RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI
DAN TARAF PEMBERIAN AIR
RISZKY DESMARINA
A24053423
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
RISZKY DESMARINA. Respon Tanaman Tomat terhadap Frekuensi dan
Taraf Pemberian Air. (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan WINARSO D.
WIDODO).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat pemberian air
terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat. Penelitian dilaksanakan
di rumah kaca Faperta IPB, Cikabayan, Darmaga selama empat bulan dari
Desember 2008 hingga April 2009.
Penelitian menggunakan rancangan faktorial dengan dua faktor yang
disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 3
ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian air terdiri dari 2 hari sekali
(F1), 4 hari sekali (F2) dan 6 hari sekali (F3). Faktor kedua empat taraf pemberian
air ditambah dua kontrol yakni tanaman yang diberi jumlah air secara normal (K1)
dan tanaman yang tidak diberi air hingga stres air (K2), 25% kapasitas lapang
(P1), 50% kapasitas lapang (P2), 75% kapasitas lapang (P3), dan 100% kapasitas
lapang (P4).
Hasil penelitian menunjukkan semakin sering frekuensi penyiramannya,
tanaman tomat semakin baik pertumbuhan, perkembangan, hasil dan kualitas
buahnya. Semakin sedikit air yang diberikan pertumbuhan, perkembangan, hasil
dan kualitas semakin buruk. Frekuensi penyiraman 2 hari sekali dengan taraf
pemberian air 100% kapasitas lapang meningkatkan pertumbuhan, perkembangan,
hasil dan kualitas buah tomat. Frekuensi penyiraman 2 hari sekali meningkatkan
hasil 78,7% pada frekuensi penyiraman 4 hari sekali dan meningkatkan 84,5%
pada frekuensi 6 hari sekali.
RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI
DAN TARAF PEMBERIAN AIR
Skripsi sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
RISZKY DESMARINA
A24053423
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI
DAN TARAF PEMBERIAN AIR
Nama : RISZKY DESMARINA
NRP : A24053423
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Adiwirman, MS Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS
NIP: 19620416 198703 1 001 NIP: 19620831 198703 1 001
Mengetahui,
Plh. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc
NIP: 19610202 198601 1 001
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 5 Desember 1987 di Bandar Lampung,
Lampung. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Patmardi Saleh dan Ibu
Yantina (Almh).
Tahun 1992 penulis mulai belajar di Taman Kanak-kanak (TK)
Darmawanita, Kedondong. Tahun 1993 penulis diterima di Sekolah Dasar (SD)
Negeri 4 Kotabumi selama 4 tahun, 2 tahun berikutnya penulis melanjutkan
sekolah di SD Teladan Metro. Penulis lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri I,
Kotabumi. Setelah lulus dari MTs pada tahun 2002, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kotabumi dan lulus pada
tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswi di IPB pada Fakultas
Pertanian dengan program studi Agronomi dan Hortikultura melalui jalur SPMB.
Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis pernah bergabung di UKM Gentra
Kaheman dan sempat aktif menjadi anggota Organisasi Mahasiswa Daerah
Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA). Selain itu, penulis juga aktif dalam
berbagai kepanitiaan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Respon
Tanaman Tomat Terhadap Frekuensi dan Taraf Pemberian Air” ini dengan baik.
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Patmardi Saleh, SE; Dra. Yantina (Almh) dan Marqodina, SE selaku orang
tua, adik tercinta Dian Ayu Marina, serta keluarga besar yang telah memberi
arahan, doa dan motivasi selama penelitian.
2. Dr. Ir. Adiwirman, MS sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Winarso D.
Widodo, MS sebagai dosen pembimbing II atas bimbingan, kesabaran,
motivasi dan waktunya.
3. Juang Gema Kartika, SP sebagai dosen penguji.
4. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi sebagai dosen pembimbing akademik.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini berguna bagi pembaca.
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 2
Hipotesis ............................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah dan Morfologi Tomat .............................................................. 3
Syarat Tumbuh Tomat.......................................................................... 3
Kebutuhan Air Tanaman....................................................................... 4
Cekaman Air........................................................................................ 5
Pengaruh Pemberian Air pada Tomat.................................................. 6
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ............................................................................... 8
Bahan dan Alat .................................................................................... 8
Metode Penelitian................................................................................. 8
Pelaksanaan .......................................................................................... 9
Pengamatan .......................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif .................................................. 11
Produksi dan Kualitas Buah Tomat ..................................................... 19
Brangkasan ........................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28
LAMPIRAN ..................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Persentase Kadar Air Tanah ............................................................. 11
Lampiran
1. Rekapitulasi Sidik Ragam .................................................................. 32
2. Sidik Ragam Pengaruh Frekuensi dan Taraf Pemberian Air
terhadap Bentuk Buah ...................................................................... 33
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Perbandingan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman tiap Perlakuan ....... 12
2. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Tinggi Tanaman Tomat . 13
3. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Daun
Tanaman Tomat ............................................................................... 13
4. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Cabang
Tanaman Tomat ............................................................................. 14
5. Gejala Serangan Hama Kutu Putih ................................................. ... 15
6. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Tandan
Tanaman Tomat ............................................................................... 15
7. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Bunga
Tanaman Tomat ............................................................................. 16
8. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Buah
Tanaman Tomat ............................................................................... 17
9. Gejala Serangan Hama Nematode Bintil Akar ............................... 17
10. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Tandan Bunga
Tanaman Tomat ................................................................................ 18
11. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Bunga
Tanaman Tomat ................................................................................ 19
12. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Bobot Total Buah .......... 20
13. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Buah Tomat ..... 20
14. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Diameter Buah Tomat ... 21
15. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Rongga
Buah Tomat ...................................................................................... 21
16. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Bobot Buah Tomat ...... . 22
17. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Rongga
Buah Tomat ...................................................................................... 23
18. Pengaruh Frekuensi dan Taraf Pemberian Air terhadap Ukuran
Buah .................................................................................................. 24
19. Pengaruh Frekuensi terhadap Bobot Kering Akar
Tanaman Tomat .............................................................................. .... 25
Lampiran
1. Suhu Rumah Kaca Selama Penelitian ............................................. 34
2. Kelembaban Rumah Kaca Selama Penelitian ................................. 34
3. Perbedaan ukuran buah pada seluruh perlakuan ............................ 35
4. Bibit Umur 3 Minggu ...................................................................... 35
5. Pengambilan Sampel Tanah ............................................................ 35
6. Timbangan Analitik ........................................................................ 36
7. Pengovenan Sampel Tanah ............................................................. 36
8. Pengendalian Hama ......................................................................... 36
9. Penetrometer ................................................................................... 36
10. Hidrometer ...................................................................................... 36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan faktor essensial bagi tanaman dan menjadi faktor pembatas
bagi tanaman tomat. Kelebihan atau kekurangan air dapat menyebabkan tanaman
mengalami titik kritis, dimana tanaman akan mengalami penurunan proses
fisiologi dan fotosintesis yang akhirnya mempengaruhi produksi dan kualitas
buahnya. Perlakuan periode pemberian air, erat hubungannya dengan tingkat
ketersediaan air dalam tanah. Air yang tersedia dalam tanah akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan semakin baik dengan
pertambahan jumlah air namun, terdapat batasan maksimum dan minimum dalam
jumah air (Gould, 1974).
