i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI METODE
DRILL PADA SISWA TUNAGRAHITA SMA-LB NEGERI
SALATIGA TAHUN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
KHOTIBUL UMAM
NIM: 111-13-228
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Salah satu golongan yang dinaungi Allah SWT dalam naungan-
Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
شاب نشأ بعبادة للا
Syaabun nasya’a bi‘ibaadatillaah
Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah
kepada Allah
(HR. Bukhari & Muslim)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin atas nikmat Allah SWT yang begitu agung
serta rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini telah dapat diselesaikan. Teriring
sholawat dan salam teruntuk baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan
para sahabatnya. Semoga kita semua termasuk umatnya yang diakui dan akan
mendapatkan syafa’atnya di yaumul akhir kelak. Dengan terselesaikannya skripsi
ini maka saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku beserta keluarga yang sangat saya cintai, yang telah
memberikan segenap dukungan, kasih sayang, perhatian, serta doa yang
senantiasa menjadi penyemangat kepada penulis dalam menjalani segala
lika-liku kehidupan ini.
2. Kepada teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Teruntuk almamaterku IAIN Salatiga sebagai tempat menimba ilmu agama
Islam.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW, Rasul mulia yang mejadi suri tauladan bagi seluruh umat
manusia, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI METODE
DRILL PADA SISWA TUNAGRAHITA SMA-LB NEGERI SALATIGA
TAHUN 2017/2018”. Penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah dengan
sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan serta pengarahan dalan menyusun skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN
Salatiga yang telah memberikan ilmunya sehingga penyusunan skripsi ini
bisa terselesaikan.
ix
x
ABSTRAK
Umam, Khotibul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar PAI Melalui Metode Drill Pada
Siswa Tunagrahita SMA-LB Negeri Salatiga Tahun 2017/2018.
Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Islam Salatiga
Pembimbing Dra. Maryatin, M.Pd.
Kata Kunci : Hasil Belajar, PAI, Metode Drill, Tunagrahita.
Hasil belajar yang diperoleh siswa SMA-LB Negeri Salatiga Tahun
Pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih rendah,
yaitu hanya mencapai rata-rata nilai kelas 59, sedangkan KKM yang ditetapkan
sekolah adalah 75. Hal ini disebabkan dalam penyampaian mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dan
masih kurang dalam pemberian latihan. Metode Drill dapat dijadikan alternatif
metode pembelajaran dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam pada siswa Tunagrahita. Metode ini mengarahkan kepada siswa untuk
latihan secara berulang-ulang, yang dimaksudkan untuk mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan siswa sesuai dengan prosedur. Sehingga para siswa
dapat lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan langkah
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dengan tiga
siklus. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes,
dokumentasi dan observasi terhadap guru. Sedangkan teknik analisis menggunakan
model analisis data kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa Tunagrahita ringan
SMA-LB Negeri Salatiga menunjukkan bahwa penggunaan metode drill dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Pada siklus I peserta
didik yang tuntas sebanyak 3 dan yang belum tuntas 7 dengan rata-rata kelas 61.
Pada siklus II peserta didik yang tuntas sebanyak 5 dan yang belum tuntas 5 dengan
rata-rata kelas 73. Pada siklus III peserta didik yang tuntas sebanyak 10 dan yang
belum tuntas tidak ada dengan rata-rata kelas 87.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ........................................................................ ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. v
MOTTO .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ...................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................... 11
E. Definisi Operasional ................................................. 13
F. Metode Penelitian ..................................................... 15
G. Indikator Keberhasilan ............................................. 22
H. Sistematika Penulisan ............................................... 22
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Peningkatan Hasil Belajar ........................................ 24
B. Metode Pembelajaran PAI pada Siswa
Tunagrahita ............................................................... 34
C. Penerapan Metode Drill pada Siswa Tunagrahita .... 46
D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ....................... 54
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
Salatiga ..................................................................... 57
B. Deskripsi Pelaksanaan Per-Siklus ............................ 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................... 78
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................... 110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 116
B. Saran ......................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga
Tabel 4.1 Data Nilai Sebelum Tindakan
Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan
Tabel 4.3 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik Sebelum Tindakan
Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Guru Pra Siklus
Tabel 4.6 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I
Tabel 4.7 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta Didik Siklus I
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap Peserta Didik Siklus I
Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Tabel 4.11 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus II
Tabel 4.12 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
Tabel 4.13 Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta Didik Siklus II
Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap Peserta Didik Siklus II
Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Tabel 4.16 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus III
Tabel 4.17 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III
Tabel 4.18 Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta Didik Siklus III
Tabel 4.19 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap Peserta Didik Siklus III
Tabel 4.20 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus III
Tabel 4.21 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I
Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
Tabel 4.23 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III
Tabel 4.24 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas
Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta Didik
Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Praktek Azan dan Ikamah
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Menurut Arikunto
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I
Lampiran 2 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
Lampiran 3 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III
Lampiran 4 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus I
Lampiran 5 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus II
Lampiran 6 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus III
Lampiran 7 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus I
Lampiran 8 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus II
Lampiran 9 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus III
Lampiran 10 Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 11 Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 12 Hasil Pengamatan Guru Siklus III
Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III
Lampiran 16 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 17 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 18 Lembar Konsultasi Pembimbing
Lampiran 19 Daftar SKK
Lampiran 20 Daftar Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada
hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung
dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat
lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan
merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia (Sadulloh,
2014:10). Pendidikan merupakan hal yang wajib didapatkan oleh seluruh
manusia tanpa terkecuali dan merupakan hal yang melekat erat
hubungannya dengan manusia.
Pengertian pendidikan sendiri adalah semua perbuatan atau semua
usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda,
sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah (Zuhairini, 1992:92).
Pendidikan merupakan proses dan upaya untuk menyalurkan segala
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kepada generasi penerus
(generasi muda), agar generasi penerus ini nantinya diharapkan dapat
mempersiapkan diri untuk memenuhi fungsi hidupnya secara jasmani
maupun rohani. Fungsi hidup sendiri dimaksudkan sebagai perannya nanti
dalam lingkungan sekitarnya.
2
Dalam istilah lain pendidikan dimaknai sebagai memanusiakan
manusia, menjadikan manusia seutuhnya atau upaya yang dilakukan secara
sadar dalam rangka mengembangkan potensi yang telah dimiliki oleh
manusia (peserta didik) kepada kondisi yang lebih baik, yang menyangkut
jasmaniah dan rohaniah (Nizar, 2001:VII dalam Kastolani, 2014:2).
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Kastolani, 2014:1). Dari Undang-
Undang tersebut dijelaskan bahwasanya tujuan utama dari pendidikan yaitu
mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan juga
mengembangkan potensi peserta didik.
Dalam upaya merealisasikan sebuah pendidikan, pendidik harus
menyediakan jalan yang menjadi perantara bagi pertumbuhan yang
seimbang dari manusia, yang mencakup aspek spiritual, intelektual,
perasaan, baik secara individu maupun kelompok. Secara tidak langsung,
dalam pendidikan, seorang guru harus mampu memberikan reinforcement
(penguatan) kepada siswa dalam upaya membantu merealisasikan
penggalian potensi diri yang ada.
3
Untuk mewujudkan penggalian totalitas potensi siswa tersebut guru
harus mampu memberikan dan menciptakan suasana proses pembelajaran
yang baik untuk menopang tujuan pembelajaran yang telah dicitakan. Guru
harus memiliki kesungguhan hati dalam mengantarkan siswanya untuk
lebih mengetahui segala potensi yang ia miliki. Hal ini dapat dilakukan
melalui belajar sebagaimana suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan diri seseorang. Jadi belajar tidak akan dapat dikatakan berhasil
apabila tidak terjadi sebuah perubahan dalam diri seseorang khususnya
peserta didik.
Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain pada
individu yang sedang belajar. Proses belajar ini akan lebih berhasil jika
bermakna (Kastolani, 2014:3).
Sebagai seorang pendidik/guru harus dapat memberikan segala
bentuk peluang kepada seorang peserta didik yang mencakup berbagai
aspek pendidikan. Hal ini berguna agar peserta didik dapat menemukan
potensi yang terdapat dalam dirinya dan terus menggalinya sehingga dapat
menjadi skill atau keahlian yang dapat dimanfaatkan bagi dirinya sendiri
ataupun orang lain. Maka dari itu, sangat diperlukan peran seorang pendidik
yang professional agar dapat menumbuhkan bakat potensi terpendam yang
dimiliki siswanya.
4
Dalam pembelajaran setiap individu tentunya berhak untuk
mendapatkan suatu layanan pendidikan tanpa terkecuali, pada anak
berkebutuhan khusus (ABK) sekalipun. Allah SWT dalam al-Qur’an surat
an-Nur (61):
ل ع س ي ل ل ع ل و ج ر ىح م ع ىال ج ر ح ض ي ر م ىال ل ع ل و ج ر ح ج ر ع ىال
م و ل ك ت ن ا م ك س ف ن ىا ل ع ل و م ك ت ه م ا ت و ي ب و ا م ك ئ ب ا ت و ي ب و ا م ك ت و ي ب ن ا
ت و ي ب و ا م ك ت م ع ت و ي ب و ا م ك ام م ع ا ت و ي ب و ا م ك ت و خ ا ت و ي ب و ا م ك ان و خ ا ت و ي ب و ا
ف م م ت ك ل ام م و ا م ك ت ل خ ت و ي ب و ا م ك ال و خ ا ن ا اح ن ج م ك ي ل ع س ي ل م ك ق ي د ص و ا ه ات
للا د ن ع ن م ة ي ت م ك س ف ن ىا ل اع و م ل س ف ت و ي ب م ت ل خ اد ذ ا ف ات ت ش ا و اا ع ي اج و ل ك ت
ب ي ك ل ذ ك ة ب ي ط ة ك ر ب م م ك ل للا ي ن و ل ق ع ت م ك ل ع ل ت ي ال Artinya: “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi
orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu,
makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu atau di rumah bapak-
bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki,
di rumah saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara
bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu bapakmu yang
perempuan, di rumah saudara-saudaramu ibumu yang laki-laki, di rumah
saudara-saudara ibumu yang perempuan, (di rumah) yang kamu miliki
kuncinya atau (di rumah) kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu
makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki
5
rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang
berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh
berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat
(-Nya) bagimu, agar kamu mengerti.”
Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu tidak ada
halangan bagi semua orang untuk bergabung dengan mereka yang
berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu, tuli atau sakit. Mereka
berhak makan bersama, berkumpul bersama layaknya orang pada
umumnya, begitu pula dalam hal pendidikan. Seorang ABK tentu berhak
untuk memperoleh pendidikan yang layak seperti orang pada umumnya.
Kemudian dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa
Allah tidak melihat seseorang dari wajahnya, tubuhnya, akan tetapi Allah
melihat seseorang dari hatinya. Bunyi hadits tersebut yaitu:
ن ب د ي ز ي ن انع ق ر ب ن ب ر ف ع اج ن ث د ح ام ش ه ن ب ي ث اك ن ث د دح اق والن ر م اع ن ث د ح
أ ن مع ص ال ر ظ ن ي ل للا ن إ م ل س و ه ي ل ع ىللا ل ص للا ل و س ر ال :ق ال ق ة ر ي ر ه ب
مك ال م ع أ و م ك ب و ل ق ل إ ر ظ ن ي ن ك ل و م ك ال و م أ و م ك ر و ص ل إ Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ‘Amru an-Naqid telah
menceritakan kepada kami Katsir bin Hisyam telah menceritakan kepada
kami Ja’far bin Burqon dari Yazid bin al-Ashom dari abu Hurairah berkata:
Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk
tubuhmu dan hartamu, tetapi Dia memandang pada hati dan perbuatanmu.”
