DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA TEKSTIL DAN ANEKA
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU
2015-2019
i
KATA PENGANTAR
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
bertujuan untuk menjamin terciptanya sinkronisasi dan sinergi baik antar fungsi
Pemerintah maupun antar Pusat dan Daerah, UU tersebut mengamanatkan bahwa setiap
Departemen/LPND perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) sesuai dengan dengan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Sejalan dengan pelaksanaan UU tersebut dan dengan mengacu pada tugas pokok
dan fungsi Kementerian, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka dan
Direktorat Industri Kimia Hulu maka Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu
tahun 2015-2019 disusun untuk mengimplementasikan Kebijakan Industri Nasional.
Renstra memuat visi, misi, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
indikatif sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu, dengan
tujuan membangun sektor industri dalam lingkup Direktorat Industri Kimia Hulu menjadi
salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional.
Renstra Direktorat Industri Kimia Hulu tahun 2015-2019 ini merupakan review atas
telaah Renstra Eselon I yang diharapkan akan mampu meningkatkan sinergi dan
keterkendalian perencanaan program kerja dan kegiatan yang ada baik dari Direktorat
Industri Bahan Galian Non - Logam, Direktorat Industri Kimia Hilir, Direktorat Industri
Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka, maupun Sekretariat Direktorat Jenderal dalam rangka
mencapai kinerja yang tinggi sebagaimana yang digariskan pada indikator kinerja pada
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka, sehingga tujuan dan sasaran
organisasi pada akhirnya dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan.
Jakarta, Juli 2016
DIREKTUR INDUSTRI KIMIA HULU
MUHAMMAD KHAYAM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………. I-1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………. I-1
B. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………... I-6
C. Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………………………….. I-6
D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………….. I-9
BAB II ANALISIS PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS …………………... II-10
A. Perkembangan Sektor Industri Kimia Hulu …………………………... II-10
B. Analisa SWOT …………………………………………………………………… II-15
C. Permasalahan ……………………………………………………………………. II-17
D. Kondisi Yang Diharapkan Tahun 2015 – 2019 ………………………………… II-8
BAB III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ................................................................. III-19
A. Visi …….............…………………………………………………………………. III-19
B. Misi .............……………………………………………………………………….. III-20
C. Tujuan …………………………………………………………………………….. III-20
D. Sasaran …………………………………………………………………………… III-21
E. Arah Kebijakan dan Strategi .......................................................................... III-23
BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ….……......................................................... IV-24
A. Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka …..…….. IV-24
B. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Industri Kimia Hulu ……………………. IV-26
BAB V PROGRAM KEGIATAN DAN PENDANAAN ...................................................... V-31
A. Program dan Kegiatan ……………….. ……………………………………….. V-31
B. Kebutuhan Pendanaan ………………………………….. ……………………. V-32
BAB VI PENUTUP …………………………………… ...................................................... VI-1
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pertumbuhan PDB Industri
Tabel 2.2. Kontribusi industri kimia terhadap PDB Atas Harga Berlaku
Tabel 2.3. Kinerja Industri Kimia Hulu (2010-2015)
Tabel 2.4. Kinerja Industri Petrokimia (2010-2015)
Tabel 2.5. Kinerja Industri Kimia Hulu Lainnya (2010-2015)
Tabel 2.6 Pesebaran Sektor Basis Industri Sampai Tahun 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Industri Kimia Hulu
Gambar 4.1. Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka
Gambar 4.2. Peta Strategi Direktorat Industri Kimia Hulu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka merupakan salah satu sektor riil yang mampu
menciptakan kesejahteraan masyarakat secara masal, merata, dan ajeg. Hal ini
dikarenakan industri kimia, tekstil dan aneka mempunyai karakter dengan menciptakan
material bernilai tambah untuk pemenuhan sektor lainnya, menyerap tenaga kerja, dan
mendorong percepatan penyerapan teknologi. Ketika suatu negara berproses untuk
menjadi negara industri maju, transformasi sosio-ekonomi turut mengiringi sehingga
pada akhirnya proses industrialisasi juga akan meningkatkan indeks pembangunan
Sumber Daya Manusia. Disamping itu, ditinjau dari paradigma ekonomi, sektor industri
juga akan mendorong pendapatan perkapita masyarakat yang diikuti pertumbuhan
permintaan sehingga pada akhirnya menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional
yang ber pada kemampuan industri dalam negeri.
Perkembangan industri Kimia, Tekstil dan Aneka di Indonesia dimulai pada
awal tahun 1990-an. Pada periode 1994-2005, industri Kimia, Tekstil dan Aneka
mampu berkontribusi tidak kurang dari 83-85 persen dari total ekspor nonmigas atau
sebesar 64-67 persen dari total ekspor nasional. Selanjutnya, pada tahun 2005-2009,
tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, industri Kimia, Tekstil dan Aneka, dan
perdagangan bersama-sama memberikan kontribusi sekitar 56 persen terhadap PDB
total, sementara pada tahun 2004 ketiga sektor utama tersebut menyumbang sedikit
lebih besar yaitu sebesar 58,45 persen. Sektor industri Kimia, Tekstil dan Aneka
memberikan kontribusi terbesar, yaitu 28,07 persen pada tahun 2004 dan 26,38 persen
pada tahun 2009. Rata-rata kontribusi sektor Kimia, Tekstil dan Aneka pada periode
tahun 2005-2009 adalah sebesar 27,47 persen terhadap PDB nasional dengan tingkat
pertumbuhan tahunan sebesar 6,38 persen; 4,60 persen; 4,59 persen; 4,67 persen;
3,66 persen dan 2.11 persen.
Menurunnya tingkat kontribusi PDB tersebut disebabkan oleh kondisi makro
lainnya yang juga mengalami penurunan akibat krisis finansial global pada tahun 2008.
Krisis finansial global dimulai pada pertengahan tahun 2007 di Amerika Serikat dengan
2
adanya masalah penyaluran kredit sektor perumahan yang mengalami kemacetan
disertai dengan lemahnya regulasi sektor keuangan sehingga berdampak pada
macetnya lalu lintas keuangan nasional Amerika Serikat. Mengingat besarnya peran
ekonomi Amerika Serikat, krisis berdampak luas hingga ke Eropa, kemudian meluas ke
segala penjuru dunia.
Di Indonesia, krisis ini mengakibatkan memburuknya kinerja sektor riil pada
tahun 2008. Meskipun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 tetap tumbuh sebesar
6,35 persen, namun pada tahun 2008 mengalami perlambatan dimana ekonomi
hanya tumbuh sebesar 6,01 persen. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan yang cukup besar dibanding dengan tahun 2008, yaitu sebesar
4,55 persen. Meski demikian, Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu
bertahan dari dampak krisis finansial global. Menurut para pengemat ekonomi, hal ini
menunjukkan bahwa struktur perekonomian nasional cenderung mapan dan mandiri
yang dibuktikan melalui tingkat kontribusi konsumsi nasional terhadap GDP mencapai
70 persen. Kontribusi tersebut diperoleh dari 60 persen belanja masayarakat dan 10
persen belanja pemerintah. Walaupun perkembangan perekonomian pada tahun 2008
relatif aman, namun kondisi makro mulai awal tahun 2009 lebih berat. Pada tahun
2009, perekonomian Indonesia hanya tumbuh sekitar 4,55 persen dan ekspor tumbuh
di bawah posisi tahun 2008.
