5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 1/11
MEMAHAMI BAHASA FILM
D E P A R T E M E N I L M U K O M U N I K A S I
F A K U L T A S I L M U S O S I A L D A N I L M U P O L I T I K
U N I V E R S I T A S I N D O N E S I A
2 0 1 1
Analisis Komparasi Film “Talentime” (Yasmin Ahmad, 2009) dan “Still Life” (Jia Zhang Ke, 2006)
A u l i a D w i N a s t i t i | 0 9 0 6 5 6 1 4 5 2 -- T a k e H o m e M a t a K u l i a h K a j I a n F i l m
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 2/11
PENGANTAR
Dalam perspektif kajian media, film dipandang sebagai sebuah teks media yang tentumemiliki bahasa dan makna yang hendak disampaikan kepada khalayaknya . Sebagai sebuah
teks media, film tentunya ada untuk tak sekedar ditonton, tetapi juga dibaca. Membaca film
atau karya sinematografis lainnya tentu menuntut kemampuan untuk memahami bahasa apa
yang digunakan dalam film tersebut. Bahasa mengandung kode dan konvensi. Kode adalah
simbol yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau makna, dan konvensi adalah
cara kode itu digunakan dan dipahami sebagai makna bersama. Sebagai sebuah teks media,
film tentu juga mengandung suatu bahasa yang biasa disebut bahasa sinematik
Secara general, bahasa sinematik dipahami serangkaian kode audio-visual yang digunakan
dalam membangun makna, dan mencakup elemen literal, visual, suara, sinematografis, dan
editing. Bahasa sinematik merupakan elemen yang kuat tetapi hampir tak terlihat dalam
mengantarkan makna cerita. Salah satu aspek yang membuat bahasa film menjadi tak
terlihat adalah karena pergerakan gambar visual film itu sendiri (Barsam dan Monahan,
2010). yang relatif cepat, dan ditambah dengan efek suara, membuat penonton tidak dapatmembaca bahasa film secara sadar. Namun, di situlah letak kekuatan semantik bahasa film.
Melalui pergerakan audio-visual, pengaruh bahasa filmditerima secara tidak sadar. Oleh
karena itu, Metz (dalam Penley, 1975) berkata bahwa sumber kekuatan bahasa film lebih luas
dari konvensi masyarakat.
Mengkaji film tidak sekedar berarti memahami cerita, mempertimbangkan konteks sosio-
kultural, atau menganalisis implikasi dari sebuah film, tetapi diawali dari kemampuan
membaca film tersebut yang menuntut pemahaman atas bahasa film sebagai sebuah
prasyarat. Melalui proses identifikasi elemen-elemen bahasa yang disampaikan dalam
sebuah film, kita dapat memahami secara utuh apa yang sebenarnya hendak disampaikan
film tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar kita dapat memahami bahasa di
setiap film ialah dengan membandingkan bahasa sinematik dari dua film yang berbeda.
Analisis komparasi bahasa dalam film yang berbeda dapat menuntun kita untuk mengerti
penggunaan elemen-elemen bahasa sinematik yang berbeda untuk mengkontsruksipemaknaan yang berbeda di benak penontonnya.
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 3/11
KEDUA FILM: TALENTIME DAN STILL LIFE
Dalam kajian kali ini, film yang diangkat sebagai objek pembahasan adalah film Talentime
(Yasmin Ahmad, 2009) dan film Still Life (Jia Zhang Ke, 2006).
Film Talentime
Film Talentime bercerita tentang serangkaian kisah tentang persinggungan antara orang-
orang yang terlibat dalam rangkaian acara ajang pencarian bakat di sebuah sekolah
menengah atas di Malaysia. Orang-orang itu berlatar dari tiga latar kultur berbeda: Melayu,
Cina, dan India, atau tiga kultur besar yang menyusun masyarakat Malaysia.
