2.1 Teori dan Prinsip Komunikasi Kesehatan
2.4.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk
lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang
lain. Stimulus ini berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan,
atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain
tersebut merespons atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan stimulus.
Oleh sebab itu reaksi atau respons, baik dalam bentuk bahasa maupun simbol-simbol ini
merupakan pengaruh atau hasil proses komunikasi. Proses komunikasi yang menggunakan
stimulus atau respons dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan, selanjutnya disebut
komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-
simbol disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi sangat diperlukan dalam proses pendidikan kesehatan (promosi
kesehatan). Komunikasi merupakan kegiatan untuk mengendalikan faktor-faktor
predisposisi, seperti kurangnya pengetahuan, sikap masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negatif tentang penyakit. Tanpa adanya proses
komunikasi, pembangunan, termasuk pembangunan di sektor kesehatan, tidak akan
berjalan dengan baik dan efektif.
Komunikasi di bidang kesehatan bukan saja diperlukan untuk melibatkan seluruh
komponen masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan, tetapi juga
diperlukan untuk memperoleh dukungan politik dan kebijaksanaan dari para pejabat
penyelenggara negara, baik eksekutif maupun legislatif, dan para pejabat lintas sektor yang
lain. Untuk berkomunikasi dengan efektif, para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu
komunikasi dan media komunikasinya.
2.4.2 Unsur-Unsur Komunikasi
Unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi adalah:
1. Sumber/komunikator
Komunikator adalah sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan stimulus antara lain
dalam bentuk informasi atau disebut pesan yang harus disampaikan pada pihak lain.
2. Pesan
Pesan adalah isi stimulus yang dikeluarkan oleh komunikator (sumber) kepada
komunikan (penerima).
3. Media
Saluran, atau lebih popular disebut media, adalah alat atau sarana yang digunakan oleh
komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan.
4. Sasaran/komunikan
Komunikan adalah pihak yang menerima stimulus dan memberikan respon terhadap
stimulus tersebut.
5. Umpan balik
6. Evaluasi
2.4.3 Model, Macam, dan Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari dua model, yaitu model linier dan model sistem.
1. Model linier
Gambar 2.4 Model Komunikasi Linier
Pada model komunikasi linier proses komunikasi terjadi menurut suatu urutan tertentu.
Terlihat ada perbedaan kedudukan dan peranan antara sumber dan sasaran. Sumber
seolah-olah lebih tinggi dari sasaran.
2. Model sistem
Model komunikasi sistem menetapkan kedudukan dan peranan sumber sama dengan
kedudukan dan peran sasaran. Fungsi setiap unsur komunikasi, terutama unsur dan
sasaran tidak hanya tunggal, tapi bersifat ganda. Misalnya pada situasi ceramah. Jadi
seseorang yang sedang menyampaikan ceramah merupakan sumber pesan sekaligus
pesan itu sendiri dan sasaran pesan. Dia merupakan pesan melalui gerak-geriknya dan
sasaran pesan karena ia harus dapat menangkap reaksi yang tibul akibat pesan yang
disampaikannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi (7C)
1. Credibility
2. Content
3. Context:
4. Clarity
5. Continuity and consistency
6. Channels
7. Capability of the audience
Macam-macam komunikasi:
• Ditinjau dari media yang digunakan
Umpan balik
– Visual, audio, audiovisual
• Ditinjau dari hubungan sumber dan sasaran
– Langsung/tatap muka, tidak langsung
• Ditinjau dari umpan balik yang diperoleh
– Dua arah, satu arah
• Ditinjau dari simbol yang digunakan
– Lisan, tulisan, isyarat
• Ditinjau dari suasana berlangsungnya komunikasi
– Formal, informal
Metodelogi Komunikasi 7
2.4.4 Perencanaan, Pendukung dan Penghalang Komunikasi4.5.6.7
Proses Perencanaan Komunikasi
Merencanakan program komunikasi sedikit berbeda denga merencanakan program-
program yang lain. Proses perencanaan komunikasi ini secara umum digambarkan dalam
bentuk diagram P, atau yang lebih umum disebut P Process.