Meskipun permasalahan kinerja industri saat ini dikatakan terpengaruh oleh
krisis finansial global. Namun, krisis moneter pada tahun 1997-1998 masih
memberikan andil. Beberapa pengamat menyatakan mulai melihat gejala
deindustrialisasi di Indonesia sejak tahun 2005. Hal ini terbukti dengan adanya
penurunan kapasitas terpasang industri Kimia, Tekstil dan Aneka dari 80 persen pada
periode sebelum krisis menjadi hanya berkisar 60 persen. Disamping itu, juga terjadi
penurunan jumlah unit usaha perusahaan industri berskala sedang dan besar, dan juga
penurunan signifikan dari indeks produksi industri pengolahan berskala sedang dan
besar. Penyebab utama kondisi ini adalah daya saing produk-produk Kimia, Tekstil dan
Aneka yang terus melemah. Produk Kimia, Tekstil dan Aneka seperti elektronika rumah
tangga kalah bersaing dengan produk impor, apalagi diperburuk dengan banyaknya
produk impor ilegal. Di pasar internasional, produk TPT dan produk kayu kalah
bersaing dengan produk dari China dan negara ASEAN lainnya.
Secara keseluruhan Indonesia dapat dikatakan mengalami penurunan daya saing
yang disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut hasil pemeringkat World Economic Forum
(WEF), pada tahun 2010 posisi daya saing Indonesia berada pada urutan ke-54 dari 133
3
negara. WEF mengidentifikasi 15 faktor penting yang menjadi masalah penghambat dunia
usaha di Indonesia, yaitu :
1. Birokrasi Pemerintah yang tidak efisien;
2. Kurangnya infrastruktur yang memadai;
3. Tidak konsistennya kebijakan pemerintah;
4. Tingginya tingkat korupsi;
5. Sulitnya akses pembiayaan ;
6. Peraturan ketenagakerjaan yang kurang akomodatif;
7. Regulasi pajak yang memberatkan dunia usaha;
8. Tingginya inflasi ;
9. Tidak stabilnya regulasi mata uang asing;
10. Rendahnya tenaga kerja berpendidikan;
11. Rendahnya etos kerja tenaga kerja;
12. Ketidakstabilan pemerintahan ;
13. Tingginya tingkat pajak;
14. Tingginya tingkat kriminal dan kejahatan.
Disamping masalah penghambat dunia usaha di atas, Indonesia juga masih
belum menyelesaikan masalah pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) terutama untuk kepentingan produksi yang masih sangat terbatas.
Dengan urutan Indonesia di posisi ke-60 dari 72 negara dalam Indeks Pencapaian
Teknologi (IPT), mengindikasikan bahwa integrasi peningkatan IPTEK untuk produksi
masih banyak mengalami hambatan. Pengembangan kelembagaan dan kemampuan
untuk peningkatan kapasitas SDM pada tingkat perusahaan tidak berjalan sesuai
harapan. Sementara itu, standarisasi nasional produk industri, pengembangan
infrastruktur yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan sektor industri, serta
peningkatan kompetensi tenaga kerja belum sepenuhnya berjalan optimal karena
keterbatasan sumber daya.
United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dalam laporannya
(Industrial Development Report 2004) menyatakan bahwa dalam periode 1980-2005,
kinerja Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Indonesia dikategorikan sebagai salah satu
pemenang utama (main winners) bersama beberapa negara berkembang lain yang
kebanyakan berasal dari kawasan Asia Timur. Di antara kinerja negara-negara
tersebut, China berada pada posisi tertinggi. Sedangkan peringkat kinerja Industri
Kimia, Tekstil dan Aneka Indonesia meningkat dari urutan ke-75 pada tahun 1980
menjadi urutan ke-54 pada tahun 1990 dan menjadi urutan ke-42 pada tahun 2005.
4
Namun demikian, dibandingkan dengan beberapa negara pesaing utama di Asia Timur
(termasuk ASEAN), peningkatan posisi Indonesia memang relatif rendah.
Di bidang pengembangan industri, dalam rangka menentukan arah, sasaran
dan kebijakan pembangunan industri nasional ke depan, Pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional,
yang di dalamnya memuat Bangun Industri Nasional. Bangun industri nasional tersebut
dikembangkan terpadu dengan sektor pertanian, kelautan, kehutanan, kehutanan,
sumber daya manusia industri, serta kemampuan pengembangan dan penelitian,
termasuk pengembangan jasa pendukung rancang bangun, dan perekayasaan industri.
Secara umum, Bangun Industri Nasional tersusun dari industri Kimia, Tekstil dan
Aneka dan industri andalan masa depan. Industri Kimia, Tekstil dan Aneka merupakan
spektrum industri yang sudah berkembang saat ini dan telah menjadi tulang punggung
sektor industri. Saat ini kelompok industri Kimia, Tekstil dan Aneka di Indonesia
keberadaannya masih sangat tergantung pada sumber daya alam dan sumber daya
manusia tidak terampil. Oleh karena itu, Industri Kimia, Tekstil dan Aneka nasional
perlu direstrukturisasi dan diperkuat agar mampu menjadi industri kelas dunia.
Menurut peraturan tersebut, arah pembangunan industri ditujukan untuk :
1. Menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar.
Seluruh upaya pembangunan industri diorientasikan untuk membangun daya saing
dan pengembangan industri guna menciptakan lapangan kerja yang sebesar-
besarnya.
2. Melanjutkan program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri.
Memulihkan industri yang terkena dampak krisis dengan prioritas pada industri
dengan periode pemulihan cepat melalui program revitalisasi, konsolidasi, dan
restrukturisasi industri.
3. Mengoptimalkan pasar dalam negeri dan mendayagunakan potensi dalam negeri.
Merupakan sebuah upaya integral yang dimotori oleh pemerintah untuk
membangkitkan nasionalisme konsumsi produksi dalam negeri agar dalam jangka
panjang mampu membangun dan memperkuat produksi dan kemampuan ekspor.
4. Meningkatkan daya saing.
Menggalakkan program efisiensi biaya produksi di semua komponen biaya, baik yang
langsung maupun tak langsung, serta menerapkan standarisasi.
Kementerian Perindustrian sebagai pembina industri nasional telah
merumuskan perencanaan pengembangan industri nasional. Untuk itu, Kementerian
5
Perindustrian mengadopsi Kebijakan Industri Nasional tersebut sebagai pedoman
utama dalam menyusun strategi dan langkah-langkah teknis dalam pengembangan
industri Kimia, Tekstil dan Aneka. Kebijakan Industri Nasional tersebut telah sejalan
dengan dokumen pedoman pembangunan nasional lainnya, yaitu Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015 – 2019, Program
Pembangunan Kabinet Kerja, dan lainnya. secara garis besar, seluruh dokumen
tersebut telah menyepakati satu visi, yaitu untuk menjadikan Indonesia sebagai
negara industri maju baru pada tahun 2025. Oleh karena itu, Kebijakan Industri
Nasional merupakan fondasi dasar penetapan program kegiatan pembangunan
industri nasional. Disamping itu, dokumen-dokumen tersebut juga menyepakati bahwa
industri Kimia, Tekstil dan Aneka merupakan sektor kunci bagi pencapaian visi
tersebut karena memiliki kemampuan untuk mendukung pembangunan sektor lainnya.
Fokus utama pembangunan industri nasional pada periode tahun 2015 – 2019 adalah
pemantapan daya saing industri yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri
andalan masa depan.
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka adalah unit kerja Eselon I
di lingkungan Kementerian Perindustrian yang mengemban tugas pokok dan fungsi
utama sebagai pelayanan teknis dan administratif pada industri Kimia, Tekstil dan
Aneka nasional. Binaan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka terdiri
dari industri Kimia Hulu, industri kimia hilir, industri bahan galian non logam, industri
tekstil kulit alas kaki dan aneka. Industri tersebut memiliki karakter dasar sebagai
industri padat karya (terutama industri tekstil dan aneka), industri padat modal,
menghasilkan komoditas unggulan ekspor, dan menyimpan potensi strategis sebagai
pendukung sektor lainnya (infrastruktur, pertahanan, transportasi, dan lainnya).
