EFEK RADIASI IONISASI PADA PEKERJA DI RUANG X-RAY
RADIOLOGI RSWS
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan Nasional yang telah dan akan dilaksanakan saat ini,
dilakukan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi maju dan telah
mampu menghasilkan peluang kerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan
status sosial ekonomi dan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Hal ini akan
berhasil jika pelbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan para pekerja,
keluarga dan masyarakat dapat diantisipasi. Pelbagai risiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja (PAK), penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan
kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara
penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini
dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi merupakan ilmu berupaya
untuk menyerasikan mesin dan pekerja, tanpa menganggap pekerja harus
menyesuaikan diri dengan mesin dan lingkungan. Dalam hal ini, pengukuran
keselarasan pekerjaan dengan pekerja meliputi pemeriksaan sejumlah faktor yaitu:
pekerja, mesin, dan lingkungan.
Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja
khususnya yang berhubungan dengan radiasi ionisasi salah satunya pada pegawai
xray bagian Radiologi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.
Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi,
diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja (Quality of Working Life),
dengan demikian meningkatkan produktifitas kerja dan menurunkan prelavensi
penyakit akibat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Agar penyelenggaraan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) lebih efektif, efisien dan terpadu
1
diperlukan sebuah manajemen K3 baik bagi pengelola maupun karyawan
sehingga pada era globalisasi sangat diharapkan kontribusi mereka dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan
meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja.
Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang
sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja.
TUJUAN PENELITIAN
1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek kesehatan pekerja dibagian radiologi RSWS
terhadap radiasi ionisasi.
1.1.2. Tujuan Khusus
Untuk memantau sumber radiasi di ruang xray radiologi RSWS
Untuk memantau efek radiasi pada pekerja di ruang xray radiologi RSWS
Mengetahui apakah ada ketersediaan fasilitas, peralatan, yang memadai
untuk proteksi dan keselamatan pekerja
Untuk memantau penggunaan alat proteksi diri dari radiasi xray di ruang
radiologi RSWS
Unuk memantau efektifitas penggunaan alat proteksi diri dari radiasi di
ruang xray radiologi RSWS
Mengetahui apakah telah ada pelatihan penggunaan proteksi diri ketika
menjalankan tugas di bagian Radiologi RSWS
Mengetahui apakah pekerja dibagian Radiologi RSWS melakukan cek
kesehatan secara berkala
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Radiologi
1. Definisi Radiologi
Radiologi adalah cabang atau spesiaisasi kedokteran yang berhubungan
dengan studi dan penerapan teknologi pencitaan seperti x-ray dan radiasi untuk
mendiagnosa dan mengobati penyakit.
Ahli radiologi menunjukkan susunan dari pencitraan radiologi seperti
USG, CT, kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan MRI untuk
mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi intervensi adalah kinerja
(biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi
pencitraan. Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau
teknolog radiologis.
2. Perlengkapan dan Alat-Alat yang Digunakan
a. Radiografi (atau Roentgenographs, dinamai penemu sinar-X,
Wilhelm Conrad Röntgen) yang diproduksi oleh transmisi X-Rays
melalui pasien ke perangkat menangkap kemudian diubah menjadi
gambar untuk diagnosis. Pencitraan yang asli dan masih sering
memproduksi film yang diresapi perak. Dalam Film - Layar
radiografi tabung x-ray menghasilkan sinar x-ray yang melewati
pasien. Sinar-X yang melewati pasien disaring untuk mengurangi
penyebaran dan suara, kemudian menyerang sebuah film yang
belum dikembangkan, yang dipasang erat-erat ke layar fosfor yang
memancarkan cahaya dalam sebuah kaset. Film ini kemudian
dikembangkan secara kimiawi dan hasilnya gambar muncul di
film.
