Peningkatan Kapabilitas Militer India Sebagai Dampak
Modernisasi Militer Tiongkok
2005-2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ayu Wismayanti Wulandari
1111113000039
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
Peningkatan Kapabilitas Militer India Sebagai Dampak
Modernisasi Militer Tiongkok
2005-2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ayu Wismayanti Wulandari
1111113000039
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
“Peningkatan Kapabilitas Militer India Sebagai Dampak Modernisasi
Militer Tiongkok 2005-2015”
1. Merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 14 Maret 2017
Ayu Wismayanti Wulandari
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Ayu Wismayanti Wulandari
NIM : 1111113000039
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
“Peningkatan Kapabilitas Militer India Sebagai Dampak Modernisasi
Militer Tiongkok 2005-2015”
dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 14 Maret 2017
Mengetahui,
Ketua Prodi Hubungan Internasional
M. Adian Firnas, S.IP, M.Si
Menyetujui,
Dosen pembimbing
Robi Sugara, M.Sc
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
“Peningkatan Kapabilitas Militer India Sebagai Dampak Modernisasi Militer
Tiongkok 2005-2015 ”
Oleh
Ayu Wismayanti Wulandari (1111113000039)
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 31
Maret 2017 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar
Sarjana (S.sos) Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Ketua,
M. Adian Firnas, S.IP, M.Si
NIP.
Sekretaris,
Eva Mushoffa, MHSPS
NIP.
Penguji I,
Ahmad Alfajri, S.Sos, MAIR
NIP.
Penguji II,
Ahmad Saifuddin Zuhri, S.IP, L.M.
NIP
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 31 Maret 2017.
Ketua Prodi Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta
M. Adian Firnas, S.IP, M.Si
NIP.
v
ABSTRAKSI
Skripsi ini membahas tentang respon India terhadap modernisasi militer
Tiongkok pada 2005-2015. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis respon
apa saja yang dilakukan India perihal modernisasi militer yang dilakukan oleh
Tiongkok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan
data adalah dengan menggunakan data sekunder melalui studi pustaka.
Kerangka teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah konsep
security dilemma dan konsep arms race. Dalam hubungan internasional struktur
anarki telah membuat setiap negara merasa tidak aman (mengalami security
dilemma), sehingga harus mencari jalan untuk bertahan, salah satunya dengan
saling meningkatkan kapabilitas militer. Peningkatan kapabilitas militer tersebut
kemudian memicu terjadinya perlombaan senjata atau arm race.
Dalam kebijakan militernya, Tiongkok fokus pada perkembangan
pembangunan basis pertahanan di wilayah perbatasan antara Tiongkok dan India
sehingga India merasa secara tidak langsung menjadi target dari Tiongkok. Dari
hasil analisa penulis dengan menggunakan konsep-konsep tersebut, skripsi ini
menggambarkan bahwa modernisasi militer yang dilakukan Tiongkok telah
memposisikan kesenjangan militer antara Tiongkok-India dan membuat India
mengalami dilema keamanan. Respon India terhadap modernisasi militer yang
dilakukan oleh Tiongkok bersifat ganda. Dari segi militer, India terus
meningkatkan pembangunan teknologi militer, kerja sama dengan Jepang dan
meningkatkan kemampuan nuklir. Dari segi politik, India secara intensif terus
melakukan berbagai perundingan dengan Tiongkok, terutama untuk mencari
solusi non-militer menyangkut masalah perbatasan. Sementara itu dari segi
ekonomi dan perdagangan, India memperbanyak perjanjian kerja sama dengan
Tiongkok, sehingga timbul istilah Chindia.
Kata kunci: Tiongkok, India, modernisasi militer, Arm race, Security dilemma.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbilalamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Salawat serta salam
penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan seluruh sahabatnya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan
Kapabilitas Militer India Sebagai Dampak Modernisasi Militer Tiongkok 2005-
2015” sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari apabila tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan
skripsi ini akan terasa sulit. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis ingin mengucapkan terimakasih dan memberikan penghargaan kepada:
1. Bapak Adian Firnas M.Si selaku Ketua Prodi Hubungan Internasional dan
Ibu Eva Mushoffa MSHPS selaku Sekretaris Prodi Hubungan
Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Robi Sugara, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktu untuk bimbingan dengan sabar, arahan serta masukan
bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Keluarga penulis, yang terkasih Ibu Yogawati dan Bapak Suparmo atas
seluruh cinta dan kasih yang diberikan kepada penulis. Terima kasih atas
doa, bimbingan dan nasihat, kesabaran, serta sokongan moril dan materil
yang tak terhingga jumlahnya hingga detik ini. Juga tidak lupa adik Wisnu
yang (...), makasih ya. Serta Keluarga besar R. Achmad Chubaedah
vii
(terutama Uti dan Kakung) dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu
karena terlalu Besar.
4. Untuk para sahabat senasib sepenanggungan penulis di AMMA team Amy
STN, DinaCuba, Revyaja, Tiwijek, serta teman-teman terkasih Catur, Gita,
yang telah membantu membakar semangat dan mensupport penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Terimakasih juga untuk Zulfa, Clara DN, Siska, Vian, Ratih, juga Almh.
Mami Budi, Mbak dan Abang yang selalu sabar dengan moodynya saya,
senantiasa menghibur dan memberikan masukan-masukan positif pada
penulis.
6. Untuk kawan-kawan penulis di HI UIN kelas A, terima kasih juga kepada
seluruh teman-teman mahasiswa/i Hubungan Internasional angkatan 2011.
7. Kemudian yang terakhir, penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-
pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, namun
tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan-kebaikan dari semuanya. Aamiin.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis tidak luput dari kesalahan-
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap masukan
berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini
dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 17 Februari 2017
Ayu Wismayanti Wulandari
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iv
ABSTRAKSI .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah ........................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
1. Tujuan ............................................................................................. 6
2. Manfaat ........................................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7
E. Kerangka Teori................................................................................... 9
1. Security Dilemma.......................................................................... 10
2. Arm Race ...................................................................................... 11
F. Metodologi Penelitian ...................................................................... 13
1. Metode Penelitian.......................................................................... 13
2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 14
3. Sumber Data Penelitian ................................................................. 14
4. Teknik Penulisan ........................................................................... 14
G. Sistematika Penelitian ...................................................................... 14
BAB II HUBUNGAN BILATERAL INDIA DAN TIONGKOK ................... 16
A. Hubungan India dan Tiongkok Periode 1950-1962 .......................... 16
ix
B. Hubungan India dan Tiongkok pasca Perang 1962 ........................... 19
C. Pemulihan Hubungan Diplomatik India dan Tiongkok..................... 21
BAB III MODERNISASI DAN PENINGKATAN MILITER TIONGKOK 33
A. Keinginan Tiongkok Menjadi Pemimpin di Kawasan ...................... 33
1. Pengembangan Militer Tiongkok di Tibet .................................... 54
2. Penggelaran Militer Tiongkok di Samudera Hindia ..................... 57
3. Strategi Tiongkok di Asia Selatan ................................................ 59
B. Dampak Kebijakan Keamanan Tiongkok terhadap Kawasan Sekitar 65
1. Dampak Militerisasi Tiongkok terhadap Hubungan Tiongkok-
Taiwan ........................................................................................... 68
2. Dampak Militerisasi Tiongkok terhadap Hubungan Tiongkok-
Jepang ............................................................................................ 71
BAB IV RESPON INDIA TERHADAP MODERNISASI DAN
PENINGKATAN MILITER TIONGKOK PERIODE 2005-2015 ................ 76
A. Dampak Modernisasi Militer Tiongkok bagi India .......................... 76
B. Respons India Terhadap Modernisasi dan Peningkatan Kekuatan
Militer Tiongkok .............................................................................. 81
1. Fokus Strategi India terhadap Tiongkok ....................................... 81
2. Pendekatan India yang Mendua terhadap Tiongkok ..................... 87
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 92
A. Kesimpulan ...................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ x
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbatasan India-Tiongkok (Garis Merah)…………………………18
Gambar 3.1 Struktur Lama (1985-2015)PLA........................................................40
Gambar 3.2 Struktur Baru (2015-2020)PLA.........................................................41
Gambar 3.3 Geo Politik Tiongkok.........................................................................46
Gambar 3.4 Jangkauan Rudal Tiongkok................................................................47
Gambar 3.5 Ketidakseimbangan Kekuatan Militer Tiongkok dan India...............61
Gambar 3.6 Level Hubungan Bilateral Tiongkok & Taiwan.................................69
Gambar 4.1 Level Hubungan Bilateral Tiongkok & Jepang …………...………..72
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kekuatan Militer Tiongkok (2012)........................................................48
Tabel 3.2 Kekuatan Peluru Kendali Tiongkok.......................................................50
Tabel 3.3 Estimasi GDP & Anggaran militer Tiongkok Tahun 2030....................52
xii
DAFTAR SINGKATAN
AS Amerika Serikat
ASBM Anti-Ship Ballistic Missile
ASEAN Association of South East Asia Nations
CCP Chinesse Communist Party
CICIR China Institute of Contemporary International Relations
CIIR China Institute for International Relations
CII Confederation of Indian Industry
CMC Central Military Commission
CNPC China Petroleum Corporation
CNOOC China National Offshore Oil Company
C4ISR Command, Control, Communication, Computer, Intelligence,
Surveillance and Reconnaissance
GAGAN GPS-Aided Geo-Augmented Navigation system
GDP Gross Domestic Product
GLCM Ground-Launched Cruise Missile
GNB Gerakan Non-Blok
IACCCS Integrated Air Command, Control, and Communications System
IAF Indian Air Force
ICBM Inter-Continental Ballistic Missiles
ICT Information, Communication, and Technology
IEA International Energy Agency
IN Indian Navy
IOR Indian Ocean Rim
xiii
IRNSS Indian Regional Navigational Satellite System
JWG Joint Working Group
LAC Line of Actual Control
MBRL Multi Barrel Rocket Launcher
MIRV Multiple-Independently Targetable Reentry Vehicle
MMRCA Medium Multi-Role Combat Aircraft
MND The Ministry of National Defense
MOU Memorandum of Understanding
MRBM Medium-Range Ballistic Missile
NDPO National Defense Program Outline
NFU Non-first use
OIL Oil India Limited
ONGC Oil and Natural Gas Corporation
OVL ONGC Videsh Limited
PM Perdana Menteri
PLA People’s Liberation Army
PLAAF PLA Air Force
PLARF PLA Rocket Force
PLASAF PLA Second Artilertry Force
SARDP-NE Special Accelerated Road Development Programme for North East
SLOC Sea Lanes of Communication
SRBM Short-Range Ballistic Missiles
SSBN Submersible Ship Ballistic-missile Nuclear
SSN Submersible Ship Nuclear
SWOT Strengths Weakness Opportunities Threat
xiv
TAR Tibet Autonomous Region
UAV Unmanned Aerial Vehicles
WMD Weapon of Mass Destruction
WTO World Trade Organization
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Perdagangan India Tiongkok 2000-2004 xviii
Lampiran 2 Tabel Posisi Negara Tujuan Ekspor India xix
Lampiran 3 Tabel Posisi Negara Tujuan Impor India xx
Lampiran 4 Tabel Peningkatan Kebutuhan Minyak xxi
Lampiran 5 Tabel Analisis SWOT Hubungan Bilateral xxii
Lampiran 6 Tabel Indian nuclear forces xxiii
Lampiran 7 Tabel The Air-Land Balance 2010 and 2030 xxiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini membahas tentang respon yang ditimbulkan oleh adanya
modernisasi militer Tiongkok bagi militer India. Selain itu, skripsi ini juga
membahas tentang faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan peningkatan
kapabilitas maupun kapasitas militer India pada 2005-2015.
India sebagai sebuah negara yang besar memiliki kekuatan militer yang
mampu untuk menjaga stabilitas baik internal maupun eksternal negaranya.
Begitu pula dengan Tiongkok yang memiliki jumlah tentara terbesar di dunia
dengan jumlah tentara aktif yang mencapai 2.333.000 personil. Selain itu,
Tiongkok memiliki tank berjumlah 9150 armada yang menempati peringkat kedua
terbesar di bawah Rusia, serta 67 armada kapal selam yang menempati posisi
kedua terbesar di bawah Amerika.1
Tiongkok menempati peringkat ketiga di bawah Amerika yang menempati
posisi pertama dan Rusia diperingkat kedua dalam bidang militer, dengan jumlah
pengeluaran di bidang militernya sebesar US$ 216 miliar.2 Sejak 2005 hingga
2014, budget pengeluaran Tiongkok dibidang militer meningkat rata-rata sebesar
1 Jeremy Bender, “RANKED:The world‟s 20 Strongest militaries,” Busines Insider
Indonesia; dalam http://www.businessinsider.co.id/these-are-the-worlds-20-strongest-militaries-
ranked-2015-9/?r=US&IR=T#.Vwn0y5x97IU#lWWIsSCBzrWj17dV.97; diakses pada 7 April
2016. 2 Bender, “RANKED:The world‟s 20 Strongest militaries”.
2
9,5% pertahunnya. Hal tersebut memungkinkan Tiongkok untuk melakukan
modernisasi militernya diberbagai bidang baik darat, laut, maupun udara.3
Mulai 2011, Tiongkok memfokuskan pembangunan infrastrukturnya pada
Tibet Autonomous Region (TAR) yang merupakan basis pertahanannya. A.K.
Antony4 menginformasikan kepada parlemen India mengenai pembangunan
Tiongkok di Tibet tersebut, yang dimulai dari pembangunan rel kereta, jalan raya,
jalur udara, dan infrastruktur telekomunikasi.5 Antony juga menyebutkan bahwa
Tiongkok telah mengembangkan jalan sepanjang 58.000 km dan membangun lima
lapangan terbang di Gongar, Pangta, Linchi, Hoping, dan Gar Gunsa6.
Selain itu, Tiongkok juga meningkatkan militernya di Tibet dengan basis
pertumbuhan infrastruktur regional. Menurut analis pertahanan, Vijay K. Nair,
Tiongkok telah meningkatkan rudal balistik nulirnya dengan menjadikan India
sebagai targetnya. Tidak hanya misil CSS-2 dengan jarak tembak sejauh 3100 km
yang dirancang oleh angkatan darat di Jianshui, tetapi juga rudal balistik tipe
Dong Feng-21 (CSS-5) yang ditempatkan sepanjang perbatasan India menjadikan
ancaman Tiongkok terhadap India semakin nyata.7
3 Ian E. Rinehart and David Gitter, The Chinese Military: Overview and Issues for
Congress (Washington, DC: Congressional Research Service, 18 September 2015). 4 A.K Antony adalah Menteri pertahanan India yang telah menjabat selama dua periode
(26 October 2006 – 26 May 2014). Diakses dari http://www.elections.in/political-
leaders/arackaparambil-kurien-antony.html pada 7 Oktober 2015. 5 Gurmeet Kanwal and Monica Chansoria,”China Preparing Tibet as Future War Zone,”
Deccan Herald; dalam http://www.deccanherald.com/content/165996/china-preparing-tibet-
future-war.html; diakses pada 7 Oktober 2015. 6 Monica Chansoria,”China‟s Infrastructure Development in Tibet: Evaluating
Trendliness,” Manekshaw Paper, No.32 (2011): 14. 7 Arun Sahgal, “China‟s Military Modernization: Responses from India,” strategic asia
2012–13, (2012): 281.
3
Tiongkok menyebarkan kekuatan lautnya di kawasan Samudera Hindia,
tepatnya dengan menempatkan angkatan militernya disetiap pelabuhan yang
dibangun di kawasan Samudera Hindia. Tiongkok mengerahkan kapal selam jin
class pada 2008 di sebuah pangkalan kapal selam di Sanya, ujung selatan Hainan.
Pangkalan kapal selam tersebut hanya berjarak 1200 mil dari selat Malaka yang
merupakan jalur terdekat menuju Samudera Hindia. Pangkalan kapal selam ini
memiliki akses bawah tanah yang membuat mereka sulit terdeteksi.8
Dalam National Defense Program Outline (NDPO), Jepang sangat
khawatir akan aktifitas modernisasi dan peningkatan anggaran militer angkatan
bersenjata Tiongkok (PLA).9 Pada saat bersamaan, Korea Selatan juga melakukan
modernisasi militer dalam menanggapi peningkatan anggaran militer Tiongkok,
salah satunya dengan meminta Amerika Serikat untuk meningkatkan jarak rudal
balistiknya, dari 300 kilometer menjadi 800 kilometer. Selain itu, Korea Selatan
juga melakukan perjanjian baru dengan Amerika Serikat agar dapat mengangkut
senjata dan peralatan lainnya menggunakan drone.10
8 Harsh V. Pant, “China‟s Naval Expansion in the Indian Ocean and India-China
Rivalry,” The Asia-Pasific Journal; dalam http://apjjf.org/-Harsh-V.-Pant/3353/article.html;
diakses pada 2 April 2016. 9 D.K. Nanto, Dick and Emma Chanlett-Avery, “The Rise of China and It‟s Effect on
Taiwan, Japan and South Korea” : U.S. Policy Choices, Congressional Research Service, The
Library Congres, 2006. 10
P.R. Chari, Vyjayanti Raghavan. “Sino-Indian and Sino-South Korean Relations:
Comparisons and Contrasts”. Routledge. 2015. Hal. 212. Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?id=E8BcCgAAQBAJ&pg=PA211&lpg=PA211&dq=south+kore
an+response+to+china+modernization+of+military+sino&source=bl&ots=VAn9qAKmWT&sig=
2o37ut-
CH7EXoeXYDAb2PI_ppYU&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjA4v301oPMAhWCJpQKHe5KBuo
Q6AEIGjAA#v=onepage&q&f=false
4
Selain Jepang dan Korea Selatan, Taiwan juga menjadi salah satu negara
yang merasa terancam akan modernisasi Tiongkok. Modernisasi militer Taiwan
berfokus pada pengembangan kemampuan pertahanan, penguatan kemampuan
non-combat, memperoleh senjata (termasuk yang dibeli dari Amerika), menjalin
kerjasama dengan sekutu. Menurut Taiwan’s National Defence Report tahun
2011, sejak tahun 2003, PLA telah menggunakan tiga strategi perang untuk
mengancam Taiwan yakni opini publik, psikologis, dan metode-metode hukum.11
.
India sebagai salah satu pemimpin di kawasan Asia yang sedang gencar-
gencarnya mengembangkan militernya, kemudian melakukan teknologi sharing
and co-production dengan Amerika Serikat. Sebagai negara demokrasi terluas,
India memiliki peran sebagai penstabil kekuasaan dan perkembangannya
merupakan hal yang penting bagi peningkatan perdagangan dan transit antara
India dengan negara di kawasan Samudera Pasifik. Amerika Serikat
mempertimbangkan usaha India untuk meningkatkan kapabilitas militernya
sebagai suatu kontribusinya dalam menjaga keamanan di kawasannya12
.
Di tengah perlombaan senjata yang terjadi antara India dengan Tiongkok,
sebenarnya keduanya juga melakukan latihan militer bersama yang bertujuan
untuk membentuk mekanisme hubungan antar kedua negara dengan mengadakan
pertukaran pejabat militer. Latihan militer bersama dimulai pada 2007 yang
11
Maj Gen YK Gera, ed, Trade Commerce and Security Challenges in the Asia Pacific
Region [buku on-line] (New Delhi: Vij Book India Pvt Ltd, 2013); dalam
https://books.google.co.id/books?id=Z5BzGtMfaegC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=fals
e 12
Anthony H. Cordesman, Ashley Hess, dan Nicholas S. Yarosh, ” Chinese Military
Modernization and Force Development A Western Perspective,” Center for
Strategic&International Studies, (2013): 10.
5
diselenggarakan di Kunming, Yunnan, India dan Tiongkok. Kedua negara juga
melakukan pelatihan anti terorisme bersama di Belgaun, Karnataka pada 6
Desember 2008.13
Namun hal ini digunakan oleh kedua negara untuk
mempromosikan tentara dan melihat sejauhmana perkembangan militer masing-
masing negara.
Kemudian pada 2009, Tiongkok mencoba untuk memblok pinjaman India
dari Asian Development Bank sebesar US$ 2,9 karena sebagian pinjaman tersebut
akan digunakan untuk proyek air di wilayah Arunachal Pradesh. Hal ini
merepresentasikan pertama kalinya Tiongkok mengkaitkan permasalahannya
dengan menggandeng institusi multilateral. Kemudian gubernur dari Arunachal
Pradesh mengumumkan bahwa India akan menyebarkan pasukannya dan
beberapa jet tempur di wilayah tersebut14
.
Penelitian ini penting bagi penulis karena mengingat modernisasi dan
peningkatan kapabilitas militer yang dilakukan oleh Tiongkok menyebabkan
negara yang berada di kawasan sekitarnya merasa terancam. Dalam hal ini, India
dan Tiongkok tidak berada dalam satu daerah karena India masuk ke Asia Selatan
sedangkan Tiongkok termasuk dalam Asia bagian Timur, namun India menerima
dampak langsung atas kebijakan yang diambil oleh Tiongkok tersebut. India yang
mengalami dilema keamanan kemudian membuat kebijakan untuk meningkatkan
militernya sebagai upaya untuk mempertahankan integritas serta teritorialnya.
13
“China, India Sign Defense Cooperation MOU,” China.org.cn; dalam
http://www.china.org.cn/english/2006/May/169952.htm; diakses pada 17 November 2015. 14
Anthony H. Cordesman, Ashley Hess, and Nicholas S. Yarosh,”Chinese Military
Modernization and Force Development A Western Perspective”, 19.
6
Selain karena memiliki latar belakang hubungan sejarah yang tidak harmonis
dengan Tiongkok, India juga mengkhawatirkan bahwa nantinya Tiongkok akan
mendominasi kawasannya dan kembali mengakui sebagian wilayah yang dahulu
pernah menjadi sengketa dengan India.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pemaparan pernyataan masalah di atas, kemudian muncul pertanyaan
sebagai berikut :
Apa respon India terhadap modernisasi militer yang dilakukan oleh Tiongkok
2005-2015 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun Tujuan dan Manfaat dari penelitian yang berjudul “Peningkatan
Kapabilitas Militer India Sebagai Dampak Modernisasi Militer Tiongkok 2005-
2015” adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Untuk menganalisis respon India terhadap modernisasi militer yang
dilakukan oleh Tiongkok.
b. Untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mendorong India meningkatkan
kapabilitas militernya.
c. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
2. Manfaat
a. Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan referensi bagi perguruan tinggi
khususnya program studi Hubungan Internasional.
b. Dapat bermanfaat bagi negara khususnya seperti Departemen Pertahanan,
sebagai bahan kajian penelitian yang berkaitan dengan kapabilitas militer
India dan Tiongkok.
c. Dapat berguna bagi organisasi non-pemerintah, khususnya bagi yang
bergerak dalam bidang pelucutan senjata sebagai salah satu bahan kajian.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, akan dicantumkan
beberapa jurnal dan penelitian yang berkaitan dengan topik dan tema yang terkait.
Hal ini bertujuan untuk menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang
pernah dibuat sebelumnya serta diharapkan dapat melengkapi kekurangan
penelitian sebelumnya.
Pada tahun 2009, Mohamad Faisol Keling, Md. Shukri Shuib, dan Moh
Na‟eim Ajis dalam jurnalnya yang berjudul The Emergence Of India as New
Military Power: Threat or Opportunity to Southeast Asia?, dalam journal Asian
Social Science, Vol.5 no.4, membahas mengenai modernisasi militer India yang
berdampak pada kawasan Asia Tenggara. Dalam hal ini, India sebagai tokoh
potensial yang dijadikan ASEAN sebagai relasi dalam bidang ekonomi seperti apa
Jepang dan Tiongkok.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pembahasan mengenai faktor
modernisasi militer yang dilakukan oleh India baik dari internal maupun
8
eksternal. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini, salah satu faktor yang
membuat India memodernisasi militernya karena merasa adanya ancaman dari
Amerika dan Soviet yang banyak menyebarkan pengaruhnya ke wilayah Asia
Tenggara dan Asia Selatan.