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka juga merupakan titik awal dari mata rantai nilai
tambah karena mengolah sumber daya alam mentah menjadi produk jadi atau
setengah jadi yang menjadi input bagi sektor industri lainnya. Kokohnya industri Kimia,
Tekstil dan Aneka merupakan modal utama bagi pengembangan sektor industri hilir
yang berkarakter lebih padat teknologi. Kinerja industri Kimia, Tekstil dan Aneka
nasional saat ini masih dalam proses pemulihan dampak krisis finansial global. Oleh
karena itu, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka memfokuskan
seluruh sumber dayanya untuk memulihkan industri yang terdampak krisis melalui
program revitalisasi dan penumbuhan industri Kimia, Tekstil dan Aneka.
Industri Kimia Hulu merupakan industri kimia penghasil bahan baku untuk
untuk industri kimia antara dan hilirnya yang padat modal dan berteknologi tinggi.
6
Pengembangan industri Kimia Hulu mempunyai peranan penting dalam mengemban
misi pembangunan ekonomi mulai dari penyediaan bahan baku sampai ke hilir,
penciptaan nilai tambah dan penyediaan lapangan kerja. Industri Kimia Hulu
mempunyai keterkaitan yang sangat luas dengan sektor ekonomi lainnya, karena
produknya terkait dengan kebutuhan hajat hidup orang banyak seperti industri plastik,
tekstil, karet, kulit, pupuk, pestisida, cat, pembersih, bahan peledak, bahan baku
farmasi dan lain-lain. Fokus pengembangan industri Kimia Hulu kedepan adalah
penguatan Klaster Industri Petrokimia dan industri Kimia Hulu lainnya
B. Maksud dan Tujuan
Sebagaimana Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019
yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1/M-
IND/PER/3/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian tahun 2015-
2019 yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Industri Nasional, dalam rangka
menyelenggarakan pembinaan industri yang akomodatif, aspiratif, dan fasilitatif.
Renstra Kementerian didukung oleh Renstra masing-masing eselon I, salah satunya
adalah Renstra Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan
Aneka 2015-2019 dimaksudkan memberikan arah kebijakan dan strategi
pembangunan industri dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan
pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu 2015-2019, sehingga
diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Direktorat
Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka. Renstra Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil dan Aneka merupakan acuan bagi Direktorat Industri Kimia Hulu dalam
menyusun Rencana Strategis di lingkungan Direktorat Industri Kimia Hulu yang akan
menjadi pedoman dalam menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pengembangan
industri sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu selama kurun
waktu 2015-2019.
C. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-
IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,
maka Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai tugas: Melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta
pemberian bimbingan teknis dan evalusai di bidang industri Kimia Hulu. Dalam
7
melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu menyelenggarakan fungsi
:
a. Penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang industri Kimia Hulu.
b. Penyiapan perumusan kebijakan termasuk penyusuanan peta panduan
pengembangan klaster industri petrokimia dan pengembangan klaster industri
Kimia Hulu lainnya.
c. Penyiapan pelaksanaan kebijakan termasuk pengembangan klaster industri
petrokimia dan pengembangan klaster industri Kimia Hulu lainnya.
d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedure dan kriteria di bidang industri
Kimia Hulu.
e. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang industri Kimia Hulu.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja Direktorat.
Selanjutnya untuk melaksanakan tugas dan fungsi diatas, maka Direktorat
Industri Kimia Hulu terdiri dari 4 unit Eselon III yaitu Sub Direktorat Program, Evaluasi
dan Pelaporan, Subdirektorat Industri Kimia Anorganik Dasar, Subdirektorat Industri
Kimia Organik Dasar, Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya dan Sub bagian Tata
Usaha dan Manajemen Kinerja. Pada tiap-tiap Eselon III didukung oleh 2 (dua) seksi
yaitu Seksi Iklim Usaha dan Kerja Sama dan Seksi Standardisasi dan Teknologi,
sedangkan untuk Subdirektorat Program, Evaluasi dan Pelaporan didukung oleh Seksi
Program dan Seksi Evaluasi dan Pelaporan. Adapun tugas masing-masing
Subdirektorat sebagai berikut :
1. Subdirektorat Program Pengembangan Industri Kimia Hulu mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang industri
Kimia Hulu.
2. Subdirektorat Industri Kimia Anorganik mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha,
standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta
pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri kimia anorganik
dasar.
3. Subdirektorat Industri Kimia Organik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha, standarisasi
dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta pelaksanaan
kerjasama dan promosi industri di bidang industri kimia organik dasar.
8
4. Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha,
standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta
pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri Kimia Hulu lainnya.
5. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, kearsipan, dan
dokumentasi serta menajemen kinerja Direktorat.
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Industri Kimia Hulu
Direktur Industri Kimia Hulu
Seksi Pemberdayaan
Industri
Seksi Evaluasi Pelaporan
Seksi Program
Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya
Subdirektorat Industri Kimia Anorganik
Subdirektorat Industri Kimia Organik
Subdirektorat Program Pengembangan
Industri Kimia Hulu
Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana
Industri
Subbagian Tata Usaha
Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana
Industri
Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana
Industri
Seksi Pemberdayaan
Industri
Seksi Pemberdayaan
Industri
Kelompok Jabatan Fungsional
9
D. Ruang Lingkup
Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu merupakan bagian dari
perencanaan jangka panjang industri dan ekonomi yang bersifat rolling plan dengan
ruang lingkupnya mencakup: Visi, Misi, tujuan, sasaran, analisi perkembangan
lingkungan strategis, arah kebujakan dan strategi, program dan kegiatan untuk
Penanganan masalah-masalah aktual sektor industri. Penyusunan Rencana Strategis
Direktorat Industri Kimia Hulu memiliki rentang waktu dari tahun 2015 – 2019.
