Take Home ExamAnalisis dan Penerapan Sistem Teknik
Studi KasusDesa Wisata
Sendari“ Sebuah pengantar untuk Membumikan
Fatma WulandariMST UGM
TIKM B Oktober 2009
Sebuah Pengantar untuk Membumikan“ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”
A. Pendahuluan
Yogyakarta selain disebut sebagai kota Pendidikan, juga terkenal
sebagai kota budaya-nya. Di kota ini memiliki keistimewaan segudang tradisi
khas yang masih lestari hingga kini. Tradisi budaya hidup masyarakatnya
menjadi menarik untuk menjadi atraksi yang menjadi daya tarik wisata
hingga kota ini memiliki beberapa Obyek wisata budaya.
Salah satu desa wisata yang sedang berkembang adalah Desa Wisata
Kerajinan Sendari, yang berlokasi di dusun Sendari, Desa Tirtoadi, Kecamatan
Mlati, Sleman. Desa ini memiliki keunggulan sebagai desa kerajinan, dimana
sebagian besar hidup masyarakatnya dari mata pencaharian sebagai
pengrajin dan pengusaha bambu. Dalam desa wisata ini yang dijual adalah
selain hasil industry kerajinan mebel bambunya, juga atraksi keseharian
warga dalam mengolah bamboo dan suasana pedesaan yang jarang
ditemukan di kota.
Sebagai desa wisata pengrajin, Sendari tidak lepas dari system
produksi, system manajemen wisata, system kependudukan dan
kemasyarakatan, dimana untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya diperlukan pola pikir yang sistemik yang kemudian dapat
dilakukan oleh masyarakatnya sendiri dalam rangka mendorong kemajuan
kesejahteraan tersebut.
Menjadi sangat menarik untuk diamati, bahwa desa Sendari
merupakan desa kerajinan mebel bambu, dimana Bambu itu sendiri memiliki
karakteristik yang sangat unik untuk dibahas. Keterbatasan bamboo untuk
diolah, dibentuk dan difungsikan menjadi suatu tantangan tersendiri untuk
mengetahui lebih dalam dari system apa sajakah yang terlibat dalam
produksi mebel bambu di desa wisata kerajinan Sendari. Bagaimana selama
ini desa ini bertahan ?? dan Bagaimana desa ini akan tetap eksis di masa
depan ?? menjadi salah satu dari rentetan pertanyaan yang mendasari kasus
ini diambil untuk diamati dan dianalisis.
B. Sendari sebagai Desa Wisata Kerajinan
Sejak tahun 1970, usaha kerajinan bamboo di dusun Sendari sudah
dirintis secara turun temurun.Produk utama waktu itu hanya berupa kursi
lincak tanpa hiasan , ukiran atau modifikasi tertentu. Pada tahun 1981
Pemerintah Kabupaten Sleman menetapkan dusun Sendari sebagai Desa
kerajinan Bambu. Secara perlahan pengrajin bamboo mulai mengembangkan
inovasi menciptakan karya karya yang lebih bagus dan beragam dari
sebelumnya. Dan area pemasaran pun semakin meluas.
Sejak krisis ekonomi tahun 1997, pemberdayaan sektor riil dengan
berbasis pada pengembangan ekonomi kerakyatan ini dipandang mampu
dan sukses dalam mengusung strategi untuk kemajuan ekonomi Indonesia.
Sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan ekonomi rakyat
pemerintah mengambil kebijakan untuk mengembangkan desa wisata.
Pengembangan desa wisata sangat relevan seiring dengan terjadinya
pergeseran model pembangunan pariwisata. Seperti dilaporkan oleh World
Tourism Organization (WTO) tahun 1995 menunjukkan bahwa telah muncul
perkembangan wisata alternatif yang dipandang lebih menghargai
lingkungan alam dan penghargaan atas kebudayaan.
Desa Wisata merupakan suatu bentuk pariwisata dengan objek dan
daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam
masyarakatnya, panorama alamnya dan budayanya, Pengembangan desa
wisata akan membawa beberapa implikasi positif, seperti mengurangi
pengangguran di desa, peningkatan pendapatan masyarakat, optimalisasi
daya dukung terhadap pembangunan dan terjaganya kelestarian lingkungan
alam di pedesaan. Pengembangan desa wisata juga akan bermanfaat dalam
mengurangi arus urbanisasi dari desa ke kota. Usaha-usaha yang terkait
dengan pengembangan desa wisata tersebut akan menjadi alternatif
pekerjaan yang dapat dimasuki oleh masyarakat setempat. Dan dusun
Sendari memiliki potensi untuk dikembangkan menjasi wisata alternative
budaya kerajinannya. Disamping usaha lain juga dimungkinkan akan muncul
seperti kuliner, transportasi dan usaha jasa-perdagangan lainnya di desa
Gambar 1 Showroom Sendari
Gambar 1 Showroom Sendari
Gambar 1 Showroom Sendari
Sendari sejalan dengan berkembangnya konsep desa wisata ini
terealisasikan.
