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan. Kedua, apabila salah
seorang nadzir organisasi meninggal, mengundurkan diri, berhalangan tetap
dan atau dibatalkan kedudukannya sebagai nadzir, ia harus diganti.Ketiga,
apabila nadzir perwakilan organisasi tidak melaksanakan tugasnya dan atau
melakukan pelanggaran dalam pendayagunaan wakaf, pengurus pusat
organisasi yang bersangkutan wajib mengatasi dan menyelesaikannya, baik
diminta oleh Badan Wakaf Indonesia maupun tidak. Keempat, nadzir
organisasi yang tidak menjalankan kewajibannya, dapat diberhentikan dan
diganti hak ke nadzir lainnya oleh Badan Wakaf Indonesia dengan
memperhatikan saran dan pertimbangan Majlis Ulama Indonesia setempat.
Kelima, nadzir organisasi yang tidak menjalankan kewajibannya dalam jangka
waktu satu tahun (sejak Akta Ikrar Wakaf dibuat), dapat diusulkan kepada
Badan Wakaf Indonesia oleh kepala KUA untuk diberhentikan dan diganti oleh
nadzir lain. Keenam, apabila salah seorang nadzir organisasi meninggal,
40
mengundurkan diri, berhalangan tetap, dan atau dibatalkan kedudukannya
sebagai nadzir yang di angkat oleh organisasi, organisasi yang bersangkutan
harus melaporkan ke KUA untuk selanjutnya diteruskan kepada Badan Wakaf
Indonesia paling lambat 30 hari sejak kejadian tersebut (Kemenag, 2013a).
2.5.10 Aturan Nadzir Wakaf Produktif
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, calon nadzir
Wakaf produktif wajib mendaftarkan diri dengan memenuhi persyaratan sebagai
nadzir sesuai peraturan dari Badan Wakaf Indonesia Nomor 2 tahun 2010 tentang
Tata Cara Pendaftaran Nadzir Wakaf Produktif.
Berikut berkas Persyaratan Pendaftaran nadzir yang diperlukan antara lain:
1. Surat permohonan nadzir wakaf produktif dari ketua badan hukum yang
ditujukan kepada Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI).
2. Struktur kepengurusan badan hukum dan struktur lembaga wakaf.
3. Daftar riwayat hidup dan photocopy kartu tanda pengenal (KTP) pengurus
badan hukum dan lembaga wakaf.
4. Legalitas Badan Hukum (Akta Notaris dan Pengesahan Kemenkumham).
5. Surat keterangan domisili badan hukum dari Kelurahan.
6. Profil yayasan/lembaga, daftar inventaris harta wakaf yang dikelola, laporan
pengelolaannya, hasil pengelolaannya dan penyaluran hasilnya ke penerima
(Mauquf ‘Alaih) dalam bentuk laporan keuangan.
7. Rencana kerja penghimpunan, pengelolaan/ pengembangan wakaf produktif,
dan penyaluran hasil wakaf.
41
8. Rekomendasi Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-
PWU).
9. Surat pernyataan bersedia memberikan laporan pelaksanaan tugas/laporan
wakaf bermaterai ditandatangani oleh Ketua badan hukum.
10. Surat pernyataan bersedia diaudit oleh BWI atau oleh akuntan publik yang
ditunjuk oleh BWI bermaterai ditandatangani oleh Ketua Badan Hukum.
2.5.11 Konsep Wakaf Produktif
Wakaf produktif merupakan bentuk pengembangan paradigma wakaf.
wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yang diwakafkan untuk
dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya di salurkan sesuai dengan
tujuan wakaf. Seperti wakaf tanah untuk digunakan bercocok tanam, mata air untuk
dijual airnya dan lain-lain (Kemenag, 2013b). Menurut Agustiano (2008), wakaf
produktif juga dapat didefinisikan yaitu harta yang dapat digunakan untuk
kepentingan produksi baik dibidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa
yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung tetapi dari keuntungan
bersih dari hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang
berhak sesuai tujuan wakaf.
Wakaf produktif merupakan skema pengelolaan donasi wakaf dari umat,
yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut sehingga mampu menghasilkan
manfaat yang berkelanjutan. Dimana donasi wakaf ini dapat berupa harta benda
bergerak seperti uang dan logam mulia, maupun benda tidak bergerak seperti tanah
dan bangunan. Keuntungan dari wakaf produktif ini diharapkan dapat mendukung
dan membiayai fungsi pelayanan sosial wakaf.
42
Muhammad Syafi’i Antonio mengatakan bahwa wakaf produktif adalah
pemberdayaan wakaf yang ditandai dengan ciri utama, yaitu pola manajemen wakaf
yang terintegratif, asas kesejahteraan nadzir dan asas transformasi dan
tanggungjawab (Mubarok, 2008). Pola manajemen wakaf integratif berarti
memberi peluang bagi dana wakaf untuk dialokasikan kepada program-program
pemberdayaan dengan segala macam biaya yang tercakup didalamnya. Asas
kesejahteraan nadzir menuntut pekerjaan nadzir tidak lagi diposisikan sebagai
pekerja sosial, tetapi sebagai profesional yang bisa hidup layak dari profesi tersebut.
Sedangkan asas transparansi dan tanggung jawab mengharuskan lembaga wakaf
melaporkan proses pengelolaan dana kepada umat tiap tahun. Untuk mengelola
wakaf secara produktif, terdapat beberapa asas yang mendasarinya yaitu:
1. Asas keabadian manfaat
2. Asas pertanggungjawaban
3. Asas profesionalitas manajemen
4. Asas keadilan sosial
2.5.12 Jenis Potensi Usaha Wakaf secara Produktif
Pada dasarnya wakaf itu produktif dalam arti harus menghasilkan karena
Wakaf dapat memenuhi tujuannya jika telah menghasilkan dimana hasilnya
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya (mauquf alaih). Orang yang pertama
melakukan perwakafan adalah Umar bin al Khaththab mewakafkan sebidang kebun
yang subur di Khaybar. Kemudian kebun itu dikelola dan hasilnya untuk
kepentingan masyarakat. Tentu wakaf ini adalah wakaf produktif dalam arti
43
mendatangkan aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ( Kementerian Agama
RI, 2013).
Jenis potensi usaha produktif pada wakaf tanah yang dapat di
implementasikan di DKI Jakarta yaitu:
1. Wakaf Produktif Akomodasi Syariah
Merupakan wakaf produktif dibidang usaha akomodasi yang dikelola secara
komersil dimana hasil pengelolaannya untuk program mauquf alaih (sosial
kemasyarakatan). Model akomodasi yang dibangun adalah penginapan
syariah, Sehingga usaha akomodasi ini dapat berjalan sesuai dengan prinsip
syariah yang diatur dalam fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.108/DSN-
MUI/X/2016.
2. Wakaf Produktif Klinik
Merupakan wakaf produktif dalam program klinik yang dikelola dengan bisnis
dimana hasil pengelolaannya untuk program mauquf alaih (sosial
kemasyarakatan). Dengan spesifikasi sebagai berikut:
• Klinik Utama dan atau Klinik Pratama komersial.
• Aset Klinik dari dana wakaf produktif.
• Management Klinik yang profesional.
3. Wakaf Produktif Usaha Kecil Menengah
Merupakan wakaf Produktif dalam program Usaha Kecil Menengah dengan
bisnis dimana hasil pengelolaannya untuk program mauquf alaih (sosial
kemasyarakatan). Jenis usaha kecil menengah yang produktif seperti: koperasi,
usaha kecil yang berfokus pada makanan, properti, jasa.
44
2.5.13 Tata Cara Wakaf Produktif
Untuk mewujudkan tanah wakaf yang dapat diberdayakan secara produktif.
Badan Wakaf Indonesia dengan Kementerian Agama Republik Indonesia membuat
program investasi dalam bentuk wakaf uang dimana adanya pihak ketiga yang dapat
memberikan sebagian hartanya untuk membantu peran nadzir dalam melakukan
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dan tertuang pada Peraturan
Badan Wakaf Indonesia Nomor 4 tahun 2010 pasal 7 tentang Pengelolaan dan
Pengembangan Wakaf uang yaitu:
1. Pengelolaan dan pengembangan wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui
investasi pada produk-produk LKS (Lembaga Keuangan Syariah) atau
Instrumen Keuangan Syariah.
2. Dalam hal LKS-PWU (Penerima Wakaf Uang) menerima wakaf uang untuk
jangka waktu tertentu, nadzir hanya dapat melakukan pengelolaan dan
pengembangan di LKS-PWU dimaksud.
3. Pengelolaan dan pengembangan wakaf uang pada Bank Syariah yang telah
dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan.
4. Pengelolaan dan pengembangan wakaf uang dapat dilakukan dalam bentuk
investasi di luar produk-produk lembaga keuangan syariah.
5. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan setelah terlebih
dahulu BWI melakukan kajian atas kelayakan investasi yang dimaksud.
6. Pengelolaan dan pengembangan wakaf uang dalam bentuk investasi selain
pada bank syariah harus diasuransikan pada asuransi syariah.
45
Berikut tata cara wakaf produktif itu diatur oleh Kementerian Agama
melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam yaitu:
1. Investor/wakif datang ke Lembaga Keuangan Syariah – Penerima Wakaf Uang.
2. Mengisi Akta Ikrar Wakaf (AIW) dan melampirkan fotokopi identitas diri yang
berlaku.
3. Investor/wakif menyetor Nominal wakaf dan secara otomatis dana masuk ke
rekening BWI.
4. Investor/wakif mengucapkan shigah wakaf dan menandatangani AIW bersama
dengan 2 orang saksi dan 1 pejabat bank sebagai pejabat pembuat AIW.
5. LKS-PWU mencetak sertifikat wakaf uang dan diberikan ke investor/wakif.
6. BWI menyalurkan dana ke nadzir untuk pengelolaan dan pengembangan tanah
wakaf.
2.5.14 Pengelolaan Tanah Wakaf secara Produktif
Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 menjelaskan bahwa, harta benda
yang sudah diwakafkan dilarang dijadikan jaminan, disita, dijual, diwariskan,
ditukar ataupun dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya. Pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf dilakukan secara produktif antara lain dengan cara
pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan serta
pendidikan serta usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah
(Kementerian Agama RI, 2004).
Masalah pengelolaan dan pengembangan harta wakaf dalam pasal 42
Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf diatur bahwa:
46
Nadzir wajib mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai dengan
tujuan, fungsi dan peruntukannya. (Amiruddin, 2011) Selanjutnya dalam pasal 43
Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa:
1. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nadzir sebagimana
dimaksudkan dalam pasal 42 dilaksanakan sesuai prinsip syariah.
2. Pengelolaan dan pengembangan harta benda Wakaf sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 dilaksanakan secara produktif
3. Dalam harta pengelolaan dan pengembangn harta benda Wakaf yang
dimaksud pada ayat 1 diperuntukan penjamin, maka digunakan lembaga
penjamin syariah.
2.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2009). Metode yang sering digunakan
dalam pengumpulan data adalah:
2.6.1 Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan
data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Pengumpulan datamelalui pengamatan dan pencatatan oleh
pengumpul data terhadap gejala atau peristiwa yang diselidiki pada objek
penelitian (Nazir, 2009).
2.6.2 Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau
47
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir, 2009).
2.6.3 Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik survei terhadap data yang telah ada dengan
menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang
berkepentingan, mencari metode-metode serta teknik penelitian baik dalam
mengumpulkan data atau dalam menganalisis data yang telah pernah digunakan
oleh peneliti-peneliti terdahulu (Nazir, 2009). Penelitian Sejenis merupakan
kegiatan menelusuri literature yang ada serta menelaahnya secara tekun. Dengan
mencari sumber data sekunder yang mendukung penelitian serta mengetahui
sampai mana ilmu berhubungan dengan penelitian yang telah berkembang,
kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat, sehingga situasi yang diperlukan
dapat diperoleh.
2.7 Rapid Aplication Development (RAD)
Metode pengembangan sistem yang akan digunakan oleh penulis adalah
Rapid Application Develoment (RAD). RAD adalah suatu pendekatan berorientasi
objek terhadap pengembangan sistem yang mencakup suatu metode pengembangan
perangkat lunak. RAD bertujuan mempersingkat waktu yang biasanya diperlukan
dalam siklus hidup pengembangan sistem tradisional antara perancangan dan
penerapan suatu sistem informasi (Kendall, 2010).
2.7.1 Tahap Rapid Aplication Development (RAD)
Terdapat tiga fase dalam Rapid Application Develoment (RAD) yang
melibatkan penganalisis dan pengguna dalam tahap penilaian, perancangan dan
48
Mengidentifikasi
tujuan dan syarat
informasi
Bekerja dengan
pengguna untuk
merancang sistem
Membangun
sistem
Mengidentifikasi
tujuan dan syarat
informasi
requirement planning
Workshop design
implementation
Gambar 2.3 Siklus Metode RAD (Sumber: Kendall, 2010)
)
Gambar 2. 8 Skema Potensi Tanah Wakaf (Sumber: Badan
Wakaf Indonesia 2017)
)
penerapan (Kendall, 2010). Adapun ketiga fase tersebut adalah Perencanaan Syarat-
Syarat (Requirement Planning), Proses Desain (Workshop Design) dan
Implementasi (Implementation). Gambar 2.3 merupakan siklus metode RAD.
1. Requirement Planning
Dalam fase ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk
mengidentifikasikan tujuan-tujuan aplikasi atau sistem serta untuk
megidentifikasikan syarat-syarat informasi yang ditimbulkan dari tujuan-
tujuan tersebut. Orientasi dalam fase ini adalah menyelesaikan masalah-
masalah perusahaan. Meskipun teknologi informasi dan sistem bisa
mengarahkan sebagian dari sistem yang diajukan, fokusnya akan selalu tetap
pada upaya pencapaian tujuan-tujuan perusahaan (Kendall, 2010).
2. Proses Desain (Workshop Design)
49
Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang dapat
digambarkan sebagai workshop. Penganalisis dan dan pemrogram dapat
bekerja membangun dan menunjukkan representasi visual desain dan pola
kerja kepada pengguna. Proses desain ini dapat dilakukan selama beberapa
hari tergantung dari ukuran aplikasi yang akan dikembangkan. Selama
workshop design RAD, pengguna merespon prototype yang ada dan
penganalisis memperbaiki modul-modul yang dirancang berdasarkan respon
pengguna. Apabila seorang pengembangnya merupakan pengembang atau
pengguna yang berpengalaman, Kendall menilai bahwa usaha kreatif ini
dapat mendorong pengembangan sampai pada tingkat terakselerasi (Kendall,
2010).