Bila ketersediaan air pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tidak terpenuhi, maka terjadi stres (cekaman). Stress air merupakan kondisi yang
menggangu keseimbangan pertumbuhan tanaman, yang dapat terjadi karena
kekurangan atau kelebihan air di lingkungan tanaman. Stress air terjadi ketika
tanaman tidak mampu menyerap air untuk menggantikan kehilangan akibat
transpirasi sehingga terjadi kelayuan, ganguan pertumbuhan bahkan kematian
(FAO, 2007).
Doorenbos dan Kassam (1979) menyatakan bahwa untuk mempercepat
pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman perlu penyiraman sesuai kebutuhan
tanaman. Trisnawati dan Setiawan (2008) meyatakan bahwa penyiraman
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: mengganti air yang telah menguap, memberi
tambahan air yang dibutuhkan oleh tanaman, dan mengembalikan kekuatan
tanaman.
Pertumbuhan tanaman akan meningkat, apabila ketersediaan air tercukupi.
Air yang cukup perlu untuk pembentukan buah dan periode pembesaran buah.
Saat fase vegetatif tanaman membutuhkan air dalam jumlah besar (Chozim dalam
Lestari, 2003).
Wudiri dan Henderson (1985) menyatakan bahwa air yang cukup dapat
meningkatkan hasil buah tomat sebesar 55–87%. Lestari (2003) mengemukakan
bahwa tanaman famili Solanaceae sangat rentan terhadap kekurangan dan
kelebihan air selama masa pertumbuhan. Oleh karena itu perlu diketahui batasan
taraf pemberian air dan frekuensi pemberian air yang sesuai untuk tanaman tomat
agar dapat mempercepat pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat. Bila
hama dan penyakit menyerang tanaman tomat maka pertumbuhan menjadi lambat
dan akan menurunkan produksi buah.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi dan taraf
pemberian air terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat.
Hipotesis
1. Semakin tinggi frekuensi penyiraman, maka pertumbuhan tanaman, hasil dan
kualitas buah tomat semakin baik.
2. Semakin banyak jumlah air yang diberikan, maka pertumbuhan tanaman,
hasil, dan kualitas buah tomat semakin baik.
3. Terdapat interaksi perlakuan frekensi penyiraman dan taraf pemberian air.
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah dan Morfologi Tomat
Tomat berasal dari Amerika Latin dan merupakan tumbuhan asli Amerika
Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan
siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan
keluarga dekat dari kentang. Ciri morfologi tanaman tomat adalah akar tunggang,
batang lunak, sedikit berkayu hingga mudah patah, daun majemuk dan bercelah
menyirip. Tomat merupakan bentuk hasil buah segar. Sifat- sifat fisik buah tomat
merupakan salah satu aspek mutu yang sangat penting diperhatikan, karena hal
tersebut dapat mempengaruhi besarnya harga jual buah tomat (Balitsa, 1997).
Batang bulat, menebal pada buku-bukunya, berambut kasar warnanya hijau
keputihan. Daun majemuk menyirip, letak berseling, bentuknya bundar telur
sampai memanjang, ujung runcing, pangkal membulat, helaian daun yang besar
tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, dan warnanya hijau
muda. Bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai,
mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning. Buahnya berdaging, kulitnya tipis
licin mengkilap, beragam dalam bentuk maupun ukurannya, warnanya kuning
atau merah. Bijinya banyak, pipih, warnanya kuning kecokelatan.
Syarat Tumbuh Tomat
Tanaman tomat tumbuh baik pada iklim yang sejuk dan kering, serta pH
tanah 5 sampai 6. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta
menghendaki tanah yang gembur dan subur. Temperatur yang tinggi dan hujan
berlebih menyebabkan penurunan kualitas tomat dan hasilnya. Tanaman tomat
tidak sensitif terhadap panjang hari dan tandan buahnya mampu tahan terhadap
panjang hari selama 7 sampai 19 jam (Gould, 1974). Menurut Sunarjono (2007)
musim tanam terjadi pada musim kemarau. Tomat lebih memuaskan ditanam
didaerah kering dan sejuk di pegunungan dari pada di dataran rendah, sehingga
ukuran buah jadi lebih baik.
Kebutuhan Air Tanaman
Air berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan
fotosintesis (Fitter dan Hay, 1994). Kebutuhan air tanaman (crop water
requiment) adalah besarnya jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk
berproduksi atau secara umum menunjukkan total evaporasi dari bahan yang
digunakan oleh tanaman. Kebutuhan air tanaman biasa disebut evapotranspirasi.
Besarnya kebutuhan air tanaman dipengaruhi iklim, tanah, irigasi dan teknik
budidaya. Air yang masuk kedalam tanah dapat kembali ke udara dengan
penguapan langsung dari permukaan tanah atau melalui transpirasi oleh tumbuhan
(Arsyad, 1989).
Air yang dibutuhkan oleh tanaman diambil dari air dalam tanah melalui
sistem perakaran. Oleh karena itu ukuran akar, kerapatan akar, dan aktivitas akar
sangat berpengaruh dalam penyerapan air. Umumnya pada fase vegetatif tanaman
memerlukan air dalam jumlah besar (Doorenbos dan Kassam, 1979). Hal ini
bertentangan dengan Rudich and Luchinsky (1986) bahwa pada tanaman tomat
yang masih muda kebutuhan air masih sedikit, meningkat sedikit waktu tanam
berbunga, kemudian bertambah banyak dan mencapai maksimum pada waktu
mulai kematangan buah, karena pada saat itu luas daunnya maksimum. Konsumsi
air stabil selama pematangan buah tomat dan sesudah itu menurun lagi.
Menurut Handoko (1995) keadaan air tanah terdapat dua istilah ETp
(evapotranspirasi potensial) dan ETa (evapotranspirasi aktual). ETp adalah
evapotranspirasi yang terjadi pada keadaan kapasitas lapang dan ETa terjadi pada
keadaan sebenarnya. Kapasitas lapang adalah jumlah air yang ditahan oleh tanah
setelah kelebihan air gravitasi meresap kebawah, sedangkan titik layu permanen
merupakan kandungan air tanah pada saat tanaman diatasnya mengalami layu
permanen, yaitu tidak dapat dipulihkan kembali meskipun telah diberikan air yang
cukup (Soepardi, 1983).
