8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Terkait
II.1.1 Pengertian Terapi Pijat
Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon
relaksasi sebagai mekanisme protektif terhadap stress yang
menurunkan, denyut nadi metabolisme, laju pernapasan dan tonus otot.
Salah satu teknik relaksasi adalah terapi pijat (Sharon et. All, 2000
dikutip dari Wahyuni, 2002). Relaksasi adalah suatu kondisi untuk
membebaskan fisik dan mental dari tekanan atau stress. Teknik
relaksasi memberikan kemampuan kepada individu untuk dapat
mengontrol dirinya sendiri ketika terjadi ketidaknyamanan atau nyeri
dan memperbaiki keadaan fisik dan stress emosional (Potter & Perry,
2002).
Pijat ; memijat adalah menekan dengan jari, mengurut bagian
tubuh untuk melemaskan otot sehingga peredaran darah lancar (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1990). Pijat yaitu manipulasi terhadap jaringan
lunak, umumnya dengan menggunakan tangan, untuk menstimulasi dan
merelaksasi serta mengurangi stress dan kecemasan (Craven & Hirnle,
2002). Pijat merupakan suatu teknik yang dapat memperlancar
peredaran darah, memberikan rasa rileks pada tubuh, menghilangkan
stress, menghilangkan rasa lelah dan letih, dengan melakukan tekanan
pada titik-titik tertentu (anonim, 2001).
Pijat atau pemijatan dapat membuang stress dan
memfasilitasi pemompaan oksigen yang menyegarkan ke otak
(Ackeren, 2002). Pijat pada tangan dan kaki penting untuk
merelaksasikan dan menenangkan klien. Hal ini karena sirkulasi darah
lancar akibat berdilatasinya pembuluh darah karena kehangatan sebagai
efek pengurutan yang dilakukan ketika pijat. Juga terjadi perbaikan
tonus otot sehingga fungsi sistem muskularnya menjadi lebih baik
9
(Rosdahl, 1999). Pijat dapat menyebabkan otot-otot mengalami
relaksasi dan mengurangi tekanan (Iskandar Ali, 2010).
II.1.2 Tujuan Pemijatan
Pada dasar ilmunya, pijat ini bisa menyembuhkan hampir semua
penyakit. Tujuan utama dari pemijatan bukanlah untuk penyembuhan,
tetapi untuk kebugaran, dan secara tidak langsung dapat mencegah
penyakit. Pemijatan merupakan pemberian energi yang dimasukan ke
dalam tubuh untuk memperlancar peredaran darah, sehingga dapat
terhindar dari penyakit bahkan dapat pula mengobati penyakit. Sudah
banyak diakui bahwa pijat dapat membantu mengatasi berbagai masalah
kesehatan. (Pamungkas. R, 2010).
Menurut Craven & Hirnle (2002) tujuan dilakukan pemijatan
adalah :
1. Menstimulasi sirkulasi darah ke kulit.
2. Mengurangi tekanan pada otot.
3. Meningkatkan kenyamanan dan relaksasi.
Sedangkan menurut Kozier (2002), tujuan dilakukan pemijatan:
1. Mengurangi tekanan pada otot.
2. Merelaksasikan keadaan mental dan fisik.
3. Memperbaiki fungsi otot dan kulit.
4. Mengurangi keadaan insomnia, serta
5. Menurunkan nyeri.
II.1.3 Manfaat Pemijatan
Manfaat dari pijat refleksi menurut Iskandar Ali (2010), antara
lain:
1. Mencegah dan mengatasi penyakit
Relatif banyak penyakit yang bisa diatasi melalui
teknik pijat refleksi, dari penyakit ringan (seperti pegal dan
pusing) hingga penyakit berat (seperti kanker, gangguan ginjal,
stroke dan jantung). Perlu diketahui, sekalipun pijat refleksi
10
tidak mengatasi sumber penyakit secara langsung, lancarnya
peredaran darah akibat pengaruh pijat akan memperbaiki fungsi
organ tubuh yang tengah bermasalah tersebut. Distribusi oksigen
dan nutrisi ke sel-sel tubuh juga menjadi lancar dan racun yang
mengendap dalam tubuh juga terdesak keluar. Karena itu,
penyakit atau organ tubuh yang bermasalah akan berangsur-
angsur membaik. Metode pemijatan ini tidak hanya mengatasi
berbagai penyakit, tetapi juga mampu mencegah sedini mungkin
penyakit yang dapat menyerang.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh
Melalui pemijatan, daya tahan tubuh dapat ditingkatkan
sehingga tubuh menjadi lebih bugar dan stamina tubuh
meningkat. Hal ini terjadi karena teknik pijatan ini dapat
meningkatkan energi tubuh. Secara mekanis, saraf dan otot
tubuh menjadi terlatih, sehingga tubuh menjadi lebih fit dan
dapat mencegah terjadinya penyakit.
3. Meningkatkan gairah kerja
Salah satu penyebab munculnya rasa malas pada
manusia adalah adanya gangguan fungsi pada organ-organ tubuh
tertentu. Dengan menerapkan pijat refleksi dapat menjaga fungsi
organ-organ tubuh sehingga dapat meningkatkan gairah atau
motivasi untuk bekerja.
4. Membantu mengusir stress
Keadaan kesehatan fisik yang memburuk akibat stress
akan meningkatkan stress. Dengan melakukan pijat refleksi,
efek buruk stress terhadap keadaan fisik dapat dikembalikan
pada keadaan normal pada gilirannya, stress akibat keadaan
tertekan perlahan berkurang dan menghilang.
11
II.1.4 Teknik Melakukan Terapi
Menurut Iskandar Ali (2010), cara melakukan terapi umumnya
disesuaikan dengan maksud dan tujuannya, yaitu:
1. Gosokan
Untuk membantu kerja pembuluh darah balik (vena)
jaringan di bawah kulit serta memanaskan badan.
2. Pijatan
Untuk menghancurkan sisa-sisa pembakaran dan
melemaskan kekakuan-kekakuan di dalam jaringan.
3. Goncangan
Untuk menempatkan kembali bagian tubuh yang ada di
bawah kulit (otot, pembuluh darah, syaraf, dll) pada tempatnya
masing-masing serta untuk memudahkan pengaliran / pertukaran
zat dalam bagian tubuh tersebut.
4. Pukulan
Untuk mempengaruhi tonus syaraf vegetatif (tak sadar)
pada jaringan perifer (jaringan tepi) dan mempergiat peredaran
darah pada kulit.
5. Gerusan
Untuk menghancurkan bekuan-bekuan pengerasan dalam
jaringan otot dan menormalkan sirkulasi peredaran darah dan
pertukaran zat.
6. Mengurut
Untuk mempengaruhi syaraf vegetatif dan jaringan bawah
kulit, juga untuk melemaskan jaringan sehingga sirkulasi darah
menjadi lebih baik.
12
Dalam melakukan pemijatan ada teknik-teknik yang
harus diketahui. Menurut Ahr (2002), seorang ahli fisioterapi,
teknik-teknik dalam melakukan pemijatan adalah :
1. Teknik usapan. Dilakukan di daerah punggung, tungkai, atau
lengan. Teknik ini bermanfaat untuk merangsang aliran darah
dan getah bening.
