PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
A. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
a. Karakteristik Umum Anak Usia Dini
Mengenal karakteristik peserta didik untuk kepentingan proses pembelajaran merupakan
hal yang penting. Adanya pemahaman yang jelas tentang karakteristik peserta didik akan
memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. Berdasarkan
pemahaman yang jelas tentang karakteristik peserta didik, para guru dapat merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaransesuai perkembangan anak. Pembahasan berikut ini tidak
akan mengurangi secara rinci teori-teori perkembangan anak usia ini karena hal itu perlu kajian
tersendiri. Namun dalam uraian ini akan diidentifikasi sejumlah karakteridtik anak usia TK untuk
kepentingan pembahasan
pengelolaan kelas di TK.
Menurut Mushtafa (2002) praktik pendidikan dan pengajaran anak usia dini selama
beberapa dasawarsa belakangan ini sangat dipengaruhi oleh teori perkembangan Jean Piaget.
Piaget mengkatagorikan empat tahapan perkembangan kognitif dan afektif yang dilalui manusia.
Menurut teori ini, anak-anak berkembang secara kognitif melalui keterlibatan aktif dengan
lingkungannya. Dikaitkan dengan teori ini, perkembangan anak usia dini berada pada tahap
berpikir praoperasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini perkembangan anak sudah ditandai
dengan per-kem-bangan bahasa dan berbagai bentuk representasi lainnya serta perkem-bangan
konseptual yang pesat. Proses berfikir anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol seperti
kata-kata yang mampu mengung-kapkan pengalaman masa lalu. Manipulasi symbol, termasuk
kata-kata, merupakan karakteristik penting dari tahap praoperasional. Hal ini tampak dalam
meniru sesuatu yang tertunda sehingga menghasilkan suatu tindakan yang telah dilihat di masa
lalu dan dalam imajinasi anak-anak atau pura-pura bermain (Piaget, 1951) yang dikutip Mussen,
Conger, Kagen dan Huston (1984). Nalar anak-anak pada tahap ini belum tampak logis dan
mereka cenderung sangat egosentris. Egosentris pada anak usia prasekolah tidak berarti ia
mementingkan diri sendiri, melainkan anak usia prasekolah tidak dapat melihat sesuatu dari
pandangan orang lain.
Anak-anak usia 2-4 tahun menurut Musthafa (2002) mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Anak-anak prasekolah mempunyai kepekaan bagi perkembangan bahasanya.
2. Mereka menyerap pengetahuan dan keterampilan berbahasa dengan cepat dan piawai dalam
mengolah input dari lingkungannya.
3. Modus belajar yang umumnya disukai adalah melalui aktivitas fisik dan berbagai situasi yang
bertautan langsung dengan minat dan pengalamannya.
4. Walaupun mereka umumnya memiliki rentang perhatian yang pendek, mereka gandrung
mengulang-ngulang kegiatan atau permainan yang sama.
5. Anak-anak prasekolah ini sangat cocok dengan pola pembelajaran lewat pengalaman konkret
dan aktivitas motorik.
Sementara itu, anak-anak usia 5-7 tahun sebagai tahun-tahun awal memasuki sekolah
dasar mereka mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Kebanyakan anak-anak usia ini masih berada pad tahap berpikir praoperasional dan
cocok belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi tujuan sesaat.
2. Mereka gandrung menyebut nama-nama benda, medefinisikan kata-kata, dan
mempelajari benda-benda yang berada di lingkungan dunianya sebagai anak-anak
3. Mereka belajar melalui bahasa lisan dan pad tahap ini bahasanya telah berkembang
dengan pesat, dan
4. Pada tahap ini anak-anak sebagai pembelajar memerlukan struktur kegiatan yang jelas
dan intruksi spesifik.