3. Implementasi (Implementation)
Pada fase implementasi ini, penganalisis bekerja dengan para pengguna
secara intens selama workshop dan merancang aspek-aspek bisnis dan
Nonteknis perusahaan. Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem-
sistem dibangun dan disaring, sistem-sistem baru atau bagian dari sistem diuji
coba dan kemudian diperkenalkan kepada organisasi (Kendall, 2010). Tahap
ini terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap pengimplementasian sistem ke dalam
bahasa pemrograman (coding) dan tahap black box testing oleh beberapa
owner, analyst dan developer dengan tujuan apakah masih terdapat kesalahan
(error).
a. Pemrograman (Coding)
50
Tujuan fase konstruksi adalah untuk membangun dan menguji sebuah
sistem fungsional yang memenuhi persyaratan bisnis dan desain dan
untuk mengimplementasi antarmuka sistem yang baru (Whitten &
Bentley, 2007).
b. Black Box Testing
Yaitu tahap uji coba terhadap aplikasi atau software yang telah
dibangun. Adapun metode yang digunakan dalam testing ini yaitu
dengan black box testing. Menurut Pressman & Maxim (2015),
pengujian black box disebut juga pengujian behavioral, yang berfokus
pada kebutuhan fungsional software. Black box mencoba untuk
menemukan kesalahan dalam kategori berikut : (1) fungsi-fungsi yang
tidak benar atau hilang, (2) kesalahan interface, (3) kesalahan dan
struktur data atau akses database eksternal (4) kesalahan kinerja atau
tingkah laku dan (5) inisialisasi dan kesalahan terminasi.
2.7.2 Keuntungan Rapid Application Develoment (RAD)
Beberapa kelebihan yang dimiliki metode RAD antara lain (Pressman & Maxim,
2015):
a. Siklus dan fase pengembangan sistem yang relatif cepat.
b. Aplikasi dapat terlihat lebih cepat di awal, karena digunakan prototyping
dengan perancangannya menggunakan graphic user interface (GUI).
c. Memiliki fleksibilitas tinggi karena dibangun atas dasar modularisasi
dimana pengembang dapat mendesain ulang modul dan bersifat life cycles.
51
2.7.3 Kelemahan RAD
Kekurangan penerapan metode RAD adalah sebagai berikut (Kendall &
Kendall, 2011):
a. Dengan metode RAD, penganalisis berusaha mempercepat proyek dengan
terburu-buru.
b. Kelemahan yang berkaitan dengan waktu dan perhatian terhadap detail.
Aplikasi dapat diselesaikan secara lebih cepat, tetapi tidak mampu
mengarahkan penekanan terhadap permasalahan-permasalahan
perusahaan yang seharusnya diarahkan.
c. RAD menyulitkan programmer yang tidak berpengalaman menggunakan
perangkat ini di mana programmer dan analyst dituntut untuk menguasai
kemampuan-kemampuan baru sementara pada saat yang sama mereka harus
bekerja mengembangkan sistem.
2.8 Unified Modelling Languange (UML)
Pendekatan Unified Modelling Languange (UML) layak untuk diselidiki
dan dipahami, karena penerimaannya yang luas dan pemakaiannya. UML
menyediakan seperangkat alat standar untuk mendokumentasikan analisis dan
perancangan perangkat lunak. Alat bantu UML mencakup diagram yang
memungkinkan orang untuk memvisualisasikan konstruksi dari sistem
berorientasi objek, mirip dengan cara satu set cetak biru yang memungkinkan
orang untuk memvisualisasikan pembangunan gedung. Dokumentasi yang Anda
buat dengan UML menyediakan cara yang efektif untuk komunikasi antara tim
pengembangan dan tim bisnis dalam sebuah proyek (Kendall & Kendall, 2011).
52
2.8.1 Use Case Diagram
UML pada dasarnya didasarkan pada teknik analisis berorientasi objek
yang dikenal sebagai use case modeling. Model use case menunjukkan tampilan
sistem dari perspektif pengguna, sehingga menggambarkan apa yang dilakukan
sistem tanpa menjelaskan bagaimana sistem melakukannya. UML dapat digunakan
untuk menganalisis model use case, dan untuk mendapatkan objek sistem dan
interaksinya satu sama lain dan dengan pengguna sistem. Dengan menggunakan
teknik UML, Anda menganalisis lebih lanjut objek dan interaksinya untuk
mendapatkan perilaku, atribut, dan hubungan objek. Kasus penggunaan memberi
pengembang pandangan tentang apa yang diinginkan pengguna. Ini bebas dari
teknis atau rincian implementasi Kita bisa memikirkan use case sebagai urutan
transaksi dalam sebuah sistem. Use case model didasarkan pada interaksi dan
hubungan kasus penggunaan individual (Kendall & Kendall, 2011).
Use case selalu menggambarkan tiga hal: aktor yang memulai sebuah
acara; acara yang memicu use case; dan use case yang melakukan tindakan yang
dipicu oleh acara tersebut (Kendall & Kendall, 2011).
Tabel 2.1 Simbol Use ase Diagram (Kendall & Kendall, 2011)
Simbol Keterangan
Nama UseCase
Use case
Fungsionalitas yang disediakan sistem
sebagai unit-unit yang saling bertukar
pesan antar unit atau aktor; biasanya
dinyatakan dengan menggunakan kata
kerja di awal frase nama use case.
53
Nama aktor
Aktor
Orang, proses, atau sistem lain yang
berinteraksi dengan sistem informasi
yang akan dibuat itu sendiri, jadi
walaupun simbol dari aktor adalah
gambar orang, tapi aktor belum tentu
merupakan orang; biasanya dinyatakan
menggunakan kata benda di awal frase
nama aktor.
Asosiasi / association
Extend
<<extend>>
Komunikasi antara aktor dan use case
yang berpartisipasi pada use case atau
use case memiliki interaksi dengan
aktor Relasi use case tambahan ke
sebuah use case dimana use case yang
ditambahkan dapat berdiri sendiri walau
tanpa use case tambahan itu; mirip
dengan prinsip inheritance pada
pemrograman berorientasi objek;
biasanya use case tambahan memiliki
nama depan yang sama dengan use case
yang ditambahkan, arah panah
menunjuk pada use case yang dituju
contoh :
Update data dosen
<<extend>>
54
Include
<<include>>
Relasi use case tambahan ke sebuah use
case dimana use case yang ditambahkan
memerlukan use case ini untuk
menjalankan fungsinya atau sebagai
syarat dijalankannya use case ini. Ada
dua sudut pandang yang cukup besar
mengenai include di use case, include
berarti use case yang ditambahkan akan
selalu dipanggil saat use case tambahan
dijalankan, contoh :
pendaftaran
<<include>
> Print Kartu anggota
55
2.8.2 Activity Diagram
Activity diagram menunjukkan urutan aktivitas dalam suatu proses, termasuk
kegiatan yang berurutan dan parallel, dan keputusan yang dibuat. Activity diagram
biasanya dibuat untuk satu use case dan mungkin menunjukkan skenario yang berbeda.
Simbol pada activity diagram diilustrasikan sebagai berikut (Kendall & Kendall, 2011).
Tabel 2.2 Simbol-simbol dalam Activity diagram
Simbol Keterangan
Sebuah persegi panjang dengan bulat
ujung merupakan kegiatan, baik manual,
seperti menandatangani dokumen hukum,
atau otomatis satu, seperti metode atau
program.
Status awal (start) ditampilkan
sebagai lingkaran penuh.
Keadaan terakhir (End) ditampilkan
sebagai lingkaran hitam yang dikelilingi
oleh lingkaran putih
Panah mewakili sebuah peristiwa.
Peristiwa mewakili hal-hal yang terjadi
pada waktu dan tempat tertentu
Berlian mewakili Decisions / keputusan
(juga disebut cabang) atau
penggabungan/Join. Keputusan punya
satu panah pergi ke berlian dan beberapa
keluar.
56
Kotak persegi panjang yang panjang
mewakili sebuah bar sinkronisasi. Ini
digunakan untuk menunjukkan aktivitas
paralel, dan mungkin ada satu event masuk
ke bar sinkronisasi dan beberapa event
berjalan dari sana, symbol ini disebut
dengan Fork. Sinkronisasi di mana
beberapa event digabungkan menjadi satu
acara disebut Join
Rectangles mengelilingi simbol lain, yang
disebut swimlanes, menunjukkan partisi
dan digunakan untuk menunjukkan
aktivitas mana yang dilakukan pada
platform mana, seperti browser, server, atau
mainframe komputer; atau untuk
menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok pengguna yang berbeda.
Swimlanes adalah zona yang bisa
digambarkan logika sekaligus tanggung
jawab kelas
2.8.3 Class Diagram
Class diwakili oleh persegi panjang pada class diagram. Dalam format yang
paling sederhana, segi empat mungkin hanya mencakup nama kelas, tapi juga
mencakup atribut dan metode. Atribut adalah apa yang diketahui class sebagai
karakteristik objek, dan metode (juga disebut operasi) adalah apa yang kelas tahu
tentang bagaimana melakukan sesuatu.
57
Operasi adalah bagian kecil dari kode yang bekerja dengan atribut. Diagram
kelas mungkin hanya menunjukkan nama kelas; atau nama dan atribut kelas; atau
kelas nama, atribut, dan metode (Kendall & Kendall, 2011). Berikut ini adalah
symbol-simbol dalam class diagram:
Tabel 2.3 Simbol-simbol Class Diagram
Simbol Keterangan
Package
Package merupakan sebuah bungkusan dari satu atau
lebih kelas.
Operasi
Kelas pada struktur sistem
Antar muka / Interface
Sama dengan konsep interface dalam pemrograman
berorientasi objek.
Assosisasi
Relasi antar kelas dengan makna umum, asosiasi
biasanya juga disertai dengan multiplicity
58
Assosisasi
Relasi antar kelas dengan makna umum, asosiasi
biasanya juga disertai dengan multiplicity
Assosiasi berarah / directed
assosiation
Relasi antar kelas dengan makna kelas yang satu
digunakan oleh kelas yang lain, asosiasi biasanya
juga disertai dengan multiplicity.
Generalisasi
Relasi antar kelas dengan makna generalisasi –
spesialisasi (umum-khusus)
Kebergantungan / defency
Relasi antar kelas dengan makna kebergantungan
antar kelas
Agregasi
Relasi antar kelas dengan makna semua-bagian
(whole- part)
2.8.4 Sequence Diagram
Sequence Diagram dapat menggambarkan suksesi interaksi antara kelas
atau instance objek. Sequence Diagram sering digunakan untuk menggambarkan
pengolahan yang dijelaskan dalam skenario use case. Dalam prakteknya, Sequence
Diagram berasal dari analisis use case dan digunakan dalam sistem desain untuk
mendapatkan interaksi, hubungan, dan metode objek dalam sistem. Sequence
59
Gambar 2.4 Simbol-simbol dalam Sequence Diagram
)
Gambar 2. 9 Skema Potensi Tanah Wakaf (Sumber: Badan
Wakaf Indonesia 2017)
)
Diagram digunakan untuk menunjukkan keseluruhan pola aktivitas atau interaksi
dalam use case. Setiap skenario use case dapat membuat satu Sequence Diagram,
meskipun Sequence Diagram tidak selalu diciptakan untuk skenario kecil (Kendall
& Kendall, 2011). Berikut beberapa elemen dari Diagram Sequence dan tampilan
stereotipnya:
• Aktor - Sebuah instance dari seorang aktor saat runtime.
• Lifeline - Elemen Objek dengan Lifeline stereotip.
• Batas - Merupakan layar antarmuka pengguna atau perangkat input/output.
• Entity - Unsur yang gigih - biasanya diimplementasikan sebagai tabel atau
elemen database.
• Kontrol - Komponen aktif yang mengontrol pekerjaan apa
yang akan dilakukan, kapan dan bagaimana
60
Gambar 2.5 Hierarki Database
)
Gambar 2. 10 Skema Potensi Tanah Wakaf (Sumber: Badan
Wakaf Indonesia 2017)
)
2.9 Database
Menurut Oetomo (2006), Database didefinisikan sebagai kumpulan
informasi yang terintegrasi, diorganisasikan dan disimpan dalam suatu cara yang
memudahkan pengambilan kembali. Karena berfungsi sebagai basis penyedia
informasi bagi para pemakainya. Tujuan dari desain database adalah untuk
menentukan data-data yang dibutuhkan dalam sistem sehingga informasi yang
dihasilkan dapat terpenuhi dengan baik. Desain database perlu dilakukan untuk
menghindari pengulangan data. Adapun hierarki database adalah sebagai berikut:
Dari Gambar 2.5 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Database yaitu kumpulan dari beberapa file tabel yang saling berhubungan
antara file yang satu dengan file yang lain.
2. File yaitu kumpulan dari record yang saling berkaitan dan memiliki format
field yang sama dan sejenis.
3. Record yaitu kumpulan dari field yang menggambarkan suatu unit data
individu tertentu.
61
4. Field yaitu suatu atribut dari record yang menunjukkan suatu item dari data
nilai record sebuah field.
5. Byte yaitu atribut dari field yang berupa karakter yang membentuk nilai dari
sebuah field.
Bit yaitu bagian terkecil dari data secara keseluruhan yaitu huruf karakter
ASCII (American Standard Code From Information Interchange) Nol atau satu yang
merupakan komponen pembentuk byte.
2.10 Bahasa Pemograman
2.10.1 PHP
PHP (akronim dari PHP: Hypertext Preprocessor) adalah bahasa
pemrograman yang dirancang untuk membangun aplikasi web. Ketika dipanggil dari
web browser, program yang ditulis dengan PHP dan akan di-parsing di dalam web
server oleh interpreter PHP dan diterjemahkan ke dalam dokumen HTML, yang
selanjutnya akan ditampilkan kembali ke web browser (Raharjo et al., 2015).