1. Analisis
Analisis kominikasi kesehatan mencakup 2 aspek, yakni aspek epidemiologi dan aspek
perilaku.
o Analisis epidemiologi mencakup prevalensi penyakit, karakteristik penderita
penyakit tersebut, faktor-faktor resiko, dan atau penyebab utama penyakit.
o Analisis perilaku, mencakup perilaku masyarakat sehubungan dengan
penyakitnya (gejala atau tanda-tanda), penyebab dan cara penularan penyakit,
cara pencegahannya, tindakan, dan pencarian pengobatan.
2. Desain komunikasi
Dalam merancang program komunikasi kesehatan, hal-hal yang perlu dilakukan antara
lain:
a) menentukan khalayak sasaran
b) menentukan tujuan secara spesifik
c) menentukan isi pesan dan media
d) menentukan strategi
e) menyusun rencana tindakan
3. Pengembangan media
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan media ini adalah :
a. Membuat desain media
b. Uji coba media
c. Revisi dan finalisasi media
4. Implementasi,monitoring, dan assessment
Dalam program komunikasi, impelementasi, monitoring, dan evaluasi merupakan
suatu kesatuan. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :
o Pelatihan petugas (bila perlu)
o Peluncuran
o Pemantauan proses
o Pengukuran dampak program komunikasi terhadap masyarakat (jangka pendek,
menengah, dan panjang)
5. Telaah (review)
Program komunikasi adalah suatu proses yang berkesinambungan. Hal ini berarti
bahwa hasil evaluasi dari suatu program komunikasi merupakan feedback dan input
bagi program selanjutnya. Oleh sebab itu assessment program komunikasi merupakan
telaah bagi program ini, yang terdiri dari :
o Analisis hasil assessment
o Rekomendasi tindak lanjut
o Perencanaan kembali
Faktor-Faktor Penunjang Komunikasi Yang Efektif
Komponen pesan:
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa menarik perhatian
komunikan.
b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama
antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
c. Pesan harus mampu membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan
beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak
bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakan untuk
memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Komponen komunikan:
a. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.
b. Pada saat mengambail keputusan ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai dengan
tujuannya.
c. Pada saat mengambil keputusan ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan
kepentingan pribadinya.
d. Ia mampu untuk menepatinya baik secara mental maupun fisik.
Komponen komunikator :
a. Trustworthiness atau kepercayaan pada komunikator.
b. Attractiveness atau daya tarik komunikator.
c. Source power atau kekuasaan : kemampuan untuk menimbulkan ketundukan atau
kepatuhan
d. Expertise atau keahlian komunikator.
Faktor-Faktor Penghalang Komunikasi
a. Lingkungan
Pada lingkungan yang berisik atau terlalu padat, kegiatan komunikasi tidak dapat
berjalan dengan kondusif.
b. Fisiologikal
Komunikan yang memiliki gangguan fisiologis, seperti gangguan mendengar,
melihat, dan lainnya, dapat memiliki gangguan selama proses komunikasi
berlangsung.
c. Psikologikal
Komunikan yang memiliki gangguan psikologis juga dapat menghambat pelaksanaan
komunikasi. Oleh karena itu diperlukan metode khusus dan kesabaran untuk
menangani komunikan jenis ini.
d. Kebudayaan
Adat istiadat setempat, perilaku setempat, dan kepercayaan setempat dapat
mempengaruhi proses dari penerimaan pesan dari komunikasi yang terjadi.
2.4.5 Komunikasi Interpersonal, Intrapersonal dan Massa
Pengertian Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa menurut beberapa ahli.
Bittner (1980:10), komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang.
Gerbner (1967), Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang
dalam masyarakat industri.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Sistem Komunikasi Massa versus Sistem Komunikasi Interpersonal
Menurut Elizabeth-Noelle Neuman (1973), komunikasi massa secara teknis
menunjukkan empat tanda pokok:
Bersifat tidak langsung, harus melewati media teknis.
Bersifat satu arah, tidak ada interaksi antara para komunikan.
Bersifat terbuka, ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim.
Mempunyai publik yang tersebar.
Karena perbedaan teknis, sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik
psikologis yang khas dibandingkan komunikasi interpersonal. Ini tampak dalam
pengendalian arus informasi, umpan balik, stimuli alat indera, dan proporsi unsur isi dengan
hubungan.
Pengendalian Arus Informasi
Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan
dan yang diterima. Perbandingan antara pengendalian arus informasi dalam komunikasi massa
dan komunikasi interpersonal:
KOMUNIKASI MASSA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Kita tidak dapat mengendalikan arus
informasi seperti yang dikehendaki
(dikendalikan komunikator)
Kita bersama-sama dapat mengendalikan arus
informasi seperti yang dikehendaki.