Usia dini merupakan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan
perkembangan masa selanjutnya. Berbagai studi yang dilakukan para ahli menyimpulkan bahwa
pendidikan anak sejak usia dini dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas
kerja masa dewasanya.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal,
dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Adapun menurut para ahli sebagai berikut :
1. Erickson (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993 :
Mengemukakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebagai manusia.
Prilaku yang berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak”.
2. Eric Fromm (1937)
Mengemukakan bahwa “orang yang berkemungkinan menjadi neurotic adalah orang yang pernah
mengalami kesulitan-kesulitan dalam taraf yang serius, terutama disebabkan oleh pengalaman
pada masa kanak-kanak”.
Begitu pentingnya masa usia dini ini, sampai-sampai Sigmund Freud berpendapat bahwa
“Child is Father Of Man” (anak adalah ayah dari manusia), artinya masa anak sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang.
Secara umum, masa ini memiliki karakteristik atau sifat-sifat sebagai berikut (M.
Solehuddin dan Ihat Hatimah dalam M. Ali (Ed.), 2007: 1097-1098).
a. Unik. Artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya. Anak memiliki bawaan, minat,
kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing. Meskipun terdapat pola urutan
umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, pola perkembangan dan
belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lainnya.
b. Egosentri. Anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan
kepentingannya sendiri. Bagi anak, sesuatu itu akan penting sepanjang hal tersebut terkait
dengan dirinya.
c. Aktif dan Energik. Anak lazimnya senang melakukan berbagai aktivitas. Selama terjaga
dari tidur, anak seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah bosan, dan tidak pernah
berhenti dari aktivitas, terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan yang baru
dan menantang.
d. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Anak cenderung banyak
memerhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat
dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal yang baru.
e. Eksploratif dan berjiwwa petualang. Terdorong oleh rasa ingin yahu yang kuat, anak
lazimnya senang menjajal, mencoba, dan mempelajari hal-hal yang baru dibelinya.
Kadang-kadang ia terlibat secara intensif dalam kegiatan memerhatikan, memainkan, dan
melakukan sesuatu dengan benda-benda yang dimilikinya.
f. Spontan. Prilaku yang ditampilkan anak umumnya relative asli dan tidak ditutup-tutupi
sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya. Ia akan marah
kalau ada yang membuatnya jengkel, ia akan menangis kalau ada yang membuatnya
sedih dan ia pun akan memperlihatkan wajah yang ceria kalau ada yang membuatnya
bergembira, tidak peduli dimana dan dengan siapa ia berada.
g. Senang dan kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hah-hal yang imajinatif. Anak
tidak saja senang terhadap cerita-cerita hayal yang disampaikan oleh oprang lain, tetapi ia
sendiri juga senang bercerita kepada orang lain. Kadang-kadang ia juga dapat bercerita
melebihi pengalaman aktualnya atau kadang-kadang bertanya tentang hal-hal yang gaib
sekalipun.
h. Masih mudah frustasi. Umumnya anak masih mudah frustasi, atau kecewa bila
menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah menangis atau marah bila
keinginannya tidak terpenuhi. Kecendrungan prilaku anak seperti ini terkait dengan sifat
egosentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya yang masih tinggi, serta rasa
empatinya yang masih relative terbatas.
i. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Sesuai dengan perkembangan
cara berpikirnya, anak lazimnya belum memiliki rasa pertimbangan yang matang,
termasuk berkenaan dengan hal-hal yang membahayakan. Ia kadang-kadang melakukan
sesuatu yang membahayakan dirinya dan orang lain.
j. Daya perhatian yang pendek. Anak lazimnya memiliki daya perhatian yang pendek,
kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsic menarik dan menyenangkan. Ia masih
sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu yang lama.
k. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman. Anak senang melakukan
berbagai aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya. Ia
senang mencari tahu tentang berbagai hal, mempraktekkan berbagai kemampuan dan
keterampilan, serta mengembangkan konsep dan keterampilan baru. Namun tidak seperti
orang dewasa cenderung banyak belajar dari pengalaman melalui interaksi dengan benda
atau orang lain daripada belajar dari simbol.
i. Semakin menunjukkan minat terhadap teman. Seiring dengan bertambahnya usia dan
pengalaman sosial, anak semakin berminat terhadap orang lain. Ia mulai menunjukkan
kemampuan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya. Ia memiliki
penguasaan perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena
itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga
dYasminding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara
lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
a. Usia 0 - 1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat
dYasminding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada
usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain :
1. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
2. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba,
mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
3. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial
dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi
anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.
b. Usia 2 – 3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya.
Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang
dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :
1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan
observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak
terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif.
Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dYasminding sepanjang
usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
2. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu
dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi,
memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran. Anak mulai
belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana
lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih
banyak pada lingkungan.
c. Usia 4 – 6 tahun
Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini
bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang
lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang
luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala
sesuatu yang dilihat.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas
bermain dilakukan anak secara bersama.
d. Usia 7 – 8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :
1. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara
kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir
analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
2. Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini
ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan
teman sebaya.
3. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang
dengan saling berinteraksi.
4. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian
anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak
sebenarnya telah menampakkan hasil.
Untuk memahami karakteristik anak usia dini lebih lanjut, pada paparan berikut akan
diuraikan berbagai pendapat dari para ahli. Paparan ini membahas karakteristik setiap aspek
perkembangan, baik yang menyangkut fisik, psikis, sosial, maupun moral-spiritual.
Yelon dan Weinstein (1977: 15-17) mengemukakan karakteristik perkembangan anak
usia dini sebagai berikut :
Aspek Usia Usia 1 - 3 Usia Prasekolah
1. Fisik a. Sangat aktif.
b. Belajar merangkak, brjalan, lari,
memanjat, makan sendiri,
bermain balok, dan menggaruk.
c. Belajar kebiasaan ke toilet.
a. Sangat aktif.
b. Dapat mengordinasikan mata
dan tangan, melempar,
menangkap, loncat, melompat,
menggambar, dan menulis.
c. Dapat belajar berbagai
keterampilan tangan
sederhana.
2. Mental a. Perkembangan bahasa dari
menangis ke berbicara
b. Belajar konsep-konsep, seperti :
warna, satu, dan banyak.
a. Egosentris, belum memahami
pandangan atau perasaan orang
lain.
b. Perkembangan bahasa : dapat
c. Memandang benda sebagai
sesuatu yang dapat berprilaku.
berbicara dalam
bentukkalimat, perbendaharaan
bahasanya sudah bertambah
banyak, dan sangat tertarik
dengan kisah-kisah.
c. Memiliki kesulitan untuk
berpikir abstrak.
3. Sosial a. Mulai senang bermain di luar
rumah.
b. Menyenangi nak-anak yang lain,
tetapi belum bisa bermain
dengan mereka.
a. Mulai menghormati otoritas.
b. Sudah dapat mengikuti aturan.
c. Sudah dapat berteman,
meskipun belum mempunyai
teman yang tetap.
4. Emosional 1. Dapat merespons terhadap kasih
sayang dan persetujuan.
2. Masih tergantung pada orang
tua.
3. Berkembangnya beberapa
bentuk pernyataan perasaan dari
yang sebelumnya hanya dengan
menangis.
1. Dapat merespons terhadap
kasih sayang dan persetujuan.
2. Mulai memerhatikan tipe-tipe
oaring, baik yang terkait
dengan jenis kelamin, peranan,
maupun kemampuannya.
3. Dapat merespons kegiatan
rutin dengan baik.
4. dapat mengekspresikan semua
emosinya.
Respons Orang
Dewasa (Orang
Tua atau Guru)
1. Menanamkan kedisiplinan yang
ringan secara konsisten.
2. Memberikan perlindungan tanpa
bersikap “over protection”.
3. Berbicara dengan anak dan
merespons pembicaraannya.