Menurut Doorenbos (1998) ada dua konsep yang melatarbelakangi analisis
ETa yakni:
a. Hubungan antara tanaman dan air yang merupakan fungsi linear pada
umumnya relevan digunakan untuk menduga penurunan hasil tanaman ketika
tanaman mengalami stress air yang diakibatkan oleh cekaman air.
b. Kekurangan air (cekaman air) yang terjadi pada saat fase kritis tanaman akan
mengakibatkan penurunan hasil yang lebih besar.
Status air pada tanaman tergantung pada kombinasi pengaruh beberapa
faktor yaitu tanah, atmosfir dan tanaman. Kehilangan air dari tanaman
dipengaruhi kelembaban relatif udara, luas daun, aktivitas stomata, dan
kemampuan tanaman dalam menyerap air dari tanah. Kebutuhan air seama
pertumbuhan mengikuti pola kurva sigmoid.
Cekaman Air Pada Tanaman
Chozim et al. (1994) mendefinisikan bahwa cekaman air yang terjadi bisa
karena kekurangan dan kelebihan air dilingkungan tanaman. Cekaman air lebih
dikenal dengan istilah kekeringan. Cekaman air pada tanaman bergantung dari
evaporasi dan ketersediaan air dalam tanah. Menurut Lestari (2003) istilah
kekeringan ada dua yakni berdasarkan meteorologi dan pertanian. Berdasarkan
meteorologi kekeringan terjadi apabila curah hujan atau jumlah air yang jatuh ke
tanah tidak sesuai yang diharapkan pada suatu wilayah yang cukup luas dalam
jangka waktu yang lama. Sedangkan dalam pertanian kekeringan merupakan
kondisi dimana terjadinya kekurangan air tanah akibat sedikitnya jumlah air dan
penyebarannya tidak rata sehingga menurunkan produksi pertanian. Besset et al.
(2001) menyatakan bahwa penurunan kadar air tanah tersedia lebih dari 50%
dapat menyebabkan penurunan hasil. Cekaman air mempengaruhi pertumbuhan
dan pembungaan tanaman.
Cekaman terjadi karena kurang suplai air di daerah perakaran dan atau laju
transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh tanaman (Dornbos et al., 1987). Apabila
cekaman berkepanjangan maka tanaman akan mati. Cekaman kekeringan
mempengaruhi pembukaan stomata, makin tinggi tegangan air akan mengurangi
pembukaan stomata (Sutoro et al., 1989).
Cekaman air berpengaruh dalam ekologi dan sistem pertanian. Reaksi
tanaman berbeda sesuai dengan fase pertumbuhan dan spesies tanaman (Chaves et
al., 2003). Cekaman atau stres air adalah segala perubahan lingkungan yang
mengakibatkan tanggapan tumbuhan menjadi lebih rendah dari pada tanggapan
optimum (Salisbury dan Ross, 1995). Cekaman air merupakan kondisi yang
mengganggu keseimbangan pertumbuhan tanaman apabila terjadi kondisi
kekurangan air atau kelebihan air dilingkungan tanaman (Levitt, 1980). Cekaman
air menyebabkan stres oksidasi karena menghambat fotosintesis sebab
membutuhkan keseimbangan penangkapan cahaya dan pemanfaatannya (Foyer
and Noctor, 2004). Menurut Bray (1997) meskipun didalam media tersedia air
yang cukup, tanaman dapat mengalami cekaman apabila kecepatan absorsi lebih
lambat atau tidak dapat mengimbangi kehilangan air dari tanaman pada saat
proses transpirasi terjadi.
Cekaman air mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta
menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman (Yoshida,
1975). Efek langsung dari stres air terhadap fisiologi tanaman adalah dehidrasi
(Levitt, 1980). Dehidrasi secara terus menerus menyebabkan terhentinya
pertumbuhan dan pada akhirnya akan mencapai suatu kondisi yang tidak dapat
balik yang mengakibatkan kematian (Harjadi, 1996).
Islami dan Utomo (1995) menyatakan bahwa cekaman air pada tanaman
terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang
berlebihan atau kombinasi faktor tersebut. Jika kecepatan absorbsi lebih rendah
dari transpirasi, maka akan terjadi cekaman air. Jika mengalami cekaman air,
tanaman mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh normal.
Pengaruh Pemberian Air Pada Tomat
Hardjowigeno (1987) menyatakan bahwa air berguna bagi tanaman sebab air
sebagai pelarut unsur hara dan bagian dari sel-sel tanaman, karena air merupakan
bagian dari protoplasma. Air merupakan faktor pembatas yang sangat penting
untuk menghasilkan produksi sayuran. Kehilangan air dari tanaman dipengaruhi
oleh kelembaban relatif udara, luas daun, aktivitas stomata, dan kemampuan
tanaman menyerap air dan tanah. Taraf kecukupan air pada tanaman adalah kunci
utama dalam memperoleh ukuran buah, bobot buah, dan tekstur kulit buah.
Menurut Lestari (2003) tanaman kentang sangat rentan terhadap kekurangan
atau kelebihan air selama masa pertumbuhan. Jumlah air yang tersedia pada
penanaman hingga panen cukup banyak akan mengakibatkan terjadinya
penurunan hasil. Penurunan hasil dapat disebabkan juga oleh pupuk yang tercuci
akibat taraf pemberian air berlebih sehingga tanaman tidak bisa memanfaatkan
unsur hara yang ada dan umbi kentang mengalami pembasahan sehingga
menyebabkan umbi menjadi busuk. Sama halnya dengan tomat yang termasuk
satu keluarga dengan kentang sangat rentan terhadap taraf dan frekuensi air,
karena dapat mempengaruhi kualitas sifat-sifat fisik buah yang dihasilkan.
Pertumbuhan tanaman tomat akan menjadi baik jika ditanam di tanah yang
memiliki tata air baik. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen,
oleh karena itu air tidak boleh tergenang. Aerasi yang baik akan meningkatkan
kadar oksigen disekitar akar. Oksigen disekitar akar akan meningkatkan
penyerapan unsur hara fosfat, kalium dan besi oleh tanaman tomat (Adams dalam
Ridho, 2007).
Gould (1974) mengemukakan bahwa perlu pemberian air yang cukup
untuk kebutuhan selama tanaman tumbuh, pembentukan buah dan periode
pembesaran buah tomat. Jika kebutuhan air tersebut hanya cukup memenuhi salah
satu periode saja maka pembuahan optimum tidak tercapai.
Semakin sering frekuensi pemberian semakin baik pula sifat- sifat fisik
buah tomat yang dihasilkan. Menurut Warsito (1979) waktu menyiram jangan
sampai air jatuh terlalu dekat dengan batang tanaman, karena tanah yang terkena
air akan gugur dan akar akan terlihat. Jumlah air yang diberikan tergantung pada
iklim, derajat penguapan tanah, penyebaran akar dan jumlah air yang dapat
digunakan oleh tanah yang bersangkutan.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca kebun percobaan University
Farm, Cikabayan, Darmaga dengan elevasi 250 m di atas permukaan laut.