Desa Tirtoadi sendiri memiliki 3 dusun yang
berpotensi untuk
desa wisata.
Dusun Ketingan,
Sendari, dan
Janturan masing masing
memiliki potensi dan basis
yang berbeda.Ketingan dengan potensi wisata
fauna bangau, Sendari dengan kerajinan
bambunya, dan Janturan dengan potensi wisata
agro perikananannya.
Dengan ditetapkannya Sendari sebagai salah satu desa wisata
dikawasan Sleman, maka pemerintah daerah mulai membangun sarana fisik
seperti jalan raya yang mudah di jangkau oleh para wisatawan. Tahun 1996
dirintis oleh GKR Hemas istri Gubernur Sultan Hamengkubowono X sebuah
Showroom seluas 2,5 Ha dibangun sebagai wadah pameran bagi perajin
untuk memamerkan produk usahanya, dengan harapan sendari menjadi
pusat seni di wilayah Sleman, pengganti pasar seni di Jalan Solo yang pernah
dibangun sebelumnya oleh pemerintah kabupaten Sleman.
Seiring berjalannya waktu, wisatawan dan pembeli hasil kerajinan
Sendari sudah sampai ke negara Jepang, Belanda,Italia, Perancis, Amerika,
Norwegia, dan negara negara Timur Tengah yang dulu Pemasarannya pun
hanya sebatas keliling Yogya. Kini boleh dibilang, pemasarannya sekitar 90% justru ke
luar negeri, sedangkan 10% untuk dalam negeri. Namun sangat disayangkan, dari 600 KK
penduduk desa Sendari yang ada saat ini, hanya sekitar 20 KK yang masih bertahan menjadi
pelaku bisnis di bidang industry kerajinan mebel bamboo. Dan kini banyak dari pengusaha di
dusun Sendari menekuni sebagai pengembang/ developer gazebo, parasol ( rumah bamboo )
yang menjadi permintaan dari pembeli di luar daerah, sehingga sedikit banyak hal ini
mempengaruhi terhadap berkembangnya produk kerajinan bamboo. Suatu kemajuan
diversifikasi produk yang menguntungkan, tetapi juga menarik untuk dikaji lebih luas dan
mendalam kembali.
C. Analisis Sistem
Sebelum menganalisa hubungan system yang bekerja di Desa Wisata
Kerajinan Sendari, terlebih dahulu akan diidentifikasi elemen elemen yang
signifikan keberadaannya yang ada di Sendari ;
1. Penduduk / masyarakat Sendari keseluruhan
Sebagain besar tingkat pendidikannya masih minim, lulusan sarjana
hanya sedikit. Generasi mudanya setelah lulus SMU bekerja sebagai
pelayan toko, pabrik, bengkel dll. Hanya sedikit yang sebagai pengarajin
dan pengusaha. Selain sebagai pengrajin mata pencaharian pokok adalah
petani.
2. Pengrajin Bambu
Pengrajin bamboo melakukan aktivitasnya
dirumah rumah, terdapat dua macam
pengrajin, yaitu pengrajin anyaman dan
pembuat rangka mebel.
3. Pengusaha
Pengusaha adalah pelaku bisnis industry
kerajinan mebel bamboo, biasanya memiliki modal
untuk menggajio pekerja/ beli barang setengah jadi
dari pengrajin. Biasanya adalah orang pribumi.
Showroom disediakan untuk para pengusaha yang
tidak memiliki tempat / rumah strategis di tepi
jalan.
Gambar 2Pengrajin rangka
Gambar 3Pengusaha
4. Perangkat Desa ( RT, Dukuh Sendari, Dukuh Ketingan, Dukuh Janturan,
Kepala Desa, Pamong Desa, dll )
Sendari merupakan sebuah Dusun yang dikepalai oleh seorang Dukuh.