(HR. Muslim).
6
Dari hadits di atas menjelaskan bahwa Islam tidak mengenal
diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus. Setiap manusia sama di
hadapan Allah kecuali amal perbuatan dan ketaqwaannya.
Meskipun memiliki berbagai kekurangan yang ada dalam dirinya
seperti kemampuan intelektual yang rendah atau kekurangan secara fisik,
bukan berarti meraka tidak perlu mandapatkan layanan pendidikan seperti
orang normal pada umumnya. Bisa jadi seorang ABK yang memiliki
kekurangan fisik atau nonfisik memiliki kelebihan terpendam yang unik,
bahkan bisa jadi bakat ataupun potensi yang ada dalam dirinya melebihi
orang yang normal. Oleh sebab itu tidak dibenarkan apabila seorang ABK
dilarang untuk memperoleh haknya sebagai manusia, yaitu layanan
pendidikan yang layak.
Pada Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional Pasal 5 menyatakan, bahwa setiap warga mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan. Kemudian pada pasal 8 ayat 1 dari
Undang-Undang yang sama menyebutkan, bahwa warga negara yang
memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan
luar biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta
didik berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan
(Apriyanto, 2012:12). Berdasarkan Undang-Undang yang telah disebutkan
maka sudah sangat jelas bahwa seluruh individu termasuk anak
berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dalam hal memperoleh
layanan pendidikan.
7
Dalam hal layanan pendidikan, agama Islam juga mengajarkan agar
tidak memilih antara individu tertentu. Agama Islam memberi keutamaan
agar saling membantu dan memberi nasehat kepada sesama muslim, tanpa
terkecuali. Jadi, anak berkebutuhan khusus pun juga memperoleh hak untuk
belajar dan diberikan layanan pendidikan yang layak sebagaimana anak
normal pada umumnya.
Rasulullah SAW bersabda:
ة ل م ل مو م س م س ف ر ي ض ة ع ل ىك ل ا لع ل م ط ل ب
Yang artinya: “Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim
laki-laki maupun muslim perempuan.” (HR. Ibnu Majah)
Dan juga dalam hadist:
د الل ح د إ ل ا مل ه اا لع ل م م ن ا ط ل ب و Artinya: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat.”
(HR. Muslim)
Pada kedua hadist tersebut menjelaskan bahwa tidak ada
pengkhususan terhadap individu tertentu dalam hal memperoleh
pendidikan. Tidak ada batasan usia ataupun status, semua muslim berhak
mendapatkan pendidikan. Dari hadits tersebut memperingatkan kewajiban
kepada setiap muslim untuk menuntut ilmu tanpa terkecuali, baik itu laki-
laki ataupun perempuan. Jadi anak berkebutuhan khusus pun juga memiliki
kewajiban tersebut.
8
Anak berkebutuhan khusus selain membutuhkan keterampilan dan
ilmu pengetahuan umum seperti ilmu alam, membaca, berhitung dan
lainnya, juga membutuhkan pendidikan agama karena bertujuan untuk
membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi
manusia yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan
hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam
semesta (Daulay dan Pasa, 2012:3).
Jadi pendidikan yang diberikan untuk para ABK tidak hanya
berfokus pada bakat dan potensi yang dimiliki seorang ABK saja,
pendidikan agama juga merupakan hal yang sangat penting. Seorang ABK
hendaknya diberikan pendidikan agama sejak dini dan terus dibimbing
sehingga memiliki pribadi muslim seutuhnya dan memiliki hubungan yang
harmonis dengan Allah, manusia dan juga alam.
Peran seorang pendidik dalam dunia pendidikan pada umumnya
sangatlah penting, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Karena para ABK juga berhak untuk memperoleh
layanan pendidikan secara layak. Tanpa seorang pendidik seorang ABK
tidak akan dapat memiliki bekal secara jasmani dan rohani, bahkan sangat
kesulitan untuk menumbuhkan bakat dan potensi yang terpendam dalam
dirinya. Maka dari itu salah satu harapannya yaitu seorang guru yang tulus
ikhlas mengajarkan segala ilmunya kepada para ABK, sehingga para ABK
dapat termotivasi dan tidak memiliki rasa minder terhadap orang
disekitarnya.
9
Kondisi peserta didik sebelum melakukan penelitian tindakan kelas
masih menunjukkan rendahnya pemahaman peserta didik dalam menerima
materi pelajaran. Kondisi awal yang demikian inilah yang menjadi acuan
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada peserta didik SMA-LB
SLB Negeri Salatiga.
Berdasakan hasil belajar peserta didik tunagrahita SMA-LB yang
diperoleh sebelum tindakan penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelas
baru mecapai 30%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang telah
tuntas hanya tiga siswa, sedangkan peserta didik yang belum tuntas
sebanyak 7 siswa (70%). Dengan hasil belajar yang demikian berarti belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan. Dari data
yang diperoleh sebelum penelitian tindakan kelas tersebut menjadi dasar
pijakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan
metode drill pada siswa SMA-LB Negeri Salatiga.
Berhubungan dengan hal tersebut penulis berniat untuk
melaksanakan penelitian mengenai peningkatan Pendidikan Agama Islam
pada ABK tunagrahita ringan pada salah satu lembaga pendidikan, yaitu
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga. Penelitian dilaksanakan kepada
siswa tunagrahita tingkat SMA di SLB Negeri Salatiga pada kelas
tunagrahita ringan (C) saja.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode drill. Metode drill
sendiri yaitu latihan secara berulang-ulang yang dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dari para siswa.
10
Penulis memilih menggunakan metode drill karena dalam
memberikan sebuah pembelajaran yang diterapkan kepada siswa
tunagrahita sangat tepat sekali apabila dilakukan pembelajaran dengan
latihan berulang-ulang, dengan tujuan agar siswa tunagrahita dapat
menguasai materi dengan baik. Metode ini juga bermanfaat untuk
membentuk kebiasaan siswa tunagrahita, karena kebiasaan yang baik dapat
terbentuk dari pembiasaan yaitu dalam bentuk latihan secara berulang-
ulang.
Disamping itu penulis juga berharap, bahwa penerapan metode drill
pada siswa tunagrahita dapat menambah inovasi dalam dunia pendidikan
serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik ataupun peneliti lain,
khususnya dalam lingkup layanan pendidikan agama Islam yang diberikan
kepada anak berkebutuhan khusus.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas pada anak berkebutuhan khusus Tunagrahita di
SMA-LB Negeri Salatiga pada tahun ajaran 2017/2018 dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar PAI Melalui Metode Drill Pada Siswa
Tunagrahita SMA-LB Negeri Salatiga Tahun 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan
metode Drill dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada siswa Tunagrahita
SMA-LB Negeri Salatiga tahun ajaran 2017/2018?”
11
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian disesuaikan dengan rumusan
masalah yang sudah disebutkan di atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar PAI siswa Tunagrahita SMA-LB
Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018 melalui penerapan metode Drill.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan akan memberikan
informasi tentang implementasi pembelajaran PAI pada siswa Tunagrahita,
sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai
acuan atau referensi dalam penelitian yang terbaru, khususnya
penerapan metode Drill pada siswa Tunagrahita. Dan dapat
berpartisipasi dalam pengembangan pengetahuan di IAIN Salatiga
sekaligus pada pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan agama
Islam pada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan serta memberikan
khasanah keilmuan bagi para pendidik sehingga menjadi pendidik yang
inovatif serta kreatif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Temuan-temuan peneliti ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh guru dalam merancang dan melaksanakan
program pembelajaran dengan alternatif model pembelajaran.
12
2) Memberikan pengalaman langsung kepada guru untuk
mengimplementasikan model pembelajaran dengan
menggunakan metode Drill dalam upaya meningkatkan hasil
belajar PAI siswa.
b. Bagi siswa
1) Melalui pembelajaran dengan menggunakan metode Drill
dapat menambah wawasan pengetahuan para siswa
Tunagrahita dengan mudah dan tidak kesulitan untuk
menerimanya.
2) Menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan sehingga
mehilangkan rasa jenuh dan bosan yang dialami siswa pada
saat proses pembelajaran.
3) Membangun interaksi antar siswa dalam kegiatan
pembelajaran di kelas sehingga siswa turut serta dan aktif
dalam proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran serta menciptakan peserta didik yang berkualitas.
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi
peneliti lain dalam menerapkan model pembelajaran dengan
menggunakan metode Drill pada materi maupun mata pelajaran
yang lain.
13
e. Bagi pembaca
1) Sebagai referensi dan bahan petimbangan bagi peneliti lain
jika akan melaksanakan penelitian yang seragam.
2) Sebagai tambahan wawasan dalam dunia pendidikan,
khususnya hal yang berhubungan dengan metode
pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus Tunagrahita.
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian skripsi ini ada beberapa istilah yang perlu
diperjelas sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahami isi dari
skripsi ini. Adapun istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Peningkatan
Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang berimbuhan pe-
an. Kata tingkat sendiri memiliki arti tinggi rendahnya martabat
(kedudukan, jabatan, kemajuan dan sebagainya).
Dan jika berimbuhkan pe-an maka menjadi kata peningkatan
yang memiliki arti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,
kegiatan dan sebagainya) (KBBI, 2007:1198)
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan
dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang
diperoleh. Dalam hal ini Gagne dan Briggs mengidentifikasi hasil
belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah
mengikuti proses belajar (Sam’s, 2010:33).
14
3. Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani rohani
berdasarkan agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran Islam (Marimba, 2002:23).
Pembelajaran pendidikan agama Islam ialah pelaksanaan suatu
kegiatan atau upaya untuk membelajarkan peserta didik yang telah
disusun secara matang dan terperinci yang lebih khusus ditekankan
pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani agar
mampu mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan mampu
mempertahankan kehidupannya di dunia dan sebagai bekal di akhirat
(Achmadi, 1987:10).
4. Metode Drill
Pengertian metode drill adalah latihan secara berulang-ulang
yang dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan prosedur. (Sharon & Weldon, 1977:28).
5. Tunagrahita
Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih
lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun
kecerdasannya disebut anak terbelakang mental: istilah resminya di
Indonesia disebut anak tunagrahita (PP No. 72 Tahun 1991).
15
Jadi dapat disimpulkan pengertian dari Peningkatan Hasil Belajar
PAI Melalui Metode Drill Pada Siswa Tunagrahita adalah upaya/usaha yang
dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai Pendidikan
Agama Islam pada seorang individu menggunakan metode Drill (latihan
secara berulang-ulang) pada anak berkebutuhan khusus (Tunagrahita).
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti
untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah
(Sarosa, 2012:36). Jadi dengan metode penelitian para peneliti dapat
melaksanakan penelitian dengan tersusun dan terencana yang kemudian
dapat dijawab sesuai dengan permasalahan atau rumusan masalah yang
dimaksud.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah
dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas
tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan
kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam (Kunandar, 2011:44).
Dimana peneliti akan melakukan penelitian langsung di dalam
kelas terhadap anak-anak Tunagrahita yang terdapat di Sekolah Luar
Biasa (SLB) Negeri Salatiga.
16
PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan
dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil
pendidikan dan pembelajaran (Arikunto, 2008:105).
Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga
meningkatkan mutu hasil intruksional, mengembangkan keterampilan
guru, meningkatkan relevansi, menigkatkan efisiensi pengelolaan
intruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru
(Aqib, 2006:127).
Jadi PTK adalah penelitian yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran didalam kelas sesuai dengan
rancangan kegiatan yang telah disusun dengan terencana, sehingga
dapat menciptakan proses belajar mengajar yang lebih baik. PTK juga
sebagai inovasi dalam mengembangkan keterampilan seorang pendidik
agar senantiasa mengadakan penelitian yang dapat meningkatkan ke
efisiensian pengelolaan yang membangun dalam proses pembelajaran.