2.10.2 HTML
HyperText Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa yang digunakan
untuk membuat sebuah halaman web dan menampilkan berbagai informasi di dalam
sebuah internet browser. HTML adalah sebuah standar yang digunakan secara luas
untuk menampilkan halaman web. HTML5 adalah standar baru dari HTML. HTML5
didesain untuk memenuhi hampir semua kebutuhan user tanpa plugin tambahan.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain menampilkan animasi, menjalankan
aplikasi, memutar music dan film. HTML5 juga cross-platform. Itu artinya dapat
62
dijalankan di berbagai platform dan device seperti smartphone, tablet, netbook, laptop
bahkan smart TV (Hidayatullah & Kawistara, 2013).
2.10.3 MySQL
MySQL adalah salah satu jenis database server yang sangat terkenal dan
banyak digunakan untuk membangun aplikasi web yang menggunakan database
sebagai sumber dan pengelolaan datanya. MySQL bersifat open source dan free (tidak
perlu membayar untuk menggunakannya) pada berbagai platform, MySQL
merupakan database yang pertama kali didukung oleh bahasa pemrograman script
untuk internet (PHP dan Perl) (Arief, 2011).
2.11 Arcgis
ESRI (Environmental System Research Institute) yang berpusat di
Redlands, California, adalah salah satu perusahaan yang mapan dalam
pengembangan perangkat lunak untuk GIS. Memulai debutnya dengan produk
ArcInfo 2.0 pada awal 1990an, ESRI terus memperbaiki produknya untuk
mengakomodasi berbagai kebutuhan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan. Dengan bervariasinya kalangan pengguna GIS, software ArcGIS
yang diproduksi oleh ESRI mencakup penggunaan GIS pada berbagai skala:
1. ArcGIS Desktop, ditujukan untuk pengguna GIS professional (perorangan
maupun institusi).
2. ArcObjects, dibuat untuk para developer yang selalu ingin membuat
iNovasi dan pengembangan.
3. Server GIS (ArcIMS, ArcSDE, lokal), dibuat bagi pengguna awam yang
mengumpulkan data spasial melalui aplikasi di internet
63
4. Mobile GIS, diciptakan bagi pengguna GIS yang dinamis, software ini
mengumpulkan data lapangan ArcGIS
Desktop adalah jenis produk yang paling banyak digunakan oleh pengguna
GIS. Selanjutnya didalam ArcGIS Desktop terdapat beberapa paket modul dengan
fungsi yang berbeda-beda yaitu:
a. ArcCatalog
b. ArcMap
c. ArcToolbox
d. ArcGlobe
e. ArcScene
f. ArcReader
g. Dekstop Administrator
2.12 Teknik Pengujian Software
Tujuan dari pengujian adalah untuk menemukan kesalahan dan merupakan
sebuah tes yang bagus di mana dalam pengujian ini memiliki kemungkinan besar
untuk menemukan kesalahan. Karena itu seorang perekayasa perangkat lunak
(software engineer) seharusnya merancang dan mengimplementasikan sistem dasar
komputer atau produk dengan “kemampuan uji” pada pikirannya. Pada saat yang
sama, pengujian itu sendiri harus menunjukkan seperangkat karakteristik yang
mencapai tujuan untuk menemukan sebagian besar error dengan usaha yang
minimum. Pada penelitian ini, pengujian yang dipakai adalah metode blackbox
testing. Menurut Pressman & Maxim (2015), black box testing juga disebut
pengujian tingkah laku, memusat pada kebutuhan fungsional perangkat lunak.
64
Teknik pengujian black box memungkinkan memperoleh serangkaian kondisi
masukan yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu
program. Beberapa jenis kesalahan yang dapat diidentifikasi adalah fungsi tidak
benar atau hilang, kesalahan antar muka, kesalahan pada struktur data (pengaksesan
basis data), kesalahan performasi, kesalahan inisialisasi dan akhir program.
65
66
3. BAB 3
METODOLOGI_PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Berikut merupakan tempat dan waktu penelitian dalam penelitian ini:
Tempat Penelitian : Bimbingan Masyarakat Islam (BIMAS)
Kemenag Pada Direktorat Pemberdayaan
Zakat dan Wakaf
Alamat : Jl. M. H. Thamrin No. 6 Jakarta 10340
Waktu Penelitian : Januari 2019 – Februari 2019
3.2 Data dan Perangkat Penelitian
a. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Tanah Wakaf tahun 2014-2019.
2. Prosedur Perwakafan yang diatur didalam Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004.
3. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2015-2019.
b. Perangkat Penelitian
Perangkat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Hardware atau perangkat keras:
a. Satu unit Laptop dengan spesifikasi sebagai berikut:
1). Processor AMD FX – 7600P CPU @ 2.71 GHz
2). RAM 8 GB
67
3). VGA AMD Radeon R7 2GB
2. Software atau perangkat lunak:
a. Sistem Operasi: Windows 7
b. Tools perancangan sistem: Ms. Visio
c. IDE (Integrated Development Environment): XAMPP sebagai
aplikasi server
d. Tools perancangan mock up: Balsamiq Mockups for Windows
3.5.4
e. Sisi server konten:
1. Bahasa Pemrograman: Hypertext Preprocessor (PHP)
2. Database: MySQL
3. Format data: Keyhole Markup Languange (.kml/ .kmz)
f. Sisi web application: Google Chrome
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan penelitian ini diperlukan data-data serta
informasi yang lengkap sebagai bahan yang dapat mendukung kebenaran materi
uraian dan pembahasan. Penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data
dalam penyusunan laporan penelitian ini, yaitu observasi, wawancara, studi pustaka
dan studi literatur. Berikut berikut penjelasanya:
3.3.1 Observasi
Pengumpulan data secara observasi dilakukan dengan mengunjungi
langsung tempat dilaksanakannya penelitian, yaitu Bimbingan Masyarakat Islam
(BIMAS) Kemenag Pada Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf yang
68
dilakukan kurang lebih selama 2 bulan yaitu Januari 2019 sampai Februari 2019.
Peneliti melakukan pengumpulan data dan informasi tanah wakaf yang berpotensi
diberdayakan secara produktif di DKI Jakarta. Hasil yang dicapai dari pengumpulan
data dan informasi tersebut adalah pengembangan sistem informasi spasial berbasis
web pada tanah wakaf. Kegiatan pengamatan ini dilakukan di bawah pengawasan
bapak Sugeng Hermanto selaku Kasubdit Pengamanan Aset Wakaf di BIMAS
Islam Kemenag.
3.3.2 Wawancara
Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan bapak Sugeng Hermanto
selaku Kasubdit Pengamanan Aset Wakaf di BIMAS Islam Kemenag. Wawancara
ini berguna untuk memperoleh data yang diperlukan dalam pengembangan sistem
serta analisis tentang potensi tanah wakaf yang dapat diperdayakan secara
produktif. Dalam wawancara yang dilakukan diketahui bagaimana alur sistem
informasi itu dilakukan (sistem berjalan) serta potensi pemberdayaan tanah wakaf
secara produktif.
3.3.3 Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan dengan cara membaca serta mempelajari beberapa
regulasi tentang wakaf dan teori-teori sistem informasi geografis yang dapat
mendukung topik yang akan dibahas pada penelitian ini.
3.3.3.1 Regulasi
Mengacu kepada Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2015-2019
salah satunya dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama di
69
bidang pengelolaan dan pendayagunaan wakaf, Kementerian Agama melakukan
pengembangan Sistem Informasi Wakaf sebaga database aset wakaf, dan pemetaan
dan identifikasi potensi harta wakaf di seluruh tanah air.
Berdasarkan Undang-Undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 22
Bagian Kedelapan Tentang Peruntukan Harta Benda Wakaf untuk mencapai tujuan
dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi: a) sarana dan
kegiatan ibadah; b) sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan; c) bantuan
kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa; d) kemajuan dan
peningkatan ekonomi umat; dan/atau e) kemajuan kesejahteraan umum lainnya
yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.
3.3.3.2 Penelitian Sejenis
Peneliti melakukan pengumpulan data dan membandingkan dengan studi
literatur/penelitian sejenis yang sudah ada sebagai referensi. Berikut ini adalah
penjabaran dari literatur-literatur sejenis dengan penelitian yang dilakukan:
Tabel 3.1 Penelitian Sejenis
No Penulis Metode Variabel Tool Hasil
1 Fahmi &
Sugiarto
(2016)
Deskriptif
Kualitatif dan
Perbandingan
Eksponensial
SDLC Waterfall
Data Wakaf
kec.
Gayamsari
Java, ArcGis Dengan terciptanya sistem
informasi geografis
berbasis sistem
pendukung keputusan
untuk manajemen asset
wakaf produktif ini cukup
efektif digunakan untuk
melakukan identifikasi
potensi aset wakaf yang
memiliki nilai secara
ekoNomis. Dengan
menggunakan metode
perbandingan
70
eksponensial dapat
dibuktikan bahwa potensi
aset wakaf pada wilayah
Kecamatan Gayamsari
kota semarang, memiliki
sebanyak 8,33% sebagai
aset wakaf produktif dari
48 titik aset yang tersebar
pada berbagai tempat.
Kelebihan: Selain sistem informasi geografis terdapat metode perhitungan penunjang keputusan di
dalam penelitian tersebut.
Kekurangan: Dengan menggunakan SDLC Waterfall proses pengembangan sistem tersebut lama dan
jika terjadi kesalahan harus memulai lagi dari fase awal.
2 Annugerah et
al. (2016)
Studi literatur,
Wawancara, dan
Observasi
Toko Oleh-
oleh
Google Map
API
(Application
Programming
Interface) dan
Google Map
Direction
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan
oleh penulis, dapat
diperoleh beberapa
kesimpulan,
diantaranya :
1. Telah dibangun sebuah
web sistem
informasi geografi toko
oleh-oleh khas
Samarinda berbasis web
menggunakan
Google Maps API.
2. Melalui web yang
dibangun, memberikan
kemudahan kepada
pengguna web untuk
mengetahui letak posisi
toko oleh-oleh Khas
Samarinda.
Kelebihan: Sistem ini memudahkan para pengunjung yang berada di Kota Samarinda untuk membeli
oleh-oleh.
Kekurangan: Perlunya kerja sama dengan pihak terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
daerah tersebut agar sistem yang diusulkan dapat bermanfaat.
71
3 Lestari. R.
W., Kanedi. I
(2016)
SDLC Waterfall Daerah
Rawan Banjir
ArcView Sistem informasi
geografis daerah rawan
banjir di
Kota Bengkulu
merupakan sistem
pemetaan yang
digunakan untuk
memberikan titik bagian
daerah
rawan banjir di daerah
Kota Bengkulu. Sistem
informasi geografis ini
dibuat agar dapat
mempermudah pihak
BASARNAS. Sistem
informasi
geografis daerah rawan
banjir dibuat
menggunakan
Arcview GIS 3.3.
berdasarkan hasil
pengujian sistem
informasi
geografis daerah rawan
banjir di Kota Bengkulu
dapat
membantu proses
pengolahan data daerah
rawan
banjir di Kota Bengkulu
dengan hasil kuesioner
70%
yang menjawab Ya, 30%
yang menjawab tidak.
Kelebihan: Sistem tersebut dapat membantu BASARNAS dalam memetakan persebaran titik lokasi
rawan banjir.
Kekurangan: Dengan menggunakan SDLC Waterfall proses pengembangan sistem tersebut lama dan
jika terjadi kesalahan harus memulai lagi dari fase awal.
72
4 Wiko (2015) SDLC Waterfall Data Base
Transceiver
Station
Unified
Modelling
language
(UML),
Google Map
dan
Framework
Codeigniter
1. Data dan informasi BTS
dapat diketahui oleh staf
dari berbagai divisi.
Melalui sistem ini dengan
cepat dan akurat tanpa ada
permintaan data dan
informasi BTS yang
mencakup peta lokasi,
jumlah, jenis, konfigurasi
dan biaya operasional
BTS.
2. Sistem terintegrasi,
setiap pengguna sistem
dari divisi operasional,
divisi pemeliharaan,
maupun
dari divisi manajemen
dapat melihat semua
informasi BTS yang di-
update oleh admin pada
sistem ini. Selain itu, dari
segi data juga
terintegrasi antara data
peta dan data informasi
dari BTS.
3. SIG yang terintegrasi
menghasilkan transparansi
data dan informasi BTS
antara divisi operasional,
pemeliharaan dan
manajemen yang
menggunakan
SIG ini mengenai peta
lokasi, jumlah, jenis,
konfigurasi dan biaya
operasional BTS.
4. SIG membantu divisi
manajemen dalam
menentukan biaya
operasional BTS, karena
73
adanya peta lokasi akurat
dari BTS-BTS tersebut.
Kelebihan: Membantu pihak XL Axiata dalam persebaran lokasi BTS serta saling terintegrasi antar
tiap divisi di XL Axiata
Kekurangan: Dengan menggunakan SDLC Waterfall proses pengembangan sistem tersebut lama dan
jika terjadi kesalahan harus memulai lagi dari fase awal.
5 Fauzia, A.
Emi, I.
Uswatun, H
(2012)
Kualitatif dan
Pendekatan
Sosiologis
Data Nadzir SPSS Hasil dari penelitian ini
adalah menemukan empat
tipelogi Wakaf produktif:
(1) aset besar dengan
potensi nadzir tinggi; (2)
aset besar dengan potensi
nadzir cukup; (3) aset
kecil dengan potensi
nadzir tinggi, dan (4)
potensi sangat rendah atau
tidak mengembangkan
Wakaf produktif.
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
perkembangan Wakaf
produktif sangat terkait
dengan besarnya aset
Wakaf, kapasitas nadzir,
dan modal sosial seperti
pemahaman dan
kepercayaan
Kelebihan: Dapat menentukann 4 topologi wakaf produktif serta observasi langsung dengan pihak-
pihak pengelola wakaf sehingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang ada dilapangan.