Di Sendari seorang dukuh dan kepala desa mendapatkan sebidang tanah
bengkok dari tanah kas desa untuk digarap dan dipetik hasil panennya
sebagai pengganti gaji atas pengabdiannya kepada masyarakat. Suatu
keistimewaan di sendari bahwa para perangkat desa merelakan tanah kas
desa untuk dijadikan showroom seluas 2,5 Ha dari rencana 10 Ha ( dari
berbagai sumber )
5. Kelompok Pengusaha dan Pengrajin
Majunya perekonomian dan perkembangan desa Sendari tidak bias
lepas dari hadirnya kelompok kelompok pengrajin dan pengusaha, yang
biasanya pemerintah menggulirkan pinjaman modal luna melalui
kelompok kelompok masyrakat. Di Sendari kelompok ini memang pernah
sudah pernah dibentuk, namun mtidak mengalami keberlanjutan. Ada
yang kemudian pinjaman habis tak terlacak, tetapi ada yang
kelompoknya sudah bubar jalan tetapi pinjaman masih dipegang oleh
orang yang bertanggung jawab sebesar 10 juta.
Salah satu kelompok yang masih ada adalah Bambu Indah yang
sebagian besar anggotanya dulu menjadi anggota Melati Indah Yang
sudah fakum ( uang pinjaman masih ada ). Di ketuai oleh Bapak Ponidi
direncanakan Bambu Indah ini akan menjadi sebuah koperasi yang
nantinya bias menjawab permasalahn pelaku industry bamboo di
Sendari, dengan pendampingan yang telah dilakukan oleh pihak DPPM UII
Yogyakarta.
6. GKR Hemas
Seorang GKR Hemas merupakan penentu adanya pencanangan Desa
Sendari sebagai Desa Wisata pengrajin. Beliaulah yang telah
menggerakkan hati masyarakat dalam pembangunan Showroom di Dusun
Sendari.Dan Tahun 1997 beliaulah yang membuka dan meresmikan
Showroom sebagai pusat kerajinan Sendari.
7. LSM dan NGO
Di Sendari telah banyak Lembaga Swadaya Masyarakat dari local maupun
internasional yang tertarik untuk mengembangkan desa wisata Kerajinan
Sendari. Beberapa diantaranya adalah GTZ RED, DPPM UII, MTI UII telah
melakukan upaya peningkatan produktivitas produk maupun
pemasarannya. Beberapa diantaranya memberikan bantuan teknologi
berupa rumah pengawetan bamboo ( Mr. Benyamin , Belanda ), bak
terbuka pengawetan ( MTI UII ), pelatihan desain, pelatihan web, dan
sebagainya.
8. Media massa
Peranan media massa dan elektronok sangat mempengaruhi desa
wisata kerajinan Sendari dikenal luas oleh masyarakat local dan
mancanegara. Sebagai suatu pemberdayaan masyarakat dalam bidang
UMKM maka tak pelak menjadi sorotan media massa untuk menilik segala
kebijakan dan kesiapan pemerintah dan masyarakatnya dalam
mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan awal
dicanangkan dusun Sendari sebagai Desa Wisata.
9. Penyedia bahan baku bambu dan peralatan, dsb
Sendari sebagai daerah industry mebel bamboo ternyata tidak
memiliki sumber daya alam untuk mengambil bahan bakunya, Selama ini
bahan baku bamboo diambil dari daerah kulonprogo, purworejo dan
sekitar wilayah Yogyakarta. Dan hal ini bukanlah menajdi masalah karena
para poengusaha di Sendari membeli bamboo yang belum diolah dan
diawetkan. Dan karena sudah biasa, untuk penyediuaan tinggal
mencontacr pemasok bamboo.
Sementara untuk bahan lain seperti rotan sebagai aksessoris, lem,
bamboo , ijuk, dapat dengan mudah didapatkan dan juga ada
pemasoknya. Sementara untuk peralatan berupa pangot, pisau, pali,
bendo, dll beberapa pengrajin mempercayakan untuk membelinya di
daerah barat wirobrajan Yogyakarta.
10.Dinas – Dinas terkait ( Pariwisata DIY, perhubungan, disperindagkop,
Pemkab )
Peran besar campur tangan pemerintah di desa wisata Sendari adalah
dari dinas PAriwisata DIY, Kabupaten Sleman, dan juga dari BPTT PI UMKM
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yogyakarta yang telah
bekerjasama dengan pihak MTI UII untuk melakukan pendampingan
terhadap unit kerja di Sendari.
Selain itu dari Dinasperindagkop sangatlah signifikan terhadap
keberlanjutan kehidupan ekonomi industry Sendari mengingat kondisi
masyarakat yang pendidikannya tidak terlampau tinggi, keterbatasan
pemasaran dan management pengusaha dan pengrajin bamboo saat itu.