Inti narasi berkutat pada para finalis ajang Talentime ini. Ada Melur, gadis keturunan Melayu-
Inggris Muslim yang tumbuh dalam keluarga yang dekat, akrab, dan terbuka. Melur yang
berbakat dalam piano dan sastra, jatuh cinta kepada Mahesh, seorang India Tamil beragama
Hindhu yang bertugas menjadi pengantar Melur dalam acara Talentime. Cinta mereka
terjalin dalam kesunyian karena Mahesh seorang bisu-tuli. Tapi, selain Mahesh, ada pula
yang menyukai Melur dari jauh. Hafizh, pemuda Melayu Muslim taat, seorang gitaris dan
penyanyi berbakat yang sebagian hidupnya diabdikan untuk menjaga ibunya yang sakit
tumor. Di sisi mereka semua, diceritakan tentang Kahoe, keturunan Cina, seorang yang
perfeksionis dan tak terima kalah dari Hafizh karena tumbuh dalam didikan ketat ayahnya.
Dalam film ini, Yasmin Ahmad tampaknya berupaya menggambarkan rupa-rupa pengalaman
yang mungkin terjadi ketika dua budaya berinteraksi. Ada cinta yang mungkin tumbuh,
kekerabatan yang terjalin, ikatan keluarga yang tak bisa dilepaskan, tetapi ada juga
prasangka dan stereotipe yang sulit ditinggalkan. Oleh karena itulah, ia berusaha memotret
ceritanya dalam bingkai Malaysia kecil, Malaysia yang multikultur.
Film Still Life
Still Life adalah film karya Jia Zhang Ke, seorang sutradara yang dibesarkan dalam genre
dokumenter yang secara mengejutkan memperoleh penghargaan tertinggi Golden Lion
dalam Venice Film Festival 2006 .
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 4/11
Film ini direkonstruksi dari sinema dokumenter yang berlatar belakang Kota Fengjie di hulu
Sungai Yangtse yang kini tenggelam akibat sebuah proyek raksasa: pembangunan
Bendungan Tiga Ngarai. Film ini berkisah tentang pencarian dan apa yang ditinggalkan oleh
sebuah kota yang hampir musnah. Terdapat dua cerita paralel. Han Shanming, seorang
pekerja tambang, yang datang ke ke Fengjie dari Shanxi untuk mencari istri dan anaknya
yang telah berpisah selama 16 tahun, dan Shen Hong, seorang perawat, yang pergi dari
Shanxi ke Fengjie untuk mencari suaminya yang sudah dua tahun tak pulang.
Tidak seperti film yang mengusung karakter naratif, Still Life menggambarkan bahwa
pertemuan pada apa yang dicari tidaklah menjadi ujung dari pencarian. Lebih dari itu, film ini
tidak ingin bercerita, tetapi lebih kepada merepresentasikan suara-suara mereka yang
disingkirkan di balik sebuah proyek yang ambisius. Film ini juga menyiratkan perenungan Jia
akan ketidakadilan yang menimpa penduduk kota, yang digambarkan bahwa seolah-olah
tinggal di Kota Fengjie adalah kesalahan mereka.
Meskipun bernada kritik, Still Life tidak berisi tentang ideologi politis yang menentang
pemerintah. Melalui filmnya, Jia tidak ingin memberontak, tetapi lebih kepada meninggalkan
jejak dan memoar bagi rakyat China ketika Bendungan Tiga Ngarai selesai dibangun: bahwa
ada sebuah kota yang tenggelam sebagai harga yang harus dibayar atas tegaknya
bendungan raksasa terbersar di dunia itu.
Signifikansi
Meskipun sama-sama menyiratkan sebuah kritik sosial, kedua film tersebut memiliki genre
yang berbeda, dibuat beradasarkan konteks sosial yang berbeda, berbicara tentang subjek
yang berlainan pula. Oleh karena itulah, menganalisis dan membandingkan penggunaan
bahasa dalam kedua film tersebut, akan sangat membantu kita untuk dapat membaca film
sehingga kita memperoleh makna film tersebut lebih dalam dan sesuai dengan pesan yang
hendak diucapkan oleh sang kreator.
Pada akhirnya, seperti yang dituliskan oleh Barsam dan Monahan (2010), membaca film akan
membawa kita pada suatu transisi yang berawal dari menonton dan menikmati film secara
natural (natural enjoyment ) menjadi pemahaman kritis (critical understanding) terhadap
bahasa, konten, dan makna sebuah film.
