1. Pengertian Program KIA
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan
anak balita sertaanak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat
dalam upaya mengatasisituasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan
persalinan. Sistemkesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari,
oleh dan untukmasyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi
(telepon genggam,telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan
dan informasi KB.Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemukamasyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan ditaman kanak-kanak.Pengertian keluarga berarti nuclear family
yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung
jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhitugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu
keluarga mempunyai peranan yang besar dalammempengaruhi kehidupan seorang anak,
terutama pada tahap awal maupun tahap-tahapkritisnya, dan yang paling berperan
sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorangibu dalam keluarga terutama
anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayisehingga dewasa, karena
anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati,2003, h.27).Peranan
ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibusangat
berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga
dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah
dengan orang lainseorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya.
2. Tujuan Program KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidupsehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untukmenuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajatkesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.Sedangkan tujuan khusus program
KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasikesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna
dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan
sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri
didalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita
sertadi sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
3. Prinsip Pengelolaan Program KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa
ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
1) Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan
kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
2) Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
3) Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh
sasaran.
4) Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
5) Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat
dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
6) Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai
standar dan menjangkau seluruh sasaran.
7) Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
8) Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi
baru lahir, bayi dan anak balita.
9) Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standard
4. Pelayanan dan Jenis Indikator KIA
1) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar
pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
a. Timbang berat badan dan ukur Tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi fundus uteri
d. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan
e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
f. Test laboratorium (rutin dan khusus)
g. Tata laksana kasus
h. Temu wicara (konseling).
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin,
protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah
prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku ber-risiko; dilakukan terhadap HIV,
sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
selama kehamilan, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai
berikut :
a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.
2) Pertolongan Persalinan
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal sebagai berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
e. Memberikan pada bayi baru lahir : Vit K 1, salep mata dan imunisasi
Hepatitis B0.
3) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan
7 hari.
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan.
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam).
f. Pelayanan KB pasca persalinan
4) Deteksi Dini dan penanganan risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil dengan risiko/komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan
proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya
komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
tentang adanya risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini
mungkin, merupakan kunci keberhasilan penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang dilahirkannya. .
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Anak lebih dari 4.
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan skarang kurang dari 2 tahun.
d. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm, atau gizi buruk dengan Indeks massa tubuh kurang dari batas normal
e. Anemia : Hemoglobin kurang dari batas normal
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: Tuberkulosis,
Kelainan jantung-ginjal-hati, Psikosis, Kelainan endokrin (Diabetes Mellitus,
Sistemik Lupus Eritematosus dll), Tumor dan Keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk: Keguguran berulang, Kehamilan Ektopik
Terganggu, Mola Hidatidosa, Ketuban Pecah Dini, Bayi dengan cacat
kongenital
j. Riwayat persalinan berisiko: Persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksi
vakum/ forseps
k. Riwayat nifas berisiko: Perdarahan pasca persalinan, Infeksi masa nifas,
Psikosis post partum (post partum blues)
l. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kongenital.
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain:
a. Perdarahan pervaginam pada kehamilan: Keguguran, Plasenta Previa,
Solusio Plasenta
b. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik >140
mmHg, diastolik >90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
c. Kelainan jumlah janin: Kehamilan ganda, janin dampit, monster.
d. Kelainan besar janin: Pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
e. Kelainan letak & posisi janin: Lintang/Oblique, Sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
f. Ancaman persalinan prematur.
g. Ketuban pecah dini.
h. Infeksi berat dalam kehamilan: Demam berdarah, Tifus abdominalis, Sepsis.
i. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
j. Perdarahan pasca persalinan: atonia uteri, retensi plasenta, robekan jalan
lahir, kelainan darah.
k. Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh
karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan
kesakitan ibu.
5) Penanganan Komplikasi Kebidanan
Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai
6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Diperkirakan sekitar
15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya,
oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar
komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi
kebidanan, maka diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai
dari bidan, puskesmas, sampai rumah sakit 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas meliputi pelayanan
obstetri yang terdiri dari :
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan
eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
Sedangkan pelayanan neonatus meliputi :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
b. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus
ringan–sedang
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
6) Pelayanan Kesehatan Neonatus
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada
bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Risiko terbesar kematian Bayi Baru
Lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya.
Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan neonatal I sekaligus memastikan bahwa bayi dalam keadaan
sehat pada saat bayi pulang atau bidan meninggalkan bayi jika persalinan di rumah.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan komprehensif,
Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan/perawat, yang meliputi:
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare,
berat badan rendah.
b. Perawatan tali pusat
c. Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada saat lahir
d. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir
e. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
dengan menggunakan Buku KIA
f. Penanganan dan rujukan kasus
Pelayanan kesehatan neonatus (bayi berumur 0 - 28 hari) dilaksanakan oleh
dokter spesialis anak/dokter/bidan/perawat terlatih, baik di fasilitas kesehatan maupun
melalui kunjungan rumah. Setiap neonatus harus diberikan pelayanan kesehatan
sedikitnya dua kali pada minggu pertama, dan satu kali pada minggu kedua setelah
lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:
a. Kunjungan Neonatal hari ke-1 (KN 1):
Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan
sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (≥ 24 jam).
