Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN KIMIA
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to
Build Excellent and Productive Generation”
Sabtu, 17 November 2018
Penerbit
Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN KIMIA
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to
Build Excellent and Productive Generation”
ISBN: 9786026030658
Ketua Pelaksana : Liana Wahyuni
Wakil Ketua I : Fathur Rahman
Wakil Ketua II : Hanifah Wahyudi
Sekretaris : Nurlaila Hayati
Bendahara : Riska Yulianti
IT dan Website : Munira Aidhea
Muhammad Fakhri Nawidi
Rahmi Febriani
Humas & Publikasi : Puput Rahayu
Rani Widya Astuti
Sponsor & Promosi : Muhammad Kholilul Rahman
Sisiliana B.Z
Sarana dan Prasarana : Riza Zulfahnur
Budi Harianto
Ahmad Yani
Melania Saputri
Acara : Aulia Ulfah
Annisa Zakiyah Fajriani
Kesekretariatan : Larasatie Melani Dewi sawitri
Mutiara
Eka Aulia Nisa
Steering Committee:
Drs. Iriani Bakti, M.Si.
Dra. Hj. Rilia Iriani, M.Si.
Muhammad Isra‘i Rahman
Muhammad Rizal
Riviewer:
Rahmat Eko Sanjaya, S.Pd., M.Si.
Dra. Hj. Rilia Iriani, M.Si.
Drs. H. Bambang Suharto, M.Si.
Drs. Syahmani, M.Si.
Dr. Arif Sholahuddin, S.Pd., M.Si.
Drs. Mahdian, M.Si.
Drs. H. Abdul Hamid, M.Si.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| iii
Editor:
Dr. Hj. Atiek Winarti, M.Pd., M.Sc.
Drs. Rusmansyah, M.Pd.
Almubarak, S.Pd., M.Pd.
Drs. Parham Saadi, M.Si.
Managing Editor:
Drs. H. Muhammad Kusasi, M.Pd.
Restu Prayogi, S.Pd.
Tata Letak:
Aulia Ulfah
Annisa Zakiyah Fajriani
Salis Padli
Mustika Suci Lestari
Nasrina Wadhhah
Dina Safira
Penerbit:
Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Redaksi:
Jl. Brigjend. H. Hasan Basri Laboratorium MIPA FKIP ULM
Kayutangi-Banjarmasin 70123
Telp 089528398393
Email : [email protected]
Email: [email protected]
Cetakan pertama, November 2018
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini
dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya
Seminar Nasional Pendidikan Kimia tahun 2018, sehingga prosiding seminar
nasional pendidikan kimia ini dapat diselesaikan.
Seminar Nasional Pendidikan Kimia ini merupakan agenda rutin bagi Program
Studi Pendidikan Kimia yang akan diselenggarakan setiap tahun. Prosiding ini
bertujuan mendokumentasikan dan mengomunikasikan hasil penelitian bidang
Kimia, Biologi, IPA, dan terapannya pada seminar nasional yang
diselenggarakan oleh pendidikan kimia di Aula Rektorat Lantai 1 Universitas
Lambung Mangkurat.
Terima kasih disampaikan kepada pemakalah yang telah berpartisipasi pada
desiminasi hasil kajian atau penelitian yang dimuat pada prosiding ini. Terima
kasih juga disampaikan pada tim reviewer, tim prosiding, dan segenap yang
terlibat.
Akhir kata, seiring permohonan maaf, apabila dalam pelaksanaan Seminar
Nasional Pendidikan Kimia tahun 2018 ini, kami selaku panitia belum
mampu menyajikan persembahan terbaik. Kami selalu bertekad untuk
memperbaiki setiap kekurangan pada kegiatan-kegiatan yang akan datang.
Semoga prosiding ini bermanfaat.