b. Fluoroscopy (Radioscopy; screening): Meskipun sinar-x tidak
dapat terlihat oleh mata tetapi dapat menyebabkan beberapa unsur
3
kimia seperti (Kalsium tungstat, Barium sulfat, Seng sulfid, Seng
cadmium sulfid, Barium platinocyanida, dan sebagainya) menjadi
bersinar atau dapat terlihat. Layar fluoresen yang digunakan untuk
tujuan ini terdiri dari papan yang telah di mengandung kalsium
tungstat. Sinar-x menembus tubuh pasien dan ditangkap pada
papan dan gambar kemudian dapat dilihat.
c. Tabung Sinar X: sinar x dihasilkan melalui arus listrik bervoltase
tinggi. Diperlukan 10 kilovolt untuk dapat menghasilkan sinar-x
kemampuan rendah. 30 sampai 100 KVP kilovolt peak) atau lebih
yang dibutuhkan mesin untuk radiologi dan fluoroscopy. Mesin X-
ray untuk kegunaan radiasi terapeutik tetap memerlukan voltase
yang tinggi. (1 kilovolt=1000 volt)
Tabung sinra-x terdiri dari bola lampu hampa udara yang
mengandung anoda dan katoda yang terpisah dengan jarak yang
tidak terlalu jauh. Anoda (+) dinamakan sebagai target dan katoda
(-) dinamakan sebagai filament. Apabila listrik sudah mengalir
elektron akan bergerak dari filament dan menghantam target
dengan kekuatan penuh. Energi yang dikeluarkan biasanya
dikonversikan menjadi panas dan hanya sebagian (sekitar 1%)
yang menjadi sinar cahayameliputi sinar-x.
Tabung sinar-x sangat tertutup dalam sebuah tabung yang pada
salah satu sisinya ada sebuah bukaan kecil yang dilapisi oleh
lapisan aluminium. Sejak diketahui sinar-x dapat menembus
aluminium, sinar-x akan menembus aluminium sementara sinar
yang lainnya ertahan olehnya. Jumlah sinar-x yang keluar dapat
diatur dengan menyesuaikan diafragma.
d. Apron: proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan
radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga
150 kVp harus menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm
lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda
secara permanen dan jelas pada apron tersebut.
4
Saat ini sudah ada alat proteksi baru yaitu apron dengan desain
yang lebih ringan tetapi memenuhi persyaratan proteksi, biaya dan
dapat mengurangi rasa sakit pada pinggang karena beratnya lebih
ringan dibandingkan dengan apron yang sebelumnya ada.
e. Penahan Radiasi Gonad: Penahan radiasi gonad jenis kontak yang
digunakan untuk radiologi diagnostik rutin harus mempunyai
lempengan Pb, tebal sekurang – kurangnya setara 0,25 mm dan
hendaknya mempunyai tebal setara lempengan Pb 0,5 mm pada
150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai
untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas
utama.
f. Sarung Tangan Proteksi: Sarung tangan proteksi yang digunakan
untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi sekurang
– kurangnya 0,25 mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini harus dapat
melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan
tangan.
g. Penahan Radiasi
i. Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau
panel control dan tabung sinar-X atau pasien harus pada
posisi dan rancangan yang tepat sehingga dapat
melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan.
Penahan radiasi harus mempunyai ketebalan minimum
yang setara dengan 1,5 mm Pb.
ii. Jendela pengamatan yang terpasang di penahan radiasi
setidaknya mempunyai ketebalan yang setara dengan 1,5
mm Pb. Ketebalan yang setara dengan Pb tersebut harus
tertera pada penahan radiasi dan jendela pengamat atau
kaca intip.
h. Masker: Masker melindungi radiografer dari penularan dan infeksi
nasokimia karena radiografer harus berinteraksi dengan pasien saat
melakukan pemeriksaan. Masker berfungsi sebagai penyaring
5
udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara
buruk (misal berdebu, beracun, virus, dsb).
i. Sarung tangan ( hand gloves): Sarung tangan adalah untuk
melindungi radiografer dari infeksi nasokimia mengingat
radiografer selalu melakukan pemeriksaan dan kontak
langsung dengan pasien yang dapat menularkan penyakit / infeksi
yang diderita pasien.