2. Teknik remasan. Teknik ini dilakukan dengan cara bagian
tungkai atau lengan dipadatkan atau dimelarkan menggunakan
sisi tangan bagian dalam dan sedikit gerakan memeras; mirip
gerakan membuat adonan roti. Teknik ini bermanfaat untuk
melancarkan peredaran darah.
3. Teknik kocokan. Teknik ini dilakukan dengan cara
“menggulung”. Tangan diletakkan sejajar dengan anggota
badan, sambil mengurut seperti menggulung sosis atau
mengaduk adonan. Teknik ini bermanfaat untuk menggendorkan
jaringan.
4. Teknik urut lingkar. Teknik ini dilakukan dengan cara mengurut
dan membuat bentuk lingkaran pada punggung. Teknik ini
bermanfaat untuk meningkatkan aliran darah karena
memvasodilatasikan pembuluh darah.
Sedangkan menurut Kozier (2002), Variasi dari gerakan-
gerakan pemijatan berupa :
1. Memukul dengan pelan
2. Mengusap
3. Menekan
4. Meremas-remas: kulit, jaringan subkutaneus, dan otot-otot
5. Vibrasi
6. Melakukan perkusi. Teknik-teknik ini pemijatan ini penting
untuk diketahui karena akan sangat menentukan efektif tidaknya
tindakan pemijatan.
13
II.1.5 Tipe Pasien Yang Perlu Perlakuan Hati-hati Dalam Pemijatan
Tipe pasien yang perlu perlakuan hati-hati dalam pemijatan
menurut Iskandar Ali (2010), antara lain:
1. Wanita hamil
Jangan pernah sekalipun memijat didaerah yang
berhubungan dengan organ reproduksi, karena dapat terjadinya
keguguran. Pemijatan di wilayah selain organ reproduksi juga
hendaknya dilakukan dengan sangat hati-hati. Tekanan pijatan
tidak boleh terlalu keras dan hanya bersifat relaksasi, seperti
diremas atau digosok.
2. Pasien sakit keras
Salah satu jenis penyakit keras adalah penyakit jantung.
Jangan pernah sekalipun memijat dibagian titik jantung dengan
tekanan sangat keras. Sebaiknya pemijatan juga dilakukan di
wilayah yang memang tidak mengalami sakit. Penyakit lainnya,
seperti gagal ginjal dan kanker.
3. Pasien yang terinfeksi virus berbahaya
Seorang terapis tidak boleh sungkan untuk memakai
masker dan sarung tangan dalam menangani pasien yang
terinfeksi virus berbahaya, seperti HIV dan H1N1. Komunikasi
Tanya jawab antara terapis dan pasien diperlukan untuk
mengungkapkan riwayat penyakit pasien, selain itu, waspadai
ciri-ciri khusus penderita HIV, seperti penggunaan narkoba dan
pelaku seks bebas.
4. Pasien yang tidak stabil emosinya
Pasien yang sedang tidak stabil emosinya memiliki tanda-
tanda, yakni saat dipijat merasa sangat kesakitan walaupun
dipijat secara lembut. Untuk menghadapinya, pemijatan pasien
ini harus disertai dengan komunikasi yang mendalam sehingga
pasien mengeluarkan keluhan yang menjadi penyebab emosi
tersebut.
14
5. Pasien yang terlalu lelah atau kurang tidur
Pasien yang terlalu lelah atau kurang tidur perlu
mendapatkan perlakuan ekstra, karena jika dipaksa untuk dipijat,
pasien dapat mengalami pingsan, koma, bahkan meninggal.
Pasien yang terlalu lelah atau kurang tidur ditandai dengan
keluarnya keringat yang berlebih dan tubuh terasa dingin. Cara
lain untuk mengetahuinya yaitu dengan melakukan konsultasi
pasien terlebih dahulu. Ajak pasien berkomunikasi selama
pemijatan untuk mencegah pasien pingsan.
II.1.6 Urutan Dalam Pemijatan
Menurut F. Ruhito (2009) urutan khusus perawatan memijat
yaitu bila dalam keadaan normal.
1. Bila keadaan normal
a. Pijat daerah yang berhubungan dengan sistem pembuangan
urin mulai dari titik ginjal, saluran kemih, kantong kemih.
b. Pijat daerah yang berhubungan dengan kepala, karena
kepala adalah pusat segala organ bagi tubuh manusia.
c. Pijat daerah yang berhubungan dengan organ pencernaan,
termasuk didalamnya usus, lambung, liver, dan kelenjar
ludah perut. Tujuannya adalah melancarkan metabolisme
tubuh untuk memberikan makanan pada organ-organnya.
d. Pijat daerah yang behubungan dengan sistem pelenjar agar
enzim yang dihasilkan kelenjar membawa pergi segala
kotoran.
Menurut Iskandar Ali (2010), sebenarnya tidak terlalu penting
menentukan permulaan pijatan dari bagian kiri atau kanan. Semua
dikembalikan pada kebiasaan. Untuk pemijatan kaki misalnya, ada yang
selalu memulai dari kaki bagian kiri, dengan maksud untuk
mengaktifkan organ jantung terlebih dahulu. Ada juga yang terbiasa
mulai memijat dari bagian kaki kanan, hal ini dimaksudkan untuk
mengaktifkan organ hati (lever) terlebih dahulu.
15
Menurut Craven & Hirnle (2002), prosedur untuk melakukan
pemijatan adalah :
1. Bantu klien untuk miring atau dalam posisi prone.
2. Ekspose bagian punggung, bahu, lengan atas dan sacral. Tutup
bagian yang tidak dipijat dengan handuk untuk mencegah
bagian tubuh dari keadaan/udara dingin.
3. Cuci tangan dengan air hangat. Hangatkan lotion dengan
merendamnya dalam air yang panas. Lotion yang hangat akan
membuat klien lebih nyaman.
4. Tuangkan lotion ketelapak tangan secukupnya untuk mencegah
terjadinya gosokan yang kasar terhadap kulit.
5. Mulai pijat daerah sakral dengan gerakan yang memutar.
Gerakan tangan naik kearah bahu, pijat memutar di skapula
lakukan perlahan dan merata.
6. Ketika dilakukan pemijatan, kaji adanya daerah yang terlihat
adanya kepucatan atau kemerahan. Untuk area yang terlihat
kepucatan atau kemerahan tersebut, lakukan pemijatan lebih
intensif untuk merangsang agar aliran darah agar menjadi lancar.
7. Jika tambahan stimulasi diperlukan, lakukan peremasan pada
daerah bahu dan area gluteal serta turun naik pada area tulang
belakang.
8. Pada tahap akhir, lakukan pukulan-pukulan yang ringan.
9. Setelah selesai pemijatan, keringkan lubrikan yang berlebih
dengan handuk. Minta klien untuk berpakaian lagi dan berikan
posisi yang nyaman.