Situasi komunikasi dapat menunjang persuasi
yang efektif
Situasi komunikasi akan mendorong belajar
yang efektif
Komunikator sukar menyesuaikan pesannya
dengan reaksi komunikan, reaksi khalayak
Komunikator mudah menyesuaikan pesannya
dengan reaksi komunikan
dijadikan proses untuk komunikasi berikutnya
(feedback)
Tabel 2.2
Umpan Balik
Umpan balik berasal dari teori sibernetika (Norbet Wiener). Dalam sibernetika, umpan
balik adalah keluaran (output) system yang dibalikkan kembali kepada system masukan
(input) tambahan dan berfungsi mengatur keluaran berikutnya.
Dalam komunikasi umpan balik diartikan sebagai respon, peneguhan, dan
servomekanisme internal. Sebagai Respon, umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali
dari penerima ke sumber, memberi tahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan
landasan kepada sumber untuk menentukan perilaku selanjutnya. Dalam pengertian ini umpan
balik bermacam-macam jumlah dan salurannya. Umpan balik sebagai peneguhan, respon
yang diperteguh akan mendorong orang untuk mengulangi respon tersebut. Sebaliknya,
respon yang tidak diperteguh akan dihilangkan. Umpan balik sebagai servomekanisme.
Dalam setiap sistem, selalu ada aparat yang memberikan respon pada jalannya sistem. Belajar
menimbulkan servomekanisme dalam diri individu. Sikap yang diperoleh melalui belajar,
diinternalisasikan dalam diri individu sebagai mekanisme yang menstabilkan perilaku
individu.
Perbedaan umpan balik sistem komunikasi massa dan sistem komunikasi interpersonal:
PEMBEDA KOMUNIKASI MASSA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Sebagai respon Hanyalah zero feedback,
berlangsung satu arah
Volume tidak terbatas dan lewat berbagai
saluran komunikasi
Sebagai peneguhan Delayed feedback
(terlambat)
Umpan balik cepat
Sebagai
servomekanisme
Kendala ekonomi, nilai,
teknologi, dan organisasi
berfungsi sebagai
servomekanisme
Sikap berfungsi sebagai servomekanisme
Tabel 2.3
Stimuli Alat Indera
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa.
Sedangkan dalam komunikasi interpersonal, stimuli lewat seluruh alat inderanya. Menurut
McLuhan, perkembangan sejarah berdasarkan media massa dibedakan menjadi 3 babak:
Babak tribal: lewat semua alat indera.
Babak Gutenberg: hanya indera mata yang mendapat stimuli.
Babak neotribal: alat-alat elektronik memungkinkan manusia menggunakan beberapa
macam alat indera.
Proporsi Unsur Isi dengan Hubungan
Perbandingan proporsi unsur isi dengan hubungan antara komunikasi massa dan komunikasi
interpersonal.
KOMUNIKASI MASSA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Unsur isi lebih penting Unsur hubungan lebih penting
Pesan berstruktur, dapat disimpan,
diklasifikasi, dan didokumentasikan
Pesan tidak berstruktur, tidak sistematis, dan
sukar disimpan atau dilihat kembali.
Tabel 2.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak pada Komunikasi Massa
Media masa adalah faktor lingkungan yang dapat mengubah perilaku khalayak,
sedangkan khalayak itu sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung
atau menerima pesan-pesan yang telah diberikan atau disampaikan dari media massa. Dari sini
khalayak akan memilih suatu informasi dari lingkungan yang berbeda pula.
Dalam perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-
kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Untuk golongan
berdasarkan usia, yakni untuk usia anak-anak dalam menyukai tayangan televisi, mereka lebih
menyukai tayangan film-film kartun, seperti Naruto, Avatar, Spongbob Squerpain, Doraemon,
Sinchan, Popeyed dan film-film kartun yang lainnya. Dan untuk usia seorang ibu-ibu rumah
tangga, mereka lebih condong menyukai tayangan tentang acara memasak atau film-film
telenovela yang cenderung menceritakan tentang kisah-kisah percintaan dan kisah-kisah
perselingkuhan atau sinetron-sinetron dan untuk usia remaja mereka lebih menyukai tentang
tayangan seperti infotainment-infotainment.
