Abstrak
Kiprah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
dalam mensukseskan Sustainable Develop-
ment Goals (SDGs) penting untuk diketahui
masyarakat diantaranya melalui diseminasi
branding. Upaya ini juga menjadi pilihan
bagi PTKI agar tetap eksis menghadapi per-
saingan antar perguruan tinggi. Relational
capital merupakan intangible assets yang
dimiliki PTKI dan menjadi instrumen untuk
mengoptimalkan peran PTKI dalam rangka
mendukung program SDGs dengan mem-
bangun jaringan/network berkualitas.
Kata kunci ; PTKI, SDGs
Abstract
The gait of the Islamic Religious College in
succeeding the sustainable Development
Goals (SDGs) is the most important program
to be known by the community, including
through dissemination of branding. This ef-
fort is also an option for PTKI to be exist for
facing competition between institutions. Re-
lational capital is an intangible asset owned
1
by PTKI and it is becomes an instrument to
optimize PTKI's role in supporting the SDGs
programme through developing quality net-
works.
Keyword : PTKI, SDGs
A. PENDAHULUAN
Eksistensi Perguruan Tinggi men-
jadi sentra pembangunan sumber daya
manusia terutama di era Revolusi Indus-
tri 4.0 saat ini. Perannya yang dibangun
diatas tiga skema pendidikan Perguruan
Tinggi yang dikenal dengan Tridharma
Perguruan Tinggi, diharapkan mampu
menghadirkan pendidikan yang dapat
mencetak lulusan sebagai sumber daya
manusia dengan kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan di era yang identik
dengan teknologi cerdas seperti internet
of things, cyber-fisik, dan komputasi
kognitif, dan komputasi awan.
Perguruan Tinggi dengan peran
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN
PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SGDs)
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
2
pentingnya tersebut menjadi hal yang
absurd ketika tidak didukung oleh jarin-
gan atau networking. Sebagai institusi
pendidikan tertinggi, Perguruan Tinggi
Kegamaan Islam (PTKI) tidak dapat
berdiri sendiri untuk mewujudkan
misinya mendukung Tujuan Pem-
bangunan Berkelanjutan (Sustainable De-
velopment Goals/SDGs) dengan sebaik-
baiknya. Diperlukan jaringan yang
menghubungkan antara Perguruan Tinggi
dengan banyak pihak selain stakeholder.
Membangun jaringan atau net-
working menjadi salah satu faktor pen-
dukung bagi Perguruan Tinggi untuk
menguatkan eksistensinya sebagai lem-
baga pendidikan tinggi berkualitas.
Selain untuk mengembangkan khazanah
intelektual melalui perluasan wawasan
dari berbagai perspektif, juga untuk
menambah relasi dengan Perguruan
Tinggi atau organisasi profesional
lainnya yang bisa menjadi langkah awal
mengembangkan diri termasuk berko-
laborasi dengan berbagai pihak baik in-
ternal maupun eksternal. Keterhubungan
dengan berbagai pihak tersebut, akan
menjadi tolak ukur kesuksesan Perguruan
Tinggi mempropagandakan lembaganya
dengan memiliki branding yang baik
guna menambah nilai dihadapan stake-
holder dan terutama untuk menarik minat
calon mahasiswa baru.
B. PEMBAHASAN
Apakah Relational Capital?
Relational capital (RC) merupa-
kan konsep manajemen yang bertujuan
meningkatkan kemampuan organisasi/
institusi dalam membangun jaringan/
networking. Sebagai aset lembaga yang
bersifat intangible, RC adalah bagian dari
taksonomi intellectual capital. Kompo-
nen ini dikenal juga dengan istilah exter-
nal capital (modal eksternal) dan cus-
tomer capital. External/relational capital
ini didefinisikan sebagai nilai yang dicip-
takan organisasi melalui hubungan
dengan lingkungan eksternal (yaitu
penyelenggara, pelanggan, pelanggan
potensial, pengguna, penjual dan organ-
isasi lain).