10. Cuci tangan.
16
Sedangkan menurut Iskandar Ali (2002), untuk pemijatan yang
baik, yang harus dilakukan adalah :
1. Sentuhlah klien dengan rasa hormat. Sentuhan perlu kuat tetapi
lembut terutama pada awalnya. Kuat, sehingga klien merasa
aman dan terlindungi; lembut sehingga klien yang dipijat merasa
tenang dan nyaman.
2. Gerakkan tangan secara perlahan-lahan, yaitu dengan gerakan
yang panjang dan lembut, menuruni daerah yang anda pijat,
kemudian kembali naik untuk tiap gerakan.
3. Tempat yang baik untuk memulai adalah punggung. Inilah
bagian tubuh yang paling luas, dan arena sistem saraf berjalan
sepanjang tulang belakang. Anda dapat mempengaruhi seluruh
tubuh dengan memijat daerah tulang belakang. Mulailah dari
bahu, leher, dan seluruh punggung.
4. Wajah merupakan daerah yang sangat sensitif, khususnya bagi
sebagian orang. Gunakan sentuhan yang lembut ketika memijat
wajah dan rahang.
5. Kulit kepala. Pijatlah seakan-akan anda sedang keramas. Orang
menanggung sangat banyak ketegangan di daerah tersebut, dan
6. Berhati-hatilah dengan tangan dan kaki. Sebab pada penekanan
yang terlalu keras, akan menyebabkan klien kesakitan. Gosoklah
telapaknya dalam gerakan memutar. Tarik jari tangan dan kaki.
Pijatlah disela-sela jari.
Pada proses pemijatan, diperlukan peralatan-peralatan untuk
menunjang efektifitas pijat itu sendiri. Peralatan yang dibutuhkan untuk
pijat adalah :
1. Handuk, untuk menyerap kelembaban yang berlebih.
2. Lotion atau minyak esensial, digunakan pada kulit dan
mencegah ketidaknyamanan ketika dilakukan pemijatan, serta
3. Powder untuk mengurangi ketidaknyamanan pada kulit. (Craven
& Hirnle, 2002).
17
Kemudian terkait dengan waktu pemijatan, tidak ada ketentuan
baku tentang lamanya pemijatan. Namun, berdasarkan pengalaman
untuk seluruh tahap pemijatan secara lengkap perlu disediakan waktu
khusus minimal 15 menit (Luize, 2002).
II.1.7 Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memijat
Hal yang perlu diperhatikan sebelum memijat menurut Iskandar
Ali (2010), yaitu:
1. Kebersihan tangan dan kuku
Bagi seorang terapis, biasakan mencuci tangan dengan
sabun atau cairan pencuci tangan sebelum ataupun sesudah
memijat. Kuku tangan juga harus rapi, bersih dan tidak boleh
panjang untuk mencegah terjadinya luka pada kulit pasien akibat
tergores.
2. Keadaan alat bantu pijat
Alat bantu pijat harus selalu dalam keadaan yang baik dan
bersih saat akan digunakan, dan pastikan pula alat bantu pijat
yang akan digunakan tidak dapat melukai pasien.
3. Memilih krim atau minyak pijat
Memilih dan menggunakan krim atau minyak pijat untuk
mempermudah pemijatan harus diperhatikan karena tidak semua
pasien cocok dengan krim atau minyak pijat. Sediakan krim atau
minyak pijat dan mintalah pasien untuk memilih sesuai dengan
keadaan kulitnya.
4. Kondisi fisik dan emosi terapis saat memijat
Jika terapis dalam keadaan sakit atau kondisi emosi
sedang tidak stabil, sebaiknya jangan memaksakan diri
melakukan terapi. hal ini dapat mengacaukan aliran energi
terapis dan akan berimbas buruk bagi pasien. Pasien juga akan
merasa tegang dan tidak nyaman.
18
5. Keadaan psikologis dan posisi pijat pasien
Seorang terapis harus mampu membuat pasiennya nyaman
dan rileks saat akan dipijat. Salah satunya dengan melakukan
konsultasi dan berusaha meyakinkan pasien bahwa sakit pasien
dapat diatasi. Posisi pasien saat dipijat juga harus diperhatikan
agar pasien merasa rileks dan nyaman.
6. Pastikan sumber gangguan sebelum memijat
Sebelum memulai memijat sebaiknya terapis melakukan
konsultasi dengan pasien mengenai keluhan yang diderita.
Dengan demikian terapis akan fokus terhadap titik-titik terapi
yang berhubungan dengan keluhan pasien. informasi yang dapat
ditanyakan kepada pasien berupa:
a. Kebiasaan pasien
Antara lain mengenai pola tidur pasien, kebiasaan
BAB dan BAK, nafsu makan dan makanan kesukaan
pasien.
b. Kondisi kesehatan pasien
Kondisi kesehatan yang biasanya ditanyakan atau
diperiksa, antara lain bagian tubuh yang sakit, suhu tubuh,
berkeringat atau tidak, kondisi suara, rasa mual,
pemeriksaan nadi, keadaan mulut kering atau normal,
pendengaran, penglihatan, emosi, dan siklus menstruasi
(jika pasien wanita). Selain itu juga menanyakan tentang
riwayat kesehatan pasien.
7. Perlakuan pijat di bagian tubuh yang sakit
Bagian tubuh yang sedang mengalami gangguan atau sakit
tidak dibenarkan untuk dipijat secara langsung, terlebih dipijat
dengan tekanan yang keras. Hal ini untuk menghindari
kemungkinan terjadi kerusakan sel-sel bagian tubuh yang
sedang mengalami gangguan tersebut. Alihkanlah pemijatan di
daerah titik saraf lainnya yang terhubung dengan bagian tubuh
yang sakit.
19
Menurut R. pamungkas (2010), hal-hal yang perlu diperhatikan
sebelum memijat, yaitu:
1. Pakailah minyak urut supaya kulit tidak lecet ketika dipijat.
2. Sebaiknya melakukan pijatan dua hari sekali atau tiga kali dalam
seminggu. Jangan melakukan pijatan setiap hari atau setiap saat
karena hal ini akan merusak saraf refleksi.
3. Setiap titik refleksi biasanya dipijat 5 menit, jika sakitnya keras
boleh dipijat 10 menit.
4. Jika pemijatan terlalu keras dan pasien merasa kesakitan, maka
tekanan pijatan dikurangi dan memindahan pijat kebagian
lainnya.
5. Jangan memijat pada waktu pasien yang menderita penyakit
menular dan bagian tubuh pasien luka atau bengkak.
II.1.8 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemijatan
Menurut R. Pamungkas (2010), setiap pemijatan yang dilakukan
baik yang berhubungan dengan organ luar maupun organ dalam harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Ada kalanya pasien sudah sembuh dari penyakit dalam sekali
atau dua kali pijat, namun biasanya diperlukan waktu yang
cukup. Pasien biasanya berangsur-angsur sembuh atau sakit
berkurang, karena itu harus rajin dipijat. Untuk penyakit yang
berat biasanya diperlukan 20-30 kali pijat atau sepuluh
minggu.
