SATUAN ACARA PENYULUHAN
Infeksi Nosokomial
Pokok Bahasan : Cara Mencegah Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit
Hari / Tanggal : Jum’at, 20 November 2015
Pukul : 09.00 WIB – 09.35 WIB
Sasaran : Keluarga Pasien.
Tempat : Koridor Rawat Inap 21
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan tempat perawatan dan pengobatan untuk seseorang yang
mengalami gangguan kesehatan. Pasien yang datang dengan berbagai keluhan penyakit
bisa menyebabkan tempat ini dihinggapi banyak kuman dan virus. Jika pasien,
pengunjung, bahkan petugas medis rumah sakit kurang menjaga kebersihan diri maka
dikhawatirkan dapat terkena infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah
ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection
atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya
(Soeparman, 2001).
Survey prevalensi yang dilakukan oleh WHO terhadap 55 rumah sakit di 14
negara mewakili 14 daerah WHO (Eropa, Mediterania timur, Asia Selatan – Timur, dan
Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien di rumah sakit menderita infeksi
nosokomial. Tingkat infeksi nosokomial di Asia dilaporkan lebih dari 40% (Alvarado
2000).
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan
kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui
penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada
pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Terlebih dengan adanya
penyakit seperti MRSA dan Mers yang dapat menginfeksi siapa saja dengan tingkat
penularan melalui kontak dan udara.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pengunjung Ruang Interne
Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 27 Mei 2014, didapatkan bahwa 8 dari
10 pengunjung tidak mengetahui tentang infeksi yang didapat dari rumah sakit dan
pencegahannya. Oleh karena itu kelompok tertarik untuk memberikan penyuluhan
tentang cara mencegah infeksi nosokomial di Rumah Sakit.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan
pasien dan keluarga memahami tentang pengertian, jenis, dan cara pencegahan
infeksi nosokomial.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan
pasien dan keluarga memahami:
a. Pengertian infeksi nosokomial
b. Rantai penularan infeksi
c. Cara mencegah infeksi nosokomial
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Cara pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
2. Sasaran dan Target
Sasaran : Semua pengunjung yang datang ke Ruang Rawat Inap 21 RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang.
Target : Keluarga pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap 21 RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
4. Media dan Alat
a. Leaflet
b. Laptop
c. PPT
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jumat, 20 November 2015
Waktu : 09.00 WIB – 09.35 WIB
Tempat : Koridor Ruang Rawat Inap 21 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
6. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab :
b. Moderator :
c. Pemateri :
d. Observer :
e. Fasilitator :
7. Uraian Tugas
a. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu
5) Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6) Mengarahkan alur diskusi
7) Memimpin jalannya penyuluhan
8) Meyimpulkan penyuluhan
9) Menutup acara
c. Fasilitator
1) Memotivasi peserta agar berperan aktif
2) Membuat absensi penyuluhan
3) Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
d. Observer
1) Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
2) Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
8. Setting Tempat
Ket :
: Presenter : Pembimbing
: audiens : Moderator
: Observer : Fasilitator
D. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.
Memperkenalkan anggota kelompok
dan pembimbing
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
Membuat kontrak waktu
Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan
Memperhatikan
Menyetujui kontrak
2. 20 menit Pelaksanaan :
Menggali pengetahuan peserta tentang
pengertian infeksi nosokomial
Memberikan reinforcement positif atas
pendapat peserta
Menjelaskan tentang pengertian infeksi
Mengajukan pendapat
Mendengar dan
memperhatikan
Mendengar dan
nosokomial
Menggali pengetahuan peserta tentang
rantai penularan infeksi
Memberikan reinforcement positif atas
pendapat peserta
Menjelaskan tentang rantai penularan
infeksi
Menggali pengetahuan peserta tentang
cara mencegah infeksi nosokomial
Memberikan reinforcement positif atas
pendapat peserta
Menjelaskan tentang cara mencegah
infeksi nosokomial
Mendemonstrasikan cara mencuci
tangan yang benar
Mengajak peserta untuk ikut serta
mendemonstrasikan cara mencuci
tangan yang benar
memperhatikan
Mengajukan pendapat
Mendengarkan
Mendengar dan
memperhatikan
Mengajukan pendapat
Mendengarkan
Mendengar dan
memperhatikan
Mendengar dan
memperhatikan
Ikut serta
mendemonstrasikan
mencuci tangan yang
benar
3. 10 menit Evaluasi :
Memberi kesempatan peserta untuk
memberikan pertanyaan
Memberikan reinforcement pada
peserta yang mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan peserta
Moderator melakukan evaluasi
tentang:
Pengertian infeksi nosokomial
Rantai penularan infeksi
Cara pencegahan infeksi
nosokomial
Moderator menyimpulkan materi
penyuluhan
Mengajukan
pertanyaan
Mendengarkan
Mendengarkan
Mengajukan pendapat
Mendengarkan
Moderator memberikan salam Menjawab salam
E. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Mahasiswa dan audien berada pada posisi yang sudah direncanakan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
c. Pre Planning telah disetujui
d. 75% audiens menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. 70% audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
d. 70% audiens berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evaluasi hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan :
a. Pengertian infeksi nosokomial
b. Rantai penularan infeksi
c. Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial
d. Peserta mampu mencobakan cara mencuci tangan dengan benar
Lampiran Materi Penyuluhan
INFEKSI NOSOKOMIAL
A. Pengertian
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial
(Harrison, 2001).
Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah
infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan
setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams & Janet M.
Corrigan, 2003).
B. Rantai Penularan Infeksi
Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu
mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada
manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta
cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
a. Kontak (contact transmission):
1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara
fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen
2) Indirect/Tidak langsung : kontak melalui objek (benda/alat) perantara:
jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci
b. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar
pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada mukosa bibir,
hidung, mulut.
c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus
campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan
kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada
pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, tinja, makanan
e. Melalui Vektor : Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan kuman
penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman
penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu,
binatang pengerat.
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit.
Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,
luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan. Sedangkan faktor lain yang
mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi,
gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun adalah yang paling rentan terinfeksi
nosokomial. Oleh sebab itu anak-anak dilarang membesuk orang yang sedang
dirawat inap di rumah sakit. Anak-anak usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah
dan belum sempurna.
C. Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi,
monitoring dan program yang termasuk:
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan pasien kamar tersendiri
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang
mengakibatkan kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan
infeksi dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau arus darah. Orang yang
mempunyai masalah kesehatan seperti kencing manis atau sistem ketahanan
buruk – atau yang kulitnya terbuka karena luka, baru dioperasi atau penyakit
kulit, lebih cenderung terkena infeksi Staph. MRSA bisa menyebabkan infeksi
kulit seperti bisul, infeksi di bawah kulit, serta infeksi yang lebih parah pada
tulang, darah, paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan penularan yang
melibatkan virus, contohnya HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi
rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi
agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan,
peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini
harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu
pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar
biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan
tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama (Suwarni, 2001)
b. Gaun, menggunakan dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan
Baju khusus (gaun) juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian
selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan
tubuh, urin dan feses, serta melindungi pasien dari mikroorganisme yang
menempel pada tubuh pengunjung yang berasal dari luar rumah sakit.
c. Batasi kontak saat memindahkan pasien
d. Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Kepatuhan
terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang
digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik, dan
air mengalir atau handrub berbasis alkohol.
Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah transmisi
penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang). Banyak penelitian
menunjukkan bahwa cuci tangan menunjang penurunan insiden MRSA .
Waktu mencuci tangan :
Segera setelah tiba di rumah sakit
Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang terkontaminasi cairan
tubuh pasien
Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
Sesudah ke kamar kecil
Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya
Bila tangan kotor
Sebelum meninggalkan rumah sakit
Segera setelah melepaskan sarung tangan
Segera setelah membersihkan sekresi hidung
Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
Cara mencuci tangan 6 langkah :
Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan air, tuangkan sabun atau cairan
antiseptic ke telapak tangan, lalu gosok dengan cara memutar berlawanan
dengan arah jarum jam
Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan. Dan lakukan sebaliknya
Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jariJari-jari sisi dalam kedua
tangan saling mengunci dan saling digosokkan
Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan
Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam genggaman
tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.
Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan
cara memutar. Dan lakukan sebaliknya. Bilas tangan denga air mengalir.
Keringkan dengan tisu sekaali pakai, gunakan tisu bekas untuk menutup
keran.
2. Kewaspadaan transmisi udara
a. Menggunakan Masker
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.
Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka
harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Begitu juga
dengan pengunjung, pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai
cara untuk mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.
b. Etika Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak
menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain
Etika batuk :
Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah berpaling/menjauh sedikit
dari orang-orang disekitar
Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan tissue /
saputangan atau lengan dalam baju
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah;
Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau gel
pembersih tangan; dan
Bila perlu gunakan masker.
DAFTAR PUSTAKA
Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection. Science Press
limited, Cleveland Street, London; 1995
Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No
382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI
Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan Kesehatan.
Depkes RI: Ditjen Bina Yan Med
_____. 2007. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 270/MENKES/2007.
Jakarta: Depkes RI
Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition.
World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and
Response; 2002
Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta
Siegel JD et al. and HICPAC CDC. 2007. Guideline for Isolation Precaution: Preventing
Transmission of Infectious Agent in Healthcare Setting. CDC hal 1-92
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan
Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus:
Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi
DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001
Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases,
second ed, Boston; 2002