17
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam
siklus berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Skema siklus penelitian menurut Arikunto (2006:16)
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Latar penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di SMA
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga.
a
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan
?
18
b. Waktu penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada semester 1 tahun
ajaran 2017/2018.
3. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik
SMA-LB Negeri Salatiga dengan jumlah peserta didik aktif 10 siswa.
Peneliti menggunakan pola kolaboratif yaitu peneliti sebagai pengamat
dan guru yang melaksanakannya.
4. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Kurt Lewin dalam bukunya Zainal Aqib 2006:21 dalam
pelaksanaan PTK mencakup empat langkah, yaitu:
a. Perencanaan
1) Menyiapkan RPP PAI dengan menerapkan metode drill pada
mata pelajaran PAI.
2) Menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam
pembelajaran.
3) Menyiapkan soal tes tertulis.
4) Mempersiapkan instrument penilaian.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap ini peneliti bersama guru melaksanakan satuan
perencanaan tindakan yang telah tertulis di RPP PAI yang terdiri
dari tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti dan penutup.
19
c. Pengamatan
Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan
pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan
kegiatan. Tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam
melakukan refleksi.
d. Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan pengamatan, peneliti
bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai proses,
masalah dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan
refleksi sesuai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan melalui
metode drill.
5. Instrumen Penilaian
a. Tes tertulis
Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode drill pada
mata pelajaran PAI.
b. Lembar observasi
Pedoman observasi ini berisikan catatan lapangan yang
mendiskripsikan proses kegiatan pembelajaran dan kemampuan
siswa setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran, disamping
itu juga obsever mendokumentasikan dengan foto-foto serta
20
mencatat proses pembelajaran untuk mendapatkan data tentang
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
6. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data dengan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematis. Metode ini
digunakan untuk mengetahui tingkat kelemahan dan kelebihan
dalam pembelajaran berkaitan dengan proses kegiatan belajar
mengajar oleh guru dan siswa untuk menigkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran PAI.
b. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran PAI.
c. Wawancara
Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui keadaan sekolah,
peserta didik ataupun guru berkaitan dengan penelitian yang
dilaksanakan.
d. Dokumentasi
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan di SMA-LB
Negeri Salatiga dan aspek-aspek yang berhubungan dengan
administrasi yang ada pada SMA-LB Negeri Salatiga.
21
Dalam hal ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh
gambaran mengenai kegiatan siswa kelas C SMA-LB selama
proses pembelajaran PAI berlangsung. Dokumentasi berupa RPP,
jumlah guru dan siswa, nilai siswa sebelum dan sesudah penelitian,
foto dan lain sebagainya yang dianggap penting.
7. Analisis Data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka
analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes.
b. Menentukan kriteria nilai (75-100 tuntas dan 0-75 tidak tuntas)
c. Data keaktifan siswa diambil dari keaktifan siswa ketika
pembelajaran, kemudian di analisis dan dicari rata-rata
menggunakan rumus.
d. Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan tes antara siklus.
Nilai per tes digunakan untuk mengetahui seberapa efektif
penggunaan metode drill dalam pembelajaran PAI.
Menurut Djamarah metode analisis dihitung menggunakan
statistik sederhana yaitu untuk mengetahui rata-rata dari hasil observasi
maka dirumuskan:
∑ x
N
M =
22
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
∑ x = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa (Djamarah, 2000:264).
G. Indikator Keberhasilan
Penggunaan metode drill dikatakan berhasil apabila indikator yang
diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator yang dirumuskan peneliti
adalah:
1. Secara individu
Siswa diharapkan dapat mencapai skor ≤ (sama dengan atau lebih dari)
75 pada materi PAI.
2. Secara klasikal
Presentase 85% sebanyak dari total siswa dalam satu kelas mendapat
nilai lebih dari 75.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi lima bab yang saling
berkaitan, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, lembar berlogo,
halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan
keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
daftar table, daftar gambar, daftar lampiran.
23
Bab I, berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, indikator keberhasilan, sistematika
penulisan.
Bab II, berisi kajian pustaka yang mencakup uraian dari peningkatan
hasil belajar, metode pembelajaran PAI pada siswa tunagrahita, penerapan
metode drill pada siswa tunagrahita.
Bab III, berisi pelaksanaan penelitian yang mencakup gambaran
umum lokasi penelitian, subyek penelitian, deskripsi pelaksanaan penelitian
prasiklus, deskripsi pelaksanaan penelitian siklus I, deskripsi pelaksanaan
penelitian siklus II.
Bab IV, berisi hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup
uraian hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan serta
perbandingan hasil belajar antar siklus.
Bab V, berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
riwayat hidup penulis.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peningkatan Hasil Belajar
1. Pengertian
Peningkatan hasil belajar terdiri dari tiga suku kata yang masing-
masing kata memiliki arti tersendiri. Apabila ketiga kata tersebut
digabungkan akan menghasilkan arti baru. Kata yang pertama yaitu
peningkatan. Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang
berimbuhan pe dan an. Peningkatan menurut kamus besar bahasa
Indonesia berarti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,
kegiatan, dan sebagainya) (KBBI, 2007:1198).
Kata yang kedua yaitu hasil. Hasil menurut kamus besar bahasa
Indonesia berarti sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan
sebagainya) oleh usaha (KBBI, 2007:391). Menurut Surayin hasil
adalah suatu pendapatan atau perolehan dari sesuatu yang telah
dikerjakan (Surayin, 2001-2007).
Kata yang ketiga yaitu belajar. Belajar menurut kamus besar
bahasa Indonesia berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman
(KBBI, 20017:17). Jadi yang dimaksud belajar adalah sebuah kegiatan
untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Melalui belajar seseorang akan
dipastikan akan berubah dalam hal tingkah lakunya dikarenakan oleh
pengalaman yang diperolehnya.
25
Lebih lanjut lagi Crow and Crow dalam Educational Psychology
(1984) mengemukakan pengertian belajar adalah perbuatan untuk
memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap, termasuk
penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan
rintangan dan menyesuaikan dengan situasi baru. Definisi ini
menekankan hasil dari aktifitas belajar (Lilik, 2013:14).
Pengertian dari hasil belajar, yaitu suatu kemampuan yang berupa
keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau
pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini Gagne dan Briggs
mengidentifikasi hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, 2010:33).
Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar adalah
proses/usaha meningkatkan pencapaian dalam memperoleh kebiasaan,
kepandaian, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap atau keterampilan
yang diperoleh melalui aktifitas belajar, latihan dan juga pengalaman.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004) dalam Lilik, dkk (2013:15),
hal-hal pokok dalam definisi belajar adalah:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan, baik yang aktual maupun
yang potensial.
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya mendapatkannya kecakapan
baru.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena adanya usaha/disengaja.
26
Jadi proses peningkatan hasil belajar tidak akan diperoleh jika
tanpa membawa perubahan. Dan perubahan tersebut harus aktual,
potensial, memberikan kecakapan baru serta dilaksanakan dengan
adanya usaha.
2. Ciri-ciri Peningkatan Hasil Belajar
Dalam peningkatan hasil belajar terdapat ciri-ciri tertentu dari
akibat proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Baharuddin & Esa N.W
(2007), ciri-ciri belajar meliputi:
a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.
b. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relative permanen.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa
jadi bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau
pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan.
Berdasarkan pendapat tersebut dikemukakan bahwa peningkatan
hasil belajar mempengaruhi perubahan tingkah laku yang relatif
permanen, serta perubahan tersebut merupakan hasil latihan atau
pengalaman yang telah dicapainya. Syah (2003) menjelaskan bahwa
perubahan sebagai hasil belajar itu memiliki tiga ciri, yaitu:
27
a. Perubahan intensional
Perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam
diri individu dilakukan dengan sengaja dan disadari. Maksudnya,
perubahan sebagai hasil belajar bukanlah suatu kebetulan, akan
tetapi perubahan itu disengaja dan disadari sebelum aktifitas
belajar.
b. Perubahan itu positif dan aktif
Perubahan sebagai ciri belajar bersifat positif dan aktif.
Bersifat positif masksudnya perubahan itu baik, bermanfaat dan
sesuai yang diharapkan oleh individu. Dan bersifat aktif
maksudnya perubahan yang terjadi dalam diri individu merupakan
hasil usahanya.
c. Perubahan itu efektif dan fungsional
Perubahan sebagai ciri belajar bersifat efektif dan
fungsional. Perubahan bersifat efektif, artinya perubahan itu
berhasil guna. Perubahan yang berhasil guna adalah perubahan
yang bermakna dan bermanfaat bagi diri individu. Sedangkan
perubahan bersifat fungsional artinya perubahan itu relative
permanen dan siap dibutuhkan setiap saat.
Ciri-ciri tersebut merupakan tanda bahwa seorang individu telah
berhasil melaksanakan proses belajar dan dapat dipastikan memperoleh
peningkatan hasil belajar.
28
3. Perwujudan Peningkatan Hasil Belajar
Perwujudan dari hasil belajar dapat berupa bermacam-macam
hal. Dalam hal ini Syah (2003) menyatakan bahwa wujud dari hasil
belajar dapat dilihat dari sembilan perubahan, antara lain:
a. Kebiasaan
Orang yang berhasil belajar akan mengurangi kebiasaan-
kebiasaan yang tidak diperlukan dan tidak berguna bagi dirinya
sendiri maupun orang lain. Keberhasilan belajar akan menjadikan
seseorang akan berperilaku positif yang relatif menetap dan
otomatis.
b. Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan
urat syaraf dan otot yang bersifat motorik kegiatan ini
membutuhkan koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan
kesadaran yang tinggi. Oleh sebab itu, hasil belajar dapat dilihat
dari tingkat keterampilan yang ada dalam diri individu.
c. Pengamatan
Pengamatan dapat diartikan proses menerima, menafsirkan
dan mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra,
terutama mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan
menghasilkan pengamatan yang objektif dan benar.
29
d. Berpikir asosiatif dan daya ingat
Berpikir asosiatif maksudnya berpikir untuk
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya. Dan orang yang
belajar akan memiliki daya ingat yang lebih baik.
e. Berpikir rasional dan kritis
Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika untuk
menentukan sebab-akibat, menganalisis, menyimpulkan, bahkan
meramalkan sesuatu.
f. Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk
mereaksi terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai muncul
kecenderungan baru dalam diri seseorang dalam menghadapi suatu
objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
g. Inhibisi
Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan
individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak
perlu dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain yang lebih
baik.
h. Apresiasi
Hasil belajar dapat dilihat adanya apresiasi dalam diri
individu yang belajar. Orang belajar akan muncul kemampuan
untuk menilai dan menghargai terhadap sesuatu objek tertentu.
30
i. Tingkah laku efektif
Tingkah laku efektif ini dapat dilihat sebagai wujud dari hasil
belajar. Maksudnya, seseorang dikatakan berhasil jika orang
tersebut memiliki tingkah laku yang bermanfaat.
Perwujudan hasil belajar tidak hanya di ukur dari tingkat ilmu
pengetahuan saja, seperti yang telah diuraikan. Tetapi dapat berupa
kebiasaan, sikap, tingkah laku dan lain sebagainya. Selama terjadi
peningkatan maka dapat dikatakan sebagai perwujudan hasil belajar.
Tentunya hal tersebut merupakan hal yang bermanfaat dan memberikan
dampak yang positif.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam proses memperoleh hasil belajar pasti terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Menurut Suryabrata (2004),
keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara
umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar
diri individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal
berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Faktor-faktor
eksternal terdiri dari faktor non sosial dan faktor sosial.