Banjarmasin, November 2018
Ketua,
Liana Wahyuni
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA ................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi
MAKALAH SESI PARALEL
BLENDED LEARNING, MENJAWAB TANTANGAN REVOLUSI
INDUSTRI 4,0 .................................................................................................................... 1
I Wayan Redhana
PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DARI LINGKUNGAN LAHAN
BASAH MELALUI PENDEKATAN CTL TERHADAP HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ASAM BASA ................................................... 20
Amalia Yunita, Parham Saadi, Muhammad Kusasi
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
MENGGUNAKAN PERTANYAAN SOCRATIK UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL
BELAJAR PADA MATERI SISTEM KOLOID ............................................................. 29
Farah Medina, Muhammad Kusasi, Syahmani
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA PROSES
PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERHADAP SISWA SMA ......................... 39
Habibah Nuhayati
JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DARA LAUT (FAMILI
STERNIDAE) DI KAWASAN DESA SUNGAI RASAU KECAMATAN
BUMI MAKMUR SEBAGAI HANDOUT MATERI PENGAYAAN
BIOLOGI SMA KELAS X ............................................................................................... 44
Hardiansyah, Disyacitta Camelia,Mahrudin
PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PBL BERBASIS KEARIFAN
LOKAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS .......................................................................................................... 55
Helda Rahmawati, Rise Hidayati Viktres, Nurfina Aznam SU
STUDI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA MELALUI
PEER ASSESSMENT DALAM TRAINING PRA-INSTRUMENT .................................... 71
Herlina Apriani
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA TIPE
TPSS-BRAIN BASED LEARNING ................................................................................ 77
Ikhwan Khairu Sadiqin, Samsuni, Saidah
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| vii
PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR BERBASIS LINGKUNGAN
PADA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN MODEL
INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI,
PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
SISWA KELAS XII MIPA 3 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN TAHUN
PELAJARAN 2017/2018 .................................................................................................. 84
Khoirotun Nisa SA, M. Pd
PENGEMBANGAN LKS BERBASIS LINGKUNGAN PADA MATERI
KIMIA IPA SMP .............................................................................................................. 94
Lisnawati, Abudarin
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING
DENGAN PENDEKATAN FLIPPED CLASSROOM TERHADAP SELF
EFFICACY DAN HASIL BELAJAR KESETIMBANGAN ION DALAM
LARUTAN GARAM ........................................................................................................ 99
Nadya Hidayati, Leny, Rilia Iriani
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA DASAR
BERBASIS WEB POKOK BAHASAN ATOM, MOLEKUL DAN ION ..................... 108
Nopriawan Berkat Asi, Maya Erliza Anggraeni
PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING (IT) TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP MIKROSKOPIS LARUTAN PENYANGGA
PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA MAN 2 MODEL BANJARMASIN ................... 117
Nurusshobah, Leny, Atiek Winarti
ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED
LEARNING (PJBL) PADA MAHASISWA PENGIKUT MATAKULIAH
FISIOLOGI TUMBUHAN ............................................................................................. 124
Riya Irianti, Noorhidayati
ANALISIS PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK
PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA ANTARA MODEL
PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DAN
MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI) ......................................................................... 129
Rizaldi, Bambang Suharto, Parham Saadi
PROFIL HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI
DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KIMIA KOLOID MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED
LEARNING (SRL) DI KELAS XI SMAN 1 BANJARMASIN ..................................... 135
Rizki Fahreza, Parham Saadi, Syahmani
PENERAPAN MODEL AUDITOY INTELLECTUALLY REPETITION
(AIR) DALAM PEMBELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| viii
KELARUTAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN HASIL BELAJAR ................................................................................... 146
Rushapiana, Mahdian, Rusmansyah
AKTIVITAS DAN RESPON SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 25
BANJARMASIN TERHADAP PENERAPAN BAHAN AJAR BERBASIS
INKUIRI TERBIMBING ............................................................................................... 152
Saidatun Ni‘mah, Almira Ulimaz, Nana Citrawati Lestari
VALIDITAS DAN PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN REACT BERBANTUAN
METACOGNITIVE QUESTIONING UNTUK MENINGKATKAN
KOGNISI DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI PADA MATERI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT ................................................ 159
Siti Rahmah, Syahmani, Atiek Winarti
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA MATERI ELEKTROKIMIA DI
SMK NEGERI 2 BANJARMASIN ................................................................................ 168
Iriani Bakti, Siti Rahmah, Leny
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KAJIAN KONSEP
MIKROSKOPIK PADA BUKU TEKS KIMIA KELAS X DAN
PEMAHAMAN KONSEP MIKROSKOPIK PADA MATERI LARUTAN
ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT .................................................................... 179
Triana Maulida Agustini, Atiek Winarti, Rusmansyah
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| 146
PENERAPAN MODEL AUDITOY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)DALAM PEMBELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTANUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL
BELAJAR
Application Of Auditory Intellectually Repetition (AIR) Models in Learning Solubilityand Solubility Product to Improve
Critical Thinking Ability and Learning Outcome
Rushapiana1, Mahdian2, Rusmansyah2
1 Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat,Banjarmasin, Indonesia
*email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak. Telah dilakukan penelitian mengenai model Auditory Intellectually Repetition (AIR)yang diterapkan dalam pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk meningkatkankemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik. Penelitian dirancang dengan metodepenelitian tindakan kelas dengan 2 siklus dalam 4 kali pertemuan. 35 peserta didik kelas XIMIA-1 MAN 3 Banjarmasin dijadikan sebagai subjek penelitian. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa (1) aktivitas guru meningkat dari 43 (baik) pada siklus I menjadi 49(sangat baik) pada siklus II, (2) aktivitas peserta didik meningkat dari 37,75 (aktif) pada siklusI menjadi 43,50 (sangat aktif) pada siklus II, (3) kemampuan berpikir kritis meningkat dari40,34% (cukup kritis) pada siklus I menjadi 79,17% (kritis) pada siklus II, (4) hasil belajarkognitif meningkat 69% (sedang) pada siklus I menjadi 83% (tinggi) pada siklus II, (5) semuapeserta didik memberikan respon positif terhadap pembelajaran menggunakan modelpembelajaran AIR.
