BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan obstetri, selain Angka Kematian Maternal (AKM) terdapat Angka Kematian
Perinatal (AKP) yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan.
Keberhasilan menurunkan Angka Kematian Maternal (AKM) di negara-negara maju saat ini
menganggap Angka Kematian Perinatal (AKP) merupakan parameter yang lebih baik dan
lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Hal ini mengingat kesehatan dan
keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta kesempurnaan
bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil
konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan. Salah satu penyebab kematian perinatal
adalah preeklampsia (Sudhaberata, 2001).
Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10%
seluruh kehamilan. Seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah
sampai dua pertiganya didiagnosa mengalami preeklampsia (Bobak, 2004).
Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi dan edema serta
protein urine yang timbul karena kehamilan yang umumnya terjadi setelah usia 20 minggu
atau lebih awal yang hampir selalu terjadi pada primigravida dimana rahim untuk pertama
kalinya menerima hasil pembuahan yang dapat menimbulkan reaksi terhadap kehamilan.
Seorang wanita yang menderita preeklampsia ringan lebih besar peluang untuk menderita
Page | 1
preeklampsi yang berat pada kehamilan berikutnya yang dapat menyebabkan tingginya
morbilitas dan mortalitas terhadap ibu dan janinnya. (Muchtar Rustam, 1998)
Kematian ibu memang menjadi perhatian dunia internasional. Organisasi kesehatan
dunia WHO memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun
saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Menurut
Sudhaberata (2001) melaporkan angka kejadian preeklampsia di dunia sebesar 0-13 persen,
di Singapura 0,13-6,6 persen. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab angka kesakitan
dan kematian ibu dan janin yang cukup tinggi di Indonesia.
Berdasarkan Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003
angka kematian ibu sebesar 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003). Insiden
preeklampsia di Indonesia diperkirakan 3,4 persen – 8,5 persen, di RSU Hasan Sadikin
Bandung sebesar 6,4 persen, RSU Palembang sebesar 5,1 persen, dan di RSU Dr. Sarjito
Yogyakarta sebesar 3,63 persen (Suroso, 2003). Angka kejadian preeklampsia di RSU
Tarakan sebesar 3,26 persen (Sudhaberata, 2001), di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebesar
4,65 persen (Simanjuntak, 1999), RSUP Karyadi sebesar 2,85 persen (Wibisono, 1997) dan
RS pendidikan di Makasar sebesar 2,61 persen (Rambulangi, 2003). Di RS Sanglah
Denpasar sebesar 1,21% (Armanza, 2005).
Di Indonesia menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009
angka kematian ibu (AKI) masih cukup tinggi yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab
kematian ibu terbesar 58,1% karena perdarahan dan eklamsi kedua sebab itu sebenarnya
dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan yang memadai.
Page | 2
Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti, bukan hanya satu
faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan preeklampsia akan
menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk
mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur mulai
trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih
berat. (Manuaba. 2008)
Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Perinatal (AKP) akibat
preeklampsia adalah dengan menurunkan angka kejadian preeklampsia. Angka kejadian
dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya
pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor yang
mempunyai nilai prediksi. Saat ini beberapa faktor resiko telah berhasil diidentifikasi,
sehingga diharapkan dapat mencegah timbulnya preeklampsia. Menurut Duckitt dan
Harrington (2005) faktor resiko preeklampsia meliputi pekerjaan, pemeriksaan
antenatal,pengetahuan, dan riwayat hipertensi.
Menurut data yang didapatkan dari Rekam medik Rumah Sakit Umum Sawerigading
Palopo dari periode Januari sampai Juli 2011 berkisar 43 ibu hamil yang mengalami
preeklampsia ringan. Hal ini membuktikan bahwa tingginya kejadian preeklampsia
merupakan masalah yang memerlukan penanganan untuk menjadi prioritas utama di Rumah
Sakit Umum Sawerigading Palopo.