Penelitian berlangsung selama empat bulan dari Desember 2008 hingga April
2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Ratna, pupuk kandang,
urea, SP-18, dan KCl. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan
analitik (Gambar Lampiran 4), meteran, ajir, penetrometer (Gambar Lampiran 7),
jangka sorong, hidrometer (Gambar Lampiran 8), polibag, ember, pipa paralon,
dan gelas ukur.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan faktorial dengan dua faktor
yang disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 3
ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian air terdiri dari 2 hari sekali
(F1), 4 hari sekali (F2) dan 6 hari sekali (F3). Faktor kedua empat taraf pemberian
air ditambah dua kontrol yakni tanaman yang diberi jumlah air secara normal (K1)
dan tanaman yang tidak diberi air hingga stres air (K2), 25% kapasitas lapang
(P1), 50% kapasitas lapang (P2), 75% kapasitas lapang (P3), dan 100% kapasitas
lapang (P4). Kombinasi tersebut menghasilkan 60 satuan percobaan. Setiap satuan
percobaan terdapat 5 tanaman, maka total keseluruhan 300 tanaman.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan
Frekuensi Taraf
25 % Kapasitas
lapang (P1)
50 % Kapasitas
lapang (P2)
75 % Kapasitas
lapang (P3)
100 % Kapasitas
lapang (P4)
K1 (Kontrol 1) K1 K1 K1 K1
K2 (Kontrol 2) K2 K2 K2 K2
2 hari sekali (F1) F1P1 F1P2 F1P3 F1P4
4 hari sekali (F2) F2P1 F2P2 F2P3 F2P4
6 hari sekali (F3) F3P1 F3P2 F3P3 F3P4
Model statistika yang digunakan adalah:
Yijk = µ + αi + Fj + Tk + (FT)jk + εijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan dari ulangan ke- i pada faktor
frekuensi pemberian air ke- j dan taraf pemberian air ke- k serta interaksi
faktor frekuensi pemberian air dan taraf pemberian air
µ = nilai rata- rata umum
αi = pengaruh ulangan ke-i
Fj = pengaruh dari faktor frekuensi pemberian air ke- j; dimana j= 2,4, dan 6
hari sekali
Tk = pengaruh dari faktor taraf pemberian air ke- k; dimana k= kontrol 1,
kontrol 2, (25%, 50%, 75%, dan 100%) kapasitas lapang
(FT)jk = pengaruh interaksi dari frekuensi dan pemberian air ke- j dan taraf
pemberian air ke- k
εijk = pengaruh galat dari ulangan ke-i pada faktor frekuensi pemberian air
dengan taraf pemberian air ke- k
Pengaruh perlakuan di uji dengan analisis ragam dan jika hasilnya
menunjukkan pengaruh yang nyata, maka diuji lanjut dengan menggunakan uji
BNJ pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Benih tomat disemai dalam tray sedalam ± 0,5 cm dengan media tanam
casting dimana setiap lubangnya diisi dua benih. Bibit tomat yang telah berumur ±
3 minggu dan 2 daun telah membuka sempurna, dipindahkan ke polibag
berukuran 40 cm x 40 cm. Media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1.
Pupuk yang digunakan adalah urea 7 g/tanaman, SP-18 7.5 g/tanaman dan
KCl 5 g/ tanaman. Urea diberikan 2 kali yakni saat tanam dan 4 minggu setelah
tanam (MST) dengan dosis yang sama, sedangkan pupuk SP-18 dan KCl hanya
diberikan pada saat tanam. Penyiraman dilakukan sesuai frekuensi dan taraf air
pada perlakuan. Volume air diukur berdasarkan selisih dari volume awal dengan
volume akhir. Pemanenan buah mulai 9 MST.
Kadar air tanah merupakan ukuran untuk menentukan kandungan air di
dalam tanah, yang dapat dinyatakan dalam persen. Kadar air diukur dengan
metode gravimetri.
Pengamatan
1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh.
2. Jumlah daun, dihitung dari jumlah daun yang membuka sempurna.
3. Jumlah cabang, dihitung dari jumlah total cabang tanaman.
4. Jumlah tandan bunga, dihitung dari tandan bunga yang terbentuk.
5. Jumlah bunga, dihitung dari bunga yang sudah tampak mahkotanya.
6. Waktu berbunga pertama, dengan melihat bunga yang lebih dahulu muncul
dari perlakuan.
7. Jumlah buah, dihitung dari jumlah keseluruhan total bunga pada tiap tanaman.
8. Bobot buah, dihitung dari jumlah bobot total buah pada tiap tanaman.
9. Bobot tiap buah, diukur dengan menimbang buah satu persatu.
10. Diameter buah, diukur menggunakan jangka sorong.
11. Kekerasan buah, menggunakan penetrometer pada bagian tengah buah.
12. Jumlah rongga, dihitung manual dengan cara melihatnya.
13. Volume air, yang dibutuhkan diukur dengan gelas ukur.
Volume air = volume awal – volume akhir
14. Kadar air tanah, perlu pengovenan untuk mengetahui bobot kering.
KA = Bobot basah – Bobot kering X 100% Bobot kering
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tanaman tomat mengalami titik layu permanen
hingga tanaman mati pada kadar air kurang dari 14,85%. Daya tahan hidup tomat
apabila tidak dilakukan penyiraman adalah empat minggu. Pasarakli (1999)
menyatakan bahwa pengaruh stres air yang dapat diketahui secara fisik adalah
tanaman mengalami layu sementara yang dapat menyebabkan kematian. Menurut
Yanuar (2005) bila evapotranspirasi berlangsung terus menerus tanpa adanya
penambahan air, maka kadar air tanah akan berkurang. Rata-rata kadar air tanah
25%, 50%, 75%, dan 100% kapasitas lapang berturut-turut pada tanaman ini yang
diukur secara gravimetri adalah 29,84%; 31,10%; 31,92% dan 32,58% (Tabel 1).
Menurut Soepardi (1983), kadar air tanah merupakan ukuran untuk
menentukan kandungan air di dalam tanah, yang dapat dinyatakan dalam persen.
Kadar air media dukur dengan cara gravimetri. Cara gravimetri merupakan cara
yang umum dipakai. Dengan cara ini sejumlah tanah basah (Gambar Lampiran 3)
dikeringkan dalam oven pada 100 atau 110oC (Gambar Lampiran 5) untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena pemanasan merupakan air yang terdapat dalam
tanah.