Kekurangan: Bersifat analisis dan perlunya action research yang mengarah pada pengembangan
wakaf produktif
3.4 Metode Pengembangan Sistem
Proses pengembangan sistem dalam penelitian ini menggunakan metode
Rapid Application Development (RAD). Pada metode ini terdapat 3 fase yaitu:
74
3.4.1 Fase Requirement Planning
Pada fase ini, peneliti mengidentifikasi kebutuhan sistem yang terkait
dengan pengembangan sistem informasi spasial tanah wakaf. Tidak hanya itu, fase
ini juga dapat menentukan batasan-batasan untuk sistem yang dibuat, kendala, serta
alternatif masalah. Pada fase ini, peneliti melakukan interaksi secara langsung pada
pihak yang terkait dalam proses dari sistem yang berjalan terutama dalam hal proses
pembuatan sistem informasi spasial tanah wakaf. Berikut ini adalah kegiatan yang
peneliti lakukan di Requirement Planning:
3.4.1.1 Pengumpulan Data dan Syarat-syarat Informasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan
observasi, wawancara dan studi pustaka seperti yang telah disebutkan. Data tersebut
antara lain:
a. Profil BIMAS Islam Kemenag Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf.
b. Struktur Organisasi BIMAS Islam Kemenag Direktorat Pemberdayaan
Zakat dan Wakaf.
c. Menggambarkan Ruang Lingkup Sistem.
3.4.1.2 Sistem Berjalan SIWAK
Selanjutnya peneliti menganalisis dan menggambarkan sistem berjalan,
yaitu bagaimana proses pembuatan sistem informasi wakaf menggunakan rich
picture.
75
3.4.1.3 Identifikasi Masalah Sistem Berjalan
Peneliti menganalisis dan mengidentifikasi masalah sistem berjalan,
masalah apa saja yang ada dalam proses pembuatan sistem informasi spasial tanah
wakaf.
3.4.1.4 Sistem Usulan
Selanjutnya peneliti menganalisis sistem usulan dengan membuat sistem
informasi spasial tanah wakaf pada Bimas Islam Kemenag DKI Jakarta yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah pada sistem berjalan dan digambarkan
dalam bentuk rich picture.
3.4.2 Fase Workshop Design
Pada fase ini peneliti melakukan perancangan berorientasi objek (Object-
Oriented) dengan memanfaatkan tools Unified Modeling Language (UML).
Adapun dalam fase ini akan dibagai menjadi beberapa tahapan, yaitu desain proses,
desain database, dan desain tampilan (user interface).
Desain proses dilakukan dengan pembuatan use case diagram dari sistem
informasi spasial tanah wakaf yang akan menampilkan tugas-tugas apa saja yang
akan dilakukan dan aktor-aktor apa saja yang terlibat, lalu dilanjutkan dengan narasi
use case-nya sebagai penjelas atau penjabaran dari use case diagram, setelah itu
akan dibuat activity diagram dari sistem informasi spasial tanah wakaf untuk
menunjukkan aliran aktifitas apa saja yang dilakukan user terhadap sistem dan
balasan sistem kepada user, dan setelah itu akan dibuat class diagram yang
berdasarkan pada objek-objek atau class-class potensial yang ditentukan melalui
potensial objek, setelah itu akan dibuat sequence diagram dari sistem informasi
76
spasial tanah wakaf yang menjelaskan secara detail urutan proses yang dilakukan
oleh sistem untuk mencapai tujuan dari use case, interaksi antar class, operasi apa
saja yang terlibat, urutan antar operasi dan informasi yang diperlukan oleh masing-
masing operasi. Tahap berikutnya adalah desain database yang terdiri skema
database dan spesifikasi database dari sistem informasi spasial tanah wakaf.
Selanjutnya setelah ketiga tahap di atas selesai, peneliti akan membuat rancangan
front-end melalui visual User Interface (UI) sebagai gambaran tampilan sistem
informasi spasial tanah wakaf yang akan dibuat.
3.4.3 Fase Implementasi
Pada fase ini aktivitas yang dilakukan adalah pemrograman (coding)
menggunakan bahasa pemrograman PHP, HTML dan CSS serta database
menggunakan MySQL dan pengujian aplikasi dengan metode black-box testing.
Dengan selesainya tahap ini, maka berakhirlah pengembangan sistem informasi
spasial tanah wakaf.
3.5 Tahapan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan tahapan-tahapan
kegiatan dengan mengikuti rencana kegiatan yang tertuang dalam kerangka
penelitian meliputi metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem
yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
77
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
78
79
4. BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Requirement Planning
Pada fase ini, peneliti memahami mengapa sistem informasi pemetaan Tanah
Wakaf ini harus dibangun. Dimulai dengan mengetahui gambaran umum dari
perusahaan dan memahami permintaan aktor.
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Peneliti mengumpulkan informasi tentang gambaran umum Bimbingan
Masyarakat (BIMAS) Islam Kemenag Pada Direktorat Pemberdayaan Zakat dan
Wakaf untuk kebutuhan perancangan sistem.
4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
1. Kementerian Agama
Kementerian Agama adalah kementerian yang bertugas menyelenggarakan
pemerintahan dalam bidang agama. Usulan pembentukan Kementerian Agama
pertama kali disampaikan oleh Mr. Muhammad Yamin dalam Rapat Besar (Sidang)
Badan Penyelidik Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
tanggal 11 Juli 1945. Dalam rapat tersebut Mr. Muhammad Yamin mengusulkan
perlu diadakannya kementerian yang istimewa, yaitu yang berhubungan dengan
agama.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, saat ini Kementerian Agama
terdiri dari 11 unit eselon I yaitu : Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Badan
Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan, dan 7 Direktorat
80
Jenderal yang membidangi Pendidikan Islam, Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
Bimbingan Masyarakat Islam, Bimbingan Masyarakat Kristen, Bimbingan
Masyarakat Katolik, Bimbingan Masyarakat Hindu, Bimbingan Masyarakat
Buddha, dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Selain 11 unit
kerja tersebut, Menteri Agama juga dibantu oleh 3 (tiga) staf ahli dan 2 (dua) pusat
yaitu : Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan Keagamaan, Staf Ahli Bidang
Manajemen Komunikasi dan Informasi, Staf Ahli Bidang Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Pusat Kerukunan Umat Beragama, Pusat Bimbingan dan Pendidikan
Khonghucu.
2. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (BIMAS ISLAM)
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam adalah satuan kerja tingkat
I di lingkungan Kementerian Agama Pusat. Dalam Nomenklatur organisasi (diatur
dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006, Ditjen Bimas Islam, nama
satuan kerja ini disingkat yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Dibawah
direktur jenderal terdapat lima manajer lapis eselon II, yaitu satu orang sekretaris dan
empat direktur. Sekretaris yang bertanggung jawab secara administratif dan fasilitatif
ini membawahi empat kepala bagian dan kepala subbagian. Sedangkan direktur yang
bertanggung jawab dalam urusan teknis membawahi beberapa kepala sub direktorat
dan kepala seksi.
Keberadaan Bimas Islam sudah berlangsung sejak lahirnya Kementerian
Agama, 3 Januari 1946, meskipun saat itu belum diwadahi dalam organisasi
direktorat jenderal. Tanggal 3 Januari kemudian dikenal sebagai hari ulang tahun
Departemen Agama, yang sekarang dikenal dengan nama "Hari Amal Bakti". Dalam
81
perjalanan selanjutnya bimas Islam diwadahi dalam satu direktorat jenderal dengan
Nomenklatur Ditjen Bimas Islam. Pada tahun 1979 Ditjen Bimas Islam digabung
dengan Ditjen Haji dengan Nomenklatur baru, Ditjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji.
4.1.1.2 Tugas dan Fungsi Subdit Pengamanan Aset Wakaf
1. Tugas:
Melaksanakan fungsi pengamanan aset wakaf untuk mengamankan serta
mengembangkan aset wakaf.
2. Fungsi:
1. Pembinaan terhadap nadzir (pengelola wakaf).
2. Penyuluhan edukasi tentang zakat dan wakaf.
3. Pengembangan sistem informasi di bidang zakat dan wakaf.
4. Mengamankan aset wakaf yang telah terdaftar di Sistem Informasi Wakaf.
4.1.1.3 Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi Kementerian Agama
Berikut ini adalah struktur organisasi Kementerian agama:
Gambar 4.1 Struktur Organiasai Kementerian Agama
KEPALA
BADAN PJPH
MENTERI
AGAMA
SEKRETARIS
JENDERAL
INSPEKTUR
JENDERAL
DIRJEN
PENDIDIKAN
DIRJEN PHU
DIRJEN BIMAS
ISLAM
DIRJEN
BIMAS
DIRJEN
BIMAS
DIRJEN
BIMAS HINDU
DIRJEN
BIMAS
KEPALA BADAN
LITBANG DAN
KEPALA
PKUB
KEPALA PUSAT
BIMBINGAN DAN
PENDIDIKAN
82
2. Struktur Organisasi Bimas Islam
Berikut ini adalah struktur organisasi bimas Islam yang meliputi direktorat
pemberdayaan zakat dan wakaf subdit pengamanan aset wakaf.
Gambar 4.11 Struktur Organisasi BIMAS ISLAM
SEKRETARIAT
DITJEN BIMAS
ISLAM
BAGIAN
PERENCANAAN
BAGIAN KEUANGAN
DAN PENERIMAAN
NEGARA BUKAN
PAJAK
BAGIAN
ORGANISASI,
KEPEGAWAIAN DAN
HUKUM
BAGIAN SISTEM
INFORMASI DAN
HUBUNGAN
MASYARAKAT
BAGIAN UMUM DAN
BARANG MILIK
NEGARA
DIREKTORAT
URUSAN AGAMA
ISLAM DAN
BINSYAR
SUBBAG
SUBBAG
TATA
USAHA
SUBDIT HISAB
RUKYAH DAN
SYARIAH
SUBDIT
KEMASJIDAN
SUBDIT PAHAM
KEAGAMAAN ISLAM
DAN PENANGANAN
KONFLIK
SUBDIT
KEPUSTAKAAN
ISLAM
DIREKTORAT
BINA KUA DAN
KELUARGA
SAKINAH
SUBDIT
KEPENGHULUAN
SUBDIT
KELEMBAGAAN
KUA
SUBDIT MUTU,
SARPRAS, DAN
SISTEM INFORMASI
KUA
SUBDIT BINA
KELUARGA
SAKINAH
SUBBAG
SUBBAG
TATA
USAHA
DIREKTORAT
PENERANGAN
ISLAM
SUBDIT PENYULUH
AGAMA ISLAM
SUBDIT DAKWAH
DAN HARI BESAR
ISLAM
SUBDIT LEMBAGA
TILAWAH &
MUSABAQAH AL-
QURAN HADIST
SUBDIT KEMITRAAN
UMAT ISLAM
SUBBAG
SUBBAG
TATA
USAHA
DIREKTORAT
PEMBERDAYAAN
ZAKAT DAN
WAKAF
SUBDIT
KELEMBAGAAN
DAN INFORMASI
ZAKAT DAN WAKAF
SUBDIT EDUKASI,
INOVASI DAN
KERJASAMA ZAKAT
DAN WAKAF
SUBDIT AKREDITASI
DAN AUDIT
LEMBAGA ZAKAT
SUBDIT
PENGAMANAN ASET
WAKAF
SUBBAG
SUBBAG
TATA
USAHA
DIREKTORAT
JENDERAL
BIMBINGAN
MASYARAKAT
ISLAM
83
4.1.2 Sistem Berjalan SIWAK
Berikut merupakan rich picture dari sistem berjalan yang diterapkan oleh
BIMAS Islam Kemenag untuk alur pendaftaran tanah wakaf.
Gambar 4.12 Rich Picture Sistem Berjalan
84
Berikut merupakan narasi alur dari Gambar 4.3 rich picture sistem berjalan:
1. Wakif selaku pemilik tanah melakukan pendaftaran untuk meWakafkan tanah
dengan membawa dokumen persyaratan yang telah ditentukan untuk proses
wakaf tanah.
2. Staff Kantor Urusan Agama (KUA) mengelola dokumen pendaftaran tanah
wakaf.
3. Staff Kantor Urusan Agama (KUA) mengirimkan dokumen pendaftaran
tersebut kepada subbag tata usaha.
4. Setelah dikirimkan dokumen tersebut tim validasi memverifikasi dan
memvalidasi dokumen tersebut untuk dilanjutkan kepada tahap survey.
5. Lalu Staff Kantor Urusan Agama (KUA) mengirimkan dokumen yang telah
divalidasi tersebut kepada tim surveyour.
6. Surveyour melakukan survey serta pengecekan terhadap nadzir (pengelola)
yang telah ditunjuk oleh pihak wakif (pemilik tanah).
7. Surveyour melakukan survey pada lokasi tanah yang akan diwakafkan.
8. Selanjutnya Staff KUA menjadi saksi dari perjanjian akad wakaf tanah sesuai
dengan pengajuan pendaftaran tanah wakaf yang sudah diverifikasi dan
disepakati antara wakif (pemilik tanah) dengan nadzir (pengelola) serta
memberikan akta ikrar wakaf untuk kedua belah pihak.
9. Setelah melakukan akad, lalu staff KUA mencatat dan menyimpan data tanah
wakaf tersebut ke dalam sebuah sistem informasi wakaf.
10. Pihak Kemenag dapat mengakses sistem tersebut untuk mendapatkan laporan
wakaf tanah dalam bentuk tabel.
85
11. Pihak Badan Wakaf Indonesia (BWI) dapat mengakses sistem tersebut untuk
mendapatkan laporan wakaf tanah dalam bentuk tabel.
4.1.2.1 Identifikasi Masalah Sistem Berjalan
Setelah melihat dari sistem berjalan saat ini, terdapat beberapa masalah
pokok yang dihadapi oleh pihak perusahaan, di antaranya adalah:
1. Belum tersedianya fungsi tambahan berupa proses pendaftaran serta validasi
data tanah wakaf pada sistem untuk mempermudah proses pengajuan
pendaftaran tanah wakaf.
2. Belum adanya informasi tentang potensi pemberdayaan produktif pada tanah
wakaf yang dikelola oleh nadzir.
3. Belum tersedianya media dalam bentuk peta untuk memudahkan para user
dalam melihat informasi tanah wakaf.
4.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Berjalan
Kelebihan yang ada pada sistem berjalan yaitu pengguna terkait dapat
bertanya kepada Staff KUA perihal informasi tentang pengajuan tanah Wakaf secara
langsung dan mendapatkan penjelasan dari staff KUA dengan baik dan jelas.
