PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PAMULANG
perpustakaan.unpam.ac.id – eprints.unpam.ac.id
2012
Teknologi ISSN 1858 - 4993
JURNAL ILMIAH DAN TEKNOLOGI
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI DALAM UPAYA MENANGGULANGI KECACATAN
PRODUK ROTI DONAT DI PABRIK ROTI NAUFAL DONAT MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA
“Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Pamulang”Estiningsih Tri Handayani, Hadi Wibowo
Teknologi Vol.VIII/No.22/Oktober/2012 32
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PAMULANG
perpustakaan.unpam.ac.id – eprints.unpam.ac.id
2012ABSTRAK
Pabrik roti Naufal Donat, adalah perusahaan yang bergerak dalam industri makanan dan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya telah menerapkan sistem pengendalian kualitas produksi untuk manajemen mutu yang baik dan sesuai dengan pedoman standar mutu yang berlaku. Akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat produk yang kualitasnya buruk. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar produksi pabrik roti Naufal Donat adalah roti donat. Berdasarkan data produksi pada 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2011 adalah sebesar 59709 box dengan jumlah produk cacat yang terjadi dalam produksi sebesar 1252 box. Berdasarkan perhitungan, Pabrik roti Naufal Donat memiliki tingkat sigma 3.20 dengan kemungkinan kerusakan sebasar 45103 box untuk sejuta produksi (DPMO). Analisis hasil penelitian menggunakan metode six sigma. Dimana pada tahap pengukuran (measure) dihitung nilai Upper Control Limit (UCL), Lower Control Limit (LCL) serta perhitungan DPMO dan Sigma pada tiga penyebab cacat tertinggi yaitu cacat karena Tipis (27%), Patah/ Sobek (24%), Kecil (19%), Kebesaran (16%), dan Kotor (14%). Berdasarkan perhitungan nilai Sigma, rata-rata nilai sigma perusahaan adalah 3,2 dengan 45103 Defect per million Opportunitas (DPMO). Pada tahap analyze bahwa kualitas roti donat dan kemampuan proses perusahaan cukup baik serta faktor-faktor utama penyebab produk cacat adalah unsur karyawan. Tahap improve dengan meningkatkan pengawasan dan skill terhadap karyawan serta kesadaran operator mesin pengadon, perawatan dan perbaikan pada mesin secara berkala dan penyeleksian bahan baku. Tahap control melakukan check sheet pendataan produk, dicatat berdasarkan jenis dan mesin atas pertanggungjawaban kepala produksi, melaporkan hasil penimbangan kepada kepala produksi, dan pengawasan terhadap kegiatan produksi oleh kepala bagian produksi secara terus menerus. Analisis faktor-faktor yang menyebabkan produk cacat yang paling dominan adalah Karyawan kemudian diikuti faktor mesin, faktor bahan baku dan faktor metode sebagai sebab lain yang membentuk produk akhir.
Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Six Sigma
PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada
dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan
dampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi, baik di pasar domestik maupun
di pasar internasional. Setiap usaha dalam persaingan tinggi dituntut untuk selalu
berkompetisi dengan perusahaan lain di dalam industri yang sejenis. Salah satu cara
agar bisa memenangkan kompetisi atau paling tidak dapat bertahan di dalam kompetisi
tersebut adalah dengan memberikan perhatian penuh terhadap kualitas produk yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga bisa mengungguli produk yang dihasilkan oleh
pesaing. Permasalahan kualitas telah mengarah pada taktik dan strategi perusahaan
secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan bertahan terhadap
persaingan global dengan produk perusahaan lain (La Hatani, 2007).
Pada umumnya sistem pengendalian kualitas seperti TQM dan lain-lain hanya
menekankan pada upaya peningkatan terus menerus berdasarkan kesadaran mandiri
dari manajemen. Sistem tersebut tidak memberikan solusi yang tepat mengenai
Teknologi Vol.VIII/No.22/Oktober/2012 33
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PAMULANG
perpustakaan.unpam.ac.id – eprints.unpam.ac.id
2012terobosan-terobosan atau langkah - langkah yang seharusnya dilakukan untuk
menghasilkan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan = 0 (zero
defect). Six sigma sebagai salah satu metode baru yang paling popular merupakan
salah satu alternatif dalam prinsip - prinsip pengendalian kualitas yang merupakan
terobosan dalam bidang manajemen kualitas (Gasperzs, 2005: 303) Six sigma dapat
dijadikan ukuran kinerja sistem industri yang memungkinkan perusahaan melakukan
peningkatan yang luar biasa dengan terobosan strategi yang aktual. Six sigma juga
dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri yang berfokus pada pelanggan
dengan memperhatikan kemampuan proses. Pencapaian six sigma hanya terdapat 3,4
cacat per sejuta kesempatan. Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka kinerja
sistem industri semakin membaik.
