ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI KELUARGA, KUALITAS
PENDIDIKAN, TINGKAT KESEHATAN DENGAN TINGKAT
KESEJAHTERAAN KELUARGA PEMULUNG KOTA DEPOK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Di susun oleh
Claratanti Novia
NIM. 1113084000052
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. PENDIDIKAN1. Pendidikan Formal
a. SD Negeri 04 Srengseng Sawah Tahun 2001 – 2007b. MTs Negeri 4 Jakarta Tahun 2007 – 2010c. SMK Negeri 62 Jakarta Tahun 2010 – 2013d. FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 - 2017
2. Pengalaman Organisasi, Pendidikan Non Formal, Seminara. OSIS MTsN 4 (2008-2009)b. OSIS SMKN 62 (2010-2011)c. Talent Favorit Bedah Kampus UI (2011)d. Anggota HMJ Ekonomi Pembangunan (2013-2014)e. Anggota UKM Volley UIN Jakarta (2013)f. UBER Crew (2016)g. Seminar Badan Ekonomi Kreatif (2017)h. Muslim Fashion Festival (2017)
II. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Supeno
2. Tempat & Tgl Lahir : Medan, 23 Maret 1967
3. Alamat : Asrama Den Intel Kostrad Ex Zipur VII
No.8 Rt 008 Rw 016, Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta Selatan.
4. Telepon : 0812 9671 928
5. Ibu : Mariani Pohan
6. Tempat & Tgl Lahir : Medan, 15 November 1968
7. Alamat : Asrama Den Intel Kostrad Ex Zipur VII
No.8 Rt 008 Rw 016, Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta Selatan.
8. Telepon : 0812 1314 1927
ii
ABSTRACT
The aim of this research is to describe correlations and differences betweenscavengers at the outside and inside Cipayung Landfill from three variables: level offamily income, quality of education, level of health to the level of scavengers familyprosperity at Depok City.
This research use descriptive research and the method for analysis is Spearman Rankcorrelation and crosstabulation. To get data, this research do some interview,observation and quetionares using simple random sampling with 40 respondent.
The result showed that level of family income, quality of education, level of healthhave correlation with level of scavengers family prosperity in difference degrees ofcoefficients. Level of family income with level of scavengers family prosperity havecorrelation to each other around 0.298 which is low degree. Quality of educationwith level of scavengers family prosperity have correlation to each other around0.491 which is medium degree. Level of health with level of scavengers familyprosperity have correlation to each other around 0.601 which is high degree.
Basically, scavengers at inside TPA Cipayung are better than outside TPA Cipayungif we compare to two aspects:their income and education.
Key Words: Level of Family Income, Quality of Education, Level of Health, Level ofProsperity, Scavengers
iii
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan besaran hubunganserta perbedaan antara pemulung yang berada di luar dan di dalam TPA Cipayungdilihat dari tiga sisi yaitu tingkat ekonomi keluarga, kualitas pendidikan, tingkatkesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pemulung Kota Depok.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode ujikorelasi Spearman Rank dan tabulasi silang (crosstabulation). Teknik pengumpulandata dilakukan dengan wawancara, observasi dan angket. melalui simple randomsampling terpilih sebanyak 40 orang.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat ekonomi keluarga, kualitaspendidikan, tingkat kesehatan saling berhubungan dengan tingkat kesejahteraankeluarga pemulung dengan tingkat koefisien yang berbeda. Hubungan tingkatekonomi keluarga dengan tingkat kesejahteraan keluarga pemulung sebesar 0.298yang berarti rendah. Kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluargasebesar 0.491 yang berarti sedang. Tingkat kesehatan dengan tingkat kesejahteraankeluarga pemulung sebesar 0.601 yang berarti kuat.
Secara umum, pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung lebihsejahtera jika dibandingkan di luar TPA dari aspek pendapatan dan pendidikan.
Kata kunci : Tingkat Ekonomi Keluarga, Kualitas Pendidikan, Tingkat Kesehatan,Tingkat Kesejahteraan, Pemulung
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang
diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga, Kualitas Pendidikan, Tingkat
Kesehatan Dengan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pemulung Kota Depok”.
Shalawat serta salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,
bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di
sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga kecil terindahku. Skripsi ini saya persembahkan terkhusus untuk
Bapak. Pak, terimakasih sudah mengantarkan Tanti sampai gerbang ini,
terimakasih sudah menjadi Bapak yang luar biasa. Mamak yang tidak henti-
hentinya mengingatkan saya untuk menjaga kesehatan dan tidak melewatkan
ibadah dan dukungan materil maupun spiritual. Muhammad Andy Wirawan,
adik satu-satunya kesayangan kakak yang menghibur kakak dan memberi
semangat. Tingkatkan prestasi badmintonnya. Terimakasih tidak pernah cukup
untuk membalas kebaikan dan kebahagiaan yang keluarga ini berikan kepada
saya. Semoga Allah selalu melindungi keluarga kecil saya.
2. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga bapak diberi kemudahan dalam
membangun FEB yang lebih baik.
v
3. Bapak Arief Fitrijanto M. Si dan Ibu Najwa Khairina selaku Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih banyak pak atas waktu, saran dan
semangat yang kalian berikan.
4. Pheni Chalid Ph.D, selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah banyak
sekali meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu penulis
menyelesaikan penelitian ini. Diskusi kita sangat bermanfaat dan berarti buat
saya. Terimakasih banyak Pak Pheni, semoga Allah selalu melindungi Bapak
dan keluarga.
5. Seluruh Dosen Ekonomi Pembangunan atas ilmunya yang diberikan selama
penulis melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang membantu penulis mengurus
segala urusan akademik mulai dari masa perkuliahan hingga penyusunan
skripsi.
7. Para sahabat dan senior Nia, Lina, Bang Jambul, Kak Windi, Wiwid, Roro,
Bang Didi, Dita, Ayu, Oki dan Yusran Rafiqie. Terimakasih atas semangat dan
waktu luangnya untuk menghibur penullis selama proses penyelesaian skripsi
ini. Semoga kita tetap terus bersilaturahmi kedepannya.
8. Bapak/Ibu pemulung yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk
diwawancari dan megnisi angket. Terimakasih Bapak/Ibu atas kerjasamanya
semoga Allah membalas kebaikan hati kalian.
9. Teman-teman angkatan EP 2013. Terimakasih banyak atas kenangannya
selama 4 tahun ini. Semoga perjuangan kalian berbuah manis dan kita tetap
saling bersilaturahim satu sama lain.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam
vi
mencapai kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 9 Agustus 2017
CLARATANTI NOVIA
vii
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................................ i
Abstract......................................................................................................................................... ii
Abstrak......................................................................................................................................... iii
Kata Pengantar ........................................................................................................................... iv
Daftar Isi ...................................................................................................................................... vii
Daftar Tabel ................................................................................................................................ xi
Daftar Gambar............................................................................................................................ xiv
Daftar Lampiran ......................................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 8
viii
C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 11
A. Landasan Teori ........................................................................................................... 11
1. Kesejahteraan ....................................................................................................... 11
a. Pengertian Kesejahteraan ............................................................................... 11
b. Persoalan Kesejahteran ................................................................................... 13
c. Indikator Kesejahteraan ................................................................................. 14
2. Pemulung ............................................................................................................. 21
3. Ekonomi Keluarga ............................................................................................... 23
4. Pendidikan ............................................................................................................ 24
5. Kesehatan ............................................................................................................. 27
6. Gaji Petugas Kebersihan di Dunia ........................................................................ 28
B. Peneltian Terdahulu ...................................................................................................30
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................................................39
1. Kerangka Umum...................................................................................................39
2. Kerangka Hubungan Antar Variabel..................................................................... 42
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................................................44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................................ 45
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................................... 46
ix
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................................................. 47
1. Preliminary Study ...................................................................................................... 47
2. Studi Lapangan .......................................................................................................... 48
3. Jenis Data ................................................................................................................... 50
D. Metode Analisis Data ....................................................................................................... 51
E. Operasional Variabel ........................................................................................................ 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 58
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................................. 58
1. Gambaran Umum Kota Depok ................................................................................... 58
2. Gambaran Umum Pemulung Dalam Penelitian .......................................................... 62
3. Karakteristik Profil Responden .................................................................................. 65
B. Hasil Uji Data Penelitian .................................................................................................71
1. Hasil Uji Kualitas Data .............................................................................................. 71
2. Hasil Uji Tabulasi Silang ........................................................................................... 76
3. Hasil Tabel Komparatif............................................................................................... 84
4. Hasil Korelasi Spearman Rank .................................................................................. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 91
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 91
B. Saran ................................................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 94
x
LAMPIRAN.................................................................................................................................98
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Pencapaian Target MDGs 2
2.1 Penelitian Terdahulu 36
3.1 Kriteria Korelasi 54
3.2 Operasional Variabel 57
4.1 Jumlah Kecamatan, Kelurahan, Penduduk dan Luas Wilayah
Kota Depok 59
4.2 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera
Kota Depok 60
4.3 Jumlah Penyandang Masalah Sosial dan Kesejahteraan di Kota
Depok 61
4.4 Pendidikan Terakhir Responden 66
4.5 Penghasilan per Bulan 67
4.6 Usia Responden 68
xii
Nomor Keterangan Halaman
4.7.1 Pola Kerja Responden (Jumlah jam kerja dalam sehari) 69
4.7.2 Pola Kerja Responden (Frekuensi memulung dalam seminggu) 70
4.7.3 Pola Kerja Responden (Jumlah keluarga yang ikut saat memulung)71
4.8 Hasil Uji Validitas Tingkat Ekonomi Keluarga 72
4.9 Hasil Uji Validitas Kualitas Pendidikan 73
4.10 Hasil Uji Validitas Tingkat Kesehatan 73
4.11 Hasil Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pemulung 74
4.12 Hasil Uji Reliabilitas 75
4.13 Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat
Kesehatan (No.1) 76
4.14 Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Pemulung (No.13) 77
4.15 Hasil Tabulasi Silang Tipe Pemulung dengan Kualitas Pendidikan
(No.3) 79
4.16 Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Pemulung (No.4) 80
xiii
4.17 Hasil Tabulasi Silang Pola Kerja (Keluarga Ikut) dengan
Tingkat Ekonomi Keluarga (No.5) 80
4.18 Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Pendidikan
Terakhir 82
4.19 Jumlah Pemulung 84
4.20 Pendidikan Terakhir Pemulung 86
4.21 Penghasilan per Bulan Pemulung 87
4.22 Hasil Pengujian Korelasi Spearman Rank 87
4.23 Pengujian Hubungan Antar Variabel 88
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Umum 41
2.2 Kerangka Hubungan Antar Variabel 43
4.1 Wawancara dengan Pemulung Luar TPA 64
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Kuesioner Penelitian 99
2 Data mentah hasil jawaban angket penelitian
(Tingkat Ekonomi Keluarga) 106
Data mentah hasil jawaban angket penelitian
(Kualitas Pendidikan) 107
Data mentah hasil jawaban angket penelitian
(Tingkat Kesehatan) 108
Data mentah hasil jawaban angket penelitian
(Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pemulung) 109
3 Uji Validitas dan Reliabilitas (Tingkat Ekonomi Keluarga) 110
Uji Validitas dan Reliabilitas (Kualitas Pendidikan) 112
Uji Validitas dan Reliabilitas (Tingkat Kesehatan) 114
Nomor Keterangan Halaman
xvi
Uji Validitas dan Reliabilitas (Tingkat Kesejahteraan
Keluarga Pemulung) 116
4. Wawancara dengan Pemulung 119
Truk Pengangkut Sampah di Australia 119
Truk Pengangkut Sampah di Indonesia 120
TPA Cipayung Depok 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mengalami perubahan yang cukup besar dalam proses
reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik era tahun 1990an.
Setelah proses perubahan itu, para pimpinan dunia bertemu di New York
bertemu dan berkomitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan
pemberantasan kemiskinan dengan menandatangani “Deklarasi Milennium”
atau yang disebut MDG (Millennium Development Goals). Deklarasi ini
memiliki delapan butir kebijakan yang akan membantu negara-negara
berkembang dalam mempercepat proses pembangunan negaranya yang pada
akhirnya bertujuan mensejahterakan masyarakatnya. Delapan butir kebijakan
MDG yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mewujudkan
pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan
kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS ; malaria serta penyakit lainnya,
memastikan kelestarian lingkungan, dan mengenalkan hubungan global untuk
pembangunan.
Namun sampai dengan tahun 2011 Indonesia gagal melaksanakan
beberapa program MDGs yang sudah dibentuk, tiga diantaranya adalah
persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, proporsi
2
penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum,
proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
Tabel 1.1
Tinjauan Status Pencapaian MDGs di Indonesia
Sumber: Laporan BAPPENAS (2011)
Dengan gagalnya MDGs di Indonesia, maka dibentuklah Sustainable
Development Goals (SDGs) untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi, sosial
dan lingkungan. SDGs memiliki batas waktu dan target tertentu yang harus
dicapai hingga akhir 2030. Terdapat 17 tujuan dengan 169 target dan 240
indikator yang terukur. 17 tujuan tersebut adalah:
1. Penghapusan kemiskinan
No Indikator AcuanDasar
2011 TargetMDGs(2015)
Status
1 Persentase pendudukyang hidup di bawahgaris kemiskinannasional
15,10%(1990)
12,49% 7,55% PerluPerhatianKhusus
2 Proporsi pendudukdengan asupan kalori dibawah tingkat konsumsiminimum- 1400Kkal/kapita/hari 17,00%
(1990)14,65% 8,50% Perlu
PerhatianKhusus
- 2000Kkal/kapita/hari 64,21%(1990)
60,03% 35,32% PerluPerhatianKhusus
3 Proporsi rumah tanggakumuh perkotaan
20,75%(1993)
12,57% 6% PerluPerhatianKhusus
3
2. Penghapusan kelaparan
3. Kesehatan dan kesejahteraan
4. Pendidikan berkualitas
5. Kesetaraan Gender
6. Air bersih dan sanitasi
7. Energi bersih dan terjangkau
8. Pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak
9. Infrastruktur tangguh, industri inklusif dan inovatif
10. Penurunan kesenjangan
11. Kota inklusif dan berkelanjutan
12. Konsumsi dan produksi berkelanjutan
13. Perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana
14. Pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem laut
15. Pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat
16. Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang kokoh
17. Kemitraan untuk semua tujuan pembangunan
Menurut Institute for Development of Economics and Finance
(INDEF) Indonesia pada tahun 2015 sempat mengalami penurunan
kesejahteraan. Ada empat indikator yang bisa dijadikan landasan penurunan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pertama, terjadinya perlambatan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Kedua, tingginya tingkat inflasi terutama untuk
kelompok makanan. Ketiga, gagalnya kebijakan dan program pemerintah
4
dalam menjaga daya beli masyarakat. Keempat, lemahnya langkah pemerintah
dalam mengantisipasi dampak dari kenaikan harga BBM (Bahan Bakar
Minyak) dan dilepasnya harga BBM, gas dan listrik ke dalam mekanisme
pasar.
Hal ini berdampak pada banyak sektor pembangunan. Berbagai hal
dilakukan pemerintah untuk menanggulangi segala penurunan yang terjadi.
Selain itu masih belum optimalnya pengolahan sumber daya yang dimiliki
juga menjadi faktor tidak langsung dari penyebab penurunan kesejahteraan
Indonesia. Baik dalam mengelola sumber daya manusia maupun sumber daya
alamnya. Indonesia termasuk negara yang berkembang masih mengalami
kesulitan dalam mengolah sumber daya manusia yang melimpah. Berbagai
cara dilakukan dalam menciptakan pasar tenaga kerja namun hal tersebut
masih belum dapat menyelesaikan persoalan kelebihan tenaga kerja.
Akibatnya munculah sektor informal sebagai sektor pembantu yang mengolah
sumber daya manusia yang berlebih. Di sektor informal ini tenaga kerja yang
latar belakang pendidikan rendah, modal sedikit dan keterampilan terbatas
dalam mengolah keterampilan dan modal yang dimiliki.
Hans-Dieter Evers dalam Chalid (2009), “menyebut kegiatan ekonomi
di sektor informal ini sebagai ekonomi bayangan atau ekonomi bawah tanah
(underground economy) karena masalah mendasar yang sering dipertanyakan
adalah apakah dalam kegiatan tersebut berlaku kaidah-kaidah ekonomi seperti
yang terdapat dalam ekonomi resmi, dan karena bersifat sebagai kegiatan
5
ekonomi rumah tangga, jual-beli yang tidak terdaftar resmi pada dinas pajak,
wanita yang bekerja tidak dibayar, penggelapan pajak, pekerja gelap, dan
berbagai kegiatan ekonomi lainnya yang bertentangan dengan praktek
ekonomi legal”.