Sedangkan kekurangan yang ada pada sistem berjalan yaitu proses pendaftaran tanah
wakaf yang terlalu lama, serta segala bentuk verifikasi dan validasi data dilakukan
dalam bentuk dokumen fisik
86
4.1.3 Sistem Usulan SIWAK
Berikut merupakan rich picture sistem usulan yang akan diusulkan oleh
peneliti yang akan diterapkan oleh BIMAS Islam Kemenag untuk pengembangan
sistem informasi wakaf.
Gambar 4.13 Rich Picture Sistem Usulan
Berikut merupakan narasi alur dari Gambar 4.4 rich picture sistem usulan:
1. Wakif dapat melakukan registrasi pendaftaraan pengajuan tanah wakaf .
2. Nadzir juga melakukan pendaftaraan data nadzir.
87
3. Setelah itu staff KUA memverifikasi berkas yang sudah diregistrasi.
4. Tim validasi dapat membaca berkas yang akan divalidasi.
5. Selanjutnya setelah diverifikasi, berkas dikirimkan melalui sistem untuk
dilakukan validasi berkas.
6. Staff Eksternal KUA melakukan cek Lokasi Tanah Wakaf untuk diinput ke
dalam sistem.
7. Staff KUA juga yang melakukan verifikasi nadzir apakah sudah terdaftar di
dalam sistem atau belum.
8. Setelah semua verifikasi dan validasi berkas selesai maka staff KUA dapat
mencetak akta ikrar wakaf yang akan diberikan kepada wakif dan nadzir.
9. Tahap ini merupakan tahap dimana pihak wakif dan pihak nadzir melakukan
perjanjian akad wakaf tanah yang diadakan di Kantor Urusan Agama setempat
setelah itu kedua belah pihak mendapatkan salinan akta ikrar wakaf yang telah
dibuat oleh staff KUA.
10. Setelah menerima akta ikrar wakaf, nadzir dapat menginput potensi wakaf
tanah ke dalam sistem tersebut.
11. Laporan tanah Wakaf yang ada di sistem dapat dilihat oleh pihak Kemenag
melalui Kepala Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf serta BWI.
12. Admin juga dapat mengelola data pengguna.
Dengan adanya sistem usulan tersebut dapat diperoleh beberapa keuntungan, yaitu:
1. Mengusulkan pengajuan pendaftaran tanah wakaf menggunakan aplikasi yang
mampu mendukung proses dengan cepat dan mudah
2. Mempermudah staff KUA untuk mengelola data tanah wakaf.
88
3. Serta mempermudah pihak nadzir dalam mengelola tanah wakaf nya dan dapat
mengetahui potensi tanah wakaf yang dikelola
4.2 Workshop Design
Workshop design adalah tahapan dimana peneliti akan memberikan informasi
mengenai rancangan sistem yang diajukan guna menanggulangi permasalahan-
permasalahan sistem yang telah disebutkan sebelumnya.
4.2.1 Desain Proses
Pada tahap desain proses akan menjelaskan bagaimana proses perancangan
sistem yang diusulkan dibuat dimulai dari use case diagram yang menjelaskan
aktifitas apa saja yang dilakukan seperti identifikasi aktor, identifikasi use case,
perancangan use case, use case narrative (narasi use case), activity diagram yang
menjelaskan alur sebuah aktivitas pada sistem yang akan diusulkan, class diagram
yang menjelaskan objek-objek apa saja yang terlibat pada sistem dan sequence
diagram yang mengambarkan perilaku user terhadap sistem, berikut adalah
penjelasan tahap-tahap tersebut:
4.2.1.1 Perancangan Use Case Diagram
Use case Diagram menjelaskan aktivitas apa saja yang dapat sistem lakukan
dan siapa saja user yang terlibat dalam aktivitas tersebut.
a. Identifikasi Actor
Tabel 4.1 Identifikasi Actor
No Aktor Penjelasan
89
1. Admin Orang yang mempunyai akses di seluruh
fitur untuk menjaga data yang masuk dan
keluar.
2. Staff KUA Orang yang mengelola data tanah wakaf,
data nadzir, data lokasi tanah wakaf, Kelola
informasi, Kelola Pendaftaran Tanah
Wakaf dan Kelola Akta Ikrar Wakaf serta
memiliki akses untuk melakukan verifikasi
terhadap data yang ada.
3. Kasubbag Tata Usaha Orang yang membaca data Tanah Wakaf,
membaca informasi serta memiliki akses
untuk melakukan validasi terhadap data
yang telah diverifikasi sebelumnya.
4. Kasubdit Pengamanan Aset
Wakaf
Orang yang membaca laporan data Tanah
Wakaf, dapat melakukan akses validasi
serta melihat laporan data nadzir serta
membaca informasi.
5. Wakif (Pemilik Tanah
Wakaf)
yang memiliki akses pengajuan Pendaftaran
Tanah Wakaf, melihat data tanah Wakaf,
membaca informasi dan melakukan upload
dokumen.
6. Nadzir (Pengelola Tanah
Wakaf)
Orang yang hanya memiliki akses untuk
melihat informasi tanah Wakaf yang
90
dikelola, input potensi Wakaf tanah serta
Pendaftaran Nadzir.
7. Publik Orang yang hanya memiliki akses untuk
melihat informasi dan data dalam bentuk
peta.
b. Identifikasi Usecase
Tabel 4.2 Identifikasi Usecase
No Usecase Penejelasan Aktor
1 Login Use case ini menggambarkan
kegiatan memasukkan
username dan password
untuk masuk ke dalam
sistem.
Admin, Staff KUA,
Kasubbag Tata
Usaha, Kasubdit
Pengamanan Aset
Wakaf, Wakif dan
Nadzir
2 Manajemen User Use case ini menggambarkan
kegiatan mengelola data
pengguna sistem.
Admin
3 Registrasi Use case ini menggambarkan
kegiatan melakukan
registrasi untuk mendapatkan
user login wakif
Publik
91
4 Mengupload
Berkas Pendaftaran
Tanah Wakaf
Use case ini menggambarkan
kegiatan meng-upload berkas
pendaftaran tanah Wakaf .
Wakif
5 Memverifikasi
Daftar Pendaftaran
Tanah Wakaf
Use case ini menggambarkan
kegiatan memverifikasi
kelengkapan dokumen
pendaftaran Tanah Wakaf
Staff KUA
6 Manajemen Tanah
Wakaf
Use case ini menggambarkan
kegiatan mengolah data
tanah Wakaf dari dokumen
pendaftaran tanah Wakaf
serta melakukan input lokasi
tanah Wakaf
Staff KUA
7 Validasi
Pendaftaran
Use case ini menggambarkan
kegiatan melihat daftar data
tanah Wakaf memvalidasi
dokumen pendaftaran tanah
Wakaf
Kasubbag tata
usaha
8 Mencetak Akta
Ikrar Wakaf
Use case ini menggambarkan
kegiatan mencetak Akta Ikrar
Wakaf untuk pihak Wakif
dan Nadzir serta Pihak KUA
Staff KUA
92
9 Laporan Use case ini menggambarkan
kegiatan melihat laporan data
tanah Wakaf berupa peta,
dan grafik
Staff KUA,
Kasubbag tata
usaha, Kasubdit
Pengamanan Aset
Wakaf, Nadzir,
Wakif, Publik
10 Manajemen Nadzir Use case ini menggambarkan
kegiatan mengelola dan
menginput potensi tanah
Wakaf serta melihat tanah
Wakaf yang dikelola
Nadzir
11 Lihat Status
Pendaftaran Tanah
Wakaf
Use case ini menggambarkan
kegiatan melihat status
pendaftaran tanah Wakaf dari
daftar hingga akad
Nadzir, Wakif
12 Validasi Laporan Use case ini menggambarkan
kegiatan melihat laporan
tanah Wakaf dari nadzir dan
memvalidasi laporan tanah
Wakaf
Kasubdit
Pengamanan Aset
Wakaf
13 Logout Use case ini menggambarkan
kegiatan keluar dari sistem.
Admin, Staff KUA,
Kasubbag tata
usaha, Kasubdit
93
Pengamanan Aset
Wakaf, Nadzir,
Wakif
c. Use Case Diagram
Berikut merupakan gambar atau tampilan use case diagram sistem informasi
spasial pada potensi tanah wakaf:
Gambar 4.14 Usecase Diagram
94
Dalam Gambar 4.5 terdapat 7 aktor yang terlibat dalam Sistem Informasi Spasial
Berbasis Web Potensi Tanah Wakaf yang berstudi kasus di DKI Jakarta yaitu Admin,
Staff KUA, Kasubbag tata usaha, Kepala Direktorat Pemberdayaan Zakat dan
Wakaf, Nadzir, dan Publik. Terdapat 13 use case dimana setiap user memiliki hak
akses yang berbeda.
d. Narasi Use Case
Use case narrative merupakan pemaparan tentang kegiatan yang dilakukan
oleh aktor dan respon yang diberikan oleh sistem sesuai dengan yang terjadi pada
Sistem Informasi Spasial Berbasis Web Potensi Tanah Wakaf yang berstudi kasus di
DKI Jakarta yang dirancang ini. Tabel 4.3 merupakan use case narrative dari Sistem
Informasi Spasial Berbasis Web Potensi Tanah Wakaf.
1. Use Case Narrative Login
Tabel 4.3 Use Case Narrative Login
Use case name Login
Use case ide 01
Actor Admin, Staff KUA, Kasubbag tata usaha, Kasubdit
Pengamanan Aset Wakaf, Wakif dan Nadzir
Description Use case ini menggambarkan kegiatan memasukkan
username dan password untuk masuk ke dalam sistem.
Pre Condition -
Typical course of events Actor action System response
1. Membuka sistem 2.Menampilkan
halaman login
3. Masukkan “username”
dan “password”
95
4. Pilih login
5. Validasi username
dan password
6. Menampilkan
Halaman utama
Alternate courses -
Conclusion Use case ini dibuat untuk masuk ke dalam sistem.
Post condition Setelah validasi username dan password benar sistem
akan membuka halaman utama sesuai dengan level
pengguna.
2. Use Case Narrative Manajemen User
Tabel 4.4 Use Case Narrative Manajemen User
Use case name Manajemen User
Use case ide 02
Actor Admin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan mengelola data
pengguna sistem.
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu user 2. Menampilkan data
User
3. Memilih tombol tambah 4. Menampilkan form
Input
5. Mengisi data user
6. Klik submit 7. Menyimpan data ke
dalam Database
96
8.Menampilkan
Notifikasi sukses
Alternate courses 3a. Klik tombol ubah untuk merubah data user
sebelumnya
3b. Klik tombol hapus untuk menghapus data
data user sebelumnya
Conclusion Use case ini dibuat untuk memfasilitasi user untuk
megelola data user.
Post condition Data user akan disimpan ke dalam Database.
3. Use Case Narrative Registrasi
Tabel 4.5 Use Case Narrative Registrasi
Use case name Registrasi
Use case ide 03
Actor Publik
Description Use case ini menggambarkan kegiatan meregistrasi
user
Pre Condition
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu
Registrasi Tanah Wakaf
2. Menampilkan form
Registrasi
3. Mengisi form registrasi
4. Klik submit 5. Menyimpan data ke
dalam Database
6.Menampilkan
Notifikasi sukses
Alternate courses 3a. Pilih Daftar jika belum pernah mendaftar
3b. Pilih Sudah Daftar jika sudah mendaftar
97
Conclusion Use case ini dibuat untuk melakukan registrasi sebagai
wakif atau nadzir.
Post condition Registrasi disimpan ke database dan selanjutnya akan
di-approve oleh Staff KUA
4. Use Case Narrative Upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf
Tabel 4.6 Use Case Narrative Upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf
Use case name Meng-upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf
Use case ide 04
Actor Wakif
Description Use case ini menggambarkan kegiatan wakif dalam
meng-upload berkas untuk pendaftaran tanah Wakaf.