Pabrik roti Naufal Donat, pabrik ini adalah perusahaan yang bergerak dalam
industri makanan dan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya telah menerapkan sistem
pengendalian kualitas produksi untuk manajemen mutu yang baik dan sesuai dengan
pedoman standar mutu yang berlaku. Berbagai program pengendalian kualitas dilakukan
oleh perusahaan sehingga dapat menghasilkan produk yang baik dan sesuai dengan
standar kualitas yang ditetapkan. Akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat produk
yang kualitasnya buruk. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar produksi pabrik
roti Naufal Donat adalah roti donat.
1. Definisi Pengendalian kualitas adalah merencanakan dan melaksanakan cara yang
paling ekonomis untuk membuat sebuah barang yang akan bermanfaat dan
memuaskan tuntutan konsumen secara maksimal (Assauri,1999 : 18). Six Sigma
adalah bertujuan yang hampir sempurna dalam memenuhi persyaratan pelanggan
(Pande dan Cavanagh, 2003: 9). Menurut Gaspersz (2005:310) six sigma adalah
suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan
untuk setiap transaksi produk barang dan jasa. Jadi Six Sigma merupakan suatu
metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik yang
merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas.
Teknologi Vol.VIII/No.22/Oktober/2012 34
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1. Flow Chart Metodologi Penelitian
Perusahaan ini bergerak di bidang industri pangan. Data yang dibutuhkan
berdasarkan kualitas yaitu baik (diterima) atau cacat (ditolak). Menurut Gasperz (2002)
ada enam aspek yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep Six Sigma dibidang
manufactur: identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan (sesuai
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan), mengklasifikasikan karakteristik kualitas yang
akan dianggap sebagai CTQ (Critical to Quality), menentukan apakah setiap CTQ itu
dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses-proses kerja, dan lain-
lain. menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang dinginkan
pelanggan (menentukan nilai Upper Specification Limit dan Lower Specification Limit
dari setiap CTQ), menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan
nilai maksimum standart deviasi untuk setiap CTQ), 6) mengubah desain produk dan
atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma yang berarti
Studi pendahuluan
Identifiksasi Masalah Studi Literatur
Batasan Masalah
Penentuan Penyebab Umum Terjadinya cacat
Tujuan Penelitian
Identifikasi Data Yang Dibutuhkan
Data Primer
Penentuan CTQ Dalam Proses Produksi(Dengan Diagram Fishbone)
Pengukuran Produk Cacat
Menentukan Kapabilitas Proses
Buang Data di luar Kontrol
Membuat Peta Kendali (Peta-P)
In-Control
Validasi
A
Data Sekunder
Membuat Diagram Pareto
Pengujian CTQ Penyebab terjadinya cacat
Penyusunan Rancangan Eksperimen
Menentukan tempat terjadinya kecacatan
Pelaksanaan Eksperimen
Pengujian dan Interprestasi hasil Eksperimen
Pelaksanaan Produksi dengan Kondisi optimal
Hasil Pengolahan data Kemudian dianalisa penyebab utamanya
Kesimpulan dan saran
A
memiliki indeks kemampuan proses, Cp minimum sama dengan dua (Cp ≥ 2) atau 3,4
DPMO. Tahapan penelitian ini mengacu pada Gasperz (2002) untuk menyelesaikan
masalah dan peningkatan proses melalui tahap DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improve, Control).
1. Tahap DefinePada tahapan ini ditentukan proporsi defect yang menjadi penyebab paling
signifikan terhadap adanya kerusakan yang merupakan sumber kegagalan produksi.
Cara yang ditempuh adalah mendefinisikan masalah, mendefinisikan rencana
tindakan, menetapkan sasaran dan tujuan peningkatan kualitas Six Sigma
berdasarkan hasil observasi.
2. Tahap MeasureMeasure merupakan langkah oprasional yang kedua dalam program
peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan
dengan memilih atau menentukan karakteristik kualitas (Critical to Quality) kunci,
mengembangkan rencana pengumpulan data, pengukuran baseline kinerja pada
tingkat output.
3. Tahap AnalyzeMerupakan langkah operasional yang ketiga dalam program peningkatan
kualitas six sigma. Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu:
menentukan stabilitas dan kemampuan (kapabilitas) proses, menetapkan target
kinerja dari karakteristik kualitas (CTQ), dengan menggunakan diagram pareto dan
diagram sebab akibat.