31
1) Faktor non sosial
Faktor non sosial adalah faktor-faktor dari luar individu yang
berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi
fisik berupa cuaca, alat, gedung dan sejenisnya.
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa
manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah
menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat (termasuk teman pergualan anak).
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri
individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan
tonus jasmani secara umum ini, misalnya tingkat
kesehatan dan kebugaran fisik individu.
32
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan ini adalah keadaan fungsi jasmani tertentu,
terutama yang terkait dengan fungsi panca indra yang ada
dalam diri individu. Panca indra merupakan pintug
gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri
individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat
kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
kematangan dan lain sebagainya.
Faktor ekstern dan intern mempengaruhi keberhasilan belajar,
pengaruhnya bisa bersifat positif-mendukung, namun bisa juga bersifat
negatif-menghambat. Dalam proses belajar individu sebaiknya dapat
memilah faktor-faktor yang dapat menunjang untuk menunjang hasil
belajarnya, sehingga dapat jika kedua faktor tersebut dapat dimiliki
seorang individu dengan baik maka, ketercapaian dalam hasil belajar
dapat maksimal dan berhasil sesuai dengan harapan yang di inginkan.
5. Alat untuk Mengukur Hasil Belajar
Alat untuk mengukur hasil belajar adalah evaluasi. Evaluasi
berasal dari bahasa Inggris “value” yang berarti nilai atau harga,
evaluate artinya menentukan nilai, dan evaluation dengan arti
penilaian. Dengan demikian evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian
terhadap sesuatu.
33
Adapun dari segi istilah, evaluasi dapat diberi pengertian seperti
yang diungkapkan Edwind Wandt dan Gerald W. Born yaitu bahwa:
“Evaluation refer to act or process to determining devalue of
something”. Menurut definisi tersebut, maka evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu
(Farikhah, 2006:1).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
evaluasi belajar yaitu, suatu perbuatan menentukan nilai sebagai hasil
dari usaha yang diperoleh seorang individu dalam memperoleh
kepandaian (proses belajar).
Evaluasi sangat dibutuhkan, disamping untuk melihat
keberhasilan guru, evaluasi juga digunakan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa dalam belajar. Evaluasi dalam belajar bisa
berbentuk nilai, skor, skala dan lain sebagainya.
Dalam evaluasi hasil belajar diperlukan alat penilaian untuk
mengetahui tingkat keberhasilan bagi guru dan siswa. Dengan alat
penilaian guru dapat memberikan predikat belajar berhasil atau
tidaknya hasil belajar yang telah dicapai para peserta didik. Adapun alat
penilaian evaluasi hasil belajar ada dua kategori diantaranya, tes dan
non tes.
34
a. Tes
Fungsi alat penilaian tes adalah untuk mengukur
keberhasilan program pengajaran dan untuk mengukur hasil
peserta didik
b. Non Tes
Alat penilaian non tes biasanya digunakan untuk mengukur
aspek afektif, psikomotorik yang mencakup sikap kebiasaan
bekerja dengan baik, kerjasama, tanggung jawab, kejujuran,
solidaritas, nasionalisme, pengabdian, keyakinan dan lain-lain.
Beberapa alat penilaian non tes yang sering digunakan adalah
observasi (pengamatan), kuesioner (angket), wawancara
(interview) dan skala sikap.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi
sebagai alat untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan belajar
mempunyai dua kategori yaitu, tes dan non tes.
B. Metode Pembelajaran PAI pada Siswa Tunagrahita
1. Pengertian
a. Metode pembelajaran
Metode ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu
cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan
latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang
lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyah, 2008:125).
35
Metode adalah cara yang ditempuh oleh guru untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan
tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Kastolani,
2014:7).
Metode mengajar menurut Tardif (1989) dalam Jurnal
Pengaruh Mengajar Guru dan Kemandirian Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Kab. Kudus oleh Rofiq
Faudy Akbar Vol. 8, No. 1 (2013:228), adalah cara yang berisi
prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan,
khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
mengajar guru adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya dalam
penyampaian materi pembelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa metode ialah suatu cara atau teknik yang ditempuh oleh
guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswa. Dengan
harapan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
dan menyenangkan demi tercapainya prestasi belajar siswa yang
memuaskan.
36
Kemudian pembelajaran berasal dari kata belajar yang
berimbuhan pe dan an. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar (KBBI, 2007:17).
Jadi metode pembelajaran berarti cara atau teknik yang
ditempuh guru dalam melaksanakan suatu proses, cara dan
perbuatan mentransfer ilmu pengetahuannya kepada siswa
sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
b. Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki pengertian, suatu
usaha sadar terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, dan mengamalkan Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan/atau latihan. Secara hakekat PAI merupakan
sebuah proses dalam perkembangannya juga dimaksud sebagai
rumpun mata pelajaran yang diajarkan disekolah atau madrasah
dan perguruan tinggi (Nazarudin, 2007:12).
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dimaksud dalam
konteks ini yaitu Pendidikan Agama Islam sebagai suatu rumpun
mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan
seperti sekolah, madrasah dan perguruan tinggi. Dan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam penelitian ini
adalah sebagai obyek penelitian.
37
c. Siswa Tunagrahita
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
perkembangannya berbeda dengan anak pada umumnya. Karena
perbedaan tersebut, anak berkebutuhan khusus memerlukan
perlakuan khusus sesuai dengan kecacatannya agar
kemampuannya dapat berkembang. Tunagrahita merupakan salah
satu dari beberapa jenis anak berkebutuhan khusus.
Menurut peraturan pemerintah yaitu, anak-anak dalam
kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban daripada anak
normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut
anak terbelakang mental; istilah resminya di Indonesia disebut
anak tunagrahita (PP No. 72 Tahun 1991).
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental
(mental retardation). Tuna berarti merugi. Grahita berarti pikiran.
Retardasi mental (mental retardation atau mentally retarded)
berarti terbelakang mental (Apriyanto, 2012:28).
Sedangkan menurut Aqila Smart (2012:49) menuturkan
bahwa anak tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi
dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Tunagrahita adalah seorang yang mempunyai kecerdasan
dibawah rata-rata mengalami kesulitan dalam komunikasi dan
sosial, terjadi pada masa perkembangan, memerlukan layanan
pendidikan khusus dan kondisi tersebut tidak bisa disembuhkan.
38
Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya
dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami keterlambatan dalam
segala bidang, dan itu sifatnya permanen. Rentang memori mereka
pendek terutama yang berhubungan dengan akademik, kurang
dapat berpikir abstrak dan hal yang rumit.
Anak-anak tunagrahita tertentu dapat belajar akademik yang
sifatnya aplikatif. Secara signifikan anak tunagrahita memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata anak normal pada umumnya,
maknanya bahwa perkembangan kecerdasan anak berada di bawah
pertumbuhan usia sebenarnya. Jadi apabila dilihat dari segi umur
anak tunagrahita terlihat sudah lebih tua, padahal daya pikirannya
masih seperti anak kecil. Walaupun demikian bukan berarti
pendidikan bagi anak tunagrahita hanyalah sia-sia. Melalui
pendidikan, bakat dan potensi diri mereka akan lebih berkembang.
Secara historis terdapat lima basis yang dapat dijadikan
pijakan konseptual dalam memahami anak tunagrahita seperti yang
dikemukakan oleh Herbart J. Prehm (Rochyadi, 2005:11), yaitu:
a. Tunagrahita merupakan kondisi
b. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya kemampuan mental jauh
di bawah rata-rata
c. Memiliki hambatan dalam penyesuaian diri secara sosial
39
d. Berkaitan dengan adanya kerusakan organik pada susunan
saraf pusat
e. Tunagrahita tidak dapat disembuhkan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita yaitu
seorang yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada
umumnya dan mempunyai kesulitan dalam berkomunikasi dan
interaksi sosial, sehingga mereka memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
Dalam pengklasifikasian anak tunagrahita di Indonesia saat
ini sesuai dengan PP 72 Tahun 1991 yaitu, tunagrahita ringan
IQnya 50-70, tunagrahita sedang IQnya 30-50, tunagrahita berat
dan sangat berat IQnya kurang dari 30 (Apriyanto, 2012: 30-31).
Sedangkan dalam hal penggolongan anak tunagrahita untuk
keperluan pembelajaran sebagai berikut:
a. Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam
akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 sekolah
dasar.
b. Trainable
Anak pada kelompok ini mempunyai kemampuan dalam
mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial
sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan
secara akademik.
40
c. Custodia
Anak dalam kelompok ini harus dengan pemberian latihan
yang terus menerus dan khusus. Dapat dilatih tentang dasar-
dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat
komunikatif (Apriyanto, 2012:31-32).
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas lebih jauh mengenai metode pembelajaran
yang digunakan pada siswa tunagrahita, akan diuraikan terlebih dahulu
mengenai tujuan dan fungsi dari Pendidikan Agama Islam itu sendiri
sebagai suatu rumpun mata pelajaran dalam lembaga pendidikan.
Pendidikan agama Islam pada sekolah umum bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman siswa terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(Nazarudin, 2007:13).
Sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang RI Pasal 3
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa dan beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
41
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam
(PAI) yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan yaitu untuk
meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pendidikan Agama Islam
haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dengan berpegang
teguh pada dasar ajaran agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kemudian fungsi pendidikan Agama Islam disamping sebagai
proses penanaman keimanan dan materi (bahan ajar) adalah sebagai
berikut: (Nazaruddin, 2007:17-19)
a. Pengembangan
Fungsi PAI sebagai pengembangan adalah meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha
menanamkan keimanan dan ketakwaan menjadi tanggung jawab
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan kemampuan yang ada pada diri anak
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
b. Penyaluran
Fungsi PAI sebagai penyaluran adalah untuk menyalurkan
anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat
42
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
c. Perbaikan
Fungsi PAI sebagai perbaikan adalah untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan
pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari yang
sebelumnya mungkin mereka peroleh melalui sumber-sumber yang
ada di lingkungan keluarga dan masyarakat.
d. Pencegahan
Fungsi PAI sebagai pencegahan adalah untuk menangkal
hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
e. Penyesuaian
Fungsi PAI sebagai penyesuaian artinya yaitu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan
ajaran agama Islam.
f. Sumber nilai
Fungsi PAI sebagai sumber nilai adalah memberikan
pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat.
43
3. Metode Pembelajaran yang Digunakan Pada Siswa Tunagrahita
Ada beberapa jenis metode pembelajaran yang digunakan dalam
mendidik siswa tunagrahita pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI). Pada umumnya metode yang digunakan di SLB Negeri
Salatiga yaitu metode cerita dan ceramah, demonstrasi, tanya
jawab/diskusi.
a. Metode cerita dan ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi edukatif
melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau
pendidik terhadap sekelompok pendengar (peserta didik), untuk
memperjelas uraiannya dapat digunakan alat-alat mengajar
(Kastolani, 2014:156).
Metode ceramah dilakukan dengan cara penerangan dan
penuturan secara lisan. Dalam penyampaian ilmu pengetahuan
yang diuraikan guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan
pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik.
Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui uraian
informasi yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan
materi pembelajaran yang bervariasi.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi yaitu suatu metode mengajar dimana
seorang guru menyajikan bahan pelajarannya dengan
44
memperagakan atau menunjukan pada seluruh kelas tentang suatu
proses melakukan sesuatu (Kastolani, 2014:192).
Metode demonstrasi menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini
digunakan dalam mengajarkan materi yang berhubungan dengan
praktek secara langsung seperti sholat, wudhu dan lain sebagainya
yang berkaitan dalam pelajaran PAI.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi
diantaranya:
1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila
alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama
oleh siswa.