Pre Condition Registrasi
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu Daftar
Tanah Wakaf
2. Menampilkan
halaman pendaftaran
tanah Wakaf
3. Mengisi form
pendaftaran
4. Klik Submit 5. Menyimpan data ke
dalam Database
6.Menampilkan
Notifikasi sukses
Alternate courses -
Conclusion Use case ini dibuat untuk mengupload berkas
pendaftaran tanah Wakaf
Post condition Berkas Tanah Wakaf disimpan ke database dan
selanjutnya akan diverifikasi oleh Staff KUA
98
5. Use Case Narrative Memverifikasi Daftar Pendaftaran Tanah Wakaf
Tabel 4.7 Use Case Narrative Memverifikasi Daftar Pendaftaran Tanah Wakaf
Use case name Memverifikasi Daftar Pendaftaran Tanah Wakaf
Use case ide 05
Actor Staff KUA
Description Use case ini menggambarkan kegiatan menyetujui
berkas daftar pendaftaran tanah Wakaf
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu Data
Tanah Wakaf
2. Menampilkan data
dan berkas
3. Klik Detail 4. Menampilkan detail
data pendaftaran
5. Klik Verifikasi 6. Mengubah Status
Menjadi sudah
diverifikasi
7. Menampilkan
Notifikasi Sukses
Alternate courses 5a. Jika mengklik Reject maka datanya akan ditolak
Conclusion Use case ini dibuat untuk menyetujui berkas
pendaftaran yang dikirim oleh wakif
Post condition Berkas tanah Wakaf disimpan ke database dan
selanjutnya akan divalidasi oleh subbag tata usaha
99
6. Use Case Narrative Manajemen Tanah Wakaf
Tabel 4.8 Use Case Narrative Manajemen Tanah Wakaf
Use case name Manajemen Tanah Wakaf
Use case ide 06
Actor Staff KUA
Description Use case ini menggambarkan kegiatan manajemen
tanah wakaf
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu data
tanah Wakaf
2. Menampilkan data
tanah Wakaf
3. Memilih tombol
“detail”
4. Menampilkan detail
tanah Wakaf
5. Klik input lat long 6. Menampilkan Detail
lokasi
6. Klik submit 7. Menyimpan data
8. Menampilkan
Notifikasi sukses
Alternate courses 5a. Input data tanggal akad untuk mengupdate tanggal
akad
Conclusion Use case ini dibuat untuk memfasilitasi staff KUA
untuk menginput lokasi dan menginput tanggal akad
Wakaf
Post condition Data tanah Wakaf akan disimpan ke database dan
kemudian ditampilkan
100
7. Use Case Narrative Validasi Pendaftaran
Tabel 4.9 Use Case Narrative Validasi Pendaftaran
Use case name Validasi Pendaftaran
Use case ide 07
Actor Kasubbag tata usaha
Description Use case ini menggambarkan kegiatan validasi berkas
pendaftaran tanah Wakaf
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu Data
Tanah Wakaf
2. Menampilkan data
dan berkas
3. Klik Detail 4. Menampilkan detail
data pendaftaran
5. Klik Validasi 6. Mengubah status
menjadi sudah divalidasi
Kasubbag
7. Menampilkan
notifikasi sukses
Alternate courses 3a. Klik tombol lihat untuk melihat data tanah Wakaf
Conclusion Use case ini dibuat untuk memfasilitasi user
melakukan validasi berkas
Post condition Data tanah Wakaf akan disimpan ke database dan
kemudian ditampilkan
8. Use Case Narrative Mencetak Akta Ikrar Wakaf
Tabel 4.10 Use Case Narrative Mencetak Akta Ikrar Wakaf
Use case name Mencetak Akta Ikrar Wakaf
Use case ide 08
101
Actor Staff KUA
Description Use case ini menggambarkan kegiatan mencetak Akta
Ikrar Wakaf
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu Data
Tanah Wakaf
2. Menampilkan data
dan berkas
3. Klik Detail 4. Menampilkan detail
data pendaftaran
5. Klik Cetak 6. Data berhasil dicetak
Alternate courses 5a. Klik Akad Selesai untuk menyelesaikan
pendaftarannya
Conclusion Use case ini dibuat untuk memfasilitasi user
melakukan cetak akta ikrar wakaf tanah
Post condition Data tanah wakaf akan tercetak dalam bentuk
dokumen
9. Use Case Narrative Laporan
Tabel 4.11 Use Case Narrative Laporan
Use case name Laporan
Use case ide 09
Actor Publik, Kasubdit Pengamanan Aset Wakaf, Staff
KUA, Wakif dan Nadzir
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat laporan
data tanah Wakaf
Pre Condition -
Actor action System response
102
Typical course of events 1. Memilih menu Data
Tanah Wakaf
2. Menampilkan data
Tanah Wakaf yang
sudah selesai melakukan
akad
3. Klik Detail 4. Menampilkan tanah
Wakaf dalam bentuk
peta
Alternate courses -
Conclusion Use case ini dibuat untuk memfasilitasi user melihat
tanah wakaf
Post condition User dapat melihat data tanah wakaf dalam bentuk
peta
10. Use Case Narrative Manajemen Nadzir
Tabel 4.12 Use Case Narrative Manajemen Nadzir
Use case name Manajemen Nadzir
Use case ide 10
Actor Nadzir
Description Use case ini menggambarkan kegiatan manajemen
nadzir
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih data tanah
Wakaf
2. Menampilkan data
tanah Wakaf
3. Memilih tombol
“potensi”
4. Menampilkan form
input potensi tanah
Wakaf
5. Mengisi form
103
6. Klik submit 7. Menyimpan data
8. Menampilkan
Notifikasi Sukses
Alternate courses 3a. Klik tombol detail untuk melihat data tanah Wakaf
yang dikelola nadzir nadzir
Conclusion Use case ini dibuat untuk memfasilitasi nadzir untuk
melihat data tanah nadzir serta menginput potensi
tanah wakaf dan meng-upload gambar tanah Wakaf
Post condition Data tanah wakaf dan nadzir akan disimpan ke
database dan kemudian ditampilkan
11. Use Case Narrative Melihat Status Pendaftaran Tanah Wakaf
Tabel 4.13 Use Case Narrative melihat status pendaftaran tanah wakaf
Use case name Melihat Status Pendaftaran Tanah Wakaf
Use case ide 11
Actor Wakif dan Nadzir
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat status
permohonan tanah Wakaf
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih detail 2. Menampilkan status
permohonan tanah
Wakaf
Alternate courses -
Conclusion Use case ini dibuat untuk memfasilitasi wakif dan
nadzir untuk melihat status permohonan tanah Wakaf
Post condition Aktor dapat melihat status permohonan yang telah
didaftarkan
104
12. Use Case Narrative Validasi Laporan
Tabel 4.14 Use Case Narrative Validasi Laporan
Use case name Validasi Laporan
Use case ide 12
Actor Kasubdit Pengamanan Aset Wakaf
Description Use case ini menggambarkan kegiatan validasi
laporan nadzir
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu Validasi
data tanah Wakaf
2. Menampilkan data
Tanah Wakaf yang
sudah dikirim
3. Memilih tombol
“validasi”
4. Menampilkan pesan
Validasi berkas
5. Memilih “Ya Validasi” 6. Mengubah status
Validasi menjadi “Y”
7. Menampilkan
Notifikasi Sukses
Alternate courses -
Conclusion Use case ini dibuat untuk memfasilitasi user
melakukan validasi laporan
Post condition Data tanah wakaf akan disimpan ke database dan
kemudian ditampilkan
13. Use Case Narrative Logout
Tabel 4.15 Use Case Narrative Logout
Use case name Logout
105
Use case ide 13
Actor Admin, Staff KUA, Kasubbag tata usaha, Kasubdit
Pengamanan Aset Wakaf, Wakif dan Nadzir
Description Use case ini menggambarkan kegiatan keluar dari
sistem
Pre Condition Login
Typical course of events Actor action System response
1. Memilih menu logout
2.Menampilkan
halaman Login
Alternate courses -
Conclusion Use case ini dibuat untuk melakukan Logout
Post condition User keluar dari sistem
4.2.1.2 Perancangan Activity Diagram
Activity diagram menggambarkan rangkaian seluruh aktifitas yang terjadi
antara pengguna dengan sistem. Berikut merupakan beberapa activity sistem usulan.
1. Activity Diagram Login
Gambar 4.15 Activity Diagram Login
106
Gambar 4.6 merupakan penggambaran proses user untuk dapat login ke
dalam sistem, dimulai dengan user membuka sistem, lalu sistem menampilkan
halaman login, user menginputkan username dan password-nya, lalu klik tombol
login, maka sistem akan melakukan pengecekan username dan password, jika terjadi
kesalahan maka akan kembali ke halaman login, dan jika benar akan masuk ke dalam
halaman utama sistem.
2. Activity Diagram Manajemen User
Gambar 4.16 Activity Diagram Manajemen User
107
Gambar 4.7 merupakan penggambaran proses manajemen user yang
dilakukan oleh aktor admin, pada tahap ini admin dapat melakukan tambah atau edit
atau hapus data user.
3. Activity Diagram Registrasi
Gambar 4.17 Activity Diagram Registrasi
Gambar 4.8 merupakan penggambaran proses registrasi yang dilakukan oleh
aktor publik, pada tahap ini publik dapat melakukan registrasi untuk menjadi wakif
untuk melakukan kegiatan selanjutnya di dalam sistem.
108
4. Activity Diagram Upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.18 Activity Diagram Mengupload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.9 merupakan penggambaran proses pendaftaran tanah wakaf yang
dilakukan oleh aktor wakif dengan mengisi form pendaftaran tanah wakaf serta
mengupload dokumen yang dibutuhkan.
109
5. Activity Diagram Memverifikasi Daftar Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.19 Activity Diagram Memverifikasi Permohonan Data Tanah Wakaf
Gambar 4.10 merupakan penggambaran proses verifikasi pendaftaran tanah
wakaf yang dilakukan oleh staff KUA dengan memilih menu pendaftaran tanah
wakaf dan memilih tanah wakaf lalu aktor tersebut memverifikasi data pendaftaran
tanah wakaf.
110
6. Activity Diagram Manajemen Tanah Wakaf
Gambar 4.20 Activity Diagram Manajemen Tanah Wakaf
Gambar 4.11 merupakan penggambaran proses manajemen tanah wakaf yang
dilakukan oleh staff KUA dengan memilih menu manajemen tanah wakaf dan staff
KUA dapat input lokasi tanah wakaf serta menginput tanggal akad pada data tanah
wakaf.
111
7. Activity Diagram Validasi Pendaftaran
Gambar 4.21 Activity Diagram Validasi
Gambar 4.12 merupakan penggambaran proses validasi tanah wakaf yang
dilakukan oleh subbag tata usaha dengan memvalidasi pendaftaran data tanah wakaf
yang pada proses sebelumnya diverifikasi oleh staff KUA setempat.
112
8. Activity Diagram Mencetak Akta Ikrar Wakaf
Gambar 4.22 Activity Diagram Mencetak Akta Ikrar Wakaf
Gambar 4.13 merupakan penggambaran proses mencetak akta ikrar wakaf
yang dilakukan oleh staff KUA yang dilakukan setelah permohonan data tanah
wakaf divalidasi.
113
9. Activity Diagram Laporan
Gambar 4.23 Activity Diagram Laporan
Gambar 4.14 merupakan penggambaran proses melihat laporan tanah wakaf
yang dilakukan oleh semua user.
114
10. Activity Diagram Manajemen Nadzir
Gambar 4.24 Activity Diagram Manajemen Nadzir
Gambar 4.15 merupakan penggambaran proses manajemen nadzir yang
dilakukan oleh nadzir yang dapat menginput potensi tanah wakaf, menambahkan
batas tanah wakaf, meng-upload sertifikat serta meng-upload gambar di dalam
sistem.
115
11. Activity Diagram Status Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.25 Activity Diagram Status Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.16 merupakan penggambaran proses status permohonan tanah
wakaf yang dilakukan oleh wakif.
116
12. Activity Diagram Validasi Laporan
Gambar 4.26 Activity Diagram Validasi Laporan
Gambar 4.17 merupakan penggambaran proses validasi laporan tanah wakaf
yang dilakukan oleh subbag tata usaha dan kepala direktorat pemberdayaan zakat
dan wakaf dengan memvalidasi laporan data tanah wakaf.
117
13. Activity Diagram Logout
Gambar 4.27 Activity Diagram Logout
Gambar 4.18 merupakan penggambaran dari aktivitas user jika ingin keluar
dari sistem.
118
4.2.1.3 Perancangan Sequence Diagram
1. Sequence Diagram Login
Gambar 4.28 Sequence Diagram Login
119
Gambar 4.19 merupakan penggambaran proses sequence user untuk dapat
login ke dalam sistem dengan mengambil data user yang terdapat di dalam database
sistem.
2. Sequence Diagram Manajemen User
Gambar 4.29 Sequence Diagram Manajemen User
Gambar 4.20 merupakan penggambaran proses sequence untuk manajemen
user dengan masuk ke dalam sistem dengan mengambil data user yang terdapat di
dalam database.
120
3. Sequence Diagram Registrasi
Gambar 4.30 Sequence Diagram Registrasi
Gambar 4.21 merupakan penggambaran proses sequence untuk registrasi
dengan masuk ke dalam sistem dengan menginput ke dalam data user yang terdapat
di dalam database.
121
4. Sequence Diagram Meng-upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.31 Sequence Diagram Upload Berkas Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.22 merupakan penggambaran proses sequence untuk meng-upload
berkas pendaftaran tanah wakaf, wakif melakukan upload berkas pendaftaran pada
form pendaftaran selanjutnya sistem menginput ke dalam data pendaftaran yang
terdapat di dalam database.
122
5. Sequence Diagram Memverifikasi Daftar Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.32 Sequence Diagram Verifikasi
Gambar 4.23 merupakan penggambaran proses sequence untuk verifikasi
berkas pendaftaran tanah wakaf yang dilakukan staff KUA dengan melihat berkas
pendaftaran yang telah terinput ke dalam database pendaftaran selanjutnya sistem
merubah status pendaftaran.
123
6. Sequence Diagram Manajemen Tanah Wakaf
Gambar 4.33 Sequence Diagram Manajemen Tanah Wakaf
124
Gambar 4.24 merupakan penggambaran proses sequence untuk manajemen
tanah wakaf, dalam proses ini aktor dapat menginput lokasi tanah wakaf, upload data
tanah wakaf yang kemudian akan terinput ke dalam data tanah wakaf yang terdapat
di dalam database.
7. Sequence Diagram Validasi Pendaftaran
Gambar 4.34 Sequence Diagram Validasi Pendaftaran
Gambar 4.25 merupakan penggambaran proses sequence untuk validasi
berkas pendaftaran tanah wakaf yang dilakukan kasubbag tata usaha dengan melihat
berkas pendaftaran yang telah diverifikasi selanjutnya sistem merubah status
menjadi tervalidasi.
125
8. Sequence Diagram Mencetak Akta Ikrar Tanah Wakaf
Gambar 4.35 Sequence Diagram Mencetak Akta Ikrar Tanah Wakaf
Gambar 4.26 merupakan penggambaran proses sequence untuk mencetak
akta ikrar wakaf, dalam proses ini aktor dapat menginput tanggal akad wakaf setelah
itu dapat mencetak akta ikrar wakaf berdasarkan data tanah wakaf yang terdapat di
dalam database.
126
9. Sequence Diagram Laporan
Gambar 4.36 Sequence Diagram Laporan
Gambar 4.27 merupakan penggambaran proses sequence untuk melihat
laporan, dalam proses ini aktor dapat melihat laporan berdasarkan data tanah wakaf
yang terdapat di dalam database.
127
10. Sequence Diagram Manajemen Nadzir
Gambar 4.37 Sequence Diagram Manajemen Nadzir
128
Gambar 4.28 merupakan penggambaran proses sequence untuk manajemen
nadzir, dalam proses ini aktor dapat mngusulkan potensi tanah wakaf, upload
sertifikat dan akta ikrar wakaf yang kemudian akan terinput ke dalam data tanah
wakaf yang terdapat di dalam database.
11. Sequence Diagram Melihat Status Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.38 Sequence Diagram Melihat Status Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.29 merupakan penggambaran proses sequence untuk melihat
status pendaftaran tanah wakaf, dalam proses ini aktor dapat melihat status
pendaftaran yang telah diinput dan mengetahui waktu diselenggarakannya akad.
129
12. Sequence Diagram Validasi Laporan
Gambar 4.39 Sequence Diagram Validasi Laporan
Gambar 4.30 merupakan penggambaran proses sequence untuk validasi
laporan yang dilakukan kasubdit pengaman aset dengan melihat laporan yang telah
diinput oleh nadzir selanjutnya sistem merubah status menjadi tervalidasi.
