BAB I
PENDAHULUAN
Angka kanker serviks di Amerika Serikat cukup rendah bila dibandingkan dengan
negara berkembang. Sedangkan Pap smear telah dilakukan dengan baik dalam hal
mendeteksi prekursor karsinoma sel skuamosa maupun karsinoma sel skuamosa
serviks, Tes ini kurang berhasil mengidentifikasi mereka dengan risiko tinggi penyakit
pre maligna. Penggunaan tes HPV juga memberikan kontribusi meningkatkan
sensitivitas skrining kanker serviks. Chase M. Dane et al, 2009
Peran klasik skrining sitologi serviks adalah mengidentifikasi wanita dengan
kelainan serviks dan mengarahkan pemeriksaan diagnostik seperti kolposkopi dan
biopsi yang dipandu kolposkopi. Pendekatan konvensional sitologi skrining, kolposkopi
dan histologi diagnostik telah menurunkan kanker serviks. Sensitivitas dan spesifisitas
kolposkopi mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode diagnostik
lainnya. Untuk membedakan serviks normal dari diagnosa-diagnosa lain, perkiraan
individual sensitivitas kolposkopi cukup tinggi yaitu 87-99%, sedangkan spesifisitasnya
rendah yaitu 23-87%. Kolposkopi tampaknya lebih akurat dalam mengidentifikasi
kelainan derajat tinggi dibandingkan derajat rendah..Apgar S. Barbara, 2008
Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina dan serviks dengan
menggunakan instrumen kaca pembesar dengan pencahayaan. Pada awalnya
digunakan untuk mendeteksi kanker serviks invasif dini asimptomatik tetapi sekarang
digunakan untuk mendeteksi kelainan pre invasif dengan tujuan mencegah
perkembangan kanker serviks invasif. Pemeriksaan ini diterima untuk mendeteksi dan
menangani kelainan serviks. Kolposkopi juga memainkan peran dalam menilai berbagai
keadaan/kelainan serviks.Apgar S. Barbara, 2008, Frank E. jennifer, 2008
Kolposkopi sulit diterapkan secara global karena mahal dan membutuhkan
peralatan khusus, pelatihan dan evaluasi patologis Meski demikian, kolposkopi adalah
satu-satunya cara yang ada untuk mengevaluasi serviks terhadap penyakit berpotensi
premaligna lanjut yang terlewatkan atau hanya tergolong sebagai kanker stadium
rendah pada papsmear. Kolposkopi memungkinkan dokter menindaklanjuti pap smear
abnormal lebih baik. Chase M. Dana et al, 2009
1
Pasien akan menghadapi sejumlah hambatan bila direkomendasikan
pemeriksaan kolposkopi, termasuk kurangnya pengalaman ahli kolposkopi, rendahnya
pemahaman tujuan pemeriksaan, antisipasi ketidaknyamanan tindakan dan biaya yang
dikeluarkan. Wanita yang menjalani pemeriksaan kolposkopi sering mengalami
kecemasan yang sama bahkan lebih besar dari pembedahan mayor.Frank E. Jennifer, 2008
Pada tahun 2006, Jeronimo dan Schiffman mengkaji ulang literatur tentang
kolposkopi. Suatu kajian yang dipicu oleh pertanyaan keakuratan kesan kolposkopi dan
lokasi biopsi serta mengusulkan metode untuk memperbaiki teknik iniJeronimo, 2006 Pada
makalah singkat in penulis akan membahas tentang kolposkopi mencakup definisi,
persiapan, alat dan bahan yang digunakan serta teknik pemeriksaan dengan
mencantumkan beberapa gambaran kolposkopi dalam lampiran dengan tujuan dapat
menambah pengetahuan kita tentang kolposkopi sekaligus merupakan tugas Sub
Bagian Sitologi.