Berdasarkan data yang ditemukan bahwa kejadian preeklampsia masih tinggi maka
penulis termotivasi untuk membahas lebih lanjut melalui Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil
Di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo Tahun 2011”
Page | 3
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah dinyatakan dalam latar belakang bahwa penderita preeklampsia
dalam kehamilan merupakan masalah yang cukup serius karena dapat mengancam kematian
pada ibu melahirkan maupun fetus.Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang
secara pasti, bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan
preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Akan
tetapi untuk mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal secara
teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia
menjadi lebih berat. Oleh karena itu lewat penelitian ini, peneliti ingin mengetahui :
“Seberapa besar karakteristik ibu hamil (Pemeriksaan Antenatal, Pekerjaan, Pengetahuan,
dan Riwayat Hipertensi) sebagai faktor yang menyebabkan preeklampsia di Rumah Sakit
Umum Sawerigading Palopo Tahun 2011”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Agar diidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada
ibu hamil di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Identifikasi hubungan pekerjaan dengan kejadian preeklampsia
b. Identifikasi hubungan pemeriksaan antenatal dengan kejadian preeklampsia
c. Identifikasi hubungan pengetahuan dengan kejadian preeklampsia
d. Identifikasi hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia
Page | 4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Bagi petugas kesehatan khususnya bidan agar lebih waspada dalam memberikan
pelayanan antenatal terhadap ibu hamil yang mempunyai faktor resiko menjadi
preeklampsia.
2. Manfaat Teoritis
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
dimasa mendatang bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan memberikan salah satu
bahan acuan bagi peneliti-peneliti lain yang meneliti mengenai penyebab terjadinya
preeklampsia terhadap ibu hamil.
3. Manfaat Institusi
Bagi institusi kesehatan penyandang dana dalam hal ini “Akademi Kebidanan
Kamanre Kota Palopo” adalah dapat dijadikan sebagai pengembangan penelitian yang
berkaitan dengan ilmu kebidanan untuk meningkatkan nilai akreditasi bagi pendidikan.
Juga untuk disampaikan pada mahasiswa kebidanan tentang karakteristik dari ibu hamil
sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
4. Manfaat Penulis
Sebagai salah satu persyaratan dalam penyelesaian pelajaran mata kuliah Metodelogi
Penelitian pendidikan Diploma III Kebidanan Kamanre Palopo. Serta meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam proses penelitian tentang penyebab terjadinya
preeklampsia terhadap ibu hamil.
Page | 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Preeklampsia
1. Pengertian Preeklampsia Menurut Beberapa Pendapat :
a. Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada
molahidatidosa (Sarwono Prawiroharjo, 2002, hal. 282).
b. Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, oedema
ataupan keduanya yang terjadi akibat kehamilan minggu ke 20 atau kadang-kadang
timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatiformis yang luas pada villi korialis
(Cunningham Mac Donald, 1955, hal 35).
c. Preeklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria dan edema kadang-kadang
disertai konvulsi sampai koma (Muchtar Rustam, 1998, hal.99).
d. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
(http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/27/pre-eklampsia-eklampsia).
e. Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah disertai protein urine yangdisebabkan
oleh kehamilan terutama pada primigravida, setelah kehamilan 20 – 24 minggu
terkecuali pada penyakit trofoblas. (Varney H, 2006, hal 645).
Page | 6
f. Preeklampsia adalah gejala terjadinya hipertensi pada masa kehamilan yang ditandai
dengan 3 gejala khas, yakni naiknya tekanan darah di atas 140/90 mmHG,
pembengkakan anggota tubuh, dan adanya protein di dalam air seni ibu.
(http://bundapiaradaku.wordpress.com/2010/12/13/waspadai-preeklampsia-saat
kehamilan/)
2. Hipertensi Dalam Kehamilan
Adalah keadaan dimana tekanan darah diastolik minimal 90 mmHg atau tekanan
diastolik 15 mmHg atau kenaikan sistolik sebesar 30 mmHg. Tekanan darah harus paling
sedikit dua kali dengan selang waktu 6 jam.(Cunningham macdonald, 1995, hal. 773)
3. Etiologi Preeklampsia
Penyebab Preeklampsia sampai sekarang ini belum diketahui secara pasti, diduga
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil yaitu :
a. Faktor pekerjaan ibu
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh seseorang
untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. (Depkes RI.2008)
b. Faktor pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan. (Depkes RI.1994)
c. Faktor pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia,yang sekedar menjawab pertanyaan
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia. Yakni indera penglihatan, pendengaran,
Page | 7
rasa ,dan raba. Tetapi sebagian besar melalui proses yaitu proses belajar dan
membutuhkan suatu bantuan misalnya buku. (Notoatmodjo S,2005)
d. Faktor riwayat hipertensi
Peningkatan resiko preeklampsia dapat terjadi pada ibu yang memiliki riwayat
hipertensi kronis (Robert dan Redman,1993)
e. Faktor pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk meningkatkan
kepribadian,sehingga proses perubahan perilaku menuju kepada kedewasaan dan
penyempurnaan kehidupan manusia. Semakin tinggi pendidikan yang didapat
seseorang,maka kedewasaannya semakin matang untuk menerima dan memahami
suatu informasi yang positif. (Depkes RI.2008)
f. Faktor sosial ekonomi
Sosial ekonomi adalah keadaan urusan keuangan rumah tangga seseorang atau suatu
keluarga. Seseorang yang mempunyai sosial ekonomi yang tinggi akan lebih jarang
menderita preeklampsia, dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai sosial
ekonomi yang rendah. (Depkes RI.2000)
4. Gambaran Klinik Preeklampsia
Gambar klinik mulai dengan kenaikan BB oedema kaki atau tangan, kenaikan
tekanan darah terakhir terjadi protein urin. Pada Preeklampsia ringan tidak ditemukan
gejala-gejala subjektif. Pada Preeklampsia ditemukan sakit kepala terutama daerah
frontalis, rasa nyeri di daerah epigastrium, penglihatan kabur, mual disertai muntah.