Tahun 2006, Sanjib Baruah, seorang profesor ilmu politik dari Bard
College, New Delhi, dalam jurnalnya yang berjudul “India and China: Debating
Modernity” yang diterbitkan oleh World Policy Journal volume 23 nomor 2,
menyatakan bahwa India dan Tiongkok sedang berkompetisi untuk menjadi The
Next Super power menggantikan Amerika. Oleh karena itu, baik India maupun
Tiongkok banyak melakukan modernisasi di dalam negaranya masing-masing.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pembahasan mengenai
modernisasi Tiongkok yang disertai dengan insekuritas India terhadap dampak
Tiongkok di wilayah Asia. Perbedaannya adalah penelitian Sanjib ini melihat
bahwa modernisasi India ini akan sulit diwujudkan karena perbedaan, seperti
proses pembebasan lahan yang sulit apabila ingin melakukan pembangunan.
Penelitian selanjutnya ditulis oleh Commodore Katherine Richards, China-
India: An analysis of the Himalayan territorial dispute yang dikeluarkan oleh
Center for Defence and Strategic Studies (CDSS) pada Februari 2015,
menyebutkan bahwa Tiongkok dan ini tengah berada dalam dilema keamanan
yang membuat keduanya saling merasa tidak aman. Selain itu, dalam paper
tersebut juga membahas mengenai sengketa perselisihan diperbatasan Himalaya,
dan keduanya telah menempatkan banyak tentaranya diwilayah tersebut.
9
Persamaan dengan penelitian ini adalah kondisi Tiongkok yang sedang
mengalami dilema keamanan telah membuat negara lain seperti India menjadi
terancam keamanannya. Perbedaannya adalah penelitian milik Katherine ini
berfokus pada kebijakan yang diambil oleh Tiongkok yang hanya berfokus pada
wilayah Himalaya.
Selanjutnya adalah penelitian dari Monika Chansoria dalam jurnalnya
yang berjudul China’s Infrastructure Development in Tibet Evaluating Trendlines
yang di keluarkan oleh Center for Land Warfare Studies (CLAWS) New Delhi
no.23 tahun 2011, membahas tentang hasil observasi yang dilakukannya di
wilayah Sikkim dimana dia menemukan adanya perbedaan yang sangat kontras
antara infrastruktur yang ada di wilayah Tiongkok dan India. Tiongkok sangat
gencar melakukan pembangunan, salah satunya adalah jalan raya yang digunakan
sebagai jalur untuk memasok logistiknya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Monica adalah pembahasan
mengenai pembangunan militer Tiongkok di Tibet. Sedangkan perbedaannya
adalah pembahasan Monika mengenai peningkatan dan modernisasi militer yang
dilakukan Tiongkok ini hanya dilihat dari sisi Tiongkoknya saja, sedangkan
pembahasan mengenai Indianya masih sangat sedikit.
E. Kerangka Teori
Pada penelitian yang berjudul “Peningkatan Kapabilitas Militer India
Sebagai Dampak Modernisasi Militer Tiongkok 2005-2015”, penulis
10
menggunakan konsep Security Dilemma dan Arm Race sebagai alat analisa dalam
menjawab pertanyaan penelitian.
1. Security Dilemma
Adalah situasi dimana upaya peningkatan pertahanan oleh suatu pihak
dalam rangka meningkatkan keamanannya justru mengancam negara atau pihak
lain. Menurut John Herz, Dilema keamanan sangat inheren dalam sistem
internasional yang anarki dimana ketiadaan otoritas tertinggi untuk melindungi
negara-negara dari ancaman, membuat negara-negara berinisiatif melindung diri
mereka sendiri dengan memperkuat kemampuan militernya sehingga menciptakan
perlombaan senjata15
.
Paul Roe membagi dilema keamanan menjadi 3: Pertama, dilema
keamanan ketat (tight security dilemma). Terjadi apabila kepentingan keamanan
suatu negara sebenarnya tidak bertabrakan dengan kepentingan keamanan negara
lain. Namun, mereka melihatnya sebagai hal yang berlawanan, sehingga mereka
mengambil tindakan berdasarkan pandangan yang keliru. Kedua, dilema
keamanan reguler (regular security dilemma). Terjadi ketika kepentingan atau
kebutuhan keamanan suatu negara bertabrakan dengan kebutuhan keamanan
negara lain. Dalam kondisi tertentu suatu negara melakukan ekspansi untuk
mencapai kebutuhan keamanannya. Namun, tindakan ekspansif ini sangat
mengancam keamanan negara lain dan mendorong negara disekitar untuk
melakukan tindakan pertahanan. Ketiga, dilema keamanan longgar (loose security
15
AA Banyu Perwita dan Bantarto Bandoro, Memahami Kajian Strategis (Jakarta: Jakarta
Press, 2012), 85.
11
dilemma). Terjadi ketika struktur internasional dalam bentuk perimbangan
offence-defence lebih banyak mempengaruhi perilaku negara. Ketika offence
dominan negara akan cenderung memilih strategi berperang sebagai satu-satunya
cara untuk bertahan hidup. Namun, ketika defence dominan negara yang agresif
lebih memilih strategi bertahan.
Modernisasi militer yang dilakukan oleh Tiongkok membuat India
mengalami dilema keamanan atau security dilemma. Hal ini disebabkan oleh
penguatan militer Tiongkok yang dilakukan di wilayah-wilayah yang berbatasan
langsung dengan India, sehingga menjadi ancaman nyata bagi India. Penyebaran
kekuatan dan pengaruh Tiongkok di kawasan sekitar Samudera Hindia juga
semakin membuat India merasa terdorong untung meningkatkan kapabilitas
militernya.
2. Arm Race
Hedley Bull mendefinisikan Arms Race sebagai “kompetisi yang intens
antara negara atau kelompok negara yang saling bertentangan dimana masing-
masing pihak berusaha untuk mencapai keunggulan kekuatan militernya dengan
cara meningkatkan kuantitas atau memperbaiki kualitas sistem
persenjataannya”.16
Huntington melihat dari segi kapan peristiwa dinamika itu terjadi dengan
mendefinisikannya sebagai “peningkatan kemampuan persenjataan suatu negara
16
Bull, Hedley. Hedley Bull on Arms Control. Edited by Robert O‟Neill and David N.
Schwartz. London: Palgrave Macmillan, 1987:5.
12
atau kelompok negara secara progresif yang terjadi pada masa damai yang
disebabkan oleh perbedaan kepentingan dan adanya saling ketakutan”.17
Dalam implikasinya bagi hubungan antar negara, perlombaan senjata
mencerminkan apa yang oleh Barry Buzan sebut sebagai “self-stimulating
persaingan militer antar negara dimana usaha peningkatkan kemampuan
pertahanan salah satu pihak menimbulkan ancaman baru bagi pihak lain”.18
Sementara itu, implikasinya dalam interaksi strategis terlihat dari konsep yang
kemudian dikenal sebagai “stabilitas perlombaan senjata”.
Selama bertahun-tahun “stabilitas strategis” telah menempati bagian
penting bagi para pengambil keputusan. Konsep ini terdiri dari dua komponen,
yaitu stabilitas krisis dan stabilitas perlombaan senjata. Stabilitas krisis (crisis
stability) mempelajari keuntungan dan biaya serangan pertama pada saat krisis,
sedangkan “stabilitas perlombaan senjata” (arms-race stability) mempelajari
keuntungan dan biaya penggelaran senjata-senjata baru pada masa damai.19
Dalam kaitannya dengan penulisan skripsi ini, hubungan antara Tiongkok
dan India yang fluktuatif membuat kedua negara saling menaruh curiga. Terlebih
lagi ketika Tiongkok memodernisasi militernya secara besar-besaran yang
membuat India berada dalam dilema keamanan. Keadaan tersebut memicu adanya
ketidakstabilan keamanan, dimana India kemudian mengeluarkan kebijakan untuk
17
Huntington, Samuel P, “Arms Races: Prerequisites and Results,” Public Policy , 8.1
(1958): 41. 18
Buzan, Barry, dan Eric Herring. The Arms Dynamic in World Politics [buku 0n-line]
(Boulder, CO: Lynne Rienner, 1998): 69; diakses dari
https://books.google.co.id/books?id=i0V_BBkBuvAC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q
&f=false pada 8 Oktober 2015 19
Buzan, Barry, dan Eric Herring, The Arms Dynamic in World Politics, 69 .
13
meningkatkan kapabilitas militernya sebagai upaya merespon modernisasi militer
yang dilakukan oleh Tiongkok. Hal ini mendorong terjadinya perlombaan senjata
(Arm Race) diantara kedua negara tersebut .
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat
kualitatif. Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang menghasilkan data
yang bersifat deskriptif baik kata-kata, lisan maupun tulisan, dan tingkah laku dari
objek yang diteliti.20
Penelitian kualitatif juga digunakan untuk memahami
fenomena tentang tingkah laku, motivasi, tujuan yang secara utuh dijelaskan
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metode kualitatif memiliki
tujuan untuk memperoleh gambaran secara utuh mengenai suatu hal berdasarkan
pandangan peneliti. Penelitian kualitatif berkaitan dengan persepsi, ide, pendapat
maupun kepercayaan dan semuanya tidak dapat diukur dengan angka.21
Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskripsi-analitis, di
mana penulis menjelaskan bagaimana terjadinya peningkatan kapabilitas militer
India sebagai dampak dari modernisasi militer yang dilakukan oleh Tiongkok.
20
Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan (Jakarta: Prenadan Media Group, 2004),166. 21
Prof Dr. Lexi J Moelong. Metode Penelitian Kualitatif edisi Revisi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014).
14
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, proses penyusunan dilakukan melalui beberapa
langkah. Pertama, teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data sendiri
merupakan cara agar penulis mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada
penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan cara membaca dan
mempelajari literatur berupa buku, jurnal penelitian, laporan penelitian, majalah,
dan artikel berita baik yang berasal dari media cetak maupun media online yang
berkaitan dengan penelitian.22
3. Sumber Data Penelitian
Dalam hal ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui
studi pustaka dan literatur-literatur serta dokumentasi seperti buku, jurnal, koran,
artikel, laporan resmi, arsip-arsip, data dari situs internet lembaga yang resmi
yang berkaitan dengan objek penelitian.
4. Teknik Penulisan
Teknik Penulisan dalam skripsi ini merujuk pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015.
G. Sistematika Penelitian
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini membahas pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
dan manfaat penetitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II Hubungan Bilateral India dan Tiongkok
Pada bab ini pembahasan berfokus pada gambaran umum mengenai
hubungan bilateral India dan Tiongkok yang dibagi menjadi beberapa
22
Prof. Dr Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010).
15
periode yaitu: hubungan India dan Tiongkok periode 1950-1962,
hubungan India dan Tiongkok pasca perang 1962 serta pemulihan
hubungan diplomatik India dan Tiongkok.
Bab III Modernisasi dan Peningkatan Militer Tiongkok
Pada bab ini pembahasan lebih difokuskan pada modernisasi dan
peningkatan militer Tiongkok terutama perihal ambisi Tiongkok menjadi
pemimpin di kawasan. Disamping itu, pada bab ini juga membahas
pengembangan militer Tiongkok di Tibet, penggelaran militer yang
dilakukan Tiongkok di Samudera Hindia serta strategi yang dibuat
Tiongkok di Asia Selatan. Selanjutnya pada bab ini juga membahas
mengenai dampak kebijakan keamanan Tiongkok terhadap kawasan
sekitar khususnya bagi Taiwan dan Jepang.
Bab IV Respon India Terhadap Modernisasi dan Peningkatan Militer
Tiongkok periode 2005-2015
Pada bab ini pembahasan berfokus pada respon India terhadap modernisasi
dan peningkatan militer Tiongkok yang dianalisa menggunakan konsep
security dilemma dan arm race terkait masalah pengembangan militer
Tiongkok di Tibet, penggelaran militer yang dilakukan Tiongkok di
Samudera Hindia serta strategi yang dibuat Tiongkok di Asia Selatan.
Pada bab ini juga membahas tentang strategi yang dilakukan India untuk
menghadapi Tiongkok serta pendekatan India yang mendua terhadap
Tiongkok.
Bab V Penutup
Dalam bab terakhir ini penulis menarik beberapa kesimpulan mengenai
masalah-masalah yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.
16
BAB II
HUBUNGAN BILATERAL INDIA DAN TIONGKOK
Pembahasan mengenai hubungan bilateral India dan Tiongkok ini
difokuskan pada hubungan kedua negara pada masa modern, terutama setelah
akhir Perang Dunia II, lebih khususnya sejak tahun 1950, yakni sejak untuk
pertama kalinya kedua negara membuka hubungan diplomatik. Tahun 1962
menjadi titik balik hubungan kedua negara ketika kedua negara berkonflik dan
konflik bereksalasi menjadi perang terbuka (open war) pada tahun 1962, yang
kemudian dilanjutkan dengan perang dingin (cold war) di antara kedua negara.
Periode perang dingin selama 15 tahun berakhir, setelah kedua negara pada tahun
1979 kembali mempererat hubungan diplomatik, yang dilanjutkan dengan kerja
sama di bidang ekonomi dan perdagangan. Ketiga fase hubungan bilateral India
dan Tingkok inilah yang dikaji lebih dalam pada bab ini.
A. Hubungan India dan Tiongkok Periode 1950-1962
Hubungan bilateral India dan Tiongkok dapat dilihat sejak beberapa tahun
pasca Perang Dunia II, dalam hal ini mulai tahun 1950 untuk pertama kalinya
terjadi hubungan diplomatik kedua negara, hingga tahun 1962 ketika kedua
negara berperang di perbatasan. Hubungan bilateral India dan Tiongkok tidak
terlepas dari konstelasi politik global adanya perang dingin antara kekuatan
17
komunis yang dipimpin Uni Soviet dan Tiongkok di satu sisi, dengan kekuatan
kapitalis dan anti-komunis yang dipimpin Amerika Serikat di sisi lain.23
Dalam konstelasi politik seperti itu pertama-tama India dan Tiongkok
saling menutup diri dalam hubungan diplomatik. Kemudian pada April 1950,
India membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok, dan ketika itu India
termasuk dua negara pertama yang membuka hubungan diplomatik dengan
Tiongkok. India merupakan negara kedua non-sosialis yang membuka hubungan
diplomatik dengan Tiongkok.24
Perdana Menteri Zhou Enlai (Tiongkok) dan Perdana Menteri Nehru
(India) melakukan pertukaran kunjungan. Kedua negara sepakat memulai
melaksanakan “Five Principle Peaceful Coexistence” (Lima Prinsip Hidup
Berdampingan secara Damai).25
Pada 24 Oktober 1959 Perdana Menteri Tiongkok
Zhou Enlai mengirimkan surat kepada Perdana Menteri India Nehru mengenai
masalah perbatasan Tiongkok-India yang disebutnya sebagai Line of Actual
Control (LAC). Surat PM Zhou Enlai berikutnya, yang dikirim tanggal 7
November 1959, yang ditujukan kepada PM India Nehru menjelaskan perihal
pengertian LAC tersebut.26
23 Krishnaveni Muthia, “CHINDIA-the changing times of China and India bilateral
relations,” Management Research Review, Vol. 33, No. 1 ( 2010): 23.
24
Krishnaveni,“CHINDIA-Thechanging times of China and India bilateral relations”, 23.
25
Zhao Gancheng. “The Rise of Chindia and Its Impact on World System,” International
Conference Emerging Powers in Global Governance (Juli 2007): 5.
26
“Another Chinese intrusion in Sikkim,” One lndia; dalam
http://www.oneindia.com/2008/06/19/another-chinese-intrusion-in-sikkim.html; diakses pada 17
Maret 2016.
18
Gambar 2.1 Perbatasan India-Tiongkok (Sepanjang Garis Merah)
Sumber: http://news.oneindia.in/2008/16/19/another-chinese-intrusion-in-sikkim.html.
Garis kontrol aktual atau LAC tersebut melintasi tiga wilayah utara India.
Garis demarkasi sepanjang 4.057 kilometer itu melintasi Ladakh dan Kashmir di
sebelah barat, Uttarakhand dan Himachal Pradesh di tengah, dan di sebelah timur
melintasi Sikkim dan Arunachal Pradesh. PM Tiongkok Zhou Enlai memberikan
penjelasan mengenai LAC kepada PM Nehru bahwa “the so-called McMahon
Line in the east and the line-up to which each side exercises actual control in the
west”. Berarti, yang disebutkan sebagai garis McMahon dari sisi timur dan
19
memanjang hingga sampai pada wilayah yang masing-masing pihak (India dan
Tiongkok) disebelah barat.27
Menjelang berdirinya gerakan Non-Blok tahun 1955, India maupun
Tiongkok termasuk dari lima negara penggagas berdirinya Gerakan Non-Blok
(Non-Alignment Movement), sehingga India dan Tiongkok termasuk 29 negara
pertama GNB, dan termasuk dalam blok negara-negara yang tidak masuk dalam
pusaran perang dingin Timur-Barat. Hubungan bilateral India-Tiongkok kemudian
bersifat fluktuatif, hingga akhirnya terjadi perang India-Tiongkok pada tahun
1962.28
Dari uraian di atas dapat diikhtisarkan, hubungan Tiongkok dan India pada
periode 1950-1962, apabila memakai istilah Nanto & Avery, secara ekonomi
termasuk hot. Dalam periode ini kedua negara terus menjajaki kerja sama bilateral
di bidang ekonomi dan perdagangan. Sebaliknya pada bidang politik, hubungan
kedua negara pada periode ini termasuk dalam hubungan yang dingin (cold). Hal
ini terutama terkait dengan masalah perbatasan antara kedua negara, setelah
Tiongkok mendeklarasikan LAC yang cenderung merugikan India dari segi
penguasaan wilayah.29
B. Hubungan India dan Tiongkok pasca Perang 1962
Titik hubungan terendah antara Tiongkok dan India adalah tahun 1962.
Ketika itu, terjadi perang perbatasan antara Tiongkok dan India disepanjang 5.045
27 One India, “Another Chinese intrusion in Sikkim”.
28
Krishnaveni Muthia, “CHINDIA-the changing times of China and India bilateral
relations”, 23. 29
Dick K. Nanto dan Emma Chanlett-Avery, “ The Rise of China and Its Effect on
Taiwan, Japan and South Korea: U.S. Policy Choices,” CRS Report for Congress (2006): 2.
20
kilometer garis demarkasi. Di akhir perang, India mengklaim Tiongkok telah
menduduki 38.000 kilometer persegi wilayah India. Sementara itu, Tiongkok
mengklaim bahwa kepemilikan wilayah Tiongkok di daerah perbatasan tersebut
mencakup 90.000 kilometer persegi yang meliputi wilayah timur laut Provinsi
Arunachal Pradesh dimana wilayah timur laut tersebut sebelumnya merupakan
wilayah India.30
Tensi politik dalam hubungan kedua negara cenderung menghangat hingga
puluhan tahun setelah perang perbatasan tersebut. Terlebih Tiongkok terus
memperkuat postur militernya di wilayah Tibet, yang didukung oleh kemampuan
transfer logistik dan infrastruktur komunikasi. Gerakan penggelaran militer
Tiongkok termasuk pula pada area LAC dan juga area yang diyakini India sebagai
wilayahnya seperti area Sikkim di timur laut India. India menilai penggelaran
kekuatan militer Tiongkok tersebut sebagai taktik koersif yang selanjutnya terus
menimbulkan ketegangan diantara kedua negara.31
Ketegangan lain dalam hubungan Tiongkok dan India adalah masalah
Kashmir, yang wilayahnya terbagi dua antara Pakistan dan India. Ketegangan
antara Tiongkok dan India adalah ketika Pakistan menyerahkan sebuah saluran
kepada Tiongkok di wilayah Kashmir pada 1963. Menurut India, masalah saluran
di Kashmir tersebut adalah masalah India dan Pakistan, sehingga harus diputuskan
bersama antara India dan Pakistan mengenai bagaimana solusinya.32
30 Nanto dan Averi, “The Rise Of China”, 2.
31
Arun Sahgal, “China‟s Military Modernization: Responses from India,” Strategic Asia
2012-2013 (Oktober 2012): 278.
32 “India-China Border Dispute”, Global Security; dalam
http://www.globalsecurity.org/military/world/war/india-china_conflicts.htm; diakses pada 17
Maret 2016.
21
Ketegangan Pakistan-India terjadi, karena Pakistan bertindak tanpa
kesepakatan dengan India mengenai penyerahan saluran tersebut kepada
Tiongkok. Di area tersebut Tiongkok kemudian membuat jalan raya militer.
Hingga penelitian ini dilakukan, Tiongkok tidak pernah lagi mengosongkan
daerah tersebut. Selanjutnya Tiongkok secara halus ikut serta dalam sengketa
Kashmir, yang membuat India merasa tidak nyaman. Ketegangan Tiongkok dan
India terjadi lagi tahun 1980, menyusul serangan militer Tiongkok (PLA) ke
lembah Sumdorong Chu di Arunachal Pradesh, hingga tujuh kilometer masuk ke
wilayah India. Tindakan militer tersebut membuat India pun telah bersiap-siap
secara militer, namun pertempuran terbuka tidak terjadi.33
Dari uraian di atas tampak bahwa meskipun perang perbatasan Tiongkok-
India tahun 1962 telah berakhir, namun tensi politik antar-kedua negara tetap
tinggi. Hal ini disebabkan akar masalah perang perbatasan, yakni kebijakan LAC
oleh Tiongkok tetap tidak berubah. Selain itu terdapat sejumlah kondisi yang
mempertinggi tensi politik, yakni Tiongkok terus memperkuat postur militernya di
wilayah Tibet, bahkan gerakan penggelaran kekuatan militer tersebut sampai juga
ke wilayah LAC. Masalah Kashmir menjadi pemicu ketegangan politik bukan
hanya India-Tiongkok, namun juga India-Pakistan, setelah secara sepihak
Pakistan menyerahkan sebuah saluran di Kashmir kepada Tiongkok.
C. Pemulihan Hubungan Diplomatik India dan Tiongkok
Setelah berakhirnya perang perbatasan antara India-Tiongkok pada 1962,
berbagai upaya telah ditempuh kedua negara untuk memperbaiki hubungan
33 Arun Sahgal, “China’s Military Modernization: Responses from India”, 285.
22
diplomatik, politik, dan ekonominya. Hubungan diplomatik kedua negara mulai
kembali pulih dan membaik pada Februari 1979 setelah terganggu selama 15
tahun. Ketika itu pemulihan hubungan diplomatik kedua negara dilakukan pada
level duta besar yakni dengan kunjungan Menteri Luar Negeri India, Vajpayee, ke
Tiongkok.34
Tahun 1984, India dan Tiongkok menandatangani perjanjian perdagangan
untuk “Most Favoured Nation Treatment”. Tahun 1988 Perdana Menteri India
Rajiv Gandhi, mengunjungi Tiongkok. Kunjungan ini merupakan titik balik dalam
hubungan India-Tiongkok. Hasil dari kunjungan ini adalah kesepakatan bahwa
India dan Tiongkok akan memperluas hubungan bilateral di berbagai bidang.