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 5/11
ANALISIS PERBANDINGAN BAHASA FILM
Mise-en-Scéne
Terminologi Mise-en-Scéne berasal dari bahasa Prancis yang berarti „ put it into scene’ atau
„penempatan dalam scene‟. Dalam karya sinema, Mise-en-Scéne dipahami sebagai segala
elemen visual yang tampak di layar. Mise-en-Scéne meliputi setting tempat, properti, kostum,
make-up, ekspresi figur dan gerakan, pencahayaan dan warna, serta komposisi (Bordwell dan
Thompson, 2008). Mise-en-Scéne disebut juga „pengadeganan‟ atau staging, yaitu konsep
sutradara terhadap segala yang muncul dalam frame(Barsam dan Monaham, 2010).
Dalam film Talentime, sutradara Yasmin Ahmad berupaya membangun setting Malaysia
yang kental dan realistis secara nonverbal. Latar Malaysia tidak pernah terkatakan oleh
tokoh, tetapi digambarkan melalui percakapan dalam bahasa Melayu, Inggris, Cina, dan
Tamil; kostum baju kurung yang dikenakan; juga make-up natural yang menunjukkan
karakter asli wajah mereka yang berlatar Melayu, Cina, dan India. Latar waktu film tersebut
sekitar awal tahun 2000-an, digambarkan dengan teknologi, kondisi sosial, arsitektur rumah
dan sekolah, dan kendaraan yang digunakan para tokoh. Sedangkan set suasana kehidupan
sehari-hari dihasilkan oleh adegan makan bersama keluarga, kegiatan belajar dan upacara di
sekolah, persiapan pernikahan, pengobatan di rumah sakit, dan pentas pertunjukan bakat.
Pengaturan komposisi dalam film Talentime dibuat serba seimbang dan proporsional, seperti
potongan gambar pohon, pintu, jendela, aula besar, ventilasi, dan jalan raya. Hampir semua
scene selalu menempatkan tokoh di titik sentral layar dengan fokus kamera yang jelas untuk
membuat perhatian penonton tertuju pada tokoh yang ditampilkan. Fokus ini dibuat melaluicahaya gelap-terang. Pencahayaan yang berbeda ditampilkan saat adegan Hafizh sholat
paska ditinggalkan ibunya. Di sini cahaya membentuk siluet Hafizh, menimbulkan perasaan
haru dan syahdu. Pewarnaan tampilan layar juga dibuat cenderung cerah dan natural dengan
sebagian besar terdiri dari warna biru, hijau, putih, dan coklat untuk menampilkan
kesederhanaan tokoh dan kedekatan dengan realitas sehari-hari. Meskipun demikian,
terdapat scene di mana adegan tidak realisits tapi lebih imajinatif, yaitu dengan
memunculkan banyak anak-anak seperti malaikat kecil ketika Melur dan Mahesh sedang
duduk berdua di tengah taman untuk menggambarkan indahnya perasaan cinta mereka.
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 6/11
Berbeda dengan Talentime yang menekankan pada tokoh , mise-en-scene film Still Life justru
lebih mengajak penonton untuk memperhatikan latar. Latar tempat disampaikan secara
verbal melalui adegan pengumuman bahwa kapal telah tiba di Kota Fengjie. Gambar juga
secara intens menekankan pada Bendungan Tiga Ngarai (Three Gorges Dam) yang menjadi
set utama dalam film ini seperti bendungan secara keseluruhan, reruntuhan bangunan, dan
kapal yang menyusuri sungai. Adegan saat Shanming yang diantar seorang pemuda (tukang
ojek) mendapati bahwa alamat yang ia cari hanya tinggal sepetak tanah yang mengambang
di atas permukaan air juga reruntuhan bangunan di sisi sungai dan menunjukkan latar waktu
yaitu saat Kota Fengjie belum sepenuhnya tenggelam (dalam proses pembangunan dam).
Penempatan adegan dalam film ini membuat penonton lebih terfokus pada kegiatan si
tokoh dibanding identitasnya. Dari awal ditampilkan seseorang yang datang ke Fengjie
untuk mencari, tetapi identitasnya baru terungkap saat Shanming memperkenalkan diri pada
Brother Mark. Begitu juga dengan tokoh Shen Hong. Kostum tokoh Shanming yang berupa
setelan singlet putih dan celana hitam dan Shen Hong yang memakai kemeja kuning yang
tidak pernah berganti, ditambah tanpa adanya sentuhan make-up membuat kedua tokoh
tersebut tampak sebagai orang yang berada di bawah garis kemiskinan dan mengalami
tekanan hidup, tetapi gigih dalam mewujudkan tekadnya.