2
BAB II
KOLPOSKOPI
A. Definisi
Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina dan serviks
dengan menggunakan instrumen kaca pembesar dengan pencahayaan. Pada
awalnya digunakan untuk mendeteksi kanker serviks invasif dini asimptomatik tetapi
sekarang digunakan untuk mendeteksi kelainan pre invasif dengan tujuan
mencegah perkembangan kanker serviks invasif.Frank E. Jennifer, 2008
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Kolposkopi
Prosedur pemeriksaan ini sudah ada sejak tahun 1920, saat kolposkopi
masih kecil dan harganya belum begitu mahal. Pada tahun 1930, kolposkopi
telah dipakai luas di Eropa. Setelah skrining sitologi serviks diperkenalkan,
pemeriksaan koloposkopi menjadi teknik verifikasi sekunder. Kolposkopi
sekarang diterima luas sebagai metode yang paling banyak dipelajari untuk
deteksi neoplasia serviks dan neoplasia intraepitel.Apgar S. Barbara, 2008
Gambar 1. Pemeriksaan kolposkopi (dikutip dari MFMER.com)
3
Kolposkopi optik modern adalah mikroskop binokular yang digabung
dengan sumber cahaya dengan lensa objektif. Kolposkopi ini memberikan
pembesaran dan iluminasi untuk penilaian jaringan target. Tiap-tiap kolposkopi
optikal dilengkapi dengan lensa binokular dan tabung optik dengan seting
masing-masing. Kolposkopi memiliki jarak fokus tetap yang ditentukan oleh
lensa objektif. Umumnya memiliki jarak fokus 300 mm. Bila jarak fokusnya
terlalu pendek, ruangan didepan lensa agak sempit untuk menggerakkan
instrumen, bila jarak fokusnya terlalu panjang, maka ahli kolposkopi akan
terlalu jauh dari jaringan sasaran. Koloposkop umumnya dilengkapi dengan
kemampuan fokus menajamkan atau mengaburkan bayangan. Sepanjang
diatur pada fokus tetap, biasanya fokusnya relatif baik.Apgar S. Barbara, 2008
b) Forsep biopsi punch
Tersedia banyak jenis forsep punch dan masing-masing hanya beda sedikit
bentuknya (Tischler, Burke, Kevorkian dan Effendorfer). Forsep biopsi
memiliki gagang dan ujung atau kepala.
Gambar 2. Biopsi serviks (dikutip dari MFMER.com)
c) Kuret endoserviks
Kuret endoserviks berbentuk batang panjang tahan karat terdiri dari tempat
memegang atau ujung dengan sedikit lengkungan tajam.
4
d) Spekulum. Sebaiknya yang tidak memantulkan cahaya.
e) Pengait serviks (tenakulum)
f) Spekulum endoserviks
Kadang-kadang perlu melihat kanalis endoservikalis karena lesinya meluas
sampai ke kanalis servikalis. Visualisasi adekuat dapat dicapai dengan
menggunakan spekulum endoserviks.
g) Retraktor dinding vagina
Dinding vagina dapat menghalangi visualisasi serviks selama pemeriksaan
kolposkopi. Retraktor ini diperlukan manakala dinding vagina menghalangi.
2. BahanApgar S. Barbara, 2008
a) Asam asetat terlarut atau cuka
Kolposkopi serviks dikerjakan setelah di oleskan asam asetat 3-5 %
atau vinegar. Hasil “acetowhiteness” dari epitel dapat menunjukkan suatu
proses jinak atau neoplastik. Larutan tersebut dipakai dengan kasa, kapas lidi
besar atau dengan botol semprot. Untuk mendapatkan reaksi memutih pada
epitel tidak bertanduk, asam asetat 3-5 % harus dibiarkan berkontak dengan
jaringan hingga reaksi maksimal timbul. Selama pemeriksaan, pemakaian
ulangan asam asetat diperlukan untuk mempertahankan efek pemutihan.
Dengan menghilangnya efek pemutihan maka gambaran pembuluh darah
akan lebih jelas. Larutan ini bisa membuat tidak nyaman, terutama bila pasien
menderita infeksi vagina. Reaksi alergi jarang tapi iritasi bisa muncul
b) Lugol
Larutan iodine dilarutkan dalam aqua seperempat atau setengah untuk
mendapatkan larutan lugol. Larutan ini tidak stabil dan harus ditukar setiap 3-6
bulan. Meskipun larutan seperempat kurang iritatif namun sebagian pasien
tetap sensitif. Kadang sampai timbul alergi berat. Makanya perlu ditanyakan
riwayat alergi terhadap yodium. Larutan ini membuat epitel squamous tidak
5
bertanduk menjadi gelap menunjukkan adanya glikogen didalam sel. Tidak
adanya pewarnaan tersebut menunjukkan keadaan tanpa glikogen atau
permukaannya bertanduk (tebal). Pada kondisi metaplasia pewarnaan yang
timbul bervariasi, sedangkan epitel kolumnar berwarna kuning mustard.