Selain itu, kedua negara juga bekerja sama untuk mencapai penyelesaian sengketa
secara adil dan wajar serta mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua negara
terkait dengan sengketa diperbatasan. PM Rajiv menandatangani perjanjian
bilateral dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan penerbangan sipil untuk
merancang penerbangan langsung, serta perihal pertukaran budaya.35
Tahun 1991-1992 terjadi dialog tingkat tinggi antar pejabat India-
Tiongkok. Upaya pemulihan hubungan berlanjut dengan kunjungan PM Li Peng
ke India pada Desember 1991 dan kunjungan PM India Ramaswami
Venkataraman pada Mei 1992. Perdagangan di perbatasan dilanjutkan kembali
pada Juli 1992, setelah ditutup lebih dari 30 tahun. Konsulat negara juga dibuka
kembali di Mumbai (Konsulat Tiongkok) dan di Shanghai (Konsulat India). Pada
34 Arun Sahgal, “China’s Military Modernization: Responses from India”, 285.
35 Singla Mangal Sain, “Overview of An Economy: a Comparitive Analisys of Indian
Economy and Economy of China,” Acme International Journal of Multidisciplinary Research
(2013): 90.
23
Juni 1993 kedua negara bersepakat untuk membuka tambahan pos perdagangan di
perbatasan. Kedua negara menandatangani perjanjian untuk menghindari
penarikan double taxation. Selain itu, kedua negara menandatangani perjanjian
kerja sama di bidang kesehatan dan ilmu kedokteran serta penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU) perihal penyederhanaan prosedur aplikasi
visa dan kerja sama bidang perbankan.36
Tahun 2003 India dan Tiongkok mencapai kesepakatan mengenai
“Exchange Trade Preferences”. Tahun 2005 India dan Tiongkok memasuki
“strategic and cooperative partnership for peace and prosperity” yang ditandai
dengan langkah PM Tiongkok Wen Jiabao mengunjungi India pada 2005. Tahun
2004 dianggap sebagai puncak hubungan baik kedua negara dimana terjadi
aktivitas diplomasi paling intensif antar keduanya. Pada November 2006 Presiden
Tiongkok Hu Jintao melakukan kunjungan kenegaraan ke India. Kedua negara
menandatangani 13 perjanjian mengenai sains, eksplorasi ruang angkasa,
pertanian, pendidikan, pariwisata, dan energi nuklir.37
India dan Tiongkok menandatangani deklarasi bersama menyangkut isu
yang luas mencakup hubungan bilateral, pertukaran komersial dan ekonomi, kerja
sama yang saling menguntungkan, kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi,
isu mengenai penyelesaian sengketa, kerja sama antar-perbatasan, dan koordinasi
internasional. Tahun 2007 terjadi penandatanganan penelitian kelayakan untuk
perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement). Hubungan ekonomi dan
36 Arun Sahgal, “China‟s Military Modernization: Responses from India”. hal. 285.
37
“China, India to Build Strategic Partnership,” China Through a Lens, dalam
http://www.china.org.cn/english/2005/Apr/125627.htm; diakses pada 20 Maret 2016
24
perdagangan di antara Tiongkok-India dianggap sangat intens, sehingga timbul
istilah Chindia.38
Istilah Chindia merupakan singkatan yang merujuk pada Tiongkok dan
India. Menurut Mr. Jairam Ramesh39
, dewasa ini India tengah menjadi prioritas
tertinggi untuk Beijing. Profesor Ma Jiali, mantan ahli Asia Selatan pada the
China Institute of Contemporary International Relations (CICIR), berpendapat
bahwa India bisa disebut sebagai a four-in-one-country (satu negara dalam empat
wajah). India termasuk dalam empat kategori negara-negara yang membuat
Tiongkok ingin memfokuskan pada diplomasi energinya dengan India.40
Keempat kategori yang melekat pada Tiongkok adalah India sebagai
bagian dari negara berkembang (developing countries), India sebagai negara
tetangga (neighbouring countries), kekuatan yang sedang bangkit (rising power),
dan aktor yang berpengaruh (influential actors) pada panggung internasional.
Rong Ying dari China Institute for International Relations (CIIR), para ahli di
pemerintahan Beijing mengakui bahwa hubungan Tiongkok dengan India
merupakan kunci untuk menjamin stabilitas di Asia.41
Berkaitan dengan masalah pemukiman di perbatasan India-Tiongkok,
perdagangan, posisi dalam isu-isu internasional, menjadikan hubungan India-
Tiongkok pada abad 21 menjadi puncak kemesraan bagi para pemimpin di kedua
38 “The Chindia Trade Solution,” Wall Street Journal; dalam
https://www.wsj.com/articles/SB10001424052748703792304574504280111246274; diakses pada
15 Februari 2016. 39
Mr. Jairam Ramesh adalah seorang ekonom dan politisi India. Dia adalah anggota
parlemen yang mewakili negara bagian Andhra Pradesh di Rajya Sabha sejak Juni 2004. Diakses
dari http://www.elections.in/political-leaders/jairam-ramesh.html; diakses pada 20 Maret 2016 40
Krishnaveni Muthia, “CHINDIA-the changing times of China and India bilateral
relations,” Management Research Review, Vol. 33, No. 1 (2010): 30.
41
Krishnaveni,“CHINDIA-the changing times of China and India bilateral relations”, 30.
25
negara. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dasar hubungan bilateral kedua
negara belum tampak perbaikan. Saling curiga di antara kedua negara masih tetap
ada. Begitu pula dengan tidak adanya kesamaan dalam tujuan geopolitik yang
cenderung menjadi kendala terjadinya kerja sama yang substantif.42
Hubungan India-Tiongkok dalam bidang perdagangan terus meningkat
dari tahun ke tahun. Pertumbuhan perdagangan kedua negara yang luar biasa
terjadi antara tahun 2000 hingga 2005 baik secara volume maupun persentase
perdagangan sama-sama meningkat tajam. Pertumbuhan perdagangan kedua
negara meningkat 24,6% ditahun 2001, 33,8% tahun 2002. Perdagangan kedua
negara kemudian tumbuh melonjak 87,% tahun 2003 dan 80,6% tahun 2004. Pada
2004 total perdagangan India ke Tiongkok melampui angka US$ 13,6 miliar
dengan nilai ekspor India ke Tiongkok mencapai US$ 7.677,43 miliar. Sedangkan
nilai impor India dari Tiongkok mencapai US$ 5.926,67 miliar. Angka
perdagangan bilateral India-Tiongkok mencapai US$ 18,7 miliar tahun 2005 yang
berarti naik 37 persen dari tahun sebelumnya. Kemudian tahun 2006, perdagangan
India-Tiongkok mencapai US$ 25,05 triliun, yang berarti meningkat 33,8% dari
tahun 2005.43
(Untuk data selengkapnya lihat Lampiran 1).
Target perdagangan kedua negara selama kunjungan Perdana Menteri
Tiongkok Wen Jiabao ke India pada April 2005 adalah US$ 20 miliar pada tahun
42 Krishnaveni,“CHINDIA-the changing times of China and India bilateral relations”, 24.
43 “Sino-Indian trade: growing concern,” The Hindu; dalam
http://www.thehindu.com/todays-paper/tp-opinion/Sino-Indian-trade-growing-
concern/article14824289.ece; diakses pada 5 April 2016.
26
2008. Target volume perdagangan tersebut ternyata telah terlampui pada tiga
tahun sebelumnya.44
Adapun lima komoditi utama yang diperdagangkan oleh kedua negara, per
tahun 2006 adalah mesin listrik, kimia organik, reaktor nuklir, sutra, bahan bakar
mineral dan minyak. Ekspor India ke Tiongkok pada tahun 2006 termasuk biji
lerak, abu, besi dan baja, plastik, bahan kimia organik, serta kapas. Bijih besi
menurut Confederation of Indian Industry (CII) dalam studinya tahun 2007,
merupakan 53% dari total ekspor India ke Tiongkok. Sementara itu barang ekspor
utama Tiongkok ke India adalah mesin listrik yang mencapai 36% dari nilai total
ekspor.45
Nilai perdagangan India-Tiongkok yang terus meningkat menyebabkan
posisi Jepang tergantikan oleh Tiongkok dalam perdagangan internasional di
negara-negara Asia Timur Laut. Posisi nilai perdagangan India-Tiongkok
membayang-bayangi posisi nilai perdagangan India dengan Amerika Serikat.
Bagaimana posisi Tiongkok bagi India, dan sebaliknya, bagaimana posisi India
bagi Tiongkok, tampak pada Lampiran 2 dan Lampiran 3, dimana Tiongkok telah
menjadi tiga besar dalam ekspor India, dan menjadi dua besar dalam impor
India.46
Di bidang energi, Tiongkok-India melakukan kerja sama dan kompetisi
pada waktu bersamaan. Sejak peristiwa embargo minyak tahun 1973, ancaman
44 “China, India to Build Strategic Partnership,” China Through a Lens; dalam
http://www.china.org.cn/english/2005/Apr/125627.htm; diakses pada 20 Maret 2016.
45
“India China Economy, Indo-china trade relation,” Ekonomi watch; dalam
http://www.economywatch.com/world_economy/china/indo-china-trade-relations.html; diakses
pada 13 Oktober 2016.
46
Ekonomi Watch, “India China Economy, Indo-china trade relation”.
27
kekurangan energi telah menjadi perhatian utama di antara negara-negara yang
kebutuhan minyaknya tergantung pada impor. Ketergantungan pada suplai
minyak tersebut sesungguhnya merupakan titik rawan pada perkembangan
ekonomi mereka sehingga menyebabkan keamanan pasokan minyak menjadi
krusial. Kondisi itu pula yang dihadapi oleh Tiongkok dan India, yang masing-
masing menempati urutan kedua (menyalip posisi Jepang) dan ke enam dalam
impor minyak dunia.47
Total konsumsi minyak harian di India adalah 2,5 juta barrel dan 75% di
antaranya berasal dari impor. Sedangkan Tiongkok mengkonsumsi lebih dari 6,6
juta barel per hari, dan sebagian besar (90%) di antaranya dipenuhi dari impor.
Secara bersama-sama Tiongkok dan India mengkonsumsi sembilan juta barel per
hari. Menurut International Energy Agency (IEA), kebutuhan energi India dan
Tiongkok masing-masing akan mencapai 750 juta dan 2,133 juta ton minyak pada
tahun 2030. Kebutuhan impor minyak tersebut menjadi tantangan serius untuk
ekonomi India dan Tiongkok dan secara keseluruhan untuk perkembangan
nasional mereka.48
Sejauh ini kebutuhan impor minyak India dan Tiongkok dipenuhi dari
negara-negara di Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Kebutuhan energi
India dan Tiongkok akan meningkat terus hingga tahun 2030. Dalam hal minyak,
misalnya, pada 2000 Tiongkok dan India masing-masing membutuhkan 236 juta
ton dan 102 juta ton. Sementara itu prediksi tahun 2030 untuk jenis energi yang
47 “Petrodaily, Bharat Petroleum Company Limited,” BPCL; dalam
https://bharatpetroleum.com/general/gen_petrodaily_inside.asp?nid=N000007190; diakses pada 22
April 2016.
48
“Statistical Survey of World Energy,” British Petroleum; diunduh melalui
http://www.bp.com/statisticalreview; Diakses pada 23 April 2016.
28
sama kedua negara masing-masing membutuhkan 578 juta ton dan 271 juta ton.
Untuk energi batu bara tahun 2000 Tiongkok dan India masing-masing
membutuhkan 659 ton dan 165 ton, sedangkan prediksi tahun 2030 masing-
masing negara membutuhkan 1.278 ton dan 341 ton.49
(Lihat Lampiran 4).
Pada empat perundingan energi lepas pantai, perusahaan-perusahaan India
kehilangan counterpart mereka. Meskipun perusahaan Tiongkok telah berhasil
memenangkan pelaksanaan tender, persepsi bahwa satu sama lain merupakan
potensi kompetitor muncul di antara kedua negara. Sementara perusahaan India
menyadari bahwa kompetisi menjadi hambatan kritis dalam memperoleh aset
minyak dan gas di lepas pantai, di sisi lain Tiongkok menyadari bahwa mereka
menghadapi persaingan ketat dengan pemain internasional lainnya dan akhirnya
bersedia membayar harga lebih tinggi untuk penawaran aset energi di luar
negeri.50
Terdapat sejumlah perusahaan minyak India dan Tiongkok yang bermain
secara global. India memiliki Oil and Natural Gas Corporation (ONGC), dan
ONGC Videsh Limited (OVL) yang bertanggung jawab pada sebagian besar
operasi global India pada bidang hidrokarbon. Perusahaan-perusahaan tersebut
didesain sebagai Indian Nodal Agency (Agen Pusat India) untuk bisnis minyak
49 J Nandakumar, “Sino-Indian cooperation in the search for overseas petroleum
resources: Prospects and implications for India,” International Journal of Energy Sector
Management, Vol. 1 No. 1 (2007): 85-86.
50
Nandakumar, “Sino-Indian cooperation in the search for overseas petroleum resources:
Prospects and implications for India”, 85.
29
lepas pantai dan sejauh ini menjadi partisipan permanen pada hampir semua
interaksi bilateral dan Joint Working Group pada pemerintah India.51
Perusahaan tersebut memiliki aset pada 12 lokasi eksplorasi minyak di luar
negeri dan secara aktif terus mencari peluang ke seluruh dunia. Dengan target
memperoleh 60 juta ton minyak dan gas di luar negeri per tahun (Mmtpa) pada
tahun 2025, OVL telah mencapai target 20 Mmtpa ditahun 2010. Sementara itu,
Oil India Limited (OIL), yang berada di bawah pengawasan Kementerian Minyak
dan Gas India, juga terlibat aktif dalam aktivitas eksplorasi hidrokarbon di luar
negeri.52
Sementara itu, Tiongkok memiliki China Petroleum Corporation (CNPC),
yakni perusahaan minyak negara yang terlibat dalam operasi minyak di luar negeri
dan sejauh ini telah memperoleh kontrak di 23 negara. Kemudian China
Petroleum and Chemical Corp. (Sinopec) dan China National Off shore Oil
Company (CNOOC) yang juga aktif pada riset energi di luar negeri dan memiliki
kontrak eksplorasi antara lain di Indonesia dan Australia.53
Sejauh ini baik India maupun Tiongkok sama-sama terlambat memasuki
pasar minyak dunia dibandingkan dengan negara-negara barat. Namun dengan
51 “Particulars of its organisation, functions and duties,” Oil and Natural Gas
Corporation Limited; dalam
http://www.ongcindia.com/wps/wcm/connect/ongcindia/home/rti/information/particulars+of+its+o
rganisation,+functions+and+duties; diakses pada 22 Maret 2016.
52
J Nandakumar, “Sino-Indian cooperation in the search for overseas petroleum
resources: Prospects and implications for India”, 87.
53
Robert C. Feenstra dan Shang-jin Wei, China's Growing Role in World [buku online]
(Chicago: The University of Chicago Press, 2010), 561; tersedia di
https://books.google.co.id/books?id=AMKDZSpb8kcC&pg=PA561&lpg=PA561&dq=China+Nati
onal+Off+shore+Oil+Company+(CNOOC)+Indonesia+and+Australia.&source=bl&ots=Qet65ktv
Ca&sig=bI88nIfbtPqLtFySkjIe1a73dTM&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiwiO3ruMTSAhWGI5Q
KHVDZB50Q6AEIWjAJ#v=onepage&q=China%20National%20Off%20shore%20Oil%20Comp
any%20(CNOOC)%20Indonesia%20and%20Australia.&f=false; diakses pada 1 April 2016.
30
kebutuhan energi dalam negeri yang terus meningkat dan terdapat gap antara
demand dan supply-nya, membuat India dan Tiongkok harus mencari minyak ke
luar negeri. Dalam rangka pencarian energi maupun proyek-proyek di luar negeri,
Tiongkok lebih sering memenangkan tender dibandingkan India. Hal ini
dikarenakan Tiongkok menggunakan segala macam cara agar memperoleh tender,
yakni melalui jalur diplomatik dan perangkat politik yang dimasukkan dalam
agenda hubungan bilateral, namun Tiongkok juga menyertakan bantuan dan
dukungan finansial untuk pengembangan infrastruktur negara tuan rumah. Itulah
sebabnya India harus berhadapan dan kalah bersaing dengan Tiongkok, salah
satunya pada tender proyek minyak vital di Angola, Kazakhstan dan Equador.54
Terkait dengan kepentingan energi maupun lainnya, hubungan India dan
Tiongkok cenderung naik-turun. Hal ini disebabkan begitu banyak kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats), yang kesemuanya saling tarik-menarik. Hubungan bilateral Tiongkok-
India dapat dideskripsikan dari faktor Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threat (SWOT) berikut.
Faktor-faktor yang memperkuat (strengths) hubungan Tiongkok-India
yakni adanya aspek yang saling melengkapi antar-kedua negara; dalam hal
perdagangan di antara kedua negara termasuk dalam top-rank; perdagangan
bilateral yang terus tumbuh dan masih terdapat banyak harapan untuk
pengembangan dimasa depan. Selain itu terdapat begitu banyak perjanjian
perdagangan di antara kedua negara termasuk di dalamnya merupakan upaya
54 J Nandakumar, “Sino-Indian cooperation in the search for overseas petroleum
resources: Prospects and implications for India”, 87.
31
bersama, tidak terkecuali juga kerja sama antar perusahaan swasta dari kedua
negara.55
Sementara itu, terdapat sejumlah faktor yang melemahkan (weaknesses)
hubungan Tiongkok-India antara lain perbedaan geopolitik, hambatan politik
misalnya dalam masalah perbatasan; masalah internal Tiongkok maupun India, isu
kaya dan miskin, defisit perdagangan India, investasi Tiongkok di India, dan
korupsi dalam birokrasi yang turut mengurangi tingkat kepercayaan para investor
dari kedua negara.56
Dalam hal peluang (opportunities) bagi Tiongkok-India untuk bekerja
sama antara lain kedua negara merupakan pasar yang besar; kedua negara
memiliki potensi untuk menjadi pusat perdagangan global, dan pasar yang besar
untuk investasi. Dilihat dari perspektif India, terdapat peluang untuk mempererat
hubungan India-Amerika Serikat, dan hubungan India-Jepang. Sementara dari
segi ancaman (threats), dari perspektif India adalah kekuatan angkatan laut
Tiongkok, supremasi manufaktur Tiongkok, dan hubungan Amerika Serikat
dengan Tiongkok.57
Dari uraian di atas dapat diikhtisarkan bahwa pemulihan hubungan
diplomatik India dan Tiongkok pasca perang perbatasan 1962 mencakup
perbaikan dan kerja sama di bidang diplomatik, politik, dan ekonomi. Secara
diplomatik dan politik, keduanya saling bertukar kunjungan dan melakukan dialog
55 Krishnaveni Muthia, “CHINDIA-the changing times of China and India bilateral
relations,” Management Research Review, Vol. 33, No. 1 (2010): 28.
56
Krisnaveni, “CHINDIA-the changing times of China and India bilateral relations”, 30.
57
Horimoto Takenori, Japan-India Reapprochement and Its Future Issues (Tokyo:
Iwanami Shoten, 2015), 4-8.
32
tingkat tinggi antar pejabat. Di bidang ekonomi, keduanya melakukan perjanjian
perdagangan, kerja sama energi dan lainnya. Sementara itu, di lain pihak
Tiongkok melakukan modernisasi militer besar-besaran, baik di kawasan Asia
Timur seperti Selat Taiwan, sehingga menjadi potensi ancaman untuk Taiwan,
Jepang, dan sekitarnya. Di Asia Selatan Tiongkok juga memodernisasi kekuatan
militernya, terutama di daerah otonom Tibet. Hal ini tentu menjadi ancaman
potensial bagi negara-negara di kawasan Asia Selatan, tetapi terutama India,
karena India (selain Jepang) merupakan salah satu negara pesaing Tiongkok untuk
menjadi pemimpin di Asia.
33
BAB III
MODERNISASI DAN PENINGKATAN MILITER
TIONGKOK
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai keinginan Tiongkok menjadi
pemimpin di kawasan Asia. Selain itu bab ini juga menjelaskan perihal
pengembangan militer Tiongkok di Tibet, penempatan militer Tiongkok di
Samudera Hindia, strategi Tiongkok di Asia Selatan serta dampak kebijakan
keamanan Tiongkok terhadap kawasan sekitar.
A. Keinginan Tiongkok Menjadi Pemimpin di Kawasan
Tiongkok telah menjadi pemain yang dominan dalam bidang politik dan
ekonomi global. Transformasi ekonomi yang sangat cepat dicapai Tiongkok
melalui globalisasi yang kuat dengan misalnya masuk ke dalam kerangka WTO.
Sehingga Tiongkok dihadapkan dengan tantangan dari sisi lain globalisasi, yaitu
transparansi kelembagaan, keberlanjutan ekologis dan integrasi kebijakan luar
negeri ke dalam masyarakat internasional.58
Secara historis Tiongkok dan India merupakan kekuatan lama di kawasan
Asia bahkan dunia. Pada abad ke-15, Tiongkok memerintah timur laut, sedangkan
India adalah pedagang besar yang menguasai jalur perdagangan Timur-Barat. Saat
itu, Tiongkok dan India bersama-sama menyumbang hampir 50 persen dari total
output dunia. Pada waktu bersamaan, Eropa hanya menyumbang 20 persen dari
output dunia. Tiongkok dan India dapat mempertahankan supremasi ekonomi dan
58
Jan-Erik Lane, “China at the crossroads,” International Journal of Social Economics,
Vol. 40, No. 2(2013): 169.
34
strategi hingga awal 1820. Kekuatan kedua negara kemudian terus menurun
hingga hanya dapat menyumbang 9 persen output dunia pada 1950.59
Semasa perang dingin (cold war) antara Timur dan Barat, pada awalnya
Tiongkok adalah anggota Gerakan Non-Blok (Non-Alignment Movement).
Tiongkok merupakan salah satu dari 29 negara yang mengikuti Konferensi Asia
Afrika pertama (KAA) di Bandung, 19 April 1955 dan mendukung lahirnya Dasa
Sila Bandung (Bandung Declaration) yang berisi 10 sikap Gerakan Non-Blok.60
Namun dalam perjalanannya, Tiongkok yang dikenal sebagai negara komunis itu,
lebih condong ke Uni Soviet.
Modernisasi militer dan ekonomi Tiongkok dipicu oleh beberapa hal.
Seperti pada tahun 1986, Mikhail Gorbachev (pemimpin Uni Soviet saat itu),
mencetuskan program perestroika yang di dalamnya terkandung prinsip
keterbukaan (glasnost) dan demokrasi (demokratiya). Kemudian disusul
pecahnya Uni Soviet, hingga runtuhnya tembok Berlin.61
Sementara itu, modernisasi militer Tiongkok dalam 30 tahun terakhir ini
yang paling menonjol adalah modernisasi besar-besaran yang terjadi mulai tahun
2015. Pada 2015 Tiongkok telah meletakkan visi sebagai kekuatan militer bukan
hanya di kawasannya sendiri secara regional, namun juga global. Hal itu terlihat
dari rudal-rudal yang dikembangkan Tiongkok yang tidak hanya bisa menjangkau
59 Mick Ryan, “India-China 2030: A Net Assesment of the Competition Between Two
Rising Powers,” Vice Chief the Defence Force ( 2012): 3.