Dibanding Talentime, komposisi dalam Still Life lebih acak dan tidak selalu proporsional. Ada
scene di mana Shanming tampak sebagai sesosok manusia kerdil dibandingkan dengan latar
sungai raksasa dan reruntuhan bangunan yang besar, tetapi ada pula adegan di mana
Shanming terkesan powerful ketika berdiri di pinggir sungai dan memandang jauh ke ngarai
dan ia menjadi titik sentral. Pencahayaan dalam film ini juga lebih terang dan tidak banyak
bermain efek gelap-terang sehingga suasana yang ditimbulkan cenderung lebih datar.
Film ini juga menggambarkan realita secara lebih abstrak karena banyak elemen-elemen
imajinatif yang ditampilkan. Misalnya untuk menggabungkan kedua cerita paralel, terdapat
adegan saat Shanming berdiri di pinggir sungai dan dari ujung kiri atas tampak piring
terbang yang terus bergerak ke kanan, membesar, dan meninggalkan Shanming keluar dari
frame, dan selanjutnya tiba kepada Shen Hong. Selain itu ada ada pula bangunan yang tiba-
tiba terbang ke angkasa seperti roket dan scene final yang menampilkan adegan Shanming
yang melihat ada seorang yang berjalan menyusuri tali yang terbentang di udara.
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 7/11
Cinematography
Jika Mise-en-scéne berkaitan dengan elemen apa yang ditampilkan dalam layar, maka
sinematografi lebih kepada bagaimana gambar tersebut direkam dalam kamera.
Sinematografi mencakup tiga aspek kualitas gambar: (1) aspek fotografis, yaitu tone warna,
komposisi, fokus, dan depth, (2) pembingkaian gambar, yaitu angle, perspektif, dan proximity
(3) durasi perekaman, termasuk perpindahan kamera (Bordwell dan Thompson, 2008).
Dalam film Talentime sinematografi ditekankan pada permainan cahaya dengan mengatur
gelap-terang dari setiap shot. Karena fokus film ini adalah pada aktor, maka cahaya dibuat
kontras dengan menonjolkan terang pada aktor dan menggelapkan latar di sekitar. Dari segi
framing, film ini banyak mengambil gambar dari jarak medium dan dekat (medium close-up)
dengan perspektif mata manusia sehingga fokus gambar ditempatkan di tengah kamera
secara sejajar dan proporsional. Hal ini untuk memberi efek realistis dan mendukung struktur
narasi karena penonton akan lebih memperhatikan pengadeganan si tokoh. Sedangkan
untuk durasi shot, elemen-elemen gambar dalam film ini direkam dalam durasi yang cukup
lama di setiap shot, terutama shot yang menampilkan pengadeganan aktor.
Film Still Life memiliki tata sinematografis yang cukup jauh berbeda dengan Talentime. Dariawal sampai akhir, film ini hanya menggunakan single-shot dengan jarak yang cukup panjang
(long-shot ) dan pergerakan kamera yang relatif perlahan. Hal ini terlihat dari pergerakan satu
kamera yang terus mengikuti tokoh Shanming maupun Shenhong dari jarak cukup jauh
(single long shot ) dan sebagian besar diambil dari sisi samping. Apabila tokoh berjalan,
karena hanya diam dan mengambil gambar tokoh dari jauh dan objek atau tokoh yang
terlihat mendekati kamera dan selanjutnya kamera akan mengambil gambar dari sisi
belakang. Pada saat opening, pergerakan kamera tetap single shot, tetapi dari jarak close up
merekam wajah-wajah penumpang dengan fokus yang bergeser antara jelas dan blur ,
sampai akhirnya berhenti untuk merekam tokoh Shanming. Hal ini bertujuan untuk
meminimalkan elemen naratif film ini (Johnston, 2007). Gambar banyak diambil dengan
perspektif burung (dari atas) dengan komposisi yang terfokus pada latar yang terkesan
kokoh dan agung, seperti reruntuhan bangunan, jembatan baja dan beton, aliran sungai di
tengah ngarai, dan keseluruhan kota. Angle ini direkam dengan durasi yang relatif lebih lama
dan dipadukan dengan pergerakan tokoh membuat tokoh terkesan kerdil dan terhimpit.