2. Setiap titik refleksi tidak boleh dipijat lebih dari 10 menit,
karena hal ini dapat membahayakan saraf pasien.
3. Bagi penderita jantung, kencing manis, lever dan kanker
jangan memijat dengan keras. Tiap titik refleksi hanya boleh
dipijat selama 2 menit.
20
4. Jangan melakukan pijat dalam waktu satu jam setelah makan.
5. Selesai dipijat minumlah air putih 2-3 gelas, agar kotoran
dalam tubuh mudah terbuang bersama air seni. Bagi penderita
ginjal berat jangan minum lebih dari 1 gelas.
6. Bagi terapis yang kurang sehat sebaiknya jangan memaksakan
diri melakukan terapi, karena memijat akan menguras tenaga
terapis.
II.1.9 Reaksi Yang Mungkin Terjadi Pada Pijat Refleksi
Menurut Iskandar Ali (2010), setelah pemijatan selesai atau
adakalanya ditengah pemijatan timbul beberapa reaksi pada pasien,
antara lain:
1. Suhu badan normal
Hal ini merupakan reaksi normal. Untuk menetralisir
suhu badan dapat dilakukan dengan cara menggenggam jempol
kaki dengan cara silang. Tangan kanan menggenggam kaki kiri
dan sebaliknya. Pegang rileks saja tanpa perlu tekanan keras.
Dengan cara seperti itu, suhu badan perlahan akan turun dan
kembali normal.
2. Kepala pusing
Hal ini terjadi karena suplai darah yang semula
terhambat dibagian kepala perlahan menjadi lancar. Gejala
pusing seperti ini biasaya tidak berlangsung lama.
3. Urat darah menonjol
Adakalanya setelah dilakukan pemijatan, urat darah
tampak menonjol, hal ini dapat dikarenakan efek dari
pemijatan yang terlalu keras. Namun, bisa juga pertanda mulai
lancarnya peredaran darah yang semula tersumbat.
4. Urine berwarna keruh
Hal ini merupakan gejala baik, pertanda kotoran atau zat
racun dalam tubuh telah berhasil dibuang melalui urine.
21
Karena itu, setelah dipijat pasien disarankan untuk
mengkonsumsi air putih yang banyak.
5. Timbul rasa gatal
Hal ini menandakan aliran darah yang semula tersumbat
mulai lancar. Selain itu, zat racun dalam tubuh mulai terdesak
dan akan keluar melalui keringat. Biasanya rasa gatal hanya
bersifat sementara.
6. Timbul rasa mengantuk
Hal ini merupakan gejala alami yang menunjukkan
kondisi tubuh dan mental pasien mulai merasa rileks.
II.2 Konsep Tidur
II.2.1 Definisi Tidur
Terdapat berbagai definisi tidur. Potter & Perry (2005)
mendefinisikan tidur sebagai perubahan keadaan kesadaran yang
terjadi secara terus-menerus dan berulang untuk menyimpan energi
dan kesehatan. Adapun Berger & William (2000) mendefinisikan tidur
sebagai ritme fisilogis yang komplek dan normal yang melibatkan
perubahan keadaan kesadaran dari seorang individu yang dapat
dibangunkan oleh stimulus yang tepat. Hal serupa dikemukakan
Guyton (2000) yang mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan
bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan
pemberian rangsangan sensorik atau dengan lainnya.
Sedangkan Kozier (2000) definisi tidur telah mengalami evolusi.
Secara histories tidur dianggap sebagai keadaan tidak sadar (state
unconsciussness). Sedangkan menurut konsep terbaru, tidur
didefinisikan sebagai suatu keadaan sadar (state of consciusness)
dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
II.2.2 Fisiologi Tidur
Hipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk
beberapa jenis kegiatan tidak sadar dari badan, yang salah satu
22
diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada hipotalamus
dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar
biasa panjang atau lama. Formasi retikuler terdapat dalam pangkal
otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak
bagian tengah, dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari
banyak sel syaraf dan serat syaraf . Serat-seratnya mempunyai
hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-impuls ke kulit otak
dan ke tali sumsum tulang belakang. Formasi retikular itu
memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang
disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang
bertalian dengan keadaan waspada.
Saat individu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit
rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar
tubuh. Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular dirangsang
dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-
organ serta sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja, jam wekker
membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita
menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan
sebagainya, akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organ-organ
serta sel-sel di kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur di
timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh
badan; di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal.
II.2.3 Fungsi Tidur
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson, 1991 dalam
Potter & Perry, 2005). Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan
fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch, 1988 dalam Potter &
Perry, 2005). Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan
persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM,
fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang
dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit
23
atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang
sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai
60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut
jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama
tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara
jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi
jantung.
Tidak nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses
biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam
(NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia
untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti
sel otak (Horne, 1983 dalam Potter & Perry, 2005). Akan tetapi,
Horne (1983) juga berpendapat bahwa peran hormon pertumbuhan
yang umum sebagai suatu promotor sintesis protein adalah terbatas
dikarenakan pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa
darah dan asam amin. Penelitian lain menunjukkan bahwa sintesis
protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada
kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama
istirahat dan tidur (Oswald, 1984 dalam Potter & Perry, 2005). Tidur
NREM menjadi sangat penting khususnya pada anak-anak yang
mengalami lebih banyak tidur tahap 4.
Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan
energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak
adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.
Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan
energi tubuh (Anch dkk, 1988 dalam Potter & Perry, 2005). Tidur
REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM
dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral,
peningkatan aktivitas kortika, peningkatan konsumsi oksigen, dan
pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan
memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak menyaring informasi
yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut.
24
Kegunaan tidur pada perilaku seringkali tidak diketahui sampai
seseorang mangalami suatu masalah akibat deprivasi tidur. Kurangnya
tidur REM dapat mengarah pada perasaan bingung dan curiga. Tidak
ada hubungan sebab dan akibat yang jelas keberadaannya antara
kehilangan tidur dan disfungsi tubuh yang spesifik (Webster &
Thompson, 1986 dalam Potter & Perry, 2005). Akan tetapi, berbagai
fungsi tubuh (misal: penampilan motorik, memori, dan keseimbangan)
dapat berubah ketika terjadi kehilangan tidur yang memanjang.
II.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
Baik kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh banyak faktor.