2) Demonstrasi akan menjadi kurang efektif bila tidak diikuti
oleh aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan
dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang
berharga
3) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di kelas karena alat-
alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang
jauh dari kelas
4) Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
tetapi dapat membangkitkan minat siswa
45
5) Guru harus memperagakan demonstrasi dengan sebaik-
baiknya, karena itu guru perlu mengulang-ulang peragaan
dirumah dan memeriksa semua alat yang akan dipakai
sebelumnya, sehingga sewaktu mendemonstrasikan di kelas
semuanya berjalan dengan baik (Kastolani, 2014:197).
c. Metode diskusi
Metode diskusi merupakan kegiatan tukar menukar
informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur.
Menurut Gulo metode diskusi merupakan metode pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta
didik. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian bersama
yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, disamping untuk
mempersiapkan dan menyelesaikan keputusan bersama (Nasih dan
Kholidah, 2009:57).
Metode diskusi ini adalah metode di dalam mempelajari
bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya
(Zein, 1995:175). Dalam metode ini para siswa dituntut untuk aktif
dalam berdiskusi melalui interaksi secara langsung bersama-sama
teman-teman sekelasnya.
d. Metode tanya jawab
Kemudian metode tanya jawab merupakan suatu metode
pembelajaran yang menekankan pada cara penyampaian materi
pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan
46
peserta didik memberikan jawaban. Metode ini dimaksudkan untuk
meninjau pelajaran yang lalu agar peserta didik memusatkan lagi
perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai
sehingga dapat merangsang perhatian anak didik, dapat digunakan
sebagai persepsi, selingan dan evaluasi (Nasih dan Kholidah,
2009:53).
Metode ini biasa digunakan pada saat selingan pelajaran
yang sedang berlangsung. Karena dengan metode ini seorang guru
dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
C. Penerapan Metode Drill Pada Siswa Tunagrahita
1. Pengertian
Sharon K. Zenger and Weldon F. Zenger dalam bukunya “57
Ways To Teach” memaparkan pendapatnya mengenai pengertian dan
maksud dari metode drill:
“Drill is a repeated operation or exercise intended to develop &
skill or an acquaintance with a procedure. Practice is the actual putting
to use of what is taught in the drill. The main purpose of drill and
practice is the actual doing and experiencing, which is one way
learning takes places.”
Dengan pengertian metode drill adalah latihan secara berulang-
ulang yang dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan prosedur. Pelatihan adalah penggunaan
47
sebenarnya dari apa yang diajarkan dalam metode drill. Tujuan utama
dari metode drill dan pelatihan adalah melakukan hal yang nyata dan
salah satu cara yaitu pembelajaran langsung (Sharon & Weldon,
1977:28).
Metode drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan
berulang kali atau kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan
ketangkasan praktis tentang yang dipelajari (Sriyono, dkk, 1992:112).
Jadi metode drill adalah metode yang berupa latihan dan dilakukan
secara berulang-ulang.
Metode drill (latihan) adalah suatu metode yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk berlatih melakukan sesuatu
keterampilan tertentu berdasarkan penjelasan atau petunjuk guru.
Metode latihan disebut juga metode training, yaitu cara mengajar untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan, dan keterampilan (Kastolani, 2014:200).
Drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini juga
dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketepatan,
kesempatan, dan keterampilan (Djamarah dan Zain, 1997:108).
48
Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari (Sudjana, 2000:81-90).
Sebagai sebuah metode, drill adalah cara membelajarkan siswa
untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat
mengembangkan sikap dan kebiasaan (Majid, 2013:214).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
drill ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan dan keterampilan. Dan juga sebagai sarana untuk
mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari seorang individu.
Metode drill sangatlah sesuai apabila diterapkan pada siswa
tunagrahita, dengan alasan, karena metode ini memiliki tujuan untuk
mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari seorang siswa.
Siswa tunagrahita yang lemah dalam hal pembelajaran, latihan secara
berulang-ulang sangatlah diperlukan, maka dari itu metode ini akan
memberikan latihan-latihan yang berfungsi untuk mempermudah atau
memberi ingatan kepada siswa tunagrahita mengenai hal yang
dipelajari. Dan apa yang telah dipelajari akan menjadi kebiasaan yang
baik bagi para siswa tunagrahita.
2. Kelebihan Metode Drill
Kelebihan dari metode drill antara lain adalah:
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,
melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
49
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-
tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan dalam pelaksanaan (Kastolani, 2014:202).
Sharon K. Zenger and Weldon F. Zenger (1997:30) menjelaskan
kelebihan dari metode drill sebagai berikut:
a. Pembelajaran berlangsung melalui proses dan pengalaman
sebenarnya.
b. Siswa dapat melihat nilai dari apa yang mereka pelajari.
c. Mengintegrasikan dan menghubungkan materi bersama-sama.
d. Sangat tepat untuk pembelajaran dan hafalan.
e. Melengkapi peserta didik dengan tujuan tertentu.
f. Sangat membantu dalam mentransfer pembelajaran ke situasi yang
sama.
g. Memungkinkan kelas untuk lebih fleksibel.
h. Sangat bagus untuk mengembangkan keterampilan.
Kelebihan-kelebihan ini sangatlah bermanfaat bagi siswa
tunagrahita, karena akan memberikan kecakapan bagi siswa tunagrahita
dalam hal yang sebelumnya sulit untuk dilakukannya. Serta akan
membentuk kebiasaan-kebiasaan bagi siswa tunagrahita sesuai dengan
apa yang diharapkan.
50
3. Kekurangan Metode Drill
Kekurangan dari metode drill yaitu:
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik, karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari
pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton, dan mudah membosankan.
d. Dapat menumbuhkan verbalisme (Kastolani, 2014:203).
Menurut Sharon K. Zenger and Weldon F. Zenger (1997:30)
menjelaskan kekurangan dari metode drill sebagai berikut:
a. Cenderung monoton kecuali ada motivasi yang hebat dan
tujuannya sudah jelas.
b. Membutuhkan lebih banyak waktu.
c. Tidak selalu membantu siswa memahami tujuan baru.
d. Murid terkadang hanya mempelajari nilai drill dan tidak bertahan
lama.
e. Tidak ada inisiatif belajar dari luar dalam beberapa kasus.
f. Karena hafalan-hafalan digunakan, siswa mungkin tidak dapat
menggunakan keahlian mereka dalam situasi yang sama
g. Pemahaman bisa terhambat oleh pengulangan yang tidak berarti.
Dalam setiap metode pasti terdapat kekurangan dalam metode
tersebut. Namun kekurangan tersebut dapat di minimalisir apabila guru
51
yang mengajar memiliki skill kreatif dan inovatif. Inilah tantangan
seorang guru dalam mengajar, terlebih lagi dalam memberikan
pendidikan bagi siswa tunagrahita.
4. Langkah-langkah Metode Drill
Dalam menggunakan metode drill ada beberapa langkah-langkah
yang harus ditempuh. Langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Guru menjelaskan tujuan kepada siswa sehingga selesai latihan
siswa diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang
diharapkan.
b. Guru memilih materi yang sesuai dengan kemampuan siswa.
c. Guru memberikan contoh apa yang akan dilatihkan.
d. Siswa melakukan latihan secara berulang-ulang.
e. Guru memberikan selingan supaya tidak membosankan.
f. Kesalahan yang dilakukan siswa secara umum dibetulkan guru
secara klasikal, sedangkan kesalahan individual dibetulkan secara
individual (Kastolani, 2014:202).
Sharon K. Zenger and Weldon F. Zenger (1997:29) menjelaskan
cara kerja metode drill sebagai berikut:
“The teacher should first prepare exactly what is necessary for
the pupil to learn so he will not practice unneeded steps. A short
informal lecture followed by a demonstration or example is the usual
procedure for the teacher. The student then becomes involved by asking
questions, making attemps of his own, and observing other skilled
52
individuals. Finally, through repeated practice under supervision, the
skill is perfected. The teacher should explain throughout the practice
what needs to be worked on by the student”.
Guru terlebih dahulu harus mempersiapkan dengan tepat apa
yang diperlukan untuk pembelajaran siswanya. Ceramah singkat yang
diikuti dengan demonstrasi atau pemberian contoh adalah prosedur
yang biasa digunakan guru. Siswa kemudian menjadi bingung dengan
mengajukan pertanyaan, melakukan usaha sendiri, dan memperhatikan
keterampilan siswa lainnya. Akhirnya melalui latihan berulang di
bawah pengawasan, keterampilan itu disempurnakan. Guru harus
menjelaskan keseluruhan latihan yang perlu dilakukan pada siswa.
Adapun prinsip dan petunjuk dalam menggunakan metode drill
antara lain (Majid, 2013:214):
a. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan
latihan tertentu.
b. Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifat diagnosis. Jika
kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan agar lebih sempurna.
c. Latihan tidak perlu lama asalkan sering dilaksanakan.
d. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
e. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan
berguna.
Namun pada saat pelaksanaan pembelajaran kepada siswa
tunagrahita guru harus lebih ekstra dalam mengolah bahan ajar pada
53
penggunaan motode drill. Dikarenakan siswa tunagrahita ini bukanlah
siswa yang normal seperti siswa pada umumnya. Siswa tunagrahita
memiliki daya ingat yang lebih rendah, serta dalam menerima sebuah
materi akan sangat sulit apabila dalam penyampaiannya terkesan
monoton dan membosankan.
Maka dari itu dalam penggunaan metode ini, seorang guru harus
bisa membuat suasana kelas lebih kondusif serta menyenangkan. Jadi
dalam menggunakan metode ini guru dapat menggunakan selingan
pada metode pembelajaran yang lain, seperti tanya jawab, peragaan,
ataupun menggunakan media.
Disinilah peran seorang guru diperlukan kekreatifannya dalam
mengolah bahan ajar, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima
oleh siswa tunagrahita dengan mudah tanpa mengalami kesulitan.
Karena pada dasarnya seorang guru merupakan panutan dari para
peserta didik. Menurut Rogers dalam Jurnal Dampak Kompetensi
Profesional Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah di Kota Salatiga oleh Nur Hasanah Vol. 9, No. 2 (2015:451-
454) macam-macam peran guru yaitu: guru sebagai fasilitator; guru
sebagai motivator; guru sebagai pemacu belajar; guru sebagai pemberi
inspirasi belajar.
Maka dari itu guru dituntut untuk dapat memberikan layanan
pendidikan secara professional dan siap berperan menjadi pendidik
yang dibutuhkan siswanya. Dan hal yang terpenting dalam
54
pembelajaran yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, karena melalui hal-hal yang menyenangkan kegiatan
apapun akan terasa nyaman dan mudah untuk diterima dengan senang
hati.
D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
1. Pengertian
Kriteria dalam penilaian sering disebut sebagai tolak ukur atau
standar. Kriteria dapat dimaksud sebagai sesuatu yang digunakan
sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur
(Arikunto, 2010:30). Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta
didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Guna memahami tingkat keberhasilan dalam suatu
pembelajaran maka dibutuhkan kriteria yang terukur. Melalui kriteria
yang terukur maka suatu lembaga pendidikan dapat membuat program
pembinaan lebih lanjut sehingga tingkat efektifitas pembelajarannya
dapat diketahui.
KKM ditentukan dengan memperhatikan, intake (kemampuan
rata-rata peserta didik), kompleksitas (mengindentifikasi indikator
sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar), sumber daya
pendukung (berorientasi pada sumber belajar) (Mansur, 2008:36).