II.2. Radiasi Ionisasi
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk
partikel atau gelombang dimana energi bergerak melalui media atau melalui
ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Salah satu karakterisik dari semua
radiasi adalah radiasi mempunyai panjang gelombang, yaitu jarak dari suatu
puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya.
Radiasi dapat dibagi menjadi radiasi pengion dan radiasi non-pengion.
Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu,
akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Radiasi pengion disebut
juga radiasi atom atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah
sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron. Partikel
beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun
tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik
juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara
tidak langsung.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak
dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara
akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).
Besar dosis terserap yang sama untuk jenis radiasi yang berbeda belum
tentu mengakibatkan efek biologis yang sama, karena setiap jenis radiasi pengion
memiliki keunikan masing-masing dalam berinteraksi dengan jaringan tubuh
6
manusia. Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat
terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja.
Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi
atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian
energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur
(panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata
lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai
panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini
merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan
efek biologis yang merugikan.
Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan
terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas
hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia,
radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam
sel.
DNA(deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat
di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan
dirinya sendiri. Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA
sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada
DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal
bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang
merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima
sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis
lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya
sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang
mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang
7
mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel
yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan
meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak
dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara
akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).
Dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan
seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang
mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama
yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat
yang sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh
mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang
ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
8
Untuk memudahkan penghitungan jumlah radiasi, biasanya kita hanya
memperhatikan berapa dosis radiasi yang mengenai seluruh tubuh. Besaran dosis
radiasi ini disebut Dosis Efektif. Dosis efektif menyatakan penjumlahan dari dosis
ekivalen yang diterima oleh setiap organ utama tubuh dikalikan dengan faktor
bobot-organnya.Dosis efektif (HE) : Effective dose (HE) : Besaran dosis yang
khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang nilainya adalah jumlah perkalian
dosis ekivalen yang diterima organ (HT) dengan faktor bobot-organ (WT).
Satuan: Sv.
Biasanya, dosis efektif seringkali disebut secara singkat sebagai Dosis atau
Dosis Radiasi saja. Dalam satuan lama, sebelum tahun 1970, dosis radiasi
dinyatakan dalam rem, dengan 1 Sv sama dengan 100 rem.(1)
Suatu batas dosis didefinisikan dalam BSS sebagai “suatu nilai dalam
besaran dosis efektif atau ekivalen bagi setiap orang dalam kegiatan praktis
terkendali yang tidak boleh dilampaui.” Batas dosis efektif untuk paparan kerja
merupakan jumlah dosis efektif dari sumber eksternal dan dosis efektif terikat dari
masukan radionuklida dalam periode waktu yang sama. Paparan kerja bagi setiap
pekerja harus dikendalikan dan batasan berikut tidak boleh dilampaui:
(a) dosis efektif sebesar 20 mSv rata-rata setiap tahun selama lima tahun berturut-
turut38;
(b) dosis efektif sebesar 50 mSv dalam satu tahun tertentu;
(c) dosis ekivalen sebesar 150 mSv dalam satu tahun untuk lensa mata;
(d) dosis ekivalen sebesar 500 mSv dalam satu tahun untuk tangan dan kaki atau
9
kulit
Batas dosis ekivalen untuk kulit mencakup dosis rata-rata luasan 1 cm2
pada daerah yang teradiasi paling tinggi. Dosis pada kulit juga memberi kontribusi
pada dosis efektif, yaitu rata-rata dosis seluruh permukaan kulit dikalikan dengan
faktor bobot jaringan kulit.
Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang diberikan secara
sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak langsung mendapat perawatan medis, akan
dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya kerusakan sumsum tulang
belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika segera dilakukan
perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy tersebut
mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50 Gy,
jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan
perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus ke organ
tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan berakibat
fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan
menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama jika diberikan ke organ
reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini
hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis
Ambang.
Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama
setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai contoh,
katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah
terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak
sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri
10
sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun
demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat
kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin
berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi
yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas
terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan
dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada
penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi
akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam
waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam
waktu 20 tahun atau lebih.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker.
Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat
disebabkan oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain,
disebut zat karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun
waktu sebelum periode laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab
lain. Karena lamanya periode laten ini, seseorang yang masih hidup bertahun-
tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan
zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat
timbul kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen,
bukan hanya disebabkan oleh radiasi.
Pemanfaatan sumber radiasi pengion untuk tujuan medik di Indonesia
terus meningkat dari tahun ke tahun. Sumber radiasi pengion yang dimaksud
adalah zat radioaktif dan pembangkit radiasi pengion. Dari perspektif pengawasan
keselamatan radiasi, penggunaan sumber radiasi pengion di bidang medik adalah
fasilitas radiasi dan zat radioaktif (FRZR) yang merupakan medan radiasi.
Dasar Hukum pengawasan pemanfaatan sumber radiasi pengion diatur dalam :
11
UUNo.10 tahun 1997 tentang ketenaganukliran
PP No.33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan
Sumber Radioaktif
PP NO.29 tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi
Pengion dan Bahan Nuklir
Peraturan kepala BAPETEN
UNDANG-UNDANG NO.10 TAHUN 1997
Merupakan dasar hukum yang paling tinggi dari peraturan perundang-
undangan pemanfaatan sumber radiasi sebagai landasan keselamatan bekerja di
medan radiasi. Adapun pasal-pasal terkait antara lain :
Pasal 14
Ayat 1: Pengawasan terhadap pemanfaatan tenaga nuklir dilaksanakan
oleh badan pengawas.
Ayat 2: Pengawasan sebagaimana dimaksud oada ayat 1 dilakasanakan
melalui peraturan, perizinan dan inspeksi.
Pasal 17:
Setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memiliki izin, kecuali dalam hal-hal
tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Syarat-syarat dan tata cara perizinan diatur lebih lanjut denagn peraturan
pemerintah
Pasal 19
Ayat 1 : Setiap operator yang mengoperasikan reactor nuklir dan petugas
tertentu didalam instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion
wajib memiliki izin.
12
Ayat 2 : Persyarata untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 diatur oleh Badan Pengawas.
PERATURAN PEMERINTAH PP No.33 tahun 1997
Dasar hukumnya adalah pasal 6 UU No.10 Tahun 1997. Adapun pasal
yang berkaitan yaitu :
Pasal 4
Setiap orang atau badan yang akan memanfaatakan tenaga nuklir wajib memliki
izin pemanfaatan tenaga nuklir dan memenuhi persyaratan keselamatan radiasi,
meliputi :
a. Persyaratan manajemen
b. Persyaratan proteksi radiasi
c. Persyaratan teknik
d. Verifikasi keselamatan PP No.29 tahun 2008
Dasar hukum pembentukannya adalah pasal 7 UU No.10 Tahun 1997. Adapun
pasal yang dianggap paling relevan adalah :
Pasal 11 Persyaratan izin pemanfaatan, meliputi :
a. Administratif
b. Teknis dan
c. Khusus
Pasal 12 Persyaratan administratif meliputi :
13
a. Identitas pemohon izin
b. Akta pendirian badan hukum atau badan usaha
c. Izin dan/atau persyaratan yang ditetapkan oleh instansi lain yang berwenang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d.Lokasi pemanfaatan sumber radiasi pengion atau bahan nuklir
Pasal 14 Persyaratan teknis, meliputi :
a. Prosedur pekerja
b. Spesifikasi teknis sumber radiasi pengion atau bahan nuklir yang digunakan
sesuai dengan standar keselamtan radiasi
c. Perlengkapan proteksi radiasi dan/atau peralatan keamanan sumber radioaktif
d. Program P&KR dan/atau keamanan sumber radioaktif
e. Laporan verifikasi keselamatan radiadi dan/atau keamanan sumber radioaktif
f. Hasil pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi
g. Data kualifikasi personil
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Bahan dan Cara
14
III.1.1.Peralatan yang diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survey
jalan sepintas) dalam rangka untuk survey dampak radiasi ionisasi pada pekerja
dibagian Radiologi RSWS:
o Alat tulis menulis
Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas
o Kamera digital
Berfungsi sebagai alat untuk memotret kehidupan dan kegiatan para
pekerja di Bagian Radiologi RSWS
o Check List
Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey
jalan sepintas yang dilakukan.