Gejala ini sering ditemukan pada Preeklampsia yang mana merupakan petunjuk bahwa
Page | 8
eklampsia akibat timbul tekanan darah akan meningkat lebih tinggi, oedema terjadi lebih
umum dan proteinuria bertambah. (Winkjasastro.H.2002 hal 287-288).
5. Klasifikasi Preeklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preklampsia Ringan
1) Tekanan 140/90 mmHg atau lebih diukur pada posisi kenaikan distolik 15 mmHg
atau lebih. Agar kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih, cara pengukuran
sekurang-kurangnya 2 kali pemeriksaan dengan jarak 6 jam.
2) Edema pada umumnya kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
3) Proteinuria 0,3 gram atau lebih perliter dengan tingkat kualitas positif 1 sampai 2
pada urine kateter.
b. Preeklampsia Berat
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik 10 mmHg atau
lebih.
2) Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam.
3) Oliguria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 CC per 24 jam.
4) Terdapat oedema paru atau sianosis
(Mochtar Rustam, 1998, hal.201)
Page | 9
6. Perubahan Anatomi dan Fisiologi
a. Ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga filtrasi glomerulus mengurang. Kelainan pada ginjal yang penting adalah
dalam hubungan dengan proteinuria, retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam
dan air belum diketahui benar, tetapi disangka akibat perubahan dan perbandingan
antara tingkat filtrasi glomerulus dan tingkat dan penyerapan kembali oleh tubulus.
b. Hati
Terjadi peningkatan ektifitas enzim-enzim hati pada Preeklampsia, yang
berhubungan dengan beratnya penyakit.
c. Retina
Pada Preeklampsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh
pada satu atau beberapa arteri. Jarang terlihat perdarahan atau eksudat, jarang terjadi
ablasio retina. Pelepasan retina disebabkan oieh edema intra clan merupakan indikasi
untuk pengakhiran kehamiian segera. Skotoma, diplopia dan ambiiopia merupakan
gejala terjadinya Preeklampsia.
d. Paru-paru
Oedema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita Preeklampsia dan
eklampsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis.
e. Otak
Pada hamil normal perfusi serebral tidak berubah namun pada Preeklampsia
terjadi spasme pembuluh darah otak penurunan prafusi dan suplai oksigen otak
sampai 20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral faktor penting terjadinya
Page | 10
perdarahan otak dan kejang ekiampsia. Penyakit yang belum lanjut hanya dapat
ditemukan oedema pada korteks cerebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan
perdarahan.
f. Placenta dan uterus
Menurunnya aliran darah ke placenta mengakibatkan gangguan fungsi placenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan kekurangan oksigen yang dapat
menyebabkan gawat janin sampai kematian. Dapat juga terjadi peningkatan tonus
uterus dan kepekaan terhadap rangsangan sehingga mudah terjadi partus prematurus.
g. Metabolisme air dan elektrolit
Jumlah dan natrium pada penderita pre eklampsia lebih banyak. Pengeluaran air
dan garam tidak sempurna di sebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan
penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristatoid dan protein dalam
serum tidak menunjukan perubahan yang nyata pada Preeklampsia.
(Wiknjosastro Hanifa,2005 hal.285-286).