Dalam penentuan ketuntasan belajar siswa ada dua jenis, yaitu
secara individual dan klasikal, dengan keterangan sebagai berikut:
55
a. Individual
Untuk menentukan ketuntasan belajar belajar siswa (individual)
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
KB : x 100%
Dimana:KB = Ketuntasan Belajar
T = jumlah skor yang diperoleh siswa
T1 = jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika
proposi jawaban benar siswa ≥ 65% (Trianto, 2010:241).
b. Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika
dalam kelas tersebut mencapai ≥ 85% siswa yang telah tuntas
belajarnya (Trianto, 2010:241).
Nilai postes diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian
dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.
Tetapi menurut Trianto (2010:241) berdasarkan ketentuan KTSP
penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing
sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal,
dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu: kemampuan peserta
didik berbeda-beda; fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya
dukung setiap sekolah berbeda.
56
Maka dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan KKM dalam
mata pelajaran PAI yang berlaku di SLB Negeri Salatiga, yaitu KKM
individual adalah 75 dan ketuntasan secara klasikal adalah 85%.
2. Prosedur Penetapan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata
pelajaran. Langkah penetapan KKM yang diperoleh dari data/dokumen
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran
dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kemampuan
rata-rata siswa, kompleksitas dan sumber daya pendukung. Hasil
penetapan KKM indikator berlanjut pada kompetensi dasar (KD),
standar kompetensi (SK) hingga KKM mata pelajaran.
b. Hasil penetapan KKM oleh guru mata pelajaran disahkan oleh
kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan
penilaian.
c. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua dan dinas
pendidikan.
d. KKM dicantumkan dalam laporan hasil belajar siswa (LHBS) pada
saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik.
Penetapan KKM dilakukan oleh sekolah pada awal tahun
pelajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan musyawarah guru mata
pelajaran di satuan pendidikan.
57
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
1. Profil Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga berdiri pada tahun
1983 dengan status kepemilikan pemerintah daerah. SLB Negeri
Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus di kota Salatiga. Sekolah tersebut terletak di Jl.
Hasanudin Gang III (Cakra) RT 03 RW 12, Mangunsari, Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga.
Adapun jenjang pendidikan yang terdapat di SLB Negeri Salatiga
yaitu, TK-LB, SD-LB, SMP-LB dan SMA-LB. Pembagian kelas sesuai
dengan kebutuhan dari para anak berkebutuhan khusus (ABK), antara
lain kelas A, B, C, D, autis. Dengan keterangan sebagai berikut:
a. Tunanetra (A)
Tunanetra adalah anak yang memiliki gangguan penglihatan
(buta). Kelas untuk para siswa penyandang tunanetra yaitu kelas A.
b. Tunarungu wicara (B)
Tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan pendengaran.
Sedangkan tunarungu wicara merupakan anak yang kehilangan
daya pendengaran yang mengakibatkan gangguan komunikasi
verbal. Kelas untuk para siswa penyandang tunarungu wicara yaitu
kelas B.
58
c. Tunagrahita (C)
Tunagrahita adalah anak yang memiliki gangguan dalam daya
berpikirnya. Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata.
Kelas untuk para siswa penyandang tunanetra yaitu kelas C. Dalam
pembagian kelas tunagrahita dibedakan lagi kedalam kelas
tunagrahita ringan, sedang dan berat, karena mengingat kebutuhan
yang diperlukan dalam kelas ini dapat berbeda sesuai dengan
tingkat IQ yang dimiliki. Tentunya dengan tujuan agar pendidikan
yang diberikan dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan
harapan yang dimaksud.
d. Tunadaksa (D)
Tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan fisik (cacat
tubuh). Kelas untuk para siswa penyandang tunanetra yaitu kelas
D.
e. Autis
Anak autis di SLB Negeri Salatiga dimasukkan ke dalam golongan
kelas tunagrahita. Dikarenakan belum ada kelas khusus yang
disediakan di SLB Negeri Salatiga.
2. Sarana dan Prasarana Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
Fasilitas yang terdapat di SLB Negeri Salatiga juga terbilang
memadai, antara lain ruang kantor, ruang perpustakaan, ruang sensoris
integrasi, rumah dinas penjaga sekolah, gudang, mushola, ruang musik,
ruang multimedia, koperasi dan lapangan.
59
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
a. Visi
Visi yang akan dikembangkan Sekolah Luar Biasa Negeri Salatiga
yaitu "Mandiri, Unggul dalam Prestasi, Mulia dalam Akhlak"
b. Misi
Dalam rangka mencapai Visi tersebut, SLB Negeri salatiga:
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu pada
perundang-undangan yang berlaku
2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku
3) Menambah kegiatan keterampilan
4) Menambah kegiatan agama
c. Tujuan Sekolah
1) Menampung anak berkebutuhan khusus (Anak Luar
Biasa/Penyandang Ketunaan) di daerah Salatiga dan
sekitarnya dalam lembaga pendidikan formal
2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa
depan mereka yang kompetitif
3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan
berkesinambungan.
4. Keadaan Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga pada tahun ajaran
2017/2018 dipimpin oleh kepala sekolah, yaitu Bpk. Muhlisun, M. Pd.,
dan memiliki 42 karyawan yang terdiri dari 37 guru pengajar, 1
60
pustakawan, 1 TU, 1 terapis dan 2 penjaga sekolah. Untuk lebih
jelasnya penulis sajikan uraian tersebut dalam daftar tabel tenaga
pengajar di SLB Negeri Salatiga.
No Nama Jabatan Pendidikan
1. Muhlisun, M.Pd
Kepala
Sekolah
S2
Manajemen
Pend.
2. Trisnani, S.Pd Guru S1 PLB
3 Rohani Eko Sunareni, S.Pd Guru S1 PLB
4 Rohana Dwi Sunaryanti, S.Pd Guru S1 PLB
5 Siti Aisah, S.Pd Guru S1 PPkn
6 Nunik Supriyatmi, S.Pd Guru S1 PLB
7 Siti Rahayu, S.Pd Guru S1 PLB
8 Drs.Sarjiya Guru S1 PLB
9 Kusnanto, S.Pd Guru S1 PLB
10 Sri Mulyani, S.Pd.Sd Guru S1 PGSD
11 Wagiman, S.Pd.Sd Guru S1 PGSD
12 Subiyati, S.Pd Guru S1 PGSD
13 Yekti Wibawani, S.Pd.Sd Guru S1 PGSD
14 Sri Rahayu, S.Pd.Sd Guru S1 PGSD
15 Rastini, S.Pd Guru S1 PLB
16 Wawan Pamungkas, S.Pd.Sd Guru S1 PGSD
61
17 Muh Ihromi, S.Pd.I Guru S1 PAI
18 Sularno, S.Pd.Sd Guru S1 PGSD
19 Juzan, S.Pd Guru S1 PLB
20 Tin Kartini, S.Pd Guru
S1 Bahasa &
Seni
21 Sri Lestari Wahyu H., S.Pd Guru S1 PPKn
22 Eko Puji Widodo, S.Pd.I Guru S1 PAI
23 Indah Widyahety, S.Pd Guru S1 Seni
24 Reni Setiawati, S.Pd Guru S1 MIPA
25 Khoirul Hidayati, S.Pd Guru S1 PLB
26 Ninda Solikhah,S.Pd Guru S1 PLB
27 Hastien Chandraningrum,M.Pd Guru S2 PLB
28 Yustina Emma Hartati, S.Pd Guru
S1 Pend. Bhs.
Inggris
29 Heriani Thamrin, S.Kom Guru S1 Komputer
30 Fitri Indriyani, S.Si Guru S1 Olahraga
31 Wisnu Laksono Jati, S.Si Guru S1 Teologi
32 Masiyem, S.Pd Guru S1 PGSD
33 Asih Widiyarti, S.Pd Guru
S1 Pend.
Biologi
34 Baniyah, S.Pdi Guru
S1 Pend. Bhs
Inggris
62
35 Ika Yunita Astanti, S. Pd Guru S1 BK
36 Fenny Ayuningtyas, S.Pd Guru S1 PLB
37 Nausyad Em'a Istasfi, S.Pd Guru S1 PLB
38 Rian Istiningtyas, S.Pd Guru S1 PLB
39 Lusi Wulandari TU SMA
40
Reni Indriyani Agustine,
S.I.Pust
Pustakawan
S1-
Perpustakaan
41 Fretty Arum N., A.Md.Tw Terapis D3-TW
42 Khairul Saleh
Penjaga
Sekolah
SMP
43 Wakhid Nurochim
Penjaga
Sekolah
SMA
Tabel 3.1 Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga
5. Subyek Penelitian
Siswa SMA-LB di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
yang mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
berjumlah 25 anak yang terdiri dari 17 laki-laki dan 8 perempuan,
diantaranya kelas X berjumlah 8 anak, kelas XI berjumlah 11 anak dan
kelas XII sebanyak 6 anak.
Namun dalam penerapannya di SLB Negeri Salatiga, ketika mata
pelajaran PAI berlangsung seluruh siswa tunagrahita digabung dalam
satu kelas yang sama karena kehadiran siswa kurang dari 50%.
Biasanya dalam satu kelas hanya 10 anak yang aktif menghadiri
63
pembelajaran dalam mata pejalaran Pendidikan Agama Islam dari
keseluruhan siswa pada jenjang SMA-LB, antara lain 2 anak dari kelas
X, 4 anak dari kelas XI dan 4 anak dari kelas XII yang terdiri dari 8
laki-laki dan 2 perempuan.
B. Deskripsi Pelaksanaan Per-Siklus
1. Deskripsi Kegiatan Pra-Siklus
Dalam pelaksanaan kegiatan pra-siklus ini peniliti melakukan
kegiatan observasi sebelum pelaksanaan siklus I. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengenal dan mengetahui gambaran pada Sekolah
Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga. Peneliti melaksanakan kegiatan pra-
siklus agar mendapatkan informasi terkait penelitian yang akan
dilaksanakan nantinya. Informasi yang diperoleh nantinya akan dikaji
sebagai bahan untuk melaksanakan siklus I.
Informasi diperoleh melalui wawancara ataupun dokumen-
dokumen perpustakaan yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
Salatiga. Wawancara dilaksanakan dengan para guru ataupun karyawan
yang berhubungan dengan penelitian ini, lebih khusus informasi
mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa
tunagrahita.
Penelitian yang dilaksanakan yaitu penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri dari 3 (tiga) siklus. Dalam penelitian ini dirancang
sebuah pembelajaran menggunakan metode drill, dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman konsep belajar dan mampu memberikan
64
latihan secara terus-menerus kepada siswa sehingga akan berdampak
pada hasil belajar siswa. Pembelajaran menggunakan metode drill
diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan
tentang strategi kegiatan pembelajaran yang mengacu pada pencapaian
kompetensi individual masing-masing siswa.
2. Deskripsi Kegiatan Siklus I
Penelitian tindakan kelas pada siswa SMA-LB Sekolah Luar
Biasa (SLB) Negeri Salatiga telah dilaksanakan oleh peneliti secara
langsung. Prosedur langkah-langkah pelaksanaan khusus PTK terdiri
dari empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Ke empat
tahapan tersebut merupakan proses siklus atau spiral (Sumadayo,
2013:27).
Adapun rincian tiap tahapan kegiatan yang dilakukan selama
proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan ini berisi mengenai persiapan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:
1) Studi pendahuluan dan observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas serta hasil belajar siswa.
2) Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
yang memuat seluruh konsep kegiatan pembelajaran
menggunakan metode drill.
65
3) Menyusun soal-soal tes yang akan digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
4) Membuat lembar pengamatan keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran PAI.
5) Membuat lembar pengamatan aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran PAI.