Relational capital ini bisa dalam
bentuk kerjasama yang baik antara or-
ganisasi dengan penyuplai yang berkuali-
tas, pelanggan yang loyal dan merasa
puas akan pelayanan organisasi, hub-
ungan organisasi dengan pemerintah
maupun kerjasama rekan bisnis. Dengan
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
3
demikian, berdasarkan teori bahwa RC
dibangun terutama dalam aspek pengem-
bangan, pemeliharaan, dan menjaga hub-
ungan baik dengan lingkungan luar or-
ganisasi/institusi, orang atau faksi yang
mempengaruhi aktivitas program kerja
institusi termasuk hubungan pihak-pihak
terkait yang berpartisipasi dalam rantai
produk, mulai dari penyuplai, pesaing,
dan stakeholder maupun shareholder.
Definisi Relational Capital
menurut Roos et al. (2005) adalah these
include all relationships that the organi-
zation has, such as customers, consum-
ers, intermediaries, representatives, sup-
pliers, partners, owners, lenders, and the
like. Bahwa RC merupakan hubungan
antara organisasi dengan pelanggan, kon-
sumen, perantara, perwakilan, pemasok,
mitra, pemilik, kreditur, dan sejenisnya.
Relational capital disebut juga
dengan customer capital, artinya bahwa
inovasi dan nilai dari organisasi dirasa-
kan oleh customer. RC merupakan bagi-
an yang penting dalam proses evaluasi
nilai/produk organisasi sebagai tolak
ukur keberhasilan apakah produk/nilai
yang dihasilkan perusahaan sesuai
dengan pasar/konsumen atau sebaliknya.
Inti dari RC ini adalah pengetahuan yang
tertanam dalam hubungan kolaboratif di
luar organisasi. Adapun RC dalam
konteks intellectual capital management,
merupakan aktivitas organisasi yang
berkaitan dengan mengembangkan dan
mempertahankan pelanggan dalam upaya
untuk mengembangkan hubungan jangka
panjang yang saling menguntungkan
dengan customer. Ini adalah kombinasi
dari proses bisnis internal seperti
penjualan, pemasaran, dan dukungan
pelanggan dengan teknologi dan teknik
menangkap data (Van Zyl, 2005).
Dengan demikian Relational Cap-
ital dalam proses intellectual capital
management tidak hanya sebagai pihak
konsumtif, namun RC memiliki sifat
korektif dan evaluatif terhadap perus-
ahaan/organisasi yang mengeluarkan
produk/jasa/nilai, sehingga secara tidak
langsung RC bukan bagian yang terpisah
dari perusahaan/organisasi meskipun
secara struktural tidak termasuk menjadi
bagian internal capital formal perus-
ahaan/organisasi. Sifat evaluatif dan
kontribusi yang diberikan RC dalam
proses menciptakan nilai yaitu melalui
proses hiring public yang diadakan oleh
perusahan/organisasai dengan konsumen/
masyarakat.
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
4
Oleh sebab itu, organisasi/
perusahaan harus mempunyai jaringan
(networking) yang baik sebagai sarana
pemasaran dan publikasi nilai produk/
jasa kepada publik dan proses itu juga
dapat menjadi bagaian eksistensi perus-
ahaan/organisasi dan keberlanjutannya.
Pembangunan hubungan tersebut mem-
butuhkan kerjasama, kepercayaan, komit-
men dan berbagi informasi, serta inte-
grasi setiap bidang bisnis yang menyen-
tuh pelanggan.
Edvinsson (Brinker; 2000)
menyarankan pengukuran terhadap be-
berapa hal berikut ini yang terdapat da-
lam Relational Capital, yaitu:
a. Customer Profile. Siapa pelanggan-
pelanggan kita, dan bagaimana mere-
ka berbeda dari pelanggan yang di-
miliki oleh pesaing. Hal potensial apa
yang kita miliki untuk meningkatkan
loyalitas, mendapatkan pelanggan
baru, dan mengambil pelanggan dari
pesaing.
b. Customer Duration. Seberapa sering
pelanggan kita berbalik pada kita?