Kualitas tidur (Quality of sleep) mengandung arti kemampuan
individu untuk tetap tidur dan bangun dengan jumlah tidur REM dan
NREM yang cukup sedangkan yang dimaksud dengan kuantitas tidur
(Quantity of sleep) adalah total waktu tidur individu (Kozier,2000).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur menurut
Kozier (2000) adalah faktor usia, lingkungan, kelelahan (fatigue),
gaya hidup, stress psikologis, alkohol dan stimulant, diet, merokok,
motivasi, sakit dan medikasi. Sedangkan menurut Potter & Perry
(2005) faktor yang mempengaruhi tidur individu meliputi keadaan
sakit fisik, obat dan zat, gaya hidup, pola tidur, stress emosional,
lingkungan, latihan dan kelelahan, dan asupan kalori. Sementara
menurut Craven dan Hirlen (2000) mengindikasikan faktor yang
mempengaruhi tidur individu meliputi kebutuhan (need) ; lingkungan
(termasuk kebisingan, pencahayaan/penerangan (light) dan
temperatur), hubungan, kerja shif, nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi, latihan dan termoregulasi, kewaspadaan (vigilance),
kebisingan dan gaya hidup, sakit, medikasi dan zat kimia, dan kondisi
alam perasaan (mood).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur individu meliputi faktor usia, lingkungan,
kelelahan (fatigue), gaya hidup, stress psikologis, alkohol dan
25
stimulant, diet dan metabolisme, merokok, motivasi, sakit, medikasi,
pola tidur, lingkungan, latihan dan kelelahan, kebutuhan (need),
temperature, hubungan (relationships), kerja shif, pola eliminasi dan
kewaspadaan (vililance). Beberapa diantara faktor tersebut akan
diuraikan berikut ini.
1. Usia (tingkat perkembangan)
Usia merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat seseorang.
Semakin bertambah usia jumlah jam tidur semakin berkurang.
Secara rinci variasi pola tidur menurut usia. Pola tidur menurut
usia (Kozier, 2000).
a. Bayi baru lahir (0-3 bulan)
1) Tidur 14-18 jam perhari
2) 50% tidur REM
3) Lebih banyak tidur tahap 1 dan 4 NREM
4) Siklus tidur kurang lebih 45-60 menit
b. Infant (4 bulan -12 bulan)
1) Tidur 12-14 jam perhari
2) 20-30% tidur REM
3) Tidur panjang pada malam hari (8-10 jam) dan
mempunyai pola yang sebentar pada 12 bulan, sekali
atau 2 kali sehari.
c. Toddler (1 Tahun -3 Tahun)
1) Tidur kurang lebih 10-12 jam perhari
2) 25% tidur REM
3) Lebih banyak tidur malam
4) Tidur pagi berkurang
5) Siklus terjaga, tidur normal lebih banyak pada 2 atau 3
tahun.
d. Prasekolah (3 Tahun – 6 Tahun)
1) Tidur kurang lebih 11 jam perhari pada malam hari
2) 20% tidur REM
26
3) Tahap 2 berkurang terutama pada 3 tahun
4) Pada usia 5 tahun, tidur siang hari tidak terjadi kecuali
jika dibiasakan.
e. Usia sekolah (6 Tahun – 12 Tahun)
1) Tidur kurang lebih 10 jam perhari
2) 18,5% tidur REM
3) Waktu tidur relatif tetap
f. Remaja (13 Tahun – 20 Tahun)
1) Tidur kurang lebih 8,5 jam perhari
2) 20% tidur REM
g. Dewasa Muda (21 Tahun - 40 Tahun)
1) Tidur7-9 jam sehari, waktu bervariasi
2) 20-25% tidur REM
3) 5-10% tidur tahap 1
4) 50% tidur tahap 2
5) 10-20% tidur tahap 3 dan 4
h. Dewasa Pertengahan (40 Tahun – 65 Tahun)
1) Tidur kurang lebih 7 jam sehari
2) Kurang lebih 20% tidur REM
3) Dapat mengalami insomnia
i. Dewasa Tua (65 Tahun – 75 Tahun)
1) Tidur kurang lebih 6 jam sehari
2) 20-25% tidur REM
3) Tahap 4 menurun atau kadang tidak sampai
4) Periode REM pertama lama atau panjang
5) Lebih sering terbangun malam hari
6) Perlu waktu lebih lama memulai tidur
2. Lingkungan
Lingkungan dapat menigkatkan atau juga dapat
mengganggu/menghalangi tidur. Adanya perubahan seperti
contoh tingkat kebisingan lingkungan, dapat menghalangi/
27
mengganggu tidur. Tidak adanya stimuli yang biasanya ada
atau tidak adanya stimuli yang tidak familier atau tidak
biasanya ada dapat menggangu tidur seseorang. Banyak orang
yang dapat tidur dengan baik dilingkungan rumahnya sendiri.
3. Kelelahan (fatigue)
Diketahui bahwa seseorang yang mengalami kelelahan
sedang biasanya dapat tidur dengan nyenyak atau tenang.
Kelelahan dapat juga mempengaruhi pola tidur seseorang.
Orang yang mengalami kelelahan berlebihan memperpendek
periode pertama tidur paradoksikal (REM). Pada orang yang
istirahat, periode REM menjadi lebih lama atau panjang.
4. Gaya Hidup
Orang yang bekerja dengan shif dan seringnya perubahan
shif harus menyusun aktifitas sehingga orang tersebut siap
untuk tidur pada waktu atau saat yang benar atau tepat. Latihan
yang moderat biasanya mengkonduksi tidur. Akan tetapi
latihan yang berlebihan dapat menyebabkan lambat atau
tertundanya tidur. Kemampuan seseorang untuk relak sebelum
memasuki tidur merupakan faktor yang penting yang
mempengaruhi kemampuannya untuk jatuh tidur.
5. Stress Psikologis
Kecemasan dan depresi seringkali menggangu tidur.
Orang yang dipenuhi dengan problem pribadi mungkin tidak
mampu untuk relak dengan cukup yang dapat membawanya
menjadi tidur. Kecemasan meningkatkan kadar norepinephrin
di dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Zat
kimia ini mengakibatkan perubahan pada berkurangnya tidur
tahap 4 NREM dan tidur REM serta terbangun.
6. Alkohol dan Stimulant
Orang yang meminum alkohol berlebihan sering kali
mengalami gangguan tidur. Alkohol yang berlebihan
mengganggu tidur REM, diperkirakan dapat mempercepat
28
onset tidur, dapat juga menyebabkan mimpi buruk. Toleransi
terhadap alkohol mungkin tidak dapat tidur dengan baik dan
menjadi iritabel. Minum yang mengandung caffeine berperan
sebagai stimulant terhadap sistem saraf pusat sehingga
mengganggu tidur.
7. Diet
Penurunan dan penambahan berat badan dapat
mempengaruhi tidur. Penurunan berat badan mempunyai
kaitan dengan penurunan waktu total waktu tidur sehingga
mengganggu tidur dan terjaga lebih dini. Penambahan berat
badan, pada sisi lain mempunyai kaitan dengan peningkatan
total waktu tidur, berkurangnya gangguan tidur dan later
waking.
Asam amino L-tryptophan diperkirakan mempengaruhi
tidur. L-tryptophan didalam diet misalnya yang terdapat pada
keju, susu, daging sapi dan ikan tuna dapat menginduksi tidur
merupakan suatu fakta yang dapat menjelaskan mengapa
minum susu hangat dapat membantu banyak orang untuk tidur.
8. Merokok
Nikotin mempunyai efek perangsangan pada tubuh. Pada
orang perokok seringkali mempunyai kesulitan untuk jatuh
tidur (falling as sleep) dari pada bukan orang yang perokok.