Selain itu, tingginya urbanisasi yang terjadi di kota-kota penyangga
Ibukota juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sonny Harry
(2011) seorang pakar Demografi UI menyatakan bahwa tujuan utama
urbanisasi bukan lagi Jakarta melainkan Depok dan Bekasi. Hal ini menarik,
karena migran yang masuk ke Jakarta hanya sebesar 7% sedangkan yang
masuk ke Depok dan Bekasi sebesar 15% dalam lima tahun terakhir.
Penyebabnya adalah ekspektasi para migran mengenai ketersediaan lapangan
kerja di Jakarta tidak sesuai harapan. Disamping itu karena latar belakang
pendidikan mereka yang tidak sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan di
Jakarta serta lahan untuk tinggal yang tidak tersedia, akhirnya mereka beralih
ke daerah sekitar Jakarta dan bekerja di sektor informal. Seperti buruh, tukang
bakso, tukang jamu, bahkan pemulung.
Setiap tahun penduduk Kota Depok terus bertambah, 60% penduduk
Kota Depok tahun 2016 disumbang dari migrasi sisanya kelahiran. Hal ini
dikarenakan letak Kota Depok yang berbatasan langsung dengan Ibukota DKI
Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan memiliki daya tarik tersendiri bagi
pendatang.
6
Dengan peningkatan penduduk yang selalu bertambah hingga
berjumlah 2.106.100 jiwa pada tahun 2016, Kota Depok juga mengalami
permasalahan sampah. Kota Depok setiap harinya menghasilkan sampah
sebesar 1.200 ton/hari. Sedangkan sampah yang mampu diangkut 800 ton per
hari. Sisanya masih dibuang secara liar, dibakar dan dijadikan kompos. Dari
500.000 warga Kota Depok baru 5% yang melakukan pemilahan sampah.
Depok memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang bernama
TPA Cipayung. TPA ini berlokasi di Kecamatan Cipayung, Kota Depok
dengan lahan seluas 11 ha dan mempunyai 3 kolam penampungan sampah di
dalamnya. TPA ini beroperasi sejak 1985 dengan menggunakan Controlled
Landfill dalam sistim pengolahan sampahnya. Fasilitas yang tersedia di TPA
Cipayung adalah sebuah bangunan kantor operasional dan 120 armada
pengangkut sampah. TPA ini beroperasi hari Senin-Sabtu. Peningkatan
volume sampah yang masuk terjadi semenjak dua tahun lalu, diantara
penyebabnya adalah terjadinya peningkatan penduduk yang datang ke Kota
Depok.
Pada tahun 2015 satu diantara tiga kolam penampungan sampah TPA
Cipayung jebol karena sudah overload. Hal itu terjadi pada saat musim hujan,
beban air hujan yang tidak dapat ditampung oleh kolam penampungan jebol.
Pemkot Depok berencana membangun kolam penampungan baru seluas 5000
m2 diatas lahan Pemkot Depok. Kolam ini disiapkan untuk menampung
sampah warga Kota Depok sekitar setahun ke depan. Pemkot Depok terus
7
berupaya mendorong pembangunan TPA Nambo yang berada di Bogor agar
segera beroperasi.
Disamping dampak negatif yang ditimbulkan TPA Cipayung, yaitu
polusi udara. Terdapat dampak positif yang dirasakan masyarakat yang
tinggal di sekitar TPA Cipayung. Beberapa masyarakat sekitar menjadikan
TPA Cipayung sebagai lahan mengumpulkan rupiah dengan cara memulung
sampah yang sudah menggunung, karena tempat tersebut adalah tempat
pembuangan akhir maka jumlah sampah yang didapatkan dalam sehari pun
cukup banyak. Jumlah pemulung yang memulung di TPA Cipayung hingga
saat ini kurang lebih 100 orang.
Selain di TPA Cipayung, pemulung yang berada di luar TPA
Cipayung jumlahnya lebih banyak. Rata-rata pemulung yang berada di luar
TPA Cipayung berasal dari luar daerah. Pemulung di luar TPA biasanya
berkeliling di daerah pemukiman warga, pasar bahkan kali serta sungai.
Mereka juga di fasilitasi tempat tinggal atau biasa disebut “lapak” oleh bos
lapak mereka.
Seringkali pekerjaan memulung dipandang sebelah mata karena
pekerjaan mereka yang berkaitan dengan sampah. Namun, secara tidak
langsung peran pemulung membantu pabrik-pabrik besar dalam mengolah
bahan baku yang berasal dari plastik, kertas, kardus dan lainnya. Bahkan
pemulung sendiri pun kurang menyadari perannya dalam mengolah sampah
terutama sampah anorganik yang sulit terurai tanah.
8
Alasan mereka memulung karena latar belakang pendidikan yang
rendah dan kalah saing dengan pasar tenaga kerja yang diminta. Rata-rata
pemulung yang berada di lapak tersebut berada dari luar daerah (rantau),
mereka akan kembali ke kampungnya jika masa panen tiba dan kembali lagi
ke lapak pada saat panen selesai. Karena penghasilan dari memulung sangat
minim maka rata-rata dari mereka mempunyai pekerjaan sampingan seperti
menggali kubur atau ikut mengangkut sampah dari RT ke RT. Untuk
menopang ekonomi keluarga, anggota keluarga pun terkadang ikut membantu
memulung. Selain itu banyak dari anggota keluarga pemulung yang bekerja
sebagai buruh cuci atau buruh kasar lainnya .
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, kegiatan pengolahan sampah
tidak bisa dipisahkan dari kontribusi pemulung sebagai individu pertama
yang membantu proses daur ulang. Karena pekerjaan mereka yang
berhubungan dengan sampah, tempat tinggal kumuh, tingkat pendidikan
rendah seringkali mereka dipandang sebelah mata bagi masyarakat umum.
Latar belakang mereka yang tidak memenuhi persyaratan tenaga kerja formal
menyebabkan mereka terpental dari struktur tenaga kerja formal. Banyak
upaya yang mereka lakukan untuk mencukupi dan menghidupi keluarga
mereka agar tetap bertahan hidup.
Memulung adalah pekerjaan yang tidak membutuhkan modal besar,
hanya niat dan kemauan yang besar untuk melakukan pekerjaan ini. Namun,
9
dengan pekerjaan ini tidak menjamin kesejahteraan mereka membaik. Pada
nyatanya terjadi perbedaan pendapatan antara pemulung yang berada di Kota
Depok. Daerah yang dijadikan sebagai studi kasus dalam penelitian adalah
Kota Depok baik di dalam TPA Cipayung maupun diluar TPA Cipayung.
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, maka
dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Seberapa jauh hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pemulung Kota Depok?
2. Seberapa jauh hubungan kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan
keluarga pemulung Kota Depok ?
3. Seberapa jauh hubungan tingkat kesehatan dengan tingkat kesejahteraan
keluarga pemulung Kota Depok?
4. Apa perbedaan antara pemulung di luar TPA Cipayung dengan di dalam
TPA Cipayung?
B. Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk menggambarkan hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan
tingkat kesejahteraan keluarga pemulung Kota Depok.
2. Untuk menggambarkan hubungan kualitas pendidikan dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pemulung Kota Depok.
3. Untuk menggambarkan hubungan tingkat kesehatan dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pemulung Kota Depok.
10
4. Untuk menggambarkan perbedaan antara pemulung di luar TPA Cipayung
dengan di dalam TPA Cipayung.
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah dapat memberikan
kontribusi kepada :
1. Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan mengenai penataan dan
pengelolaan agar kesejahteraan keluarga pemulung lebih diperhatikan.
Karena mayoritas pemulung yang berada di Kota Depok lebih banyak
tinggal di luar TPA dengan pendapatan yang minim.
2. Memberikan wawasan dan gambaran kepada pembaca mengenai
kehidupan pemulung di Kota Depok. Serta sebagai bahan acuan dalam
penelitian selanjutnya terutama yang menyangkut indikator kesejahteraan
pemulung.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kesejahteraan
a. Pengertian Kesejahteraan
Beragam definisi kesejahteraan yang dipaparkan para ahli sosial.
Karena kesejahteraan pada dasarnya bersifat relatif. Penilaian sejahtera
seseorang terhadap kehidupan dirinya maupun orang lain pun berbeda.
Tergantung dari ukuran individu tersebut menetapkan sebuah kondisi yang
sejahtera. Banyak individu yang memiliki pekerjaan sama, gaji sama, umur
sama, jumlah anggota keluarga sama namun tingkat kesejahteraan mereka
berbeda. Selain itu, individu dengan profesi pekerjaan yang lebih baik, gaji
lebih tinggi, tempat tinggal yang nyaman dibangingkan dengan individu yang
profesi pekerjaan biasa saja, gaji hanya sebatas UMK (Upah Minimum
Kabupaten/Kota) dan tempat tinggal yang masih kredit bisa saja tingkat
kesejahteraan mereka berbeda.
Hal ini disebabkan, kesejahteraan mencakup semua aspek baik aspek
fisik maupun non fisik. Kesejahteraan adalah tercukupinya kebutuhan dasar
(sandang, pangan, papan), rasa aman, kesehatan yang baik bahkan
kebahagiaan sebuah individu
Dimensi kesejahteraan keluarga sangat luas dan kompleks. Taraf
kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat (fisik dan kesehatan)
12
tapi juga yang tidak dapat dilihat (spiritual). Oleh karena itu, terdapat
beberapa istilah yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan
keluarga (Puspitawati, 2005), sebagai berikut:
1. Economical well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi; indikator yang
digunakan adalah pendapatan (GNP (Gross National Product), GDP
(Gross Domestic Product), pendapatan per kapita per bulan, nilai asset).
2. Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial;indikator yang digunakan
diantaranya tingkat pendidikan (SD atau MI, SMP atau MTs, SMA atau
MA, PT; pendidikan non-formal Paket A, B, C; melek aksara atau buta
aksara) dan status dan jenis pekerjaan (white collar = elit/ profesional,
blue collar = proletar/ buruh pekerja; punya pekerjaan tetap atau
pengangguran).
3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik; indikator yang digunakan
adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas tingkat morbiditas.
4. Psychological/ spiritual mental, yaitu kesejahteraan psikologi; indikator
yang digunakan adalah sakit jiwa, tingkat stres, tingkat bunuh diri, tingkat
perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal (perkosaan, pencurian/
perampokan, penyiksaan/ pembunuhan, penggunaan narkoba/ NAPZA
(Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif), perusakan), tingkat kebebasan
seks.
13
a. Persoalan Kesejahteraan
Pada dasarnya tercapainya kesejahteraan bagi setiap individu dilihat
dari orientasi hidup dan ukuran individu (umur, motivasi dan ekonomi).
Belum tentu sesama mahasiswa memiliki tingkat sejahtera yang sama. Jika
mahasiswa A memiliki usaha hijab dengan penghasilan diatas Rp 5.000.000
dibandingkan dengan mahasiswa B yang belum memiliki pekerjaan. Dari segi
umur mereka sama, namun dari segi motivasi, ekonomi ada tingkat
kesejahteraan yang berbeda.
Disebut sejahtera jika ia mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Jika
ia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar maka individu tersebut
mengalami disfungsi sejahtera. Sejahtera tidak hanya diukur dari terpenuhinya
kebutuhan fisik, terpenuhinya kebutuhan biologis pun dapat dikatakan
sejahtera seperti kebutuhan dasar (sandang, pangan dan papan), kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang. Kebutuhan
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Jika kebutuhan dasar saja tidak
dapat terpenuhi, individu tersebut akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
lainnya.
Kesejahteraan rakyat pada suatu negara tidak lepas dari peran
pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Pemerintah sebagai pembuat
kebijakan, pemberi pelayanan sosial, perlindungan sosial harus dapat memberi
hal-hal tersebut kepada rakyatnya secara adil. Mulai dari anak kecil, orang
tua, orang miskin hingga orang kaya. Kekurangan negara dalam menangani
14
masalah kesejahteraan adalah seringkali pemerintah memberikan bantuan
bersifat fisik. Di sisi lain, kebutuhan non fisik lebih berdampak positif pada
kesejahteraan rakyat.
Secara khusus, pemulung adalah PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial) yang sangat sulit untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Karena beberapa keterbatasan yang mereka miliki,
diantaranya pengetahuan dan keterampilan pada sektor formal, akses untuk
mendapatkan pekerjaan, modal dan keterbatasan informasi pasar kerja.
b. Indikator Kesejahteraan
Kesejahteraan memang sebuah hal yang relatif tingkatannya bagi
setiap individu. Namun, negara mempunyai kebijakan makro untuk
meningkatkan kualitas hidup warga negaranya dengan cara menetapkan
indikator kesejahtaraan.
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
memiliki beberapa tahapan dan indikator untuk mengukur tingkat
kesejahteraan keluarga. Pada tahun 2005 BKKBN memberlakukan indikator
keluarga sejahtera baru, berikut ini adalah tahapan dan indikatornya (Euis,
2006: 68-70) :
1. Keluarga Pra-KS
a) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing
anggota keluarga
15
b) Pada umumnya seluruh anggota makan dua kali sehari atau
lebih
c) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk di
rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
d) Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah
e) Bila anak sakit dana tau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber-
KB dibawa ke sarana kesehatan
2. Keluarga KS-I
f) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih
g) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk di
rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
h) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan
dinding yang baik
i) Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana
kesehatan
j) Bila anak sakit dana tau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber-
KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi
k) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah
3. Keluarga KS-II
l) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya
16
m) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga
makan daging/ikan/telur
n) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian dalam setahun
o) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni 1
rumah
p) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga
dapat melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing
q) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan
r) Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulis
latin
s) Pasangan usia subur dengan anak 2 atau lebih menggunakan
alat/obat kontrasepsi
4. KS-III
t) Keluarga berupaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
u) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang
maupun barang
v) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi
w) Keluarga serimg ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal
17
x) Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/TV
5. Keluarga KS-III PLUS
y) Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial
z) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosisal/yayasan/institusi masyarakat
BPS sebagai lembaga resmi statistik pun mempunyai indikator
kesejahteraan yang bertujuan untuk mengukur perkembangan kesejahteraan
rakyat Indonesia (BPS, 2016). Terdapat delapan bidang yang dijadikan
sebagai tolak ukur kesejahteraan BPS yaitu kependudukan, kesehatan dan
gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan
lingkungan, kemiskinan serta sosial lainnya.
1) Kependudukan
Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan
penduduknya yang dipengaruhi oleh kualitas sumber daya
manusia. Jumlah penduduk yang besar apabila tidak diimbangi
dengan kualitas penduduk akan menjadi kendala pembangunan.
Pengendalian jumlah penduduk diperlukan untuk mencegah
ledakan penduduk yang dapat berdampak buruk pada
kesejahteraan rakyat. Jumlah penduduk yang besar berarti lebih
banyak kebutuhan akan fasilitas dasar seperti tempat tinggal,
18
sekolah dan rumah sakit. Selain itu, jumlah penduduk yang besar
juga berarti banyak lapangan pekerjaan yang dibutuhkan.
2) Kesehatan dan Gizi
Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting untuk
menggambarkan mutu pembangunan manusia suatu wilayah.
Semakin sehat kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin
mendukung proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu
negara/wilayah semakin baik. Pada akhirnya hasil dari kegiatan
perekonomian adalah tingkat produktivitas penduduk suatu
wilayah dapat diwujudkan. Upaya pemerintah melalui
programprogram pembangunan yang telah dilakukan diantaranya
meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas,
merata serta terjangkau.
3) Pendidikan
Beberapa indikator output yang dapat menunjukkan kualitas
pendidikan SDM antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Tingkat
Pendidikan, Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi
Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Indikator input
pendidikan salah satunya adalah fasilitas pendidikan. Pemerataan,
akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga
19
negara Indonesia memiliki kecakapan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya.
4) Ketenagakerjaan
Berbagai masalah bidang ketenagakerjaan yang dihadapi
pemerintah antara lain tingginya tingkat pengangguran, rendahnya
perluasan kesempatan kerja yang terbuka, rendahnya kompetensi
dan produktivitas tenaga kerja, serta masalah pekerja anak.
Beberapa indikator yang menggambarkan ketenagakerjaan antara
lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT), persentase pengangguran menurut
tingkat pendidikan, persentase penduduk yang bekerja menurut
kelompok lapangan usaha, persentase pekerja menurut kelompok
upah/gaji/pendapatan bersih dan persentase pekerja anak.
5) Taraf dan Pola Konsumsi
Salah satu indikator yang dapat menggambarkan keadaan
tingkat kesejahteraan penduduk adalah dengan melihat
pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga dibedakan
menurut kelompok makanan dan non makanan. Semakin tinggi
tingkat pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari
pengeluaran makanan ke pengeluaran non makanan.