4. Memberikan kesempatan untuk
aktif bergerak dan bereksplorasi.
5. Memberikan penghargaan
1. Menanamkan sikap tanggung
jawab dan independen.
2. Menjawab pertanyaan anak.
3. Membenikan berbagai objek
fisik untuk dieksplorasi.
4. Memberikan pengalaman
berinteraksi sosial melalui
bekerja dengan kelompok
kecil.
kepada prilaku anak yang baik. 5. Membuat program-program
kegiatan, seperti menyanyi,
dan menari.
6. Melakukan berbagai kegiatan
untuk mengembangkan bahasa
anak, seperti: bercerita tentang
kisah-kisah, membuat
klasifikasi (benda-benda atau
hal lain), mendiskusikan
masalah-masalah sederhana,
dan membuat peraturan.
Balitbang Diknas (2002) mengemukakan karakteristik setiap aspek perkembangan bagi
anak usia dini sebagai berikut (karakteristik yang ditampilkan hanya sebagiannya).
1. Fisik (0 - 12 Bulan) :
a. Motorik Halus.
Memegang, mengambil, dan melempar benda (seperti balok).
Memegang botol susu dalam mulutnya.
Bertepuk tangan..
b. Motorik Kasar.
Mengangkat kepala.
Membalikan badan.
Merangkak.
Duduk dan Berdiri.
Berjalan sendiri beberapa langkah.
Fisik (1 - 3 Tahun) :
a. Motorik Halus
Mencoret-coret dengan alat tulis dan menggambar bentuk-bentuk sederhana (garis dan lingkaran
beraturan).
Bermain dengan balok.
b. Motorik Kasar.
Dapat benjalan dengan lancar.
Mencoba memanjat ketinggian (kursi, meja, atau tangga).
Fisik (4 - 6 Tahun) :
a. Motorik halus.
Dapat mengurus sendiri.
Belajar menggunting.
Menjahit sederhana.
Melipat kertas sederhana.
b. Motonik Kasar.
Berlari dengan cepat.
Naik tangga.
Melompat di tempat.
Dapat bangun dari tidur tanpa berpegangan.
2. Bahasa (0 - 12 Bulan) :
Menangis.
Mengoceh.
Bereaksi ketika namanya dipanggil.
Bahasa (1 - 3 Tahun) :
Mengucapkan kalimat terdiri dari dua kata.
Dapat menggunakan bahasa isyarat.
Mengerti perintah sederhana.
Dapat menyebut nama dirinya.
Dapat menggunakan kalimat tanya (seperti “apa ini?”).
Mengerti larangan “jangan”.
Bahasa (4 - 6 Tahun) :
Menyebutkan nama, jenis kelamin, umur, dan alamat rumah.
Berbicara lancar dengan kalimat sederhana.
Dapat menggunakan dan menjawab pertanyaan “apa”,“mengapa’
“dimana”,“berapa”,“bagaimana’, dan “kapan”.
Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana.
3. Kognitif / Daya Cipta (0 - 12 Bulan) :
Mengamati mainan.
Mengenal dan membedakan wajah ayah dan ibu.
Memasukkan benda ke dalam mulut.
Kognitif / Daya Cipta (1 - 3 Tahun) :
Mulai mengenal benda milik sendiri.
Mulai mengenal konsep warna dan bentuk.
Meniru perbuatan orang lain.
Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar dengan banyak bertanya.
Mengenal makhluk hidup.
Kognitif / Daya Cipta (4 - 6 Tahun) :
Dapat menggunakan konsep waktu.
Dapat mengelompokkan benda dengan berbagai cara (warna, ukuran, bentuk).
Mengenal bermacam-macam rasa, bau, suara, ukuran, dan jarak.
Mengenal sebab akibat.
Dapat melakukan uji coba sederhana.
Mengenal konsep bilangan.
Mengenal bentuk-bentuk geometri.
Mengenal alat untuk mengukur.
Mengenal penambahan dan pengurangan dengan benda-benda.