Untuk bayi yang lahir di rumah, bila bidan meninggalkan bayi sebelum 24
jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6 - 24 jam setelah lahir.
a. Kunjungan Neonatal hari ke-3 (KN 2):
b. Pada hari ketiga.
c. Kunjungan Neonatal minggu ke-2 (KN 3)
d. Pada minggu kedua
7) Pelayanan Kesehatan Bayi
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada
bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi:
a. Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1-4, DPT-HB 1-3, Campak)
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan)
e. Konseling ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI
f. Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA
g. Penanganan dan rujukan kasus
Pelayanan kesehatan bayi (29 hari-11 bulan) dilaksanakan oleh dokter
spesialis anak/dokter/bidan/perawat terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun
melalui kunjungan rumah. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya satu kali pada triwulan I, satu kali pada triwulan II, satu kali pada
triwulan III dan satu kali pada triwulan IV.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
a. Kunjungan bayi antara umur 29 hari– 3 bulan
b. Kunjungan bayi antara umur 3 – 6 bln
c. Kunjungan bayi antara umur 6 – 9 bln
d. Kunjungan bayi antara umur 9 – 11 bln
8) Pelayanan neonatus dengan komplikasi
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi
neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak
perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di
dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami
gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat
dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama,
minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian
oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED,
rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Komplikasi pada neonatus antara lain: Asfiksia, Kejang, Ikterus,
Hipotermia, Asfiksia, Tetanus Neonatorum, Sepsis, Trauma lahir, BBLR (bayi
berat lahir rendah)
9) Pelayanan kesehatan anak balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana
terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan
mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini
stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan
rangsangan pengembangan otak. Dilain pihak upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar
dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih
berat .
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap anak
yang berumur 12 - 59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, ahli
gizi. Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS, dan pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) serta mendapat Vitamin A 2 kali dalam setahun.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2
bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus
dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan
Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap
6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000
IU) diberikan pada anak balita minimal 2 kali pertahun.
10) Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB yang sesuai dengan standar
dengan menghormati hak individu sehingga diharapkan mampu meningkatkan
derajat kesehatan dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan).
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda, menjarangkan dan/atau
menghentikan kehamilan, dengan menggunakan metode kontrasepsi. Metode
kontrasepsi meliputi:
a. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi).
b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
c. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) mencapai 60,3% (SDKI 2002) dan angka ini merupakan
pencapaian tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode
yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan
suntik. Menurut data SDKI 2002 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar
21,1%, pil 15,4 %, AKDR 8,1%, susuk 6%, tubektomi 3%, vasektomi 0,4% dan
kondom 0,7%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakain (DO) pada
metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus-menerus. Disamping
itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan
“4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standard an variasi pilihan metode KB,
sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
5. Batasan Pemantauan
a) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan.
b) Deteksi Dini Kehamilan Beresiko
Kegiatan ini bertujuan menemukn bumil bresiko/komplikasi oleh kader, dukun
bayi dan tenaga kesehatan.
c) Kunjungan Ibu Hamil
Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standart yang
ditetapkan.
d) Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung
ke fasilitas pelayanan, tetapi tidak kontak tenaga kesehatan (di posyandu, pondok
bersalin desa, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk dapat memberikan
pelayanan antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.
e) Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
f) K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat :
1) Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
2) Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
3) Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
g) Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam
maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan didesa, polindes dan kunjungan
rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam
sampai setelah lahir 7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan
(8-28 hari)
3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan
neonatal.
Contoh : Hari ke-1 s/d 7, Hari ke-8 s/d 28
h) Kunjungan ibu nifas (KF)
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam
maupun diluar gedung puskesmas termasuk bidan didesa, polindes dan kunjungan
rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (1-7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan
(8-28 hari)
3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapuluh sembilan sampai dengan hari ke
empatpuluh dua (29-42hari)
Contoh :
Hari ke-1 s/d 7, Hari ke-8 s/d 28, Hari ke-29 s/d 42
i) Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun.
j) Ibu hamil beresiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC. Jakarta.Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.
Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.
Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Pelatihan Konseling Pasca Keguguran. Depkes. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Kompetensi Bidan Indonesia. JakartaDepkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta.Depkes RI. (1999). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.Effendy Nasrul. (1998). Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO).
Konggres Obtetri dan Gynecologi Indonesia XII. (2003). Forum Dokter Bidan. Yogyakarta.Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.Widyastuti, Endang. (2007). Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan dan Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Unicef.