13. Sequence Diagram Logout
Gambar 4.40 Sequence Diagram Logout
130
Gambar 4.31 merupakan penggambaran proses sequence untuk logout untuk
semua aktor yang mendapat akses untuk melakukan login ke dalam sistem.
4.2.1.4 Class Diagram
Class Diagram merupakan visualisasi dari struktur objek sistem yang
disarankan. Adapun langkah-langkah menentukan objek yang terlibat adalah sebagai
berikut:
1. Objek Potensial Class Diagram
Tabel 4.16 Objek Potensial Class Diagram
• Admin
• Wakif
• Nadzir
• Staff KUA
• Kasubbag Tata Usaha
• Kasubdit Pengamanan Aset
Wakaf
• Publik
• User
• Login
• Logout
• Tanah Wakaf
• Pendaftaran
• Akta Ikrar Wakaf
• Laporan
• Verifikasi dokumen
• Validasi dokumen
• Potemsi Tanah Wakaf
• Lokasi Tanah Wakaf
• Berkas
2. Menyeleksi Daftar Objek Potensial yang Diusulkan dari daftar potensial tabel
4.18, maka dilakukan analisis untuk memilih objek.
Tabel 4.17 Seleksi Daftar Objek Potensial
Objek Cek Keterangan
131
Admin X Bagian dari User
Wakif X Bagian dari User
Nadzir X Bagian dari User
Staff KUA X Bagian dari User
Kasubbag Tata Usaha X Bagian dari User
Kasubdit Pengamanan Aset
Wakaf
X Bagian dari User
Publik X Bagian dari User
User Y Bagian dari Sistem
Login Y Bagian dari Sistem
Logout Y Bagian dari Sistem
Tanah Wakaf Y Bagian dari Sistem
Pendaftaran Y Bagian dari Sistem
Akta Ikrar Wakaf Y Bagian dari Sistem
Laporan Y Bagian dari Sistem
Verifikasi Dokumen Y Bagian dari Sistem
Validasi Dokumen Y Bagian dari Sistem
Potensi Tanah Wakaf Y Bagian dari Sistem
Lokasi Tanah Wakaf Y Bagian dari Sistem
Berkas Y Bagian dari Sistem
Tabel 4. 18 Proposed Objek List
Proposed Objek List
132
User
Tanah Wakaf
Akta Ikrar Wakaf
Berkas
Laporan
Potensi Tanah Wakaf
Lokasi Tanah Wakaf
3. Membuat Class Diagram Sistem Informasi Spasial Berbasis Web pada Potensi
Tanah Wakaf
Gambar 4.41 Class Diagram
133
4.2.2 Desain Database
Pada tahap ini peneliti merancang database sistem informasi spasial pada
potensi tanah wakaf dengan membuat skema database serta spesifikasi database.
1. Skema Database
Gambar 4.33 merupakan skema database sistem informasi spasial potensi
tanah wakaf berbasis website.
Gambar 4.42 Skema Database
134
2. Spesifikasi Database
Berikut merupakan spesifikasi database pada sistem informasi spasial pada
potensi tanah wakaf.
1. Level User
Nama Tabel : master_level
Primary key : id_level
Foreign key : -
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.19 Basis Data Level User
Field Type Size Keterangan
id_level Int 2 Id level user
level_user Varchar 255 Nama level user
2. User
Nama Tabel : Users
Primary key : id_user
Foreign key : id_level
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.20 Basis Data User
Field Type Size Keterangan
id_user Int 10 Primary key User
username Varchar 255 Username untuk login
password Varchar 255 Password untuk login
135
nama Varchar 255 Nama User
id_level Int 2 Level User
3. Master Status
Nama Tabel : master_status
Primary key : id_status
Foreign key : -
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.21 Basis Data Master Status
Field Type Size Keterangan
id_status Int 2 Primary key status
status Varchar 255 Status permohonan
4. Pendaftaran
Nama Tabel : pendaftaran
Primary key : id_pendaftaran
Foreign key : id_wakif, id_Wakaf, id_nadzir
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.22 Basis Data Master Pendaftaran
Field Type Size Keterangan
id_pendaftaran Varchar 20 Primary key dengan
format data
tahunbulantanggal-
136
0000-index
(2019020100001)
id_Wakaf Int 10 Foreign key untuk
Tanah Wakaf
id_wakif Int 10 Kode Wakid
id_nadzir Int 11 Kode Nadzir
filependukung Text File Pendukung
tanggal_pendaftaran Date Tanggal pendaftaran
created_by Int 2 User yang membuat
pendaftaran
created_date Datetime
updated_by Int 2 User yang mengedit
pendaftaran
updated_date Datetime
5. Master Nadzir
Nama Tabel : master_nadzir
Primary key : id_nadzir
Foreign key : id_user, kode_kecamatan
Jenis Tabel : Master
137
Tabel 4.23 Basis Data Master Nadzir
Field Type Size Keterangan
id_nadzir Int 10 Primary key Nadzir
id_user Int 10 Primary key User
nama_nadzir Varchar 255 Nama Nadzir
tipe_nadzir Varchar 255 Tipe Nadzir
kode_kecamatan Varchar 255 Kode Kecamatan
permohonan_nazhir Text 255 Permohonan nazhirs
struktur Text 255 Struktur organisasi
riwayat_hidup Text 255 Riwayat Hidup
ktp Text 255 Fotocopy ktp
akta_Notaris Text 255 Akta Notaris
s_pengesahan Text 255 Pengesahan
Kemenkumham
s_domisili Text 255 Surat domisili
profil Text 255 Profil perusahaan
rekomendasi_lks Text 255 Rekomendasi LKS
s_laporan Text 255 Surat laporan
s_audit Text 255 Surat audit
6. Master Tanah Wakaf
Nama Tabel : master_Wakaf
Primary key : id_Wakaf
138
Foreign key : id_wakif, id_nadzir, id_status, id_peruntukan, id_potensi,
kode_kecamatan
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.24 Basis Data Master Tanah Wakaf
Field Type Size Keterangan
id_Wakaf Int 10 Primary key tanah
Wakaf
id_wakif Int 10 Foreign key untuk Wakif
id_nadzir Varchar 11 Kode Nadzir
id_status Int 10 Kode Status
id_peruntukan Int 2 Kode peruntukan
id_potensi Int 2 Kode potensi
kode_kecamatan Varchar 10 Kode kecamatan
No_registrasi Varchar 20 Nomor Registrasi
Tanggal_pendaftaran Datetime Tanggal Daftar
surat_keterangan text Surat Keterangan
Lokasi text Lokasi Tanah Wakaf
Kode_pos Varchar 10 Kode Pos
Tanggal_akad Date Tanggal Akad
No_akad Varchar 255 No Akad
Atas_nama Varchar 255 Atas Nama
Luas Varchar 255 Luas Tanah Wakaf
Latitude Varchar 255 Latitude
139
Longtitude Varchar 255 Longtitude
Potensi Text Potensi
Poto_Wakaf Text Poto Tanah Wakaf
Anggaran Float Anggaran
Sertifikat Text Sertifikat Tanah Wakaf
Informasi Text Informasi Tanah Wakaf
No_sertifikat Varchar 255 Nomor Sertifikat
Batas_utara Varchar 255 Batas_utara
Batas_barat Varchar 255 Batas_barat
Batas_timur Varchar 255 Batas_timur
Batas_selatan Varchar 255 Batas_selatan
Akta_Wakaf Text
7. Master Potensi Tanah Wakaf
Primary key : id_potensi
Foreign key : -
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.25 Basis Data Master Potensi Tanah Wakaf
Field Type Size Keterangan
id_potensi Int 2 Primary key potensi
nama_potensi Varchar 255 Nama potensi
140
8. Kabupaten
Nama Tabel : master_kabupaten
Primary key : kode_kab
Foreign key : kode_provinsi
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.26 Basis Data Master Kabupaten
Field Type Size Keterangan
kode_kab Varchar 4 Primary key Kabupaten
nama_kab Varchar 255 Nama Kabupaten
kode_provinsi Varchar 2 Foreign key Provinsi
9. Master Provinsi
Nama Tabel : master_provinsi
Primary key : kode_provinsi
Foreign key : -
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.27 Basis Data Master Provinsi
Field Type Size Keterangan
kode_provinsi Varchar 2 Primary key Provinsi
nama_provinsi Varchar 255 Nama Provinsi
141
10. Master Peruntukan
Nama Tabel : master_peruntukan
Primary key : id_peruntukan
Foreign key : -
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.28 Basis Data Master Peruntukan
Field Type Size Keterangan
Id_peruntukan Varchar 2 Primary key guna tanah
Wakaf
Peruntukan Varchar 255 Nama Guna Tanah
Wakaf
11. Laporan
Nama Tabel : laporan
Primary key : id_laporan
Foreign key : id_Wakaf
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.29 Basis Data Laporan
Field Type Size Keterangan
Id_laporan Varchar 10 Primary key Laporan
id_Wakaf Int 10 Primary key tanah
Wakaf
tgl_input Date Tanggal Input
142
12. Master Kecamatan
Nama Tabel : master_kecamatan
Primary key : kode_kab
Foreign key : -
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.30 Basis Data Master Kecamatan
Field Type Size Keterangan
kode_kecamatan Varchar 2 Primary key Kecamatan
nama_kecamatan Varchar 255 Nama Kecamatan
Kode_kab Varchar 2 Foreign key Kabupaten
13. Master KUA
Nama Tabel : kua
Primary key : id_kua
Foreign key : kode_kecamatan
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.31 Basis Data Master KUA
Field Type Size Keterangan
Id_kua Varchar 2 Primary key KUA
Kode_kecamatan Varchar 2 Kode Kecamatan
Nama_kua Varchar 255 Nama KUA
alamat Text
Email Varchar 255 Email
143
kepala Varchar 255 Kepala KUA
14. Master data Wakif
Nama Tabel : data_wakif
Primary key : id_wakif
Foreign key : id_user
Jenis Tabel : Master
Tabel 4.32 Basis Data Wakif
Field Type Size Keterangan
Id_wakif int 10 Primary key Wakif
Id_user int 10 Kode uer
No_wakif Varchar 255 Nomor Wakif
Nama Varchar 255 Nama Wakif
Tempat_lahir Varchar 255 Tempat Lahir
Tanggal_lahir Date Tangga Lahir
Alamat Text Alamat Wakif
Kode_pos Kode Pos
File_ktp Text File KTP
No_hp Varchar 10 No Telepon
144
4.2.3 Desain Interface
Pada tahap ini, akan dijelaskan desain interface dari sistem informasi spasial
potensi tanah wakaf berdasarkan use case yang ada.
1. Desain Interface Login
Gambar 4.43 Desain Interface Login
2. Desain Interface Home
Gambar 4.44 Desain Interface Home
145
3. Desain Interface Home Potensi Tanah Wakaf
Gambar 4.45 Desain Interface Home Potensi Tanah Wakaf
4. Desain Interface Detail Tanah Wakaf
Gambar 4.46 Desain Interface Detail Tanah Wakaf
146
5. Desain Interface Registrasi dan Pendaftaran Tanah Wakaf
Gambar 4.47 Desain Interface Registrasi dan Pendaftaran Tanah Wakaf
147
6. Desain Interface Menu Wakif
Gambar 4.48 Desain Interface Menu Wakif
7. Desain Interface Menu Nadzir
Gambar 4.49 Desain Interface Menu Nadzir
148
8. Desain Interface Menu Potensi Tanah Wakaf
Gambar 4.50 Desain Interface Potensi Tanah Wakaf
9. Desain Interface Validasi Pendaftaran
Gambar 4.51 Desain Interface Validasi Pendaftaran
149
10. Desain Interface Verifikasi Pendaftaran
Gambar 4.52 Desain Interface Verifikasi Pendaftaran
11. Desain Interface Input Lokasi Tanah Wakaf
Gambar 4.53 Desain Interface Input Lokasi Tanah Wakaf
150
12. Desain Interface Detail Laporan
Gambar 4.54 Desain Interface Detail Laporan
13. Desain Interface Validasi Laporan
Gambar 4.55 Desain Interface Validasi Laporan
151
4.3 Implementation
4.3.1 Pengembangan Sistem
a. Google API
Adalah layanan google untuk menambahkan fitur google maps pada sistem
informasi spasial berbasis web potensi tanah wakaf ini.
b. Coding
Proses pembuatan kode yang digunakan dalam sistem informasi spasial
pada potensi tanah wakaf adalah web dengan bahasa pemrograman PHP untuk
pengelolaan data Non-spasial dan javascript untuk menghubungkan dengan data
spasial dari google maps . Pada proses ini peneliti dibantu oleh beberapa tools untuk
memudahkan proses pembuatan kode, antara lain:
1. Spesifikasi Hardware
a. Processor AMD FX – 7600P CPU @ 2.71 GHz
b. Memory 8 GB
c. VGA AMD Radeon R7 2GB
2. Tools yang digunakan
a. PHP
b. MYSQL
c. XAMPP
4.3.2 Pengujian
Setelah sistem sudah selesai dibangun, maka tahap berikutnya adalah
pengujian sistem menggunakan black box testing, yaitu melakukan test-case
terhadap aplikasi dengan menggunakan tabel pengujian dengan cara memasukkan
152
data ke dalam sistem dan melihat hasil keluarannya (output) apakah telah sesuai
dengan hasil yang diharapkan. Pada pengujian kali ini diuji oleh semua aktor yang
nantinya akan menggunakan sistem tersebut yaitu Staff KUA, Kasubdit
Pengamanan Aset BIMAS Islam, Kasubbag Tata Usaha, Nadzir serta Wakif untuk
melakukan proses pendaftaran dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.33.