III.1.2.Cara Pemantauan
Merencanakan untuk memantau dan mengidentifikasi faktor yang
berhubungan dengan dampak radiasi ionanisasi pada pekerja di Bagian Radiologi
di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dengan metode walk through survey
dengan menggunakan check list.
III.2. Lokasi
Lokasi survey dampak radiasi ionanisasi pada pekerja di Bagian Radiologi
adalah di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.
III.3. Biaya
Biaya yang digunakan pada penilitian yang dilakukan adalah swadaya.
15
III.4. Jadwal
Penelitian mengenai penyakit muskuloskeletal pada petugas komputer
administrasi di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo yang akan dilaksanakan
penelitian mengenai penyakit muskuloskeletal pada petugas adminstrasi di Rumah
Sakit Wahidin Sudirohusodo yang akan dilaksanakan selama kurang lebih 1
minggu.
10 Desember 2012 : Melapor ke bagian K3 di RS. Ibnu Sina dan
diberikan pengarahan
11 Desember 2012 : Membuat makalah mengenai dampak radiasi
ionanisasi pada pekerja di Bagian Radiologi di Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo
12 Desember 2012 : Membuat proposal penelitian
13 Desember 2012 : Melakukan survey di lokasi penelitian
14 Desember 2012 : Membuat laporan hasil penelitian
CHEK LIST KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
UNIT/ INSTALASI/ RUANGAN : Ruang Radiologi X-Ray RSWS
HARI/ TANGGAL : 13-14 Desember 2012
16
PENANGGUNG JAWAB :
1. Keluhan yang menyangkut kesehatan pekerja selama menjadi petugas
Radiologi:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Alat pelindung yang digunakan
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
3. Alasan menggunakan alat pelindung diri
........................................................................................................................
........................................................................................................................
4. Sumber radiasi yang diketahui di tempat kerja
........................................................................................................................
........................................................................................................................
5. Berapa lama terpapar dengan radiasi sinar-X
........................................................................................................................
........................................................................................................................
6. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan alat pelindung diri
........................................................................................................................
........................................................................................................................
7. Pengetahuan tentang pemeriksaan kesehatan pada pekerja
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Check List: Pemantauan Efek Radiasi
Di Ruang X-Ray Radiologi RSWS
2012-12-12
17
No. Ya Tidak
1. Apakah terdapat sumber radiasi di tempat kerja?
2. Apakah pekerja mengetahui efek radiasi?
3. Apakah pekerja mengetahui bagaimana melindungi diri
dari radiasi?
4. Apakah pekerja menguasai dengan baik cara
menggunakan alat yang memiliki sumber radiasi?
5. Apakah tersedia alat pelindung diri?
6. Apakah pekerja menggunakan alat pelindung diri
selama bekerja?
7. Apakah para pekerja mengetahui fungsi alat pelindung
diri?
8. Apakah pekerja merasa nyaman menggunakan alat
pelindung diri?
9. Apakah pekerja mengalami keluhan kesehatan selama
menjadi pekerja di ruang x-ray?