Selain itu yang tidur orang perokok memperlihatkan gambaran
seperti tidur ringan. Dengan cara menahan diri agar tidak
merokok setelah makan sore, seseorang biasanya dapat tidur
lebih baik. Selain itu beberapa perokok melaporkan bahwa
pola tidurnya membaik sehari setelah mereka menghentikan
merokok.
9. Motivasi
Dorongan untuk tetap terjaga dapat mengatasi kelelahan
atau kepenatan seseorang. Seperti contoh, orang yang
kelelahan mungkin dapat tetap terjaga dengan perhatian pada
29
hal-hal yang diminatinya. Ketika orang bosan dan tidak
mempunyai motivasi untuk tetap terjaga, maka seringkali dapat
dengan mudah untuk tidur.
10. Sakit
Orang yang sakit membutuhkan lebih banyak tidur dari
pada normal dan irama normal tidur dan terjaga sering kali
terganggu. Orang yang kehilangan tidur REM mengakibatkan
waktu tidur lebih banyak dari normal. Nyeri juga
mempengaruhi tidur, juga mencegah tidur atau menjadi
terjaga.
Kondisi respirasi dapat mengganggu tidur klien. nafas
yang pendek membuat sukar tidur. Penelitian juga
megindikasikan bahwa hipoksia dan hiperkapnia dapat
mengganggu tidur normal.
11. Medikasi
Beberapa medikasi mempengaruhi kualitas tidur.
Hipnotics (seperti secobarbital) dapat mengganggu tidur tahap
3 dan 4 serta mensuprsi tidur REM. Beta-blooker diketahui
menyebabkan hidrocloride (Demerol) dan morfin diketahui
mensupresi tidur REM dan menyebabkan seringkali terbangun
dan perasaan mengantuk. Tranquilizer mengganggu tidur
REM. Amphetamine dan anti depressant menurunkan tidur
REM secara abnormal. Klien yang menghindari obat-obatan
tersebut dapat mencapai tidur REM lebih dari biasanya
(Kozier, 2000).
II.2.5 Tahapan Tidur
Sejak adanya alat EEG (Elektro Encephalo Graph), maka
aktivitas-aktivitas di dalam otak dapat direkam dalam suatu grafik .
Alat ini juga dapat memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang otak)
pada kertas grafik. Penelitian mengenai mekanisme tidur mengalami
kemajuan yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir, dan bahkan
30
sekarang para ahli telah berhasil menemukan adanya 2 (dua)
pola/macam/tahapan tidur, yaitu : tidur dengan gerakan mata yang
tidak cepat (NREM : Non Rapid Eye Movment) dan tidur dengan
gerakan mata cepat (REM : Rapid Eye Movement).
1. Tidur NREM
Tidur NREM juga disebut sebagai tidur gelombang
hambat, karena gelombang otak orang yang tidur lebih lambat
dari pada gelombang Alpha dan Beta orang yang terjaga atau
bangun. Kebanyakan selama tidur malam merupakan tidur
NREM. Merupakan tidur yang dalam, dan menurut Kozier
(2000) menyebabkan penurunan beberapa fungsi fisiologis,
seperti penurunan tekanan darah arteri, penurunan denyut nadi,
dilatasi pembuluh darah perifer, aktifitas saluran pencernaan
meningkat, otot rangka relaksasi dan laju metabolik basal
menurun 10%-30%.
Kozier (2000) menjelaskan tidur NREM dibagi
kedalam 4 tahap yaitu:
a. Tahap I
Merupakan tahap tidur yang sangat ringan,
berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih
dari sadar menjadi tidur. Selama tahap ini semua orang
merasakan mengantuk dan relaks, mata berputar/bergerak
dari samping ke samping, denyut jantung dan pernafasan
sedikit menurun, orang dapat dengan dibangunkan dan
tahap ini hanya beberapa menit.
b. Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dimana
selama tidur beberapa proses tubuh secara perlahan
menurun, mata umumnya tenang. Denyut jantung dan
respirasi menurun sedikit dan demikian pula suhu tubuh.
Tahap 2 ini berlangsung sekitar 10-15 menit.
31
c. Tahap III
Selama tahap ini denyut jantung dan respirasi seperti
juga proses tubuh lainya, lebih perlahan lagi karena
dominasi sistem saraf parasimpatis. Individu menjadi lebih
sukar dibangunkan, tidak terganggu dengan rangsang
sensori, otot skeletal sangat relaksasi, refleks dan mungkin
mendengkur.
d. Tahap IV
Tahap ini merupakan tanda tidur, dengan karakteristik
seperti pada karakteristik tidur NREM, denyut jantung dan
respirasi menurun 20-30% lebih rendah dibandingkan
ketika terjaga, individu sangat relak, jarang bergerak dan
sukar dibangunkan, selama tahap ini mata biasanya berputar
dan dapat terjadi mimpi.
Karakteristik Tidur NREM :
a. Tahap I
Relak dan mengantuk, sangat tenang, biasanya hanya
beberapa menit, rasa mengambang, mata berputar dari
samping kesamping.
b. Tahap II
Tidur ringan, mudah dibangunkan, merupakan 40-45% total
waktu tidur.
c. Tahap III
Kurang mudah dibangunkan, tidur medium dalam, otot
secara total relaks, tekanan darah rendah.
d. Tahap IV
Tahap tidur dalam, jarang bergerak, otot secara lengkap
relaks, sukar dibangunkan, terjadi 30-45 menit mengikuti
onset tidur.
2. Tidur REM
Tidur REM merupakan 25% tidur orang dewasa muda,
biasanya berulang kurang lebih setiap 90 menit selama 5-30
32
menit. Tidur REM tidak seperti tenangnya tidur NREM.
Selanjutnya mimpi biasanya diingat karena tergabung dalam
memori (Guyton, 1991, dalam Kozier, 2000) selama tidur
REM, otak sangat aktif dan metabolisme otak dapat meningkat
mencapai 20%. Tidur tipe ini juga disebut sebagai tidur
paradoks (paradoxical sleep) karena tampak seperti
berlawanan, dimana individu untuk beberapa hal menjadi lebih
aktif.
Karakteristik Tidur REM :
a. Terjadi mimpi aktif dan mimipi dapat diingat.
b. Sukar dibangunkan atau dapat dibangunkan secara spontan.
c. Depresi tonus otot.
d. Denyut jantung dan respirasi sering irreguler.
e. Terjadi gerakan otot ireguler terutama pergerakan mata
yang cepat (Rapid Eye Movment).
f. Metabolisme otak meningkat.
g. Rahang bawah relaksasi
Bila seseorang sangat lelah atau letih, maka durasi
sedikit tidur REM menjadi sangat pendek atau bahkan tidak
terjadi tidur REM. Orang yang lebih banyak istirahat atau tidur
malam hari, maka durasi tidur REM meningkat ( Guyton, 1991
dalam Kozier 2000).