Tabel 1. Persentase Kadar Air Tanah
Perlakuan
(% Kapasitas Lapang)
Kadar Air (%)
Maret April Rata- rata
25 29,98 29,71 29,84
50 30,86 31,34 31,10
75 31,78 32,08 31,93
100 32,35 32,81 32,58
1. Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif
Pengaruh Frekuensi Penyiraman
Frekuensi penyiraman berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang, jumlah tandan, jumlah bunga dan jumlah buah pada umur 10 MST
(Gambar 1). Semakin tinggi frekuensi penyiraman maka tinggi tanaman semakin
tinggi (Gambar 2), jumlah daun semakin banyak (Gambar 3) dan jumlah cabang
semakin banyak (Gambar 4). Menurut Hidayati (1996) cekaman kekeringan pada
Visia faba mengakibatkan menurunnya jumlah daun. Sedangkan menurut Hartati
(2000) kurang tersedianya air akan mengakibatkan jumlah cabang tanaman tomat
menjadi sedikit.
Gambar 1. Perbandingan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman tiap Perlakuan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
6 7 8 9 10
Minggu Setelah Tanam
Tin
ggi (c
m)
Frekuensi penyiraman 2 hari sekali
Frekuensi penyiraman 4 hari sekali
Frekuensi penyiraman 6 hari sekali
a1
b
c
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 2. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Tinggi Tanaman
Tomat
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
6 7 8 9 10
Minggu Setelah Tanam
Ju
mla
h D
au
n (
Hel
ai)
Frekuensi penyiraman 2 hari sekali
Frekuensi penyiraman 4 hari sekali
Frekuensi penyiraman 6 hari sekali
a1
b
c
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 3. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Daun Tanaman
Tomat
0
1
2
3
4
5
6
6 7 8 9 10
Minggu Setelah Tanam
Ju
mla
h C
ab
an
g
Frekuensi penyiraman 2 hari sekali
Frekuensi penyiraman 4 hari sekali
Frekuensi penyiraman 6 hari sekali
a1
b
c
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 4. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Cabang
Tanaman Tomat
Ketersediaan air dalam jumlah yang cukup merupakan hal penting bagi
produksi pertanian. Harjadi dalam Hartati (2000) menyatakan bahwa
terhambatnya pertumbuhan akan mengakibatkan tanaman tumbuh rendah.
Sehingga dengan kurang tersedianya air jumlah cabang tanaman tomat akan
menjadi sedikit. Selain itu, tanaman kekurangan air dalam jangka waktu lama
dapat mengakibatkan penurunan laju translokasi fotosintesa ke bagian organ
penumpukan, misalnya pembentukan buah, sehingga buah lama terbentuk .
Frekuensi pemberian air sangat berpengaruh pada kelembaban tanah baik
untuk setiap jenis tanaman maupun fase pertumbuhannya. Apabila terjadi
cekaman air menyebabkan terganggunya zat pengatur tumbuh, sehingga tanaman
tumbuh kerdil dan daun yang baru terbentuk tidak berkembang sempurna
(Kozlowski dalam Islami dan Utomo, 1995). Hartati (2000) menambahkan bahwa
tanpa adanya pengairan yang memadai akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman menjadi dewasa.
Penyakit layu cendawan dan gejala serangan hama kutu putih (Gambar 5)
sedikit mempengaruhi lambatnya pertumbuhan tanaman. Namun penyakit tersebut
tidak dilakukan pengendalian karena jumlahnya kecil sebesar 6%. Jumlah
tanaman terserang kutu putih sekitar 17% maka dikendalikan dengan Deltametrin
25 g/l (Gambar Lampiran 6).
Gambar 5. Gejala Serangan Hama Kutu Putih (Planococcus sp.)
Pertumbuhan vegetatif yang baik diduga mempengaruhi pertumbuhan
generatifnya, sehingga jumlah tandan semakin banyak (Gambar 6), jumlah bunga
semakin banyak (Gambar 7), dan jumlah buah semakin banyak (Gambar 8).
Menurut Hartati (2000) pembungaan, pembuahan, dan pengisian biji dipengaruhi
oleh keadaan air. Semakin sering disiram maka pertumbuhan generatif seperti
jumlah bunga dan buah semakin banyak.
Tanaman varietas Ratna dapat tumbuh normal walaupun suhu rata-rata di
dalam rumah kaca pada pagi hari mencapai 46,66 oC (Tabel Lampiran 3) dan
kelembabannya mencapai 50,33 % (Tabel Lampiran 4). Menurut Trisnawati dan
Setiawan (2008) varietas Ratna merupakan introduksi dari Taiwan dan berumur
genjah. Tanaman pendek, bersifat determinit, tumbuh baik di daerah dataran
rendah, tahan terhadap layu bakteri dan peka terhadap busuk daun. Buah
berukuran sedang dengan bobot mencapai 40 g dan potensi hasil buah sekitar 5-20
ton/ha. Hasil buah yang kurang maksimal diduga disebabkan oleh tanaman
mengalami gejala akibat terserang nematode bintil akar (Gambar 9).
0
2
4
6
8
10
12
14
16
6 7 8 9 10
Minggu Setelah Tanam
Ju
mla
h T
an
dan
Frekuensi penyiraman 2 hari sekali
Frekuensi penyiraman 4 hari sekali
Frekuensi penyiraman 6 hari sekali
a1
b
c
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 6. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Tandan
Tanaman Tomat
0
5
10
15
20
25
30
6 7 8 9 10
Minggu Setelah Tanam
Ju
mla
h B
un
ga
Frekuensi penyiraman 2 hari sekali Frekuensi penyiraman 4 hari sekali Frekuensi penyiraman 6 hari sekali
a1
b
c
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 7. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Bunga
Tanaman Tomat
0
1
2
3
4
5
6
7
6 7 8 9 10
Minggu Setelah Tanam
Ju
mla
h B
uah
Frekuensi penyiraman 2 hari sekali
Frekuensi penyiraman 4 hari sekali
Frekuensi penyiraman 6 hari sekali
a1
b
b
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 8. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Buah Tanaman
Tomat
Gambar 9. Gejala Serangan Hama Nematode Bintil Akar pada Tanaman
Tomat
Gejala
nematode
bintil
akar
Pengaruh Taraf Pemberian Air
Taraf pemberian air pada pertumbuhan vegetatif dan generatif hanya
berpengaruh pada jumlah tandan (Gambar 10) dan jumlah bunga (Gambar 11),
sedangkan pada variabel lainnya tidak berpengaruh. Semakin sedikit taraf
pemberian air maka jumlah tandan dan jumlah buah semakin sedikit.
Taraf pemberian air yang rendah dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan jumlah bunga rendah. Menurut Pudjiatmoko (2008) kekurangan air
yang berkepanjangan pada tanaman tomat dapat mengganggu pertumbuhan stadia
awal. Pecah- pecah pada buah terjadi apabila kekurangan air terjadi pada stadia
pembentukan hasil dan menyebabkan kerontokan bunga apabila kekurangan air
terjadi selama periode pembungaan.