4. Tahap ImprovePada langkah ini diterapkan suatu rencana tindakan untuk melaksanakan
peningkatan kualitas Six sigma. Setiap rencana tindakan yang diimplementasikan
harus dievaluasi tingkat efektivitasnya melalui pencapaian target kinerja dalam
program peningkatan kualitas Six sigma yaitu menurunkan DPMO menuju target
kegagalan nol (zero defect oriented) atau mencapai kapabilitas proses pada tingkat
lebih besar atau sama dengan 6-Sigma, serta mengkonversikan manfaat hasil-hasil
kedalam penurunan persentase biaya kegagalan kualitas (COPQ).
5. Tahap ControlMerupakan tahap operasional terakhir dalam upaya peningkatan kualitas
berdasarkan Six Sigma. Pada tahap ini hasil peningkatan kualitas didokumentasikan
dan disebarluaskan, praktik-praktik terbaik yang sukses dalam peningkatan proses
distandarisasi dan disebarluaskan, prosedur didokumentasikan dan dijadikan
sebagai pedoman standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim
kepada pemilik atau penanggung jawab proses.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tahap DefineDefine adalah langkah awal dalam metode six sigma, dalam hal ini produk
yang cacat akan didefinisikan mengenai penyebab masalahnya. Dalam
permasalahan ada beberapa penyebab produksi cacat. Lihat tabel 1. di bawah ini :
Tabel 1. Jumlah Produksi Dan Jenis Kecacatan Produk Roti Donat
Bulan MingguProduk Cacat (Np)
Jumlah Produksi
(n)
Jenis Kecacatan Produk
Sobek Tipis Kecil Kebesaran Patah
Oktober
I 95 2062 29 15 14 18 19II 98 2158 16 37 12 18 15III 97 2197 15 37 13 13 19IV 91 2394 11 27 19 18 16
Jumlah 381 8811 71 116 58 67 69
November
I 120 2341 24 37 28 18 12II 112 1904 36 29 19 15 13III 120 2311 40 23 29 16 12IV 98 2503 26 28 12 18 12
Jumlah 450 9059 126 117 88 67 49
DesemberI 95 2626 23 28 13 15 16II 98 2624 26 28 16 15 13
III 115 2759 25 24 24 28 14IV 113 2310 23 24 36 12 18
Jumlah 421 10319 97 104 89 70 61Jumlah Total 1252 28189 294 337 235 204 179
Persentase 24% 27% 19% 16% 14%
2. Tahap MeasureMeasure merupakan tahap pengukuran dengan pembuatan analisis diagran
control P- chart untuk menentukan produk cacat yang dominan dan CTQ-nya.
Seperti gambar di bawah ini :
Gambar 2. Diagram Control
Control P-Chart untuk roti Donat menunjukkan terdapat 1 titik periode terletak
di atas UCL yang berarti out of control, yaitu: Minggu kedua bulan November 2011
atau minggu ke- 6 dengan proporsi produk akhir sebesar 0,061123. Dari peta
kendali di atas dapat dilihat bahwa proporsi produk akhir ditolak di minggu ke – 2
bulan November 2011, dimana tingkat proporsi produk akhir ditingkat 6,11% yang
terletak di luar kendali UCL.
3. Tahap AnalyseMengidentifikasikan penyebab masalah kualitas dengan menggunakan
diagram pareto dan diagram sebab akibat. Lihat gambar 3 dan gambar 4.
Gambar 3. Diagram Pareto
Gambar 4. Diagram Sebab Akibat
Dari analisis diagram diagram pareto dan diagram sebab akibat tersebut
dapat diketahui tentang kecacatannya adalah sebagai berikut :
a. Karyawan, Karyawan bagian produksi bekerja pada malam hari dari pukul 16.30
WIB sampai dengan pukul 02.30 WIB, maka konsistensi pada saat bekerja
cenderung berkurang, kelelahan baik di fisik maupun di otak dan terasa ngantuk
karena perbedaan istirahat antara siang dan malam itu berbeda.
b. Metode, Dari seluruh rangkaian sistem pengawasan kualitas proses produksi,
ada beberapa bagian yang tidak di awasi yaitu di pengebokan. Setiap bagian itu
harus segera diawasi agar tidak terjadi kerusakan.
c. Bahan Baku, Pabrik mengambil bahan baku dari berbagai kios yang berbeda
sehingga kualitas bahan baku harus di cek secara teliti dan menyeluruh. Dalam
penyimpanan bahan baku harus di pisahkan menurut jenisnya yang
akanmempengaruhi ketahanan bahan baku. Terjadi juga pada faktor bahan baku
yang kurang teliti terhadap bahan baku yang tanggal kadaluarsa beberapa bulan
lagi.
d. Mesin, Mesin yang sudah tua, perawatan yang kurang dalam keuangannya akan
menyebabkan terhambatnya masa proses produksi. Penggunaan mesin yang
kurang hati – hati dalam proses produksi roti donat akan cepat mudah patah
pada baling – balingnya dan pada lachuer.