Pihak Bank Indonesia dan pihak terkait lainnya sangatlah memiliki andil
yang besar dalam pembangunan Desa Wisata Sendari sebagai Dusun
Industri Kerajinan.
Dari Pemerintah Kabupaten luar daerah juga sering melakukan
kerjasama dengan para pengusaha industry mebel Sendari untuk
mendidik generasi muda ( anak daerah ) mereka membuat mebel
bamboo., dengan harapan memiliki kecakapan mengolah bamboo di
daerahnya msing masing.
11.Akademisi
Tahun 1986 Sendari menjadi objek KKN mahasiwa ISI Yogyakarta.,
yang memberikan pengaruh terhadap desain dan perkembangan produk
Industri mebel Sendari. Sejak saat itu silih berganti pihak akademisi mulai
melirik menjadikan Sendari sebagai objek penelitian ataupun KKN,
diataranya Universitas Sanata Darma, Universitas Gadjah MAda, dan
universitas, pihak sekolah dari luar daerah yang banyak melakukan KKP
untuk mahasiswa ataupun siswanya.Sedikit banyak memberikan
pengaruh, selain memberikan ilmu pada siswa, Sendari juga mendapatkan
banyak saran dan kritik dari para mahasiswa tersebut. Juga Promosi
gratis dari para mahasiswa yang menyuarakan keunikan dan potensi
Sendari sendiri di daerahnya masing masing.
12.Wisatawan dan atau Pembeli
Menurut data sekunder dari media massa, pada tahun 2008 wisatawan
pengunjung Desa Tirtoadi mencapai lebih dari seribu orang. Namun belum
dapat dipastikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke dusun Sendari,
mengingat ada tiga ODTW yang ada di desa Tirtoadi.
Sementara menurut salah satu pengusaha, setelah tahun 2006
pembeli produk mebel bamboo dari tahun ke tahun menurun. Kebanyakan
yang menjadi andalan saat ini adalah borongan membangun gazebo,
parasol di rumah makan, restoran dan hotel. Kini yang masih menjadi
pelanggan tetap adalah para bakul/ distributor dari daerah pati, jawa
timur, jawa tengah termasuk Jogjakarta dsb. Dan omset yang diminta pun
menurun.
13.Bakul dan distributor
Para pelaku ekonomi ini, mengandalkan keuntungan dari jasa
pendistribusian barang dari produsen ( Sendari ) kepada konsumen dari
daerahnya masing masing. Mereka dating dari pati, kendal, jawa timur,
untuk membeli mebel bamboo dari sendari dan menjualnya ke konsumen.
Biasanya untuk membawa stock yang dibawa dengan pick up ataupun
truck sesuai kapasitas kemampuan bakul dan permintaan konsumen.
14.Guide
Untuk para importer dari mancanegara, dalam mencari produk dsri
sendari kebanyakan mereka diantarkan oleh seorang guide ( pemandu ),
dengan demikian si pemandu akan mendapatkan komisi dari pengusaha
Sendari karena sudah membawa pembeli. Kadang besarnya komisi
mencapai 10 % darikeuntungan. Atau kadang juga melihat barang yang
terbeli dengan semacam perjanjian yang menjadi kesepakatan bersama.
15.Forum Komunikasi Desa Wisata
Sebanyak lima desa wisata di kabupaten Sleman dinyatakan mati suri,
karena tidak adanya kepengurusan. Sementara kekosongan
kepengurusuan dioakibatkan oleh sepinya pengunjun. Dengan demikian,
dalam desa wisata yang notabene-nya berbasis pasda pemberdayaan dan
Desa Wisata Sendari
potensi masyarakat sangat bergantung pada komunikasi dan kekuatan
bersama untuk maju dan mewujudkan tujuan.
Di Desa Tirtoadi, sudah ada kepengurusan untuk desa wisata tetapi
yang berjalan adalah utnuk dusun Ketingan. Padahal untuk potensi yang
besar digarap adalah dusun Sendari yang notabenenya, berbasis pada
masyarakat yang bias diajak untuk berkomunikasi dan berpikir maju.
Berbeda dengan Ketingan yang berbasis pada fauna bangau yang ada di
dusun itu.
Dengan demikian perlu ditelusuri benang merah yang menjadikan
desa Wisata Sendari masih dikategorikan sebagai desa Wisata
berkembang, dan belum menjadi desa wisata mandiri.