Kata kunci: Kemampuan berpikir kritis, hasil belajar dan model AIR.
Abstract. Research had conducted about through Auditory Intellectually Repetition (AIR)learning models on solubility and solubility product material to improve students' criticalthinking abilities and learning outcome. The research was designed with classroom actionresearch methods with 2 cyclically with 4 meetings. 35 student of class XI Science-1 at MAN 3Banjarmasin were research subjects. The results showed that (1) the teacher's activityincrease from 43 (good) in cycle I became 47 (very good) in cycle II, (2) the activity ofstudents increase from 37,75 (active) in cycle I became 43,50 (very active) in cycle II, (3)critical thinking skills increase from 40,34% (fairly critical) in cycle I to be 79,17% (critical)in cycle II, (4) cognitive learning results increased from 68% (medium) in the first cyclebecame 83% (high) in cycle II, (5) all students gave a positive respons to learning with theAIR model.
Keyword: Critical thinking ability, learning outcome and AIR models.
PENDAHULUANManusia sebagai individu memerlukan pendidikan agar berkembang potensinya dalam arti
perangkat pembawaan yang baik dengan lengkap (Rahmat, 2010). Tugas pendidikan adalahmempersiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Pendidikan sendiri memiliki gagasandan pelaksanaan yang dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Pendidikanakan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan berkembangnya sosial budaya dan IPTEK(Tirtarahardja, 2008).
Pendidikan tidak luput dari peran penting seorang guru. Kekreatifan guru dalam mengajarsangat diperlukan. Butler (1951) merangkum bahwa guru adalah pencipta lingkungan pendidikandan merupakan sumber ilham bagi peserta didik. Hasil yang musti dicapai disetiap tindakan guruyakni tanggapan aktif dari mereka yang belajar hanya jika diri mereka menjadi terikat padakegiatan dengan inisiatif sendiri, maka pertumbuhan dan pembangunan diri dapat dimulai (O'neil,2001).
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| 147
Materi kimia terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) merupakanmateri yang melibatkan pengoperasian matematik dalam penyelesaian perhitungan danmemerlukan pemahaman konsep yang baik dan mendalam. Berdasarkan hasil wawancara danobservasi bahwa materi Ksp merupakan materi kimia yang sulit untuk kelas XI semester genap.Kesulitannya terletak pada proses memahamkan terbentuknya endapan pada suatu larutan.Permasalahan kedua adalah terletak pada peserta didiknya yang kurang tertarik untuk belajar.Selain itu, hasil belajar berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam satu kelas masihbanyak di bawah rata-rata yakni 70, dengan 34% peserta didik memenuhi KKM dan 66 % tidakmemenuhi KKM.
Materi kimia dan kemampuan berpikir kritis merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan. Materi kimia dapat dipahami dengan berpikir kritis, begitu juga sebaliknya berpikirkritis dapat dilatih dengan belajar kimia (Rahma, 2012). Peserta didik yang memiliki kemampuanberpikir kritis yang baik, maka hasil belajarnya tentu akan baik. Hanya saja, selama ini belum adapenelitian dari mahasiswa yang meneliti tingkat kemampuan berpikir kritis di sekolah tersebut.Ketidakadaan penelitian mengenai berpikir kritis ini bisa diartikan bahwa pembelajaran yangdilakukan di sekolah tersebut masih belum sampai pada tahap mengembangkan kemampuanberpikir kritis peserta didiknya.