10
BAB II
ANALISIS PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Perkembangan Sektor Industri Kimia Hulu
Perkembangan industri dibawah pembinaan Direktorat Industri Kimia Hulu
dapat digambarkan secara kuantitatif sebagai berikut :
1. Klasifikasi Lapangan Usaha
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 64/M-
IND/PER/7/2011 tentang Jenis-jenis industri dalam pembinaan Direktorat Jenderal
dan Badan di Lingkungan Kementerian Perindustrian, berikut digembarkan jenis-
jenis industri dibawah pembinaan Direktorat Industri Kimia Hulu berdasarkan KBLI
(Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), yaitu :
a) Industri Pengolahan Garam (KBLI 10774)
b) Industri Kimia Hulu Anorganik Khlor dan Alkali (KBLI 20111)
c) Industri Kimia Hulu Anorganik Gas Industri (KBLI 20112)
d) Industri Kimia Hulu Anorganik Pigment (KBLI 20113)
e) Industri Kimia Hulu Anorganik Lainnya (KBLI 20114)
f) Industri Kimia Hulu Organik untuk Bahan Baku Zat Warna dan Pigment, Zat
Warna dan Pigment (KBLI 20116)
g) Industri Kimia Hulu Organik yang bersumber dari minyak bumi, gas alam dan
batubara (KBLI 20117)
h) Industri Kimia Hulu Organik yang menghasilkan bahan kimia khusus (KBLI
20118)
i) Industri Kimia Hulu Organik lainnya (KBLI 20119)
j) Industri Damar Buatan (Resin sintetis) dan bahan baku plastik (KBLI 20131)
k) Industri karet buatan (KBLI 20132)
l) Industri pupuk alam/non sintetis hara dan makro primer (KBLI 20121)
m) Industri pupuk buatan tunggal hara makro primer (KBLI 20122)
n) Industri pupuk buatan majemuk hara makro primer (KBLI 20123)
o) Industri pupuk buatan campuran hara makro primer (KBLI 20124)
p) Industri pupuk hara makro sekunder (KBLI 20125)
q) Industri pupuk hara mikro (KBLI 20126)
r) Industri pupuk pelengkap (KBLI 127)
s) Industri pupuk lainnya (KBLI 20129)
t) Industri Bahan baku pemberantas hama (Bahan aktif) (KBLI 20211)
11
u) Industri zat pengatur tumbuh (KBLI 20213)
v) Industri bahan amelioran (pembenah tanah) (KBLI 20214)
w) Industri perekat/ lem (KBLI 20291)
x) Industri bahan peledak (KBLI 20292)
y) Industri bahan farmasi (KBLI 21011)
2. Kontribusi terhadap Ekonomi
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi
nasional Tahun 2010 sebesar 6,1% dan pertumbuhan industri non migas sampai
triwulan II tahun 2015 mencapai 6,61%. Industri pupuk, kimia dan barang dari karet
mengalami peningkatan dari 4,48% tahun 2010 dan mencapai 6,62% triwulan II
tahun 2015 (Tabel 2.1)
Tabel 2.1. Pertumbuhan PDB Industri
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Q1 Q2
INDUSTRI MANUFAKTUR TANPA
MIGAS 5.86 5.27 5.15 4.05 2.52 5.09 5.78 6.61
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2.75 7.21 5.05 2.34 11.29 2.73 4.04 9.34
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.53 1.74 10.43 8.03
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.46 -3.5 -0.48 3.01
4). Kertas dan Barang cetakan 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.27 1.64 4.22 3.87
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8.77 4.48 5.69 4.46 1.51 4.67 -0.02 6.62
6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3.81 0.53 3.4 -1.49 -0.63 2.16 4.38 5.66
7). Logam Dasar Besi & Baja -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.53 2.56 18.32 15.48
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.94 10.35 8.84 4.41
9). Barang lainnya 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.13 2.98 1.13 6.21
Ekonomi 5.69 5.50 6.35 6.01 4.55 6.10 6.47 6.49
INDUSTRI PENGOLAHAN termasuk
MIGAS 4.60 4.59 4.67 3.66 2.11 4.48 5.02 6.09
Sumber : BPS, diolah Kemenperin (2015)
Tabel 2.2 menunjukkan kontribusi industri non migas terhadap PDB industri
sebesar 21,55% pada tahun 2010 dan peran industri Kimia Hulu yang diwakili
12
industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 2,74% tahun 2010 terhadap
PDB industri non migas. Jika dilihat pada tahun sebelumnya, peran industri Kimia
Hulu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena kondisi global yang masih
dirasakan dan berdampak pada industri-industri dibawah pembinaan Direktorat
Industri Kimia Hulu.
Tabel 2.2. Kontribusi industri kimia terhadap PDB Atas Harga Berlaku
NO LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(Q1) (Q2)
Industri bukan Migas 22.38 22.43 23.00 22.57 21.55 21.05 20.99
1 Makanan, Minuman dan Tembakau 6.37 6.68 6.99 7.49 7.24 7.09 7.29
2 Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 2.70 2.37 2.12 2.08 1.93 1.99 1.94
3 Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 1.34 1.39 1.48 1.43 1.25 1.20 1.15
4 Kertas dan Barang cetakan 1.19 1.15 1.05 1.09 1.02 0.99 0.97
5 Pupuk, Kimia & Barang dari karet 2.82 2.80 3.11 2.90 2.74 2.56 2.66
6 Semen & Brg. Galian bukan logam 0.87 0.83 0.81 0.77 0.71 0.69 0.69
7 Logam Dasar Besi & Baja 0.62 0.58 0.59 0.48 0.42 0.44 0.43
8 Alat Angk., Mesin & Peralatannya 6.27 6.44 6.66 6.17 6.06 5.93 5.70
9 Barang lainnya 0.21 0.19 0.18 0.17 0.16 0.16 0.16
Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100
Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 88.85 89.46 89.41 91.68 92.23 91.97 91.36
Sumber : BPS, diolah Kemenperin (2015)
3. Perkembangan Industri Kimia Hulu
Bila dirinci Kinerja industri Kimia Hulu pada tahun 2015, kapasitas produksi dan
produksi mengalami peningkatan sekitar 3% bila dibandingkan dengan tahun 2010.
Sedangkan utilitas industri Kimia Hulu sekitar 79%. Peranan ekspor industri Kimia
Hulu mengalami peningkatan 2,3% dan terjadi penurunan impor ±3,2% bila
dibandingkan dengan tahun 2005. Sementara investasi meningkat dari tahun 2014
sekitar 0,2% tetapi jika dibandingkan dengan data tahun 2010 mengalami
penurunan 1,63%. Secara rinci kinerja industri Kimia Hulu dapat dilihat pada tabel
berikut.
13
Tabel 2.3. Kinerja Industri Kimia Hulu (2010-2015)
NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 010-015
1. Kapasitas Produksi 35,633,864 38,500,662 38,656,862 39,224,455 40,417,260 41,496,335 2.67
2. Produksi 27,253,329 28,689,907 30,259,680 30,598,659 31,709,366 32,783,315 3.59
Nilai Produksi (US $) 15,075,985 17,147,410 16,270,687 16,881,855 17,545,952 18,176,324 3.02
Nilai Produksi (Rp000) 139,159,308 149,364,030 148,967,180 154,562,766 160,642,935 166,414,340 3.34
3. Impor
- Volume (Ton) 4,509,123 4,480,605 3,905,329 3,909,590 3,843,347 3,932,394 (3.21)
- Nilai (US$. 000) 3,564,808 3,660,214 3,257,024 3,229,602 3,431,453 3,717,407 0.02
4. Ekspor
- Volume (Ton) 5,589,078 5,217,234 5,218,713 5,490,744 5,712,332 6,168,224 2.36
- Nilai (US$. 000) 2,894,730 3,169,854 2,939,394 3,189,816 3,308,560 3,593,033 3.76
5. Kebutuhan 26,173,374 27,953,278 28,946,295 29,017,506 29,840,381 30,547,485 2.81
Neraca 1,079,956 736,629 1,313,384 1,581,153 1,868,985 2,235,830 20.81