Apa yang kita ketahui tentang
bagaimana dan kapan pelanggan akan
menjadi pelanggan yang loyal? Serta
seberapa sering frekuensi komunikasi
kita dengan pelanggan.
c. Customer Role. Bagaimana kita
mengikutsertakan pelanggan ke da-
lam disain produk, produksi dan pela-
yanan.
d. Customer Support. Program apa yang
digunakan untuk mengetahui kepua-
san pelanggan.
e. Customer Success. Berapa besar rata-
rata setahun pembelian yang dil-
akukan oleh pelanggan.
Marr dan Gray (2006)
mengemukakan bahwa dimensi Relation-
al Capital terdiri dari: hubungan pelang-
gan (customer relationships), hubungan
pemasok (supplier relationships), reputa-
si (reputation), citra (image), ke-
percayaan (trust), hubungan kontrak
(contractual relationships), aliansi/
perserikatan (alliances), hubungan
dengan regulator (relationships with reg-
ulators), mitra (partners), dan lain-lain
(Bernard Marr, Dina Gray. 2006).
Dimensi tersebut menunjukkan
bahwa yang menjadi sumber penting dari
relational capital adalah pelanggan,
pemasok, mitra bisnis, pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya sep-
erti masyarakat lokal. Hubungan
ini bias dalam bentuk perjanjian lisensi,
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
5
pengaturan kemitraan, hubungan keu-
angan, kontrak dan kesepakatan tentang
saluran distribusi.
Berdasarkan uraian di atas, rela-
tional capital terbagi dalam dua bagian:
1. Sebagai penerima dan pengguna ino-
vasi pendidikan dari perguruan tinggi
yaitu stakeholder utama; dan 2. Relasi
yang merupakan pengguna dan sekaligus
sebagai aktor yang membantu menyebar-
luaskan inovasi perguruan tinggi seperti
relasi dengan sesama lembaga pendidi-
kan, masyarakat, dan media massa.
Melalui transfer knowledge mampu men-
ciptakan inovasi dan menghasilkan nilai
kuantitas dan kualitas organisasi.
Peran Perguruan Tinggi Islam dan
Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals
(SDGs) merupakan program PBB yang
dicetuskan dalam pertemuan yang mem-
bahas isu pembangunan berkelanjutan di
Rio Jainero pada tahun 2012. Tujuan
yang ingin dihasilkan dalam pertemuan
tersebut adalah memelihara secara bersa-
ma-sama keseimbangan tiga dimensi
pembangunan berkelanjutan: lingkungan,
sosial dan ekonomi. Dalam upaya menja-
ga keseimbangan tiga dimensi pem-
bangunan tersebut, 5 pondasi utama
SDGs yang dikedepankan yaitu manusia,
planet, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemitraan yang ingin mencapai tiga
tujuan mulia di tahun 2030 berupa
mengakhiri kemiskinan (isu penting dan
utama), mencapai kesetaraan dan menga-
tasi perubahan iklim. Untuk mencapai
tiga tujuan mulia tersebut, 17 Tujuan
Global ditetapkan sebagai berikut:
Penjelasan gambar:
1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kem-
iskinan dalam bentuk apapun di seluruh
penjuru dunia. 2) Tanpa Kelaparan. Tid-
ak ada lagi kelaparan, mencapai ketahan-
an pangan, perbaikan nutrisi, serta men-
dorong budidaya pertanian yang berke-
lanjutan. 3) Kesehatan yang baik dan
kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang
sehat serta mendorong kesejahteraan
hidup untuk seluruh masyarakat di segala
umur. 4) Pendidikan Berkualitas. Menja-
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
6
min pemerataan pendidikan yang
berkualitas dan meningkatkan kesem-
patan belajar untuk semua orang, menja-
min pendidikan yang inklusif dan
berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang.