7. Patofisilogi Preeklampsia
a. Pada Preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsis ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola glomerolus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola mengecil sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika spasme arteriola ditemukan di seluruh tubuh maka dapat
dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat merupakan usaha untuk mengatasi
kenaikan tahanan perifer, agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema di sebabkan oleh penimbunan air, sedangkan
Page | 11
proteinuria disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadilah perubahan pada
glomerolus. (Mochtar Rustam,1998 hal.199)
b. Vasospasme merupakan dasar patofisiolagi Preeklampsia dan eklampsia.
Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah yang menerangkan proses
terjadinya hipertensi. Kemungkinan vasospasme juga membahayakan pembuluh
darah sendiri karena peredaran darah dalam vasa vasorum terganggu, sehingga terjadi
kerusakan vaskuler. Lebih lanjut angiotensin II tampaknya mempengaruhi langsung
sel endotel dengan membuatnya berkontraksi. Semua faktor ini dapat menimbulkan
kebocoran sel endotel, sehingga melalui kebocoran tersebut, unsur-unsur pembentuk
darah seperti trombosit dan fibrinogen tertimbun pada lapisan sub endotel. Perubahan
vaskuler yang disertai dengan hipoksia pada laringan setempat dan sekitarnya
diperkirakan menimbulkan perdarahan, nekrosis dan kelainan organ akhir lainnya
yang sering dijumpai pada Preeklampsia berat. (Williams,1995, hal. 779).
8. Uji Kemungkinan Preeklampsia
Keadaan yang memerlukan perhatian :
a. Periksa darah atau kenaikannya.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri.
c. Pemeriksaan kenikan berat badan atau oedema.
d. Pemeriksaan protein dalam urine.
Page | 12
9. Pencegahan Preeklampsia
Untuk mencegah Preeklampsia melalui pengawasan kehamilan sebagai berikut :
a. Pengawasan antenatal
Pemeriksaan kehamilan secara teratur sangat diajurkan untuk memonitor kondisi
ibu hamil maupun janin yang dikandungnya, bila terjadi perubahan perasaan dan
gerak dalam rahim segera datang ke tempat periksa.
b. Diet makanan
Mengkonsumsi sayuran, buah segar yang bergizi dan menjalani pola hidup sehat.
Makanan yang dikonsumsi haruslah yang mengandung sedikit garam, rendah lemak,
karbohidrat dan tinggi protein serta kandungan gizinya yang cukup.
c. Cukup istirahat
Istirahat pada ibu hamil, pada kehamilan tua dalam arti bekerja sepenuhnya
disesuaikan dengan kemampuan lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung
janin sehingga aliran darah menuju ke placenta tidak mengalami gangguan.
(Manuaba LB.G,1998, hal. 243)
10. Komplikasi Preeklampsia
a. Solutio placenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada Preeklampsia.
b. Hemolisis
Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel-sel darah merah. Nekrosis
Page | 13
periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat
menerangkan ikterus tersebut.
c. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderia
eklampsia.
d. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu,
dapat terjadi perdarahan, kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda
gawat akan terjadinya apopleksia uteri.
e. Edema paru-paru
Zuspan (1978), menemukan hanya satu penderita dengan 69 kasus eklampsia
disebabkan karena payah jantung.
f. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada Preeklampsia merupakan akibat vasospasmus sterol
umum, kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada
penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endotellasis glumerulus, yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotel tubulus ginjal tanpa kelainan struktir lainnya. Keluhan lain yang dapat timbul
adalah “anuria” sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa lidah tergigit dan fraktur karena jatuh
akibat kejang dan pneumoni aspirasi.
i. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterina.
Page | 14
(Sarwono Prawiraharjo, 2002, hal. 296-297)
11. Penanganan Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda–tanda perbaikan, lakukan
penilaian dua kali seminggu secara rawat jalan :
a. Pantau tekanan darah, urine (untuk proteinuria), refleks dan kondisi janin.
b. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda–tanda Preeklampsia dan eklampsia.
c. Lebih banyak istirahat.
d. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
e. Tidak perlu diberi obat–obatan.
f. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
1) Diet biasa
2) Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urine sekali sehari
3) Tidak perlu diberi obat–obatan.
4) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau
gagal ginjal akut.
5) Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat dipulangkan :
a) Nasehatkan untuk tetap istirahat dan perhatikan tanda–tanda Preeklampsia
berat.
b) Kontrol dua kali seminggu untuk memantau tekanan darah, keadaan janin,
serta gejala dan tanda – tanda Preeklampsia berat.
c) Jika tekanan diastolic naik lagi, rawat kembali.