c) Larutan Monsel
Larutan monsel (ferric subsulfat) digunakan untuk mendapatkan
haemostasis setelah biopsi serviks. Hanya digunakan setelah sampel diambil
seluruhnya. Sebelum spekulum dikeluarkan sisanya sebaiknya dibersihkan
d) Perak nitrat
Batang perak nitrat dapat digunakan untuk tujuan hemostasis. Bahan
ini berguna bila langsung diletakkan ditempat biopsi. Iritasi lebih berat
dibandingkan larutan monsel. Sama halnya dengan larutan monsel perak
nitrat akan mengganggu interpretasi biopsi sehingga hanya digunakan setelah
semua biopsi selesaiApgar S. Barbara, 2008
C. Persiapan
Edukasi adalah bagian integral dari pemeriksaan/rujukan dan hal ini dimulai
saat seorang wanita diberitahu bahwa diperlukan tindakan kolposkopi. Pasien diberi
tahu bahwa pap smearnya abnormal meskipun pengetahuannya tentang itu sangat
sedikit. Mungkin mereka baru menyadari jika digunakan istilah prekanker dan
mungkin menyamakan pap smear abnormal dengan kanker atau perilaku seksual
menyimpang; mereka mungkin bingung dengan hasil yang menyatakan bahwa
‘maknanya tidak dapat ditentukan’ atau mungkin cemas bila pap smear ulangan
tidak segera dikerjakan.
Komunikasi tentang pap tes abnormal atau hasil kolposkopi yang dikirim lewat
surat mungkin membingungkan dan kurang tepat. Sedangkan menggunakan
komputer untuk mengajarkan masyarakat tentang kolposkopi mungkin lebih efektif,
umumnya wanita lebih memilih mendapatkan informasi lewat tatap muka langsung
dengan pemberi layanan kesehatannya. Badan Perpustakaan Kedokteran Amerika
menyediakan tutorial interaktif untuk wanita tentang kolposkopi, yang dapat
6
digunakan sebagai informasi tambahan. Selain itu, informasi lewat videotape akan
melengkapi informasi tertulis sehingga dapat mengurangi kecemasan dibandingkan
hanya informasi tertulis saja.Chase M. dane, 2008
Pasien akan menghadapi sejumlah hambatan bila direkomendasikan
kolposkopi, termasuk kurangnya pengalaman ahli kolposkopi, rendahnya
pemahaman tujuan pemeriksaan, antisipasi ketidaknyamanan tindakan dan biaya
yang dikeluarkan. Wanita yang menjalani pemeriksaan kolposkopi sering
mengalami kecemasan yang sama bahkan lebih besar dari pembedahan mayor.
Indikator kecemasan selama pemeriksaan ginekologis termasuk meletakkan
tangannya pada bahu atau kaki, merapatkan kedua tangannnya, menutup atau
memejamkan mata, memegang meja pemeriksaan atau menutupi pinggulnya. Bila
dokter melihat hal tersebut maka dibutuhkan waktu lebih banyak untuk
mempersiapkan wanita tersebut. Kecemasan bisa timbul sebelum, selama atau
sesudah pemeriksaan kolposkopi. Banyak teknik untuk menghilangkan kecemasan
tersebut di antaranya mendengarkan musik atau menonton video.Chan Y et al, 2003, Samina
Tahsen et al, 2008
Konseling sebaiknya mencakup alasan dilakukan tindakan ini, apa yang
diharapkan dari tindakan ini, kontraindikasi relatif kolposkopi (termasuk pemakaian
antikoagulan, servisitis akut, vaginitis berat atau perdarahan hebat) dan komplikasi
potensial. Komplikasi yang muncul relatif ringan dan jarang termasuk perdarahan,
infeksi dan kesalahan diagnosa. Perdarahan dapat sangat berat dan sulit dikontrol
selama hamil, pada wanita dengan servisitis akut dan pada wanita dengan kanker
serviks. Namun, kolposkopi relatif aman dikerjakan pada semua wanita.Chase M. Dane,
2008
D. Indikasi dan kontraindikasi
Ada beberapa kelainan vagina dan serviks yang dapat dinilai dalam