60
“Konferensi Asia Afrika/KAA di Bandung, 18 April 1955, Negara Peserta dan Hasil
KAA Dasa Sila Bandung , Bandung Declaration”
61
Monica Dian Adelina, “Sentralisme Demokrasi dalam Konstitusi Uni Soviet 1977“
skripsi pada FIB-UI, 2009, hal. 30
35
negara tetangganya, melainkan juga bisa menjangkau sasaran antar-benua, hingga
menjangkau sebagian besar wilayah Amerika Serikat.62
Sesungguhnya modernisasi Tiongkok terjadinya secara besar-besaran
sejak 2015, namun cikal-bakal modernisasi militer Tiongkok sudah terlihat
beberapa tahun sebelumnya. Kata-kata modernisasi sudah tampak pada white-
paper 2010 (The Defense White Paper for 2010) yang dipublikasikan pada 31
Maret 2011 mencatat bahwa Tiongkok akan terus mengimplementasikan strategi
militer pertahanan aktif (Active Defense), sambil mempertahankan kebijakan
untuk tidak menjadi pihak pertama dalam penggunaan nuklir (no first use).63
Dalam pertahanannya, Tiongkok menggariskan empat kebijakan nasional,
yakni: (i) Menjaga kedaulatan nasional, keamanan dan kepentingan pembangunan
nasional; (ii) Menjaga keharmonisan sosial dan stabilitas; (iii) Mempercepat
modernisasi pertahanan nasional dan angkatan bersenjata; (iv) Menjaga
perdamaian dan stabilitas dunia.64
Modernisasi militer Tiongkok memasuki fase baru pada 2015 yang
ditandai dengan adanya reformasi pada struktur militer. Reformasi bertujuan
untuk memperkuat kendali Partai Komunis Tiongkok (Chinese Communist
Party/CCP) atas militer, meningkatan kemampuan tentara (People’s Liberation
Army/PLA) untuk melakukan operasi bersama, meningkatkan kemampuan PLA
untuk berperang dalam jangka pendek, konflik regional dengan intensitas tinggi
pada jarak yang lebih jauh dari daratan Tiongkok. Para pemimpin Tiongkok
62 “Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016,” Office of the Secretary of Defense (26 April 2016): i.
63
Mick Ryan, “India-China 2030: A Net Assesment of the Competition Between Two
Rising Powers”,6.
64
Ryan, “India-China 2030”, 6.
36
mencari cara untuk meningkatkan pertumbuhan kekuatan militer, diplomasi dan
kekuatan ekonomi. Hal ini semua diperlukan Tiongkok demi mencapai ambisinya
membangun keunggulan regional, dan memperluas pengaruh internasionalnya.65
Para pemimpin Tiongkok mencirikan modernisasi People’s Liberation
Army (PLA) ini sebagai hal yang esensial untuk mencapai status “great power”
dan apa yang Presiden Tiongkok Xi Jinping namakan sebagai “China Dream”.
Para pemimpin Tiongkok tersebut menggambarkan militer yang kuat sebagai
masalah kritis dalam memajukan kepentingan Tiongkok, mencegah negara-negara
lain mengambil langkah-langkah yang akan merusak kepentingan Tiongkok, dan
memastikan bahwa Tiongkok mampu mempertahankan diri dan dapat mengklaim
kedaulatannya.66
Dalam jangka panjang, para pemimpin Tiongkok memfokuskan
pengembangan kemampuan militer yang mereka anggap dan proyeksikan untuk
mencegah atau mengalahkan kekuatan musuh dan melawan pihak ketiga,
termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan lain-lain. Modernisasi militer Tiongkok
memproduksi kemampuan yang memiliki potensi untuk mengurangi keunggulan
teknologi militer negara-negara lain. Pihak resmi Tiongkok mengungkapkan
bahwa anggaran militer mereka ditingkatkan 9,8 persen pertahun, untuk
menyesuaikan dengan inflasi antara 2015-2016.67
65 “Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, i.
66
Anthony H. Cordesman dan Steven Colley, Chinese Strategy and Military
Modernization in 2015: A Comparative Analysis (Washington, DC: Center for Strategic
&International Studies, 2015), 10.
67
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, i.
37
Menurut tinjauan pihak Amerika Serikat, para pemimpin Tiongkok
tampaknya berkomitmen untuk mempertahankan pertumbuhan pengeluaran
pertahanan pada masa mendatang. Dari jumlah anggaran militer yang terus
membesar menunjukkan bahwa peningkatan kekuatan militer merupakan prioritas
pemerintah Tiongkok, meskipun dengan konsekuensi terjadinya perlambatan
pertumbuhan ekonomi.68
Konfirmasi pemimpin Tiongkok pada publik bahwa Tiongkok pertama
kalinya berkeinginan untuk membangun fasilitas pendukung militer di luar negeri,
yakni di Djibouti, telah merefleksikan pandangan pemimpin Tiongkok yang lebih
global. Dalam pandangan Amerika Serikat, fasilitas militer pada lokasi yang jauh
dari kawasan Tiongkok tersebut dapat dimanfaatkan untuk memantau dan
mempertahankan operasi Angkatan Laut PLA pada posisi jarak yang lebih jauh
dari daratan Tiongkok.69
Selama tahun 2015, PLA terus meningkatkan kemampuan strategis yang
dapat digunakan dalam wilayah potensial, termasuk rudal jelajah (cruise missiles),
rudal balistik jangka pendek dan menengah, pesawat berkinerja tinggi, jaringan
pertahanan udara terpadu, kapabilitas operasi dalam informasi militer, unit serbu
amfibi dan udara. PLA juga menguji dan mengembangkan rudal baru jarak
menengah dan jauh, rudal untuk serangan darat (land attack), dan rudal jelajah
68 “Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, i
69
Panda Ankit, "Confirmed: Construction Begins on China's First Overseas Military Base
in Djibouti", the diplomat; dalam http://thediplomat.com/2016/02/confirmed-construction-begins-
on-chinas-first-overseas-military-base-in-djibouti/; diakses pada 27 Juli 2016.
38
anti-kapal, yang dalam satu operasi militer akan mendorong musuh keluar dari
daerah konflik.70
Tiongkok juga memfokuskan diri pada pengembangan luar angkasa,
operasi maya ofensif, dan pengembangan kemampuan perang elektronik
(electronic warfare) untuk mencegah musuh memperoleh informasi dari perang
yang didasarkan pada keuntungan teknologi informasi. Modernisasi militer
Tiongkok tampak pada pengembangan reformasi struktur, doktrin, hingga
pelatihan. Rencana modernisasi yang diumumkan pemimpinan Tiongkok pada
2015 merupakan rencana reformasi yang paling signifikan dalam PLA pada
sekurang-kurangnya tiga dekade terakhir. 71
Melalui modernisasi tersebut PLA memperbaharui strategi pada level yang
lebih tinggi, menyusun rencana dan kebijakan yang lebih merefleksikan niat untuk
mengubah PLA menjadi kekuatan yang lebih fleksibel dan canggih, yang mampu
melakukan operasi bersama yang lebih maju, yang mampu memenangkan perang
informasi secara real-time data.72
Langkah-langkah pemimpin Tiongkok dalam memodernisasi PLA dimulai
dari kebijakan mereformasi struktur organisasi militer. Pemimpin Tiongkok
menyadari adanya gap yang semakin lebar antara struktur organisasi militer yang
70 “Report on China‟s Military Developments: Conclusion,” New York Analysis of Policy
& Government; dalam http://www.usagovpolicy.com/nyanalysis/tag/chinese-military-
developments/; diakses pada 27 Juli 2016.
71
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, i.
72
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, 1.
39
existing dengan tuntutan teknologi modern, termasuk teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) atau Information, Communication, and Technology (ICT).73
Partai Komunis Tiongkok (The Chinese Communist Party) mendukung
perlunya reformasi tersebut pada pleno ketiga kongres ke-18 partai pada
November 2015. Kemudian Komite Militer Pusat (Central Military Commission/
CMC) mendirikan Leading Group for Deepening Defense and Military Reforms
pada November itu juga setelah kongres partai. Presiden Xi Jinping memimpin
group tersebut, dan sebagai wakil ketua CMC, Fan Changlong dan Xu Qiliang.
Rangkaian sosialisasi mengenai reformasi PLA tersebut terus bergulir hingga
akhir Desember 2015.74
Pada akhir November 2015, Presiden Xi memperkenalkan elemen-elemen
utama refomasi PLA yang harus selesai tahun 2020. Departemen Pertahanan
Nasional (The Ministry of National Defense/ MND) menyatakan bahwa secara
keseluruhan reformasi berusaha untuk meningkatkan administrasi kepemimpinan
dan komando operasi gabungan, sehingga PLA akan memiliki struktur kekuatan
yang mampu melawan dan memenangkan konflik modern. Reformasi PLA
tersebut meliputi :
a. Area komando operasi (theaters). PLA melakukan transisi area komando
operasi yang sejak lama terdiri atas tujuh area komando operasi atau komando
73 Malcolm R. Lee, Kaela Mananquil dan Rachel Wagley, “The 2015 U.S.-China Strategic
and Economic Dialogue in review: An interview with Malcolm R. Lee,” Brokings; dalam
https://www.brookings.edu/on-the-record/the-2015-u-s-china-strategic-and-economic-dialogue-in-review-
an-interview-with-malcolm-r-lee/; diakses pada 1 Agustus 2016.
74
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, 1.
40
bersama (joint command). Penyederhanaan area komando operasi ini
dimaksudkan untuk memperkuat efektivitas tempur. Dalam struktur organisasi
yang lama (Gambar 3.1) yang berlaku 30 tahun, yakni sejak 1985 hingga
2015; terlihat masih terdapat 7 (tujuh) divisi. Central Military Commission
(CMC) masih belum terbagi, dan masih terpusat. Strategic Support Force
belum ada, begitu pula tambahan dua Services dan satu Branch.
Gambar 3.1 Struktur Lama (1985-2015) PLA
Sumber: Office of the Secretary of Defense, USA (2016: 55)
Sementara itu pada struktur baru, CMC tidak lagi terpusat, namun
memiliki 6 (enam departemen) yakni CMC Departments, tiga komisi (CMC
Commission), dan lima kantor baru (5 CMC Offices). Selain itu, wilayah komando
41
operasi militer berubah yang semula 7 (tujuh) daerah operasi militer, menjadi 5
(lima) daerah operasi militer. Kemudian terdapat organ baru, yakni Strategic
Support Force, dan 4 (empat) Services (Lihat Gambar 3.2).
Gambar 3.2 Struktur Baru (2015-2020) PLA
Sumber: Office of the Secretary of Defense, USA (2016: 55)
b. Markas Besar PLA (Army Headquarters). Mulai tahun 2015 PLA mendirikan
kantor pusat untuk Angkatan Darat, menciptakan layanan terpisah dari PLA.
Sebelumnya pimpinan unit Angkatan Darat PLA telah diintegrasikan ke dalam
PLA, menjadi departemen keempat, yakni Departemen Umum, yang masing-
masing departemen terwakili pada Komite Militer Pusat (Central Military
Commission/ CMC).
42
c. Divisi Roket (Rocket Force). Pada 31 Desember 2015, pimpinan militer
Tiongkok menunjuk kembali The PLA Second Artilertry Force (PLASAF)
sebagai the PLA Ricket Force (PLARF) dan menaikkan posisi lembaga ini
menjadi cabang struktur militer yang independen dengan layanan penuh.
d. Divisi Pendukung Strategis (Strategic Support Force). Pada hari terakhir
2015, PLA menciptakan divisi baru di bawah CMC, yang ditugaskan untuk
mengontrol dan meningkatkan kapabilitas PLA di ruang angkasa.
e. Peran dan misi (roles and missions). Rencana reformasi militer bertujuan
untuk membangun dua garis wewenang yang lebih jelas di bawah CMC. Hal
ini berarti pemisahan yang jelas antara otoritas manajemen sumber daya
manusia, dengan komando operasi, yang sebelumnya terjadi tumpang tindih
peran.
f. Departemen Staf (Staff Departments). Kepemimpinan dalam tubuh PLA
menyesuaikan dengan staf-staf dalam PLA, dengan menggantikan empat
departemen umum dengan enam joint-departement, tiga komisi, lima kantor,
yang semuanya di bawah CMC.
g. Disiplin Internal (Internal Discipline). CMC memperketat disiplin militer
berdasarkan nilai-nilai reformasi yang ditetapkan Discipline and Inspection
Commission Auditing Office, sistem hukum PLA, serta lembaga politik dan
hukum.75
75 “Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, 2-3.
43
Modernisasi militer Tiongkok tersebut dicerminkan pada seleksi kembali
anggota pasukan PLA, sehingga Presiden Xi mengumumkan bahwa PLA
mengurangi 300 ribu personil yang berfokus pada unit persenjataan dan personil
non-tempur, diperkirakan akan selesai akhir 2017. Hal ini merupakan langkah
pimpinan Tiongkok untuk mengurangi anggota PLA yang bukan personil tempur.
Tenaga administratif, personil sosial-budaya, hingga akademisi, dikurangi
jumlahnya. Pemotongan personil non-tempur ini terjadi di satu pihak, namun di
pihak lain PLA justru meningkatkan kekuatan personil angkatan laut (PLA Navy)
dan personil angkatan udara atau PLA Air Force (PLAAF).76
Modernisasi PLA tampak pada pengembangan persenjataan, dan itu
menyeluruh baik untuk Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut.
Untuk persenjataan Angkatan Darat PLA, salah satu yang tampak
pengembangannya adalah roket dan rudal, yang dalam reformasi militer Tiongkok
berada di bawah kendali PLA Rocket Force (PLARF), baik yang berhulu ledak
nuklir maupun non-nuklir (konvensional). Saat ini PLA memiliki 1.200 rudal
Short-Range Balistic Missiles (SRBM). PLA memiliki kekuatan rudal
konvensional seperti CSS-11 (DF-16) dengan jangkauan 800-1.000 kilometer.77
CSS-11 yang dikombinasikan dengan rudal anti-kapal CSS-5 (DF-21C/D)
termasuk Medium-Range Ballistic Missile (MRBM) akan meningkatkan
kapabilitas Tiongkok untuk menyerang target negara-negara di kawasan (secara
regional) mulai dari Taiwan, India dan kawasan lainnya. Rudal-rudal tersebut
76 "China to cut troops by 300,000: President Xi," China Daily; dalam
http://www.chinadaily.com.cn/world/2015victoryanniv/2015-09/03/content_21782967.htm;
diakses pada 10 Agustus 2016.
77
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, 25.
44
dilengkapi dengan CJ-10 yang merupakan Ground-Launched Cruise Missile
(GLCM).Rudal CJ-10 memiliki jangkauan lebih dari 1.500 kilometer. Tiongkok
juga mengembangkan rudal konvensional yang berdaya jangkau menengah
(MRBM) seperti CSS-5 Mod 5 (DF-21D) Anti-Ship Ballistic Missile (ASBM).78
Dengan rudal tipe CSS-5 Mod 5 yang jangkauannya 1.500 kilometer,
memungkinkan PLA untuk menyerang kapal, termasuk kapal induk hingga di
Lautan Pacifik barat. Tiongkok juga meluncurkan DF-26 jarak menengah yang
tergolong IRBM pada September 2015. DF-26 akan mampu melakukan serangan
presisi terhadap target darat dan berkonstribusi pada pencegahan strategis di
kawasan Asia-Pasifik. Parade militer 2015 Tiongkok telah memamerkan DF-26
versi nuklir.79
PLRAF terus memodernisasi kekuatan nuklirnya dengan meningkatkan
rudal berbasis silo-based Inter-Continental Ballistic Missiles (ICBM) yang
mampu menambah kekuatan dalam sistem peluncuran rudal secara mobile. ICBM
yang dimiliki Tiongkok termasuk 75-100 buah ICBM, CSS-4 Mod 2 (DF-5) silo
based, dan sejumlah kendaraan yang tergolong dalam Multiple-Independently
Targetable Reentry Vehicle (MIRV) yang dipersenjatai Mod 3 (DF-5B), CSS-10
78 Gabe, ” China Deploys World‟s First Long-Range, Land-Based „Carrier Killer‟: DF-
21D Anti-Ship Ballistic Missile (ASBM) Reaches “Initial Operational Capability” (IOC)”, China
SignPost; dalam http://www.chinasignpost.com/2010/12/26/china-deploys-worlds-first-long-
range-land-based-carrier-killer-df-21d-anti-ship-ballistic-missile-asbm-reaches-initial-operational-
capability-ioc/; diakses pada 28 Juni 2016.
79
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, 25.
45
Mod 1 dan 2 (DF-31 dan DF-31A) dan rudal yang memiliki jangkauan lebih
pendek CSS-3 (DF-4).80
Sementara itu CSS-10 Mod 2 dengan jangkauan 11.200 kilometer dapat
mencapai banyak target hingga Amerika Serikat. Tiongkok juga mengembangkan
ICBM baru, yakni CSS-X-20 (DF-41) yang dapat diangkut dengan MIRV. Makna
dari jangkauan rudal-rudal tersebut adalah terkait dengan masalah geopolitik. Dari
titik posisi Beijing (ibukota) Tiongkok hanya berjarak 600-1000 kilometer ke
daratan India, Pakistan, Afghanistan, Kazakhstan, Rusia, hingga Jepang.81
Apabila jarak geografis Beijing ke negara-negara tetangganya itu
dihubungkan dengan daya jangkau rudal, maka dapat terlihat dari Gambar 3.3
bahwa rudal CSS-6 SRBM dan CSS-7 SRBM dapat menjangkau sebagian
wilayah India, Pakistan, Afganistan, Kazakhstan, Rusia. Kemudian CSS-5 ASBM,
CSS-5 MRBM, DH-10 LACM, JH-7 dengan ASCM, dan H-6 dengan ASCM
dapat menjangkau sempurna seluruh wilayah dari negara-negara tersebut.
Sedangkan Iran dapat dijangkau dengan rudal H-6 dengan LACM.82
80 “China Tests Missile With 10 Warheads,” The Washington Free Beacon; dalam
http://freebeacon.com/national-security/china-tests-missile-10-warheads/; diakses pada 5
September 2016.
81
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, 25.
82
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016”, 25.
46
Gambar 3.3 Geopolitik Tiongkok
Sumber: Office of the Secretary of Defense, USA (2016: 23)
47
Gambar 3.4 Jangkauan Rudal Tiongkok
Sumber: Office of the Secretary of Defense, USA (2016:24 )
Suatu hal yang membuat militer Tiongkok kini disegani adalah
modernisasi militernya telah menghasilkan sejumlah senjata nuklir yang cukup
tangguh, sehingga bisa menjadi kekuatan negara nuklir kedua setelah Amerika
Serikat. Hal ini dapat dipahami, karena sewaktu periode perang dingin (cold-war),
Tiongkok dan Uni Soviet terus mengembangkan senjata nuklir untuk mengejar
disparitas dengan Amerika Serikat. Namun setelah Uni Soviet pecah, Tiongkok
sepertinya mengambil posisi kedua setelah AS yang ketika perang dingin posisi
tersebut diduduki Uni Soviet. Tabel 3.1 menunjukkan kekuatan peluru kendali
48
berhulu nuklir degan segala varian spesifikasinya, untuk memper jelas lihat
Lampiran 6.
Tabel 3.1 Kekuatan Nuklir Tiongkok
Senjata & Kualifikasi Kuantitas
Kepala Nuklir (Nuclear Warheads)
Hulu ledak nuklir aktif 175
Hulu ledak cadangan atau menunggu pembongkaran 65
Komunitas intelijen Amerika Serikat memprediksikan
pertengahan 2020-an Tiongkok dapat melipatgandakan
jumlah kepala hulu ledak pada peluru kendali yang dapat
mengancam Amerika Serikat
100
Pesawat Sistem peluncur nuklir (Nuclear Delivery
Systems- Aircraft)
Pembom B-6E (Jelajah 3.100 kilometer) 20
Kapal Selam Sistem Peluncur Nuklir (Nuclear
Delivery Systems-Submarines)
Xia class (tipe 092) dipersenjatai dengan 12 JL-1 SLBM
strategis
1
Jin class (tipe 094) dilengkapi dengan sampai 12 JL-2
SLBM strategis. Komunitas masyarakat intelejien
Amerika Serikat memperkirakan tahun 2006 satu armada
mungkin lima tipe 094 SSDBNs akan dibangun dalam
rangka agar lebih mendekati spesifikasi SSBN saat ini
2, akan menjadi 3
atau lebih tahun di
tahun 2030
49
Peluru Kendali Sistem Peluncur Nukilir (Nuclear
Delivery System-Misiles)
40 + xDF-11 (Jelajah 300 kilometer) 240 + (estimasi)
200+ xDF-15 (Jelajah 600 kilometer)
17 x DF-3A (Jelajah 3.100 kilometer) Di atas 77 (estimasi)
60 x DF-21 (Jelajah 2.100 kilometer)
17 x DF-4 (Jelajah 4.750 kilomter) Di atas 77 (estimasi)
20 x DF5A 41 (estimasi) (60
tahun 2030) 8 x DF-31 (estimasi)
13xDF-31A (estimasi)
12x JL-1 (Jelajah 1.000 kilometer+) 48 (estimasi) (72
tahun 2030) 36 x JL-2 (Jelajah 7.200 kilometer)
Sumber: Ryan (2012:32)
Lampiran 6 menunjukkan kekuatan peluru kendali berhulu ledak nuklir
dengan segala varian spesifikasinya. Sementara secara umum kekuatan militer
Tiongkok pun tampak raksasa, dengan jumlah personil militer hingga 1,6 juta.
Semua divisi lengkap dengan persenjataan yang juga lengkap dan beragam. Tabel
3.2 menunjukkan data kekuatan militer Tiongkok per tahun 2011, untuk lebih
jelasnya lihat Lampiran 6.83
83 Mick Ryan, “India-China 2030: A Net Assesment of the Competition Between Two
Rising Powers”, 6.
50
Tabel 3.2 Kekuatan Militer Tiongkok (Per 2011)
Elemen Kekuatan Militer Jumlah Spesifikasi
Personil militer aktif 1.6 juta
Divisi
Infantri 17 Plus 22x brigade infantri
Pasukan artileri (armored) 9 Plus 8 x brigade altileri
Pasukan zeni 6 Plus 6 x brigade zeni
Pasukan gunung Nd 2 x brigade pasukan gunung
Pasukan udara 3
Kendaraan Tempur Lapis
baja (Fighting Vehicle/AFV
and Artillery)
Tank 7050 Hanya tank 1.500 x tipe-96/tipe-
96A dan 450xtipe-98A/tip-99 yang
dapat dipertimbangkan sebagai
MBTs modern
Pembom gerak cepat (fast air
and bombers)
82 H6A/E/H/M
986 J-7; J-8; J-11; Su-27
313 J-10; J-11B; JH-7: Su-30
120 Q-5
1.300 Campuran J-10, J-11, Su-30 dan
sejumlah kecil J-20 pesawat
51
siluman (stealth craft)
28% dari armada pesawat gerak cepat bisa diklasifikasikan sebagai generasi
pesawat modern ke-4 dan ke-4.5. Sisa pesawat sudah relatif tua karena merupakan
generasi ke-2 dan generasi ke-3.
Sumber: Mick Ryan, India-China 2030: A Net Assesment of the Competition Between Two
Rising Powers, Vice Chief the Defence Force, 2012.42
Modernisasi militer Tiongkok tampak juga dari anggaran militernya yang
sangat besar dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Tahun 2005 anggaran
pertahanan Tiongkok naik sebesar 12% atau sekitar US$ 29,9 miliar, setelah pada
tahun 2004 mengalami defisit sebesar US$ 38,7 miliar. Kemudian pada 2006 naik
sebesar 15% atau senilai US$ 35 miliar. Tahun 2007 meningkat menjadi US$ 45
miliar dan maret 2008 pemerintah Tiongkok secara resmi mengumumkan
kenaikan anggaran pertahanannya menjadi US$ 57,22 miliar. Bahkan pada tahun
2009 anggaran belanja pertahanan angkatan bersenjata Tiongkok sudah mencapai
angka kurang lebih US$ 70 miliar.84
Menurut data Stockholm International Peace
Research Institute mengenai belanja militer dunia, Tiongkok mengalokasikan
1.97% dari GDP untuk pertahanan antara tahun 1990 hingga 2010.85
Tabel 3.3 menunjukkan, dari enam sumber (RAND, Maddison, Goldman,
US Energy Outlook, Price Waterhouse Cooper, Carnegie Endowment)
memperlihatkan estimasi GDP Tiongkok yang berbeda-beda. RAND misalnya
untuk GDP 2030 yang estimasinya dibuat 2011 muncul dengan skala, yakni antara
84
Adi Joko Purwanto, “Peningkatan Anggaran Militer Cina dan Implikasinya terhadap
Keamanan di Asia Timur,” Jurnal ilmu politik Hubungan Internasional Spectrum (Juni 2010): 2.