Berikut diagram analisis system yang bersumber dari hasil
pengamatan dan pemikiran :
PengusahaIndustry Mebel
Pemasok Bahan Baku
PengusahaIndustry Mebel
Pengrajin
Penganyam
GKR Hemas
Distributor/ Bakul
Dinas Pariwisata
PEMKAB Sleman
Wisatawan/ Pembeli
Bank Penyedia
Dinas terkait
Pemerintah Desa
Penduduk/
LSM/
Kelompok pengrajin/
Guid
Pengrajin
Pengusah
Gambar 4 Diagram analisis
Garis Hubungan, efek sistemik sangat kuat dalam rangka tujuan
desa wisata
Garis hubungan, efek sistemik kuat dalam rangka tujuan desa
wisata
Garis hubungan, efek sistemik ada dalam rangka tujuan desa
wisata
Elemen terpenting, pembangun Desa Wisata yang harus kuat
Tolak Ukur,pembanding suksesnya tujuan desa wisata
Elemen pendukung pencapaian desa wisata mandiri
Elemen Pendukung Perintis yang berpengaruh
D. Sistem Produksi Industri Mebel
Sistem produksi dalam pembuatan mebel Bambu cukup sederhana.Dari hasil
pengamatan kebanyakan dari pengusaha hanya membuat mebel berupa kursi set, sofa, rak,
meja makan, gazebo, parasol, sementara untuk produk produk yang berukuran kecil seperti kap
lampu, tatakan piring gelas, tas didatangkan dari luar daerah seperti wonosari dan Jogjakarta.
Berikut hasil pengamatan di lapangan mengenai proses produksi :
a. Pengadaan Bahan Baku
b. Pencucian
c. Pengeringan/ pengawetan
d. Pembuatan Rangka
e. Pembalutan aksesoris
f. Finishing
Pemkab Daerah Lain
Akademisi
Di Sendari pengusaha Bambu tidak melakukan treat pengawetan untuk pangsa pasar
local, karena untuk melakukan itu diperlukan biaya yang tinggi, sementara pembeli tidak mau
dibebani dengan harga yang lebih.
Sementara upaya untuk memenuhi kebutuhan pengawetan telah diberikan bantuan
berupa rumah pengawetan dari Mr. Benyamin ( USA ) dengan metode berdiri ( bamboo
ditegakkan dan didalamnya ditampung air dengan larutan kimia. Sementara bak terbuka juga
telah diperbantukan untuk pengusaha bamboo, namun karena kurangnya efisiensi bahan
bakaaaar, dan terbatasnya ukuran bamu yang dapatmasuk dalam bak, maka kedua hal tersebut
jarang digunakan.
Pengadaan Bahan
Diambil dari kulonprogo, purworejo, magelang dan daarah lain sekitar Yogyakarta
Pencucian
Pencucian dengan sabun dan disikat dengan kain/ sabut kelapa dean air yang tersedia melewati parit showroo/ rumah rumah penduduk
Pengeringan dan pengawetan
Dikeringkan sebesar 20% selama 2-3 minggu di bawah terik matahariUntuk pasar manca dilakukn pengawetan dengan merendam dalam bak terbuka ( larutan kimia ) atau dimasukkan kedalam batang kemudian ditegakkan
Gambar 5 Proses penyiapan Bahan
1 2 3
Gambar 6Rumah Pengawetan
Gambar 7Teknologi bak Terbuka
Setelah dilakukan proses persiapan bahan, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan
rangka, dan produk kursi.
Dalam proses produkasi ini, pengusaha Sendari bersimbiosis dengan pengrajin dan
penganyam. Sementara pegusaha dapat mengejar order denga tepat waktu, pengrajin dan
penganyam mendapatkan upah harian atau borongan. Setiap satu set anyaman di hargai
sebesar 10 ribu, sementara anyaman 1 meter sampai 20 ribu rupiah.
E. Potensi dan Peluang
Pembuatan Rangka ( tenaga ahli ) pemotongan bambu sesuai ukuran desain yag dibutuhkan, kursi 50 cm, meja makan 90 cm, dsb Alat yang digunakan gergaji,pangot, pisau, palu, bendo, meteran Sambungan digunakan lem, kayu, paku, dan teknik tautan bambu.