5) Kesetaraan Gender. Mencapai
kesetaraan gender dan memberdayakan
kaum ibu dan perempuan. 6) Air Bersih
dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air
bersih dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua orang. 7) Energi Bersih dan
Terjangkau. Menjamin akses terhadap
sumber energi yang terjangkau, ter-
percaya, berkelanjutan dan modern untuk
semua orang. 8) Pertumbuhan Ekonomi
dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung
perkembangan ekonomi yang berkelanju-
tan dan inklusif, lapangan kerja yang
penuh dan produktif, serta pekerjaan
yang layak untuk semua orang. 9) Indus-
tri, Inovasi dan Infrastruktur. Mem-
bangun infrastruktur yang berkualitas,
mendorong peningkatan industri yang
inklusif dan berkelanjutan serta men-
dorong inovasi. 10) Mengurangi Kesen-
jangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik
di dalam sebuah negara maupun di antara
negara-negara di dunia. 11) Keberlanju-
tan Kota dan Komunitas. Membangun
kota-kota serta pemukiman yang inklusif,
berkualitas, aman, berketahanan dan
bekelanjutan. 12) Konsumsi dan
Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin
keberlangsungan konsumsi dan pola
produksi. 13) Aksi Terhadap Iklim. Ber-
tindak cepat untuk memerangi perubahan
iklim dan dampaknya. 14) Kehidupan
Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga
keberlangsungan laut dan kehidupan
sumber daya laut untuk perkembangan
pembangunan yang berkelanjutan. 15)
Kehidupan di Darat. Melindungi,
mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem
darat, mengelola hutan secara berkelanju-
tan, mengurangi tanah tandus serta tukar
guling tanah, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi
tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati. 16) Institusi
Peradilan yang Kuat dan Kedamaian.
Meningkatkan perdamaian termasuk
masyarakat untuk pembangunan berke-
lanjutan, menyediakan akses untuk kead-
ilan bagi semua orang termasuk lembaga
dan bertanggung jawab untuk seluruh
kalangan, serta membangun institusi
yang efektif, akuntabel, dan inklusif di
seluruh tingkatan. 17) Kemitraan untuk
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
7
Mencapai Tujuan. Memperkuat imple-
mentasi dan menghidupkan kembali
kemitraan global untuk pembangunan
yang berkelanjutan.
Program-program SDGs tersebut
hanya dapat direalisasikan jika ditunjang
oleh sumber daya manusia yang kompe-
ten yaitu tenaga kerja terampil dan tena-
ga ahli yang berkarakter serta mampu
berinovasi dengan daya saing global.
Menyikapi perolehan sumber daya manu-
sia dengan skill abad 21 tersebut,
menuntut upaya berbagai lembaga pen-
didikan atau organisasi untuk berperan
aktif mewujudkannya tidak terkecuali
dengan Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam (PTKI) baik negeri maupun
swasta.PTKI memiliki andil melahirkan
sumber daya manusia dengan kompetensi
yang sesuai dengan kebutuhan masyara-
kat yang dinamis.
Sebagai bagian dari subsistem
pendidikan nasional, PTKI sendiri meru-
pakan lembaga pendidikan tinggi keaga-
maan yang sejajar dengan pendidikan
tinggi umum lainnya dengan kewajiban
yang sama. Ditegaskan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 20
ayat 2 bahwa perguruan tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pen-
didikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat (Tri Dharma Perguru-
an Tinggi).
Adapun yang dimaksud dengan
pendidikan dalam undang-undang di atas
adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keaga-
maan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ket-
erampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Penelitian adalah kegiatan yang dil-
akukan untuk memperoleh informasi,
data, dan keterangan yang berkaitan
dengan pemahaman dan/atau pengujian
suatu cabang ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis. Pengabdian
kepada Masyarakat adalah kegiatan sivi-
tas akademika yang memanfaatkan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini menguatkan peran perguruan
tinggi Islam sebagai lembaga pendidikan
yang memproduksi pengetahuan.