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 8/11
Editing
Secara konseptual, editing didefinisikan Barsam dan Monahan (2010) sebagai proses
kombinasi dan koordinasi potongan-potongan shot atau pengambilan adegan menjadi
serangkaian cerita film yang menyeluruh. Proses penyuntingan sebuah karya sinematografis
dilakukan dalam dua tahap, yaitu penyusunan shot serta proses mixing dengan unsur audio.
Dalam dunia perfilman, dikenal dua pendekatan penyuntingan yang berbeda: kontinuitas
dan diskontinuitas (Barsam & Monahan, 2010).
Film Talentime mengusung pendekatan kontinuitas di dalam plot agar narasi setiap plot
berjalan mengalir serealistis mungkin. Meskipun demikian, karena terdiri dari beberapa plot
yang dibawakan oleh berbagai aktor yang berlainan, perpindahan alur dalam keseluruhan
cerita film ini digabungkan dengan penyuntingan diskontinu sehingga perbedaan plot
terlihat mencolok dan penonton mengalami plot cerita yang melompat-lompat meskipun
secara keseluruhan adalah alur cerita adalah alur maju dengan struktur narasi lima tahap.
Relasi antar shot dalam film Talentime lebih menekankan pada rhytmic relations dan
temporal relations untuk mengatur kekuatan cerita melalui proporsi setiap shot. Misalnya
hubungan shot ketika menamplikan plot Melur, berganti pada Hafizh, dan Mahesh, atau
Kahoe. Durasi cerita yang utama ditempatkan pada kisah Melur dan Mahesh serta Hafizh.
Sedangkan graphical relations terlihat dari konsistensi film ini menyusun komposisi warna,
penataan cahaya gelap-terang, dan fokus, serta pembingkaian (framing) gambar.
Di sisi lain, film Still Life menampilkan pola editing campuran antara kontinu dan diskontinu
(continuity and discontinuity editing). Kontinuitas editing digunakan untuk menggambarkan
perjalanan Shanming dan Shenhong. Relasi yang paling membuat film ini berkelanjutan
adalah graphical dan spatial relation dengan berpegang pada latar tempat yang semuanya
berada di Kota Fengjie dan cerita Shenhong yang habis seiring dia pergi meninggalkan Kota
Fengjie. Secara ritmis dan temporal, rangkaian shot ini justru tak saling berhubungan, seperti
misalnya cerita yang dibagi menjadi empat babak, yaitu tobacco, liquor, tea, dan toffee, di
mana hanya satu babak yang menceritakan Shenhong (tea). Karena direkam dengan single-
shot, maka continuity editing film ini tidak banyak memakai teknik cutting. Kontinuitas editing
juga dihasilkan dari adanya elemen-elemen science-fiction seperti piring terbang yang
menghubungkan perpindahan plot Shanming ke Shen Hong.
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 9/11
.Sound
Dalam film, sound dipahamai sebagai segala bentuk elemen audio yang digunakan dalam
film untuk menyampaikan sebuah makna yang terkait dengan film tersebut (Bordwell dan
Thompson, 2008). Oleh karena itulah, sound dipandang sebagai salah satu elemen bahasa
sinematik. Berdasarkan sumbernya, sound dalam film dibagi menjadi dua jenis: diegetic atau
yang berasal dari apa yang ditampilkan dalam film dan non-diegetic atau sound yang berasal
dari luar tampilan film tersebut. Sedangkan berdasarkan tipe suaranya, sound dikategorikan
menjadi empat: vocal, environmental, music, dan silence (Barsam dan Monaham, 2010).
Film Talentime merupakan film yang cukup banyak memakai sound untuk memproduksi
makna dalam film karena sound pun termasuk salah satu elemen kuat yang membentuk
narasi dan menghasilkan suasana baik dari segi emosional maupun psikologis. Sound juga
menjadi bagian utama dari kisah ajang pencarian bakat yang menampilkan berbagai jenis
musik. Film ini menggunakan diegetic maupun nondiegetic sound. Suara diegetic misalnya
lagu-lagu yang dimainkan oleh Hafizh saat audisi dan saat pertunjukan Talentime yang juga
mengiringi adegan-adegan lain yang ditampilkan yaitu adegan keluarga Melur, adegan yang
memperlihatkan ibunya yang sakit, serta adegan di mana Hafizh mendapati ibunya
meninggal. Selain terdapat juga musik iringan piano yang dimainkan Melur yang
membangun suasana perasaannnya pada Mahesh. Sedangkan non-diegetic sound berupa
melodi-melodi yang terdengar saat opening yang memperlihatkan potongan-potongan
gambar latar sekolah. Ada pula suatu adegan yang menampilkan seorang penari India di atas
panggung Talentime dengan iringan lagu India dengan melodi sendu untuk membangun
suasana yang menandakan puncak cerita ketika Mahesh dilarang berhubungan dengan
Menur dan ketika detik-detik menjelang kepergian ibu Hafizh.