20
6) Perumahan dan Lingkungan
Rumah merupakan satu diantara kebutuhan primer, kebutuhan
yang paling mendasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia sekaligus merupakan faktor penentu indikator
kesejahteraan rakyat. Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga
dapat menunjukkan status sosial seseorang, yang berhubungan
positif dengan kualitas/kondisi rumah. Selain itu, rumah juga
merupakan sarana pengamanan dan pemberian ketentraman hidup
bagi manusia dan menyatu dengan lingkungannya. Kualitas
lingkungan rumah tinggal memengaruhi status kesehatan
penghuninya.
7) Kemiskinan
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
perbulan di bawah garis kemiskinan (BPS, 2016). Oleh sebab itu,
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019, pemerintah menargetkan tingkat kemiskinan
menurun 7-8 persen.
21
8) Sosial Lainnya
Perkembangan zaman telah memaksa masyarakat untuk
beradaptasi terhadap semua perubahan-perubahan yang terjadi,
baik perubahan ke arah positif maupun negatif. Tingkat kebutuhan
mulai mengalami pergeseran, dari kebutuhan sekunder atau tersier
menjadi kebutuhan primer, seperti berlibur atau berwisata,
eksistensi di tengah masyarakat, dan mengakses teknologi
informasi dan komunikasi.
1. Pemulung
Pemulung berdasarkan PERMENSOS RI No. 8 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS) adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan cara
memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas yang berada di berbagai
tempat pemukiman pendudukan pertokoan dan/atau pasar-pasar yang
bermaksud untuk didaur ulang atau dijual kembali, sehingga memiliki nilai
ekonomis. Kriteria pemulung ada dua, yaitu:
a. Tidak mempunyai pekerjaan tetap; dan
b. Mengumpulkan barang bekas.
Pemulung menurut Shalih (2003: 29) dalam jurnal sosial ekonomi
komunitas pemulung di TPA Lubuk Minturun adalah orang yang memungut,
mengambil, mengumpulkan dan mencari sampah, baik perorangan atau
22
kelompok. Pekerjaan pemulung sering dianggap sebelah mata karena
berhubungan dengan sampah. Disisi lain, pemulung sangat berperan dalam
pengurangan sampah, terutama sampah anorganik. Karena sampah yang
mereka pilah akan dijual kepada pemilik lapak dan diolah kembali menjadi
barang siap pakai.
Pemulung merupakan pelaku pertama dalam proses daur ulang.
Pemulung tidak menyadari perannya dalam mengurangi beban sampah kota,
karena menurut mereka pekerjaan yang mereka lakukan semata-mata hanya
untuk menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan pendapatan jauh dibawah UMK sebesar Rp 3.297.489, para pemulung
ini banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tempat tinggal yang
mereka tinggali hanya petakan-petakan sempit yang jauh dari kata layak.
Konsumsi makanan sehari-hari seadanya pun jauh dari standar bergizi.
Pemulung terdiri dari dua jenis yaitu pemulung lepas dan pemulung
yang bekerja tergantung pada bandar. Pemulung berbandar hanya boleh
menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi tempat tinggal
atau lapak kepada pemulung, biasanya diatas tanah yang ditempati pemilik
lapak atau dimana terletak tempat penampungan barangnya..
Hubungan antara pemulung yang satu dengan pemulung lainnya
terjalin baik. Karena mereka memiliki kesepakatan untuk saling menjaga,
menghargai dan percaya. Dalam pola kerja mereka tidak ada pembatasan yang
mengikat, mereka hanya perlu saling menghargai dan pengertian antara
23
pemulung lainnya. Sedangkan hubungan pemulung dengan pengepul berjalan
baik walaupun tidak adanya kepastian harga pada saat penyetoran barang
yang mereka kumpulkan. Hubungan ini didasari dengan adanya kepercayaan
antara mereka.
2. Ekonomi Keluarga
Ekonomi keluarga terdiri dari dua suku kata yaitu ekonomi dan
keluarga. Ekonomi adalah perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Keluarga adalah kelompok
kecil dalam masyarakat yang disatukan dalam hubungan darah dan terdiri dari
ayah, ibu, dan anak.
Definisi ekonomi keluarga adalah sebuah tingkah laku serta upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan keluarganya melalui kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang yang bertanggung jawab atas nafkah dalam keluarga
tersebut. Seseorang yang bertanggung jawab menjadi tulang punggung
keluarga tersebut harus bertanggung jawab bukan hanya dari segi pendapatan
melainkan dari rasa aman, tentram dan bahagia.
Tingkat sosial ekonomi keluarga terjadi dengan sendirinya. Terdapat
tiga tingkatan sosial ekonomi keluarga yaitu tinggi, menengah dan rendah.
Biasanya bagi ekonomi keluarga yang tingkatnya tinggi mudah dalam
menggunakan dan mencapai fasilitas yang tersedia dan yang diinginkan.
Berbeda dengan tingkat sosial yang menengah dan rendah, mereka harus
berusaha bahkan tidak dapat merasakan fasilitias yang tersedia.
24
Faktor-faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi keluarga yaitu
kemiskinan, pengangguran, tidak adanya tempat tinggal dan terlalu banyak
penghuni dalam satu rumah sehingga tidak ada cara untuk berisitrahat dengan
baik. Unsur-unsur yang menghambat sosial ekonomi keluarga terdapat empat
masalah, yaitu:
a. Sumber penghasilan
b. Besarnya penghasilan
c. Besarnya jumlah anggota keluarga
d. Penggunaan penghasilan keluarga
3. Pendidikan
“Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar peluang
mobilitias yang dimilikinya dalam aktivitas ekonomi yang berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan ekonominya”. (Chalid, 2005:101).
Dalam kegiatan ekonomi, perusahaan-perusahaan industri modern atau
sektor formal akan mepersyaratkan tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai strata
pendidikan yang dimiliki calon tenaga kerja. Maka dari itu, pendidikan
merupakan modal dan berperan penting terhadap keberhasilan individu
memasuki persaingan bursa kerja. (Chalid, 2005 : 101-102).
Bagi negara berkembang, pendidikan termasuk hal utama dalam
menyukseskan pembangunan negara. Banyak cara yang dilakukan pemerintah
agar terjadinya pemerataan pendidikan di Indonesia yaitu dengan
25
melaksanakan wajib belajar 9 tahun. Namun tidak meratanya program
pemerintah yang dilaksanakan lebih sering dirasakan oleh kaum marginal
yang tingkat kesejahteraan pendapatannya dibawah rata-rata provinsi.
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah proses pembudayaan
yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam
masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud
memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran
hidup kemanusiaan.
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan
usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu
mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak
mulia, kecerdasan dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan
masyarakat.
Menurut Syah dalam buku Chandra (2009: 33) dikatakan bahwa
pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang mempunyai arti memelihara
dan memberi latihan. Kedua hal tersebut memerlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan tentang kecerdasan pikiran. Pengertian pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
26
Peranan lingkungan dan keluarga mempunyai peranan penting dalam
memajukan prestasi pendidikan seorang anak. Hal ini disebabkan dalam
proses pendidikan terjadi interaksi antar individu dalam sebuah lingkungan
pendidikan. Pelaksanaan pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Pendidikan Formal
b. Pendidikan Informal
c. Pendidikan Non Formal
Namun yang memegang peranan penting dalam lingkungan
pendidikan adalah keluarga. Keluarga adalah tempat bermulanya pendidikan
terjadi. Orangtua harus bertanggung jawab dan memperhatikan perkembangan
anak mereka secara baik. Dukungan orangtua terhadap pendidikan anak akan
sangat berpengaruh terhadap prestasinya. Dukungan mental dan fisik sangat
diperlukan dalam pendidikan di lingkungan keluarga.
Proses memanusiakan manusia melalui pendidikan harus sangat
diperhatikan oleh keluarga. Keluarga sebagai proses awal terbentuknya
pendidikan tidak boleh menyepelekan kualitas pendidikan. Kondisi keluarga
akan mempengaruhi prestasi yang diraih anak tersebut. Keluarga yang
berpendidikan akan menghasilkan pola asuh yang berbeda terhadap anaknya.
Menurut BKKBN tahun 1996 dalam Euis (2006:21) keluarga sebagai
institusi utama dalam pengembangan SDM dilandasi oleh kenyataan bahwa di
keluargalah aktivitas utama kehidupan berlangsung. Peran keluarga yang
berhubungan dengan fungsi ekonomi menjadi penting sebagai cerminan daya
27
beli keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian,
tempat berteduh, memperoleh pendidikan, dan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan. Peran keluarga yang berhubungan dengan fungsi cinta kasih juga
sangat berperanan dalam memberikan lingkungan psikologi yang sehat bagi
semua anggota keluarga untuk tumbuh dan berkembang mencapai potensi
optimum. Dalam perspektif itulah salah satu gerakan pembangunan keluarga
sejahtera dilakukan melalui optimalisasi fungsi keluarga.
4. Kesehatan
Memulung mempunyai risiko yang tinggi untuk terkena penyakit.
Karena lingkungan kerja mereka berada disekitar sampah bahkan tempat
tinggal mereka pun tidak jauh dari sampah yang mereka kumpulkan. Dengan
kondisi tempat tinggal dan lingkungan kerja yang kotor, banyak peluang
mereka terjangkit penyakit pernafasan, pencernaan, kulit dan lain-lain.
Kesehatan menurut WHO (World Health Organization) tahun 1948
adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan
hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Definisi WHO tentang sehat
mempunyai beberapa karakteristik yang dapat meningkatkan konsep sehat
yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) sebagai berikut :
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal
dan eskternal.
c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
28
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah :
a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak
b. Meningkatnya pengendalian penyakit
c. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui
Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
e. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
f. Menningkatkan reponsivitas sistem kesehatan
5. Gaji Petugas Kebersihan di Dunia
Di Indonesia pekerjaan seperti petugas kebersihan, supir sampah
dan pemulung seringkali dipandang sebelah mata karena pekerjaan
mereka berhubungan dengan sampah dan bau yang menyengat. Selain
dipandang sebelah mata, gaji untuk pekerjaan ini terbilang pas-pasan
bahkan kecil.
29
Menurut Statistik Negara Kanada, gaji untuk petugas kebersihan
sebesar $55,407 per tahun. Jika di konversikan ke rupiah setara dengan Rp
737.245.542 setahun atau sebulan adalah Rp 61.437.128.
Di New York, gaji untuk petugas kebersihan adalah $67,000 per
tahun, belum termasuk gaji lembur, bonus dan tunjangan lainnya. Jika
dikonversikan ke mata uang rupiah gaji mereka setahun adalah Rp
891.502.000 atau per bulannya Rp 74.291.833.
Dikutip dari sebuah website, pengelolaan sampah di negara Australia
sudah terkelola dengan baik. Di Australia sampah rumah tangga sudah
dipisahkan dalam 2 tempat berbeda. Satu tempat sampah umum (plastik,
sampah rumah tangga, sampah non recyclable) dan yang satunya lagi yang
dapat di daur ulang (kerdus, botol/wadah plastik, kertas). Sampah-sampah
ini harus dimasukkan ke tempat yang benar, jika tidak penghuni ditegur
oleh petugas bahkan sampahnya tidak diangkut.
Truk pengangkut sampah disana bentuknya tidak seperti di
Indonesia yang baknya terbuka. Disana bentuk truknya seperti tangka
dengan setir di kanan dan di kiri. Truk ini dilengkapi elevator yang
dioperasikan oleh supir. Sehingga petugas sampah sama sekali tidak
menyentuh sampah. Gaji petugas sampah di Australia sama besar dengan
gaji seorang operator tambang batu bara.
Fenomena seperti ini menandakan bahwa di negara maju, aspek
kesehatan sangat diperhatikan. Dimulai dari kebersihan dan petugasnya,
30
karena peran mereka dihargai oleh pemerintah dalam menjaga kebersihan
maka pemerintah tidak main-main dengan gaji yang dibayarkan. Selain
itu, di negara maju lebih banyak orang yang lebih memilih pekerjaan
dengan kemajuan teknologi dibandingkan menggunakan pekerjaan manual
seperti ini.
A. Penelitian Terdahulu
1. Hartika Vendriyani N (2015)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bagaimana cara pandang
keluarga pemulung di Kelurahan Limbungan Baru, Riau terhadap pendidikan.
Penelitian ini menggunakan metode analisisis kualitatif dengan teknik
purposive sampling. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 10 orang
pemulung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat nilai anak
yaitu nilai kasih sayang, nilai ekonomi, nilai keluarga besar dan nilai sosial.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi pendidikan anak dalam keluarga
pemulung yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
kemauan si anak untuk bersekolah, penghasilan orangtua dan pendidikan
orangtua. Faktor eksternal yaitu biaya dan keperluan sekolah, jarak yang
ditempuh untuk mendapatkan pendidikan, faktor lingkungan dan faktor
geografis.
Secara hasil, jurnal penelitian ini belum dapat digunakan sebagai
acuan karena sampel yang digunakan hanya sepuluh orang pemulung. Namun
31
secara kerangka berpikir, peneliti dapat menggunakan konsep tersebut sebagai
acuan penulisan.
2. Intan Silviana Mustikawati (2013)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi personal
hygiene pada pemulung di TPA Kedaung Wetan Tangerang tahun 2012.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan
jumlah sampel sebanyak 66 orang melalui purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 55 orang pemulung memiliki personal
hygiene yang baik dan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan dengan perilaku personal hygiene
pada pemulung di TPA Kedaung Wetan Tangerang.
Secara kajian teori, penelitian ini menjelaskan definisi variabel secara
baik dan lengkap. Namun secara hasil, penelitian ini tidak dapat dijadikan
acuan dalam penulisan penelitian ini karena variabel-variabel independent
yang diteliti tidak berhubungan dengan variabel dependent.
3. Fathia Rizky Ananda (2014)
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
sosial ekonomi terhadap pengeluaran konsumsi keluarga miskin di Desa
Gisikcemandi dan Desa Tambakcemandi Kecamatan Sedati Kabupaten
Sidoarjo, dimana secara wiayah dan karakteristik penduduknya masuk dalam
indikator kemiskinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
deskriptif dengan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian
32
menunjukkan bahwa pendapatan, jumlah anggota keluarga, pendidikan, dan
jam kerja mempengaruhi pengeluaran konsumsi keluarga miskin.
Kajian teori dalam jurnal penelitian ini sangat membantu penulis
dalam mengembangkan konsep pemikiran. Dalam penelitian ini, penulis
menerangkan variabel secara singkat dan jelas.
4. Elisabet Christina Hutagalung, Devi Nuraini Santi, Irnawati
Marsaulina (2015)
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan peran pemulung dalam
pengelolaan sampah dan timbulan sampah di TPA Terjun Kecamatan Medan
Marelan Kota Medan tahun 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis deskriptif kuantitatif dengan sampel sebanyak 30 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemulung tidak mengurangi volume timbulan
sampah yang berada di TPA Terjun Medan. Karena timbulan yang datang
setiap hari ke TPA ini sebanyak 3.868,57m3 sedangkan yang dikelola oleh
pemulung hanya sebesar 89,02m3.
Secara jumlah sampel penelitian dan metode pengumpulan data,
penelitian ini menginspirasi penulis untuk bahan penelitian seperti wawancara
serta penyebaran kuesioner kepada pemulung. Serta cara penulis
mendeskripsikan lokasi TPA Terjun Kota Medan yang cukup rinci.
5. Made Yustisa Putri Wiyatna (2015)
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kondisi kesejahteraan
pemulung mengetahui adakah perbedaan pendapatan pemulung laki-laki dan
33
perempuan, menganalisis pengaruh faktor sosial demografi dan aktivitas
ekonomi terhadap kesejahteraan keluarga pemulung, dan menganalisis
pengaruh faktor sosial demografi secara tidak langsung terhadap
kesejahteraan keluarga pemulung di Kota Denpasar. Hasil analisis uji beda
rata-rata menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata pendapatan antara
pemulung laki-laki dan perempuan sebesar Rp 337. 236,-. Sementara hasil
analisis PLS menyimpulkan bahwa faktor sosial demografi dan aktivitas
ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan serta
faktor aktivitas ekonomi secara signifikan berperan memediasi faktor sosial
demografi terhadap kesejahteraan keluarga pemulung di Kota Denpasar.
Variabel penelitian dan kerangka berpikir dalam penelitian ini cukup
menginspirasi peneliti dalam melakukan penulisan. Penelitian ini memiliki
penjelasan yang cukup lengkap dan mudah dimengerti.