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
8
Dikeluarkannya regulasi tentang
Pendidikan Tinggi tersebut memperkuat
eksistensi PTK dan peran didalamnya.
Keberadaan dan posisi PTKI telah men-
jadi salah satu wujud entitas budaya In-
donesia sebagai lembaga pendidikan
tinggi dengan identitas Islam. Regulasi
tersebut juga memposisikan PTKI se-
bagai investasi sosial, budaya dan alam,
yang dapat memetik kebermaknaan nilai
dengan maksimal ketika berada pada
titik kemampuan melayani kebutuhan
pelanggan pendidikan, yakni pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan masyara-
kat dan dinamisasi pasar yang mengikuti
perkembangan zaman berbasis nlai-nilai
Islam. Hal ini menunjukkan bahwa peran
strategis PTKI akan termanifestasikan
maksimal manakala mampu menyeleng-
garakan pendidikan yang mensinergikan
antara kurikulum institusi dengan kebu-
tuhan masyarakat. Prospek kedepan,
layanan yang tepat tersebut akan menem-
patkan PTKI sebagai lembaga penye-
lenggara pendidikan tinggi yang profe-
sional dan relevan dalam membangun
Pendidikan Nasional.
Optimalisasi peran Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam dalam mem-
bangun kampusnya menjadi perguruan
tinggi yang berkualitas, berkelindan
dengan kebutuhan pasar dan kebutuhan
masyarakat. Kerjasama/sinergi yang baik
dengan pihak internal maupun eksternal
PTKI seperti pelaku industri, pemerintah,
asosisasi profesi, lembaga pendidikan
dan pengujian di dalam dan luar negeri.
Sinergitas dengan berbagai pihak men-
jadi hal penting bagi PTKI guna
merekayasa program pendidikannya un-
tuk selalu update beradaptasi dengan
perkembangan dunia pendidikan,
ekonomi, dan budaya.
Output Perguruan Tinggi Keaga-
maan Islam yang selalu update dengan
perubahan dan memantau perkembangan
kebutuhan masyarakat, menjadi sumber
daya manusia potensial dengan kompe-
tensi dan skill yang dimilikinya, baik
pengetahuan umum maupun pengetahuan
keagamaan. Melihat fenomena pent-
ingnya program-program SDGs yang
dikedepankan oleh PBB, dan peran
perguruan tinggi saat ini sebagaimana
diatur dalam undang-undang, PTKI
memiliki andil besar untuk mewujudkan
program-program SDGs tersebut.
Bagaimana Optimalisasi Relational Capital
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
9
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam
mendukung Program Sustainable Develop-
ment Goals (SDGs)?
Sebagai aset yang bersifat intangible,
relational capital menjadi bagian dari aset PTKI
yang memberikan dampak signifikan untuk me-
maksimalkan upaya PTKI menjadi lembaga pen-
didikan tinggi yang profesional dan berkualitas.
Format PTKI beserta program pendidikan yang
dimilikinya, harus bersifat transparan dan
diketahui oleh masyarakat luas sebagai pengguna
pendidikan. Kerjasama dan kolaborasi dengan
berbagai pihak yang berkepentingan menjadi se-
buah pilihan sebagai kepanjangan tangan PTKI
dalam mempublikasikan eksistensinya.
Relational capital di Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam terbagi dalam 2 (dua) bagian:
1. Sebagai penerima dan pengguna inovasi pen-
didikan dari perguruan tinggi yaitu stakeholder
utama; dan 2. Relasi yang merupakan pengguna
dan sekaligus sebagai aktor yang membantu me-
nyebarluaskan inovasi perguruan tinggi seperti
relasi dengan sesama lembaga pendidikan,
masyarakat, dan media massa. Melalui transfer
knowledge mampu menciptakan inovasi dan
menghasilkan nilai kuantitas dan kualitas organ-
isasi.