4. Tahap ImproveRekomendasi ulasan perbaikan yaitu perbaikan mesin yang rusak,
melakukan perawatan terhadap mesin yang dilakukan lebih intensif dan terus
menerus, melakukan setting mesin secara berkala dan selalu mengeceknya,
pengawasan karyawan bagian produksi, mengelompokkan produk cacat
berdasarkan jenis dan mesin untuk setiap hari melakukan proses produksi oleh
masing - masing karyawan tiap bagian, pengamatan hasil perbaikan setiap minggu.
5. Tahap ControlMerupakan tahap analisis terakhir dari proyek six sigma yang menekankan
pada pendokumentasian dan penyebarluasan dari tindakan yang telah dilakukan
meliputi: melakukan perawatan mesin dan perbaikan mesin secara berkala,
melakukan pengawasan terhadap bahan baku dan karyawan bagian produksi agar
mutu barang yang dihasilkan lebih baik, melakukan pencatatan dan penimbangan
produk catat setiap hari dari masing-masing jenis dan mesin, yang dilakukan oleh
karyawan masing - masing bagian, melaporkan hasil penimbangan produk cacat
berdasarkan type produk catat kepada kepala produksi, total produk cacat
dicantumkan dalam buku agenda produksi cacat yang dilakukan oleh kepala
produksi, total produk cacat dalam periode satu bulan dicantumkan dalam montly
manager. Scorecard atas pertanggung jawaban kepala produksi untuk dilaporkan
kepada pimpinan pabrik.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dianalisis beserta pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan data produksi, diketahui jumlah produksi pada 3 bulan terakhir, bulan
Oktober - bulan Desember 2011 sebesar 59709 box dengan jumlah produk cacat
sebesar 1252 box. Berdasarkan perhitungan, memiliki tingkat sigma 3.20 dengan
kemungkinan kerusakan sebesar 45103 box untuk sejuta produksi (DPMO). Hal ini
tentunya menjadi sebuah kerugian yang sangat besar apabila tidak ditangani secara
serius sebab semakin banyak produk cacat dalam proses produksi roti donat akan
mengakibatkan pembengkakan pada biaya produksi roti donat. Pada hal harga
bahan yang setiap bulannya naik 1%.
2. Jenis-jenis kerusakan atau misdruk yang sering terjadi pada produksi Roti Donat
Naufal Donat yaitu disebabkan karena Patah/ Sobek sebanyak 294 box, Tipis
Sebanyak 337 box, Kecil 235 box, Kebesaran sebanyak 204 box, serta jenis
kerusakan berupa Kotor sebanyak 179 box.
3. Berdasarkan diagram pareto, prioritas perbaikan yang perlu dilakukan adalah
menekan atau mengurangi jumlah produk cacat yang terjadi dalam produksi dan ini
dilakukan dengan cara mengurutkan persentase penyebab kecacatan tertinggi
berturut-turut yaitu cacat karena Tipis (27%), Patah/ Sobek (24%), Kecil (19%),
Kebesaran (16%), dan Kotor (14%). Dan produk cacat yang paling dominan adalah
Tipis, Patah/ sobek dan Kecil.
4. Penggunaan alat bantu statistik dengan peta kendali p dalam pengendalian kualitas
produk di identifikasikan bahwa kualitas produk berada di luar batas kendali yang
seharusnya, jika berdasarkan data produksi jumlah cacat yang terjadi sebagian
besar memenuhi target dibawah 6%. Hal tersebut seperti yang ditunjukkan pada
grafik kontrol yang memperlihatkan bahwa titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak
beraturan, serta ada beberapa titik yang keluar dari batas kendali yang
mengindikasikan bahwa proses berada dalam keadaan tidak terkendali atau masih
mengalami penyimpangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ama Lusiana, 2007. Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Menggunakan Metode Six Sigma Pada PT. Sandang Nusantara Unit Patal Secang. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.
Assauri, Sofjan. 1998. Manajemen Operasi Dan Produksi. Jakarta : LP FE UI
Gasperz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Montgomery, Douglas C. 1990. Pengantar Pengendalian Kualitas Statitik. Universitas
Gajah Mada : Yogyakarta
Muhaemin, Achmad. 2012. Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Six Sigma Pada Harian Tribun Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Pande, Neumann, Roland R.Cavanagh.2002. The Six sigmaWay Bagaimana GE, Motorola & Perusahaan Terkenal Lainnya Mengasah Kinerja Mereka.
Yogjakarta : ANDI.
Pete & Holpp. 2002. What Is Six Sigma. Yogjakarta : ANDI.
Vanany, I. dan Emilasari, D., 2007. Aplikasi Six Sigma Pada Produk Clear File di
Perusahaan Stasionery, Jurnal Teknik Industri Vol.9 No.5.