II.2.6 Siklus Tidur
Selama satu siklus tidur, orang akan melewati 4 tahap tidur
NREM. Biasanya selama kurang lebih 1 jam pada orang dewasa,
orang yang tidur (sleeper) dimulai tahap 1 tidur NREM kemudian ke
tahap 2-3 dan 4 selama kurang lebih 20-30 menit. Tahap 4
memerlukan waktu sekitar 30 menit. Setalah tahap 4 kemudian
kembali ke tahap tidur REM. Kurang lebih selama 10 menit. Urutan
tersebut merupakan siklus tidur pertama yang lengkap. Biasanya
sleeper mengalami 4-6 siklus tidur selama 7-8 jam. Setiap siklus
33
lamanya sekitar 70 menit (Kozier, 2000) sampai dengan 90 menit
(Wong, 2000).
Orang tidur yang terbangun selama tahapan tidur ini akan
memulai tidur kembali pada tahap tidur NREM dan kemudian diikuti
oleh tahapan lainnya serta tidur REM semakin tenang dan siklus tidur
menjadi panjang. Durasi tahap tidur NREM bervariasi selama 8 jam
peirode tidur. Semakin larutnya malam orang yang tidur menjadi
berkurang, kelelahan dan rentang waktu tidur tahap 3 dan 4 NREM
nya juga berkurang. Sementara itu, tidur REM meningkat dan mimpi
cenderung memperpanjangnya. Jika orang yang tidur sangat
kelelahan, siklus REM sering kali menjadi pendek. Sebelum tidur
berakhir, terjadi periode mendekati terjaga dan tahap 1 dan 2 NREM
serta tidur REM mendominasi (Kozier, 2000).
34
Skema 2.2 Siklus Tidur
Tahap pratidur
NREM NREM NREM NREM
Tahap 1 Tahap 2 Tahap3 Tahap 4
Tidur REM
NREM NREM
Tahap 2 Tahap 3
II.2.7 Gangguan Tidur
Pemahaman tentang gangguan-gangguan tidur yang umum
terjadi akan membantu perawat memperoleh atau mengumpulkan
data-data yang relevan. Menurut Kozier (2002) gangguan tidur dapat
dikategorikan sebagai gangguan primer, gangguan sekunder dan
parasomnia. Gangguan tidur primer merupakan gangguan tidur
seseorang yang tidak berkaitan dengan gangguan klinis lainnya.
Gangguan-gangguan tersebut meliputi insomnia, hipersomnia,
narcolepsi, sleep apnea, dan parasomnia. Gangguan tidur sekunder
adalah gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan klinik lainnya
seperti disfungsi tiroid, depresi, atau alkoholisme (Kozier 2002).
1. Insomnia
Insomnia, adalah gangguan tidur yang lebih umum
terjadi, merupakan suatu ketidakmampuan untuk memperoleh
jumlah atau kualitas tidur yang adekuat. Orang yang menderita
insomnia tidak merasakan kesegaran ketika bangun pagi.
Terdapat 3 tipe insomnia, yaitu kesulitan untuk memulai tidur
35
(initial insomnia), kesulitan untuk tetap tidur karena sering
terjaga (intermittent atau maintenance insomnia), dan bangun
terlalu pagi dan tidak bisa tidur kembali (terminal
insomnia/premature awakening).
Insomnia dapat diakibatkan dari rasa tak nyaman
(discomfort) fisik tetapi lebih sering merupakan akibat
overstimulasi mental sehingga terjadi kecemasan. Orang
kadang-kadang menjadi cemas karena mereka memikirkan
kenapa tidak dapat tidur. Orang yang terbiasa minum obat dan
minum banyak alkohol lebih mudah mengalami insomnia.
Penanganan untuk insomnia seringkali perlu
mengembangkan pola perilaku baru yang menginduksi tidur.
Kegunaan obat tidur masih diragukan. Karena obat tidak dapat
menghilangkan penyebab masalah, dan penggunaan dalam
jangka waktu yang lama dapat menimbulkan ketergantungan
obat (drugs dependencies).
2. Hipersomnia
Hipersomnia berlawanan dengan insomnia, yaitu tidur
yang berlebihan, khususnya di siang hari. Orang hipersomnia
seringkali tidur sampai pagi hari dan dapat tidur lagi selama
siang hari. Hipersomnia disebabkan oleh kondisi medik seperti
akibat kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan ginjal, hati
atau gangguan metabolik tertentu seperti diabetik acidosis dan
hipertiroidisme. Beberapa hal, orang menggunakan insomnia
sebagai mekanisme koping untuk menghindar dari tanggung
jawab di siang hari.
3. Narkolepsi
Narkolepsi-berasal dari bahasa Greek, “narco” yang
berarti “numbness” mati rasa, dan “lepsis” yang berarti
“sizure” serangan adalah suatu serangan tidur yang mendadak
yang terjadi selama siang hari, oleh karena itu narkolepsi
disebut juga serangan tidur “sleep attack”. Penyebabnya tidak
36
diketahui, ada anggapan yang meyakini karena adanya
kerusakan genetik pada sistem saraf pusat yang menyebabkan
tidur REM tidak dapat dikontrol. Pada serangan narkolepsi,
tidur dimulai dengan fase REM. Narkolepsi seringkali
dikontrol oleh suatu stimulant sistem saraf pusat, seperti
pemoline atau deanol.
4. Henti Nafas Saat Tidur (Sleep Apnea)
Sleep apnea adalah masa henti bernafas selama tidur.
Gangguan ini perlu dikaji oleh seorang yang ahli tentang tidur,
tetapi sering terjadi pada orang yang tidur mendengkur dengan
keras, sering terjaga/bangun dimalam hari, tidur disiang hari
yang berlebihan, insomnia, nyeri kepala pada pagi hari,
kemunduran intelektual, iritabel atau perubahan kepribadian
lainnya dan perubahan fisiologis seperti hipertensi dan aritmia
jantung (Weaver & Willman, 1986, dalam Kozier, 2000). Sleep
apnea lebih sering dialami laki-laki lebih dari 50 tahun dan
wanita postmenopaus.
Periode apnea, dapat berlangsung dari 10 detik sampai
dengan 2 menit. Biasanya sleep apnea terjadi selama tidur
REM atau NREM. Frekuensi kejadianya berkisar antara 50-
600 kali dalam satu malam. Peristiwa apnea ini menghabiskan
energi seseorang dan menyebabkan tidur siang hari yang
berlebihan.
Terdapat tiga tipe yang umum dari henti nafas saat tidur
(sleep apnea) adalah sebagai berikut:
a. Apnea Obstruksi (Obstructive Apnea)
Ini terjadi ketika struktur paring atau rongga mulut
menutupi aliran udara. Orang akan terus mencoba untuk
bernafas yaitu dengan bergeraknya dada dan otot abdomen.
Pergerakan diafragma menjadi kuat dan kekuatan tersebut
semakin meningkat sampai obstruksi dapat dihilangkan.