Page | 15
6) Jika tidak ada tanda–tanda perbaikan, tetap dirawat dan lanjutkan penanganan
dan observasi kesehatan janin.
7) Jika terdapat tanda–tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan. Jika tidak rawat sampai aterm.
8) Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai Preeklampsia berat.
Jika kehamilan > 37 minggu pertimbangkan terminasi. Jika serviks matang,
pecahkan ketuban dan induksi persalinandengan oksitosin 5 iµ dalam 500 ml
dekstrose IV 10 tetes / menit atau dengan prostaglandin.
Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau
kateter folay atau lakukan secsio sesarea. (Saifuddin. AB. 2002)
12. Tujuan Umum Penanganan Preeklampsia
a. Untuk mencegah timbulnya eklampsia
b. Anak yang lahir untuk hidup kemungkinan lebih besar
c. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya dan jangan sampai
menyebabkan penyakit pada kehamilan dan persalinan berikut (Seksio sesarea
menambah bahaya kehamilan dan persalinan berikutnya).
B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
1. Pemeriksaan antenatal
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan berkelanjutan, oleh karena itu melalui
antenatal care yang bertujuan untuk mencegah perkembangan preeklampsia, atau
setidaknya dapat mendeteksi diagnosa dini sehingga dapat mengurangi kejadian kesakitan.
Pada tingkat permulaan preeklampsia tidak memberikan gejala-gejala yang dapat
dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan antepartum
Page | 16
care. Jika calon ibu melakukan kunjungan setiap minggu ke klinik prenatal selama 4-6
minggu terakhir kehamilannya, ada kesempatan untuk melekukan tes proteinuri,
mengukur tekanan darah, dan memeriksa tanda-tanda udema. Setelah diketahui diagnosa
dini perlu segera dilakukan penanganan untuk mencegah masuk kedalam eklampsia.
Disamping faktor-faktor yang sudah diakui, jelek tidaknya kondisi ditentukan juga oleh
baik tidaknya antenatal care. Dari 70% pasien primigrafida yang menderita preeklampsia,
90% nya mereka tidak melaksanakan antenatal care.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya.Aktifitas pekerjaan seseorang dapat
mempengaruhi kerja otot dan peredaran darah. Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu
hamil, dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari pembesaran rahim.Semakin
bertambahnya usia kehamilan akan berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang
semakin bertambah dalam rangka memenuhi kebutuhan selama proses kehamilan. Oleh
karenanya pekerjaan tetap dilakukan, asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti
pegawai kantor, administrasi perusahaan atau mengajar. Semuanya untuk kelancaran
peredaran darah dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari
preeklampsia.
3. Pengetahuan
Pengetahuan disini terutama tentang pemenuhan nutrisi pada ibu hamil. Karena ibu hamil
yang kekurangan atau kelebihan gizi mudah terkena preeklampsia. Pada saat hamil
seseorang harus lebih memperhatikan keseimbangan gizi dalam makanan yang mereka
Page | 17
makan. Misalnya menu 4 sehat 5 sempurna dengan porsi yang wajar. Ibu hamill yang
kegemukan (obesitas) disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga
menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam
badan sekitar 15% dari berat badan,maka makin gemuk seorang makin banyak pula
jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi
pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya
preeklampsia.Kebutuhan gizi selama hamil yaitu :
a. Kalori
Selama hamil, ibu membutuhkan tambahan energi/kalori untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, juga plasenta, jaringan payudara, cadangan lemak, serta untuk
perubahan metabolisme yang terjadi. Di trimester II dan III, kebutuhan kalori
tambahan ini berkisar 300 kalori per hari dibanding saat tidak hamil. Berdasarkan
perhitungan, pada akhir kehamilan dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari
kebutuhan kalori sebelum hamil.
b. Protein
Kebutuhan protein bagi wanita hamil adalah sekitar 60 gram. Artinya, wanita
hamil butuh protein 10-15 gram lebih tinggi dari kebutuhan wanita yang tidak hamil.