Optimalisasi peran Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam dilandasi dengan pengoptimal-
isasian konsumen sebagai stakeholder utama
yang menjadi penerima dan pengguna jasa pen-
didikan PTKI. Merujuk standar pengukuran yang
dikemukakan Edvinsson, konsumen se-
bagai mitra kerjasama yang menjadi ba-
gian dari relational capital di PTKI harus
memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:
1. Customer Profile. PTKI harus menge-
tahui dengan pasti yang menjadi kon-
sumennya. Hal penting yang harus diper-
hatikan adalah kriteria konsumen yang
sesuai dengan visi dan misi PTKI yang
membedakan dengan pelanggan kompeti-
tor. Perubahan minat dan kebutuhan para
konsumen, tentunya menjadi sarana bela-
jar dan referensi dalam meningkatkan
loyalitas profesionalisme PTKI. Keadaan
ini menjadi sebuah potensi dalam
menembak pasar konsumen; 2. Customer
Duration. Kemampuan PTKI dalam
mempertahankan konsumen yang ada
dan loyal terhadap institusi. Tahap akui-
sisi dan pemeliharaan konsumen menjadi
strategi penting untuk menjaga komitmen
konsumen diantaranya dengan mem-
bangun intensitas frekuensi komunikasi
dengan konsumen. 3 Customer Role.
PTKI mengikutsertakan konsumen dalam
disain produk, produksi dan pelayanan.
Diantaranya, beasiswa (schoolarsip), per-
tukaran mahasiswa baik domestik mau-
pun mancanegara. Hal lain yang harus
diperhatikan dalam aspek ini adalah
keterlibatan konsumen dengan kriteria
talenta, knowledge, atau sumber daya
dari luar yang dianggap kompeten dan
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
10
memiliki kemampuan yang diperlukan;
4. Customer Support. PTKI harus mem-
iliki program yang bertujuan mengeval-
uasi kepuasan konsumen dengan tidak
mengabaikan kemashlahatan dan
keberkahan dari program yang dijalankan
tersebut. Dalam hal ini, penilaian yang
diberikan oleh konsumen menjadi tolak
ukur kesuksesan program-program yang
dikedepankan oleh PTKI; 5. Customer
Success. Setiap proses yang dilakukan dalam
institusi, PTKI harus mempertimbangkan dan
mengidentifikasi kebutuhan konsumen di masa
depan serta bagaimana membantu merealisasi-
kannya dalam bentuk program dan usaha maksi-
mal. Kemampuan PTKI dalam membaca kebu-
tuhan pasar dan kebutuhan masyarakat menjadi
hal penting untuk menumbuhkan kepercayaan
dari konsumen.
Aspek kedua dari relational capital
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam adalah mem-
bangun kerjasama dengan relasi yang merupakan
pengguna dan sekaligus sebagai aktor yang mem-
bantu menyebarluaskan inovasi PTKI seperti
relasi dengan sesama lembaga pendidikan,
masyarakat, dan media massa. Relasi dengan
sesama lembaga pendidikan dimanifestasikan
dalam bentuk jejaring kerjasama antar PTKI, an-
tara PTKI dengan Perguruan Tinggi lainnya baik
domestik maupun mancanegara. Tujuan mem-
bangun kerjasama ini adalah untuk penjaminan
mutu pendidikan PTKI yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat sebagai
refleksi dari internalisasi nilai-nilai Tridharma
Perguruan Tinggi.
Relasi Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam dengan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia tersebut telah diatur da-
lam UU No 20 tahun 2003 pasal 8 dan 9. Peran
tersebut dimanifestasikan dalam bentuk hak ber-
peran serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
adapun dalam aspek kewajiban, masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sinergi
antara PTKI sebagai institusi dan masyarakat
baik perseorangan, kelompok, organisasi profesi,
industri, dan organisasi kemasyarakatan lainnya
untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
dan pengendalian pelayanan pendidikan.