85
Wolf Charles and others, “China and India, 2025: A Comparative Assessment ,” Prepared for the Office of the Secretary of Defense (2011): 110.
52
US$ 13 triliun hingga US$ 31 triliun. Kedua angka (minimal dan maksimal)
tersebut dibuat RAND setelah mempelajari 27 studi ekonomi yang berbeda-beda
yang membuat estimasi untuk GDP Tiongkok 2030.86
Tabel 3.3 Estimasi GDP & Anggaran Militer Tiongkok tahun 2030 (dari
Berbagai Sumber)
Sumber Data GDP Tiongkok
2030
Rata-Rata GDP
Tiongkok 2030
Estimasi
Anggaran Militer
RAND study
(2011)
US$ 13-31 triliun
US$ 22 triliun
US$ 260 miliar
(terendah), US$
620 (tertinggi)
Maddison (2006) US$ 21 triliun
Goldman Sachs
(2009)
US$ 14.7 triliun
US Energy
Outlook (2011)
US$ 28,9 triliun
Price Waterhouse
Coopers (2008)
US$ 25 triliun
Carnegie
Endowment
(2010)
US$ 21,5 triliun
Sumber: Dimodifikasi dari Ryan (2012: 11)
86 Wolf Charles and others, “China and India, 2025”, 54.
53
Goldman Sachs memprediksi GDP Tiongkok akan menjadi US$ 70 triliun
tahun 2030.87
Berdasarkan seluruh data mulai dari angka absolut terendah hingga
yang tertinggi yang terungkap pada dua dekade, GDP Tiongkok tahun 2030
adalah US$ 22 triliun. Berdasarkan nilai GDP tersebut, dengan asumsi alokasi
anggaran militer 2% dari GDP, maka perkiraan alokasi anggaran militer Tiongkok
adalah antara US$ 260 miliar (minimal) hingga US$ 620 (maksimal) atau secara
rata-rata US$ 440 miliar.88
Ryan, memprediksi pada 2030 Tiongkok akan memiliki keunggulan
ekonomi global. Prediksi ini didasarkan pada fakta bahwa dewasa ini kedua
negara memiliki basis ilmiah, industri dan teknologi, memiliki kekuatan nuklir,
dan memiliki program luar angkasa; sehingga kedua negara memiliki energi besar
untuk bisa menjadi kekuatan global di bidang ekonomi maupun militer.
Modernisasi militer besar-besaran yang dilakukan Tiongkok seperti
menyiratkan bahwa Tiongkok hendak menjadi negara terkuat di Asia dalam
militer maupun ekonomi, yang berarti hendak menggeser kekuatan Jepang di Asia
Timur, dan menggeser kekuatan India di Asia Selatan. Dalam upayanya menjadi
pemimpin di kawasan, Tiongkok kemudian melakukan beberapa strateginya,
yakni :
87
O„Neill, Jim and Anna Stupnytska, “The Long-Term Outlook for the BRICs and N-11
Post Crisis, “ Goldman Sachs Global Economics, Commodities and Strategy Research (December
2009): 22.
88
Mick Ryan, “India-China 2030: A Net Assesment of the Competition Between Two
Rising Powers”, 15.
54
1. Pengembangan Militer Tiongkok di Tibet
Menteri Pertahanan India, A.K Antony, tahun 2011, melaporkan kepada
parlemen India mengenai perhatian yang meningkat dari pemerintah India
sehubungan dengan pembangunan infrastruktur Tiongkok yang terus meningkat
di wilayah otonom Tibet, atau Tibet Autonomous Region (TAR). Menurut Antony,
telah terjadi pembangunan di Tibet berupa rel kereta api, jalan raya, lapangan
terbang, dan infrastruktur komunikasi.89
Perkembangan ini telah mengkhawatirkan para petinggi militer India.
Menurut kalangan militer India, peningkatan kapasitas jalur rel kereta api antara
Golmud-Lhasa diperkirakan dapat memungkinkan Tiongkok untuk memobilisasi
sebanyak 12000 tentara dalam rentang waktu yang dulunya mencapai satu bulan
kini hanya membutuhkan waktu 72 jam. Demikian juga rel kereta api yang
menghubungkan Lanzhou ke Khasi (Khasgar) dan ke Lhasa yang berbatasan
dengan India, akan mempermudah Tiongkok dalam mendistribusi sumberdaya
dan logistik dari wilayah militer Chengdu dan Lanzhou.90
Menteri A.K. Antony juga mengungkapkan bahwa Tiongkok telah
mengembangkan jaringan jalan sepanjang 58.000 kilometer. Tiongkok juga telah
membangun lima lapangan udara operasional di Gongar, Pangta, Linchi, Hoping,
dan Gar Gunsa.91
Program penguatan militer Tiongkok secara besar-besaran untuk
mengupgrade lapangan terbang, termasuk pembangunan tempat pendaratan
89 Gurmeet Kanwal dan Monika Chansoria, “China Preparing Tibet as Future War Zone,”
Deccan Herald; dalam http://www.deccanherald.com/content/165996/china-preparing-tibet-future-
war.html; diakses pada 15 Agustus 2016.
90
Kanwal dan Chansoria, “China Preparing Tibet as Future War Zone,”.
91
“China Has Five Airfields in Tibet, Antony Tell Gouse,” The Tribune; dalam
http://www.tribuneindia.com/2011/20110308/nation.htm#2; diakses pada 15 Agustus 2016.
55
pesawat berteknologi modern; semuanya sangat memungkinkan peningkatan
potensi serangan angkatan udara Tiongkok secara keseluruhan melalui Tibet.92
Pangkalan militer Tiongkok di Tibet memberikan kemampuan udara
secara substansial dan dapat mempercepat mobilisasi pasukan, serta
memperpendek periode peringatan dini (early warning). Menurut Monika
Chansoria dari Centre for Land Werfare Studies di New Delhi, Tiongkok telah
meng-upgrade kapabilitas perangnya di wilayah Otonom Tibet. Untuk
mendukung struktur komando dan pengawasan, Tiongkok telah memasang 58
terminal untuk satelit, dan menyebarkan jaringan serat optik pada hampir 55
kabupaten di Tibet, termasuk wilayah Ali dan daerah perbatasan Chamdo.93
Komunikasi yang aman dan konektivitas broadband memungkinkan
sistem perintah di medan perang, yang akan memperkuat keseimbangan cyber
warfare. Kesulitan medan di wilayah Tibet ternyata tidak secara signifikan
memperlambat penggelaran infrastruktur militer Tiongkok. Untuk mengatasi
masalah kecepatan gerak pasukan di dataran tinggi, Tiongkok dilaporkan
membangun ruang hiperbarik untuk memfasilitasi aklimatisasi gerak cepat
pasukan yang berasal dari dataran yang lebih rendah. Untuk pertama kalinya
Tiongkok membangun barak-barak khusus di daerah militer Nagchu pada
ketinggian 4.500 meter, yang dilengkapi dengan suplai oksigen.94
92 Monika Chansoria, “China‟s infrastructure developments in Tibet: Evaluating
Trendlines,” Maneskshaw Paper, No 32 (2011): 30.
93
Gurmeet Kanwal dan Monika Chansoria, “China Preparing Tibet as Future War Zone”,
17.
94
“China Builds Oxygen-Rich Barracks for Soldiers in Tibet,” Tibet News Digest; dalam
http://www.tibetinfonent.net/content/news/11303; diakses pada 16 Agustus 2016.
56
Dalam rangka menyempurnakan model aplikasinya, tentara Tiongkok
telah meningkatkan frekuensi dan level latihan militenyar di Tibet. Ruang lingkup
latihan ini membuat Tiongkok menjadi semakin canggih dan mampu
menampilkan kapasitasnya yang bukan saja dalam peperangan net-centric (perang
terpusat dalam satu komando) namun juga dalam kerangka komando yang
terintegrasi, dan dapat menyediakan informasi secara real-time dan penilaian
medan perang. Misalnya, November 2011 tentara Tiongkok (PLA) untuk pertama
kalinya berlatih melewati gunung-gunung di Tibet pada ketinggian lebih dari
5.000 meter dengan bantuan kendaraan lapis baja dan pasukan udara dalam
latihan militer secara langsung.95
Latihan militer tersebut menyertakan roket masif dan tembakan artileri.
Pada latihan tersebut dipertunjukkan bagaimana serangan bersama roket dan rudal
dalam sebuah sistem yang dilengkapi sensor yang dikendalikan dari suatu
terminal, sehingga membuat serangan sangat presisi. Dalam latihan menembak
secara langsung, Angkatan Udara Tiongkok (PLA Air Force/PLAAF)
menggunakan pesawat tempur multirole J-10 dalam konfigurasi serangan udara
menggunakan bom konvensional maupun bom dengan bantuan laser.96
Di Tibet, tentara Tiongkok juga membangun kemampuan rudal
konvensional dan strategis, mendasarkan pada infrastruktur yang berkembang di
daerah tersebut. Menurut analis pertahanan Vijai K. Nair, Tiongkok telah
95 Pranab Dhal Samanta, “China Now Rehearses Capture of Tibet Passes,” Indian
Express; dalam http://www.Indianaexpress.com/news/china-now-rehearses-caputure-of-tibet-
passes/878174/0; diakses pada 18 agustus 2016.
96
Pranab Dhal Samanta, “China Now Rehearses Capture of Tibet Passes”.
57
meningkatkan rudal nuklir dan balistik dengan target jangkauan India. Tiongkok
tidak hanya memiliki sejumlah rudal CSS-2 dengan jangkauan serangan sejauh
3.100 kilometer, yang disiapkan oleh Angkatan Darat ke-53 di Jianshui. Tiongkok
juga menyiapkan rudal balistik jarak menengah, Dong Feng-21 (CSS-5) yang
diletakkan sepanjang perbatasan India sehingga hal ini menunjukan ancaman
nyata dari Tiongkok.97
Tiongkok diduga hendak menunjukkan bukan hanya kecanggihan mesin
perangnya, namun juga sistem perang baru yang mengintegrasikan kekuatan darat
dan udara di medan berat seperti pegunungan Tibet. Kedekatan provinsi di India
dan kepadatan penduduknya seperti di Provinsi Uttar Pradesh dan Provinsi Bihar,
dengan lokasi penggelaran militer Tiongkok, menyebabkan kerentanan strategis
untuk India.
2. Penggelaran Militer Tiongkok di Samudera Hindia
Samudera Hindia telah menjadi tantangan terbesar dalam keamanan
Tiongkok. Samudera Hindia juga menjadi arena perebutan pengaruh antara
Tiongkok, Jepang, India, dan Amerika Serikat dimana wilayah tersebut
merupakan jalur utama ekspor dan impor minyak Tiongkok. Hal ini membuat
Tiongkok berambisi untuk menguasai wilayah tersebut sebagai upaya menjaga
keamanan pasokan minyak ke Tiongkok. Selain itu, adanya keinginan untuk
97
Ashley J. Tellis dan Travis Tanner , ed, china’s military challenge [buku on-line]
(Washington, D.C. : The National Bureau of Asian Research, 2012), 281; tersedia dalam
https://books.google.co.id/books?id=MUMNAgAAQBAJ&pg=PR4&lpg=PR4&dq=Ashley+J.+Te
llis+and+Travis+Tanner,+china%E2%80%99s+military+challenge&source=bl&ots=GsQOLKkfb
Y&sig=gCwgLtM87TP_Z_Sz39g8xkdHFI0&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiYyLTZwMzSAhWG
jLwKHdecD3oQ6AEISzAH#v=onepage&q=Ashley%20J.%20Tellis%20and%20Travis%20Tanne
r%2C%20china%E2%80%99s%20military%20challenge&f=true
58
mengontrol kawasan Samudera Hindia dan Selat Malaka demi keamanan
maritimnya, serta tujuan untuk menyebarkan pengaruh politik dan ekonomi,
Tiongkok membangun kekuatan militernya melalui pelabuhan dinegara-negara
sekitar kawasan tersebut.
Penguatan mesin perang Tiongkok di Samudera Hindia meliputi sebagian
besar wilayah Teluk Arab, melewati Samudera Hindia, Selat Malaka, hingga Laut
China Selatan. Untuk melaksanakan rencana ini, Tiongkok menyiapkan
infrastruktur untuk penempatan mesin perang di Samudera Hindia, termasuk
memfasilitasi sarana untuk berlabuh kapal dengan menyediakan dukungan teknis,
pemeliharaan, pengisian bahan bakar, dan penyediaan material yang diperlukan
mesin perang Tiongkok di tiap pelabuhan negara yang bekerjasama dengan
Tiongkok. Infrastruktur militer ini akan dibangun secara besar-besaran, mulai dari
Gwadar Port di Pakistan, Hambantota Port di Sri Lanka, Chittagong Port di
Bangladesh, Sittwe Port di Myanmar, Sihanoukville Port di Kamboja dan kanal
Kra di Thailand, serta investasi pelabuhan di Maladewa.98
Selain itu, Tiongkok juga memperkenalkan konsep “Far Sea Defense”
(pertahanan laut jarak jauh) sebagai pendorong untuk mengembangkan
kemampuan angkatan laut jarak jauhnya. Rencana Angkatan Laut Tiongkok
mendefinisikan jangkauan “far sea defense” tersebut membentang dari barat laut
Samudera Pasifik hingga Samudera Hindia bagian Timur, bahkan sampai pantai
98 Ashley J. Tellis dan Travis Tanner, ed, China’s Military Challenge, 282.
59
timur Afrika.99
PLA Navy Plan tersebut memfokuskan pada peningkatan
kemampuan dan pengembangan teknologi militer.
Berdasarkan rencana tersebut Tiongkok pada tahun 2025 akan berada pada
posisi sekurang-kurangnya dapat menciptakan kelompok tempur pada Samudera
Hindia. Kelompok kekuatan tempur ini akan dilengkapi dengan satu atau dua
kelompok kekuatan yang didukung oleh dua atau tiga kapal selam pembawa rudal
nuklir jarak menengah atau nuclear-powered attack submarines (SSN) dan rudal
jarak menengah berbasis pantai atau shore-based medium range missiles,
termasuk rudal balistik anti-kapal (antiship ballistic missiles).100
3. Strategi Tiongkok di Asia Selatan
Di kawasan Asia, terutama Asia Selatan, Tiongkok menggunakan tiga
strategi perimbangan kekuatan. Ketiga strategi tersebut merupakan perpaduan
antara militer, energi, ekonomi, dan politik, yakni:
Pertama, Tiongkok berusaha membuat kesenjangan atau disparitas sejauh
mungkin antara kekuatan militer negaranya dengan negara tetangganya di Asia
Selatan. Strategi ini ditempuh melalui jalan modernisasi militer, dan sekaligus
memanfaatkan pengaruh politik dan kekuatan ekonominya.
99 Philip C. Saunders, Christopher D. Yung, Michael Swaine, dan Andrew Nien-Dzu
Yang, eds., The Chinese Navy: Expanding Capabilities, Evolving Roles (Washington, D.C,:
Nationalo Defense University Press, 2011); dan Joseph Y. Lin, “China Focuses on Far Sea
Defense,” Asia Times Online; dalam http://www.atimes.com/atimes/China/LG09Ad02.html;
diakses pada 16 Agustus 2016.
100
Gurmeet Kanwal, “India‟s Nuclear Force Structure 2025,”Carnegi Endowment for
International Peace; dalam http://carnegieendowment.org/2016/06/30/india-s-nuclear-force-
structure-2025-pub-63988; diakses pada 18 Agustus 2016.
60
Disparitas kekuatan militer Tiongkok dan India semakin tampak pada
tahun 2013. Kekuatan angkatan darat Tiongkok dapat dikerahkan dalam 48 jam ke
perbatasan Tiongkok-India, sedangkan India membutuhkan waktu lebih lama
yakni tujuh hari. Dalam 30 hari, Tiongkok dapat mengerahkan 30 divisi ke
perbatasan, yang masing-masing divisi berkekuatan 15.000 tentara. Dalam hal
perkembangan pesawat tempur (Lihat Gambar 3.5) pertumbuhan di India adalah
96 pesawat pada 1990, meningkat menjadi 126 pesawat tahun 2000, dan 322
pesawat tahun 2013; berbanding terbalik dengan Tiongkok, dari mulai 0 (tidak
punya pesawat) tahun 1990 menjadi 125 pesawat tahun 2000, dan menjadi 913
pesawat tahun 2013. Hal ini berarti India menghadapi kekuatan militer Tiongkok
tiga kali lebih kuat dari tahun 1990.101
101
Saturo Nagao, “Japan-India Military Partnership: India is the New Hope for Asia,”
CLAWS journal, Winter, (2013): 69-70.
61
Gambar 3.5 Ketidakseimbangan Kekuatan Militer Tiongkok dan India
Sumber: International Institute for Strategic Studies, The Military Balance
Kedua, Tiongkok menggunakan sejumlah negara seperti Iran, Pakistan,
negara-negara di Asia Tengah, Myanmar, Srilanka, Bangladesh, dan Maldives,
sebagai alat untuk memperoleh akses pada sumber-sumber minyak yang kritikal
di Samudera Hindia.102
Strategi ketiga Tiongkok di Asia Selatan adalah menggunakan soft-power
yakni melalui kerja sama ekonomi multilateral dan keterlibatan Tiongkok dalam
politik di kawasan, demi memperkuat pengaruh strategisnya di Asia. Tujuan
utama kebijakan multi-strategies ini adalah untuk memastikan lingkungan di
102 Ashley J. Tellis dan Travis Tanner, ed, China’s Military Challenge, 283.
62
sekitar Tiongkok dalam keadaan damai dan stabil melalui pengembangan
infrastruktur ekonomi.103
Tiongkok melakukan beberapa investasi di negara-negara Asia Selatan
seperti pembangunan pipa trans-Himalaya yang berfungsi untuk membawa
minyak mentah dari Timur Tengah ke Tiongkok Barat serta pemberian dana untuk
pembangunan pelabuhan Gwadar di Pakistan pada 2008.104
Di Sri Lanka,
Tiongkok melakukan perjanjian bilateral terkait bantuan untuk melawan
pemberontakan di Sri Lanka, membangun pelabuhan kontainer di wilayah
pelabuhan Hambantota, membangun kilang minyak, dan membangun bandar
Udara.105
Di Bangladesh, Tiongkok membangun pangkalan AL Tiongkok dan
pelabuhan komersil disekitar wilayah Chittagong serta membangun sambungan
rel dan jalan raya yang menghubungkan provinsi Yunnan dan Pelabuhan
Chittagong. Di Thailand, Tiongkok memberikan bantuan dana untuk proyek Kra
Kanal yang bagi Tiongkok berguna untuk memperpendek jarak dalam pengiriman
minyak dari Timur Tengah. Kepada Myanmar, Tiongkok memberikan dana
bantuan pembangunan jalan raya sepanjang 1.943 km dari kota Kunming-
Mandalay-Kyaukpyu-Sittwe dan jalur pipa sepanjang 1.060 km dari Kyaukpyu
hingga Kunming, Yunnan.106
Tiongkok juga menandatangani perjanjian dengan
103 Ashley J. Tellis dan Travis Tanner, ed, China’s Military Challenge, 283.
104 M.A. Zuberi, “Trans-Himalaya Pipeline”, Business Recorder;
dalam http://fp.brecorder.com/2006/11/20061106493965/; pada 10 April 2017. 105
“Profil Negara Sri Lanka,” Kemlu;
dalam http://www.kemlu.go.id/colombo/Pages/countryProfile.aspx; diakses pada 10April 2017.
106
Lipi Ghosh, ed., Eastern Indian Ocean: Historical Links to Contemporary
Convergences [buku online] (Cambridge: Cambridge Scholars Publishing, 2011), 187; tersedia
63
Maladewa terkait sewa pulau Marao selama 25 tahun dan membangun pangkalan
angkatan laut Tiongkok yang dilengkapi dengan kapal selam bertenaga nuklir.107
Strategi soft-power diimplementasikan Tiongkok juga dengan turut serta
dalam menyelesaikan perselisihan perbatasan di Asia Selatan, kecuali masalah
perbatasan Tiongkok dengan India dan Bhutan. Baru-baru ini Tiongkok dan
Tajikistan telah menyelesaikan sengketa perbatasan secara damai. Kepada
Tajikistan, Tiongkok rela melepaskan klaimnya demi benefit hubungan bilateral
dengan negara pecahan Uni Soviet tersebut. Selain dengan Tajikistan, Tiongkok
pun mengajukan penawaran sejenis terhadap Bhutan, terkait dengan perselisihan
perbatasan yang panjang antara Tiongkok dan Bhutan.108
Kebijakan Tiongkok menawarkan pelepasan klaim terhadap beberapa
wilayah di perbatasan Tiongkok-Bhutan ternyata disertai kompensasi dari pihak
Bhutan. Kompensasi untuk Tiongkok itu adalah Bhutan memperbolehkan
Tiongkok untuk membuka kantor konsuler di Thimpu, salah satu wilayah di
Bhutan. Kerja sama bilateral Tiongkok dan Bhutan yang memperbolehkan
Tiongkok membuka kantor konsuler di Thimpu tersebut telah mengecewakan
di https://books.google.co.id/books?id=sw4rBwAAQBAJ&pg=PA187&lpg=PA187&dq=1943km
+highway+project+from+Kyaukpyu+mandalay+kunming+Sittwe&source=bl&ots=989QEygLc4&
sig=QzqmGCmPV03-
FFujEWzbJZujqlg&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj42N60gZ7TAhVHK48KHbBcCRQQ6AEIIzA
A#v=onepage&q=1943km%20highway%20project%20from%20Kyaukpyu%20mandalay%20kun
ming%20Sittwe&f=false; diakses pada 10 April 2017. 107
“China acquires a base in Maldives against India with some help from Pakistan,”
Pakistan Defence; dalam https://defence.pk/pdf/threads/china-acquires-a-base-in-maldives-
against-india-with-some-help-from-pakistan.8165/; diakses pada 10 April 2017.
108
“Tajikistan Ratifies Demarcation Agreement with China in Settlement of Long-
Running Dispute,” Durham University; dalam
https://www.dur.ac.uk/ibru/news/boundary_news/?itemno=11360&rehref=%2Fibru%2Fnews%2F
&resubj=Boundary+news+Headlines; diakses pada 12 September 2016.
64
India. Di mata India kantor konsuler Tiongkok di Thimpu ini memperkuat fasilitas
komando dan pengawasan pihak Tiongkok di kawasan Asia Selatan.109
Tiongkok berupaya untuk menjadi lebih unggul daripada negara-negara
lainnya di kawasan, dengan cara menjalin dan memperkuat hubungan militer dan
ekonomi dengan negara-negara tetangga India, sementara ada beberapa negara
tetangga India yang memiliki hubungan kurang baik dengan India seperti
Bangladesh dan Bhutan. Langkah Tiongkok ini dinilai sebagai upaya
pembendungan terhadap India, dan sekaligus mengisolasi India, serta
mempersempit ruang gerak India.110
Dalam upaya pembendungannya, Tiongkok mencoba membangun
infrastruktur di sebelah barat Provinsi Baluchistan, Gilgit-Baltistan, dan bagian
lain dari Pakistan-Kashmir. Investasi besar Tiongkok juga yakni dengan
membangun jembatan darat yang menghubungkan benua wilayah-wilayah di Asia
Selatan ke daratan Tiongkok.111
Tiongkok juga memanfaatkan isu anti-India melalui media, mikroblog,
dan pemikir (think tanks). Hal itu tampak dari isi editorial Global Times setelah
sukses India dalam percobaan Agni V IRBM. Editorial tersebut memperingatkan
India agar tidak arogan, karena harus mempertimbangkan Tiongkok tetap masih
lebih unggul daripada India dalam hal senjata nuklir. Editorial ini mengingatkan
109 Anuradha Sharma dan Vishal Arora, “India Keeps Close Eye on China‟s Courtship of
Bhutan,” World Political Review (2012): 23-29.