pemeriksaan kolposkopi (tabel 1)Frank E. Jennifer, 2008 . Kolposkopi merupakan
pemeriksaan yang aman dengan sejumlah risiko ringan, antara lain perdarahan
berat, infeksi dan nyeri pelvis. Kontrol hemostasis dan nyeri telah menjadi bahasan
dalam konteks pengobatan dysplasia. Pada penelitian terhadap 96 wanita
sehubungan dengan gejala yang timbul setelah biopsi serviks, 84 diantaranya
7
melaporkan pendarahan ringan dan 11 dengan perdarahan sedang. Perdarahan ini
berlangsung selama lebih dari 2 hari pada 66 perempuan. Pada penelitian tersebut
semua kolposkopis memakai larutan monsel setelah biopsi untuk mengontrol
perdarahan dan para penulis berteori bahwa ini mungkin disebabkan larutan
Monsel karena larutan tersebut bersifat iritan.Chase M. Dane, 2008
E. Teknik pemeriksaanApgar S. Barbara, 2008
1. Bahan dan alat diperiksa sebelum pemeriksaan dimulai
2. Dokumentasi yang baik
3. Pasien dalam posisi litotomi dan dipasang duk steril
4. Ahli kolposkopi duduk pada alat kolposkopi, jarak binokular di atur dan
kolposkopi dinyalakan
5. Tergantung pada indikasi kolposkopi, vulva dapat dilihat dengan kolposkopi.
Asam aseat 3-5 % dapat digunakan untuk mempermudah melihat epitel. Bila
terlihat daerah abnormal, maka segera dilakukan biopsi vulva. Beberapa ahli
kolposkopi menunda kolposkopi dan biopsi sampai semua pemeriksaan selesai.
6. Dimasukkan spekulum ukuran paling besar
7. Servik harus dapat dilihat sempurna, kadang perlu dilakukan usapan mukus
yang menutupi serviks. Bila posisi serviks kurang pas maka dapat diselipkan
kasa basah di fornik dengan memakai forsep
8
8. Diambil sampel untuk pemeriksaan sitologi, bila ada perdarahan cukup ditekan
biasanya akan berhenti
9. Serviks disinari dengan cahaya putih dengan perbesaran 4-8 x. dicatat temuan
makroskopis
10.Pola pembuluh darah dinilai dengan tabir/saringan berwarna hijau dengan
perbesaran rendah dan tinggi. Asam asetat sebaiknya baru digunakan setelah
pembuluh darah dilihat
11.Kemudian digunakan asam asetat 3-5 % secara hati-hati sampai semua bagian
serviks basah, diikuti asam asetat terlarut untuk menjamin terjadinya reaksi
memutih karena asetat (acetowhite reaction)
12.Epitel serviks dinilai dengan perbesaran rendah, sedang dan tinggi. Acetowhite
reaction pelan-pelan akan hilang tergantung pada parahnya abnormalitas epitel.
Dengan menghilangnya reaksi ini maka gambaran mosaik pembuluh darah akan
menjadi lebih jelas karena kontras dengan jaringan sekitarnya. Bila terlihat
pembuluh darah maka harus dilihat dengan perbesaran tinggi
13.Epitel normal dan abnormal serta pola pembuluh darah di ingat dengan baik
karena akan diperlukan saat mengisi data
14.Bila memungkinkan di ambil sampel endoserviks dengan kuret endoserviks atau
dengan cytobrush. Kuret dipegang seperti memegang pensil dan di masukkan
kedalam os servikalis dan seluruh kanalis dikuret dengan tarikan definitif. Sampel
difiksasi dan ditempatkan dalam botol sampel serta diberi label
15.Dilakukan biopsi yang dipandu kolposkopi. Tempat biopsi dipilih dan sampel di
ambil dengan tang biopsi. Perdarahan dirawat
16.Vagina dilihat kembali bersamaan dengan dikeluarkannya spekulum
17.Bila diperlukan dapat dilanjutkan dengan biopsi vulva
18.Pasien diberi tahu tentang kesan hasil pemeriksaan awal kolposkopi
19.Spesimen diperiksa kelengkapannya, dilakukan dokumentasi serta kolposkopi
dibersihkan dan alat-alat yang digunakan disterilkan kembali.