Protein tersebut dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, maupun plasenta dan
janin. Protein juga dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan diferensiasi sel.
c. Lemak
Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan
lemak sebagai sumber kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga yang vital dan
untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan yang normal, kadar lemak
Page | 18
dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III. Tubuh wanita hamil juga
menyimpan lemak yang akan mendukung persiapannya untuk menyusui setelah bayi
lahir.
d. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan
selama kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan
membutuhkan karbohidrat sebagai sumber kalori utama. Pilihan yang dianjurkan
adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serealia, nasi dan pasta. Selain mengandung
vitamin dan mineral, karbohidrat kompleks juga meningkatkan asupan serat yang
dianjurkan selama hamil untuk mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air
besar dan wasir.
d. Vitamin dan mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding
sebelum hamil. Ini perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin
serta proses diferensiasi sel. Tak cuma itu. Tambahan zat gizi lain yang penting juga
dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme energi seperti vitamin B1, vitamin
B2, niasin, dan asam pantotenat. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membentuk
DNA dan sel-sel darah merah, sedangkan Vitamin B6 juga berperan penting dalam
metabolisme asam amino. Kebutuhan vitamin A dan C juga meningkat selama hamil.
Begitu juga kebutuhan mineral, terutama magnesium dan zat besi. Magnesium
dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dari jaringan lunak. Sedangkan zat besi
dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah dan sangat penting untuk pertumbuhan
Page | 19
dan metabolisme energi, disamping untuk meminimalkan peluang terjadinya anemia.
Kebutuhan zat besi menjadi dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil.
4. Riwayat hipertensi
Salah faktor yang berhubungan dengan preeklampsia yaitu adanya riwayat hipertensi
kronis atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya. Sebagian besar kehamilan dengan
hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Wanita penderita tekanan
darah tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20%
menunjukkan kenaikan yang mencolok dan dapat desrtai gejala preeclampsia atau lebih,
seperti edema, protein urine, nyeri kepala, nyeri epigastrium,muntah, bahkan dapat
timbul eklampsia dan perdarahan otak.
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Pemeriksaan antenatal merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia
b. Pekerjaan ibu merupakan factor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia
c. Pengetahuan ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian preeclampsia
d. Riwayat hipertensi merupakan factor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia
Page | 20
2. Hipotesis Nihil (Ho)
a. Pemeriksaan antenatal bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia
b. Pekerjaan ibu bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia
c. Pengetahuan ibu bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia
d. Riwayat hipertensi bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia
Page | 21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka dibuat suatu kerangka yang menjadi dasar pemikiran
dalam variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut :
Page | 22
Preeklampsia pada
ibu hamil
Pemeriksaan Antenatal
Pekerjaan
Pengetahuan
Sosial Ekonomi
Pendidikan
Riwayat Hipertensi
Keterangan :
- Variabel dependent
- Variabel independent
- Variabel Yang tidak diteliti
- Variabel Yang diteliti
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Preeklampsia
Preeklampsia adalah penyakit pada ibu hamil yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah, bengkak pada wajah dan tangan, serta protein urine. Dan ibu yang
mengalami preeklampsia dapat kita ketahui dari rekam medik pasien.
Kriteria Objektif :
1) Risiko tinggi : Bila ibu hamil mengalami hipertensi, protein urine, dan
udema pada muka dan tangan
2) Risiko rendah : Bila ibu hamil tidak mengalami hipertensi
Page | 23
2. Pemeriksaan Antenatal
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan misalnya bidan dan dokter untuk memeriksa keadaan ibu dan janin.
Kriteria Objektif :
1) Baik : Jika ibu hamil memeriksakan kehamilannya sebanyak 4x selama
hamil
2) Kurang : Jika ibu hamil memeriksakan kehamilannya sebanyak 2x selama
hamil
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktifitas sehari – hari yang dilakukan oleh ibu baik
diluar rumah maupun dalam rumah untuk memenuhi kehidupannya dan keluarganya.
1) Risiko tinggi : Bila ibu hamil sering melakukan pekerjaan yang berat
2) Risiko rendah : Bila ibu hamil hanya melakukan pekerjaan yang ringan
4. Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini ini adalah segala sesuatu yang diketahui atau
dijawab responden tentang pemenuhan nutrisi.
Kriteria Objektif :
1) Cukup : Jika jawaban responden ≥50% “benar”
2) Kurang : Jika jawaban responden ≤50% “benar”
Page | 24
5. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang sebelum hamil sudah memiliki penyakit
hipertensi atau sering mengalami peningkatan tekanan darah.