6. Irfan, Oktaviani Maria Dilianty (2016)
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara kebersihan
diri dengan penyakit scabies di Alak, Kota Kupang. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sample
sebanyak 40 orang dengan kriteria umur diatas 17 tahun. Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat hubungan antara penyakit scabies dengan kebersihan
kulit dan kebersihan rambut. Tapi tidak terdapat hubungan antara kebersihan
pakaian, tangan dan kaki serta kebersihan tempat tidur.
34
Jurnal penelitian ini menginspirasi penulis tentang penyakit yang
diderita pemulung. Terutama penyakit kulit karena pekerjaan pemulung yang
berhubungan langsung dengan sampah. Penjelasan mengenai
7. Chavkin, David L. Williams Jr (1989)
Tujuan penelitian ini untuk membandingkan peran orangtua dalam
pendidikan diantara keluarga berpenghasilan rendah, menengah dan tinggi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan
kuesioner dan jumlah sampel sebanyak 978 orangtua. Variabel yang diteliti
dalam penelitian ini terdapat enam aspek yaitu pandangan umum tentang
keterlibatan orangtua, keterlibatan keputusan orangtua, keterlibatan peran
orangtua, keterlibatan kegiatan orangtua, saran untuk memperbaiki
keterlibatan orangtua dan alasan orangtua kurang terlibat di sekolah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga berpenghasilan rendah lebih
banyak melibatkan diri dalam pendidikan, banyak tertarik terhadap kegiatan
pengambilan keputusan di sekolah dan mereka juga ingin berperan aktif
dalam pendidikan anak mereka.
Penelitian ini menggunakan jumlah sampel yang dapat dijadikan
sebagai acuan penelitian mengenai peran orangtua terhadap pendidikan anak.
Ditambah lagi, aspek yang diteliti terdapat enam hal. Masing-masing aspek ini
dilihat dari penghasilan keluarga mulai dari yang rendah, menengah hingga
tinggi. Maka dari itu hasil penelitian ini menginspirasi penulis untuk
35
mengembangkan kajian mengenai peran orangtua dalam pendidikan anak.
Terutama keluarga yang berpenghasilan rendah.
36
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penulisdan
Tahun
Judul Variabel AlatAnalisis
Hasil Penelitian
1 HartikaVendriyani N (2015)
PersepsiKeluargaPemulungTentangNilaiPendidikandiKelurahanLimbungan BaruKecamatanRumbaiPesisirKotaPekanbaruProvinsiRiau
Nilai Anak,FaktorInternal danFaktorEksternal
AnalisisDeskriptifKualitatif
Terdapat empat nilaianak, faktor internal danfaktor eksternal yangmempengaruhipendidikan anak dalamkeluarga pemulung
2 IntanSilvianaMustikawati (2013)
PerilakuPersonalHygienePadaPemulungdi TPAKedaungWetanTangerang
JenisKelamin,Umur,TingkatPendidikan,TingkatPenghasilandanPersonalHygiene
AnalisisDeskriptifKuantitatif
Tidak adanya hubunganantara jenis kelamin,umur, tingkatpendidikan dan tingkatpenghasilan denganperilaku personalhygiene pada pemulungdi TPA Kedaung WetanTangerang.
3 FathiaRizkyAnanda(2014)
AnalisisPengaruhSosialEkonomiTerhadapPengeluaranKonsumsiKeluargaMiskin
Pendapatan,JumlahAnggotaKeluarga,Pendidikan,Jam KerjadanPengeluaran Konsumsi
AnalisisDeskriptifKuantitatif
Pendapatan, jumlahanggota keluarga,pendidikan, dan jamkerja mempengaruhipengeluaran konsumsikeluarga miskin
37
4 ElisabetChristinaHutagalung, DeviNurainiSanti,IrnawatiMarsaulina (2015)
PeranPemulungdalamPengelolaan SampahdanTimbulanSampah diTPATerjunKecamatanMedanMarelanKotaMedanTahun2015
JumlahSampahyangDatang keTPA,JumlahSampahyangDikelolaPemulung
AnalisisDeskriptifKuantitatif
Pemulung tidakmengurangi volumetimbulan sampah yangberada di TPA TerjunMedan.
5 MadeYustisaPutriWiyatna(2015)
AnalisisPengaruhFaktorSosialDemografidanAktivitasEkonomiTerhadapKesejahteraanKeluargaPemulungdi KotaDenpasar
Kesejahteraan, SosialDemografi,danAktivitasEkonomi
AnalisisDeskriptifKuantitatif
Hasil PLS menyatakanbahwa faktor sosialdemografi dan aktivitasekonomi berpengaruhpositif dan signifikanterhadap kesejahteraan.
6 Irfan,OktavianiMariaDilianty(2016)
PersonalHygieneandScabiesIncidenceonScavengersin AlakLamdfillKupangCity
Incidenceofscabies,skinhygiene,haircleanliness,clothingcleanliness,bedcleanlinessand hygieneof the handand foot
AnalisisDeskriptifKuantitatif
Terdapat hubunganantara penyakit scabiesdengan kebersihan kulitdan kebersihan rambut.Tapi tidak terdapathubungan antarakebersihan pakaian,tangan dan kaki sertakebersihan tempat tidur
38
7 Chavkin,David L.WilliamsJr(1989)
LowIncomeParents’AttitudestowardParentInvolvements inEducation
Generalideas aboutparentinvolvement, schooldecisions,parentinvolvementroles,parentparticipation ininvolvementactivities,suggestionforimprovingparentinvolvement, reason forless parentinvolvementat the highschool level
AnalisisDeskriptifKuantitatif
Penelitian inimembandingkanketerlibatan orangtuaterhadap pendidikan di 3tingkatan keluarga.Keluarga berpenghasilanrendah, menengah dantinggi. Hasilnyakeluarga berpenghasilanrendah lebih banyakmelibatkan diri dalampendidikan
39
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran perlu dibentuk dalam penelitian ini agar sesuai
tujuan peneliti. Dalam tujuan penelitian telah diputuskan akan meneliti
mengenai hubungan tingkat ekonomi keluarga, kualitas pendidikan dan
tingkat kesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pemulung Kota
Depok.
Dalam penelitian ini, kerangka berpikir terbagi dua yaitu kerangka
berpikir secara umum dan secara khusus. Berikut adalah kerangka berpikir
penelitian:
1. Kerangka Umum
Kerangka berpikir secara umum menggambarkan isi penelitian
secara keseluruhan. Profesi pemulung merupakan profesi yang
berada pada sektor informal. Persyaratan yang mudah dan murah
untuk menjadi seorang pemulung merupakan alasan para
pemulung memilih profesi ini.
Di Kota Depok terdapat dua tipe pemulung yaitu pemulung
yang berada di dalam TPA Cipayung dan pemulung yang berada di
luar TPA Cipayung. Secara status pekerjaan mereka sama,
pemulung. Akan tetapi secara penghasilan, kondisi lingkungan
kerja dan asal-usul terdapat perbedaan.
Untuk pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung
memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan yang berada
40
di luar TPA Cipayung. Hal ini dikarenakan lokasi kerja mereka
adalah tempat pembuangan akhir sampah, semua jenis sampah
berada di tempat tersebut. Di sisi lain, lokasi kerja mereka lebiih
banyak mengandung risiko dan jenis penyakit. Terdapat alat-alat
besar di atas timbunan sampah yang berfungsi sebagai pengaduk
sampah, hal ini cukup berisiko dengan posisi pemulung yang
berada disekitar timbunan sampah. Mayoritas pemulung yang
berada di dalam TPA Cipayung berasal dari penduduk sekitar
TPA.
Lain halnya dengan pemulung yang berada di luar TPA
Cipayung, secara pendapatan per orangan, tidak sebanyak
pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung. Rata-rata
pemulung yang berada di luar TPA tidak memulung sendirian.
Satu di antara anggota keluarga ikut membantu memulung untuk
menambah pendapatan. Mereka biasanya membawa karung, ganco
dan gerobak besar. Daerah perumahan, pinggir jalan, sungai, pasar
menjadi sasaran pemulung yang berada di luar TPA Cipayung.
Pemulung yang berada di luar TPA biasanya berasal dari luar
daerah seperti Karawang, Indramayu, Cirebon. Beragam alasan
mereka memilih memulung di Kota Depok, satu di antaranya
adalah untuk menambah pendapatan dari hasil panen di daerah
asal.
41
Gambar 2.1
Kerangka Umum
Pertanyaan Penelitian:1. Seberapa besar hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pemulung Kota Depok?2. Seberapa besar hubungan kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pemulung Kota Depok ?3. Seberapa besar hubungan tingkat kesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pemulung Kota Depok?4. Apa perbedaan antara pemulung di luar TPA Cipayung dengan di dalam TPA Cipayung?
Latar Belakang:Terjadinya perbedaan tingkat kesejahteraan antara pemulung yang berada di dalam TPACipayung dan di luar TPA Cipayung. Menarik untuk menjelaskannya dari sisi tingkatekonomi keluarga, kualitas pendidikan dan tingkat kesehatan.
Tujuan Penelitian:1. Untuk mendapatkan hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan tingkat kesejahteraan
keluarga pemulung Kota Depok.2. Untuk mendapatkan hubungan kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pemulung Kota Depok.3. Untuk mendapatkan hubungan tingkat kesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pemulung Kota Depok.4. Untuk mendapatkan perbedaan pemulung yang berada di luar TPA Cipayung dengan di
dalam TPA Cipayung
Pengujian Data:1. Uji Kualitas Data2. Uji Korelasi Spearman
Rank
Kesimpulan
Pengolahan data dengansoftware SPSS (Hasil dan
Pembahasan)
Analisis Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga, Kualitas Pendidikan, TingkatKesehatan Dengan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pemulung Kota Depok
Variabel Penelitian:1. Tingkat Ekonomi Keluarga (X1)2. Kualitas Pendidikan (X2)3. Tingkat Kesehatan (X3)4. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pemulung (Y)
42
2. Kerangka Hubungan Antar Variabel
Terdapat empat hal yang diteliti, tingkat ekonomi keluarga,
kualitas pendidikan, tingkat kesehatan dan tingkat kesejahteraan
keluarga pemulung. Keempat aspek tersebut digunakan untuk
meilihat besaran hubungan tiga variabel independent dengan
variabel dependent dan perbedaan antara pemulung yang berada di
dalam TPA Cipayung dan di luar TPA Cipayung.
Tolak ukur tingkat ekonomi keluarga dalam penelitian ini
adalah pendapatan pemulung dan keluarga, pengeluaran pemulung
dan keluarga, pengelolaan keuangan dalam keluarga. Untuk
kualitas pendidikan terdapat dua indikator yaitu angka melek huruf
dan angka partisipasi sekolah. Indikator tingkat kesehatan adalah
frekuensi sakit, akses sarana kesehatan dan status gizi.
Indikator tingkat kesejahteraan keluarga menggunakan
indikator dari BKKBN. Ada 5 tingkatan keluarga sejahtera
menurut BKKBN yaitu pra-sejahtera, sejahtera-I, sejahtera-II,
sejahtera-III dan sejahtera-III plus. Setiap tingkatan memiliki
indikator yang berbeda.
43
Gambar 2.2
Kerangka Hubungan Antar Variabel
Tingkat EkonomiKeluarga (X1)
KualitasPendidikan (X2)
Tingkat Kesehatan(X3)
TingkatKesejahteraan
KeluargaPemulung
(Y)
44
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah dugaan dalam penelitian. Hipotesis juga
dipandang sebagai kesimpulan yang sifatnya sementara. Guna hipotesis ada
dua jenis yaitu untuk menguji hasil dan untuk menuntun hasil. Dalam
penelitian ini hipotesis penelitian hanya digunakan sebagai alat untuk
menuntun hasil penelitian. Berikut adalah rumusan hipotesis penelitian ini:
1. Terdapat hubungan yang kuat antara tingkat ekonomi keluarga dengan
kesejahteraan keluarga pemulung Kota Depok.
2. Terdapat hubungan yang rendah antara kualitas pendidikan dengan
kesejahteraan keluarga pemulung Kota Depok.
3. Terdapat hubungan yang kuat antara tingkat kesehatan dengan
kesejahteraan keluarga pemulung Kota Depok.
4. Terdapat perbedaan antara pemulung di dalam TPA Cipayung dan di
luar TPA Cipayung.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup adalah batasan yang memudahkan peneliti untuk
melakukan penelitian, agar hasil penelitian menjadi efektif dan efisien. Tanpa
adanya ruang lingkup, proses penelitian akan memakan waktu yang lama dan
masalah yang diteliti tidak mempunyai batasan.
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitiannya adalah tingkat
kesejahteraan keluarga pemulung yang berada di Kota Depok, baik di dalam
TPA Cipayung maupung di luar TPA Cipayung Kota Depok. Cakupan
penelitian yang mendukung kesejahteraan pemulung Kota Depok adalah
tingkat ekonomi keluarga, kualitas pendidikan dan tingkat kesehatan
pemulung.
Dalam penelitian ini digunakan empat variabel dimana terdapat satu
variabel terikat (Variabel Dependen) dan tiga variabel bebas (Variabel
Independen), yang terdiri dari atas:
Variabel dependen :Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Pemulung
Variabel independen :Tingkat Ekonomi Keluarga, Kualitas
Pendidikan dan Tingkat Kesehatan
46
Objek penelitian ini adalah pemulung serta keluarga pemulung yang berada
di Kota Depok. Kategori pemulung dalam penelitian ini terbagi dua yaitu pemulung
yang berada di luar TPA Cipayung dan di dalam TPA Cipayung. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan mengenai tingkat kesejahteraan antara
kedua kategori tersebut.
A. Metode Penentuan Sampel
Dalam penentuan objek penelitian, peneliti menemui pemulung Kota Depok
yang berada di luar TPA Cipayung dan di dalam TPA Cipayung. Keputusan peneliti
menjadikan objek yang ditemui sesuai dengan syarat sampel terlihat dari alat yang
dibawa pemulung tersebut, seperti karung dan ganco. Jumlah sampel yang
dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 40 kepala keluarga.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:118). Sedangkan sampling adalah proses
memilih sejumlah elemen dari populasi yang akan dipelajari.
Metode yang digunakan dalam penarikan sampel penelitian ini adalah
simple random sampling. Simple random sampling merupakan metode penarikan
sampel probabilitas yang dilakukan dengan cara acak sederhana. Populasi mudah
dikenali namun sukar dikendalikan dan memiliki kemungkinan yang sama untuk
terpilih sebagai responden.
47
B. Metode Pengumpulan Data
Setelah memiliki kriteria sampel penelitian yang sesuai, peneliti melakukan
beberapa tahapan dalam pengumpulan data agar hasil yang didapatkan terlampir
secara lengkap. Berikut ini adalah tahapan pengumpulan data yang dilakukan :
1. Preliminary Study
Tujuan dilakukannya preliminary study dalam penelitian ini adalah
untuk meninjau dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
kesejahteraan pemulung Kota Depok. Preliminary study yang dilakukan
untuk mendapatkan kesan pertama dan permasalahan untuk diteliti lebih
lanjut. Dalam penelitian ini dilakukan melalui tinjauan literatur dan
observasi lapangan.
Tinjauan literatur diperoleh melalui jurnal digital, berita digital, dan
bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan tingkat ekonomi keluarga,
kualitas pendidikan, tingkat kesehatan dan tingkat kesejahteraan pemulung.
Untuk mengukur dan menentukan kategori keluarga sejahtera,
penelitian ini menggunakan indikator yang bersumber dari BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) yang memiliki lima level
keluarga sejahtera diantaranya keluarga Pra-Sejahtera, Sejahtera-I,
Sejahtera-II, Sejahtera-III dan Sejahtera-III plus.
48
Observasi lapangan dilakukan pada bulan Februari. Lokasi pertama
yang ditinjau adalah lapak (tempat tinggal) pemulung yang berlokasi di
Kelapa Dua, Depok. Observasi lapangan selanjutnya dilakukan di TPA
Cipayung, untuk melihat kondisi umum dan kegiatan yang berlangsung di
TPA Cipayung.
Saat peneliti melakukan observasi menuju TPA Cipayung, dari jarak
kurang lebih 2 kilometer sudah tercium aroma sampah. Terdapat sebuah
masjid, puskesmas bangunan sekolah dan perumahan di sekitar TPA
Cipayung.
2. Studi Lapangan
Setelah melakukan pre-liminary study, selanjutnya dilakukan riset
lapangan untuk mengumpulkan data lebih rinci. Berikut ini beberapa cara
pengumpulan data lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana
peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan
(Riduwan, 2004 : 104).
Observasi dilakukan mulai dari bulan Februari hingga Mei.