Bila jumlah air yang diberikan semakin banyak, kelebihan air menjadi tidak
bermanfaat atau tidak efisien (Kurnia et al., 2002). Penurunan aktifitas fotosintesis
berarti berkurangnya fotosintat yang cenderung mengakibatkan menurunnya
jumlah bunga (Islami dan Utomo, 1995). Hal ini menyebabkan volume dan
frekuensi penyiraman sangat perlu diperhatikan untuk menghasilkan cara
penyiraman yang optimal (Sugiyanto, 2008), dimana fase kritis pertumbuhan
tanaman ini adalah fase pembungaan (Kurnia, 2004).
0
2
4
6
8
10
12
14
6 7 8 9 10
Minggu Setelah Tanam
Ju
mla
h T
an
da
n B
un
ga
25% Kapasitas Lapang 50% Kapasitas Lapang
75% Kapasitas Lapang 100% Kapasitas Lapang
a1
b
b
b
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 10. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Tandan Bunga
Tanaman Tomat
0
5
10
15
20
25
6 7 8 9 10
Minggu Setelah Tanam
Ju
mla
h B
un
ga
25% Kapasitas Lapang 50% Kapasitas Lapang
75% Kapasitas Lapang 100% Kapasitas Lapang
a1
abab
b
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 11. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Bunga
Tanaman Tomat
Taraf pemberian air tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan
generatif seperti tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan jumlah buah.
Hasil penelitian menunjukkan taraf pemberian air 100% kapasitas lapang
memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih baik.
2. Produksi dan Kualitas Buah Tomat
Pengaruh Frekuensi Pemberian Air
Frekuensi berpengaruh terhadap hasil dan kualitas buah. Semakin tinggi
frekuensi penyiraman maka bobot total buah semakin besar (Gambar 12) dan
jumlah buah semakin banyak (Gambar 13). Penurunan aktifitas fotosintesis akibat
cekaman air menyebabkan jumlah buah dan bobot buah rendah (Islami dan Wani,
1995). Produksi meningkat dan kualitas buah yang baik meningkatkan mutu buah
tomat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 2 hari sekali
meningkatkan produksi dan kualitas buah menjadi lebih baik. Frekuensi
penyiraman 2 hari sekali meningkatkan hasil 78,7% pada frekuensi penyiraman 4
hari sekali dan meningkatkan 84,5% pada frekuensi 6 hari sekali.
0
100
200
300
400
500
600
2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali
Frekuensi Penyiraman
Bob
ot
Tota
l B
uah
(g)
b
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
a1
b
Gambar 12. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Bobot Total Buah
Tomat
0
5
10
15
20
25
30
35
2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali
Frekuensi Penyiraman
Ju
mla
h B
uah
Tom
at
a1
b
b
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 13. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Buah Tomat
Semakin tinggi frekuensi penyiraman maka kualitas buah semakin baik.
Frekuensi penyiraman 2 hari sekali meningkatkan diameter buah (Gambar 14) dan
jumlah rongga buah sedikit (Gambar 15).
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali
Frekuensi Penyiraman
Dia
met
er B
uah
(cm
)
a1
ab
b
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 14. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Diameter Buah Tomat
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4
4.1
4.2
2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali
Frekuensi Penyiraman
Ju
mla
h R
on
gga B
uah
a1
b
b
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 15. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Rongga
Buah Tomat
Pengaruh Taraf Pemberian Air
Taraf pemberian air pada produksi dan kualitas buah, hanya berpengaruh
terhadap bobot buah dan jumlah rongga buah. Semakin tinggi taraf pemberian air
maka bobot buah semakin besar (Gambar 16) dan jumlah rongga buah semakin
sedikit (Gambar 17). Hal ini menunjukkan bahwa taraf pemberian air yang tinggi
dapat meningkatkan produksi buah dan kualitas buah menjadi baik. Hasil
menunjukkan bahwa taraf 100% kapasitas lapang pengaruhnya lebih baik
terhadap produksi dan kualitas buah.
Kebutuhan air selama pertumbuhan mengikuti pola kurva sigmoid. Pada
tanaman tomat yang masih muda kebutuhan air masih sedikit, meningkat sedikit
waktu tanam berbunga, kemudian bertambah banyak dan mencapai maksimum
pada waktu mulai kematangan buah, karena pada saat itu luas daunnya
maksimum. Konsumsi air stabil selama pematangan buah tomat dan sesudah itu
menurun lagi (Rudich and Luchinsky, 1986).
0
5
10
15
20
25
25 50 75 100
Persentase Kapasitas Lapang
Bob
ot
Bu
ah
Tom
at
(g)
ab1
b
ab
a
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 16. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Bobot Buah Tomat
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4.0
4.1
25 50 75 100
Persentase Kapasitas Lapang
Ju
mla
h R
on
gg
a B
ua
h
a1
b
b
b
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 17. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Rongga Buah
Tomat
Pengaruh Interaksi Frekuensi Penyiraman dan Taraf Pemberian Air
Interaksi penyiraman 2 hari sekali dengan taraf pemberian air 100% dapat
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan vegetatif dan generatif. Munculnya
bunga pertama pada kombinasi perlakuan ini. Selain itu, kondisi ini dapat
meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas buah. Interaksi frekuensi dan
taraf pemberian air hanya berpengaruh terhadap kekerasan buah. Kekerasan buah
yang tinggi pada kematangan yang sama mengindikasikan bahwa buah tersebut
memiliki kualitas yang baik (Ridho, 2007). Kekerasan buah yang tinggi
menyebabkan daya simpan buah semakin lama.
Interaksi frekuensi penyiraman dan taraf pemberian air menghasilkan
ukuran buah yang berbeda. Frekuensi penyiraman, taraf pemberian air serta
interaksi frekuensi dan taraf tidak berpengaruh terhadap bentuk buah (Tabel
Lampiran. 2). Boland et al. (1993) menyatakan jumlah air yang tepat
mempercepat pertumbuhan sampai pembentukan ukuran buah (Gambar 18).
Perbedaan ukuran buah pada pemberian air normal dengan stres air dapat terlihat
pada Gambar 19.
Gambar 18. Pengaruh Frekuensi terhadap Ukuran Buah
Keterangan: A: Stres Air, B: Frekuensi Penyiraman pada Taraf 100% Kapasitas Lapang
C: Frekuensi Penyiraman pada Taraf 100% Kapasitas Lapang
D: Frekuensi Penyiraman pada Taraf 100% Kapasitas Lapang
E: Frekuensi Penyiraman pada Taraf 100% Kapasitas Lapang
K2P4
3. Brangkasan
Frekuensi hanya berpengaruh terhadap bobot kering akar. Semakin rendah
frekuensi penyiraman menyebabkan bobot kering akar menurun (Gambar 20).