4. Sosial-Emosi (0 - 12 Bulan) :
Membalas senyuman orang lain.
Menangis sebagai reaksi terhadap perasaannya yang tidak nyaman.
Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut
Usia 0 – 1 tahunPada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain :
1. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
2. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
3. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya
Anak Usia 2 – 3 tahunAnak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :
1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
2. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
3. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
5. Usia 7 – 8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :
1. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
2. Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
3. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
4. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.
Kondisi Yang Mempengaruhi Anak Usia DiniBanyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Faktor bawaan2. Faktor lingkungan
Pertama, faktor bawaan adalah faktor yang diturunkan dari kedua orangtuanya, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Faktor bawaan lebih dominan dari pihak ayah daripada ibu atau sebaliknya. Faktor ini tidak dapat direkayasa oleh orangtua yang menurunkan. Dan hanya ditentukan oleh waktu satu detik, yaitu saat bertemunya sel sperma dan ovum. Oleh karena itu, saat ovulasi merupakan saat paling berharga untuk sepanjang hidup manusia, karena pada saat itulah diturunkan sifat bawaan yang akan terbawa sepanjang usia manusia.Kedua, faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari luar faktor bawaan, meliputi seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak. Lingkungan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu lingkungan dalam kandungan dan lingkungan di luar kandungan.Lingkungan dalam kandungan sangat penting bagi perkembangan anak. Karena perkembangan janin dalam kandungan mengalami kecepatan luar biasa, lebih cepat 200.000 kali dibanding perkembangan sesudah lahir. Oleh karena itu lingkungan yang positif dalam kandungan akan berpengaruh positif bagi perkembangan janin, demikian juga sebaliknya.
Lingkungan di luar kandungan, juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak usia dini. Sebab anak menjadi bagaimana seorang anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Lingkungan luar kandungan dibedakan menjadi tiga hal yaitu :
1. Lingkungan keluarga, yaitu lingkungan yang dialami anak dalam berinteraksi dengan anggota keluarga baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan keluarga khususnya dialami anak usia 0 – 3 tahun. Usia ini menjadi landasan bagi anak untuk melalui proses selanjutnya.
2. Lingkungan masyarakat atau lingkungan teman sebaya. Seiring bertambahnya usia, anak akan mencari teman untuk berinteraksi dan bermain bersama. Kondisi teman sebaya turut menentukan bagaimana anak jadinya.
3. Lingkungan sekolah. Pada umumnya anak akan memasuki lingkungan sekolah pada usia 4 – 5 tahun atau bahkan yang 3 tahun. Lingkungan di sekolah besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Sekolah yang baik akan mampu berperan secara baik dengan memberi kesempatan dan mendorong anak untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya.
Pola Perkembangan Anak Usia DiniPerkembangan setiap anak memiliki pola yang sama, walaupun kecepatannya berbeda. Setiap anak mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri. Sebagian anak berkembang dengan tertib tahap demi tahap, langkah demi langkah. Namun sebagian yang lain mengalami kecepatan melonjak. Di samping itu ada juga yang mengalami penyimpangan atau keterlambatan. Namun secara umum setiap anak berkembang dengan mengikuti pola yang sama. Beberapa pola tersebut antara lain :
Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mengikuti hukum perkembangan yang disebut “cephalocaudal” dan “proximodistal”. Hukum cephalocaudal menyatakan bahwa perkembangan dimulai dari kepala kemudian menyebar ke seluruh tubuh sampai ke kaki. Sedangkan hukum proximodistal menyatakan bahwa perkembangan bergerak dari pusat sumbu ke ujung-ujungnya atau dari bagian yang dekat sumbu pusat tubuh ke bagian yang lebih jauh.
Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju ke tanggapan khusus
Bayi pada awal perkembangan memberikan reaksi dengan menggerakkan seluruh tubuh. Semakin lama ia akan mampu memberikan reaksi dalam bentuk gerakan khusus. Demikian seterusnya dalam hal-hal lain.