10. Alat pelindung diri yang tersedia
Apron
Penahan Radiasi Gonad
Sarung Tangan Proteksi
Penahan Radiasi
Jendela pengamatan
Masker
Sarung tangan
11. Apakah pekerja selalu melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala?
BAB IV
HASIL IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN
1V.1 SEJARAH SINGKAT RUMAH SAKIT
18
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudrohusodo adalah rumah sakit
kelas A pendidikan dengan status Perjan Rumah sakit berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.125 Tahun 2000, dengan identitas sebagai
berikut:
I. Nama Rumah Sakit : RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
II. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11, Tamalanrea Makassar
(90245)
III. Telepon : Kantor (0411) 584675, (0411) 584677, Rumah Sakit (0411)
583333, 584888
IV. Fax : (0411) 587676
V. Pemilikan : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Merujuk pada peraturan tesebut Perjan RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo akan mengembangkan unggulan Pelayanan, Pendidikan, dan
Penelitian di bidang Kegawat Daruratan, Urologi, Kanker, Jantung, Lipid,
dan Endokrin beserta pelayanan penunjangnya.
1V.2 Sumber Daya
a. Tenaga
Jumlah tenaga yang tersedia di Perjan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
khususnya di Bagian Radiologi adalah …. Orang
1V.3 Sarana
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki luas tanah 8,4 ha dengan luas gedung
28416.8 m2 yang terdiri dari: kantor, rawat jalan, rawat darurat, rawat inap
19
(Lontara 1-4; Pavilium Palem, Sawit dan Pinang). Khusus untuk petugas bagian
radiologi dapat ditemui dibagian Radiologi dan UGD RS. Wahidin Sudirohusodo
1V.4 HASIL WALK THROUGH SURVEY
Berikut ini adalah hasil pemantauan dan identifikasi faktor-faktor yang
mempunyai dampak radiasi ionisasi pada pekerja dibagian Radiologi di Rumah
Sakit Wahidin Sudirohusodo. Pemantauan dan identifikasi ini dilakukan dengan
metode walk through survey dengan menggunakan check list dan wawancara
Pada gambar di atas terlihat pekerja di Bagian Radiologi Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo jarang menggunakan alat pelindung diri ketika melakukan
aktivitas. Hal ini disebabkan oleh karena petugas di Bagian Radiologi tersebut
merasa jika dilakukan penyinaran mereka dapat masuk didalam ruangan yang
tertutup didalam ruang penyinaran
Berdasarkan PP No.33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion
dan Keamanan Sumber Radioaktif didapatkan bahwa setiap pekerja diwajibkan
20
menggunakan alat pelindung diri untuk keselamatan dan proteksi dari paparan
sinar x-ray. Dari survey yang dilakukan didapatkan bahwa pekerja di Bagian
Radiologi melakukan proteksi diri dengan cara memasuki ruangan bebas radiasi
disetiap ruangan. Hal ini sesuai dengan perundang-undangan yang dibuat
mengenai keselamatan pekerja yang mana tempat kerjanya merupakan area yang
terpapar radiasi.
IV.4.2. Sistem Kerja Pekerja di Bagian Radiologi RS. Wahidin Sudirohusodo
Dari hasil Walk Through Survey yang telah dilakukan di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo , di dapatkan informasi sebagai berikut:
Jumlah petugas dampak radiasi ionisasi pada pekerja dibagian
Radiologi RSWS adalah sebanyak orang.
Dalam seminggu tiap petugas memiliki tujuh hari kerja yang mana
setiap harinya mereka mempunyai shift untuk bekerja diruangan
tersebut.
Masing-masing petugas memiliki waktu bekerja dinas paginya dari
pukul 08.00 sampai 16.00 ditambahkan dengan jadwal lembur masing-
masing pekerja.
Tugas pekerja di bagian Radiologi :
o Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien
mengenai jadwal penyinaran xray yang akan dilakukan.
o Memonitor dan memposisikan pasien ditempat yang telah
disediakan dikamar penyinaran.
o Menunggu hasil penyinaran yang akan langsung tercetak pada
ruang penyinaran ataupun melakukan pencetakan hasil foto pada
kamar gelap.