110
Ashley J. Tellis dan Travis Tanner, ed, China’s Military Challenge, 283.
111
Ashley J. Tellis dan Travis Tanner, ed, China’s Military Challenge, 283.
65
India bahwa tidak ada kesempatan untuk melakukan perlombaan senjata (arm
races) dengan Tiongkok.112
B. Dampak Kebijakan Keamanan Tiongkok terhadap Kawasan Sekitar
Secara kualitatif dampak dari kebijakan keamanan Tiongkok, melalui
modernisasi militer PLA, bisa dilihat dari persepsi negara-negara di kawasan
tersebut, tetapi juga bisa dilihat dari persepsi Tiongkok dalam melakukan
modernisasi militernya. Dalam analisis Chase & Chan, motivasi utama
modernisasi militer PLA adalah deterrence, yakni untuk mencegah pihak lain
bertindak dan menyerang kepentingan nasional Tiongkok.113
Chase & Chan mengemukakan bahwa Tiongkok memandang konflik di
masa depan dalam empat skala berikut: (i) skala besar (a large scale), intensitas
tinggi, perang defensif melawan negara hegemonik yang mencoba memperlambat
kebangkitan Tiongkok; (ii) Skala yang relatif besar (a relatively large-scale),
secara relatif perang anti-separatis melawan kekuatan independen Taiwan; (iii)
Skala kecil hingga menengah (medium-to-small-scale), dengan intensitas konflik
menengah hingga rendah, yakni konflik perselisihan diperbatasan atau
ketidakstabilan di dalam negeri; (iv) skala kecil (small-scale), operasi militer
dengan intensitas rendah untuk melawan serangan teroris, mempertahankan
stabilitas, dan mempertahankan rezim. Berdasarkan kategorisasi empat skala
112
“Agni-V launch: India demonstrates ICBM capability; China reacts cautiously, says
India not rival,” The Times of India; dalam http://timesofindia.indiatimes.com/india/Agni-V-
launch-India-demonstrates-ICBM-capability-China-reacts-cautiously-says-India-not-
rival/articleshow/12730827.cms; diakses pada 13 September 2016.
113
Michael S. Chase dan Arthur Chan, “China‟s Evolving Approach to Integrated
Strategic Deterrence,” Reseach Report, RAND Corporation (2016): 1.
66
konflik dalam pandangan Tiongkok tersebut, maka dapat dipetakan dampak yang
mungkin terjadi pada negara-negara lain atas kebijakan modernisasi militer
Tiongkok.114
Bagi Tiongkok ancaman intervensi dan invasi Amerika Serikat sangat
serius, dan termasuk dalam kategori konflik skala pertama (skala besar,
pengerahan kekuatan militer dengan intensitas tinggi) dan kedua (skala relatif
besar). Keterlibatan Amerika Serikat dalam krisis Selat Taiwan tahun 1995-1996
membuktikan bahwa Amerika dapat secara langsung terlibat dalam konflik di
kawasan, sehingga menjadi ancaman besar untuk Tiongkok.115
Dampak terbesar modernisasi militer Tiongkok terhadap kawasan Asia
Timur, dirasakan oleh Taiwan. Konflik Tiongkok-Taipei pada 1995-1996
meruncingkan kembali permusuhan Tiongkok dengan Taiwan. Andrew Nathan,
ilmuwan politik dari Columbia University, mengemukakan bahwa percobaan
rudal oleh Tiongkok mengindikasikan bahwa Tiongkok hendak melindungi
kepentingannya dengan mencegah Taiwan agar melakukan tindakan provokasi
militer kepada Tiongkok, sekaligus mencegah kembalinya kebijakan
pembendungan (containment policy) oleh Amerika Serikat, atau menimbulkan
dipersenjatainya kembali Jepang. 116
114 Michael S. Chase dan Arthur Chan, “China‟s Evolving Approach to Integrated
Strategic Deterrence”, 2.
115
Michael S. Chase dan Arthur Chan, “China‟s Evolving Approach to Integrated
Strategic Deterrence”, 3
116
Vincent Wei-cheng Wang, “The Chinese Military and the “Taiwan Issue”: How
China Access its Security Environment,” Tamkang Journal of International Affairs 10, no. 4
(April 2007): 103.
67
Kemudian bagi negara-negara di kawasan, konflik perbatasan dengan
India, atau perebutan pulau dengan sejumlah negara ASEAN (Filipina, Malaysia,
Indonesia), bagi Tiongkok merupakan skala konflik yang ketiga (dari rendah
hingga sedang). Dampak kebijakan keamanan Tiongkok tersebut sedikit banyak
berpengaruh pada negara-negara di kawasan. Di Asia Timur kebijakan keamanan
tersebut bisa berdampak Taiwan hingga Jepang, namun konflik dengan Taiwan
dikategorikan Tiongkok dengan kategori pertama dan kedua, karena kemungkinan
besar Amerika akan intervensi didalamnya.117
Sementara terhadap negara-negara Asia Tenggara dampak kebijakan
keamanan Tiongkok tersebut bisa berdampak pada negara-negara ASEAN,
terutama Filipina, Malaysia dan Indonesia yang terlibat konflik perebutan
sejumlah pulau di sekitar Laut Tiongkok Selatan. Sementara di Asia Selatan,
kebijakaan keamanan Tiongkok tersebut bisa berdampak terutama pada India, dan
negara lainnya (Pakistan, Afghanistan, Bangladesh, Kazakshtan, Rusia, hingga
Iran). Terhadap Asia Selatan, Tiongkok sejauh ini memasukkannya sebagai
potensi konflik kategori ketiga, seperti juga terhadap sejumlah negara ASEAN.118
Sedangkan konflik kategori keempat bagi Tiongkok bukanlah suatu
negara, namun terorisme, pengacu stabilitas dalam negeri, penjatuhan rezim, dan
semacamnya. Berdasarkan kategorisasi Tiongkok tersebut dapat dipahami,
117 “Why is the South China Sea contentious?” BBC; dalam
http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-13748349; diakses pada 5 September 2016.
118
Vincent Wei-cheng Wang, “The Chinese Military and the “Taiwan Issue”: How China
Access its Security Environment”, 103.
68
mengapa penggelaran alat perang banyak di kawasan Asia Timur, karena melihat
Taiwan sebagai ancaman utama (kategori satu).119
Berikut ini uraian secara khusus mengenai dampak kebijakan Tiongkok
tersebut terhadap hubungan Tiongkok-Taiwan, dan Tiongkok-Jepang secara
parsial.
1. Dampak Militerisasi Tiongkok terhadap Hubungan Tiongkok-Taiwan
Sebagaimana dikemukakan Nanto dan Avery, tidak ada area yang begitu
kuat jalinan antara masalah militer dan ekonomi kecuali Selat Taiwan. Strategi
militer Tiongkok dengan tetap mempertahankan posisi “garang” terhadap
kemerdekaan Taiwan dengan ancaman aksi militer terhadap provinsi yang
membangkang, Tiongkok telah menggelar 600 rudal di sepanjang pantai selatan
Tiongkok dan menghadap ke arah Taiwan. Tiongkok menambah kemampuan
angkatan lautnya untuk suatu ketika dapat menyerang Taiwan.120
Namun satu hal yang menarik, dari sisi ekonomi Tiongkok justru
mendorong Taiwan untuk berinvestasi di Tiongkok, dengan harapan dapat
memperbaiki saling ketergantungan kedua negara dalam bidang keuangan dan
ekonomi. Pihak Tiongkok mengundang para investor Taiwan untuk datang ke
Tiongkok, berinvestasi di Tiongkok, dan pemerintah Tiongkok menjamin warga
Taiwan akan diberi perlakuan yang baik dan diberi perlindungan hukum.121
119 Vincent Wei-cheng Wang, “The Chinese Military and the “Taiwan Issue”: How China
Access its Security Environment”, 103.
120
Dick K. Nanto dan Emma Chanlett-Avery, “ The Rise of China and Its Effect on
Taiwan,Japan, and South Korea: U.S. Policy Choices,” CRS Report for Congress (12 April 2005):
CRS-12.
121
Vincent Wei-cheng Wang, “The Chinese Military and the “Taiwan Issue”: How
China Access its Security Environment”,117-120.
69
Menurut Nanto dan Avery, hubungan lintas selat antara Tiongkok-Taiwan
terjadi pada beberapa level. Sebagaimana tampak pada Gambar 3.6, interaksi
antara Tiongkok dan Taiwan dimulai pada level individu, kemudian meningkat
pada level kelembagaan melalui interaksi ekonomi, diplomatik atau politik, dan
akhirnya militer. Semua interaksi lintas selat itu diletakkan dalam kontek sikap
“permusuhan” yang diliputi rasa identitas separatisme nasional Taiwan di satu sisi
dan rasa integritas wilayah sebagai satu wilayah Tiongkok yang berdaulat.122
Gambar 3.6 Level Hubungan Bilateral Tiongkok dan Taiwan
Sumber: Nanto & Avery (2006:12)
Pada level ini temperatur interaksi rakyat Tiongkok dan Taiwan bersifat
kombinasi (mixed), antara hubungan yang hangat (warm) dalam hal hubungan
122 Nanto dan Avery, “ The Rise of China and Its Effect on Taiwan,Japan, and South
Korea: U.S. Policy Choices”, CRS-12.
70
secara komunikasi, travel, hubungan kekeluargaan; dengan hubungan yang dingin
(cool) jika dilihat dalam konteks rasa nasionalisme masing-masing. Pada level
individual, interaksi antara rakyat Tiongkok dan Taiwan cenderung sedikit
campur tangan pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir warga Taiwan yang
menyeberangi selat Taiwan mencapai sekitar 13 juta yang mengunjungi Tiongkok
dan lebih dari 250 ribu rakyat Tiongkok mengunjungi Taiwan.123
Kemudian pada level perdagangan dan ekonomi, hubungan Tiongkok dan
Taiwan berada pada temperatur hot. Kepentingan ekonomi dan keuangan rakyat
pada kedua negara mendorong interaksi pada level ekonomi dan bisnis ini.
Temperatur pada interaksi tipe ini sangat hangat (very warm), bahkan panas (even
hot) yang ditandai dengan perluasan dan pertumbuhan kontak antar pebisnis dari
kedua negara. Selain investasi, Tiongkok dan Taiwan saling melengkapi dalam
hal teknologi (terutama sektor teknologi informasi), tenaga kerja, dan keahlian
manufaktur.124
Kemudian pada level diplomatik dan politik, hubungan Tiongkok dan
Taiwan cenderung cold (frigid). Tiongkok menggunakan power ekonomi dan
politiknya untuk melancarkan agenda diplomatiknya dan menghalangi akses
Taiwan pada organisasi internasional, seperti World Trade Organization (WTO),
mencegah Taiwan mendapatkan status sebagai observer pada World Health
Organization (WHO), dan mencegah Presiden Taiwan menghadiri forum tahunan
Asia Pacific Economic Cooperatation (APEC). Sementara itu, Taiwan mendesak
123
Kerry B. Dumbaugh, “Taiwan: Recent Developments and U.S. Policy Choices,” CSR
for Congress (25 September 2007): CRS-13.
124
Nanto dan Avery, “The Rise of China and Its Effect on Taiwan, Japan, and South
Korea: U.S. Policy Choices”, 13.
71
haknya untuk ruang berpolitik dan protes atas dimarginalisasikannya Taiwan
padahal Taiwan adalah negara berdaulat.125
Selanjutnya pada level militer, hubungan Tiongkok dan Taiwan berada
pada temperatur dingin (cold), yang berarti sejalan dengan hubungan diplomatik
dan politik. Ancaman militer Tiongkok terhadap Taiwan tetap konstan, dengan
menjadikan kekuatan militer Tiongkok sebagai deterrent dan kekuatan koersif.
Tiongkok mengeluarkan UU Anti-Pemisahan pada Maret 2005 sebagai tanggapan
usaha Taiwan untuk merdeka, Tiongkok akan menggunakan kekuatan militer
untuk menghadapinya.126
Laporan Pentagon menyebutkan, setelah 20 tahun memperoleh
pertumbuhan ekonomi yang baik, Tiongkok banyak memperoleh kesuksesan
dalam hal diplomasi, perbaikan kapabilitas militer, dan keseimbangan kekuatan
militer di Selat Taiwan yang semakin menguat. Kementerian pertahanan Taiwan
memprediksi kemungkinan serangan militer Tiongkok ke Taiwan relatif kecil,
namun dengan penumpukan kekuatan militer Tiongkok di Selat Taiwan akan
lebih memungkinkan Tiongkok menggunakan kekuatan militer dalam
menyelesaikan konflik Tiongkok-Taiwan.127
2. Dampak Militerisasi Tiongkok terhadap Hubungan Tiongkok-Jepang
Hubungan bilateral antara Tiongkok dan Jepang bergeser secara dramatis.
Terjadi interaksi yang tumbuh konsisten pada level individual dan ekonomi.
125 Norton, Michael, “China Wooing Caribbean Away From Taiwan” The Washington
Post, 27 February 2005, bag. A.22.
126
Nanto dan Avery, “The Rise of China and Its Effect on Taiwan, Japan, and South
Korea: U.S. Policy Choices”, 15.
127
Nanto dan Avery, “The Rise of China and Its Effect on Taiwan, Japan, and South
Korea: U.S. Policy Choices”, 16.
72
Membayang-bayangi friksi politik dan ketegangan sejarah dan sesekali angkatan
laut kedua negara mengalami bentrok di tengah samudera. Sebagaimana tampak
pada Gambar 3.7 temperatur interaksi pada level antar-rakyat terklasifikasi
“mixed”.128
Gambar 3.7 Level Hubungan Bilateral Tiongkok dan Jepang
Sumber: Nanto & Avery (2006:12)
Komunikasi dan pertukaran budaya cenderung hangat, namun sentimen
anti-Jepang dan insiden nasionalistik di Tiongkok masih tetap berlangsung dan
merubah menjadi dingin. Pada level ekonomi dan keuangan, hubungan Tiongkok
dan Jepang temasuk hangat. Sementara pada level diplomatik dan politik
hubungan kedua negara tidak hangat namun juga tidak dingin.129
128 Nanto dan Avery, “The Rise of China and Its Effect on Taiwan, Japan, and South
Korea: U.S. Policy Choices”, 16.
129
Nanto dan Avery, “The Rise of China and Its Effect on Taiwan, Japan, and South
Korea: U.S. Policy Choices”, 18-19.
73
Mengingat perselisihan Tiongok-Taiwan atas masalah klaim teritori,
hingga persoalan buku teks sejarah Jepang untuk siswa di Tiongkok; maka
hubungan keamanan antar keduanya bersifat tidak pasti. Dokumen resmi
pertahanan Jepang menyebutkan kekhawatiran Jepang atas modernisasi militer
Tiongkok. Pihak militer Jepang mencatat perlunya Jepang memperhatikan
modernisasi China’s People’s Liberation Army (PLA).130
Sebelumnya, dalam Japan’s National Defense Program Outline (NDPO)
untuk tahun 2004, disebutkan tiga kemungkinan Tiongkok menyerang Jepang
secara militer, yakni sebagai akibat konflik perebutan sumber daya kelautan,
konflik teritorial di Kepualauan Senkaku, dan meningkatnya konflik Tiongkok
dengan Taiwan. Namun pemikir militer Jepang memprediksikan bahwa serangan
militer Tiongkok secara langsung ke wilayah Jepang, diperkirakan kecil
kemungkinannya untuk saat ini.131
Berbagai isu kedaulatan sensitif mendominasi hubungan bilateral
Tiongkok-Jepang. Hal itu sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama. Pada 10
November 2005, misalnya, Angkatan laut Jepang (Japan Maritime Self Defense
Forces) melacak dan melarang masuk kapal selam nuklir Tiongkok yang
terdeteksi masuk ke wilayah perairan Jepang dekat Okinawa. Insiden tersebut
memicu kritik keras, baik dari kalangan eksekutif maupun legislatif Jepang.132
130
“Agency Anticipates China Attack on Japan,” Tokyo Shimbun (translated by US
Embassy service), 8 November 2005.
131
Nanto dan Avery, “The Rise of China and Its Effect on Taiwan, Japan, and South
Korea: U.S. Policy Choices”, 20-21.
132 Ikeda, Ryo, “The impact of declining defense budgets on Japan, maritime self
defense force”, Monterey California, Naval Postgraduate School, 2007, hal. 1.
74
Kalangan elite di Jepang mengkhawatirkan bahwa pembangunan ladang
gas Tiongkok dapat memasuki wilayah yang juga diklaim oleh Jepang, dan
Jepang telah melakukan survei pada Juli 2005. Kekhawatiran elite Jepang
tersebut terbukti, pada Oktober 2005, dilaporkan bahwa Tiongkok telah dimulai
pengeboran migas di wilayah yang diperebutkan antara Tiongkok dan Jepang.133
Dari uraian di atas dapat disentesakan bahwa motivasi Tiongkok
memodernisasi kekuatan militer PLA adalah untuk deterrence, yakni mencegah
pihak lain bertindak dan menyerang kepentingan nasional Tiongkok. Deterrence
dibagi dalam empat skala: (1) skala besar, yakni ancamaan intervensi Amerika
Serikat, (ii) Skala relatif besar, seperti keterlibatan AS dalam krisis Selat Taiwan
1995-1996 (iii) Skala kecil hingga menengah, seperti konflik perbatasan dengan
India, atau perebutan pulau dengan sejumlah negara ASEAN ; dan (iv) Skala
kecil, seperti terorisme, pengacu stabilitas dalam negeri, penjatuhan rezim, dan
sebagianya.
Dampak modernisasi milter PLA tersebut adalah: (i) meningkatkan
ketegangan permusuhan Tingkok-Taiwan, yakni penggelaran 600 rudal Tiongkok
di sepanjang pantai selat Tiongkok menghadap ke arah Taiwan; selain menambah
kekuatan angkatan laut di dekat Selat Taiwan. Hubungan diplomatik/politik tetap
dingin, namun hubungan ekonomi justru meningkat (hot). (ii) meningkatkan
ketegangan permusuhan Tingkok-Jepang, sehingga hubungan militer mendingin
(cold), hubungan diplomatik atau politik dingin, hubungan ekonomi membaik
(hot), dan hubungan individual campuran atara cold dan hot.; (ii) mencegah
133 “The Rise of China and Its Effect on Taiwan,Japan, and South Korea: U.S. Policy
Choices”, 20-21.
75
timbulnya kembali kebijakan pembendungan (containment policy) oleh Amerika
Serikat, atau menimbulkan dipersenjatainya kembali Jepang; (iii) terhadap negara-
negara Asia Tenggara dampak kebijakan keamanan Tiongkok tersebut bisa
terhadap negara-negara ASEAN, terutama Filipina, Malaysia dan Indonesia yang
terlibat konflik perebutan sejumlah pulau di sekitar Laut Tiongkok Selatan; (iv) di
Asia Selatan, kebijakan keamanan Tiongkok tersebut bisa berdampak terutama
pada India, dan negara lainnya (Pakistan, Afghanistan, Bangladesh, Kazakshtan,
Rusia, hingga Iran).
76
BAB IV
RESPON INDIA TERHADAP MODERNISASI DAN PENINGKATAN
MILITER TIONGKOK
PERIODE 2005-2015
Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai analisa security dilemma dan
arm race yang dialami oleh India terkait dengan modernisasi militer Tiongkok.
Selain itu, juga akan dipaparkan mengenai respon yang dilakukan India sebagai
upaya menghadapi modernisasi militer Tiongkok.
A. Dampak Modernisasi Militer Tiongkok bagi India
Hubungan yang fluktuatif antara India dan Tiongkok sudah terjadi sejak
Perang Tiongkok-India pada tahun 1962. Para analis militer menarik pelajaran
berharga dari perang tersebut. Boshle misalnya, mengingatkan bahwa pada perang
1962 itu India tidak mempersiapkan perang dengan baik, persenjataan India masih
kalah dengan Tiongkok dan strategi militer India kurang baik, sehingga perang
tersebut kurang diapresiasi dari sisi India.134
Saat ini, manuver strategis yang militer Tiongkok lakukan, yakni
modernisasi militer, pengembangan infrastruktur di Tibet, dan kemudian
melangkah ke pengembangan militer di Samudera Hindia, menghadapkan India
pada suatu tantangan yang lebih serius bagi keamanan India. Jejak pertumbuhan
134
Rahul K. Bhosle, “Strategic Lesson of 1962: A Contemporary Restrospective”,
Journal of Defence Studies, Vol. 6, No. 4 (October 2012): 166.
77
militer Tiongkok di Asia Selatan dan upaya Tiongkok untuk menggiring negara
periperal ke dalam pengaruhnya hanya menambah permasalahan baru bagi India.
Ketika pemerintahan India dipimpin oleh Modi sejak 2014, terdapat
harapan baru untuk peningkatan kapabilitas persenjataan India, terutama dari
aspek pengadaan persenjataan militer. India sejauh ini dikenal sebagai importir
senjata terbesar di dunia, dan hal ini akan diubah bahwa persenjataan harus dibuat
di dalam negeri, dalam skema “make in India”. Tantangan lain militer India yang
lebih mempersiapkan perang tradisional, akan diubah ke arah yang menitik
beratkan teknologi mutakhir.135
Terdapat juga dua kemungkinan pendekatan untuk India dalam
menghadapi tantangan modernisasi dan peningkatan kapabilitas militer Tiongkok.
Pertama, pada sisi politik dan ekonomi serta perdagangan, India lebih
mengedepankan strategi kerja sama dan meredam kompetisi. Namun, kedua,
terdapat kesadaran bahwa India harus bersikap realistis untuk mengembangkan
hard-power yang kredibel sebagai strategi perimbangan terhadap modernisasi dan
peningkatan kapabilitas militer Tiongkok.
Disinilah India dihadapkan pada dilema strategi dalam merespon
keseimbangan kekuatan dengan Tiongkok. Terdapat faktor Amerika Serikat yang
konvergen dengan kepentingan militer India di Asia Selatan dan India juga
dihadapkan pada dilema mengenai posisinya apakah akan menjadi penyeimbang
di kawasan yang berarti penyeimbang regional (regional balancer), atau
135
Sushant Singh dan Pusahan Das, “India‟s Defence Goals,”Defence Primer: India at
75, Observer Reserach Foundation (2016): 2.
78
mengambil posisi oportunis yang bisa berayun ke arah mana yang
menguntungkan bagi India (swing state), atau India menjalankan strategic hedge.
Tiongkok memang menghadapkan India dengan tantangan yang besar,
jangka panjang, dan multifaset pada sengketa perbatasan di timur maupun di barat
India, juga pada tanah dan laut India, serta pada nuklir India. Persenjataan
Tiongkok berkembang dari tiga kali lipat kekuatan persenjataan India menjadi
lima kali lipat kekuatan India sejak Presiden Xi Jinping mengkonsolidasi kekuatan
militer Tiongkok pada 2013.136
Sehubungan dengan modernisasi militer Tiongkok terdapat, terdapat tiga
isu utama yang menjadi perhatian India, yakni perkembangan militerisasi
Tiongkok di Tibet, dan penggelaran militer Tiongkok di wilayah Samudera
Hindia serta strategi Tiongkok di Asia Selatan.
Perkembangan modernisasi militer Tiongkok di Tibet, secara langsung
memicu terjadinya security dilemma pada India. Dimana telah diketahui bahwa
Tiongkok mengembangkan kekuatan militernya secara esklusif di Tibet baik dari
segi persenjataan maupun infrastruktur pendukungnya. Letak Tibet yang berada di
perbatasan antara India dengan Tiongkok merupakan ancaman untuk India
mengingat hubungan India-Tiongkok cenderung sensitif.