F. Dokumentasi
Dokumentasi temuan kolposkopi merupakan bagian penting dari prosedur
kolposkopi sistematis. Dianjurkan catatan kolposkopi dibuat terpisah dari kartu
9
pasien dan mudah didapat kembali. Form catatan sudah dibuat sebelumnya
sehingga semua informasi yang diperlukan sudah tercatat lengkap dan sistematis
pada saat pemeriksaan. Informasi demografi, temuan klinis dan anjuran untuk
kunjungan berikutnya atau rujukan sebaiknya termasuk dalam catatan itu. Kedalam
informasi demografi termasuk nama, alamat, nomer telepon, HPHT, riwayat
menstruasi dan kontrasepsi. Klinikus harus mendapatkan keluhan terbaru,
termasuk riwayat tes pap smear sebelumnya, riwayat PMS diri dan pasangan.
Dalam catatan temuan klinis, lokasi squamokolumnar junction dan orifisium
eksternal sebaiknya tertulis pada diagram serviks. Kesan normal atau abnormal dari
serviks, vulva dan vagina harus dicantumkan.Apgar S. Barbara, 2008
G. Kolposkopi pada remaja, kehamilan dan wanita post menopause
1) Kolposkopi pada remaja
Umumnya lesi CIN tingkat1 dan 2 mengalami regresi dan penanganan
agresif pada remaja biasanya tidak perlu karena prosedur eksisional
meningkatkan risiko timbulnya stenosis serviks dan partus prematurus.
Kolposkopi di anggap sebagai bagian dalam mengevaluasi penyakit menular
seksual, khususnya kelainan sitologi yang di induksi oleh HPV dan remaja
tersebut harus paham dengan prosedur tersebut. Namun aspek hukum tentang
perlunya biopsi tergantung pada hukum negara dan apakah biopsi merupakan
bagian dari evaluasi dan penanganan dari penyakit menular seksual. Remaja
disarankan diperiksa gonorea atau khlamidia pada saat kolposkopi karena
mereka merupakan kelompok risiko tinggi.Frank E. jennifer, 2008
2) Kolposkopi selama kehamilan
Kolposkopi selama kehamilan dilakukan untuk mengeksklusi adanya
kanker invasif. Servik wanita hamil mempunyai tampilan yang berbeda pada
pemeriksaan kolposkopi, CIN tampak jelas menonjol, meningkatnya sekresi
serviks dapat mengaburkan visualisasi, hiperemia, kelenjar yang prominen dan
eversi dari epitel kolumnar. Oleh karena itu kolposkopi harus di kerjakan oleh
yang berpengalaman melakukan kolposkopi pada wanita hamil.
10
Skuamokolumnar junction mungkin sulit diperlihatkan pada awal kehamilan, tapi
akan menjadi jelas dengan bertambahnya usia kehamilan. Karena itu bila
hasilnya tidak memuaskan sebaiknya diulang 6-12 minggu kemudian atau
setelah 20 minggu. Karena peningkatan vaskularisasi serviks pada kehamilan
dan cenderung berdarah banyak, biopsi umumnya dihindari kecuali ada
kecurigaan klinis displasia tingkat tinggi atau kanker. Namun biopsi dapat
dikerjakan pada semua trimester bila ada indikasi. Pengambilan sampel
endoserviks tidak dianjurkan karena dapat mencederai janin.Frank E. Jennifer, 2008
3) Kolposkopi pada wanita post menopause
Kolposkopi pada wanita post menopause dilakukan dengan cara yang
sama pada wanita tidak hamil. Pedoman terbaru mengizinkan tes HPV atau
sitologi ulangan pada wanita postmenopause dengan temuan sitologi lesi
skuamous intraepitel derajat rendah, menyadari risiko rendah patologi serviks
pada wanita usia lanjut dengan riwayat skrining negatif kanker serviks. Pada
wanita postmenopause, sambungan skuamokolumnar umumnya terletak pada
endoserviks, karena itu hasil kolposkopi sering tidak memuaskan.Penna C et al, 2005
H. Gambaran kolposkopi
Gambaran kolposkopik dibentuk oleh susunan epitel dan stroma. Dalam hal ini
epitel bertindak sebagai filter dan stroma sebagai obyekyang berwarna merah.