V.4.3. Alat Kerja yang Digunakan
21
Apron
Penahan Radiasi Gonad
Sarung Tangan Proteksi
Penahan Radiasi
Jendela pengamatan
Masker
Sarung tangan
V.4.4. Tinjauan faktor-faktor yang mempengaruhi dampak radiasi
ionisasi pada pekerja di Bagian Radiologi RS. Wahidin Sudirohusodo
- Faktor Pribadi (Personal factors)
o Kondisi dari pekerja yang dapat memberikan dampak terhadap
paparan radiasi.
- Faktor Pekerjaan (Work factors)
Repetisi : pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama yaitu
memonitor pasien dan memposisikan pasien pada layar film.
Pekerjaan statis (Static exertions) : pekerjaan pekerja dibagian Radiologi
yang menuntut tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan
menyebabkan pekerjaan terhenti.
Pekerjaan berat (Forceful exertions) : beban yang berat atau tahanan dari
benda kerja yang dihadapi pekerja di Bagian Radiologi tidak ada.
Stress mekanik (Mechanical stresses) : terjadinya kontak dari anggota
badan dengan objek pekerjaan.
Postur tubuh : posisi dari pekerja tidak terlalu membuat pekerja merasa
capek.
22
Getaran (vibrasi) : timbulnya getaran-getaran di area kerja yang
mengganggu konsentrasi pekerja dalam bekerja tidak ada.
Alat pelindung diri dan badge film untuk melindungi diri pekerja di
Bagian Radiologi jarang digunakan.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala setahun sekali.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
23
Berdasarkan penilaian Walk Through Survey dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Faktor Pribadi (Personal factors)
o Kondisi dari pekerja yang dapat memberikan dampak terhadap
paparan radiasi.
- Faktor Pekerjaan (Work factors)
Repetisi : pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama yaitu
memonitor pasien dan memposisikan pasien pada layar film.
Pekerjaan statis (Static exertions) : pekerjaan pekerja dibagian Radiologi
yang menuntut tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan
menyebabkan pekerjaan terhenti.
Pekerjaan berat (Forceful exertions) : beban yang berat atau tahanan dari
benda kerja yang dihadapi pekerja di Bagian Radiologi tidak ada.
Stress mekanik (Mechanical stresses) : terjadinya kontak dari anggota
badan dengan objek pekerjaan.
Postur tubuh : posisi dari pekerja tidak terlalu membuat pekerja merasa
capek.
Getaran (vibrasi) : timbulnya getaran-getaran di area kerja yang
mengganggu konsentrasi pekerja dalam bekerja tidak ada.
Alat pelindung diri dan badge film untuk melindungi diri pekerja di
Bagian Radiologi jarang digunakan.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala setahun sekali.
5.2 SARAN
24
1) Diharapkan agar pengurus organisasi / unit K3 mengevaluasi masalah yang
berhubungan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja di rumah
sakit wahidin sudirohusodo agar setiap petugas dapat bekerja optimal. Dan
sebaiknya setiap tenaga kerja diberikan selebaran tentang kesehatan kerja
dan penyakit akibat kerja.
2) Secara umum, dalam hal lingkungan kerja, diharapkan agar:
Para pekerja menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan
ditiap ruangan agar tidak terpapar radiasi secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
25
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. Upaya Kesehatan Kerja Sektor
Informal di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. (Online). [cited on 12th December 2012]. Available from URL :
www.itjen.depkes.go.id.htm.
Akadi, M.. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Rineka Cipta, Jakarta.2000
Corwin, E. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahm U. Pendit.
EGC, Jakarta
http://www.news-medical.net/health/What-is-Radiology.aspx
http://seminarradiologi.blogspot.com/2011/03/peraturan-perundang-
undangan-bidang.html
Kudryasov, Y.B. Radiation Byophysics (Radiation Ionazing). Nova
Science Publisher. 2008;p1.
Guerra, AB. Ionazing Radiation Detector for Medical Imaging. World
Science Publishing. 2004;p17.
Anonymous.2012.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_rad
iasi/.html.
Anymous. 2012. http://www.epa.gov/radiation/topics.html
Anonymous. 2012. http://www.oocities.org/radiologi_vet/bab_11.pdf
26