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan
Proses perkembangan diawali dari bertemunya sel sperma dan ovum yang disebut ovulasi, dan terus secara berkesinambungan hingga kematian. Kadang perlahan, kadang cepat, kadang maju terus, kadang sejenak mundur. Satu tahap perkembangan menjadi landasan bagi tahap
perkembangan selanjutnya. Tidak ada pengalaman anak yang sia-sia atau hilang terhapus. Hanya tertutupi oleh pengalaman-pengalaman berikutnya.
Terhadap periode keseimbangan dan tidak keseimbangan
Setiap anak mengalami periode dimana ia merasa bahagia, mudah menyesuaikan diri dan lingkungannya pun bersikap positif terhadapnya. Namun juga ada masa ketidakseimbangan yang ditandai dengan kesulitan anak untuk menyesuaikan diri, sulit diatur, emosi negatif dan sebagainya. Pola tersebut bila digambarkan ibarat spiral yang bergerak melingkar dengan jangka waktu kurang lebih 6 bulan, hingga akhirnya anak menemukan ketenangan dan jati diri.
Terhadap tugas perkembangan yang harus dilalui anak dari waktu ke waktu
Tugas perkembangan adalah sesuatu yang harus dilakukan atau dicapai oleh anak berdasarkan tahap usianya. Tugas perkembangan bersifat khas, sesuai dengan tuntutan dan ukuran yang berlaku di masyarakat. Misalnya bayi lahir dia akan melaksanakan tugas perkembangan berguling, tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, bermain dan seterusnya. Kualitas dan kuantitas tugas perkembangan antara satu daerah berbeda dengan daerah lain.
Cara Belajar Anak Usia DiniAnak pada usia dini (0 – 8 tahun) memiliki kemampuan belajar yang luar biasa. Khususnya pada masa kanak-kanak awal. Keinginan anak untuk belajar menjadikan ia aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk dapat memahami sesuatu, dan dalam waktu singkat ia akan beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkungan lah yang kadang menjadikan anak terhambat dalam mengembangkan kemampuan belajarnya. Bahkan seringkali lingkungan mematikan keinginannya untuk bereksplorasi.Cara belajar anak mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya usia. Secara garis besar dapat diuraikan cara belajar anak usia dini mulai dari awal perkembangan.
Usia 0 – 1 tahun
Anak belajar dengan mengendalikan kemampuan panca inderanya. Yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan perasa. Secara bertahap panca indera anak difungsikan lebih sempurna. Hingga usia satu tahun anak ingin mempelajari apa saja yang dilihat dengan mengarahkan seluruh panca indera. Hal itu nampak pada aktivitas anak memasukkan segala macam benda ke dalam mulut sebagai bagian dari proses belajar.
Usia 2 – 3 tahun
Anak melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh. Ia memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk kemudian ditiru. Jadi cara belajar anak yang utama pada usia ini adalah meniru. Meniru segala hal yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan bahasa
anak pada usia tersebut sudah mulai berkembang. Anak mengembangkan kemampuan berbahasa juga dengan cara meniru.
Usia 4 – 6 tahun
Kemampuan bahasa anak semakin baik. Begitu anak mampu berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak dengan cara bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksikan. Pertanyaan yang tiada putus. Saat demikian kognisi anak berkembang pesat dan keinginan anak untuk belajar semakin tinggi. Anak belajar melalui bertanya dan berkomunikasi.
Usia 7 – 8 tahun
Perkembangan anak dari berbagai aspek sudah semakin baik. Walau demikian proses perkembangan anak masih terus berlanjut. Anak melakukan proses belajar dengan cara yang semakin kompleks. Ia menggunakan panca inderanya untuk menangkap berbagai informasi dari luar. Anak mulai mampu membaca dan berkomunikasi secara luas. Hal itu menjadi bagian dari proses belajar anak.