Media massa merupakan media sosial-
isasi yang memberi pengaruh kuat bagi eksistensi
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Sebagai
instrumen untuk mengkomunikasikan program
kerja dan inovasi-inovasi PTKI kepada masyara-
kat luas, membangun relasi dengan media massa
menjadi pilihan bagi PTKI yang efektif untuk
mengenalkan eksistensinya kepada dunia luar.
Optimalisasi peran Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam selanjutnya dapat dimanifes-
tasikan dengan kecerdasan dalam membangun
hubungan dengan pihak internal dan eksternal
PTKI, yakni kolaboratif dengan stakeholder dan
mitra kerja. Nilai-nilai kolaboratif yang dibangun
dalam menciptakan RC berkualitas merujuk pada
dimensi RC (Marr dan Gray (2006: 52), Sohrabi
et.al (2010:16)) yaitu: 1. Reputasi (reputation).
Pengelolaan reputasi merupakan upaya prospek
jangka panjang yang dibangun sesuai dengan
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
11
prestasi PTKI yang membedakannya dengan pe-
saingnya. Mempertahankan reputasi menjadi
pekerjaan yang paling berat dibanding mem-
bangun reputasi itu sendiri, karena selain bersifat
dinamis juga persepsi publik menjadi evaluator
utamanya. 2. Citra (image). Bagi konsumen, citra
PTKI merupakan informasi yang bersifat
ekstrinsik mencakup dimensi karakteristik, repu-
tasi, nilai, dan identitas PTKI. Hal ini berdampak
pada persentase kekuatan loyalitas konsumen
terhadap PTKI. Untuk membangun citra positif
menjadi program yang harus dikedepankan oleh
PTKI; 3. Kepercayaan (trust); 4. Aliansi/
perserikatan (alliances). Relasi yang dibangun
antar organisasi dengan tujuan yang sama ini,
menjadi salah satu dimensi RC yang bertujuan
untuk memperluas akses market PTKI, dan mem-
peroleh kecukupan sumber daya dan kompetensi
yang sesuai agar koalisi dapat berjalan lancar.; 5.
Hubungan dengan regulator (relationships with
regulators). Regulator yang dimaksud dalam
ranah PTKI adalah pemerintah, sebagai
penyokong PTKI yang berkualitas, penyedia sa-
rana peningkatan pengetahuan, beasiswa pendidi-
kan, fasilitas studi banding politik, pelindung dan
payung kebijakan dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan kualitas PTKI dan mendukung
secara luas nilai yang dihasilkan PTKI; 6. Kuali-
tas tanggapan terhadap tuntutan dan keluhan
pelanggan (quality of responses to customer de-
mands and complaints). PTKI harus membuka
peluang bagi masuknya kritikan maupun saran
yang dikemukakan oleh konsumen. Menyediakan
kotak suara konsumen merupakan potensi bagi
diperolehnya loyalitas pelanggan yang mem-
berikan keuntungan bagi PTKI; 7. Brand and
Trademarks. Merupakan identitas PTKI yang
menjadi powerfull ketika dipublikasikan kepada
konsumen. Sebagai lembaga pendidikan, faktor
yang berpengaruh terhadap pembentukan brand
dan trademark PTKI diantaranya, kualitas output,
prestasi, akreditasi institusi, program unggulan,
ISO, outcome alumni. Faktor-faktor tersebut
menjadi identitas PTKI yang membedakannya
dari para pesaing.
Pola pengelolaan relational capital
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam
mensukseskan program SDGs melalui bangunan
jaringan/network, tidak terlepas dari keterbukaan
PTKI terhadap perkembangan ekonomi global
abad 21 atau yang dikenal dengan era Revolusi
Industri 4.0. Beradaptasi dengan masa yang ber-
basis pengetahuan saat ini, mengelola PTKI ber-
basis pengetahuan sangat dipentingkan karena
mengingat PTKI sebagai institusi pendidikan
tinggi berperan aktif menjadi tonggak pem-
bangunan bangsa dan negara. Identitas Islam
yang melekat, menjadi value bagi PTKI yang
menjadikannya berbeda dengan institusi pendidi-
kan tiggi sejenis.