Untuk golongan sosial yang berdasarkan jenis kelamin, yaitu untuk para perempuan
mereka lebih menyukai tayangan-tayangan seperti acara gosip dan sinetron-sinetron. Sedangkan
untuk para laki-laki mereka lebih menyukai atau memilih tentang tayangan olahraga, seperti tinju
dan sepak bola. Untuk golongan sosial berdasarkan tingkat pendapatan, mereka yang
pendapatannya lebih dari standar atau tinggi maka tayangan dalam media TV mereka lebih
menyukai tentang acara yang menayangkan ada tempat-tempat perbelanjaan. Dari masing-
masing sebagian golongan sosial tersebut apabila masing-masing golongan sosial seperti usia,
jenis kelamin, tingkat pendapatan dan yang lainnya maka apabila mereka cenderung memilih isi
komunikasi yang sama maka bila mereka berkomunikasi maka akan memberi respon dengan
cara hampir sama juga.
Komunikasi untuk pendidikan kesehatan
Secara umum berkomunikasi berarti merujuk pada usaha untuk menimbulkan suatu persamaan
mengenai sikap dengan seseorang. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi kesehatan
menurut Romuson dkk yaitu usaha sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku
kesehatan penduduk yang besar jumlahnya dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi
massa, desain instruksional, pemasaran sosial, analisis perilaku, dan antropologi medis. Adapun
tujuan komunikasi kesehatan yaitu perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, agar
dapat tercapai peningkatan derajat kesehatan.
Wilbur Schramm menyebutkan bahwa dalam komunikasi dibutuhkan sedikitnya tiga unsur, yaitu
sumber, berita atau pesan, dan sasaran. Pendapat lain menyebutkan ada empat unsur, yaitu
sumber, pesan, media, dan sasaran. Terdapat disiplin ilmu yang mempengaruhi komunikasi
kesehatan yaitu, pemasaran sosial, analisis perilaku, dan antropologi.
Pemasaran sosial adalah desain, implementasi, dan pengawasan program yang ditujukan untuk
meningkatkan penerimaan gagasan sosial atau perilaku pada suatu kelompok sasaran. Pemasaran
sosial menjual produknya (berupa jasa pelayanan kesehatan atau sikap dan perilaku baru)
dengan mengingat pada minta masyarakat. Minat ini akan diarahkan pada minat untuk bersikap
dan berperilaku sehat, untuk kemudian peningkatan derajad kesehatan dapat tercapai.
Metodelogi komunikasi kesehatan masyarakat
PERENCANAAN
-analisis masalah kesehatan
-riset pengembangan
-studi perilaku kesehatan
-pengembangan strategi
-uji coba bahan-bahan
-pelaksanaan operasional
Evaluasi dampak
PELAKSANAAN
produksi
PEMANTAUAN
-kegiatan
-pengetahuan
-penerimaan
-perilaku
DISTRIBUSI
-TV
-radio
-bahan cetakan
-tatap muka
-tempat mendapatkan pelayanan
HASIL
-derajat kesehatan
-perilaku
-sikap
-pengetahuan
Berbeda dengan klasifikasi Piaget, Kohnstamm memiliki klasifikasinya sendiri. Kohnstamm membagi periodisasi psikologi menjadi 4 yaitu:
1. Umur 0-2 tahun disebut masa vital
2. Umur 2-7 tahun disebut masa estetis
3. Umur 7-13 tahun disebut masa intelektual
4. Umur 13-20 tahun disebut masa sosial
Masa kelas tinggi sekolah dasar (9/10-13 tahun)
1. Adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini membawa kecenderungan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2. Amat realistic, ingin tahu dan ingin belajar.
3. Telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus
4. Sampai kira-kira umur 11 tahun, dalam menyelesaikan tugas masih membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa. Setelah kira-kira umur 11 sudah mulai berusaha menyelesaikan tugas sendiri
5. Memandang nilai rapor adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya.
6. Gemar membentuk kelompok bermain. Tidak terikat pada peraturan permainan yng tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Ingatan sebagai hasil belajar dan retensinya
Proses belajar ditandai dengan keluaran berupa tambahan informasi dalam memori atau terjadinya peningkatan retensi. Dengan kata lain, retensi atau daya ingat merupakan hasil perwujudan dari belajar. Memori sendiri mengacu pada penyimpanan informasi dan akses informasi yang pernah diterima
Memori mencakup proses encoding (penyandian), storage (penyimpanan), retrieval (memanggil kembali) atau dapat dikatakan ruang lingkup memori meliputi penerimaan informasi, penyimpanan informasi, sampai dengan pemanggilan kembali informasi. Adapun penjabarannya yaitu sebagai berikut:
1. Encoding yaitu proses pengkodean terhadap apa yang dipersepsi. Proses pengkodean ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
a. Pengkodean dengan tidak sengaja, yaitu bila informasi yang diterima dimasukan secara tidak sengaja ke dalam ingatan, misalkan informasi berdasarkan pengalaman yang tidak disengaja.