Kriteria Objektif :
1) Resiko tinggi : Jika ibu memiliki riwayat hipertensi
2) Resiko rendah : Jika ibu tidak memiliki riwayat hipertensi
Page | 25
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Survey Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional
study yaitu variabel dependent dan variabel independent akan dikumpulkan dalam waktu yang
sama dan pengukurannya dilakukan pada saat yang bersaman pula.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Sawerigading
Palopo
2. Waktu penelitian : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011
C.Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang dirawat di Rumah Sakit Umum
Sawerigading Palopo tahun 2011 yang ada saat penelitian dilaksanakan pada tanggal 10
Juli-30 Juli 2011 yaitu sebanyak 50 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang dinyatakan mengalami
preeklampsia berdasarkan hasil diagnosa dokter/bidan yang dirawat di Rumah Sakit Umum
Sawerigading Palopo tahun 2011 yaitu sebanyak 22 orang.
Page | 26
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data yang digunakan ada 2 yaitu :
1. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian dilakukan dengan pengamatan
langsung dilapangan, mengadakan wawancara dengan ibu hamil yang mengalami
preeklampsia.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian ini dilakukan dengan membaca
literature dan buku-buku yang menyangkut kerangka teori serta relevan dengan masalah
preeklampsia.
E. Cara pengolahan, Penyajian, dan Teknis Analisa Data
1. Pengolahan data
Data yang diperoleh dari tempat pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum
Sawerigading Palopo dengan melihat catatan medis dan perawatan, juga dari hasil
wawancara dengan pasien. Selanjutnya data akan diolah menggunakan komputer dengan
program SPSS 12. Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah :
1) Editing
Dilakukan setelah data terkumpul dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa
kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman data.
2) Coding
Data yang didapatkan setelah editing selanjutnya diberikan kode atau simbol-
simbol sehingga dapat memudahkan dalam mengelompokkan data-data menurut
sumber yang diteliti.
Page | 27
3) Tabulasi
Selanjutnya data dibuat dalam bentuk table agar dapat memudahkan perhitungan
dan analisa.
2. Penyajian Data
Data karakteristik penderita disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, menggunakan
tabel dan grafik pada masing – masing faktor yang telah diteliti.
3. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
persentase berdasarkan rumus :
Keterangan : P = Persentase yang dicari.
f = Frekuensi faktor variabel (observasi).
N = Jumlah sampel (populasi)
Page | 28
P = fN
×100 %
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 29 September 2007. KEBUTUHAN GIZI.
http://futabashou534.multiply.com/journal/item/55. diperoleh 05 Januari 2011
Bundapiaradaku,13 Desember 2010. Waspadai Preeklampsia saat
Kehamilan.http://bundapiaradaku.wordpress.com/2010/12/13/waspadai-preeklampsia-
saat-kehamilan/diperoleh 04 Januari 2011
Helda, 2001. Faktor-faktor yang berhubungan dengan preeklampsia/eklampsia pada ibu
hamil di RSU Tangerang dari Januari-Desember 2000.
http://eprints.ui.ac.id/252246/1-71209-T 7249-faktor-faktor pdf/ diperoleh 04 Januari
2011
Kadaso, Tajuddin,2010. Panduan Penulisan Skripsi/KTI. Akademi Kebidanan Kamanre ≠
dipublikasikan
Manuaba. I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan bidan. Editor, Seriawan,Ed.I. Jakarta. EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Preeklampsia dalam Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
Ong Tjandra, Rambulangi John, 27 Juli 2008. PRE-EKLAMPSIA-EKLAMSIA.http://kuliah
bidan.wordpress.com/2008/07/27/preeclampsia-eklampsia/ diperoleh 20 Desember
2010
Prawirohardjo. S. 2002.Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Page | 29
Rozikhan,dr, 2007. Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Preeklampsia Berat di RSU Dr.It.
Soewondo Kendal. http://eprintz.undip.ac.id/183421/1/ROZIKHAN.pdf. diperoleh 20
Desember 2010
Saifuddin, AB. 2002. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Susanto.H. 2003. Obstetri Patologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,Bandung
Wirawan,M,C, 17 Februari 2009.Preeklampsia dan Eklampsia Pada Kehamilan.
http://www.blogdokter.net/2009/02/17/preeklampsia-dan-eklampsia-pada-kehamilan /
diperoleh 20 Desember 2010
Wirianto,dr, 1999. Obstetri dan Ginekologi. Akademi Kebidanan Kamanre ≠ dipublikasikan
Page | 30