Frekuensi penyiraman 2 hari sekali memiliki bobot kering lebih tinggi. Bobot
kering akar yang menurun akibat stres air diduga karena menurunnya serapan
beberapa hara. Berkurangnya serapan hara Mn, Zn dan K menyebabkan
berkurangnya produksi bahan kering tanaman (Beyrouty, 1994).
Cekaman air juga akan menyebabkan transport unsur hara dalam tanaman
terganggu yang berakibat pada proses biokimia (Nonami et al., 1997), hal ini
dicerminkan bobot kering tanaman yang rendah. Menurut Hidayati (1996)
Wuryaningsih et al. (1997)cekaman kekeringan pada Visia faba mengakibatkan
menurunnya bobot kering akar. Pada tanaman jagung, cekaman kekeringan dapat
mengurangi tinggi tanaman, luas daun dan bobot akar (Sutoro et al., 1989).
Menurut Sugiyanto (2008) penyerapan air dan hara diserap oleh ujung-
ujung akar. Serapan air dan hara yang besar menyebabkan perkembangan akar
sehingga terjadi keseimbangan volume akar dengan pertumbuhan tanaman.
Rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar,
sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman (Santoso, 1995).
Tanaman yang cenderung toleran terhadap stres air diduga tetap mampu
melakukan fungsi metabolisme salah satunya penyerapan nutrisi, walaupun
potensial air di jaringan rendah (Fischer dan Fukai, 2003).
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali
Frekuensi Penyiraman
Bob
ot
Ker
ing A
kar
Tom
at
(g)
a1
abb
1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%
Gambar 20. Pengaruh Frekuensi terhadap Bobot Kering Akar Tanaman
Tomat
Tomat memiliki pertumbuhan vegetatif, generatif dan produksi hasil lebih
baik pada frekuensi penyiraman 2 hari. Hal ini didukung oleh penelitian Kurnia et
al. (2002) pada tanaman cabai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut secara umum
dapat dinyatakan bahwa frekuensi pemberian 2 hari sekali memberikan hasil
paling baik. Semakin sering air diberikan, semakin cepat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta hasil dan kualitas buahnya semakin baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Frekuensi berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, generatif, kualitas
dan hasil tomat. Taraf pemberian air hanya berpengaruh terhadap jumlah tandan,
jumlah bunga, bobot buah dan jumlah rongga buah. Semakin sering frekuensi
penyiramannya, tanaman tomat semakin baik pertumbuhan, perkembangan, hasil
dan kualitas buahnya. Semakin sedikit air yang diberikan pertumbuhan,
perkembangan, hasil dan kualitas semakin buruk. Frekuensi penyiraman 2 hari
sekali dengan taraf pemberian air 100% kapasitas lapang meningkatkan
pertumbuhan, perkembangan, hasil dan kualitas buah tomat. Frekuensi
penyiraman 2 hari sekali meningkatkan hasil 78,7% pada frekuensi penyiraman 4
hari sekali dan meningkatkan 84,5% pada frekuensi 6 hari sekali.
Saran
Frekuensi penyiraman pada tanaman tomat sebaiknya 2 hari sekali dengan
taraf 100% kapasitas lapang. Frekuensi dan taraf penyiraman air yang tidak tepat
sebaiknya dihindari saat pembungaan karena menyebabkan penurunan produksi
buah tomat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S., Bahrin S., dan Husainy A. 1992. Ilmu Iklim dan Pengairan. CV
Yasaguna. Jakarta. 224 hal.
Balitsa. 1997. Teknologi Produksi Tomat. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 145
hal.
Besset, J., M. Genard, T. Girard, V. Serra, and C. Bussi. 2001. Effect of water
stress applied during the final stage of rapid growth on peach tress (c. Big-
Top). Jour. Scientia Horticulturae 91 (2001): 289-303.
Beyrouty, C. A, B. C. Grigg, R. J. Norman, and B. R. Wells. 1994. Nutrient
uptake by rice in response to water management. Journal of plant nutrition.
17 (1): 39-55.
Boland, A.M., Mitchell P.D Jerie, P.H., Goodwin, I. 1993. The effects of
regulated deficit irrigation on tree water use and growth of peach. Journal
hort. Science 68 (2): 261- 274.
Chaves, M.M., Maroco, J.P., Pereira, J.S., 2003. Understanding plant responses to
drought—from genes to the whole plant. Funct. Plant Biol. 30: 239–264.
Doorenbos, J. and A. H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation
and Drainage Paper 33. FAO, Rome.
Dornbos Jr. D. L., R.E. Mullen and R.M Shibles. 1987. Drought stress effect
during seed filling on soy-bean: seed germination and vigor. Crop Science
29(2): 467-480.
Doorenbos, J. and A. H. Kassam. 1998. Crop evapotranspiration: Guidelines for
computing crop water requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper No
56. FAO, Rome.
FAO (Food and Agriculture Organization). 2007. Glosarry. Fao.org. Available
from http://www.fao.org/docrep/003/x3910E26.htm.[11 Juli 2009].
Fischer, K. S. and Fukai. 2003. How Rice Responds to Drought, p. 32-36. In: K.
S. Fischer, R Lafitte, S. Fukai, G. Altin and B. Hardy (Eds.). Breeding Rice
For Drought- Prone Environments. International Rice Research Institute.
Manila. 360 p.
Fitter A.H. dan R.K.M Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemahan:
Andani S dan E.D Purbayanti. Gajah Mada University Press. Indonesian Ed.
Yogyakarta.
Foyer, C.H., Noctor, G. 2004. Oxygen processing in photosynthesis: regulation
and signaling. New Phytol. 146, 359–388.
Gould W. A. 1974. Tomato Production, Processing and Quality Evaluation. The
Avi Publ. Co., Inc. Amerika. 445p.
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. 192 hal.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT Melton Putra. Jakarta. 233 hal.
Hartati. 2000. Penampilan genotip tanaman tomat (Lycopersicum esculentum
mill.) hasil mutasi buatan pada kondisi stress air dan kondisi optimal.
Agrosains 2 (2):35-42.
Islami, T. dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.
Semarang. IKIP Semarang Press.
Kurnia U., M.S. Junaedi dan G. Irianto. 2002. Irigasi hemat air pada lahan kering
di daerah perbukitan iritis Imogiri, DI. Yogyakarta. Makalah disampaikan
dalam seminar Nasional Sumberdaya Lahan, Cisarua- Bogor 6-7 Agustus
2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Kurnia, U. 2004. Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan kering.
Jurnal Litbang Pertanian 23(4):130- 138.
Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology. Springer. Berlin. 506p.
Lestari, E. 2003. Simulasi Potensi Hasil dan Pengaruh Cekaman Air pada
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung. Skripsi. IPB. Bogor. 26 hal.