Utilisasi Kapasitas (%) 76 75 78 78 78 79 0.90
6. Investasi (US$ juta) 84,365 84,840 84,883 84,939 84,906 86,062 0.29
7. Investasi (Rp juta) 8,380,632 6,864,972 7,014,972 7,165,172 7,165,172 7,250,551 (1.63)
8. Tenaga Kerja (orang) 49,341 59.712 57,371 57,634 58,066 60,011
9. Jumlah Perusahaan
(buah)
284 306 306 314 316 322 2.18
Tabel 2.4. Kinerja Industri Petrokimia (2010-2015)
NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 010-015
1. Kapasitas Produksi 28,879,610 30,812,610 30,928,610 31,788,310 32,793,310 34,031,310 3.00
2. Produksi 23,158,187 23,670,331 24,523,549 25,378,184 26,516,960 27,750,352 3.72
Nilai Produksi (US $) 12,707,872 13,883,880 13,161,480 13,071,983 13,442,531 13,796,266 0.88
Nilai Produksi (Rp000) 116,068,823 119,484,607 120,500,657 119,681,270 123,073,837 126,312,480 1.45
3. Impor
- Volume (Ton) 3,855,140 3,825,420 3,580,564 4,082,745 4,113,564 4,133,616 2.01
- Nilai (US$. 000) 3,182,661 3,240,048 3,334,555 3,802,812 4,033,694 4,369,835 7.02
4. Ekspor
- Volume (Ton) 4,588,686 4,195,774 4,723,799 4,551,988 4,725,766 4,695,195 1.25
- Nilai (US$. 000) 2,303,134 2,504,226 2,856,239 2,684,802 2,582,500 2,701,728 2.40
5. Kebutuhan 22,424,641 23,299,976 23,380,315 24,908,941 25,904,758 27,188,773 3.92
Neraca 733,546 370,355 1,143,234 469,243 612,202 561,579 (2.03)
Utilisasi Kapasitas (%) 80 77 79 80 81 82 0.70
6. Investasi (US$ juta) 214,809 216,409 221,254 221,310 221,277 222,433 0.69
7. Investasi (Rp juta) 42,136,811 81,535,352 125,476,252 126,923,836 134,404,959 131,482,341 22.84
8. Tenaga Kerja (orang) 39,115 48,873 46,392 46,574 46,585 46,847 2.20
9. Jumlah Perusahaan
(buah)
161 163 163 170 172 177 1.98
14
Tabel 2.5. Kinerja Industri Kimia Hulu Lainnya Lainnya (2010-2015)
NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 010-015
1 Kapasitas Produksi 7,130,254 8,175,052 8,175,252 8,175,645 8,175,950 8,677,025 2.85
2 Produksi 3,989,982 5,124,715 5,341,574 5,649,572 5,848,611 5,981,696 7.33
Nilai Produksi (US $) 2,359,534 3,360,094 3,502,280 3,704,224 3,834,726 3,921,985 8.93
Nilai Produksi (Rp000) 23,006,829 30,763,523 32,065,321 33,914,225 35,109,050 35,907,956 7.95
3 Impor
- Volume (Ton) 672,822 707,039 537,728 520,800 533,086 572,136 -4.71
- Nilai (US$. 000) 397,883 463,581 352,569 341,470 349,526 375,129 -3.09
4 Ekspor
- Volume (Ton) 1,000,392 1,039,150 460,293 722,760 705,475 946,031 -2.79
- Nilai (US$. 000) 591,597 681,334 301,798 473,888 462,555 620,279 -1.83
5 Kebutuhan 3,662,412 4,792,605 5,419,009 5,447,612 5,676,222 5,607,801 7.84
Neraca 327,570 332,110 77,435 201,960 172,389 373,895 -0.99
Utilisasi Kapasitas (%) 56 63 65 69 72 69 4.39
6 Investasi (US$ juta) 0 0 0 0 0 0
7 Investasi (Rp juta) 0 0 0 0 0 0
8 Tenaga Kerja (orang) 9,343 9,003 9,122 9,152 9,617 9,797 1.26
9 Jumlah Perusahaan
(buah)
124 142 142 143 143 143 2.14
4. Pesebaran Industri
Jumlah perusahaan industri di sektor industri Kimia Hulu sampai dengan
tahun 2015 adalah sebanyak 197 perusahaan. Penyebaran industri tidak merata
dan perusahaan terkonsentrasi di pulau jawa dengan jumlah perusahaan terbesar
berlokasi di Banten. seperti yang terlihat dalam tabel 2.6. Dari tabel tersebut terlihat
persebaran industri di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa sebesar 75:25.
Tabel 2.6 Pesebaran Sektor Basis Industri Sampai Tahun 2015
No. Provinsi DIT. IKHU
1 DI Aceh 2
2 Sumatra Utara 7
3 Sumatra Barat
4 Riau 3
5 Jambi 1
6 Sumatra Selatan 4
7 Bengkulu
8 Lampung - 9 Kepulauan Bangka Belitung -
10 Kepulauan Riau 2
11 DKI Jakarta 24
12 Banten 53
15
13 Jawa Barat 46
14 Jawa Tengah 3
15 DI Yogyakarta -
16 Jawa Timur 23
17 Bali -
18 NTT -
19 NTB -
20 Kalimantan Barat 4
21 Kalimantan Tengah 1
22 Kalimantan Selatan 5
23 Kalimantan Timur 15 24 Sulawesi Utara -
25 Sulawesi Tengah -
26 Sulawesi Selatan -
27 Sulawesi Tenggara -
28 Sulawesi Barat -
29 Gorontalo -
30 Maluku 2
31 Maluku Utara -
32 Papua -
33 Papua Barat 2
Jumlah : 197
B. Analisa SWOT
Dari kondisi perkembangan industri Kimia Hulu, maka dilakukan Analisa
Kekuatan, Kelemahan, Peluang serta Ancaman. Adapun analisa SWOT sektor industri
Kimia Hulu adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan :
a. Sumber daya alam di dalam negeri sangat melimpah untuk memasok bahan
baku industri dalam negeri.
b. Kapasitas produksi industri dibeberapa jenis industri cukup mampu mendukung
kebutuhan dalam negeri.
c. Beberapa perusahaan di sub sektor BIM telah mulai menerapkan sistem dan
prosedur produksi sesuai standar internasional dan menggunakan sistim
informasi terkini.
2. Kelemahan :
a. Ekspor SDA mineral mengurangi pasokan bahan baku industri dalam negeri
dan belum termanfaatkannya secara optimal untuk pengembangan industri,
misalnya minyak bumi, gas bumi dan batubara.
b. Walaupun beberapa industri telah ada yang menguasai teknologi tinggi, namun
masih banyak industri yang penguasaan teknologinya masih lemah, sehingga
sangat tergantung pada teknologi dari luar negeri.
16
c. Teknologi proses produksi yang dipakai di beberapa industri saat ini sudah tidak
efisien, disamping permesinan sudah banyak yang tua seperti di Industri pupuk.
d. R&D masih lemah.
e. Integrasi antara industri kimia di hulu, antara dan hilir masih lemah.
f. Terbatasnya mutu SDM dan penanganan SDM belum dilakukan secara
komprehensif yang dapat menciptakan SDM industri yang memiliki kompetensi
dan berkualitas
g. Lemahnya penguasaan jaringan pasar global dan profesionalisme dalam
menjalin kerjasama dengan partner asing.
h. Kurangnya dukungan perbankan untuk pendanaan (Investasi dan Modal Kerja)
dengan tingkat suku bunga yang bersaing.
i. Belumnya terbangunnya kesamaan visi dan misi kedepan antara instansi
Pemerintah dengan Industri dalam mengolah SDA lokal menjadi hasil industri
yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.
j. Belum dikembangkannya sistem informasi terpadu di tingkat Pusat, Propinsi
dan Kabupaten / Kota, sehingga data dan informasi industri yang dipunyai tidak
dapat digunakan secara akurat dalam menyiapkan program pengembangan
industri.
k. Penanganan masalah penghematan energi belum optimal, bahkan cenderung
industri kurang respon terhadap manajemen energi, konservasi energi dan audit
energi.
l. Lingkungan usaha belum kondusif terutama masih belum adanya kepastian
hukum, konsistensi kebijakan dan masalah-masalah ketenaga kerjaan terutama
sinkronisasi dan dukungan kebijakan antar instansi Pemerintah dan Pemerintah
daerah dalam rangka mendorong pengembangan industri.
m. Minimnya dan belum meratanya sarana dan prasarana pendukung yang dapat
mendorong pertumbuhan dan penyebaran sektor industri (terutama di luar
pulau jawa), seperti : listrik, jalan, telekomunikasi.