Dalam film Still Life, suara tak banyak digunakan untuk membangun efek emosional maupun
psikologis seperti film Talentime. Peran sound dalam film Still Life adalah sebagai bagian dari
cerita atau diegeitc sound seperti lagu lama yang disenandungkan oleh seorang anak kecil
ketika melihat keluar jendela apartemen tua tempat Shanming tinggal di Fengjie atau lagu
yang dinyanyikan oleh penyayi di pentas hiburan para pekerja demolisi. Selebihnya, sound
dalam film ini cenderung merupakan environmental sound atau suara-suara yang ebrasal dari
lingkungan, seperti deru angin, dedaunan, maupun suara kapal yang menyusuri sungai.
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 10/11
Tabel Perbandingan Bahasa Film “Talentime” dan “Still Life”
No. Bahasa Film Talentime Still Life
1. Mise-en-Scéne
Setting
Costume
Lighting & Color
Composition
Ditunjukkan melalui bahasapercapakan, kostum, properti,
bangunan, dan fisik aktor.
Menunjukkan latar tempat dan
konteks budaya
Permainan efek gelap-terang
untuk memfokuskan perhatian
pada tokoh
Proporsional dan fokus pada
tokoh
Ditunjukkan melalui dialogverbal dan gambar latar.
Menunjukkan kondisi sosial
setiap tokoh
Pencahayaan cenderung
natural dan realis meskipun
terdapat elemn-elemn abstrak
Abstrak dan fokus pada latar
2. Cinematography
Shot-size
Camera angle
Multiple shot , Medium close-up
shot karena lebih menyorot
pada tokoh
Perspektif mata manusia,
interaksi tokoh digambarkan
dari dua arah (dari depan)
Single shot, Banyak long-shot
dan lebih banyak
menggambarkan latar
Perspektif burung dan katak
untuk menunjukkan latar.
Tokoh digambarkan dari satu
arah samping saja
3. Editing
Continuity
Discontinuity
Cross-cut, 180 derajat, eye-line
match. Menekankan rhytmic dan
temporal relations
Peripndahan plot dan shot
dengan montage, graphic match.
Master shot (krn single shot ),
Hubungan terletak pada
graphical dan spatial relations
Perpindahan shot dengan
waktu dan ritme diskontinu
4. Sound
Sound Effect
Music
Degetic/Non-
degetic
Melodi dan instrumen musik.
Berfungsi mendukung narasi dan
menghasilkan efek emosional
Instrumental maupun vocal.
Bagian dari cerita dan
mengiringi adegan
Baik diegetic maupun non-
diegetic
Environmental sound untuk
menampilkan kesan yang
benar-benar realistis
Vocal sebagai bagian dari
pengadeganan (tidak untuk
mengiringi adegan lain)
Hanya diegetic
5/17/2018 Review Komparasi Film Talentime dan Still Life - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/review-komparasi-film-talentime-dan-still-life 11/11
DAFTAR REFERENSI
Barsam, Richard dan Monahan, David. (2010). Looking at Movies: Introduction to Film. New
York: WW Norton & Company.
Brodwell, David dan Thompson, Kristin. (2008). Film Art: An Introduction. New York: McGraw
Hill.
Johnston, Ian. (2007). Looking at Jia Zhang Ke’ s Recent Masterpiece, diunduh dari
http://www.brightlightsfilm.com/58/58stilllife.php pada 2 November 2011 Pukul 12.43
Nowell-Smith, Geoffrey (Ed.). (1996). The Oxforld History of World Cinema. New York: Oxford
University Press, Inc.
Penley, Constances. (1975). “Film Language by Christian Metz Semiology‟s Radical
Possibilities” dalam Jump Cut: A Review of Contemporary Media Vol. 5, 2004, pp. 18-19.