Levitt, J. 1980. Responses of plants to environmental stresses, water, radiation,
salt and other stresses, p. 25-229. In: T.T. Kozlowski (Eds.). Physiological
Ecology. Academic Press. London.
Nonami, H.Y. Wu, and J.S. Boyer. 1997. Decreased growth induced water
potential. Plant Physiol. 114: 501- 509.
Pasarakli, M. 1999. Handbook of Plant and Crop Stress. University of Arizona.
Marcel Dekker Inc; New York. 1254 p.
Pudjiatmoko. 2008. Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.).
http://www.nusaku.com. Forum.xml.[11 Juli 2009].
Ridho, H. 2007. Pengaruh Aplikasi CaCl2 Prapanen terhadap Kualitas Buah
Tomat. Skirpsi. Program Studi Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
42hal.
Rudich, J. And U. Luchinsky. 1986. The Tomato Crop. In: Atherton, J. G. and J.
Rudich (Eds.). Water economy. New York. Chapman and Hall.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan : Jilid III
Perkembangan tumbuhan dan fisiologi lingkungan. ITB. Bandung. 343 hal.
Santoso, B. 1995. Pengaruh Kandungan Air Tanah dan Pemupukan terhadap
Penyerapan Nitrogen Tanaman Tebu Lahan Kering Vairetas F 154. Fakultas
Pertanian Unibraw. Malang.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
IPB. Bogor. 519 hal.
Sunarjono, H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 181 hal.
Sutoro, Iskandar Somadiredja dan SusantoTirtoutomo. 1989. Pengaruh cekaman
air dan reaksi pemulihan tanaman jagung dan sorghum pada fase
pertumbuhan vegetatif. Penelitian pertanian 9(4):148-151.
Trisnawati, Y. dan Setiawan, A. I. 2008. Tomat Pembudidayaan Secara
Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal.
Warsito, D. P. 1979. Produksi Tanaman Sayuran. Soeroengan Djakarta.
Jakarta.154 hal.
Wudiri, B. B and Henderson. 1985. Effects of water stress on flowering and fruit
set in processing-tomatoes. Scientia Horticulturae 27:189-198.
Wuryaningsih, S. T. Sutater, dan Sutono. 1997. Peran pupuk K dan cekaman air
bagi pertumbuhan dan produksi melati. J. Hort. 6(5): 453-459.
Yanuar, S. 2005.Pengaruh Frekuensi Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Skripsi. Departemen Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Yoshida, Shouchi. 1975. Factor that limit the growth and yields of upland rice.
Major Research in Upland Rice. Manila ; Internatonal Rice Research
Institute. p. 44-71.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi Sidik Ragam
Variabel Frekuensi Taraf Frekuensi*Taraf KK(%)
Tinggi Tanaman 6 MST tn tn tn 14.03
Tinggi Tanaman 7 MST * tn tn 10.27
Tinggi Tanaman 8 MST ** tn tn 8.39
Tinggi Tanaman 9 MST ** tn tn 7.25
Tinggi Tanaman 10 MST ** tn tn 6.91
Jumlah Daun 6 MST tn tn tn 19.45
Jumlah Daun 7 MST tn tn tn 17.06
Jumlah Daun 8 MST ** tn tn 12.54
Jumlah Daun 9 MST ** tn tn 10.49
Jumlah Daun 10 MST ** tn tn 12.73
Jumlah Cabang 6 MST tn tn tn 53.10
Jumlah Cabang 7 MST ** tn tn 21.19
Jumlah Cabang 8 MST * tn tn 23.49
Jumlah Cabang 9 MST ** tn tn 19.23
Jumlah Cabang 10 MST ** tn tn 16.38
Jumlah Tandan 6 MST . . . .
Jumlah Tandan 7 MST * tn tn 24.45
Jumlah Tandan 8 MST ** ** ** 29.66
Jumlah Tandan 9 MST ** * tn 33.26
Jumlah Tandan 10 MST ** ** tn 20.44
Jumlah Bunga 6 MST . . . .
Jumlah Bunga 7 MST * tn tn 26.19
Jumlah Bunga 8 MST ** ** * 33.09
Jumlah Bunga 9 MST ** tn tn 25.14
Jumlah Bunga 10 MST ** ** tn 22.28
Jumlah Buah 6 MST . . . .
Jumlah Buah 7 MST . . . .
Jumlah Buah 8 MST ** tn tn 67.60
Jumlah Buah 9 MST ** tn tn 58.83
Jumlah Buah 10 MST ** tn tn 45.65
Bobot Basah Tajuk tn tn tn 36.98
Bobot Basah Akar tn tn tn 43.24
Bobot Kering Tajuk tn tn tn 44.36
Bobot Kering Akar * tn tn 40.95
Bobot Total Buah ** tn tn 57.82
Jumlah Buah ** tn tn 52.45
Bobot Buah tn * tn 53.69
Kekerasan Buah tn tn ** 17.47
Diameter Buah * tn tn 25.95
Jumlah Rongga Buah ** * tn 10.26 Keterangan: tn: tidak berbeda nyata taraf 5%; cn: cenderung nyata taraf 10%; *: berbeda nyata taraf 5%;
**: sangat berbeda nyata taraf 1%, kk: koefisien keragaman
Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Frekuensi dan Taraf Pemberian
Air terhadap Bentuk Buah
Sumber Keragaman db JK KT Pr>F Uji-F
Ulangan 2 0.00331 0.00165 0.8643 tn
Frekuensi 2 0.01312 0.00656 0.5669 tn
Taraf 3 0.06384 0.02128 0.1609 tn
Frekuensi×Taraf 6 0.11271 0.01878 0.1762 tn
Galat 22 0.24781 0.01126
Total Terkoreksi 35 0.44079
Keterangan: tn: tidak berbeda nyata taraf 5%
db: derajat bebas, JK: Jumlah Kuadrat, KT: Kuadrat Tengah
25
43
43.5
44
44.5
45
45.5
46
46.5
47
47.5
48
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu ke-
Su
hu
(oC
)
Gambar 1. Suhu Rumah Kaca Selama Penelitian
47
47.5
48
48.5
49
49.5
50
50.5
51
51.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu ke-
Kel
emb
ab
an
(%
)
Gambar 2. Kelembaban Rumah Kaca Selama Penelitian
26
Gambar Lampiran 1. Perbedaan ukuran buah pada seluruh perlakuan
Gambar Lampiran 2. Bibit Tanaman Gambar Lampiran 3. Pengambilan
Umur 3 minggu Sampel Tanah
27
Gambar Lampiran 4. Timbangan Gambar Lampiran 5. Pengovenan
Analitik Sampel Tanah
Gambar Lampiran 6. Pengendalian Hama Gambar Lampiran 7. Penetrometer
Gambar Lampiran 8. Hidrometer