Bila dikaitkan dengan konsep security dilemma milik Paul Roe, maka hal
ini dapat dimasukan pada dilema keamanan kategori loose security dilemma.
Ketika struktur internasional berada dalam bentuk perimbangan offense-defense,
136
Shashank Joshi dan Pushan Das, “India Strategic Environment & Adversariers,”
Defence Primer India at 75 (2016): 8.
79
dan offense-defense tersebut yang kemudian mempengaruhi perilaku negara.
Dalam hal ini, baik Tiongkok maupun India dalam posisi defense dimana
keduanya lebih fokus pada peningkatan kapasitas dan kapabilitas militer masing-
masing. Namun adanya hubungan mereka yang sensitif membuat kedua negara
selalu menaruh curiga atas setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh salah satu
pihak.
Peningkatan militer Tiongkok di Samudera Hindia juga menjadi salah satu
faktor yang membuat India meningkatkan kapabilitas militernya. Hal ini
disebabkan karena Tiongkok menggunakan pelabuhan-pelabuhan yang ada
disekitar Samudera Hindia sebagai basis pertahanan militernya. Bila dianalisis
menggunakan konsep security dilemma milik Paul Roe, maka ini termasuk ke
dalam Dilema Keamanan Ketat (tight security dilemma). Dimana kepentingan
keamanan sebuah negara tidak bertabrakan dengan kepentingan keamanan negara
lain namun mereka melihatnya sebagau hal yang berlawanan sehingga nereka
mengambil tindakan berdasarkan pandangan yang keliru.
Dalam hal ini, Tiongkok yang melakukan penggelaran militer di
Samudera Hindia adalah untuk melindungi pasokan minyak dari Timur Tengah.
Dimana Samudera Hindia sendiri merupakan jalur utama dari ekspor dan impor
Tiongkok terutama minyak dan merupakan rute utama dalam pelayaran dunia
karena dapat menghubungkan wilayah Afrika, Timur Tengah, dan Asia bahkan
dengan Eropa dan Amerika. Karena lebih dari 70% pasokan minyak Tiongkok
berasal dari Timur Tengah dan Afrika dan semuanya diangkut melalui jalur laut.
80
Dalam hal ini, India melihatnya sebagai sesuatu hal yang berbeda, yaitu
sebagai sebuah ancaman bagi keamanan negaranya. Terlebih lagi Tiongkok
menggunakan pelabuhan-pelabuhan disekitar Samudera Hindia yang notabene
banyak yang berdekatan dengan India, sehingga India semakin merasa bahwa
Tiongkok memberikan sebuah ancaman bukan hanya bagi keamanan wilayahnya
namun juga bagi kepentingan nasionalnya. India memandang bahwa ancaman ini
tidak hanya bersifat jangka pendek, namun dapat berimplikasi dalam jangka
panjang yang kemudian membuat India perlu meningkatan kewaspaannya
terhadap potensi ancaman yang bisa datang sewaktu-waktu dari Tiongkok. India
pun harus bersikap realistis untuk mengembangkan hard-power yang kredibel
sebagai strategi perimbangan terhadap modernisasi dan peningkatan kapabilitas
militer Tiongkok di Samudera India tersebut.
Strategi Tiongkok di Asia Selatan ini erat kaitannya dengan penggelaran
militer Tiongkok di Samudera Hindia dimana Tiongkok banyak menancapkan
pengaruhnya diwilayah Asia Selatan. Apabila dikaitkan dengan konsep dilema
keamanan milik Paul Roe, strategi militer Tiongkok di Asia Selatan ini bisa
dikaitkan dengan konsep dilema keamanan reguler, yaitu dilema kemanan yang
terjadi ketika kepentingan keamanan suatu negara bertabrakan dengan
kepentingan negara lain. Dimana negara melakukan ekspansi untuk memenuhi
kepentingan keamanannya dan mengancam keamanan negara lain sehingga
mendorong negara tetangganya untuk melakukan tindakan pertahanan.
Dalam hal ini, Tiongkok mencoba untuk memperluas pengaruhnya di
kawasan Asia Selatan dengan membuat kesenjangan dalam hal kekuatan militer
81
dengan negara tetangganya di Asia Selatan. Selain itu, Tiongkok melakukan
kerjasama dan berinvestasi langsung dibeberapa negara, seperti beberapa negara
di Asia Tengah, Pakistan, Myanmar, Sri Lanka, Bangladesh dan Maladewa.
Ketiga, Tiongkok melakukan kerjasama multilateral dan keterlibatannya dalam
politik di kawasan.
India melihat apa yang dilakukan oleh Tiongkok tersebut sebagai sebuah
ancaman keamanan bagi negaranya, dimana pengaruh Tiongkok menjadi lebih
luas dan kuat di negara-negara tersebut. Terlebih lagi negara-negara tersebut
berada dalam satu regional yang sama dan beberapa berbatasan langsung dengan
India sehingga mengharuskan India untuk melakukan berbagai tindakan
pertahanan dengan meningkatkan kapabilitas militernya.
B. Respon India Terhadap Modernisasi dan Peningkatan Kekuatan Militer
Tiongkok
1. Fokus Strategi India terhadap Tiongkok
Terdapat persepsi yang berkembang pada komunitas strategis India dan
pihak penyusun kebijakan, bahwa India tidak boleh meremehkan tekad Tiongkok
untuk menegakkan kedaulatan teritorialnya.137
Sebuah report berjudul
Nonaligment 2.0: A Foreign and Streategic Policy for India in the Twenty First
Century yang ditulis diplomat dan pakar keamanan terkenal di luar India
menegaskan bahwa kekuatan Tiongkok telah memasuki ranah geopolitik India.
137 B. Raman, “My Thoughts on China,” South Asia Analysis Group, Paper 4965 (16
Maret 2012); dalam http://southasianalysis.org/paper50/paper4965.html; diunduh pada 13
September 2016.
82
Laporan ini mengakui terjadinya perluasan kekuatan ekonomi maupun militer
Tiongkok secara menyolok, baik di daratan maupun lautan, baik di Asia Timur
maupun di Asia Selatan.138
Adanya peningkatan anggaran militer Tiongkok yang sangat besar menjadi
sebuah ancaman bagi India. Dalam hubungan internasional terdapat struktur
anarki yang membuat setiap negara merasa tak aman dan terancam oleh
keberadaan negara lain disekitarnya. Ketika suatu negara sudah mulai
meningkatkan powernya maka akan menimbulkan ancaman bagi negara lain.
Terlebih lagi India dan Tiongkok memiliki pengalaman sejarah yang buruk serta
permasalahan sengketa perbatasan yang hingga kini belum terpecahkan.
Peningkatan anggaran militer Tiongkok yang disertai dengan modernisasi
militernya membuat India berada dalam security dilemma. Security dilemma
sendiri merupakan keadaan ketika suatu negara meningkatkan power maka akan
membuat keamanan negara lain terancam. Dalam hal ini, ketika Tiongkok
memodernisasi militernya maka akan menimbulkan dilema terhadap keamanan
India. Untuk mengatasi dilema yang India rasakan tersebut, India memutuskan
untuk melakukan peningkatan kapasitas dan kapabilitas militernya serta
melakukan kerja sama militer dengan Amerika Serikat dan Jepang sehingga India
merasa keamananan terlindungi dan ancaman-ancaman Tiongkok pun dapat
direduksi.
138 Sunil Khilnano et al., “A Foreign and Streategic Policy for India in the Twenty First
Century,” Nonaligment 2.0 (2012), 13.
83
Sebagai bentuk respon India terhadap modernisasi militer Tiongkok, India
kemudian mengembangkan kapasitas dan kapabilitas militernya. Berdasarkan
rancangan kesebelas dari five-year defense plan (2006-11) milik angkatan darat
India, dua divisi gunung dan brigade artileri sejumlah 1,260 petugas dan 35.011
tentara yang kemudian bertambah menjadi 1,2 juta tentara telah ditempatkan
disepanjang perbatasan sebelah timur India dan Tiongkok. Formasi baru ini
dilengkapi dengan rudal tipe M777 155-mm, 39-caliber howitzer. Departemen
pertahanan India telah mengakuisisi 145 howitzer dari AS yang akan ditambah
sebanyak 300-400 armada pada tahap berikutnya.139
Untuk menyempurnakan kemampuan ofensif, maka dibuat rancangan
kedua belas five-year defense plan (2012-17). Didalamnya India bersama dengan
Rusia bekerja sama mempersenjatai tentara India dengan light weight howitzer
dan rudal Brahmos yang memiliki jelajah hingga 292 kilometer. Kemudian
perkembangan infrastruktur selanjutnya yakni pembangunan jalan diperbatasan
sepanjang 6.000 kilometer, jembatan dan heliped yang menghabiskan 92.43 miliar
Rupee berdasarkan Special Accelerated Road Development Programme for North
East (SARDP-NE). Peningkatan infrastruktur ini akan memfasilitasi aset jangka
panjang seperti sistem Smerch multi-barrel rocket launcher (MBRL) dengan jarak
90 kilometer. Sistem ini akan memberikan kemampuan untuk menetralisir
139
“Responses From India And The Way Ahead History Essay,” UKessays;
dalam https://www.ukessays.com/essays/history/responses-from-india-and-the-way-ahead-history-
essay.php; diakses pada 8 Desember 2016.
84
penyebaran tentara Tiongkok dan meningkatkan pasokan logistik ke wilayah
perbatasan.140
Dalam upaya meningkatkan kemampuan ISR-nya, India mulai
mengembangkan sistem GPS yang disebut GPS-Aided Geo-Augmented
Navigation system (GAGAN). Pengalaman dalam menciptakan GAGAN
dimanfaatkan untuk membangun sistem navigasi daerah otonom yang disebut
dengan Indian Regional Navigational Satellite System (IRNSS). Kolaborasi
keduanya akan memberikan militer india akurasi posisi sistem senjatanya. Selain
itu, India juga merekrut pasukan dari Heron unmanned aerial vehicles (UAV)
terlepas dari sistem informasi berbasis satelitnya.141
a. Modernisasi Angkatan Udara
Angkatan udara India atau yang dikenal dengan Indian Air Force (IAF)
telah meningkatkan asetnya hingga dapat menampung 42 skuadron tempur pada
2022 dengan mengakuisisi platform SU-30MKI dan mengimpor pesawat tempur
medium multirole combat aircraft (MMRCA). Pada 2020, IAF akan mengakuisisi
pesawat tempur generasi ke lima buatan Rusia sehingga meningkatkan kekuatan
serangan jarak jauhnya.142
140
“Special Accelerated Road Development Programme for North-East Region,” Press
Information Bureau, Backgrounder; dalam
http://www.pib.nic.in/newsite/erelease.aspx?relid=79886; diakses pada 5 Januari 2016. 141
“A step towards initial Satellite based Navigation Services in India: GAGAN &
IRNSS,” Departement of Space Indian Space Research Organisation; dalam
http://www.isro.gov.in/applications/step-towards-initial-satellite-based-
navigation-services-india-gagan-irnss; diakses pada 6 Januari 2017. 142
“Air Chief Sounds Caution on Afghan Scenario,” The Hindu; dalam
http://www.thehindu.com/news/national/air-chief-sounds-caution-on-afghan-
scenario/article3364867.ece; diakses pada 7 Januari 2016.
85
IAF telah memperbarui landasan pacu di Ladakh, Tezpur, dan sektor timur
untuk mendukung SU-30MKI sehingga mampu untuk mentargetkan hingga ke
dalam Tiongkok. Radius operasinya ditingkatkan hingga 5000-8000 kilometer
dengan pengisian bahan bakar dengan Tanker IL-78 via udara. SU-30MKI ini
telah ditempatkan di Tezpur dan Chabua untuk memenuhi tantangan PLAAF yang
beroperasi di Tibet dan wilayah militer Chengdu. Selain itu, IAF juga telah
mengembangkan sistem kontrol komunikasi pertahanan udara yang disebut
dengan IACCCS atau Integrated Air Command, Control, and Communications
System.143
b. Modernisasi Angkatan Laut India (Indian Navy)
Terdapat tiga pertimbangan dalam pengembangan Indian navy (IN) yaitu
dominasi dalam IOR, eksplorasi potensi dari zona ekonomi eksklusif India, dan
menciptakan infrastruktur yang kuat di lepas pantai kepulauan Andaman dan
Nicobar untuk kebutuhan pengembangan IN. Hal ini berkaitan dengan ekspansi
PLA ke wilayah geopolitik india. Secara struktural, dalam rencana tahun 2025, IN
dapat mengimpor 162 platform termasuk dua kapal induk dan kapal selam
konvensional yang keduanya bertenaga nuklir (SSN dan SSBN). Menteri
Pertahanan Antony mengatakan bahwa setiap tahun akan mengakuisisi lima kapal
perang yang dimulai tahun 2012. Hal ini akan memperluas kemampuan IN dalam
menjaga wilayahnya serta membatasi operasi dan intervensi dari PLA.
143
“Hopefully Improved Revision: PLAAF Raid on NE India,”Indian Defence; dalam
http://indiandefence.com/threads/hopefully-improved-revision-plaaf-raid-on-ne-india.23979/;
diakses pada 4 Januari 2016.
86
Baru-baru ini, IN telah mengakuisisi INS Chakra yang merupakan proyek
Rusia 971 (Akula-1) SSN yang telah disewa selama 10 tahun dan INS Arihant
yang dikembangkan secara lokal. Selain itu, IN juga Shore-based naval fighters
seperti Russian Mig-29Ks yang dapat menampung dua belas pesawat pengintai
maritim Boeing P-8. Kapal selam ini menyempurnakan pembangunan IN perihal
menghadapi angkatan laut Tiongkok (PLA).144
Selain fokus pada pembangunan aset militernya, Indian Navy juga mulai
membangun kepercayaan bersama anggota IOR dengan melakukan latihan-latihan
seperti Milan “togetherness” dan Manuver Malabar dengan angkatan laut AS,
Jepang, dan Singapura. Pentingnya latihan-latihan ini adalah untuk meyakinkan
sekutu perihal kemampuan IN sebagai negara penyeimbang regional. Namun,
perkembangan Laut Tiongkok Selatan dan peningkatan kemampuan dari PLA
membuat kebutuhan akan keamanan maritim semakin besar.
Mengenai senjata nuklir tersebut kebijakan doktrin nuklir India banyak
dikritik di dalam negeri. India menerapkan kebijakan dan strategi bukan negara
yang menyerang duluan, atau the non-first use (NFU). Para pengamat
menyayangkan kebijakan NFU yang cenderung normatif, karena memposisikan
India sebagai pihak yang inferior berhadapan dengan Tiongkok yang superior.145
Selanjutnya India kembali membangun kekuatan militernya, antara lain
dengan memperkuat pasukan gunungnya untuk ditempatkan di perbatasan India-
144
“Navy Plans Major Expansion in Manpower, Shore-Based Infrastructure,” Times of
India; dalam http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2011-10-15/india/30283327_1_karwar-
naval-base-major-warships-admiral-nirmal-verma; diakses pada 10 Januari 2016. 145
Arka Biswas, “Indian Nuclear Doctrines in Peace and War,” Defence Primer: India
atr 75 (2012): 12.
87
Tiongkok. Hingga tahun 2010, India telah memliki 10 divisi pasukan gunung.
Pada tahun 2011 India kembali menambah dua divisi pasukan gunung. Bahkan
pada 2013 India membentuk dua divisi baru yang memiliki kemampuan
bertempur dan bahkan menyerang pasukan Tiongkok di Tibet.146
Security dilemma yang dialami India ini memang telah mendorong India
untuk memperkuat militernya di berbagai aspek. Penguatan militer ini dapat
diindikasikan sebagai kondisi India yang terlibat dalam perlombaan senjata (arm
races). Kedua negara baik India maupun Tiongkok masing-masing
mengembangkan militer pada bidang yang sama, baik darat, laut maupun udara.
Sehingga kondisi arm races ini menjadi tidak terelakkan.
Bila dikaitkan dengan konsep arm races menurut Hedley Bull telah terjadi
kompetisi antara Tiongkok dan India dimana keduanya memiliki kepentingan
yang harus dicapai, namun bertentangan satu sama lain. Kedua negara sama-sama
berusaha untuk mencapai keunggulan dalam kekuatan militer dengan cara
meningkatkan kuantitas dan memperbaiki kualitas sistem persenjataannya.
2. Pendekatan India yang Mendua terhadap Tiongkok
Ancaman potensial Tiongkok cukup besar terhadap India, namun tidak ada
konsensus dalam wacana kebijakan keamanan India terhadap Tiongkok. Bahkan
tidak sedikit aspirasi para pemikir India yang lebih mengedepankan kerja sama
India dengan Tiongkok, membangun win-win solution dalam hubungan
146
Satoru Nagao, “Japan-India Military Partnership: India is the New Hope for Asia”, 71.
88
transaksional, dan menekan atau meminimalisasi ketegangan antara kedua
negara.147
Namun pada kenyataannya, setelah melihat Tiongkok yang terus
memodernisasikan militernya, membuat India merasa terancam dan ikut
meningkatkan kapabilitas militernya yang justru memicu terjadinya perlombaan
senjata (arm races) diantara kedua negara.
Sebagai salah satu upaya India untuk mengimbangi kekuatan militer
Tiongkok yang terus berkembang, India pun melakukan kerja sama militer dengan
salah satu negara Asia yang dianggap cukup kuat, yaitu dengan Jepang. Dimana
Jepang juga memiliki hubungan yang kurang baik dengan Tiongkok.
Sehubungan dengan modernisasi dan peningkatan kapabilitas militer
Tiongkok, terdapat sejumlah implikasi strategis untuk India. Di antara implikasi
strategis bagi India tersebut antara lain sebagai berikut148
:
a) Periode mulai saat ini hingga tahun 2025 merupakan periode kerentanan
strategis untuk India. India perlu melakulan penelusuran secara cepat
mengenai rencana modernisasi militer sekaligus menentukan proses
pengadaan peralatan perang.
b) India perlu terus mengembangkan hubungan bilateral yang kuat dengan
Amerika Serikat berbasiskan pada kongruen kepentingan strategis, sebagai
perlindungan terhadap ancaman Tiongkok.
c) Untuk mengembangkan kapabilitas industri militer lokal (dalam negeri),
India perlu secara serius mengkaji penawaran kerja sama dari Amerika
147 Satoru Nagao, “Japan-India Military Partnership: India is the New Hope for Asia”, 71.
148
Arun Sahgal, “China‟s Military Modernization: Responses from India,” The National
Bureu (2012): 3.
89
Serikat, terutama pada bidang-bidang kritis seperti C4ISR, program ruang
angkasa, IT, hingga program dunia maya.
d) India memulai diskusi terkait pengembangan kerja sama maritim di antara
negara-negara Asia.
a. Kerja sama Militer India-Jepang
Selain melakukan kerja sama dengan AS, India juga melakukan kerja sama
dengan Jepang sebagai bagian dari upaya India untuk membendung kekuatan
Tiongkok. Disamping itu, India juga berharap melalui kerja sama ini, India dapat
menjaga stabilitas keamanan baik bagi kedaulatannya maupun bagi regional.
Tahun 2013 adalah tahun penting untuk kerja sama militer India dan
Jepang. Awal tahun 2013, PM Manmohan Singh mengunjungi Jepang, dan
menandatangani pernyataan bersama dengan PM Jepang Shinzo Abe pada 20 Mei
2013. Sebagai balasan, Kaisar Jepang mengunjungi India akhir November 2013.
Suatu hal penting, kedua PM menyepakati untuk melakukan latihan bersama
Angkatan Laut pada basis reguler dan dengan frekuensi yang semakin
ditingkatkan. Selain itu kedua negara bersepakat membentuk Joint Working
Group (JWG) untuk mengeksplorasi detil kerja sama pengembangan US-2, yakni
pesawat tempur tipe amfibi.149
Mengapa India berhasrat kuat menjalin kerja sama militer dengan Jepang,
karena Tiongkok merupakan ancaman bersama. Jepang memiliki tiga alasan
mengapa merasa memperoleh ancaman dari Tiongkok, yakni: (i) Di laut Tiongkok
sebelah timur, Jepang berhadapan dengan kekuatan angkatan laut Tiongkok. (ii)
149
Saturo Nagao, “Japan-India Military Partnership: India is the New Hope for Asia”, 57.
90
Japan’s Sea Lanse of Communication (SLOC) membentang dari Laut Tiongkok
sebelah timur hingga Laut Tiongkok bagian selatan. Dengan demikian, laut di
sekitar Jepang, Samudera Hindia, dan Laut Tiongkok Selatan merupakan kawasan
penting bagi Jepang dan Jepang merasa terancam oleh Tiongkok.150
Jepang juga menyerap aspirasi rakyatnya antara lain melalui survei. Salah
satu survei diselenggarakan Gerron NPO dan dirilis oleh China Daily, 13 Agustus
2013. Hasil survei tersebut menemukan bahwa 90.1% responden orang Jepang
mengatakan bahwa mereka memiliki kesan tidak suka dengan Tiongkok. Hasil
survei tersebut searah dengan survei lainnya dengan angka 92.8% responden
untuk hal yang sama. Dari angka-angka ini saja dapat dipahami mengapa Jepang
menganggap serius ancaman Tiongkok. Itulah mengapa baik India maupun
Jepang memiliki musuh yang sama, yakni Tiongkok.151
India dan Jepang juga tergabung dalam Trilateral Dialogue bersama
dengan Taiwan yang disebut Rimland Security. Rimland Security ini bertujuan
untuk membantu kerjasama maritim diantara daerah-daerah pesisir Asia yang
berfokus pada pembebasan wilayah laut, ancaman keamanan non tradisional, dan
resolusi perdamaian melalui perdebatan bilateral dan multilateral.152
Adanya kerjasama militer antara India dengan Jepang ini bisa dikaitkan
dengan konsep arm races yang dikemukakan oleh Huntington, dimana
menurutnya peningkatan kemampuan persenjataan suatu negara atau kelompok
150
Saturo Nagao, “Japan-India Military Partnership: India is the New Hope for Asia”, 58. 151
Saturo Nagao, “Japan-India Military Partnership: India is the New Hope for Asia”, 58. 152
Arun Sahgal, “China‟s Military Modernization: Responses from India,” The National
Bureu (2012): 299.
91
negara disebabkan oleh adanya rasa ketakutan. India melakukan kerjasama militer
dengan Jepang sebagai perwujudan untuk mengurangi rasa takutnya terhadap
kemampuan militer Tiongkok dan meningkatkan kemampuan militernya demi
mengimbangi kekuatan militer Tiongkok tersebut.
Dari uraian di atas dapat diikhtisarkan bahwa dalam menghadapi
tantangan peningkatan modernisasi militer Tiongkok, maka India melakukan
kerjasama militer dengan Jepang yang sama-sama negara Asia dan memiliki
hubungan yang buruk juga dengan Tiongkok. Sehingga India dengan Jepang
memiliki kepentingan yang sama.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan dihubungkan dengan tujuan penelitian
untuk menganalisa respon India terhadap modernisasi militer Tiongkok, dan untuk
menganalisa faktor-faktor yang mendorong India meningkatkan kapabilitas
militernya; maka dapat dikemukakan dua kesimpulan.