Pada dasarnya, membangun relasi
dengan masyarakat, pemerintah, mitra kerja,
memberikan banyak informasi yang penuh bagi
penyelenggaraan sebuah institusi pendidikan
tinggi. Mereka bukan sekedar pengguna jasa pen-
didikan PTKI yang kosong informasi (zero infor-
mation) melainkan memiliki banyak sekali infor-
masi (full information) untuk pengembangan
PTKI yang profesional dan berkualitas global.
Keadaan ini membentuk sudut pandang yang
berbeda dalam mengevaluasi program-program
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
12
PTKI dan menentukan pilihan saat menjadi kon-
sumen sebuah perguruan tinggi. Sehingga ketika
berhadapan dengan program-program wajib yang
digulirkan oleh pemerintah, PTKI mampu
mengaktualisasikan diri sebagai institusi pendidi-
kan tinggi yang friendly dengan berbagai kebu-
tuhan masyarakat dan pasar dan mudah beradap-
tasi dengan berbagai perubahan yang terjadi.
C. KESIMPULAN
Program Sustainable Development
Goals sebagai rencana aksi global menjadi bagi-
an dari program pembangunan di Indonesia
dengan 17 tujuan yang hendak dicapai dian-
taranya mengentaskan kemiskinan, mengurangi
kesenjangan, memajukan pendidikan, dan pro-
gram lainnya yang dicanangkan oleh para pem-
impin dunia. Mengaktualisasikan pencapaian
akan tujuan program ini, harus diimbangi dengan
penguatan PTKI sebagai institusi pendidikan
tinggi yang menjadi bagian dari sistem pendidi-
kan di Indonesia. Penguatan eksistensi Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam melalui pengelolaan
relational capital sebagai intangible assets,
merupakan pilihan untuk memperkaya khazanah
intelektual dunia pendidikan di Indonesia.
Mengelola RC PTKI dengan efektif dan profe-
sional menunjang terhadap terwujudnya program
Sustainable Development Goals dengan
mengedepankan aspek pengetahuan sebagai basis
dari pembangunan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Babak Sohrabi et al. 2010. Intellectual capital and
Technological Innovation: Knowledge-Based
Theory and Practice. edited by Pedro Lopez Saez
et.al. Hershey: New York.
Bernard Marr, Dina Gray. 2006. Strategic Per-
formance Management: Leveraging and Measur-
ing your Intangible Value Drivers. USA: Elsevier
Ltd.
CR Van Zyl. 2005. Customer Relationship Man-
agement Captures Intellectual capital for In-
creased Competitiveness. Acta Commercii: Intel-
lectual capital Management Series, article 2 of 3.
Göran Roos. et.al. 2005. Managing Intellectual
capital in Practice. Oxford: Elsevier Inc.
Ishartono, et. al. Sustainable Development Goals
(SDGs) dan Pengentasan Kemiskinan. Share:
Social Work Journal. Vol. 6 No. 2. Hlm. 163-
164.
James Guthrie, Richard Petty. 2000. Intellectual
capital: Australian Annual Reporting Practices.
Journal of Intellectual capital. Vol. 1 No. 3. 2000.
pp. 241-251. MCB University Press.
Ken Kay, Valerie Greenhill. 2011. Bringing
Schools into the 21st Century editors by Guofang
Wan, Dianne M. Gut. New York: Springer Sci-
ence.
T M Welbourne, M Pardo-del-Val. 2008. Rela-
tional Capital: Strategic Advantage for Small and
Medium-size Enterprise (smes) Through Negotia-
tion and Collaboration. Group Decision and Ne-
gotiation. Vol. 18. No. 5. pp. 483-497.
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)