Lokasi observasi pun berbeda-beda namun tetap dalam wilayah
49
Kota Depok.. Peneliti melakukan observasi di dalam TPA
Cipayung, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cilodong,
Kecamatan Limo, Kecamatan Cipayung dan Kecamatan Cinere.
b. Wawancara
Untuk memperkuat data secara deskriptif wawancara
dilakukan dalam penelitian ini. Wawancara adalah percakapan
antara dua orang atau lebih (narasumber dan pewawancara) untuk
mendapatkan informasi yang akurat dari narasumber yang
diinginkan.
Wawancara dilakukan kepada semua informan yang terpilih
dalam penelitian ini. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
secara bebas dengan alasan mudah menyesuaikan kondisi
responden yang sedang di wawancara di lapangan.
c. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2010:199) “Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya”.
Pengisian angket penelitian yang baik diisi oleh responden
tanpa campur tangan peneliti. Untuk menghindari hasil yang
objektif jika melihat kondisi responden yang kurang memahami
50
item pertanyaan, maka peneliti membantu responden dalam
pengisian angket penelitian
3. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari jenis data yang
berbeda. Berikut ini adalah jenis data dan cara memperoleh data penelitian :
1) Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dengan melakukan
penelitian lapangan terhadap responden yang dituju. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari kuesioner. wawancara, observasi dan
dokumentasi.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2010
: 122).
Terdapat dua macam data sekunder dalam penelitian ini, yaitu:
a) Printed Resource (sumber yang tercetak)
Data dari buku dan artikel dalam bentuk cetakan digunakan sebagai
data sekunder dalam penelitian ini.
b) Digital Resource (sumber digital)
51
data sekunder dalam bentuk digital diperoleh melalui website terkait,
jurnal digital, berita digital dan bahan bacaan lainnya dalam bentuk
digital.
C. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner dikelompokkan
dan dibersihkan (cleaning) sehingga menjadi informasi yang mudah dikenali dan
layak untuk dianalisis yang pada akhirnya dapat dijadikan dasar pengambilan
kesimpulan. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan software
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 22.
Terdapat empat tahap analisis data dalam penelitian ini yaitu distribusi
jawaban, uji kualitas data, tabulasi silang dan uji korelasi. Berikut ini adalah
penjelasan tiap tahap analisis data :
1. Uji Kualitas Data
Dalam penelitian ini terdapat dua prosedur untuk mengukur kualitas data,
yaitu :
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
52
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut,
(Ghozali, 2011:52).
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung denga nilai
r table. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 responden dengan
tingkat signifikansi adalah 0,05 maka rtabel untuk n=40 adalah 0,312
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011:47).
Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner pada
penelitian ini dengan melihat besaran nilai Cronbach Alfa. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memberikan memberikan nilai nilai Cronbach
Alpha > rtabel. rtabel dalam uji reliabilitas sama halnya dengan uji validitas
yaitu 0,312.
2. Crosstabulation atau Tabulasi Silang
Penelitian tabulasi silang menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang
meliputi baris dan kolom (Santoso dan Tjiptono, 2001: 137). Tabulasi silang
merupakan alat yang mudah digunakan untuk melihat hubungan di antara variabel-
variabel, karena hasilnya mudah dipresentasikan.
53
Kegunaan analisis tabulasi silang:
a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi
b. Melihat bagaimana beberapa variabel berhubungan
c. Untuk mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat
dianalisis ada atau tidaknya hubungan
3. Uji Korelasi Spearman Rank
Karena penelitian ini ingin melihat seberapa besar hubungan antar variabel,
maka penelitian ini menggunakan uji korelasi. Uji korelasi yang digunakan dan
sesuai dengan data adalah uji Korelasi Spearman Rank. Korelasi Spearman Rank
digunakan untuk menguji korelasi asosiatif bila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama
(Sugiyono, 2002:282).
Untuk mengukur korelasi antara tingkat ekonomi keluarga, kualitas
pendidikan dan tingkat kesehatan terhadap tingkat kesejahteraan pemulung kota
Depok dapat digunakan rumus sebagai berikut :
= 1 − 6∑( − 1)Keterangan :
rs = koefisien Korelasi Spearman
di = Perbedaan ranking antara pasangan data n = banyaknya pasangan
data
54
Untuk melihat seberapa jauh koefisien korelasi antar variabel, maka peneliti
menggunakan kriteria korelasi untuk melihat besarnya korelasi antar variabel dalam
penelitian ini. Berikut ini adalah kriteria tingkat hubungan antar variabel :
Tabel 3.1
Tabel Kriteria Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2002:183)
D. Operasional Variabel
Operasional variabel adalah definisi variabel yang terdapat di dalam
penelitian sehingga menjadi faktor-faktor yang dapat diukur dan untuk
menentukkan skala pengukuran variabel tersebut. Pada bagian ini akan
diuraikan definisi dari masing-masing variabel penelitian yang digunakan,
berikut operasional dan cara pengukurannya. Penjelasan dari masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
55
1. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel dependen adalah variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel yang lain. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan pemulung Kota
Depok.
2. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel independen adalah variabel yang nilainya mempengaruhi
perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007 : 5). Dapat pula dikatakan
bahwa variabel independen adalah variabel yang pengaruhnya terhadap
variabel lain ingin diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen antara lain:
a. Tingkat Ekonomi Keluarga (X1)
b. Kualitas Pendidikan (X2)
c. Tingkat Kesehatan (X3)
Berdasarkan model yang digunakan dalam penelitian ini, maka definisi
variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
3. Kesejahteraan keluarga adalah terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani dan
sosial. Indikator yang digunakan bersumber dari BKKBN, terdapat 5
tingkatan kesejahteraan keluarga menurut BKKBN yaitu pra-sejahtera,
sejahtera-I, sejahtera-II, sejahtera-III dan sejahtera-III plus.
56
4. Tingkat ekonomi keluarga adalah tingkah laku serta upaya manusia dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya melalui kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang yang bertanggung jawab atas nafkah dalam keluarga tersebut.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan keluarga
pemulung dan keluarga, pengeluaran pemulung dan keluarga serta
pengelolaan keuangan dalam keluarga.
5. Kualitas pendidikan adalah memanusiakan manusia dengan membagi ilmu
yang dimiliki yang sesuai norma, agama, aturan yang berlaku. Untuk
mengukur kualitas pendidikan, angka melek huruf dan angka partisipasi
sekolah dijadikan indikator variabel kualitas pendidikan.
6. Tingkat kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Indikator kondisi
kesehatan dalam penelitian ini adalah frekuensi sakit, akses sarana kesehatan
dan status gizi.
Penjelasan operasional variabel tersebut dapat pula dijelaskan dalam tabel
seperti dibawah ini :
57
Tabel 3.2
Operasional Variabel
Variabel Indikator SkalaUkur
Skor Skala
TingkatKesejahteraanKeluargaPemulung(Y)
- Keluarga Pra Sejahtera- Keluarga KS-I- Keluarga KS-II- Keluarga KS-III- Keluarga KS-III plus
Ordinal STS – TS –CS – S - SS
TingkatEkonomiKeluarga(X1)
- Pendapatan pemulung dankeluarga
- Pengeluaran pemulung dankeluarga
- Pengelolaan keuangan dalamkeluarga
Ordinal STS – TS –CS – S - SS
KualitasPendidikan(X2)
- Angka melek huruf- Angka partisipasi sekolah
Ordinal STS – TS –CS – S - SS
TingkatKesehatan(X3)
- Frekuensi sakit- Akses sarana kesehatan- Status gizi
Ordinal STS – TS –CS – S - SS
Keterangan:
- STS = Sangat Tidak Setuju (Skor 1)
- TS = Tidak Setuju (Skor 2)
- CS = Cukup Setuju (Skor 3)
- S = Setuju (Skor 4)
- SS = Sangat Setuju (Skor 5)
58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Kota Depok
Sebelum tahun 1982, Depok merupakan kota kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Bogor. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi Kota yang
terpisah dari Kabupaten Bogor. Depok merupakan kota penyangga Jakarta. Tahun
1982 ketika Depok adalah kota administratif, jumlah penduduknya hanya 240.000
jiwa dan meningkat pesat ketika menjadi kotamadya pada tahun 1999 sebanyak 1,2
juta jiwa.
Selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan Jakarta.
Rencana pembangunan Kota Depok diarahkan untuk kota pemukiman, kota
pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata dan sebagai kota
resapan air.
Tahun 2016, jumlah penduduk Kota Depok sebanyak 2,1 juta jiwa, 11
kecamatan dengan luas wilayah 198,30 km2.
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Depok Mishabul
Munir memperkirakan, jumlah pendatang di Kota Depok dibawah 70.000 orang.
Menurutnya, sulit untuk memprediksi jumlah yang datang ke Kota Depok karena
59
bukan kota tujuan untuk mencari kerja. Tujuan utama pendatang adalah tetap DKI
Jakarta. Kota Jakarta mudah melakukan
59
pendataan pendatang melalui stasiun, bandara dan pelabuhan.
Sedangkan Kota Depok semuanya melalui jalur darat.
Tabel 4.1
Jumlah Kecamatan, Kelurahan, Penduduk dan Luas Wilayah Kota
Depok
Kecamatan Kelurahan
Jumlah Penduduk Luas Wilayah
(Km2)L P
Sawangan 7 76.254 73.441 25,90
Bojongsari 7 61.392 59.426 17,79
Pancoran Mas 6 128.384 126.632 18,21
Cipayung 5 78.785 76.173 11,63
Sukmajaya 6 139.707 141.711 18,04
Cilodong 5 76.545 74.896 16,09
Cimanggis 6 148.301 144.831 21,22
Tapos 7 131.705 130.218 32,33
Beji 6 101.824 99.152 14,30
Limo 4 53.963 52.582 12,32
Cinere 4 65.029 65.149 10,47
Kota Depok 63
1.061.889 1.044.211
198,302.106.100
Sumber: Depok Dalam Angka 2016
Dari tabel 4.1 diatas, jumlah kecamatan yang ada di Kota
Depok sebanyak 9 kecamatan. Penduduk terpadat ditempati
60
Kecamatan Cimanggis sebanyak 148.301 jiwa dan kepadatan terendah
ditempati oleh Kecamatan Limo sebanyak 53.963 jiwa.
Terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan dengan
pertambahan penduduk di suatu daerah, dua diantaranya yaitu bersaing
untuk mendapatkan pekerjaan dan bersaing mendapatkan lahan
tinggal. Hal ini akan menentukan tingkat kesejahteraan sebuah
keluarga.
Tabel 4.2
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Kota
Depok
Tingkat Sejahtera Jumlah (Jiwa)
Pra Sejahtera 6.422
Keluarga Sejahtera I 65.435
Keluarga Sejahtera II 166.580
Keluarga Sejahtera III 142.397
Keluarga Sejahtera III plus 50.500
Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Kota Depok 2014
Tabel 4.2 diatas menunjukkan mayoritas keluarga di depok
berada pada tingkat keluarga sejahtera II. Secara umum keluarga
sejahtera tingkat II memiliki anggota keluarga yang berpenghasilan
tetap dan diatas UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) Kota Depok,
61
yaitu Rp 3.297.489. Namun masih terdapat keluarga yang berada di
tingkat terendah, yaitu pra sejahtera. Keluarga pada tingkat ini secara
umum rumah tinggalnya kurang layak huni dan tidak memiliki
anggota keluarga yang berpenghasilan tetap.
Rata-rata keluarga yang berada pada tingkat pra sejahtera
memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Akibatnya, mereka
tidak bisa masuk ke dalam sektor kerja formal.
Tabel 4.3
Jumlah Penyandang Masalah Sosial dan Kesejahteraan di Kota
Depok
No Jenis Jumlah (Jiwa)
1 Anak Balita Terlantar 3
2 Anak Terlantar 405
5 Anak Jalanan 525
6 Anak Cacat 245
7 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 303
9 Lanjut Usia Terlantar 28
10 Penyandang Cacat 204
11 Wanita Tuna Susila 214
12 Pengemis 90
62
13 Gelandangan 40
16 Keluarga Miskin 7.693
17 Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 1.547
Sumber : DisnaKerSos Kota Depok, 2015
Menurut Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (DisnaKerSos) Kota Depok,
jumlah penyandang masalah sosial dan kesejaheraan ditempati oleh keluarga
miskin sebanyak 7.693 jiwa. Hal ini ikut berdampak pada jumlah anak yang
harus ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di jalanan
sebanyak 525 jiwa.
1. Gambaran Umum Pemulung dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, tipe pemulung terbagi dua yaitu pemulung
yang berada di dalam TPA dan pemulung yang berada di luar TPA
Cipayung.
a. Pemulung di dalam TPA Cipayung
Menurut portal resmi Depok jumlah pemulung yang berada
di dalam TPA Cipayung hingga saat ini berjumlah 100 orang.
Mereka bekerja dengan menggunakan karung dan ganco (alat
untuk mengait sampah). Mereka mulai memulung rata-rata pukul
08.00 – 16.00. Karena TPA Cipayung berhenti beroperasi pukul
17.00.
63
Pemulung yang bekerja di dalam TPA Cipayung rata-rata
berasal dari daerah sekitar seperti Kampung Bulak dan Kampung
Benda. Jarang pemulung yang berasal dari luar daerah Cipayung.
Kalau pun ada, pemulung tersebut hanya mengumpulkan sampah-
sampah tertentu yang sudah diperintahkan oleh bos mereka.
Pemulung di dalam TPA Cipayung rata-rata sudah memiliki
tempat tinggal sendiri atau mengontrak. Tidak di fasilitasi oleh bos
lapak mereka.
Tidak ada persyaratan khusus untuk memulung di dalam
TPA ini, hanya saja harus saling menghargai antar pemulung dan
berhati-hati jika sedang mengait sampah dengan ganco. Jangan
sampai ganco ini mengenai pemulung lain.
Hasil pulungan mereka dijualkan kepada bos lapak masing-
masing. Pendapatan yang didapatkan dalam sebulan rata-rata Rp
2.500.000 atau lebih.
b. Pemulung di luar TPA Cipayung
Berbeda dengan pemulung yang berada di TPA
Cipayung. Pemulung yang berada di luar TPA Cipayung
biasanya berkeliling di daerah pemukiman warga, pinggir
jalan, kali bahkan sungai yang cukup berisiko. Dalam sehari
pemulung ini rata-rata menempuh jarak 10 km untuk
mengumpulkan sampah.
64
Pemulung yang berkeliling di daerah perumahan, pasar
bahkan kali atau sungai dengan rata-rata pendapatan Rp
1.400.000 per bulan. Pendapatan mereka dalam sehari kisaran
Rp 30.000 – Rp 50.000. Biasanya pemulung yang berkeliling
seperti ini datang dari luar Kota Depok dan tinggal di lapak
yang disediakan oleh pemiliki lapak atau yang biasa mereka
panggil “bos”. Lapak yang mereka tinggali pun dikenakan
biaya sewa per bulannya sekitar Rp 50.000 – Rp 100.000
tergantung besarnya lapak.
Gambar 4.1
Wawancara dengan Pemulung Luar TPA
Sumber: Dokumentasi Pribadi
65
Gambar diatas ketika penulis sedang mewawancari
seorang pemulung bernama Bapak Sutrisna asal Ciamis yang
berusia 64 tahun. Beliau mulai memulung sejak umur 10 tahun,
artinya beliau sudah menjadi pemulung selama 50 tahun.
Beliau berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Saat ini ia
hidup sendiri dirumah lapak pemberian bos nya, hasil
memulung yang ia dapatkan sehari paling banyak Rp 50.000.
Jarak yang ia tempuh setiap harinya adalah berjalan kaki
sepanjang 10-15 km. Jika sakit ringan, beliau tidak membeli
obat ke apotek melainkan mengkonsumsi obat yang ia temukan
(obat yang sudah dibuang) pada saat memulung.
c. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pemulung yang berada
di dalam TPA Cipayung dan di luar TPA Cipayung Kota Depok.
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 40 orang dengan rincian
23 orang yang berada di luar TPA dan 17 orang yang berada di dalam
TPA. Berikut ini adalah deskripsi mengenai data dan identitas
responden yang terdiri dari pendidikan terakhir, penghasilan per bulan,
usia dan pola kerja.
a. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Hasil dari angket penelitian yang disebar di lapangan,
sebanyak 27 orang dari 40 orang atau 67.5% pemulung adalah
66
tamat SD. Alasan mereka menjadi pemulung di Kota Depok adalah
keterbatasan modal dan keterampilan yang dimiliki tidak sesuai
dengan permintaan tenaga kerja sektor formal.