3. Peluang :
a. Peluang pasar dalam negeri cukup besar, sebagai basis pengembangan
ekspor. Selain itu, sebagian besar produk industri Kimia Hulu menghasilkan
bahan baku dan komponen untuk sektor industri lainnya.
b. Pangsa pasar produk BIM dipasar luar negeri masih sangat kecil, sehingga
peluangnya masih cukup besar untuk ditingkatkan, khususnya pasar non
tradisional.
17
c. Adanya kebijakan Pemerintah untuk peningkatan penggunaan produksi dalam
negeri melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Menperin RI No.
15/M-IND/PER/2/2011 tentang Pedoman Penggunaan Produksi Dalam Negeri
dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
d. Peluang investasi untuk memperkuat struktur industri sektor industri Kimia Hulu
dalam pohon industri.
4. Ancaman :
a. Ancaman dari negara pesaing seperti Cina, Thailand dan Vietnam karena iklim
investasi yang lebih kondusif dalam menarik investor.
b. Tumbuhnya industri-industri sejenis di negara-negara ASEAN karena proteksi
dan bantuan pemerintahnya, menjadi lebih berdaya saing khususnya di pasar
Asean.
c. Semakin meningkatnya penggunaan hambatan non tarif seperti Technical
Barrier to Trade di Negara tujuan ekspor yang dapat menghambat upaya
ekspor Indonesia.
d. Masyarakat dalam negeri cenderung semakin menyukai produk impor (impor
minded), karena alasan lebih murah.
e. Semakin maraknya penyelundupan (impor illegal) dan manipulasi dokumen
impor yang mengancam pasar produksi dalam negeri.
f. Makin meluasnya daerah-daerah perdagangan bebas (Free Trade) serta
tuntutan negara-negara industri kuat dalam perjanjian perdagangan bebas.-
C. Permasalahan
Beberapa kendala/permasalahan yang dihadapi Industri kimia Hulu dalam
perkembangannya antara lain :
a. Gangguan pasokan gas untuk bahan baku dan energi di beberapa wilayah.
b. Ketergantungan impor naphtha dan condensate sebagai bahan baku industri
petrokimia.
c. Perbaikan iklim investasi dan aturan berusaha.
d. Penguasaan teknologi lebih maju.
e. Kurangnya infrastuktur sarana dan prasarana vs perkembangan industri.
18
D. Kondisi yang diharapkan Tahun 2015-2019
Pada tahap ini, industri kimia Hulu diharapkan dapat terus meningkatkan daya
saing dan berwawasan lingkungan serta menjadi sektor industri yang kokoh dan
berkontribusi bear terhadap oertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi yang harus
dicapai pada akhir tahun 2014 antara lain :
1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program
revitalisasi industri di sektor industri kimia hulu;
2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar;
3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi bahan baku industri;
4. Semakin meningkatnya daya saing industri yang berorientasi ekspor;
5. Tumbuhnya industri - industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak
pertumbuhan industri di masa depan.
19
BAB III
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU
A. VISI DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU
Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang pada tahun 2025, yaitu
“Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Dunia”, yang bercirikan: 1) Industri
kelas dunia; 2) PDB sektor industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar jawa;
3) Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.
Untuk menuju visi tersebut, dirumuskan Visi Jangka Menengah Pembangunan
Nasional tahun 2020 sesuai dengan hasil Deklarasi Bogor pada tahun 1995 antar para
Kepala Negara APEC, Indonesia diharapkan akan menjadi “Negara Industri Maju
Baru” pada tahun 2020 yang kemudian menjadi visi tahun 2020, dengan kriteria dasar
antara lain: 1) Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya; 2)
Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional; 3)
Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar; 4)
Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat,
keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5) Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan visi tahun 2020 tersebut, kemampuan Industri Nasional diharapkan
mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan
ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang
berciri kerakyatan.
Visi tersebut diatas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun Kementerian
Perindustrian sampai dengan 2019 yakni “Indonesia Menjadi Negara Industri yang
Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya
Alam dan Berkeadilan.”
Berpedoman kepada visi pembangunan nasional dan peran Industri Kimia
Tekstil dan Aneka dalam mendukung visi tersebut, maka sub sektor Industri Kimia
Tekstil dan Aneka menetapkan visi jangka panjang tahun 2025 adalah: “Terwujudnya
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri
yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan.”
20
Berpedoman kepada Visi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka,
maka Direktorat Industri Kimia Hulu menetapkan visi yaitu : “Terwujudnya Industri
Kimia Hulu Yang Berdaya Saing Tinggi, Berwawasan Lingkungan, Adil Dan
Mandiri Dengan Struktur Industri Yang Kuat Untuk Menopang Pembangunan
Industri Nasional.”
B. MISI DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas dan mewujudkan Indonesia yang
menjadi “Negara Industri Maju Baru” pada tahun 2020 yang kemudian menjadi visi
tahun 2020, dengan kriteria dasar antara lain: 1) Kemampuan tinggi untuk bersaing
dengan Negara industri lainnya; 2) Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi
perekonomian nasional; 3) Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah
dengan Industri Besar; 4) Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan
lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5) Jasa
industri yang tangguh. Berdasarkan visi tahun 2020 tersebut, kemampuan Industri
Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi
basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya
ekonomi yang berciri kerakyatan, maka diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 6
(enam) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu sebagai
berikut :
1. Memperkuat dan memperdalam struktur industri Kimia Hulu untuk mewujudkan
industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan;
2. Meningkatkan nilai tambah industri Kimia Hulu di dalam negeri melalui pengelolaan
sumber daya industri yang berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan
teknologi dan inovasi;
3. Menciptakan iklim usaha yang kompetitif;
4. Meningkatkan kualitas produkk-produk industri Kimia Hulu melalui SNI;
5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
6. Mendukung pemerataan pembangunan industri Kimia Hulu ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional.
C. TUJUAN
Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, oleh
sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk memampukam industri dalam
memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik
Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi
21
permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh melemahnya
daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus
mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar
membangun industri andalan masa depan.
Di bidang pengembangan industri, dalam rangka menentukan arah, sasaran
dan kebijakan pembangunan industri nasional ke depan, Pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional,
yang di dalamnya memuat Bangun Industri Nasional. Bangun industri nasional tersebut
dikembangkan terpadu dengan sektor pertanian, kelautan, kehutanan, kehutanan,
sumber daya manusia industri, serta kemampuan pengembangan dan penelitian,
termasuk pengembangan jasa pendukung rancang bangun, dan perekayasaan industri.
Secara umum, Bangun Industri Nasional tersusun dari industri Kimia, Tekstil dan
Aneka dan industri andalan masa depan. Industri Kimia, Tekstil dan Aneka merupakan
spektrum industri yang sudah berkembang saat ini dan telah menjadi tulang punggung
sektor industri. Saat ini kelompok industri Kimia, Tekstil dan Aneka di Indonesia
keberadaannya masih sangat tergantung pada sumber daya alam dan sumber daya
manusia tidak terampil. Oleh karena itu, Industri Kimia, Tekstil dan Aneka nasional
perlu direstrukturisasi dan diperkuat agar mampu menjadi industri kelas dunia.