Pembesaran tonsil, deviasi septum hidung, dan polip hidung
37
merupakan predisposisi terjadinya abstruktive apnea.
b. Apnea Sentral (Central Apnea)
Tipe ini terjadi karena adanya defect pada pusat
respirasi di otak. Semua kegiatan bernafas, seperti
pergerakan dada dan mengalirnya udara berhenti. Klien
yang mengalami injuri pada batang otak dan distropi
muscular seringkali mengalami central sleep apnea. Sampai
saat ini tidak tersedia pengobatannya.
c. Apnea Campuran (Mixed Apnea)
Tipe terakhir ini merupakan kombinasi atau
gabungan dari central apnea dan obstruktif apnea. Suatu
peristiwa sleep apnea dimulai dengan mendengkur, sesudah
itu berhenti bernafas, diikuti oleh mendengus-dengus
sebagai tanda memulai kembali bernafas. Menuju akhir
setiap episode apnea, terjadi peningkatan kadar karbon
dioksida dalam darah yang menyebabkan klien terbangun.
Pengobatan harus diarahkan pada penyebab apnea, misalnya
jika disebabkan oleh pembesaran tonsil maka dapat
diangkat. Penggunaan alat pada hidung yaitu continous
positive airway pressure (CPAP) pada malam hari
seringkali efektif.
Sleep apnea dapat mempengaruhi penampilan kerja
maupun sekolah. Selain itu sleep apnea yang lama dapat
menyebabkan peningkatan tajam pada tekanan darah dan
dapat juga menyebabkan aritmia jantung, hipertensi
pulmoner dan kemudian kegagalan jantung kiri.
5. Parasomnia
Parasomnia menunjukan suatu kelompok perilaku
terjaga yang berkaitan dengan tidur. Terdapat 5 macam
parasomnia, yaitu :
a. Somnambulism
Tipe ini disebut juga tidur jalan (sleepwalking) terjadi
38
selama tahap 1 dan 4 tidur NREM. Somnambulism bersifat
episodik dan biasanya terjadi 1-2 jam setelah jatuh tidur.
Orang yang tidur berjalan cenderung tidak memperhatikan
(misalnya : jatuh dari tangga) dan seringkali memerlukan
perlindungan dari injuri.
b. Mengigo (Sleeptalking)
Berbicara selama tidur terjadi selama tidur NREM
sebelum tidur REM. Pada tipe ini jarang terdapat masalah
pada yang mengalami kecuali terhadap yang lainnya.
c. Nocturnal Enuresis
Ngompol (bedwetting) selama tidur biasanya terjadi
pada anak-anak diatas 3 tahun. Lebih sering pada anak laki-
laki dari pada wanita. Seringkali terjadi 1-2 jam setelah
jatuh tidur, ketika mencapai tidur tahap 1 sampai dengan
tahap 4 tidur NREM.
d. Ereksi tidur malam (Nocturnal erection)
Ereksi dimalam hari dan mimpi basah terjadi selama
tidur REM. Kondisi ini umumnya dimulai selama masa
remaja dan tidak menyebabkan gangguan tidur yang
bermakna.
e. Bruxism
Biasanya terjadi selama tahap 2 NREM, terjadi
gesekan diantara gigi, dapat menyebabkan ujung gigi
menjadi patah dan lepasnya gigi.
f. Kehilangan Tidur (Sleep Deprivation)
Gangguan yang berlangsung lama mengakibatkan
menurunnya jumlah, kualitas dan konsistensi tidur dan
dapat menyebabkan suatu sindrom yang disebut sebagai
kehilangan tidur (sleep deprivation). Ini bukan merupakan
gangguan tidur itu sendiri tetapi merupakan akibat dari
gangguan/perubahan tidur. Kehilangan tidur menimbulkan
bermacam-macam gejala baik fisiologis maupun perilaku,
39
dimana beratnya tergantung dari tingkatan kehilangan
tidur. Dua tipe utama kehilangan tidur yaitu kehilangan
tidur REM dan kehilangan tidur NREM. Kombinasi/
gabungan keduanya dapat meningkatkan beratnya gejala
yang muncul.
II.3 Penelitian Terkait
II.3.1 Salah satu penelitian terkait dengan gangguan pola tidur adalah
penelitian yang dilakukan oleh Wardoyo (2001) tentang pengaruh
terapi berendam air hangat sebelum tidur tehadap perubahan pola tidur
dengan menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi terapi
berendam air hangat sebelum tidur, 90% responden menyatakan
merasa segar ketika bangun, 50% menyatakan mengalami penurunan
frekuensi bangun ketika tidur, dan hanya 17% yang mengalami
peningkatan jumlah jam tidur.
II.3.2 Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Field & Scafidi (1999) dari
Universitas Miami, AS, tentang intervensi terapi pijat pada bayi. Pada
75 bayi prematur yang diberikan intervensi terapi pijat 3x15 menit
selama 10 hari, bayi-bayi tersebut mengalami kenaikan berat badan
20-47% perhari. Pada bayi cukup bulan usia 1-3 bulan yang dipijat 15
menit dua kali seminggu selama enam minggu, mengalami kenaikan
berat badan lebih tinggi dari kelompok bayi yang tidak dilakukan
intervensi pemijatan. Selain itu, bayi yang dipijat mengalami
peningkatan tonus nervus vagusnya (saraf otak ke 10). Peningkatan ini
membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin naik sehingga
penyerapan terhadap dari sari makanan pun menjadi lebih baik. Hal
ini karena pemijatan memperlancar sirkulasi peredaran darah.
II.3.3 Selain melakukan penelitian pada bayi tentang pengaruh terapi pijat,
Field juga melakukan pengamatan terhadap klien yang dilakukan
terapi pijat. Field menyatakan bahwa terapi pijat selama 30 menit per
40
hari akan mengurangi depresi dan kecemasan dan menyebabkan tidur
bertambah tenang.
Hal ini penelitian diatas mendukung asumsi peneliti
bahwa dengan terapi pijat, akan menurunkan gangguan pola tidur. Hal
ini karena pijat memperlancar peredaran darah, dan mengurangi
depresi serta kecemasan sehingga tidur pun menjadi tenang.
41
II.4 Kerangka Teori
( Craven & Hirnle, 2002 & Kozier, 2002 )
Gangguan Pola Tidur :
1. Bangun > 3 kali dalam semalam.
2. Jumlah jam tidur , < 4 jam dalam 24 jam.
3. Tidak segar ketika bangun di pagi hari.
Faktor Penyebab :
1. Penyakit fisik
2. Medikasi
3. Gaya hidup
4. Pola tidur
5. Stress emosional
6. Lingkungan
7. Kelelahan
8. Asupan kaloriCara Penanggulangan :
1. Terapi farmakologik
2. Terapi non farmakologik :
a. Mandi air hangat 2 jam sebelum tidur.
b. Akupuntur
c. Terapi pijat
d. Teknik relaksasi
Tujuan Terapi Pijat :
1. Menstimulasi sirkulasi darah
2. Memberikan rasa rileks pada mental dan fisik
3. Mengurangi tonus otot
4. Memperbaiki fungsi otot dan kulit
5. Mengurangi stress dan kecemasan
6. Menghilangkan rasa lelah dan letih
7. Mengurangi keadaan insomnia
8. Meningkatkan kenyamanan
9. Menurunkan nyeri
Gangguan pola tidur teratasi
Terapi
Pijat