Selain itu pada jenjang pendidikan lainnya atau setara dengan
perguruan tinggi terdapat satu orang pemulung lulusan akademi
yang berprofesi sebagai pemulung. Alasannya adalah usaha yang
didirikan sebelumnya gulung tikar dan keadaan memaksanya
untuk memulung demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Tabel 4.4
Pendidikan Terakhir Responden
Keterangan Pendidikan Frekuensi Persentase
Rendah
Tidak Sekolah 2 5%
Tidak tamat SD 6 15%
Tamat SD 27 67.5%
Tidak tamat SMP 1 2.5%
Sedang
Tamat SMP 3 7.5%
Tidak tamat SMA 0 0%
Tamat SMA 0 0%
Tinggi Lainnya 1 2.5%
Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer (diolah)
67
b. Deskripsi penghasilan per bulan
Dari hasil angket dan wawancara terhadap responden,sebanyak
47.5% pemulung atau 19 orang rata-rata berpenghasilan Rp 40.000
– Rp 50.000/hari. Jika dijumlahkan dalam sebulan penghasilan
mereka sekitar Rp 1.200.000 – Rp 1.500.000. Hal ini sering
ditemui pada responden yang berada di luar TPA Cipayung.
Sedangkan responden yang berada di dalam TPA Cipayung
sebanyak 11 orang memiliki pendapatan berkisar Rp 2.000.000 –
Rp 3.000.000 per bulan. Hal ini disebabkan karena TPA Cipayung
merupakan pembuangan akhir sampah yang didalamnya terdapat
banyak jenis sampah yang dapat dijual kembali oleh pemulung.
Selain itu, dalam sehari sekitar 120 truk pengangkut sampah
beroperasi dan membawa banyak jenis sampah ke TPA Cipayung.
Tabel 4.5
Penghasilan per Bulan
Keterangan Penghasilan per
Bulan
Frekuensi Persentase
Rendah
< Rp 1.000.000 4 10%
Rp 1.100.000 – Rp 2.000.000 19 47.5%
Sedang Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000 11 27.5%
Tinggi Rp 3.100.000 – Rp4.000.000 6 15%
>Rp 4.100.000 0 0%
68
Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer (diolah)
c. Deskriptif usia responden
Usia responden yang berprofesi sebagai pemulung mulai dari
usia 31 tahun hingga 60 tahun. Namun usia yang paling
mendominasi adalah 31-45 tahun sebanyak 47.5% atau 19 orang
dari 40 orang. Hal ini mengartikan bahwa dengan pendidikan
mereka yang rendah dan umur yang sudah tidak masuk kriteria
tenaga kerja sektor formal serta minimnya ketersediaan modal,
menyebabkan mereka memilih profesi sebagai pemulung sebagai
penopang kehidupan mereka sehari-hari.
Sedangkan usia dibawah 30 tahun dan diatas 60 tahun
sebanyak 3 orang dan 2 orang memilih memulung dengan alasan
untuk membantu tulang punggung keluarga mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
Tabel 4.6
Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase< 30 tahun 3 7.5%
31-45 tahun 19 47.5%46-60 tahun 16 40%
>60 tahun 2 5%Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer (diolah)
69
d. Deskriptif pola kerja responden
Jumlah jam kerja pemulung Kota Depok di dominasi 6-8 jam
sebanyak 33 orang atau 82.5%. Pemulung yang berada di luar TPA
Cipayung Kota Depok memulai kerjanya pada jam yang berbeda
sesuai dengan kemauan mereka karena tidak ada batasan jam
operasional. Namun rata-rata mereka bekerja 6-8 jam sehari.
Pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung Kota Depok,
biasanya memulai jam kerjanya pukul 08.00 – 15.00. Karena TPA
Cipayung sendiri memiliki jam operasional, sehingga biasanya
pemulung yang berada disana sudah pulang pukul 15.00.
Tabel 4.7.1
Pola Kerja Responden (Jumlah jam kerja dalam sehari)
Jumlah Jam Kerja sehari Frekuensi Persentase< 5 jam 0 0%
6 – 8 jam 33 82.5%9 – 11 jam 6 15%
>11 jam 1 2.5%Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari hasil wawancara, pemulung mengatakan bahwa tidak ada
ketentuan yang mengikat dalam bekerja. Namun dalam seminggu
rata-rata responden bekerja lebih dari 4 kali seminggu. Responden
yang bekerja 4 kali seminggu berjumlah 92.5% atau sebanyak 37
orang.
70
Sisanya sejumlah 3 orang bekerja 4 kali seminggu karena
memulung hanya dijadikan pekerjaan sampingan dan tambahan
pendapatan keluarga.
Tabel 4.7.2
Pola Kerja Responden (Frekuensi memulung dalam seminggu)
Frekuensi Memulung Seminggu Frekuensi Persentase2x seminggu 0 0%3x seminggu 0 0%4x seminggu 3 7.5%
>4x seminggu 37 92.5%Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer (diolah)
Pada saat wawancara berlangsung, sebanyak 27 orang atau
sekitar 67.5% pemulung mengatakan bahwa mereka memulung
bersama istri. Lokasi memulung pun dibedakan agar sampah yang
didapatkan lebih banyak.
Sedangkan 8 orang lainnya mengatakan bahwa keluarga (istri
dan anak) tidak usah ikut memulung. Karena pekerjaan ini
merupakan kewajiban mereka dalam mencari nafkah.
71
Tabel 4.7.3
Pola Kerja Responden (Jumlah keluarga ikut saat memulung)
Jumlah keluarga ikut Frekuensi PersentaseTidak ada 8 20%1 orang 27 67.5%2 orang 2 5%
>3 orang 3 7.5%Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer (diolah)
A. Hasil Uji Data Penelitian
1. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 atau rhitung > rtabel (n=40, rtabel =
0,312) maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Tabel
berikut menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Tingkat Ekonomi Keluarga (EK),
Kualitas Pendidikan (KP), Tingkat Kesehatan (TK) dan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Pemulung (KKP) dengan jumlah 40
responden.
72
Berikut adalah rincian tabel hasil uji validitas untuk setiap variabel
yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Uji Validitas Tingkat Ekonomi Keluarga (EK)
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Tingkat Ekonomi Keluarga
NomorButir Pertanyaan
PearsonCorrelation
Sig(2-Tailed) Keterangan
EK 1 0.654 0,000 ValidEK 2 0.824 0,000 ValidEK 3 0.885 0,000 ValidEK 4 0.798 0,000 ValidEK 5 0.566 0,000 Valid
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.8 menunjukkan variabel Tingkat Ekonomi Keluarga
(EK) mempunyai kriteria valid untuk semua item pernyataan
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan rhitung lebih
besar dari rtabel. Hal ini menunjukan bahwa masing-masing
pertanyaan pada variabel tingkat ekonomi keluarga dapat
diandalkan dan layak diajukan sebagai penelitian.
73
2) Uji Validitas Kualitas Pendidikan (KP)
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Kualitas Pendidikan
NomorButir Pertanyaan
PearsonCorrelation
Sig(2-Tailed) Keterangan
KP 1 0.647 0,000 ValidKP 2 0.755 0,000 ValidKP 3 0.748 0,000 ValidKP 4 0.830 0,000 ValidKP 5 0.813 0,000 Valid
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.9 menunjukkan variabel Kualitas Pendidikan (KP)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pernyataan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan rhitung lebih besar dari
rtabel. Hal ini menunjukan bahwa masing-masing pertanyaan pada
variabel kualitas pendidikan dapat diandalkan dan layak diajukan
sebagai penelitian.
3) Uji Validitas Tingkat Kesehatan (TK)
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Tingkat Kesehatan
NomorButir Pertanyaan
PearsonCorrelation
Sig(2-Tailed) Keterangan
KK 1 0.826 0,000 ValidKK 2 0.789 0,000 ValidKK 3 0.732 0,000 ValidKK 4 0.767 0,000 ValidKK 5 0.826 0,000 Valid
Sumber: Data Primer (diolah)
74
Tabel 4.10 menunjukkan variabel Tingkat Kesehatan (TK)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pernyataan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan rhitung lebih besar dari
rtabel. Hal ini menunjukan bahwa masing-masing pertanyaan pada
variabel tingkat kesehatan dapat diandalkan dan layak diajukan
sebagai penelitian.
4) Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pemulung
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pemulung
NomorButir Pertanyaan
PearsonCorrelation
Sig(2-Tailed)
Keterangan
KPM 1 0.580 0,000 ValidKPM 2 0.550 0,000 ValidKPM 3 0.544 0,000 ValidKPM 4 0.580 0,000 ValidKPM 5 0.719 0,000 ValidKPM 6 0.711 0,000 ValidKPM 7 0.719 0,000 ValidKPM 8 0.711 0,000 Valid
KPM 9 0.719 0,000 ValidKPM 10 0.711 0,000 ValidKPM 11 0.719 0,000 ValidKPM 12 0.711 0,000 Valid
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.11 menunjukkan variabel Tingkat Kesejahteraan
Keluarga Pemulung (KKP) mempunyai kriteria valid untuk semua
item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan
rhitung lebih besar dari rtabel. Hal ini menunjukan bahwa masing-
75
masing pertanyaan pada variabel tingkat kesejahteraan keluarga
pemulung dapat diandalkan dan layak diajukan sebagai penelitian.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari rtabel. Dengan n
sebanyak 40 maka rtabel adalah 0,312 Tabel 4.12 menunjukkan hasil
uji reliabilitas untuk variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’sAlpha
Keterangan
Tingkat Ekonomi Keluarga 0.802 ReliabelKualitas Pendidikan 0.814 ReliabelTingkat Kesehatan 0.845 ReliabelTingkat KesejahteraanKeluarga Pemulung
0.886 Reliabel
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.12 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
Tingkat Ekonomi Keluarga sebesar 0.802, Kualitas Pendidikan 0.814,
Tingkat Kesehatan 0.735 dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Pemulung 0.886. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih dari 0,312. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
76
item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang
konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan
diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
2. Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)
1) Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat Kesehatan
(butir pertanyaan no 1)
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil tabulasi silang
penghasilan per bulan dengan variabel tingkat kesehatan butir
pertanyaan nomor 1 mengenai makanan sehat penting untuk
menjaga kesehatan.
Tabel 4.13Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat
Kesehatan (No.1)
Sumber: Hasil Output SPSS
Penghasilan * KK_1 Crosstabulation
TK_1
TotalTS CS S SS
Penghasilan Rendah 1 6 9 7 23
Sedang 0 1 7 3 11
Tinggi 0 0 5 1 6Total 1 7 21 11 40
77
Dari hasil olahan diatas menunjukkan bahwa pemulung yang
memiliki penghasilan rendah setuju terhadap pertanyaan nomor 1.
Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang sehat penting bagi
pemulung untuk tetap menjaga stamina mereka. Agar tidak
menghambat pekerjaan dan menambah biaya pengeluaran jika
sakit. Selain itu untuk pertumbuhan anak yang baik. Memang
mereka tidak sering makan daging dan ikan, namun anak mereka
tetap diberi susu dan makan sayur-sayuran.
2) Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Pemulung (butir pertanyaan no 13)
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil tabulasi silang
penghasilan per bulan dengan variabel tingkat kesejahteraan
keluarga pemulung butir pertanyaan nomor 13 mengenai
memberikan sumbangan secara rutin untuk kegiatan sosial itu
penting.
78
Tabel 4.14Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Pemulung (No.13)
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari hasil olahan diatas menunjukkan bahwa pemulung yang
berpenghasilan rendah hingga tinggi mayoritas menjawab tidak
setuju terhadap pertanyaan nomor 13. Menurut mereka, untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja butuh tenaga ekstra dan
pintar dalam mengolah pengeluaran. Hal ini diutarakan pemulung
baik yang berada di luar maupun di dalam TPA Cipayung.
3) Tabulasi Silang Tipe Pemulung dengan Kualitas Pendidikan (butir
pertanyaan no 3)
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil tabulasi tipe pemulung,
yaitu yang berada di luar TPA Cipayung dan di dalam TPA
Cipayung dengan variabel kualitas pendidikan butir pertanyaan
Penghasilan_perbulan * KKP_13 Crosstabulation
KKP_13
TotalSTS TS CS SS
Penghasilan_perbulan
Rendah 7 15 0 1 23
Sedang 4 6 1 0 11
Tinggi 2 4 0 0 6Total 13 25 1 1 40
79
nomor 3 mengenai memiliki keterampilan selain memulung adalah
penting.
Tabel 4.15Hasil Tabulasi Silang Tipe Pemulung dengan Kualitas
Pendidikan (No.3)
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari hasil olahan diatas menunjukkan bahwa mayoritas
pemulung yang berada di luar TPA Cipayung sebanyak 22 kepala
keluarga menyetujui bahwa memiliki keterampilan selain
memulung penting. Rata-rata pemulung yang berada di luar TPA
Cipayung memiliki pekerjaan sampingan seperti menerima jual
beli barang bekas, kuli serabutan, pekerja rumah tangga hingga
tukang gali kubur.
Sedangkan pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung,
memulung dijadikan pekerjaan sampingan mereka. Terutama bagi
pemulung yang berjenis kelamin perempuan, memulung dijadikan
Tipe_Pemulung * KP_3 Crosstabulation
KP_3
TotalCS S SS
Tipe_Pemulung Luar TPA 1 12 10 23
Dalam TPA 2 9 6 17Total 3 21 16 40
80
sebagai pengisi waktu luang ketika pekerjaan dirumah telah
selesai.
Menurut mereka, karena keterbatasan latar belakang
pendidikan dan modal, selain memulung pekerjaan-pekerjaan yang
hanya memakai tenaga juga mereka kerjakan untuk menambah
penghasilan keluarga.
4) Tabulasi Silang Pola Kerja (Keluarga Ikut) dengan Tingkat
Ekonomi Keluarga (butir pertanyaan No.5)
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil tabulasi pola kerja
(keluarga ikut) dengan tingkat ekonomi keluarga butir pertanyaan
nomor 5 mengenai anggota keluarga perlu bekerja untuk
menambah pendapatan.
Tabel 4.17
Hasil Tabulasi Silang Pola Kerja (Keluarga Ikut) dengan
Tingkat Ekonomi Keluarga (No.5)
Keluarga_ikut * EK_5 Crosstabulation
EK_5
TotalTS CS S SS
Keluarga_ikut
Sendiri 1 1 4 2 8
1 orang 1 6 13 7 27
2 orang 0 0 2 0 2
> 3 orang 0 0 2 1 3
81
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari hasil olahan di atas, mayoritas pemulung setuju membawa
satu orang anggota keluarga mereka untuk ikut memulung dapat
membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Biasanya anggota
keluarga yang ikut adalah istri. Rute memulung antar anggota
keluarga yang ikut pun berbeda agar sampah yang di dapatkan
lebih banyak. Biasanya pola kerja seperti ini ditemukan pada
pemulung yang berada di luar TPA Cipayung.
5) Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Pendidikan
Terakhir
Tabel dibawah ini merupakan tabulasi silang antara
penghasilan per bulan dengan pendidikan terakhir pemulung Kota
Depok.
Total 2 7 21 10 40
82
Tabel 4.18
Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan Dengan Pendidikan Terakhir
Sumber: Hasil Output SPSS
Batasan penghasilan rendah dalam penelitian ini jika
penghasilan < Rp 1.000.000. Batasan pendidikan terakhir rendah
adalah mulai dari tidak sekolah hingga tidak tamat SMP.
Hasil penelitian menunjukkan pemulung yang berpendidikan
rendah hampir seluruhnya berpenghasilan rendah. Rata-rata
pemulung yang berada di dalam penelitian berlatar belakang
pendidikan lulusan SD dengan penghasilan < Rp 1.000.000 per
bulan. Hal ini sangat wajar mengingat untuk masuk ke sektor
formal, minimal pendidikan terakhir adalah SMA.
Untuk pemulung yang berpendidikan rendah namun memiliki
penghasilan sedang bahkan tinggi hal ini disebabkan mereka
berasal dari dalam TPA Cipayung. Karena fungsi TPA tersebut
Penghasilan * Pendidikan_terakhir Crosstabulation
Count
Pendidikan_terakhir
TotalRendah Sedang Tinggi
Penghasilan Rendah 19 3 1 23
Sedang 11 0 0 11
Tinggi 6 0 0 6Total 36 3 1 40
83
adalah pembuangan akhir sampah, maka segala jenis sampah
mudah mereka temukan untuk dijual kembali.
Namun ada hal yang menarik dari tabel di atas. Satu diantara
pemulung tersebut memiliki latar belakang pendidikan kategori
tinggi dengan penghasilan rendah. Hal ini karena pemulung
tersebut adalah pemulung baru. Beliau memulai pekerjaan ini baru
3 hari sejak penulis bertemu dan mewawancarainya. Hari pertama,
pemulung tersebut mendapatkan upah sebesar Rp 14.000 lalu
mulai meningkat pada hari kedua dan ketiga. Alasan beliau
memulung adalah perusahaan yang ia punya mengalami pailit yang
cukup besar sehingga mengharuskan ia dan keluarganya bekerja
menjadi pemulung.