Berdasarkan penjabaran visi, misi, analisa lingkungan strategis dan
permasalahan yang ada di sub sektor industri Kimia Hulu serta kondisi yang diinginkan
tahun 2015-2019, maka Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai tujuan
“Meningkatnya Peran Industri Kimia Hulu dalam Perekonomian Nasional ” agar
pada akhir tahun 2019, Industri Kimia Hulu dapat menjadi pondasi yang kuat untuk
menopang pembangunan industri yang berkelanjutan dan mendukung pembangunan
pilar industri andalan masa depan.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan indikator kinerja
tujuan sebagai berikut :
1. Laju pertumbuhan PDB industri kimia Hulu;
2. Kontribusi PDB industri kimia hulu terhadap PDB Nasional;
3. Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia hulu.
22
TUJUAN INDIKATOR
KINERJA TUJUAN SATUAN
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya
Peran Industri
Kimia Hulu
dalam
Perekonomian
Nasional
1 Laju
Pertumbuhan
PDB Industri
Kimia Hulu
% 4,21 – 4,44 3,28 – 3,45 3,88 – 4,17 3,69 – 4,09 4,04 – 4,53
2 Kontribusi PDB
Industri Kimia
Hulu terhadap
PDB Nasional
% 1,35 - 1,37 1,31 - 1,33 1,34 – 1,36 1,40 – 1,42 1,45 – 1,48
3 Jumlah
Penyerapan
Tenaga Kerja
Juta
Orang
0,29 – 0,30 0,29 – 0,30 0,40 – 0,41 0,44 – 0,45 0,48 – 0,49
D. SASARAN
Untuk mewujudkan pencapaian kondisi yang diinginkan dan tujuan diatas
sesuai dengan Visi dan Misi Direktorat Industri Kimia Hulu, maka sasaran strategis
yang ingin dicapai Direktorat Industri Kimia Hulu tahun 2015-2019, adalah :
1. Meningkatnya Populasi Industri
2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
3. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
4. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil,
berdaya saing dan berkelanjutan.
23
E. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Indikator Kinerja Sasaran Strategis dari masing-masing sasaran diatas dan
target kinerja tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
SASARAN
STRATEGIS (SS)
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
STRATEGIS
(IKSS)
SATUAN
TARGET 2015 -
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S) – Indikator Kinerja Utama
1 Meningkatnya
Populasi
Industri
1 Jumlah unit
industri kimia
hulu
Unit/Pabrik 96 122 116 127 144 605
2 Nilai investasi
di sektor
industri kimia
hulu
Rp. Triliun 20,6 –
23,7
34,3 –
37,4
34,3 –
37,4
51,2 –
54,5
65,1 –
67,8
20,6 –
67,8
2 Meningkatnya
daya saing
dan
produktivitas
sektor industri
1 Kontribusi
ekspor produk
industri kimia
hulu terhadap
ekspor nasional
Persen 2,77 –
2,87
3,28 –
3,38
3,19 –
3,22
3,29 –
3,30
3,29 –
3,30
2,77 –
3,30
2 Produktivitas
SDM industri
kimia hulu
Rp juta perorang pertahun
1.301,6 1.628,7 1.211,9 1.320,7 1.429,3 1.365,7
3 Tersedianya
kebijakan
pembangunan
industri yang
efektif
1 Jumlah
Peraturan
Perundang -
Undangan
PP/Perpres
/Kepres/Per
men
RSKKNIPer
sen
0 0 2 1 0 3
4 Terselenggara
nya urusan
pemerintahan
di bidang
perindustrian
yang adil,
berdaya saing
dan
berkelanjutan
1 Infrastruktur
kompetensi
yang terbentuk
RSKKNI 1 1 1 1 1 1
24
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil Dan Aneka
Dari penjabaran arah kebijakan Kementerian Perindustrian dan berdasarkan Visi
dan Misi Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil Dan Aneka, maka disusun rencana
strategis yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun 2015-2019 dengan tujuan
Memperkuat Industri Kimia Tekstil dan Aneka Menjadi Penggerak Industri
Nasional, maka disusun arah kebijakan Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan
Aneka seperti yang dapat dilihat dalam Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Kimia
Tekstil dan Aneka dalam gambar 4.2
Peta Strategi tersebut menggambarkan visi dan misi jangka panjang industri
berbasis manufaktur nasional. Sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 28
Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, industri berbasis manufaktur nasional
memegang peranan penting dalam pembangunan industri nasional menuju Negara
Industri Maju Baru pada tahun 2020 dan menjadi Negara Industri Tangguh Dunia pada
tahun 2025. Melalui penyusunan Peta Strategi tersebut, diharapkan kinerja
pelaksanaan tupoksi Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil Dan Aneka semakin
fokus dan kontributif terhadap pembangunan industri nasional.
Arah kebijakan dalam rencana strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil
Dan Aneka mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam
perekonomian nasional.
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional
dan kompetensi daerah.
3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih
seimbang dengan kemampuan industri skala besar.
4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau jawa.
5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam
mendukung pembangunan nasional.
25
Gambar 4.1. PETA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA TEKSTIL DAN ANEKA TAHUN 2015 – 2019
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
GAMBAR 4.1.
Tujuan. Meningkatnya peran industri dalam
perekonomian nasional
Terwujudnya Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri
2 Meningkatnya Populasi 1
PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang
perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
3 4
26
B. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Industri Kimia Hulu
Dalam rangka mendukung kebijakan Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil
dan Aneka, sebagai unit kerja eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia
Tekstil dan Aneka maka Direktorat Industri Kimia Hulu berkewajiban menyukseskan
pencapaian sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal
Industri Kimia Tekstil Dan Aneka.
Kebijakan Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia Hulu
mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :
1. Pemantapan struktur industri Kimia Hulu dengan seoptimal mungkin
memanfaatkan SDA lokal guna peningkatan nilai tambah.
2. Pengaturan efisiensi bahan baku/energi melalui penerapan teknologi baru dan
penghematan maupun diversifikasi bahan baku/energi.
3. Pengaturan pengembangan bahan baku alternatif industri petrokimia seperti
gasifikasi batubara maupun biomassa.
4. Peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk menghasilkan industri yang berdaya
saing.
5. Peningkatan produksi industri Kimia Hulu dalam rangka mendorong
pengembangan industri hilirnya untuk peningkatan ekspor dan substitusi impor.
6. Pengembangan kemitraan dengan industri kecil menengah.
7. Pengembangan SDM dan R&D termasuk dalam upaya pengembangan industri
yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan.
Arah Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia Hulu
mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :
1. Pengembangan industri petrokimia dan industri Kimia Hulu lainnya melalui
pendekatan klaster.
2. Industri yang bertumpu pada potensi SDA lokal yang yang tidak dapat diperbaharui
(petrokimia dan bahan kimia berbasis batubara) maupun yang dapat diperbaharui.
3. Industri yang berpeluang meningkatkan pasar ekspor industri hilirnya (bahan baku
plastik, bahan baku tekstil, bahan baku pembersih dan Bahan baku serat).
4. Industri yang kandungan lokalnya masih rendah (bahan kimia adi dan bahan kimia
khusus).
5. Industri yang berwawasan lingkungan (pupuk organik, pestisida alami).
6. Pengembangan industri yang memanfaatkan bahan baku alternatif industri
petrokimia seperti gasifikasi batubara maupun biomassa.
7. Pengembangan industri yang memanfaatkan limbah/scrap/used-product petrokimia
sebagai bahan baku.
Strategi Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia Hulu
mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut yang digambarkan dalam peta strategi
pada gambar 4.2.
27
GAMBAR 4.2. PETA STRATEGI INDUSTRI KIMIA HULU
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
Tujuan. Meningkatnya peran industri dalam
perekonomian nasional
Terwujudnya Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri
2 Meningkatnya Populasi 1
PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang
perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
3 4
28
Untuk pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Direktorat Industri Kimia Hulu
seperti yang diuraikan pada BAB III, maka dalam kebijakan Direktorat Industri Kimia
Hulu di susun 4 (empat) sasaran strategis yang akan dicapai dengan 2 (dua) indikator
Kinerja Utama, seperti yang diuraikan berikut :
Sasaran Strategis I (IKU) :
Meningkatnya Populasi Industri, dengan indikator Kinerja Utama :
1). Jumlah unit industri kimia hulu.