Berpikir kritis menurut Beyer (1995) merupakan sebuah cara berpikir secara disiplin yangdigunakan seseorang untuk mengevaluasi kevalidan sesuatu dari berbagai macam pernyataan, ide,argumen dan penelitian (Filsaime, 2008). Glaser (1941) mengungkapkan bahwa berpikir kritismenuntut upaya keras dalam memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkanbukti pendukung dan kemudian memberikan kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Fisher,2009).
Kemampuan berpikir kritis dicapai tidak hanya sekedar dengan memperoleh pengetahuan.Melainkan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, yang membutuhkan penggunaan pengetahuandalam bentuk konteks, dengan mempertimbangkan berbagai faktor, membenarkan tindakan danmerenungkan tindakan tersebut (Pieterse, Lawrence, & Nel, 2016). Berdasarkan permasalahan,sangat diperlukan suatu bahan pembelajaran dengan penyajian materi yang menarik dan suatubahan pembelajaran yang nyata untuk memudahkan peserta didik dalam mempelajari materi yangsulit. Serta suatu tindakan yang diharapkan dapat memecahkan masalah dalam kelas yang disertaidengan meningkatnya hasil belajar peserta didik. Maka diperlukan model pembelajaran kimiayang tepat khususnya pada materi Ksp. Model pembelajaran itu adalah model pembelajaran AIRyang dapat memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasilbelajarnya. Tahap penting dari model AIR sendiri yakni Auditory, Intellectually dan Repetition.
Auditory sesuai dengan definisinya menurut Suherman (2008), bahwa belajar haruslahmelalui mendengarkan, menyimak dan berbicara, maka pada tahap ini sebagian besar kegiatanguru dan peserta didik dilaksanakan secara lisan untuk menunjang proses Auditory. Guru dapatmemberikan penjelasan secara ringkas sebagai wujud agar peserta didik memperoleh pengetahuanawal sebelum mereka memasuki tahap Intellectually dan peserta didik dapat diarahkan untukdiskusi kelompok, kemudian mempresentasikan hasil diskusi.
Intellectually sesuai dengan definisinya menurut Maier (2000), bahwa belajar haruslahmelalui konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya dengan memecahkan masalah. Makadari itu, untuk menunjang proses Intellectually peserta didik dalam tahap ini adalah denganberpikir kritis untuk merumuskan pertanyaan, memecahkan masalah, melaksanakan perencanaanstrategis dan membuat kesimpulan dari semua yang sudah dikerjakan.
Repetition menurut Suherman (2008) merupakan suatu pengulangan yang tujuannya untukmemperdalam dan memperluas pemahaman peserta didik. Dalam hal ini tindakan yang dapatdiberikan adalah dengan meminta peserta didik untuk mengulang kembali pembelajaran yang diapelajari disetiap pertemuan kemudian guru memberi penguatan atas semua yang merekakemukakan. Selain itu, guru juga dapat memberikan tugas dan tes pada setiap akhir siklussehingga peserta didik dapat mengingat informasi yang telah diterimanya.
METODE PENELITIANPenelitian tentang penggunaan model pembelajaran AIR ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) model John Elliot. Instrumen utama dalam penelian ini adalah peneliti
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| 148
sendiri. Selain bertindak sebagai instrumen penelitian, peneliti juga bertindak sebagai pengumpuldata. Teknik pengumpulan menggunakan teknik observasi dan tes. Observasi dilakukan olehobserver saat pembelajaran berlangung untuk menilai aktivitas guru dan peserta didik. Sedangkanteknik tes adalah dengan melaksanakan tes kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.
PTK dengan model pembelajaran AIR ini terdiri dari 3 tahap penting yang terealisasimenjadi beberapa kegiatan sebagai tindakan. Tahapan itu yakni Auditory, Intellectually danRepetition. Penelitian tindakan dilaksanakan pada tanggal 22 Maret sampai 28 April 2018 di kelasXI MIA -1 MAN 3 Banjarmasin dengan peserta didik yang berjumlah 35 orang. Penelitianmenggunakan siklus berlanjut yang terdiri dari dua siklus dan dilaksanakan sebanyak empat kalipertemuan dengan dua pertemuan disetiap siklusnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANAnalisis Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Hasil observasi aktivitas guru dan peserta didik mengalami peningkatan disetiap pertemuandan disetiap siklusnya. Adapun perbandingan aktivitas guru dan peserta didik tiap siklus tersajipada Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan aktivitas guru dan peserta didikAspek penilaian observasi dari aktivitas guru dan peserta didik masing-masing terdiri dari
15 butir dan 13 butir pengamatan. Penilaian menggunakan skala likert 1-4. Skor 1 untuk kurang, 2untuk cukup, 3 untuk baik dan 4 untuk sangat baik. Kemudian nilai keseluruhan dari observerditambahkan dan dirata-rata sesuai dengan jumlah observer.