Gambaran yang tampak pada kolposkopi tergantung pada tebalnya epitel, densitas
optik, struktur pembuluh darah stroma dan variasi patologi servik.Sjamsuddin S, 2000
1. Gambaran kolposkopi normal
Epitel skuamous berwarna merah muda sedangkan epitel kolumner mempunyai
permukaan irreguler dengan papil-papil stroma yang panjang berwarna merah
tua karena pembuluh darah stroma di bawahnya. Zona transformasi ditentukan
dengan adanya epitel skuamous dengan muara kelenjar dan kista nabothi yang
berada pada batas luar zona transformasi.
2. Gambaran kolposkopi abnormal
a. Epitel abnormal
b. Pembuluh darah abnormal
11
Sebab Penampakan
Epitel abnormal Peningkatan densitas sel dan inti Epitel acetowhite
Abnomal keratin intraseluler LekoplakiaAbnomal produksi keratin
Pembuluh darah Perubahan epitel kapiler Formasi punktasi Abnormal dan mosaik
Formasi mosaik yaitu pada :- Transformasi metaplasia- Efek proliferasi kapiler HPV- Tranformasi neoplasia berat
Perubahan spesifik pada kapiler Pembuluh darahEpitel, angiogenesis atipik
Morfologi kolposkopi epitel abnormal atipik pada lesi prakanker serviks
tergantung pada sejumlah faktor yaitu :
1) Ketebalan epitel hasil sejumlah sel dan maturasinya
2) Perubahan konfigurasi permukaan dan keratinisasi
3) Variasi pola pembuluh darah
Perubahan acetowhite paling penting pada gambaran kolposkopi karena
berhubungan dengan perubahan spektrum dari epitel normal (metaplasia
skuamosa imatur) sampai dengan kanker. Syamsuddin S, 2000
3. Kolposkopi memuaskan dan tidak memuaskan
Pemeriksaan kolposkopi yang memuaskan dimana sambungan
skuamokolumner tampak dan seluruh lesi abnormal/atipik terlihat. Pemeriksaan
kolposkopi yang tidak memuaskan adalah dimana sambungan skuamokolumnar
yang baru tidak dapat ditampakkan akibat proses inflamasi berat atau atropi
berat yang mengakibatkan tidak dapat ditampakkan batas atas dari lesi.
I. Sistem penilaian kolposkopi
Tujuan dari penilaian kolposkopi sistematis adalah untuk mengarahkan ahli
kolposkopi pada lesi paling abnormal untuk di biopsi dengan tujuan menyingkirkan
12
adanya kelainan invasif. Tugas mendapatkan tempat yang paling tepat untuk di
biopsi menjadi suatu hal yang menantang bila lesinya sangat kompleks dan
menempati bagian besar dari zona transformasi.
Ada dua sistem penilaian atau indeks penilaian kolposkopi yang sering
digunakan dalam praktek kolposkopi, yaitu :
1) Sistem Rubin dan Barbo
Metode penilaian Rubin dan Barbo memasukkan beberapa hal yang
menjelaskan temuan serviks abnormal dan normal. Metode ini tidak hanya
menilai intensitas perubahan asetowhite pada epitel tetapi juga mengarahkan
pada perubahan-perubahan warna seperti merah, kuning dan abu-abu yang
mendukung adanya kanker invasif.
Pada displasia derajat ringan, mungkin tidak dijumpai perbedaan pola
pembuluh darah, hanya ada gambaran mosaic dan punctata. Dengan
meningkatnya derajat keparahan penyakit, pembuluh darah menjadi tidak jelas.