2). Nilai investasi di sektor industri kimia hulu.
Sasaran Strategis II (IKU) :
Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri, dengan indikator Kinerja
Utama :
1). Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional.
2). Produktivitas SDM industri kimia hulu.
Sasaran Strategis diatas merupakan Strategic Outcome Direktorat Industri
Kimia Hulu dengan indikator kinerja utama untuk mengukur keberhasilan pencapaian
outcome Direktorat Industri Kimia Hulu..
Untuk mewujudkan rencana strategis ini, telah ditetapkan proses yang harus
dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu
dan dikelompokan ke dalam : (1) Perumusan kebijakan; (2) Pelayanan dan fasilitasi;
serta (3) Monitoring dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian
sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan kapasitas
kelembagaan guna mendukung pencapaian sasaran strategis. Kebijakan ini tertuang
dalam rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu tahun 2015 - 2019. Uraian
proses tersebut dengan indikator keluaran (output) adalah sebagai berikut :
C. Proses Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Kimia
Tekstil dan Aneka (Strategic Driver), terdiri dari :
a. Perumusan Kebijakan, dengan uraian :
1) Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana dan Kebijakan Industri Kimia
Tekstil dan Aneka, dengan Indikator Kinerja keluaran :
a) Jumlah Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP,
R.Perpres/R.Keppres).
b) Jumlah Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri.
29
2) Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan Industri Kimia Tekstil
dan Aneka, dengan Indikator Kinerja keluaran :
a) Jumlah Renstra 2010 -2014 & RENJA.
b) Jumlah RENKIN, Laporan Akhir Kinerja
3) Menetapkan peta panduan pengembangan Industri Kimia Tekstil dan Aneka,
dengan Indikator Kinerja keluaran
a) Peta Panduan Pengembangan klaster Industri.
b) Peta Panduan Industri unggulan provinsi,
c) Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/kota.
4) Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan Industri Kimia Tekstil
dan Aneka, dengan Indikator Kinerja keluaran :
a) Rekomendasi usulan insentif .
b) Perusahaan industri yang memperoleh insentif.
b. Pelayanan dan Fasilitasi, dengan uraian :
1) Mengembangkan R&D di instansi dan Industri Kimia Tekstil dan Aneka, dengan
Indikator Kinerja keluaran :
a) Kerjasama R&D instansi dengan industri.
2) Memfasilitasi pengembangan pupuk organik, dengan Indikator Kinerja keluaran:
a) Jumlah pabrik pupuk organik.
3) Memfasilitasi pengembangan industri Kimia Hulu, dengan Indikator Kinerja
keluaran :
a) Tingkat utilisasi kapasitas produksi..
b) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan.
c) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku.
d) Perjanjian kerjasama Internasional.
4) Memfasilitasi promosi industri Kimia Hulu, dengan Indikator Kinerja keluaran :
a) Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi.
5) Memfasilitasi penerapan standardisasi, dengan Indikator Kinerja keluaran :
a) Rancangan SNI yang diusulkan.
b) Penambahan SNI wajib yang diterapkan.
c) Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008
(Pedoman BSN10 dan GKM).
30
6) Meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan Indikator Kinerja:
a) Tingkat kepuasan pelanggan.
c. Monitoring dan Evaluasi.
1) Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian
kinerja industri, dengan Indikator Kinerja keluaran :
a) Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan
b) Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri.
D. Proses Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, terdiri dari :
a. Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang kompeten, dengan Indikator
Kinerja keluaran:
1) Standar kompetensi SDM aparatur.
2) SDM aparatur yang kompeten.
b. Membangun organisasi yang profesional dan probisnis, dengan Indikator Kinerja
keluaran :
1) Penerapan sistem manajemen mutu.
c. Membangun sistem informasi yang terintegrasi & handal, dengan Indikator Kinerja
keluaran :
1) Tersedianya sistem informasi online.
2) Pengguna yang mengakses.
d. Meningkatkan kemampuan litbang industri Kimia Hulu, dengan Indikator Kinerja
keluaran :
1) Fasilitasi pengembangan litbang.
2) Kerjasama litbang dengan industri Kimia Hulu.
e. Dukungan dana yang memadai, dengan Indikator Kinerja keluaran :
1) Tingkat penyerapan anggaran.
.
31
BAB V
PROGRAM KEGIATAN DAN PENDANAAN
A. Program dan Kegiatan
Dalam rangka mencapai seluruh target kinerja industri kimia Hulu, baik kinerja
tahunan maupun menengah melalui pencapaian IKU serta program yang telah
ditetapkan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka, maka sesuai Tupoksi,
Direktorat Industri Kimia Hulu mendapat tugas melaksanakan program Revitalisasi
dan Penumbuhan Industri Kimia Hulu.
Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hulu memiliki indikator
pencapaian kinerja yaitu meningkatnya nilai tambah produk industri kimia Hulu dan 2
(dua) indikator kinerja tujuan yaitu:
1. Meningkatkan peran industri kimia Hulu yang berdaya saing dalam perekonomian
nasional;
2. Meningkatkan investasi sektor industri yang berwawasan lingkungan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, program/kegiatan ini akan didukung oleh
rencana aksi sebagai berikut:
1. Revitalisasi/penumbuhan Industri Pupuk
2. Optimalisasi Pabrik Pupuk Organik
3. Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam
4. Penyusunan Program dan Evaluasi Kinerja IKHu
5. RSNI dan Pemberlakuan SNI Wajib Produk IKHu
6. Peningkatan kerjasama, iklim usaha, promosi dan investasi
7. Tersusunya RSKKNI IKHu
8. Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia
9. Pengembangan Industri Petrokimia
32
B. KEBUTUHAN PENDANAAN
Untuk melaksanakan program kegiatan di lingkungan Direktorat Industri Kimia
Hulu tahun 2015 -2019 sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, di proyeksikan
akan mengalami pertumbuhan kebutuhan anggaran. Anggaran yang dialokasikan pada
tahun 2015 adalah sebesar Rp. 21.889.316.000,- dan akan mencapai Rp.
147.500.000.000,- pada tahun 2019. Sumber pendanaan kegiatan tersebut berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Rincian proyeksi kebutuhan
anggaran tahun 2014 – 2019 dapat dilihat pada lampiran.
33
BAB VI
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015-2019
disusun dengan mengacu pada Renstra Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan
Aneka (Ditjen IKTA) Tahun 2015-2019. Renstra Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun
2015-2019 merupakan landasan untuk mewujudkan Visi Industri Kimia Hulu yaitu
Tumbuhnya industri Kimia Hulu yang berdaya saing tinggi, berwawasan lingkungan dan
mandiri untuk menompang pebangunan industri nasional dan menuju Visi Industri
Nasional 2025, yaitu mewujudkan Indonesia menjadi Negara Industri Maju Baru.
Visi Industri Nasional 2025 tersebut telah selaras dengan Visi Pembangunan
Nasional Jangka Panjang 2025, yaitu Membawa Indonesia Menjadi Negara Industri
Tangguh Dunia. Untuk mencapai Visi tersebut maka telah ditetapkan tujuan Tahun
2020, yaitu Menjadikan Indonesia Negara Industri Maju, dimana salah satu prioritas
pembangunannya berfokus pada penguatan, pendalaman, dan penumbuhan klaster
industri.