Hasil penilaian terhadap aktivitas guru dan peserta didik meningkat karena guru melakukanperbaikan terhadap aktivitas mengajar pada siklus II. Hal ini tentunya berpengaruh terhadapaktivitas peserta didik. Secara keseluruhan skor rata-rata aktivitas guru mengalami peningkatansetiap siklus dari 43 dengan kategori baik menjadi 49 dengan kategori sangat baik. Sedangkanskor rata-rata aktivitas peserta didik meningkat sebesar 37,75 dengan kategori aktif menjadi 43,50dengan kategori sangat aktif.
Peningkatan aktivitas guru dan peserta didik sejalan dengan penelitian Winarti dan Suharto(2017) yang menyatakan bahwa langkah-langkah dalam model pembelajaran AIR menuntutkemandirian peserta didik dalam memecahkan permasalahan. Jika guru bisa menjalankan langkah-langkah itu dengan baik maka akan baik pula aktivitas peserta didik.
Salah satu tahapan penting dalam model AIR adalah Intellectually, pada tahap ini lahpeserta didik mengerahkan segala kemampuan untuk mengasah kemampuan berpikir kritisnya.Guru terus melakukan perbaikan dan meningkatkan bimbingannya terhadap peserta didik agarmereka mampu menentukan rumusan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan informasi yangsesuai, serta dalam menarik kesimpulan.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta DidikKemampuan berpikir kritis peserta didik secara keseluruhan pada siklus I dan siklus II
terjadi peningkatan dari kategori kurang kritis menjadi kritis. Adapun peningkatan kemampuanberpikir kritis peserta didik berdasarkan kategori dan indikatornya pada siklus I dan II tertera padaGambar 2 dan gambar 3.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| 149
Gambar 2. Hasilitesikemampuaniberpikirikritis
Gambar 3. Peningkataniindikatorikemampuaniberpikir kritisKeterangan:A = memfokuskan pertanyaanB = memutuskan suatu tindakanC = mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasiD = menginduksi
Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 8 soal, skor tertinggi yang didapat adalah 3 danskor terendah adalah 0 disetiap butir soalnya. Kemudian penilaian ditafsirkan ke dalam kriteriayaitu kritis sekali, kritis, cukup kritis, kurang kritis, dan tidak kritis. Memberikan penilaian denganrentang 0 – 100 untuk masing-masing kriteria.
Hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik meningkat secara klasikal sebanyak38,93%, mulanya berada pada kategori kurang kritis dengan persentase 40,24% pada siklus Imenjadi kritis dengan persentase 79,17% pada siklus II. Peningkatan dari cukup kritis menjadikritis ini sejalan dengan penelitian Fauzi dan Winarti (2015) bahwa melalui model pembelajaranAIR kemampuan berpikir kritis peserta didik meningkat, baik secara klasikal maupun pada tiapindikatornya.
Kemampuan berpikir kritis peserta didik meningkat baik secara klasikal maupun padasetiap indikatornya dikarena guru selalu melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam prosespembelajaran, dimulai dari belajar untuk memfokuskan pertanyaan, kemudian membuat hipotesis,mencari informasi yang sesuai hingga menyimpulkan. Tindakan ini dilaksanakan secara berulang-ulang hingga mereka terbiasa dengan alur pembelajaran.
Analisis Hasil Belajar Peserta DidikHasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif peserta didik. Pada siklus II,
pembelajaran bisa dikatakan berhasil karena persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik yangdiperoleh melebihi 75%. Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar yang diperoleh dapatdilihat pada gambar 4.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| 150
Gambar 4. Perbandingan hasil belajar
Tes hasil belajar peserta didik terdiri dari 10 butir soal. Hasil belajar dikatakan tuntasapabila secara individual memperoleh nilai ≥ 70 dan secara klasikal mencapai ≥ 75 % dari 35peserta didik. Pembelajaran siklus I bisa dikatakan belum berhasil karena belum mencapaiketuntasan hasil belajar secara klasikal. Kemudian pembelajaran diperbaiki dengan berhasilmeningkatnya persentase peserta didik yang mencapai nilai KKM.
Peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar ini sejalan dengan penelitian Fauzi danWinarti (2015) yang menyatakan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran AIR makaketuntasan hasil belajar peserta didik dapat meningkat yang ditunjukkan oleh meningkatnyadengan persentase rata-rata hasil belajar 69,35% pada siklus I menjadi 89,30% pada siklus II.Sejalan pula dengan penelitian Hasnawati, Ikman dan Sari (2016) bahwa hasil belajar yangdiperoleh peserta didik dengan model pembelajaran AIR lebih baik dibandingkan denganpembelajaran yang hanya menggunakan model pembelajaran secara langsung.
Pemberian tugas dan kuis untuk tiap-tiap individu yang merupakan tahap Repetitionatau penulangan pada model AIR juga berperan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.Pengulangan terhadap suatu pelajaran menjadikannya tidak mudah untuk dilupakan, sehinggapeserta didik dapat menggunakannya untuk terus mengasah kemampuan mereka dalammemecahkan masalah (Huda, 2015). Pada tahap ini pula mampu menjadikan peserta didikterbiasa dan terampil dalam mengerjakan soal-soal dan pada saat ujian siklus, sehingga pesertadidik tidak akan mengalami kesulitan.
Respon Peserta DidikPembelajaran menggunakan model AIR memperoleh respon baik dari semua peserta
didik. Gambaran hasil respon peserta didik terhadap penggunaan model AIR dapat dilihat padagambar 5.
Gambar 5. Hasil respon peserta didik
Lembar angket respon peserta didik diberikan pada akhir siklus II. Pernyataan dalamlembar respon ini berjumlah 10 butir pernyataan. Angket respon dirancang menggunakan skala
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8
Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018
“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build
Excellent and Productive Generation”| 151
sikap (Skala Likert) dengan rentang 1 sampai 4 untuk pernyataan positif yaitu sangat tidak setuju(STS) = 1; tidak setuju (TS) = 2; setuju (S) = 3; dan sangat setuju (SS) = 4.
Respon positif yang diberikan oleh peserta didik menunjukkan bahwa pembelajaran denganmenggunakan model AIR membuat peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikutipembelajaran dan memudahkan peserta didik memahami materi pembelajaran khususnya padamateri Ksp. Sejalan dengan penelitian Pujiastutik (2016), bahwa seluruh mahasiswa memberikanrespon sangat positif terhadap model pembelajaran AIR dengan perolehan presentase 84%.
SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian terhadap peserta didik di kelas XI MIA-1 MAN 3 Banjarmasin, dapatdisimpulkan bahwa model pembelajaran AIR dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas pesertadidik, kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif, serta peserta didik merespon postifterhadap pembelajaran.
DAFTAR RUJUKANFauzi, A., & Winarti, A. (2015). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Siswa melalui Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) padaMateri Hidrolisis Garam di Kelas XI IPA 2 SMA PGRI 6 Banjarmasin. Jurnal InovasiPendidikan Sains, 1-10.
Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Erlangga.Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.Hasnawati, Ikman, & Sari, A. (2016). Effectiveness Model of Auditory Intellectually Repetition
(AIR) to Learning Outcomes of Math Student. International Journal of Education andResearch, 249-258.
Huda, M. (2015). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.O'neil, W. F. (2001). Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.Pieterse, T., Lawrence, H., & Nel, H. F. (2016). Critical Thinking Ability of 3rd Year Radiography
Students. HEALTH SA GESONDHEID Journal, 381-390.Pujiastutik, H. (2016). Penerapan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Belajar Pembelajaran.Proceeding. Tuban: Universitas PGRI Ronggolawe.
Rahma, A. N. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri Berpendekatan SETSMateri Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk Menumbuhkan Keterampilan BerpikirKritis dan Empati Siswa terhadap Lingkungan. Journal of Educational Research andEvaluation, 133-138.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Ar-RuzzMedia.
Tirtarahardja, U. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.Winarti, E., & Suharto, B. (2017). Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Model
Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition pada Materi Kelarutan dan hasil kalikelarutan di Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin. Journal of Chemistryand Education, 28-36.