Kesimpulan dari tabel diatas adalah bekerja sebagai pemulung
tidak melihat dari latar belakang pendidikan. Karena pekerjaan ini
tidak membutuhkan modal materi yang besar. Bisa dikatakan pula
bahwa profesi ini adalah bumper economy. Ketika sektor informal
lainnya membutuhkan syarat dan modal yang cukup banyak agar
dapat bekerja, profesi ini hanya membutuhkan niat dan tekad agar
dapat bekerja.
84
3. Hasil Tabel Komparatif
Tujuan tabel komparatif dalam penelitian ini adalah untuk melihat
perbandingan pemulung yang berada di luar TPA Cipayung dan di dalam
TPA Cipayung lebih dalam.
1) Jumlah Pemulung Dalam Penelitian
Secara keseluruhan pemulung yang berhasil dijadikan sampel
dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Dengan rincian pemulung
yang berada di luar TPA Cipayung 23 orang atau 57.5% dan di dalam
TPA Cipayung 17 orang atau 42.5%.
Tabel 4.19Jumlah Pemulung Dalam Penelitian
Sumber: Data Primer (diolah)
2) Pendidikan Terakhir Pemulung Dalam Penelitian
Terdapat delapan tingkatan pendidikan yang di analisis dalam
penelitian ini. Namun, dua dari tingkatan pendidikan tersebut
Keterangan JumlahOrang %
Luar TPA Cipayung 23 57.5%
Dalam TPA Cipayung 17 42.5%
TOTAL 40 100%
85
menunjukkan hasil 0. Maka dari itu, peneliti merangkumnya menjadi
enam tingkatan penelitian agar mudah dibaca.
Satu diantara pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung
adalah lulusan akademik pajak. Pemulung tersebut sempat memiliki
usaha di luar daerah. Karena mengalami kebangkrutan, pemulung
tersebut beserta keluarganya kembali ke Depok dan mengumpulkan
uang dengan cara memulung. Ketika peneliti menanyakan mengapa
tidak mencoba pekerjaan lain, alasannya adalah umur dan riwayat
penyakit yang ia miliki. Dapat diambil kesimpulan bahwa profesi
pemulung bisa dikatakan sebagai bumper economy. Maksud dari kata
bumper economy adalah profesi pemulung ini dapat dijadikan sebagai
pekerjaan untuk pertahanan ekonomi seseorang. Ketika individu
tersebut memiliki banyak keterbatasan (modal, umur, pendidikan,
kesehatan, keterampilan), maka pekerjaan ini dapat dijadikan sebagai
sebuah solusi pertahanan ekonomi.
Sedangkan pemulung yang berada di luar TPA Cipayung
pendidikan tertingginya adalah tamatan SMP. Hal ini sangat mungkin,
karena pemulung yang berada di luar TPA Cipayung rata-rata berasal
dari luar daerah Kota Depok. Alasan mereka yang berasal dari luar
daerah dan di luar TPA Cipayung tidak melanjutkan sekolahnya
adalah ekonomi keluarga di daerah asal yang tidak mencukupi. Maka
dari itu banyak yang putus sekolah dan memutuskan untuk bekerja.
86
Tabel 4.20
Pendidikan Terakhir Pemulung (n=40)
Pendidikan Luar TPACipayung
Dalam TPACipayung
Tidak Sekolah 2.5% 2.5%Tidak Tamat SD 10% 5%Tamat SD 37.5% 30%Tidak Tamat SMP 2.5% 0Tamat SMP 5% 2.5%Lainnya 0 2.5%
TOTAL 57.5% 42.5%Sumber: Data Primer (diolah)
3) Penghasilan per Bulan Pemulung Dalam Penelitian
Penghasilan per bulan pemulung yang berada di luar TPA
Cipayung terlihat lebih kecil karena lingkungan memulung mereka
tidak seperti yang berada di dalam TPA Cipayung. Pemulung yang
berada di luar TPA Cipayung harus berkeliling dan bersaing dengan
pemulung lain untuk menemukan sampah yang bisa dijual kembali.
Terkadang pemulung yang berada di komplek perumahan bersaing
dengan pembantu rumah tangga, karena pembantu juga ikut
memisahkan sampah yang dapat dijual kembali sebagai tambahan
mereka.
Sedangkan pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung
memang tempat mereka adalah tempat pembuangan akhir sampah.
Beragam sampah ada di dalam TPA tersebut. Sehingga mereka dengan
mudah menemukan sampah yang dapat dijual kembali.
87
Tabel 4.21
Penghasilan Per Bulan Pemulung (n=40)
Penghasilan Luar TPACipayung
Dalam TPACipayung
< Rp 2.000.000 52.5% 5%Rp 2.100.000 – Rp3.000.000
5% 22.5%
>Rp 3.100.000 0 15%TOTAL 57.5% 42.5%
Sumber: Data Primer (diolah)
1. Hasil Korelasi Spearman Rank
Uji korelasi untuk mengetahui tingkat koefisiensi hubungan
antar variabel. Uji korelasi Spearman Rank digunakan terhadap data
yang berbentuk kategorik dan berskala ordinal.
Tabel 4.24
Hasil Pengujian Korelasi Spearman Rank
Correlations
TEK KP TK KKP
Spearman's rho TEK Correlation Coefficient 1.000 .358* .606** .298*
Sig. (1-tailed) . .012 .000 .031
N 40 40 40 40
KP Correlation Coefficient .358* 1.000 .536** .491**
Sig. (1-tailed) .012 . .000 .001
N 40 40 40 40
TK Correlation Coefficient .606** .536** 1.000 .601**
Sig. (1-tailed) .000 .000 . .000
N 40 40 40 40
88
KKP Correlation Coefficient .298* .491** .601** 1.000
Sig. (1-tailed) .031 .001 .000 .
N 40 40 40 40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber: Hasil Output SPSS
Tabel diatas menunjukkan bahwa hubungan tingkat ekonomi
keluarga dengan tingkat kesejahteraan keluarga pemulung adalah
0,298 yang artinya besaran hubungannya rendah. Lalu hubungan
kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pemulung
adalah 0,491 yang artinya besaran hubungannya sedang. Terakhir
adalah hubungan tingkat kesehatan dengan tingkat kesejahteraan
keluarga pemulung yang menunjukkan angka sebesar 0,601, angka ini
memiliki hubungan yang kuat.
Penjabaran hasil diatas, dapat disimpulkan hasil output SPSS
pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.25
Pengujian Hubungan Antar Variabel
Hubungan KoefisienKolerasi
Kategori
Tingkat Ekonomi Keluarga(X1) dengan TingkatKesejahteraan KeluargaPemulung (Y)
0,298 Rendah
89
Hubungan KoefisienKolerasi
Kategori
Kualitas Pendidikan (X2)dengan TingkatKesejahteraan KeluargaPemulung (Y)
0,491 Sedang
Tingkat Kesehatan (X3)dengan TingkatKesejahteraan KeluargaPemulung (Y)
0,601 Kuat
Sumber: Hasil Output SPSS (diolah)
Hasil korelasi Spearman Rank antara tingkat ekonomi keluarga dengan
kesejahteraan keluarga menunjukkan hasil rendah. Responden yang berada
dalam penelitian ini terbagi dua yaitu pemulung di dalam TPA dan di luar
TPA. Jumlah sampel pemulung yang berada di luar TPA lebih banyak
daripada yang di dalam TPA. Dari segi pendapatan mereka terlihat sangat
berbeda, rata-rata pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung
pendapatannya lebih tinggi dibandingkan pemulung yang berada di luar TPA
Cipayung. Karena pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung dengan
mudah menemukan sampah yang masih bernilai jual. Sedangkan pemulung
yang berada di luar TPA Cipayung harus berkeliling untuk mengumpulkan
sampah.
Hubungan kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pemulung dari hasil korelasi Spearman Rank menunjukkan hasil yang tinggi.
Hasil ini sangat wajar mengingat profesi mereka yang bergerak di sektor
informal dan berhubungan dengan sampah. Pemulung memiliki obsesi yang
90
kuat terhadap pendidikan pendidikan karena itu mereka sangat
memperhatikan dan peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka
memiliki harapan dengan pendidikan yang baik maka ke depannya kehidupan
serta pekerjaan anak-anak mereka dapat lebih baik dari orangtuanya.
Hubungan tingkat kesehatan dengan kesejahteraan keluarga
menunjukkan hasil yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pekerjaan mereka
berhubungan dengan bau atau sampah yang menyengat dan membutuhkan
stamina serta ketahanan yang baik. Stamina dan ketahanan dibutuhkan untuk
mengumpulkan sampah serta berkeliling mencari sampah, ditambah lagi
berhadapan langsung dengan teriknya matahari. Jika mereka sakit, maka
pekerjaan mereka akan terhambat bahkan tidak dapat bekerja pada hari itu.
Dari hasil korelasi di atas dapat ditarik kesimpulan secara umum,
pemulung yang berada di luar TPA Cipayung menempati level keluarga Pra-
Sejahtera. Sedangkan pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung
menempati level keluarga sejahtera-I.
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang di dapat dari
lapangan dan olahan SPSS, peneliti memperoleh kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian mengenai hubungan tingkat ekonomi keluarga,
kualitas pendidikan dan tingkat kesehatan terhadap tingkat kesejahteraan
keluarga pemulung di Kota Depok sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat
ekonomi keluarga dengan kesejahteraan keluarga pemulung rendah
dengan tingkat koefisien 0.298. Dengan demikian terdapat faktor lain
yang lebih besar hubungannya terhadap tingkat kesejahteraan keluarga
pemulung.
2. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara kualitas
pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pemulung sedang
dengan tingkat koefisien 0.491. Hal ini berarti bahwa pemulung di Kota
Depok memperhatikan pentingnya pendidikan. Meskipun pendapatan
mereka dan latar belakang pendidikan mereka rendah, untuk pendidikan
keluarga sangat mereka perhatikan karena harapan mereka dengan
pendidikan anak yang baik, maka hasil dari proses pendidikan itu pun baik
bahkan lebih baik dari mereka.
92
3. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat
kesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pemulung adalah kuat
dengan tingkat koefisien 0.601. Karena pekerjaan mereka memerlukan
ketahanan dan kekuatan fisik.
4. Terdapat perbedaan antara pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung
dengan di luar TPA Cipayung dari segi pendapatan, pendidikan,
Pendapatan pemulung yang berada di dalam TPA Cipayung lebih besar
dibandingkan dengan yang berada di luar TPA Cipayung karena lokasi
tinggal pemulung yang berada di dalam TPA dekat dengan lokasi TPA
sehingga memudahkan mereka mencari sampah kapan saja.
A. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil lapangan,
peneliti mengharapkan penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya karena
penelitian ini masih terdapat kekurangan. Maka berikut beberapa saran
peneliti:
1. Saran Praktis
Saran praktis ditujukan kepada pengambil kebijakan yang berhubungan
terhadap pemulung. Karena semakin pesatnya pembangunan Kota Depok
dan sebagai kota penyokong Ibukota DKI Jakarta menjadi daya tarik
sendiri bagi pendatang untuk bekerja dan tinggal di Kota Depok.
93
Diharapkan Pemkot Depok lebih meningkatkan upaya untuk
mengendalikan pendatang agar tidak semakin maraknya lapak-lapak
pemulung yang kurang layak.
2. Saran Teoritis
Saran teoritis ditujukan kepada peneliti selanjutnya. Bagi peneliti
selanjutnya diharapkan dapat menambahkan indikator lain yang
berhubungan dengan kesejahteraan pemulung. Untuk memperdalam
penelitian, peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik observasi
langsung agar hasil yang didapat lebih rinci.
94
DAFTAR PUSTAKA
Ameriani, Aisyah. 2006. Analisis Karakteristik Pemulung, Karakteristik Kerja,Hubungan Sosial dan Kesejahteraan Pemulung. Skripsi S1 FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ananda, Fathia Rizky. 2015. Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi TerhadapPengeluaran Konsumsi Keluarga Miskin (Studi pada Masyarakat Pesisir diDesa Gisikcemandi dan Desa Tambakcemandi). Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Brawijaya.
Anggraini, Melsa. 2015. Jurnal Jom FISIP Vol.2 No.2 Oktober 2015. HubunganPatron-Klien antara Pengepul dengan Pemulung di kota Pekanbaru. 2015.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2016. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2016. Hlm 8-10
Badan Pusat Statistik Kota Depok. 2017. Depok Dalam Angka 2016.
Bappenas dan UNDP. 2008. Laporan Pencapaian MDGs.
Bappenas. 2009. Peran Sektor Informal Sebagai Katup Pengaman MasalahKetenagakerjaan.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, KebijakanPublik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenama Media Group.
Chalid, Pheni. 2009. Sosiologi Ekonomi,Jakarta, 2009, Center for Social EconomicStudies (CSES) Press, hal 199.
Chandra, Fransisca. 2009. Peran Partisipasi Kegiatan di Alam Masa Anak,Pendidikan dan Jenis Kelamin Sebagai Moderasi Terhadap Perilaku RamahLingkungan (Disertasi). Program Magister Psikologi Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada.
Chavkin, David L. Williams Jr. 1989. Low Income Parents’ Attitudes toward ParentInvolvement in Education. Journal of Sociology and Social Welfare. Vol 16.
95
Davis-Kean, Pamela E. 2005. The Influence of Parent Education and Family Incomeon Child Achievement: The Indirect Role of Parental Expectations and theHome Environment. Journal of Family Psychology. Vol 19. Page 294-304.
Edelman dan Mandle. 1994. Dalam Panduan Lengkap Keterampilan DasarKebidanan 1. Yogyakarta: DeePublish. 2014. Hlm 4.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.Edisi Kelima. Universitas Diponegoro, Semarang.
Gunawan. 2012. Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi di TPA GanetTanjungpinang).
Hamid, Abdul. 2012. “Panduan Penulisan Skripsi:. FEB. Jakarta.
Hutagalung, Elisabet Christina Hutagalung dkk. 2015. Peran Pemulung dalamPengelolaan Sampah dan Timbulan Sampah di TPA Terjun KecamatanMedan Marelan Kota Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasSumatera Utara.
Irfan, Oktaviani Maria Dilianty. 2016. Personal Hygiene and Scabies Incidence onScavengers in Alak Lanfill Kupang City. International Journal of Sciences.Vol 29. Pp 76-82.
Menteri Kesehatan. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/52/2015
Nurwati, Nunung. 2008. Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga TerhadapMotivasi Pekerja Anak dalam Membantu Keluarga di Kabupaten Cirebon,Jawa Barat. Jurnal Kependudukan. Vol 10. FISIP Universitas Padjajaran.Hlm 112-121.
Portal Resmi Pemkot Depok. www.depok.go.id
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012. TentangPedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang MasalahKesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejateraan Sosial.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Zifatama Publishing. Sidoarjo.
96
Puspitawati, Herien. 2015. Pengertian Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga(Kajian Akademik). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hlm 2.
Rianda, Dewi Puspa. 2014. Pengetahuan dan Tindakan Personal Hygiene PemulungSampah di TPA Ganet Tanjungpinang. Jurnal Kesehatan. Vol V No. 2.Jurusan Keperawatan Poltekkes. Hlm 162-166.
Riduwan. 2017. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:Alfabeta.
Rusnani. 2013. Pengaruh Kondisi Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat KeaktifanAnak Masuk Sekolah di SDN Pinggir Papas I Kec. Kalianget. JurnalPerformance Vol.III. Fakultas Ekonomi Universitas Wiraja Sumenep.
Sarwono, Jonathan. 2006 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Scott, James C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Diterjemahkan oleh Budi Kusworo.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm 7.
Singgih Santoso dan Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi denganSPSS. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.Alfabeta.
Sugiyono dan Wibowo. 2002. Statistik Penelitian Edisi I. Bandung. Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan DasarKebijaksanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.
Sumarni. 2012. Sosial Ekonomi Komunitas Pemulung di TPA Lubuk Minturun. JurnalProgram Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat. Vol 1.Hlm 160-161.
Sunarti, Euis. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera : Sejarah Pengembangan,Evaluasi, dan Keberlanjutannya. 2006.
97
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasidalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Vendriyani, Hartika. 2015. Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Nilai Pendidikan diKelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota PekanbaruProvinsi Riau. Jom FISIP Vol 2 No-2.
Wiyatna, Made Yustisa Putri. 2015. Analisis Pengaruh Faktor Sosial Demografi danAktivitas Ekonomi Terhadap Kesejahteraan Keluarga Pemulung di KotaDenpasar. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Yusuf. 2015. Pola Kerja Pemulung dan Relasinya Terhadap Kehidupan Sosial SertaKesejahteraan pemulung di TPA Bukit Pinang Samarinda. E-journalSosiologi. Vol 3 No.4. hlm 121-136.