Pembalutan dan aksesorisAlat dan bahan : tali rotan,lem, gunting Aksesiris digunakan dari hasil anyaman dan atau ukiran lukisan dibilah bambu untuk sandaran kursi
Finishing dikuaskan plitur ( campuran mata kucing dan bensin perbandingan 1 : 5 lt )Didiamka atau dijemur dalam durasi waktu satu hari/ satu malam
Gambar 8 Proses produksi kursi
Gambar 9 Penganyam
4
5
6
Dari hasil pengamatan, disimpulkan bahwa Dusun Sendari memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai Desa Wisata Kerajinan BAmbu. Potensi dan peluang yang ada tersebut
diidentifikasikan sebagaiberikut :
1. Akses
Letak Wilayah yang cukup mudah dijangakau dari pusat kota Yogyakarta dan mudah
dijangkau dari ldaerah, karena dekat dengan jalur antar kota.
2. Infrastruktur
Semenjak pemerintah gencar mempromosikan Desa Wisata sebagai alternative
pemberdayaan ekonomi masyarakat, pembangunan infrastruktur dilakukan hingga sampai
desa Tirtoadi. Jaringan Listrik dan PDAM juga sudah denga mudah diakses.
3. Fasilitas wisata yang ada
Showroom berupa counter counter untuk menjajakan hasil produk mebel bamboo
4. Tanah luas yang dapat dibangun
Dalam konsep pembangunan kawasan di Kabupaten Sleman, kecamatan Mlati
merupakan kawasan kelas I untuk dapat diolah dengan optimal. Sementara nuansa
Pedesaanharus tetap dipertahankan demi konten Desa wisata tidak terlupakan.
5. Kebijaksanaan pemerintah
Pemkab Sleman melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga melakukan
pendampingan dan fasilitasi bagi pengembangan desa wisata. Diantaranya melalui Forum
Komunikasi Desa wisata yang bertujuan untuk menjalin kerjasama antar pengelola desa
wisata serta menjalin hubungan antara desa wisata dan pemerintah.Selain itu, Pemkab
Sleman melalui Dinas Budpar juga memberikan fasilitasi berupa pembuatan peta desa wisata,
papan data, papan sapta pesona dan pembuatan leaflet. Untuk membantu promosi dan
pemasaran desa wisata, Pemkab juga menyelenggarakan travel dialog dan fasilitasi pameran
bagi desa wisata.
6. Sumber Daya Manusia
Sebagai modal utama dan agenda utama dalam pembangunan desa industry bamboo
sendari adalah kekayaan dan keberagaman pengrajin, penganyam dan pengusaha. Dengan
tiadanya elemen ini berarti matinya desa wisata ini. Untukitu dari 20kk yang sekarang ada,
hendaklah dikembangkan lebih banyak agar industry bamboo di Sendari bias lebih maju dan
mandiri.
7. Bambu sebagai alternative pengganti kayu
Seiring dengan program dunia untuk membatasi penggunaan kayu dalam rangka
mengurangi global warming, maka bamboo memberikan peluang untuk dimanfaatkan
mengingat umur tanam bamboo yang lebih pendek jika dibandingkan dengan kayu.
8. Media massa yang menyorot sebagai alternative promosi
9. Pihak pihak yang ingin melakukan studi tentang Desa Wisata Sendari (LSM, Akademisi, dsb )
F. Permasalahan dan Tantangan
Berikutini adalah permasalah dan tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat Sendari,
disimpulkan dari hasil wawancara kami kepada masyarakat pengrajin, dan pengusaha juga pihak
pamong desa, dan tokoh masyarakat :
1. pengakuan akan kebutuhan perubahan
Sebuah pengakuan kebutuhan akan perubahan melahirkan
keinginan yang bias segera diwujudkan. Namun di masyarakat
Sendari masih ingin bertahan dalam kondisi yang sekarang.
Ketergantungan pemasaran dari mulut ke mulut para pembeli, guide,
distributor bias saja hilang ketika suatu saat mereka beralih pada
bisnis lain. Tradisi Pengrajin juga selamanya akan hilang apabila tidak
segera dilakukan tindakan preventif sejak sekarang.
Meihat keragaman desain produk bambu yang masih monoton
( yang laku oleh pembeli ), menandakan keinginan unuk memunculkan
inovasi perubahan kurang, terbukti hanya tergantung pada permintaan
pembeli.
2. Penetapan tujuan
Konsep besar Master Plan dari desa Tirtoadi yang belum
sepenuhnya dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat,menjadi tidak
mungkin untuk bias menetapkan satu tujuan bersama.Padahal suatu
tujuan sangat penting untuk menentukan langkah. Bisa dikatakan
tujuan adalah ruh gerakan perubahan,yang nantinya dapat dinikmati
bersama.