Tabel 4.33 Pengujian Black Box
No. Rancangan Input-Output Hasil yang Diharapkan Hasil
1 Login sistem Sistem akan menampilkan
halaman login sistem Sesuai
2 Login dengan username dan
password benar
Sistem akan menampilkan
menu utama/ halaman utama Sesuai
3 Login dengan username/
password salah
Sistem akan menampilkan
pesan kesalahan dan kembali
ke halaman login
Sesuai
4 Klik menu tanah Wakaf Sistem akan menampilkan
menu utama/ halaman utama Sesuai
5 Klik menu registrasi tanah
Wakaf
Sistem akan menampilkan
halaman pendaftaran tanah
Wakaf
Sesuai
6
Klik save button pada form
tambah pendaftaran tanah
Wakaf dengan kondisi data
yang diinput lengkap
Sistem akan menyimpan data
lahan ke database Sesuai
7
Klik save button pada form
tambah data pendaftaran tanah
Wakaf dengan kondisi data
yang diinput tidak lengkap
Sistem akan menampilkan
pesan kesalahan dan tetap
berada pada form data
pendaftaran tanah Wakaf
Sesuai
8 Klik detail pada form data tanah
Wakaf
Sistem akan menampilkan
detail data tanah Wakaf Sesuai
9 Cek status pada form data tanah
Wakaf
Sistem akan menampilkan
status pendaftaran tanah
Wakaf
Sesuai
10 Klik menu data tanah Wakaf Sistem akan menampilkan
halaman daftar tanah Wakaf Sesuai
11 Klik detail data tanah Wakaf Sistem akan menampilkan
data tanah Wakaf Sesuai
12 Klik verifikasi pada menu staff
kua
Sistem akan memverifikasi
pendaftaran tanah Wakaf dan
disimpan ke dalam database
Sesuai
153
13 Klik Input Lokasi Sistem akan menginput lokasi
tanah Wakaf Sesuai
14 Klik menu cetak sertifikat Sistem akan menampilkan
form cetak Sesuai
15 Klik cetak sertifikat button
pada menu KUA
Sistem akan menampilkan
data sertifikat dan siap untuk
dicetak
Sesuai
16 Klik input potensi button pada
menu manjemen tanah Wakaf
Sistem akan menampilkan
form input potensi tanah
Wakaf
Sesuai
17 Klik menu logout kemudian
klik Ok
Sistem akan menampilkan
halaman login dan
mengakhiri session
Sesuai
154
155
5. BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan dari penelitian mengenai Pengembangan
Sistem Informasi Spasial Berbasis Web pada Potensi Tanah Wakaf adalah sebagai
berikut:
1. Tersedianya Sistem Informasi Spasial Potensi Tanah Wakaf yang dapat
menampilkan informasi tanah wakaf dan koordinat lokasi tanah wakaf di
wilayah DKI Jakarta dalam bentuk peta digital
2. Menghadirkan Sistem yang dapat mengelola proses pendaftaran tanah wakaf
hingga mencetak sertifikasi akta ikrar wakaf yang kemudian disimpan ke dalam
database sistem tersebut.
3. Dengan adanya sistem informasi ini, pihak nadzir dalam pengelolaan tanah
wakafnya dapat mengusulkan potensi tanah wakaf secara produktif.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan analisis yang telah dilakukan, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Spasial Potensi Tanah Wakaf ini dapat dikembangkan pada
aset wakaf yang lainnya selain aset tanah wakaf seperti bangunan, barang
ataupun uang
2. Dalam Sistem Informasi Spasial Potensi Tanah Wakaf juga bisa
156
diintegrasikan dengan pihak Badan Wakaf Indonesia serta Badan Pertanahan
Nasional guna memudahkan dalam mengelola, memonitor dan mengevaluasi
tanah wakaf di kemudian hari.
3. Untuk pengembangan wakaf produktif selanjutnya perlu menambahkan
perhitungan profit 10% untuk nadzir dan 90% untuk Mauquf Alaih yang
dihasilkan dari pengembangan harta benda wakaf berdasarkan Peraturan
Badan Wakaf Indonesia Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pemberian Manfaat
Harta Benda Wakaf.
157
158
DAFTAR PUSTAKA
Agustiano. (2008). Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan Umat. Jakarta: Niriah.
Ali, M. D. (1988). Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press.
Amiruddin, D. (2011). Manajemen Pengelolaan Proyek Percontohan Wakaf
Produktif. 121.
Annugerah, A., Astuti, I. F., & Kridalaksana, A. H. (2016). Sistem Informasi Geografis
Berbasis Web Pemetaan Lokasi Toko Oleh-Oleh Khas Samarinda. Informatika
Mulawarman : Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 11(2), 43.
https://doi.org/10.30872/jim.v11i2.213
Arham, Z. (2008). Modul Kuliah Sistem Informasi Geografis.
Arief, M. (2011). Pemograman Web Dinamis Menggunakan PHP dan MySQL.
Yogyakarta: ANDI.
Attoillah, M. (2014). Hukum Wakaf (1st ed.). Bandung: Yrama Widya.
Budiman, A. A. (2017). Wakaf dalam Diskursus Fiqh Kontemporer: Perspektif
Majelis Tarjih Muhammadiyah. 15(2), 20–35.
Ekadinata, A., Dewi, S., Hadi, D. P., D.K, N., & Johana, F. (2008). Sistem Informasi
Geografis dan Penginderaan Jauh Menggunakan ILWIS Open Source.
Fahmi, A., & Sugiarto, E. (2016). Sistem informasi geografis untuk pengelolaan dan
monitoring persebaran aset wakaf 1. Techno.COM, 15(4), 327–334.
Fahmi, A., Sugiarto, E., Studi, P., Informasi, S., Komputer, F. I., Nuswantoro, U. D.,
… Pekarangan, T. (2017). Sistem Informasi Geografis E-Wakaf Sebagai Model
Pendukung Keputusan Pemberdayaan Wakaf Produktif. Jurnal Sistem Informasi,
159
Fakultas Ilmu Komputer, 1(2), 87–93.
Fauzia, A. Emi, I. Uswatun, H. (2012). Potensi Wakaf Produktif Di DKI Jakarta.
Badan Wakaf Indonesia, 2.
Haerani, R. D. (2016). Model Pengelolaan Wakaf Produktif Dompet Dhuafa (Studi
Kasus: Lapangan Futsal Dompet Dhuafa).
Hamami, T. (2003). Perwakafan Tanah dalam Politik Hukum Agraria Nasional.
Jakarta: Tatanusa.
Hasibuan, Z. P. (2007). Metodologi Penelitian Sistem Informasi.Jakarta:UI Press.
Hidayatullah, P., & Kawistara, K. J. (2013). Pemograman Web : Studi Kasus Web
Sistem Informasi Akademik.
Kemenag. (2013a). Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. 139. Retrieved from
http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/books/paradigma baru wakaf di
indonesia-2013.pdf
Kemenag. (2013b). Pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf. 1–169.
https://doi.org/10.1201/9781420050349
Kementerian Agama RI. (2004). UU No. 41 Tentang Perwakafan. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004, (41), 1–27.
Kementerian Agama RI. (2005). Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung: CV.
Diponegoro.
Kementerian Agama RI. (2006). Fiqh Waqaf.
Kementerian Agama RI. (2007). Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam.
160
Kementerian Agama RI, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, & Direktorat
Pemberdayaan Wakaf. (2013). Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai. 1–127.
Kendall, J. . (2010). Analisis dan Perancangan Sistem. Jakarta: Indeks.
Kendall, K. E., & Kendall, J. E. (2011). System Analysis and Design Eight Edition.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Miswar, D. (2012). Kartografi Tematik. Lampung: Anugerah Utama Raharja.
Mubarok, J. (2008). Wakaf Produktif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nizar, M. A. (2017). Pengembangan Wakaf Produktif Di Indonesia : Potensi Dan
Permasalahan.
Oetomo, B. S. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Sistem Informasi.
Yogyakarta:Ganesha.
Prahasta, E. (2009). Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika).
Bandung: Informatika.
Prihandito, A., (1989). Kartografi. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Pressman, R. S., & Maxim, B. R. (2015). Software Engineering: A Practitioner’s
Approach Eight Edition. New York: McGraw-Hill.
Raharjo, B., Heryanto, I., & Rosdiana, E. (2015). Modul Pemograman Web (HTML,
PHP & MySQL). Bandung: Modula.
Lestari, R. W., Kanedi, I.(2016). Sistem informasi geografis (sig) daerah rawan banjir
di kota bengkulu menggunakan arcview. Universitas Dehasen Bengkulu, 12(1),
41–48. Retrieved from http://jurnal.unived.ac.id/index.php/jmi/article/view/271
Rainer, R. K., & Cegielski, C. G. (2011). Introduction to Information System (3rd
161
Editio). USA: John Wiley & Sons, Inc.
Saputro, D. (2010). Sistem Informasi Pemesanan Kamar pada Hotel Wisnu
Prambanan. Yogyakarta: Media Utama.
Whitten, J. ., & Bentley, L. D. (2007). System Analysis and Design Methods. New
York: McGraw-Hill.
Wiko, F. G. (2015). Analisis dan perancangan sistem informasi geografis untuk
persebaran base transceiver station ( bts ) wilayah sumbar pada Pt . Xl AXIATA.
Yulianto, A. A., Gartina, I., Astuti, R., Dewi, S., Sari, S. K., & Witanti, W. (2009).
Analisis dan Desain Sistem Informasi.
xxii
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Kamis, 1 Maret 2019
Narasumber : Bapak Sugeng Hermanto (Kepala Subdit Pengamanan Aset Wakaf)
Penanya : Muhamad Iksal
Hasil : Mengetahui Proses bisnis yang berjalan dan mengetahui masalah
yang dihadapi oleh Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf
1. Bagaimana Alur Pendaftaran Tanah Wakaf?
Jawab : Untuk pendaftaran tanah Wakaf itu pertama wakif datang ke KUA untuk
mendaftarkan tanah milik untuk diWakafkan beserta nazhir yang telah ditunjuk
oleh pihak wakif, kemudian petugas KUA bagian survey mendatangkan lokasi tanah
Wakaf dan nazhir yang telah ditunjuk selanjutnya apabila disetujui pihak KUA
maka nazhir dan wakif datang ke KUA untuk melakukan akad serta mendapatkan
akta ikrar Wakaf yang kemudian diberikan oleh keduanya sebagai bukti bahwa
tanah tersebut telah di Wakafkan. Proses terakhir berkas pendaftaran dimasukkan
ke dalam sistem.
2. Apa yang perlu dikembangan di dalam sistem tersebut ?
Jawab : Sistem tersebut perlu dikembangan pada proses pendaftaran tanah Wakaf
secara online dan mencetak akta ikrar Wakaf, untuk informasi tanah Wakaf perlu
dibuatkan dalam bentuk peta digital sesuai dengan Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Agama Tahun 2015-2019 salah satunya dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan kehidupan beragama di bidang pengelolaan dan pendayagunaan Wakaf,
Kementerian Agama melakukan pengembangan Sistem Informasi Wakaf sebaga
database aset Wakaf, dan pemetaan dan identifikasi potensi harta Wakaf di seluruh
tanah air.
3. Apa saja kendala yang ada dalam memberdayakan tanah Wakaf secara produktif
?
Jawab : Kendala yang ada untuk memberdayakan tanah Wakaf secara produktif itu
yaitu banyaknya nazhir yang ada belum sesuai dengan persyaratan untuk menjadi
nazhir Wakaf produktif berdasarkan peraturan badan Wakaf indonesia jadi untuk
mengelola harta Wakaf atau tanah Wakaf dengan skala besar yang diberdayakan
secara produktif dan perlunya sosialisasi tentang nazhir Wakaf produktif agar
nazhir tersebut dapat memberdayakan tanah Wakaf itu.
4. Perlukah dilakukan pemetaan terhadap potensi pemberdayaan tanah Wakaf
secara produktif ?
Jawab : Sangat perlu, karena dengan adanya pemetaan terhadap potensi tersebut
memudahkan kita untuk melihat persebaran tanah Wakaf mana yang akan dikelola
secara produktif serta menarik pihak investor untuk melakukan Wakaf uang.
5. Bagaimana cara mengidentifikasi tanah Wakaf yang berpotensi untuk
diberdayakan secara produktif ?
Jawab : Sebenernya tidak ada cara khusus untuk mengidentifikasinya hanya saja
pada saat tanah wakif itu didaftarkan untuk diwakafkan ada pilihan untuk dibangun
apa tanah Wakaf itu dan jika dia memilih sosial lainnya itu salah satu potensi Wakaf
produktif dimana dengan membangun sosial lainnya itu akan membuat pemilihan
nazhir yang profesional serta sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
6. harapan yang ingin dicapai dengan adanya aplikasi yang akan dibangun ini ?
Jawab : Saya berharap dengan adanya aplikasi ini dapat mempermudah
pengelolaan data tanah Wakaf, informasi yang disajikan menjadi lebih akurat dan
real-time sehingga menarik para investor untuk melakukan Wakaf produktif serta
membantu nazhir agar lebih kearah profesional.
LAMPIRAN 2
TAMPILAN APLIKASI WEBSITE
1. Halaman login
2. Halaman Home
3. Halaman Registrasi Tanah Wakaf
4. Halaman Kelengkapan Dokumen Nazhir
5. Halaman Nazhir
6. Halaman Potensi Nazhir
7. Halaman Verifikasi Tanah Wakaf
8. Halaman Input Lokasi Tanah Wakaf
9. Halaman Laporan Tanah Wakaf
LAMPIRAN 3
CONTOH SOURCE CODE
<?php
defined('BASEPATH') OR exit('No direct script access allowed');
class Home extends CI_Controller {
function __construct()
{
parent::__construct();
$this->load->model('Laporan_model','model');
}
public function index()
{
$data['template'] = 'pages/front';
$data['Wakaf'] = $this->model->get_all_Wakaf();
$data['legend'] = $this->db->get('master_peruntukan')->result();
$grafik = $this->model->grafik();
// while($row = $result->fetch_assoc()) {
// $arrayPie[] = "["."'".$row['framework']."'".",".$row['penggunaan']."]";
// }
foreach($grafik as $k => $row){
$arrayPie[] = "["."'".$row->peruntukan."'".",".$row->total."]";
}
$data['arrayPie'] = $arrayPie;
// echo "<pre>";
// print_r($arrayPie);
// exit;
$this->load->view('frontend',$data);
}
public function potensi()
{
$data['template'] = 'pages/potensi';
$data['Wakaf'] = $this->model->get_Wakaf_potensi();
$data['legend'] = $this->db->get('m_potensi')->result();
$grafik = $this->model->grafikpotensi();
// while($row = $result->fetch_assoc()) {
// $arrayPie[] = "["."'".$row['framework']."'".",".$row['penggunaan']."]";
// }
foreach($grafik as $k => $row){
$arrayPie[] = "["."'".$row->peruntukan."'".",".$row->total."]" } }
LAMPIRAN 4
SURAT