b. Pengkodean dengan sengaja, yaitu bila individu dengan sengaja memasukan informasi ke dalam ingatan, misalkan orang yang dengan sengaja bersekolah untuk mendapatkan informasi.
2. Storage yaitu proses penyimpanan informasi yang telah dikodekan. Disebut juga retensi, yaitu proses mengendapkan informasi ke dalam ingatan. System penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori (memori sensori, memori jangka pendek, memori jangka panjang). Ada pula yang disebut dengan jejak-jejak ingatan, jejak ini akan disempan sementara dalam ingatan yang pada suatu waktu akan ditimbulkan kembali. Jejak ingatan ini dapat hilang, sehingga terjadi kelupaan, hal ini dipengaruhi oleh interval (jarak waktu antara memasukan informasi dan menimbulan kembali informasi). Semakin lama interval atau semakin lama waktu dari memasukan informasi ke menimbulkan kembali informasi, maka retensinya akan semakin berkurang.
3. Retrieval yaitu proses pemulihan kembali atau mengingat kembali informasi yang telah disimpan sebelumnya untuk bisa digunakan dalam memecahkan masalah atau mengahadapi persoalan sehari-hari.
Adapun Atkinson dan Shiffrin membagi memori menjadi 3 tempat penyimpanan yaitu memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang atau yang disebut juga tiga sistem memori.
Semua informasi akan selalu diterima oleh memori sensori, kemudian sebagian informasi akan diteruskan ke dalam memori jangka pendek, dan sebagian lagi akan hilang. Dari memori jangka pendek, melalui suatu proses seleksi informasi, informasi dilanjutkan ke dalam memori jangka panjang. Informasi yang tidak diteruskan ke dalam memori jangka panjang akan dilupakan. Tetapi informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang bisa kembali ke memori jangka pendek, sehingga kelupaan dapat terjadi di setiap tahap model memori tersebut.
Lama ingatan dalam tiap tahap memori tidaklah sama. Memori sensori bertahan sekitar 1-2 detik, sedangkan memori jangka pendek bertahan sekitar 15-25 detik. Perpindahan memori dari satu tahap menuju tahap selanjutnya memerlukan usaha, usaha agar memori sensori dapat berpindah ke dalam memori jangka pendek yaitu dengan perhatian atau atensi. Dan selanjutnya agar memori jangka pendek dapat berpindah ke dalam memori jangka panjang, dibutuhkan gelada atau rehearsal dan elaborasi
encoding storage retrieval
Retensi ingatan
Untuk mempelajari retensi ingatan manusia, Hermann Ebbinghaus melakukan percobaan pada dirinya sendiri, Ebbinghaus menghafal 13 suku kata tidak bermakna kemudian mencatat ingatannya. Hasil percobaan Ebbinghaus menghasilkan teori sebagai berikut:
Segera setelah diberikan informasi, retensi ingatan manusia yaitu 100%, tetapi setelah 20 menit, retensi ingatannya berkurang hingga sampai hanya 58% dari keseluruhan informasi. Pengurangan retensi ingatan ini terus terjadi sampai pada hari ke 31 hanya tinggal 21% dari keseluruhan informasi yang diingat. Sebagai catatan, penurunan retensi ingatan terhadap suatu informasi ini diujicobakan tanpa adanya trigger atau pemicu berupa recall atau pengulaman kembali materi atau informasi yang diberikan.
Percobaan lain dilakukan oleh H.F. Spitzer, yaitu dengan menghafal bacaan yang bermakna, namun hasilnya tidak menunjukan banyak perbedaan dengan percobaan Ebbinghaus
Dengan kata lain, penurunan retensi ingatan terhadap informasi atau materi baik yang tidak bermakna maupun yang bermakna, tidak akan jauh berbeda.