Adanya neovaskularisasi, perubahan kaliber, bentuk dan susunan menyebabkan
pola pembuluh darah atipik menjadi kacau. Batas lesi derajat ringan tidak jelas
sedangkan lesi derajat tinggi berbatas tegas dan kadang terpisah dari
stromanya. Permukaan epitel mempunyai rentang dari relatif datar atau terdapat
mikropapil pada lesi derajat ringan hingga jelas terdapat lesi eksofitik pada
penyakit atau lesi invasif.Apgar S. Barbara, 2008
2) Indeks kolposkopi Reid
Indeks kolposkopi Reid menggunakan empat kriteria kolposkopi (reaksi
asetowhite, warna, batas dan pembuluh darah) untuk merumuskan penilaian
kolposkopi dan membantu menentukan tempat paling tepat untuk di biopsi yang
dipandu dengan kolposkopi. Pemakaian perubahan asetowhite dan pembuluh
darah abnormal saja sebagai penunjuk lesi pre invasif dapat mengarah pada
penilaian tidak akurat dari keparahan histologik. Karena daerah-daerah yang
berubah tidak harus mengalami perubahan histologik yang begitu besar. Lesi
derajat ringan luas atau metaplasia skuamous sering ditafsirkan berlebihan
sedangkan lesi derajat tinggi yang kecil kadang terlewati. Apgar S. Barbara, 2008
13
Tabel 2. Indeks kolposkopi Rubin dan Barbo
Tingkat Warna Pb. Darah Batas Permukaan
Normal Pink Halus Zona tranformasi normal Datar
Translusen Cabang normal
Grade 1 Putih Tidak ada Diffuse Datar
HPV/MD Putih bersinar Punktasi halus Berbulu mikropapiler
CIN 1 Putih salju Mosaik halus Flokulasi
LSIL Geografik
Grade 2 Memutih Tidak ada Demarkasi Datar
Displ sedang abu2 cerah Punktasi Sedikit naik
CIN 2 Putih Mosaik
HSIL
Grade 3 Sangat putih Tidak ada Tajam Naik
Dis berat/CIS Putih kusam punktasi kasar Demarkasi
CIN 3 Putih Oyster mosaik kasar Lurus
HSIL Dilatasi Batas bagian dalam
Peningkatan jarak
interkapiler
Mikroinvasi Merah Atipik Berbatas tegas Nodular
Invasi luas Kuning Irregular peeling Ulcerasi
Abu2 kusam Bizarre Pinggir bergulung Nekrosis
Eksofitik
Meskipun diagnosis akhir sangat ditentukan oleh interpretasi histologik,
penilaian kolposkopi tetap diperlukan untuk jaminan keakuratan. Batas adalah
skore yang didasarkan pada apakah batasnya kurang tegas (berbulu), lurus atau
terpisah dari dasarnya. Warna ditentukan oleh derajat perubahan asetowhite
yang dijumpai setelah pengolesan asam asetat 3-5 %. Dalam prakteknya,
banyak lesi berada dalam kategori menengah berdasarkan perubahan warna ini.
Pembuluh darah diberikan skoring menurut bagaimana menonjolnya pembuluh
darah itu sendiri, makin berat lesinya makin tidak jelas gambarannya.
Pewarnaan yodium dikelompokkan menurut uptake lugol dan mempunyai
rentang mulai uptake parsial hingga tidak ada uptake sama sekali. Epitel
kolumnar normal dan perubahan ringan pada epitel seperti vaginitis atau atropi
14
tidak diberikan skoring dalam kategori ini. Masing-masing dari ke empat kategori
tersebut memberikan skornya. Kalkulasinya kumulatif. Lesi dengan skor 5 atau
lebih biasanya merupakan lesi derajat tinggi sedangkan skor 2 atau lebih kecil
biasanya menunjukkan lesi derajat ringan.
Tabel 3. Indeks kolposkopi Reid (dikutip dari Apgar S. Barbara, 2008)
Tanda IndeksKolposkopi 0 1 2
Batas Bentuk kondiloma atau Lesi yang teratur Tepi yang menggulungMikropapiler, epitel putih dengan batas ha keluar,batas dalam dibatas tak tegas, tepi seperti lus dan lurus antara daerah yang bulu ayam, lesi satelit dan berbeda epitel penamputih yang meluas melewati pakannyazona transformasi
Warna Epitel putih yang tak tegas, Corak intermediate Warna putih tiram yangWarna salju berkilau (abu-abu berkilau) kusam
Pembuluh Pembuluh yang halus pola Tak tampak pem Punktasi dan mosaikdarah tak teratur, tiap lesi dengan buluh darah yang jelas kasar
bentuk kondiloma ataumikropapiler
Iodin Lesi coklat mahoni, lesi Pengambilan warna lesi yang tegas berwarminor yang berwarna Iodin tak sempurna na kuning mustardkuning mustard (seperti kulit kura2)