3. Industri gazebo, parasol….yang lain tersingkir, belum ada peningkatan
produk
Permintaan pasar yang besar terhadap borongan gazebo,
parasol ( mebel eksterior ) menjadikan produkproduk lain belum
terjamah untuk dikembangkan, karena energy sumber daya manusi
yang terbatas.Sehingga kekhawatiran akan hilangnya ciri khaz
pengrajin bamboo akan hilang apabila tidak menjadiprioritas saat ini.
Sehigga perlu tawaran solusi untuk meningkatkan daya beli pembeli
untuk produkproduk yang lain.
4. Membangun Kepercayaan untuk meningkatkan potensi yang ada
Dari hasil wawancara, ditemukan indikasi adanya pesimisme
dari kalangan masyarakat ataupun perangkat desa. MEnjadi hal yang
dapat dimaklumi karena dalam kurun waktu yang sedemikian lama
sejak dicanangkan sebagai desa wisata, Sendari masih belum bias
mandiri padahal segala upaya program sudah digalakkan. Masyarakat
sendiri kurang dapat memegang kepercayaan yang telah dibangun
oleh GKR Hemas waktu itu, sehingga sebagian tokoh agak sedikit
sungkan untuk selalu meminta bantuan pada pihak pihak
lainnya.Kembali lagi pada keinginan untuk suatu perubahan belum
sepenuhnya ada dalam jiwa masyarakatnya.
5. Berpikir dan berkarya secara sistemik, bukan hanya sekedar personal
saja, tetapi sistem yang berarti bersama sama membangun sinergi
Desa Tirtoadi yang memiliki 3 dusun berpotensi wisata,
menjadikan suatu peluang untuk menjadikan wisatawan adalah calon
pembeli produk bamboo Sendari. Untuk itu diperlukan suatu konsep
paket wisata yag memungkinkan untuk mendatangkan wisatawan dari
luar daerah.Dibutuhkan kerjsama antar dusun di wilayah Desa Tirtoadi.
Sementara para pengusaha Sendari masih berjalan masing
masing, menetapkan tujuannya sendiri sehingga kesamaan tujuan
untuk maju bersama belum terealisasikan. Dan cenderung Pengusaha
belum memanfaatkan potensi wisata budaya pengrajin di Sendari,
lebih cenderung hanya bisnis dan keuntungan sendiri saja ( pengaruh
factor ekonomi keluarga sendiri dan pekerjanya )
6. Bagaimana membuat atraksi yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
dan pasar luas
Untuk menarik wisatawan, sudah menjadi kewajiban untuk
memberikan atraksi yang menarik untuk dikunjungi. 3 Potensi dusun
yang Nampak belum bersinergi dalam mengemas paket atraksi wisata,
menjadi mungkin untuk dilakukan secara holistic da menyeluruh.dan
pertanyaannya konsep apa yang bisa ditawarkan untuk atraksi
tersebut ?
7. Masalah kebersihan, keindahan dan penataan Kawasan
Dalam rangka menarik pengujung, penataan kawasan perlu
diperhatikan. Keindahan dan kebersihan juga kemudahan akses
pengunjung menikmati kawasan tersebut menjadi penting
untukdirncnakan secara mantab.
8. Mutu Standart International untuk bertahan bersaing
Sementara di Dusun sendari dalam pengelolaan harga antar
pengusaha belum bias disamakan sehingga terkesanpersaingan yang
ada merupaka persaingan yang tidak sehat. Sementara di luar sana
persaingan dengan Negara negra lain seperti Cina, Thailand, dan
Vietnam semakin gencar ( produk bambu ). Untuk itu dibutuhkan
control kualitas yang bias diterima oleh Internasiopnaldan nasional,
tentu saja dengn standart mutu yang diakui.
G. Solusi Yang Ditawarkan
1. Pemberdayaan semua kalangan
2. Mengintensifkan komunikasi untuk menemukan keinginan pemerintah dan keinginan
masyarakat desa dalam rangka merumuskan menetapkan tujuan akan dibawa kemana
pembangunan desa Tirtoadi
3. Peningkatan pembangunan Networking ( jaringan kerjasama )
Networking yang perlu ditingkatkan kerjasamanya :
melibatkan semua
kalangan( muda, tua, anak anak )
memberikan dan
membangun
kepercayaan
desiminasi tujuan/ Konsep Grand Design
TOP Down
Bottom Up
Dinas Kehutanan dan Pertanian ( aklamasi hutan Bambu, pelestarian bangau ketingan,
diversifikasi perikanan Janturan )
Dinas Pariwisata ( Pemantapan Desa Wisata , atraksi wisata, paket – paket wisata,
promosi )
Dinas pendidikan ( Pelestarian budaya pengrajin pada generasi muda ex : muatan local
di tingkat sekolah untuk kerajinan bambu , marketing produk permainan edukatif dari
bamboo, dll )
Deperindagkop ( pelatihan dari luar daerah, pemasaran, pameran, korporasi / asosiasi )
LSM/ NGO yang memiliki visi dan misi yang sama
Kerjasama antar Dusun ( saling bersinergi )
Kerjasama antar pengrajin dan pengusaha
Forum Komunikasi Desa Wisata
Media Massa dan media elektronik ( ex : jelajah Trans TV, kuliner, dll )
4. Mengadakan kompetisi inovasi desain
Mengingat persaingan antar pengusaha dan pengrajin yang begitu hebatnya, maka
kompetisi merupakan salah satu solusi untuk bersaing secara sehat karena didalmnya ada
campur tangan pihak lain untuk membuat peraturannya.