6) Melakukan dokumentasi.
b. Tahap pelaksanaan (Acting)
Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Oktober 2017
yang diikuti oleh 10 siswa. Adapun materi yang disampaikan yaitu
azan beserta jawabannya ketika mendengarkan azan. Pada siklus
ini peneliti menggunakan metode drill. Tahap-tahap yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Apersepsi:
a) Guru mengkondisikan siswa.
b) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa.
c) Guru memeriksa kesiapan kelas/siswa.
d) Guru memotivasi siswa dan mengajukan pertanyaan
secara komunikatif yang berkaitan dengan materi
pelajaran.
e) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran.
66
2) Kegiatan inti
Eksplorasi
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang azan.
b) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
jawaban ketika mendengar azan.
Elaborasi
a) Guru memberi penjelasan tentang materi azan.
b) Guru memberi penjelasan tentang jawaban ketika
mendengar azan.
c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang azan
beserta jawabannya ketika mendengar azan.
d) Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal azan
beserta jawabannya ketika mendengar azan.
e) Guru mempraktekkan bacaan azan beserta jawabannya
ketika mendengar azan.
f) Guru menggunakan metode drill dengan melatih bacaan
azan beserta jawabannya ketika mendengar azan.
g) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
melafalkan bacaan azan beserta jawabannya ketika
mendengar azan.
h) Guru bergantian dengan siswa mempraktekkan bacaan
azan beserta jawabannya ketika mendengar azan.
67
Konfirmasi
a) Guru bersama siswa mengulang kembali bacaan azan
beserta jawabannya ketika mendengar azan.
b) Menanyakan kesulitan siswa.
c) Memberikan tugas kepada siswa.
3) Kegiatan akhir
a) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi
yang telah diajarkan.
b) Membuat penyimpulan bersama tentang materi yang telah
diajarkan.
c) Menutup pelajaran dengan salam.
c. Tahap pengamatan (Observation)
Selama proses pembelajaran, peneliti melakukan
pengamatan pada siswa dan pengamatan pada guru yaitu, mencatat
hal-hal yang terjadi pada saat tindakan berlangsung, baik aktivitas
siswa dan guru sendiri dengan ditulis pada lembar pengamatan
siswa dan guru.
1) Pengamatan kepada siswa yaitu keaktifan siswa mengikuti
pelajaran, keaktifan bertanya, keaktifan menjawab pertanyaan
dan juga pengamatan pada saat siswa mempraktekkan azan.
2) Pengamatan kepada guru yaitu memeriksa kesiapan siswa,
pengelolaan waktu kelas, cara menyampaikan materi,
penggunaan metode drill dalam pembelajaran dan evaluasi.
68
d. Tahap refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil belajar
mengajar pada siklus I. Pada siklus I menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan masih belum menunjukkan hasil
yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang masih belum
benar dalam menyebutkan lafal azan ataupun urutannya. Dan juga
masih belum paham betul cara menjawab azan dengan benar dan
tepat. Kemudian guru pengampu mata pelajaran PAI juga masih
belum bisa menarik rasa keingintahuan peserta didik selama proses
pembelajaran dan dalam penggunaan metode drill masih belum
bisa maksimal penerapannya.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut, maka peneliti
akan melakukan tindakan dari ide-ide perbaikan pada siklus II
untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus I.
3. Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2017 yang di ikuti
oleh 10 siswa. Adapun materi yang disampaikan yaitu perbedaan azan
subuh dari azan yang lain dan iqamah.
Pada siklus ini peneliti menggunakan metode drill. Tahap-tahap
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan ini berisi mengenai persiapan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:
69
1) Studi pendahuluan dan observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas serta hasil belajar siswa.
2) Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
yang memuat seluruh konsep kegiatan pembelajaran
menggunakan metode drill.
3) Menyusun soal-soal tes yang akan digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
4) Membuat lembar pengamatan keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran PAI.
5) Membuat lembar pengamatan aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran PAI.
6) Melakukan dokumentasi.
b. Tahap pelaksanaan (Acting)
Tahap-tahap dalam pelaksanaan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Apersepsi:
a) Guru mengkondisikan siswa.
b) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa.
c) Guru memeriksa kesiapan kelas/siswa.
d) Guru memotivasi siswa dan mengajukan pertanyaan
secara komunikatif yang berkaitan dengan materi
pelajaran.
70
e) Guru memberikan pre-test terkait materi yang telah
disampaikan sebelumnya.
f) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
Eksplorasi:
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
perbedaan azan subuh dari azan yang lainnya.
b) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
iqamah.
Elaborasi:
a) Guru memberikan penjelasan tentang perbedaan azan
subuh dari azan yang lainnya.
b) Guru memberikan penjelasan tentang iqamah.
c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
perbedaan azan subuh dan iqamah.
d) Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal azan
subuh.
e) Guru mempraktekkan lafal iqamah.
f) Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal iqamah.
g) Guru menggunakan metode drill untuk melatih bacaan
azan subuh dan juga lafal iqamah pada siswa.
h) Guru bersama siswa mempraktekkan bacaan azan subuh
dan iqamah.
71
Konfirmasi:
a) Guru bersama siswa mengulang kembali bacaan bacaan
azan subuh dan iqamah.
b) Menanyakan kesulitan siswa.
c) Memberikan tugas kepada siswa.
4) Kegiatan akhir
a) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi
yang telah diajarkan.
b) Membuat penyimpulan bersama tentang materi yang telah
diajarkan.
c) Menutup pelajaran dengan salam.
c. Tahap pengamatan (Observation)
Selama proses pembelajaran, peneliti melakukan
pengamatan pada siswa dan pengamatan pada guru yaitu, mencatat
hal-hal yang terjadi pada saat tindakan berlangsung, baik aktivitas
siswa dan guru sendiri dengan ditulis pada lembar pengamatan
siswa dan guru.
1) Pengamatan kepada siswa yaitu keaktifan siswa mengikuti
pelajaran, keaktifan bertanya, keaktifan menjawab pertanyaan
dan juga pengamatan pada saat siswa mempraktekkan azan
dan iqamah.
72
2) Pengamatan kepada guru yaitu memeriksa kesiapan siswa,
pengelolaan waktu kelas, cara menyampaikan materi,
penggunaan metode drill dalam pembelajaran dan evaluasi.
d. Tahap refleksi (Reflection)
Hasil belajar mengajar pada siklus II dinilai belum mencapai
target yang direncanakan. Hasil dari pelaksanaan siklus II ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Selama proses pembelajaran guru sudah menjalankan prosedur
pembelajaran lebih baik daripada sebelumnya.
2) Guru sudah dapat mengelola kelas dan waktu dengan baik.
3) Guru sudah baik dalam menerapkan metode drill.
4) Dalam pelafalan azan dan iqamah siswa masih belum lancar
dalam pelafalan urutan azan.
5) Pada saat praktek azan dan iqamah siswa masih membutuhkan
teks untuk membantu mengingat lafal ataupun urutannya.
6) Siswa menjadi tambah aktif dalam mengikuti pembelajaran,
dan memperlihatkan ketertarikan dalam materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus II ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi siswa sudah terlihat adanya perubahan
dan peningkatan, namun masih terdapat kekurangan dalam hal
hafalan lafal azan ataupun urutannya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tujuan dalam pembelajaran belum dapat tercapai dengan
73
maksimal, maka dari itu peneliti akan melakukan perbaikan pada
siklus selanjutnya untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus II.
4. Siklus III
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2017 yang di
ikuti oleh 10 siswa. Adapun materi yang disampaikan yaitu azan,
jawaban ketika mendengarkan azan dan iqamah. Pada siklus ini peneliti
menggunakan metode drill. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Tahap perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan ini berisi mengenai persiapan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:
1) Studi pendahuluan dan observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas serta hasil belajar siswa.
2) Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
yang memuat seluruh konsep kegiatan pembelajaran
menggunakan metode drill.
3) Menyusun soal-soal tes yang akan digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
4) Membuat lembar pengamatan keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran PAI.
5) Membuat lembar pengamatan aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran PAI.
6) Melakukan dokumentasi.
74
b. Tahap pelaksanaan (Acting)
Tahap-tahap dalam pelaksanaan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Apersepsi:
a) Guru mengkondisikan siswa.
b) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa.
c) Guru memeriksa kesiapan kelas/siswa.
d) Guru memotivasi siswa dan mengajukan pertanyaan
secara komunikatif yang berkaitan dengan materi
pelajaran.
e) Guru memberikan pre-test terkait materi yang telah
disampaikan sebelumnya.
f) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
Eksplorasi:
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
azan pada sholat lima waktu.
b) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
jawaban ketika mendengarkan azan.
c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
iqamah.
75
Elaborasi:
a) Guru memberikan penjelasan mengenai azan pada sholat
lima waktu.
b) Guru memberikan penjelasan mengenai jawaban ketika
mendengarkan azan.
c) Guru memberikan penjelasan tentang iqamah.
d) Guru menunjuk satu siswa untuk mempraktekkan azan
dan satu siswa lainnya untuk memberikan jawaban ketika
mendengar lafal azan yang dimaksud.
e) Guru mempraktekkan lafal iqamah.
f) Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal iqamah.
g) Guru menggunakan metode drill untuk melatih bacaan
azan, jawaban ketika mendengarkan azan dan juga lafal
iqamah pada siswa.
h) Guru bersama siswa mempraktekkan bacaan azan,
jawaban ketika mendengarkan azan dan iqamah.
Konfirmasi:
a) Guru bersama siswa mengulang kembali bacaan azan,
jawaban ketika mendengarkan azan dan iqamah.
b) Menanyakan kesulitan siswa.
c) Memberikan tugas kepada siswa.
76
3) Kegiatan akhir
a) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi
yang telah diajarkan.
b) Membuat penyimpulan bersama tentang materi yang telah
diajarkan.
c) Menutup pelajaran dengan salam.
c. Tahap pengamatan (Observation)
Selama proses pembelajaran, peneliti melakukan
pengamatan pada siswa dan pengamatan pada guru yaitu, mencatat
hal-hal yang terjadi pada saat tindakan berlangsung, baik aktivitas
siswa dan guru sendiri dengan ditulis pada lembar pengamatan
siswa dan guru.
1) Pengamatan kepada siswa yaitu keaktifan siswa mengikuti
pelajaran, keaktifan bertanya, keaktifan menjawab pertanyaan
dan juga pengamatan pada saat siswa mempraktekkan azan
dan iqamah.
2) Pengamatan kepada guru yaitu memeriksa kesiapan siswa,
pengelolaan waktu kelas, cara menyampaikan materi,
penggunaan metode drill dalam pembelajaran dan evaluasi.
d. Tahap refleksi (Reflection)
Hasil belajar mengajar pada siklus III dinilai telah mencapai
target yang direncanakan. Hasil dari pelaksanaan siklus III ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
77
1) Selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan
prosedur pembelajaran dengan sangat baik.
2) Guru sudah dapat mengelola kelas dan waktu dengan baik.
3) Guru dapat menarik perhatian siswa dengan metode drill.
4) Guru berhasil dalam menerapkan metode drill sehingga hasil
yang di inginkan dapat tercapai.
5) Dalam pelafalan azan dan iqamah para siswa sudah baik sesuai
dengan lafal yang benar.
6) Pada saat praktek azan dan iqamah siswa dapat melafalkan
tanpa teks dengan lafal yang sesuai urutannya.
7) Siswa menjadi tambah aktif dalam mengikuti pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan ketuntasan
belajar siswa mencapai target sesuai dengan KKM yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus III ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi siswa sudah terlihat adanya perubahan
dan peningkatan yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar
siswa dan telah hafalnya lafal azan serta iqamah dengan baik dan
benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam pembelajaran
sudah tercapai, maka dari itu peneliti merasa sudah tidak perlu lagi
untuk melanjutkan pada siklus selanjutnya.