Nilai 0 – 2 = HPV atau CIN 1 3 – 4 = CIN 1 atau 5 – 8 = CIN 2 atauKolposkopi CIN 2 CIN
J. Follow up (tindak lanjut)
Pasien sebaiknya diingatkan kemungkinan timbulnya perdarahan kira-kira 2
hari bahkan lebih lama. Bila digunakan pasta Monsel, mungkin akan keluar cairan
coklat kehitaman selama beberapa hari. Koitus sebaiknya dilarang untuk
menghindari perdarahan dari tempat biopsi. Pasien boleh kembali bekerja setelah
tindakan. Analgesik NSAID dapat digunakan untuk kontrol nyeri. Kesan awal
kolposkopi perlu didiskusikan dengan pasien dan bila sampel biopsi sudah didapat,
diberikan petunjuk kepada pasien bagaimana hasil akan disampaikan kepadanya
untuk menjamin pasiennya mengertiFrank E. Jennifer, 2008
BAB III
KESIMPULAN
15
1. Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina dan serviks dengan
menggunakan instrumen kaca pembesar dengan pencahayaan
2. Pengetahuan tentang kolposkopi mutlak diperlukan bagi seorang dokter spesialis
obstestri ginekologi karena kolposkopi membantu menghindari undertreatment
dan overtreatment
3. Persiapan kolposkopi mencakup persiapan alat dan bahan serta persiapan
pasien
4. Konseling paska tindakan termasuk memberitahu tentang risiko komplikasi dan
perlunya skrining kanker serviks secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
16
American Academy of Family Physician Web Site. Colposcopy (position paper). Available from: www.aafp.org/x6665.xml [accessed june 1, 2007]
Apgar S. Barbara, Brotzman L. Gregory, Spitzer Mark, Colposcopy: Principle and practice: An integrated textbook and atlas, 2nd edition, Saunder Elsevier, 2008
Chan Y, Lee PW, Ng TY et al, the use of music to reduce anxiety for patients undergoing colposcopy: A randomized trial. Gynecol oncol 2003;91:213
Chase M. Dane, Colposcopy to evaluate abnormal cervical cytology in 2008, American Journal of Obstetrics & Gynecology, 2009: 472-480
Frank E. Jennifer, The colposcopic examination, Journal of Midwifery & Women’s Health, Volume 53, No. 5, 2008: 447-452
Jeronimo J, Schiffman M, Colposcopy at a cross road, Am J Obstet Gynecol 2006;195:349
Penna C et al, Laser CO2 conization in post menopausal age: Risk of cervical stenosis and unsatisfactory follow up. Gynecol Oncol 2005;96:963
Samina Tahsen, Psychological distress associated with colposcopy: patients perception, European Journal of Obstetric and Gynecology and Reproductive Biology, Vol. 139, 2008:90-94
Sjamsuddin S, Kolposkopi dan neoplasia intraepitel serviks, Perkumpulan Patologi Serviks dan Kolposkopi Indonesia, 2000
Tomlinson AE, Hooper L, Martin Hisch PL, Pain relief for cervical colposcopy treatment (protocol) Cochrane Database Syst Rev 2006:3
Widdice E. Lea, Updated guidelines for papanicolau test, colposcopy and human papillomavirus testing in adolescents, Journal of Adolescent Health, Vol. 53, 2008
Wright TC, Cox Jt, Massad LS et al, 2006 consensus guidelines of women with abnormal cervical screening test. J Low Genit Tract Dis 2007;62:11:201-22
Lampiran
17
Gambar 1. Lesi putih yang dijumpai pada serviks anterior dengan batas iregular. Hasil biopsinya menunjukkan CIN 1 dan hasil kolposkopinya tidak memuaskan. Gambar 2. Lesi displasia derajat rendah yang meluas ke posterior porsio. (dikutip dari Apgar S. Barbara, Colposcopy: textbook & atlas, 2008)
Gambar 3. Lesi CIN 3 batas tidak tegas, batas perifer menjadi jelas setelah di oleskan larutan lugol (dikutip dari Apgar S. Barbara, Colposcopy: textbook & atlas, 2008)
18
Gambar 4 A. Gambaran pembuluh darah berbentuk mosaic stadium akhir transformasi keganasan, B. Gambaran neovaskularisasi sebagai respon angiogenik terhadap neoplasia dengan dilatasi dan punctata yang jelas (dikutip dari Apgar S. Barbara, Colposcopy: textbook & atlas, 2008)
Gambar 5. Lesi kondilomatous non eksofitik dengan mikropapil(dikutip dari Apgar S. Barbara, Colposcopy: textbook & atlas, 2008)
19