Dengan kompetisi desain diharapkan para pengusaha dan pengrajin bias lebih
meningkatkan kemampuannya untuk mengolah dna meningkatkan produknya, dengan
demikian teknologi yang akan digunakan oleh mereka akan secara otomatis juga akan
meningkat.
Melalui kompetisi desain diharapkan dapat menarik generasi mudanya untuk turut
berpartisipasi dalam penyelenggaraan ataupun partisipasi pelestarian budaya pengrajin.
5. Atraksi yang ditawarkan untuk menarik wisatawan dan membumikan budaya bamboo
Kesenian Thek Thek ( Pek Bung dari bamboo ) berkolaborasi dengan kesenian
tradisionalyang sudah ada disana yaitu Larasmadyo ( Muda dan tua bias terlibat )
Festival Tradisinal Bambu ( Perlombaan Gasing Bambu )
Festival Tradisinal Bambu ( Perlombaan Egrang/ Atraksi Egrang )
Paket Wisata Sepeda Bambu mengelilingi Ketinagn, Sendari, dan JAnturan
6. Penataan kawasan berdasar prinsip perencanaan kawasan yang terdiri dari 7 elemen :
Landuse, Landmark, Symbol, Node, Signge, Vegetasi,dan path
Menjadi suatu hal yang mudah, ketika pembangunan ruh tradisi pengrajin bambu, yang
berarti industry bamboo sudah membumi, maka sejalan dnegan peningkatan kerjasama
networking masing masing elemen terpenuhi maka pembangunan fisik kawasan dapat
dengan mudah terbangun.
H. Laporan Kunjungan dan Presentasi
Dalam kunjungan melakukan pengamatan dan observasi, tidak ada suatu kendala suatu
apapun baik dalam perijinan ataupun memasuki wilayah kerja dan showroom di Sendari. Dalam
Gambar macam Atraksi Wisata
pengamatan kami pilih hanya beberapa pengusaha dan pengrajin saja ( tidak semua ) mengingat
waktu yang kamipunya sangat terbatas. Hanya saja begitu banyak perbedaan pendapat yang
kami temui yang membuat kami susah untuk menyimpulkan.
Namun dalam waktu yang sudah direncanakan untuk presentasi, yang direncanakan
kamis malam tanggal 25 Februari 2010 jam 19.00 di rumah Bapak Dukuh dengan mengundang
segala elemen masyarakat yang ada menjadi terhambat karena adanya saran yang mengejutkan
bahwa ternyata untuk mengumpulkan masyarakat dalm forum dipandang terlalu sulit bagi kami,
yang hanya melakukan program selama 2 minggu.
Untuk itu kami dianjurkan untuk melakukan presentasi door to door ke pengrajin,
pengusaha dan Pemerintah desa seperti saat kami melakukan observasi lapangan. Akhirnya
diputuskan tanggal kami memilih untuk presentasi di hadapan BApak Karjono selaku Kepala
Desa Tirtoadi, yang kebetulan kepala Desa yang baru terpilih setahun yang lalu, sehingga
masukan dari kami sangat antusias didengarkan dan menjadi suatu diskusi yang menarik.
( dilakukan pada tanggal 25 Februari 2010 jam 13.00 sampai dengan jam 15.00 )
I. Penutup
Demikian Laporan Kunjungan dan Analisis Sistem yang bias kami susun, semoga ada
manfaat yang bias diambil dan direalisasikan.
KAmi mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya atas bantuan semua pihak yang
telah mendorong, member masukan dan data kepada kami, semoga semua yang telah kami
dapat menjadi bahan pembelajaran dan bermanfaat bagi kami.
J. Lampiran Lampiran