Dkijakarta.bkkbn.go.id. MDGs BKKBN. UNFPA. 2003.
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia/
https://m.tempo.co/read/news/2016/06/06/083777059/580-ton-sampah-hilang-sehari-wali-kota-depok-saya-bingung
Tempo.co . 27 Januari 2017
M.beritastu.com. Depok Akan Lakukan Pendataan Penduduk. 15 Juli 2016
Kompas, 20 Mei 2016. Sonny Harry B. Harmadi (Kompas, 14 April 2016)
http://www.anneadzkia.com/manusia-dan-sampah/
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
99
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
ANGKET PENELITIAN
Kepada
Yth. Bapak/Ibu
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengaruh
Ekonomi Keluarga, Kualitas Pendidikan dan Kondisi Kesehatan Terhadap
Kesejahteraan Pemulung Kota Depok”. Dengan ini menyampaikan saya :
Nama : Claratanti Novia
NIM : 1113084000052
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk membantu memberikan jawaban atas
pertanyaan/pernyataan dalam angket penelitian ini dengan apa adanya. Semua
jawaban dan identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan semata-mata untuk
kepentingan keilmuan. Atas waktu dan kesediaan Bapak/Ibu mengisi angket
penelitian ini, saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Depok, 2017
Claratanti Novia
100
A. DATA RESPONDEN
Lengkapilah kolom yang berada di bawah ini dan berikan tanda silang (X) pada satu
pilihan a,b,c,d dan seterusnya dibawah ini.
AlamatSekarang
PendidikanTerakhir
a. Tidak Sekolah e. SMP
b. Tidak tamat SD f. Tidak Tamat SMA
c. SD g. SMA
d. Tidak tamat SMP h. Lainnya
Asal Daerah - Kab/kota
- Kecamatan
- Desa
PenghasilanSebulan
a. <Rp 1.000.000 e. Rp 2.500.000 – Rp 3.000.000
b. Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000 f. Rp 3.000.000 – Rp 3.500.000
c. Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000 g. Rp 3.500.000 – Rp 4.000.000
d. Rp 2.000.000 – Rp 2.500.000 h. Rp 4.000.000 – Rp 4.500.000
i. > Rp 4.500.000
101
Struktur Keluarga
Pola KerjaNomor Pola Kerja Jawaban1 Jumlah jam kerja dalam sehari a. < 5 Jam
b. 5 – 8 Jam
c. 8 – 12 Jam
d. > 12 Jam
2 Frekuensi memulung dalam seminggu a. Setiap hari
b. 2x seminggu
c. 3x seminggu
d. 4x seminggu
3 Jumlah keluarga yang ikut saat memulung a. Sendiri
b. 1 orang
c. 2 orang
d. > 3 orang
Status UsiaSatuAtap Pendidikan Pekerjaan
Ya Tidak A B C D E F G H Utama Sampingan
102
PETUNJUK MENGISI ANGKET
Angket ini berisi pernyataan-pernyataan, sebelum mengisi pernyataan-pernyataan
tersebut, baca dan pahami terlebih dahulu. Kemudian berikanlah tanda silang (X)
pada satu kolom di samping kanan.
Keterangan :
STS : Apabila Bapak/Ibu Sangat Tidak Setuju
TS : Apabila Bapak/Ibu Tidak Setuju
CS : Apabila Bapak/Ibu Cukup Setuju
S : Apabila Bapak/Ibu Setuju
SS : Apabila Bapak/Ibu Sangat Setuju
B. EKONOMI KELUARGA
No PertanyaanJawaban
SS S CS TS STS
1 Hasil pekerjaan Bapak/Ibu di daerah asal cukup
untuk hidup
2 Menyisihkan pendapatan dalam bentuk
tabungan (uang atau barang) penting dilakukan
3 Menyisihkan pendapatan untuk kebutuhan
mendadak/jaga-jaga sangat perlu
4 Rela hutang kepada tetangga/saudara/pemilik
lapak untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari
5 Anggota keluarga Bapak/Ibu perlu bekerja
untuk menambah pendapatan
103
C. PENDIDIKAN
No PertanyaaanJawaban
SS S CS TS STS
1 Pendidikan anak adalah hal utama
2 Peran orangtua penting dalam proses
pendidikan anak
3 Memiliki keterampilan selain memulung
adalah penting
4 Memotivasi anak agar memiliki keterampilan
selain belajar penting dilakukan sejak kecil
5 Kualitas sekolah menjadi pertimbangan
sebelum memasukkan anda ke sekolah tersebut
D. KESEHATAN
No PertanyaaanJawaban
SS S CS TS STS
1 Cuci tangan sebelum makan itu perlu
2 Pola istirahat yang cukup dan teratur penting
bagi Bapak/Ibu
3 Makanan sehat penting untuk menjaga
kesehatan
4 Memiliki handuk yang berbeda antar anggota
keluarga adalah penting
5 Kebersihan kuku, rambut, alas kaki adalah
penting
104
E. KESEJAHTERAAN KELUARGA
No Pertanyaaan JawabanSS S CS TS STS
A 1. Membiasakan melaksanakan ibadah
sesuai agama adalah penting
2. Dalam sehari makan dua kali atau lebih
sangat perlu
3. Penting memiliki pakaian yang berbeda
untuk di rumah, bekerja, sekolah,
bepergian
B 4. Semua anak berumur 7-15 tahun dalam
keluarga wajib sekolah
C 5. Paling kurang seminggu sekali seluruh
anggota keluarga makan daging/ikan/telur
perlu dilakukan
6. Tiga bulan terakhir kondisi anggota
keluarga semuanya dalam keadaan sehat
7. Seluruh anggota keluarga umur 10-60
tahun wajib bisa baca tulis
D 8. Menambah pengetahun tentang agama
perlu dilakukan
9. Membiasakan makan bersama seminggu
sekali dan dimanfaatkan untuk
berkomunikasi
10. Memiliki radio/tv untuk memperoleh
informasi adalah perlu
E 11. Bagi Bapak/Ibu memberikan sumbangan
secara rutin untuk kegiatan sosial itu
105
penting
12. Salah satu anggota keluarga perlu menjadi
pengurus perkumpulan sosial/yayasan di
lingkungan sekitar
106
Lampiran 2Data mentah hasil jawaban angket penelitian
1. Variabel Tingkat Ekonomi Keluarga
5 5 5 5 53 4 3 3 44 4 4 4 43 4 4 4 33 3 3 4 55 3 3 5 54 3 3 4 44 4 4 4 43 4 4 5 54 3 2 2 44 4 4 4 45 5 5 5 55 5 5 5 54 4 4 4 44 4 4 4 44 4 4 5 55 5 5 5 55 5 4 4 44 4 4 4 45 4 4 5 54 4 4 4 45 5 5 4 34 4 4 4 44 5 5 5 45 4 4 3 34 4 3 4 45 4 4 4 45 5 5 4 45 4 4 4 45 5 5 5 54 5 5 5 53 4 3 3 44 4 4 4 43 4 4 4 33 3 3 4 53 3 3 4 24 3 3 4 44 4 4 4 43 4 4 5 54 3 2 2 4
107
2. Variabel Kualitas Pendidikan
5 5 5 5 54 4 4 4 44 4 4 4 45 5 5 4 45 5 4 4 44 5 5 5 54 4 4 4 45 4 4 4 45 5 5 5 55 5 5 5 54 4 4 4 45 5 5 4 45 5 5 5 54 4 4 4 34 4 4 4 45 4 5 5 45 5 5 5 55 5 5 5 54 4 5 4 45 5 3 5 54 4 4 5 54 4 4 4 44 4 4 4 44 4 3 4 34 4 4 4 44 4 4 4 44 4 5 5 45 5 4 4 44 4 4 4 45 5 5 5 55 5 5 5 54 4 4 4 44 4 4 4 44 4 5 4 45 4 4 4 44 5 5 5 45 3 4 4 43 4 4 4 45 5 3 3 34 4 4 4 5
108
3. Variabel Tingkat Kesehatan
5 5 5 5 53 3 3 4 34 4 4 4 44 4 3 3 44 4 3 3 45 5 5 5 53 4 4 4 34 4 4 4 44 4 3 4 44 3 4 3 34 4 4 4 44 5 4 4 55 5 5 5 54 4 4 4 44 4 4 4 45 5 4 4 55 5 5 5 54 4 5 5 44 4 4 4 45 4 5 5 54 4 4 4 44 5 5 4 44 4 5 4 44 3 4 4 34 4 4 3 44 4 4 4 45 5 5 4 44 4 5 5 44 4 3 4 45 5 5 5 55 4 4 5 55 4 4 4 43 3 4 3 45 4 5 4 54 4 3 4 44 4 5 5 53 4 4 4 33 3 4 3 45 5 3 3 54 4 4 4 4
109
4. Variabel Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pemulung
5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 2 23 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 1 2 1 2 1 2 1 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 2 1 2 1 2 1 2 1
3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
5 4 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1
5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2
5 5 5 5 5 2 5 2 5 2 5 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
5 5 4 5 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 1 2 1 2 1 2 1 2
4 4 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1
3 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 2 1 2 1 2 1 2 1
4 5 5 4 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2
5 5 4 5 2 2 2 2 2 2 2 2
4 5 4 4 1 2 1 2 1 2 1 2
4 3 3 4 1 2 1 2 1 2 1 2
5 5 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1
5 4 4 5 1 4 1 4 1 4 1 4
3 3 4 3 2 1 2 1 2 1 2 1
4 3 3 4 2 1 2 1 2 1 2 1
5 5 5 5 2 3 2 3 2 3 2 3
4 4 4 4 2 3 2 3 2 3 2 3
110
Lampiran 3
Hasil SPSS
1. Uji Validitas dan Reliabilitas (Tingkat Ekonomi Keluarga)
- Validitas
Correlations
EK_1 EK_2 EK_3 EK_4 EK_5 EK_TOTAL
EK_1 PearsonCorrelation
1 .498** .485** .250 .208 .654**
Sig. (2-tailed) .001 .002 .119 .198 .000
N 40 40 40 40 40 40
EK_2 PearsonCorrelation
.498** 1 .897** .487** .194 .824**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .001 .230 .000N 40 40 40 40 40 40
EK_3 PearsonCorrelation
.485** .897** 1 .689** .209 .885**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .196 .000
N 40 40 40 40 40 40EK_4 Pearson
Correlation.250 .487** .689** 1 .529** .798**
Sig. (2-tailed) .119 .001 .000 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40
EK_5 PearsonCorrelation
.208 .194 .209 .529** 1 .566**
Sig. (2-tailed) .198 .230 .196 .000 .000N 40 40 40 40 40 40
EK_TOTAL
PearsonCorrelation
.654** .824** .885** .798** .566** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
111
- Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.802 5
112
2. Uji Validitas dan Reliabilitas (Kualitas Pendidikan)- Validitas
Correlations
KP_1 KP_2 KP_3 KP_4 KP_5 KP_TOTAL
KP_1 PearsonCorrelation
1 .572** .263 .309 .338* .647**
Sig. (2-tailed) .000 .100 .053 .033 .000
N 40 40 40 40 40 40
KP_2 PearsonCorrelation
.572** 1 .395* .463** .463** .755**
Sig. (2-tailed) .000 .012 .003 .003 .000
N 40 40 40 40 40 40KP_3 Pearson
Correlation.263 .395* 1 .616** .511** .748**
Sig. (2-tailed) .100 .012 .000 .001 .000
N 40 40 40 40 40 40
KP_4 PearsonCorrelation
.309 .463** .616** 1 .768** .830**
Sig. (2-tailed) .053 .003 .000 .000 .000N 40 40 40 40 40 40
KP_5 PearsonCorrelation
.338* .463** .511** .768** 1 .813**
Sig. (2-tailed) .033 .003 .001 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40KP_TOTAL Pearson
Correlation.647** .755** .748** .830** .813** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
113
- Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.814 5
114
3. Uji Validitas dan Reliabilitas (Tingkat Kesehatan)- Validitas
Correlations
TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_TOTAL
TK_1 PearsonCorrelation
1 .672** .400* .460** .746** .826**
Sig. (2-tailed) .000 .010 .003 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40
TK_2 PearsonCorrelation
.672** 1 .377* .427** .672** .789**
Sig. (2-tailed) .000 .016 .006 .000 .000N 40 40 40 40 40 40
TK_3 PearsonCorrelation
.400* .377* 1 .645** .400* .732**
Sig. (2-tailed) .010 .016 .000 .010 .000
N 40 40 40 40 40 40TK_4 Pearson
Correlation.460** .427** .645** 1 .460** .767**
Sig. (2-tailed) .003 .006 .000 .003 .000
N 40 40 40 40 40 40
TK_5 PearsonCorrelation
.746** .672** .400* .460** 1 .826**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .010 .003 .000N 40 40 40 40 40 40
TK_TOTAL PearsonCorrelation
.826** .789** .732** .767** .826** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
115
- Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach'sAlpha N of Items
.845 5
116
4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Tingkat Kesejahteraan KeluargaPemulung)
Correlations
KKP_
1
KKP_
2
KKP
_3
KKP
_4
KKP
_5
KKP
_6
KKP
_7
KKP_
8
KKP
_9
KKP_
10
KK
P_1
1
KKP
_12
KKP
_TO
TAL
KKP_1
Pearson Correlation1
.746*
*.672
**1.00
0** .087 .274 .087 .274 .087 .274.08
7.274
.580**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .595 .088 .595 .088 .595 .088 .595 .088 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
KKP_2
Pearson Correlation .746*
* 1.672
**.746
** .142 .211 .142 .211 .142 .211.14
2.211
.550**
Sig. (2-tailed).000 .000 .000 .384 .190 .384 .190 .384 .190
.384
.190 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40KKP_3
Pearson Correlation .672*
*.672*
* 1.672
** .238 .130 .238 .130 .238 .130.23
8.130
.544**
Sig. (2-tailed).000 .000 .000 .140 .423 .140 .423 .140 .423
.140
.423 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
KKP_4
Pearson Correlation 1.000**
.746*
*.672
** 1 .087 .274 .087 .274 .087 .274.08
7.274
.580**
Sig. (2-tailed).000 .000 .000 .595 .088 .595 .088 .595 .088
.595
.088 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
KKP_5
Pearson Correlation.087 .142 .238 .087 1 .226
1.000** .226
1.000** .226
1.000*
*.226
.719**
Sig. (2-tailed).595 .384 .140 .595 .160 .000 .160 .000 .160
.000
.160 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
KKP_
Pearson Correlation.274 .211 .130 .274 .226 1 .226
1.000** .226
1.000**
.226
1.000**
.711**
117
6 Sig. (2-tailed).088 .190 .423 .088 .160 .160 .000 .160 .000
.160
.000 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
KKP_7
Pearson Correlation.087 .142 .238 .087
1.000** .226 1 .226
1.000** .226
1.000*
*.226
.719**
Sig. (2-tailed).595 .384 .140 .595 .000 .160 .160 .000 .160
.000
.160 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
KKP_8
Pearson Correlation.274 .211 .130 .274 .226
1.000** .226 1 .226
1.000**
.226
1.000**
.711**
Sig. (2-tailed).088 .190 .423 .088 .160 .000 .160 .160 .000
.160
.000 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40KKP_9
Pearson Correlation.087 .142 .238 .087
1.000** .226
1.000** .226 1 .226
1.000*
*.226
.719**
Sig. (2-tailed).595 .384 .140 .595 .000 .160 .000 .160 .160
.000
.160 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40KKP_10
Pearson Correlation.274 .211 .130 .274 .226
1.000** .226
1.000** .226 1
.226
1.000**
.711**
Sig. (2-tailed).088 .190 .423 .088 .160 .000 .160 .000 .160
.160
.000 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
KKP_11
Pearson Correlation.087 .142 .238 .087
1.000** .226
1.000** .226
1.000** .226 1 .226
.719**
Sig. (2-tailed) .595 .384 .140 .595 .000 .160 .000 .160 .000 .160 .160 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40KKP_12
Pearson Correlation.274 .211 .130 .274 .226
1.000** .226
1.000** .226
1.000**
.226
1.711
**
Sig. (2-tailed).088 .190 .423 .088 .160 .000 .160 .000 .160 .000
.160
.000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
118
- Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.886 12
KKP_TOTAL
Pearson Correlation .580*
*.550*
*.544
**.580
**.719
**.711
**.719
**.711*
*.719
**.711*
*.719**
.711** 1
Sig. (2-tailed).000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000
.000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
119
Lampiran 4-Dokumentasi1. Wawancara dengan Pemulung
2. Truk Pengangkut Sampah di Australia
120
3. Truk Pengangkut Sampah di Indonesia
5. TPA Cipayung Depok