Modernisasi militer Angkatan Bersenjata Tiongkok yang terjadi di Tibet,
penggelaran militer Tiongkok di Samudera Hindia dan strategi Tiongkok di Asia
Selatan berdampak pada kondisi bahwa secara geopolitik dan militer India merasa
terancam. India merasa tidak aman, karena sewaktu-waktu bisa diserang secara
militer oleh Tiongkok. Modernisasi militer Tiongkok telah memposisikan
kesenjangan militer antara Tiongkok-India, yakni Tiongkok berada jauh di atas
India dalam anggaran milter, kekuatan pasukan, jumlah dan tingkat kecanggihan
artileri, kualifikasi dan daya jangkau rudal, hingga pengembangan alat perang,
serta kekuatan dan kecepatan mobilitas pasukan di perbatasan. Modernisasi
militer Tiongkok telah memposisikan Tiongkok sebagai superior atas India yang
menjadi lebih inferior secara relatif.
India cenderung lebih fokus menghadapi ancaman Tiongkok, terutama
perihal pemasalahan pengembangan militer Tiongkok di Tibet, penggelaran
militer Tiongkok di Samudera Hindia dan strategi Tiongkok di Asia Selatan.
Respon India terhadap modernisasi militer yang dilakukan oleh Tiongkok dilihat
93
dari beberapa bidang. Dari segi militer, India terus meningkatkan pembangunan
teknologi militer baik dari sistem persenjataanya maupun infrastruktur
pendukungnya. Dalam hal ini, India melakukan peningkatan kapabilitas
militernya pada angkatan udara, angkatan laut termasuk juga pengembangan
percobaan nuklir. India juga memiliki alternatif untuk melakukan kerja sama
militer dengan Amerika Serikat juga dengan Rusia terkait impor persenjataan
yang mendukung peningkatan kapabilitas militernya. Disisi lain, India melakukan
kerja sama dengan Jepang sebagai salah satu upaya menandingi pengaruh
Tiongkok di kawasan. Dari segi politik, India secara intensif terus melakukan
berbagai perundingan dengan Tiongkok, terutama untuk mencari solusi non-
militer menyangkut masalah perbatasan. Sementara itu dari segi ekonomi dan
perdagangan, India mempererat dan memperluas hubungan dengan
Tiongkok, memperbanyak perjanjian kerja sama, sehingga timbul istilah Chindia.
x
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Buzan, Barry, dan Eric Herring.The Arms Dynamic in World Politics. Boulder.
CO: Lynne Rienner, 1998 [buku on-line]; tersedia di
https://books.google.co.id/books?id=i0V_BBkBuvAC&printsec=frontcover
&hl=id#v=onepage&q&f=false.
Cordesman, Anthony H. dan Steven Colley, eds. Chinese Strategy and Military
Modernization in 2015: A Comparative Analysis. Washington, DC: Center
for Strategic &International Studies, 2015 [buku on-line]. Diunduh 26 Juli
2016 https://books.google.co.id/
Feenstra, Robert C. dan Shang-jin Wei, China's Growing Role in World. Chicago:
The University of Chicago Press, 2010 [buku on-line]; tersedia di
https://books.google.co.id/books?id=AMKDZSpb8kcC&pg=PA561&lpg=
PA561&dq=China+National+Off+shore+Oil+Company+(CNOOC)+Indo
nesia+and+Australia.&source=bl&ots=Qet65ktvCa&sig=bI88nIfbtPqLtFy
SkjIe1a73dTM&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiwiO3ruMTSAhWGI5QK
HVDZB50Q6AEIWjAJ#v=onepage&q=China%20National%20Off%20sh
ore%20Oil%20Company%20(CNOOC)%20Indonesia%20and%20Austral
ia.&f=false
Gera , Maj Gen YK, ed, Trade Commerce and Security Challenges in the Asia
Pacific Region. New Delhi: Vij Book India Pvt Ltd, 2013 [buku on-line];
tersedia di
https://books.google.co.id/books?id=Z5BzGtMfaegC&printsec=frontcover
#v=onepage&q&f=false
Ghosh, Lipi ed. Eastern Indian Ocean: Historical Links to Contemporary
Convergences. Cambridge: Cambridge Scholars Publishing, 2011 [buku
online]; tersedia
di https://books.google.co.id/books?id=sw4rBwAAQBAJ&pg=PA187&lp
g=PA187&dq=1943km+highway+project+from+Kyaukpyu+mandalay+ku
nming+Sittwe&source=bl&ots=989QEygLc4&sig=QzqmGCmPV03-
FFujEWzbJZujqlg&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj42N60gZ7TAhVHK48
KHbBcCRQQ6AEIIzAA#v=onepage&q=1943km%20highway%20projec
t%20from%20Kyaukpyu%20mandalay%20kunming%20Sittwe&f=false
xi
Moloeng, dan J. Lexy . Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1988.
Perwita, A. A. Banyu, dan Bandoro B. Memahami Kajian Strategis. Jakarta:
Jakarta Press, 2012.
Perwita, A. A. Banyu, dan Y.M. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Saunders, Philip C., Christopher D. Yung, Michael Swaine, dan Andrew Nien-
Dzu Yang, ed. The Chinese Navy: Expanding Capabilities, Evolving
Roles. Washington, D.C : Nationalo Defense University Press, 2011 [buku
on-line]; tersedia di
http://ndupress.ndu.edu/Portals/68/Documents/Books/chinese-navy.pdf
Suyanto, Bagong, dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Group, 2004: 166.
Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Takenori ,Horimoto. Japan-India Reapprochement and Its Future Issues. Tokyo:
Iwanami Shoten, 2015.
Tellis, Ashley J. dan Travis Tanner , ed, china’s military challenge. Washington,
D.C. : The National Bureau of Asian Research (2012) [buku on-line] ;
tersedia di
https://books.google.co.id/books?id=MUMNAgAAQBAJ&pg=PR4&lpg=
PR4&dq=Ashley+J.+Tellis+and+Travis+Tanner,+china%E2%80%99s+mi
litary+challenge&source=bl&ots=GsQOLKkfbY&sig=gCwgLtM87TP_Z
_Sz39g8xkdHFI0&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiYyLTZwMzSAhWGjL
wKHdecD3oQ6AEISzAH#v=onepage&q=Ashley%20J.%20Tellis%20and
%20Travis%20Tanner%2C%20china%E2%80%99s%20military%20chall
enge&f=true.
Jurnal
Adelina, Monica Dian. “Sentralisme Demokrasi dalam Konstitusi Uni Soviet
1977” skripsi pada FIB-UI, 2009, hal. 30.
“Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the
People‟s Republic of China 2016.” Office of the Secretary of Defense (26
April 2016).
xii
Bhosle, Rahul K. “Strategic Lesson of 1962: A Contemporary Retrospective.”
Journal of Defence Studies, Vol. 6, No. 4 (October 2012).
Biswas, Arka. “Indian Nuclear Doctrines in Peace and War,” Defence Primer:
India atr 75 (2012).
Chansoria, Monica. “China‟s Infrastructure Development in Tibet: Evaluating
Trendliness.” Manekshaw Paper No.32 (2011).
Charles, Wolf and others. “China and India, 2025: A Comparative Assessment.”
Prepared for the Office of the Secretary of Defense (2011).
Chase Michael S. dan Arthur Chan. “China‟s Evolving Approach to Integrated
Strategic Deterrence.” Reseach Report (2016).
Cordesman, Anthony H., Ashley Hess, dan Nicholas S. Yarosh. “Chinese Military
Modernization and Force Development A Western Perspective.” Center
for Strategic&International Studies (2013): 10.
Cordesman, Anthony H. dan Steven Colley. “Chinese Strategy and Military
Modernization in 2015: A Comparative Analysis.” Center for Strategic
&International Studies (2015).
Dumbaugh, Kerry B. “Taiwan: Recent Developments and U.S. Policy Choices.”
CSR for Congress (25 September 2007).
Huntington, S.P. “Arms Races: Prerequisites and Results.” Public Policy , 8.1
(1958): 41.
Ikeda, Ryo. “The impact of declining defense budgets on Japan, maritime self
defense force.” Monterey California (2007).
Joko, Adi Purwanto. “Peningkatan Anggaran Militer Cina dan Implikasinya
terhadap Keamanan di Asia Timur.” Jurnal ilmu politik Hubungan
Internasional Spectrum (Juni 2010).
Joshi Shashank dan Pushan Das. “India Strategic Environment & Adversariers.”
Defence Primer India at 75 (2016).
Khilnano, Sunil et al., “A Foreign and Streategic Policy for India in the Twenty
First Century,” Nonaligment 2.0 (2012).
“Konferernsi Asia Afrika/KAA di Bandung, 18 April 1955, Negara Peserta dan
Hasil KAA Dasa Sila Bandung/ Bandung Declaration.”
xiii
Lane, Jan-Erik. “China at the Crossroads” International Journal of Social
Economics, Vol. 40, No. 2 (2013).
Muthia, Krishnaveni. “CHINDIA-the changing times of China and India bilateral
relations.” Management Research Review, vol. 33, No. 1 (2010).
Nagao, Saturo. “Japan-India Military Partnership: India is the New Hope for
Asia.” CLAWS journal, Winter (2013).
Nandakumar, J. “Sino-Indian cooperation in the search for overseas petroleum
resources: Prospects and implications for India” International Journal of
Energy Sector Management, Vol. 1, No. 1 (2007).
Nanto, Dick.K., dan Emma Chanlett-Avery. “The Rise of China and Its Effect on
Taiwan, Japan and South Korea: U.S. Policy Choices.” CRS Report for
Congress (12 April 2005).
O„Neill, Jim and Anna Stupnytska. “The Long-Term Outlook for the BRICs and
N-11 Post Crisis.” Goldman Sachs Global Economics, Commodities and
Strategy Research (December 2009).
Gancheng, Zhao. “The Rise of Chindia and Its Impact on World System.”
International Conference Emerging Powers in Global Governance (Juli
2007): 5.
Raman, B., “My Thoughts on China,” South Asia Analysis Group, Paper 4965 (16
Maret 2012).
Rinehart, Ian E. dan David Gitter. “The Chinese Military: Overview and Issues
for Congress.” Congressional Research Service (18 September 2015).
Ryan, Mick. “India-China 2030: A Net Assessment of the Competition Between
Two Rising Powers.” Vice Chief the Defence Force (2012).
Sain, Singla Mangal. “Overview of An Economy: a Comparitive Analisys of
Indian Economy and Economy of China.” Acme International Journal of
Multidisciplinary Research (2013): 90.
Sahgal, Arun.“China‟s Military Modernization: Responses from India.” Strategic
Asia 2012-2013 (2012).
Sharma, Anuradha dan Vishal Arora, “India Keeps Close Eye on China‟s
Courtship of Bhutan,” World Political Review (2012).
xiv
Singh, Sushantt dan Pusahan Das. “India‟s Defence Goals.” Defence Primer:
India at 75, Observer Reserach Foundation (2016).
Wang, Vincent Wei-cheng, “The Chinese Military and the “Taiwan Issue”: How
China Access its Security Environment,” Tamkang Journal of
International Affairs 10, no. 4 (April 2007).
INTERNET/ WEBSITE
A.M. Zuberi, “Trans-Himalaya Pipeline.” Business Recorder. Diakses pada pada
10 April 2017 (http://fp.brecorder.com/2006/11/20061106493965/)
Army-technology. “Indian Army to acquire M777 howitzers from BAE.”
Diakses pada 2 April 2016 (http://www.army-
technology.com/news/newsindian-army-to-acquire-m777-howitzers-from-
bae/ )
BBC. “Why is the South China Sea contentious?.” Diakses pada 5 September
2016 (http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-13748349)
Bender, Jeremy. “RANKED:The world‟s 20 Strongest militaries.” Busines Insider
Indonesia. Diakses pada 7 April 2016
(http://www.businessinsider.co.id/these-are-the-worlds-20-strongest-
militaries-ranked-2015-9/?r=US&IR=T#.Vwn0y5x97IU)
BPCL. “Petrodaily, Bharat Petroleum Company Limited.” Diakses pada 22
Februari 2016
(https://bharatpetroleum.com/general/gen_petrodaily_inside.asp?nid=N00
0007190)
British Petroleum. “Statistical Survey of World Energy.” Diakses pada 23
Februari 2016 (http://www.bp.com/statisticalreview)
Chauchan. R.S. “Defence Ministry warns House Panel of Asymmetric Thraets.”
Rediff. diakses pada 13 September 2016 (
http://www.rediff.com/news/report/defence-minitry-warns-house-panel-of-
asymmetric-threats/20120502.htm)
China Daily . “China to cut troops by 300.000: President Xi.” diakses pada 10
Agustus 2016
(http://www.chinadaily.com.cn/world/2015victoryanniv/2015-
09/03/content_21782967.htm)
xv
China Through a Lens. “China, India to Build Strategic Partnership.” diakses pada
20 Maret 2016 ( http://www.china.org.cn/english/2005/Apr/125627.htm)
China.org.cn. “China, India Sign Defense Cooperation MOU.” Diakses pada 17
November 2016 (http://www.china.org.cn/english/2006/May/169952.htm)
Departement of Space Indian Space Research Organisation.“A step towards
initial Satellite based Navigation Services in India: GAGAN & IRNSS.”
Diakses pada 6 Januari 2017 (http://www.isro.gov.in/applications/step-
towards-initial-satellite-based-navigation-services-india-gagan-irnss)
Durham University.“Tajikistan Ratifies Demarcation Agreement with China in
Settlement of Long-Running Dispute.” Diakses pada 12 September 2016
(https://www.dur.ac.uk/ibru/news/boundary_news/?itemno=11360&rehref
=%2Fibru%2Fnews%2F&resubj=Boundary+news+Headlines)
Ekonomiwatch. “India China Economy, Indo-china trade relation”. Diakses pada
13 Oktober 2016
(http://www.economywatch.com/world_economy/china/indo-china-trade-
relations.html).
Elections.in. “Jairam Ramesh Biography.” Diakses pada 20 Maret 2016
(http://www.elections.in/political-leaders/jairam-ramesh.html)
Gabe, “China Deploys World‟s First Long-Range, Land-Based „Carrier Killer‟:
DF-21D Anti-Ship Ballistic Missile (ASBM) Reaches “Initial Operational
Capability” (IOC)”, China SignPost. Diakses pada 28 Juni 2016
(http://www.chinasignpost.com/2010/12/26/china-deploys-worlds-first-
long-range-land-based-carrier-killer-df-21d-anti-ship-ballistic-missile-
asbm-reaches-initial-operational-capability-ioc/)
Global Security. “India-China Border Dispute.” Diakses pada 17 Maret 2016.
(http://www.globalsecurity.org/military/world/war/india-
china_conflicts.htm)
Indian Defence. “Hopefully Improved Revision: PLAAF Raid on NE India.”
Diakses pada 4 Januari 2016 (http://indiandefence.com/threads/hopefully-
improved-revision-plaaf-raid-on-ne-india.23979/)
Kanwal, Gurmeet. “India‟s Nuclear Force Structure 2025.” Carnegi Endowment
for International Peace. Diakses pada 18 Agustus 2016
(http://carnegieendowment.org/2016/06/30/india-s-nuclear-force-structure-
2025-pub-63988)
xvi
Kanwal, Gurmeet dan Monica Chansoria.”China Preparing Tibet as Future War
Zone.” Deccan Herald. Diakses pada 7 Oktober 2015
(http://www.deccanherald.com/content/165996/china-preparing-tibet-
future-war.html)
Kemlu. “Profil Negara Sri Lanka.” Diakses pada 10 April
2017 (http://www.kemlu.go.id/colombo/Pages/countryProfile.aspx)
Lee, Malcolm R., Kaela Mananquil dan Rachel Wagley. ” The 2015 US-China
Strategic and Economic Dialogue in review: An interview with Malcolm R.
Lee,” Brokings. diakses pada 1 Agustus 2016 (https://www.brookings.edu/on-
the-record/the-2015-u-s-china-strategic-and-economic-dialogue-in-review-an-
interview-with-malcolm-r-lee/)
Lin, Joseph Y., “China Focuses on Far Sea Defense.” Asia Times Online. diakses
pada 16 Agustus 2016
(http://www.atimes.com/atimes/China/LG09Ad02.html)
Oil and Natural Gas Corporation Limited “Particulars of its organisation,
functions and duties.” Diakses pada 22 Februari 2016
(http://www.ongcindia.com/wps/wcm/connect/ongcindia/home/rti/informa
tion/particulars+of+its+organisation,+functions+and+duties)
One lndia. “Another Chinese intrusion in Sikkim.” Diakses pada 17 Maret 2016
(http://www.oneindia.com/2008/06/19/another-chinese-intrusion-in-
sikkim.html)
Pakistan Defence. “China acquires a base in Maldives against India with some
help from Pakistan.” Diakses pada 10 April 2017.
(https://defence.pk/pdf/threads/china-acquires-a-base-in-maldives-against-
india-with-some-help-from-pakistan.8165/)
Panda, Ankit. “Confirmed: Construction Begins on China's First Overseas
Military Base in Djibouti”. the diplomat. Diakses pada 27 Juli 2016
(http://thediplomat.com/2016/02/confirmed-construction-begins-on-
chinas-first-overseas-military-base-in-djibouti/)
Pant , Harsh V. “China‟s Naval Expansion in the Indian Ocean and India-China
Rivalry.” The Asia-Pasific Journal Japan Focus. Diakses pada 2 April
2016 (http://apjjf.org/-Harsh-V.-Pant/3353/article.html)
Press Information Bureau, Backgrounder. “Special Accelerated Road
Development Programme for North-East Region.” Diakses pada 5 Januari
2016 (http://www.pib.nic.in/newsite/erelease.aspx?relid=79886)
xvii
Samanta, Pranab Dhal. “China Now Rehearses Capture of Tibet Passes.” Indian
Express. diakses pada 18 agustus 2016
(http://www.Indianaexpress.com/news/china-now-rehearses-caputure-of-
tibet-passes/878174/0)
Tibet News Digest. “China Builds Oxygen-Rich Barracks for Soldiers in Tibet.”
diakses pada 16 Agustus 2016
(http://www.tibetinfonent.net/content/news/11303)
The Hindu. “Sino-Indian trade: growing concern.” Diakses pada 5 April 2016
(http://www.thehindu.com/todays-paper/tp-opinion/Sino-Indian-trade-
growing-concern/article14824289.ece)
The Hindu. “Air Chief Sounds Caution on Afghan Scenario.” Diakses pada 7
Januari 2016 (http://www.thehindu.com/news/national/air-chief-sounds-
caution-on-afghan-scenario/article3364867.ece)
The Times of India. “Agni-V launch: India demonstrates ICBM capability; China
reacts cautiously, says India not rival.” Diakses pada 13 September 2016
(http://timesofindia.indiatimes.com/india/Agni-V-launch-India-
demonstrates-ICBM-capability-China-reacts-cautiously-says-India-not-
rival/articleshow/12730827.cms)
The Times of India. “PM asks China to be sensitive to India's 'core issues'.”
diakses pada 10 Januari 2017
(http://timesofindia.indiatimes.com/india/PM-asks-China-to-be-sensitive-
to-Indias-core-issues/articleshow/6833310.cms)
The Tribuneindia. “China Has Five Airfields in Tibet, Antony Tell Gouse.”
Diakses pada 12 Oktober 2016
(http://www.tribuneindia.com/2011/20110308/nation.htm#2)
The Washington Free Beacon. “China Tests Missile With 10 Warheads.” Diakses
pada 5 September 2016 (http://freebeacon.com/national-security/china-
tests-missile-10-warheads/)
Ukessays. “Responses From India And The Way Ahead History Essay.” Diakses
pada 8 Desember 2016
( https://www.ukessays.com/essays/history/responses-from-india-and-the-
way-ahead-history-essay.php)
Wall Street Journal. “The Chindia Trade Solution.” Diakses pada 15 Februari
2016
(https://www.wsj.com/articles/SB100014240527487037923045745042801
11246274)
xviii
Lampiran 1
Tabel Perdagangan India Tiongkok 2000-2004 (dalam miliar US$)
Tahun Ekspor Tiongkok
ke India
Pertumbuhan
(%)
Impor
Tiongkok ke
India
Pertum-
buhan (%)
2000 1.560,75 - 1.353,48 -
2001 1.896,27 21,5 1.699,97 25,6
2002 2.617,73 40,9 2.274,18 33,8
2003 3.343,59 22,2 4.251,49 87,0
2004 5.926,67 77,3 7.677,43 80,6
Sumber:www.economywatch.com/world_economy/china/indo-china-trade-relations.html
xix
Lampiran 2
Tabel Posisi Negara Tujuan Ekspor India
Rank-
ing
Ekspor ke April 2005-
Februari 2006
April 2006-
Februari
2007
Pertum-
buhan
(%)
Share
(%)
1. Amerika Serikat 15.569,19 16.916,26 8,65 15.05
2. Uni Emirat
Arab
7.620,53 10.812,47 41,89 9,62
3. Tiongkok 5.781,90 7.254,63 25,47 6,45
4. Singapura 4.777,34 5.421,94 13,49 4,82
5. Inggris 4.540,50 5.030,31 10,79 4,47
6. Hong Kong 3.959,53 4.045,39 2,17 3,60
7. German 3.168,12 3.516,43 10,99 3,13
Sumber: www.infodriveindia.com/Export-Import/Trade Statistics/Trading-Partners.aspx
xx
Lampiran 3
Tabel Posisi Negara Tujuan Impor India
Rank-
ing
Ekspor ke April 2005-
Februari 2006
April 2006-
Februari
2007
Pertum-
buhan
(%)
Share
(%)
1. Negara-
negara lain
22.465,97 639,73 -97,15 0.39
2. Tiongkok 9.649,63 15.668,08 62,37 9.65
3. Amerika
Serikat
7.038,71 9.228,93 31,12 5.69
4. Swiss 5.831,43 7.981,22 36,87 4.92
5. Jerman 5.236,91 6.730,51 28,52 4.15
6. Australia 4.461,80 6.241,06 39,88 3.84
7. Belgia 4.411,61 3.683,04 -16.51 2.27
Sumber: www.infodriveindia.com/Export-Import/Trade Statistics/Trading-Partners.aspx
xxi
Lampiran 4
Tabel Peningkatan Kebutuhan Minyak India dan Tiongkok (per juta ton)
Energi 2000 2020 2030
Tiongkok India Tiongkok India Tiongkok India
Batubara 659 165 1.059 260 1.278 341
Minyak 236 102 455 201 578 271
Gas 31 22 102 75 151 97
Nuklir 4 5 43 12 63 15
Hydro 19 6 44 15 54 18
Terbarukan 1 0 5 4 9 8
Total 950 300 1.708 567 2.133 750
Sumber: International Energy Agency, World Energy Outlook (2002)
xxii
Lampiran 5
Tabel Analisis SWOT Hubungan Bilateral India-Tiongkok
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
Aspek saling melengkapi Perbedaan dalam geopolitik
Termasuk top-rangking dalam perdagangan Kemacetan politik
Perdagangan bilateral yang tumbuh Masalah internal Tiongkok
Persetujuan Bangkok Masalah internal Tiongkok
Pertumbuhan perdagangan yang diharapkan Isu kaya-miskin
Perjanjian perdagangan Defisit perdagangan India
Upaya bersama Investasi Tiongkok di India
Investasi korporat Korupsi
Kerja sama energi
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
Pasar terbesar Kekuatan angkatan laut
Potensi untuk menjadi pusat global Supremasi manufaktur Tiongkok
Pasar yang besar untuk investasi Hubungan Amerika Serikat-Tiongkok
Hubungan India-Amerika Serikat
Hubungan India-Jepang
Sumber: Muthiah (2010: 34).
xxiii
Lampiran 6
Tabel Indian nuclear forces
Sources: Norris, Robert and Hans M. Kristensen. ―Indian nuclear forces, 2010‖. Bulletin of the
Atomic Scientists 2010, 76-81, 134, 139, 238.
xxiv
Lampiran 7
Tabel The Air-Land Balance 2010 and 2030
Sources: United States Department of Defense, Military and Security Developments Involving the
People’s Republic of China 2011. (Washington DC: Office of the Secretary of Defense,
2011), and International Institute for Strategic Studies. The Military Balance, London:
Routledge, 2011.