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA-LB Negeri Salatiga
yang berjumlah 10 siswa. Aspek yang diamati adalah hafalan lafal azan dan
iqamah dan keaktifan siswa. Indikator keberhasilan dari hafalan lafal azan
dan iqamah diukur dari nilai yang diperoleh pada saat proses pembelajaran.
Sedangkan indikator keberhasilan dari keaktifan siswa diukur dari perhatian
siswa selama mengikuti pembelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya,
kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan, dan keberanian siswa
ketika praktek azan dan iqamah. Diharapkan siswa mampu mencapai batas
kriteria ketuntasan minimal yaitu 75.
Agar siswa dapat mencapai batas kriteria ketuntasan minimal
tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dalam empat tahapan yaitu,
tahap pra-siklus, siklus I, siklus II dan siklus III.
1. Kondisi Awal (tahap pra-siklus)
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, kondisi awal
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar masih menunjukkan
rendahnya pemahaman peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
Kondisi awal yang demikian inilah yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada peserta didik SMA-LB SLB
Negeri Salatiga.
79
Berdasarkan pengamatan kepada peserta didik sebelum
melakukan penelitian, menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik
masih belum mumpuni dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
a. Hasil belajar peserta didik pra-siklus
Hasil belajar peserta didik mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam materi qurban idul adha sebelum dilakukan penelitian adalah
sebagai berikut:
No Nama Nilai
Keterangan
Tuntas
Tidak
Tuntas
1 AWP 40 √
2 AAP 80 √
3 JW 60 √
4 ANF 50 √
5 ISS 70 √
6 MAY 80 √
7 RLR 80 √
8 MCR 60 √
9 MAT 40 √
10 KTA 30 √
Nilai rata-rata 59
Tabel 4.1 Data Nilai Sebelum Tindakan
80
Berdasarkan data nilai di atas dapat digambarkan dalam tabel
frekuensi berikut ini:
No Nilai Frekuensi Prosentase
1 91 – 100 0 0
2 81 – 90 0 0
3 71 – 80 3 30%
4 61 – 70 1 10%
5 51 – 60 2 20%
6 41 – 50 1 10%
7 31 – 40 2 20%
8 21 – 30 1 10%
9 11 – 20 0 0
Jumlah 10 100%
Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum
Tindakan
81
Berdasarkan data hasil yang terlihat pada tabel 4.1 dan 4.2
dapat diuraikan melalui tabel keterangan berikut ini:
No. Keterangan
Hasil
Awal
1 Nilai terendah 30
2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai rata-rata kelas 59
4 Kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75
5
Jumlah peserta didik yang mencapai nilai
KKM
3
6
Jumlah peserta didik yang mendapat nilai di
bawah KKM
7
7
Prosentase peserta didik yang mencapai
KKM
30%
Tabel 4.3 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan
Berdasakan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata kelas
baru mecapai 30%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
telah tuntas hanya tiga siswa, sedangkan peserta didik yang belum
tuntas sebanyak 7 siswa (70%). Hal ini berarti penguasaan materi
siswa masih sangat rendah.
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, kondisi awal
peserta didik dalam kegiatan belajar PAI masih menunjukkan
rendahnya kemampuan siswa dalam menerima pelajaran.
82
Terbukti dengan hasil belajar yang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan. Data di atas menjadi
dasar acuan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas
menggunakan metode drill pada siswa SMA-LB Negeri Salatiga.
b. Hasil pengamatan terhadap peserta didik pra-siklus
No
Nama
Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Keaktifan Perhatian Penguasaan
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 AWP √ √ √ 3
2 AAP √ √ √ 6
3 JW √ √ √ 5
4 ANF √ √ √ 5
5 ISS √ √ √ 5
6 MAY √ √ √ 7
7 RLR √ √ √ 4
8 MCR √ √ √ 4
9 MAT √ √ √ 4
10 KTA √ √ √ 3
Jumlah 46
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik Sebelum
Tindakan
83
Keterangan:
Keaktifan
3 = aktif
2 = kurang aktif
1 = tidak aktif
Perhatian
3 = perhatian
2 = kurang perhatian
1 = tidak perhatian
Penguasaan materi
3 = menguasai
2 = kurang menguasai
1 = tidak menguasai
Data di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik
yang terjadi pada siklus ini belum cukup baik, dari hasil
pengamatan terdapat beberapa peserta didik yang masih belum bisa
aktif. Dalam mengajukan pertanyaan kepada guru, peserta didik
masih cenderung ragu-ragu atau takut, bahkan perhatian peserta
didik belum sepenuhnya fokus pada materi pelajaran. Hal ini
membuktikan bahwa penguasaan materi pada peserta didik masih
belum maksimal.
84
c. Hasil pengamatan pada guru pra siklus
Hasil pengamatan terhadap guru pada kegiatan pembelajaran
pada pra siklus adalah sebagai berikut:
No Aspek yang di nilai
Skala Nilai
A B C D E
5 4 3 2 1
1 Membuat RPP √
2 Menyusun bahan ajar √
3 Menyusun materi √
4 Memilih sumber belajar √
5 Memilih metode yang tepat √
6 Memotivasi siswa √
7 Menjelaskan materi √
8 Membantu siswa yang kesulitan √
9 Memfasilitasi siswa dalam belajar √
10 Guru dan murid membuat kesimpulan √
Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Guru Pra Siklus
Keterangan:
A = 5 (sangat baik) D = 2 (sedang)
B = 4 (baik) E = 1 (kurang)
C = 3 (cukup)
85
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa guru dalam mengajar
masih kurang cukup, sehingga proses belajar mengajar belum dapat
dikatakan efektif. Karena masih terlalu sering menggunakan
metode ceramah saja tanpa diselingi dengan metode yang lebih
bervariasi.
Berdasarkan tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5 membuktikan bahwa:
a. Siswa kurang menguasai materi sehingga hasil nilainya belum
dapat mencapai KKM.
b. Guru masih kurang dalam pemberian latihan kepada peserta didik.
c. Keaktifan dan perhatian peserta didik yang kurang mengakibatkan
kurangnya penguasaan materi.
Berdasarkan hasil pra-siklus di atas, maka peneliti mengadakan
penelitian siklus I menggunakan metode drill.
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
a. Kegiatan perencanaan siklus I
Tahap perencanaan ini berisi mengenai persiapan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:
1) Studi pendahuluan dan observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas serta hasil belajar siswa.
2) Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
yang memuat seluruh konsep kegiatan pembelajaran
menggunakan metode drill.
86
3) Menyusun soal-soal tes yang akan digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran pada
siklus I.
4) Membuat lembar pengamatan keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran PAI untuk mengetahui
perkembangan guru dalam pembelajaran.
5) Membuat lembar pengamatan aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran PAI untuk mengetahui keaktifan siswa.
b. Kegiatan pembelajaran siklus I
1) Pelaksanaan: Proses pembelajaran siklus I dilaksanakan pada
hari Kamis, 12 Oktober 2017.
2) Bahan pembelajaran azan beserta jawabannya ketika
mendengarkan azan.
3) Peserta didik yang hadir 10 anak (40%).
4) Media dan sumber pembelajaran: teks azan dan buku modul
Pendididkan Agama Islam kelas 5 SD (rekomendasi dari guru
pengampu).
5) Kegiatan pokok pembelajaran:
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang azan.
b) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
jawaban ketika mendengar azan.
c) Guru memberi penjelasan tentang materi azan.
87
d) Guru memberi penjelasan tentang jawaban ketika
mendengar azan.
e) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang azan
beserta jawabannya ketika mendengar azan.
f) Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal azan
beserta jawabannya ketika mendengar azan.
g) Guru mempraktekkan bacaan azan beserta jawabannya
ketika mendengar azan.
h) Guru menggunakan metode drill dengan melatih bacaan
azan beserta jawabannya ketika mendengar azan.
i) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
melafalkan bacaan azan beserta jawabannya ketika
mendengar azan.
j) Guru bergantian dengan siswa mempraktekkan bacaan
azan beserta jawabannya ketika mendengar azan.
6) Metode yang diterapkan: Drill
7) Evaluasi: siswa maju ke depan untuk membacakan lafal azan
beserta jawabannya ketika mendengar azan secara bergiliran.
c. Hasil evaluasi siklus I
1) Hasil belajar peserta didik siklus I
Pada siklus I diperoleh hasil belajar siswa dengan
menggunakan lembar observasi dan tes formatif.
88
Berikut ini adalah data hasil belajar peserta didik pada siklus
I:
No Nama Nilai
Keterangan
Tuntas
Tidak
Tuntas
1 AWP 40 √
2 AAP 80 √
3 JW 60 √
4 ANF 60 √
5 ISS 70 √
6 MAY 80 √
7 RLR 80 √
8 MCR 60 √
9 MAT 50 √
10 KTA 30 √
Nilai rata-rata 61
Tabel 4.6 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I
89
Berdasarkan daftar nilai di atas dapat digambarkan data tabel
frekuensi sebagai berikut:
No Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1 91 – 100 0 0 Istimewa
2 81 – 90 0 0% Baik sekali
3 71 – 80 3 30% Baik
4
61 – 70 1 10%
Lebih dari
cukup
5 51 – 60 3 30% Cukup
6 41 – 50 1 10% Hampir cukup
7 31 – 40 1 10% Kurang
8 21 – 30 1 10% Kurang sekali
9 11 – 20 0 0 Tidak baik
Jumlah 10 100%
Tabel 4.7 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta
Didik Siklus I
Berdasarkan tabel 4.6 dan 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata
kelas baru mencapai nilai 61 atau 30%. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan dalam pembelajaran tersebut dalam
menggunakan metode drill, namun masih belum dapat
dikatakan berhasil sebab belum dapat mencapai KKM yang
telah ditentukan.
90
2) Hasil pengamatan terhadap peserta didik siklus I
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap peserta didik dalam
mengikuti kegiatan belajar:
No
Nama
Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Keaktifan Perhatian Penguasaan
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 AWP √ √ √ 5
2 AAP √ √ √ 7
3 JW √ √ √ 7
4 ANF √ √ √ 6
5 ISS √ √ √ 7
6 MAY √ √ √ 8
7 RLR √ √ √ 6
8 MCR √ √ √ 6
9 MAT √ √ √ 6
10 KTA √ √ √ 4
Jumlah 62
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta
Didik Siklus I
Data di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik yang
terjadi pada siklus ini sudah cukup baik dibandingkan
pembelajaran pada tahap sebelumnya (pra siklus).
91
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap peserta didik dalam
praktek azan:
No
Nama
Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Pelafalan Urutan lafal
3 2 1 3 2 1
1 AWP √ √ 5
2 AAP √ √ 2
3 JW √ √ 4
4 ANF √ √ 3
5 ISS √ √ 4
6 MAY √ √ 5
7 RLR √ √ 4
8 MCR √ √ 4
9 MAT √ √ 3
10 KTA √ √ 2
Jumlah 36
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap
Peserta Didik Siklus I
3) Hasil pengamatan terhadap guru
Hasil pengamatan terhadap guru pada kegiatan pembelajaran
pada siklus I adalah sebagai berikut:
92
No Aspek yang di nilai
Skala Nilai
A B C D E
5 4 3 2 1
1 Membuat RPP √
2 Menyusun bahan ajar √
3 Menyusun materi √
4 Memilih sumber belajar √
5 Memilih metode yang tepat √
6 Memotivasi siswa √
7 Menjelaskan materi √
8
Membantu siswa yang
kesulitan
√
9
Memfasilitasi siswa dalam
belajar
√
10
Guru dan murid membuat
kesimpulan
√
Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa guru dalam mengajar
sudah baik, namun dalam menyampaikan materi guru belum
sepenuhnya menggunakan metode drill dengan maksimal.
93
Berdasarkan tabel 4.6, 4.7, 4.8, 4.9, 4.10 membuktikan
bahwa:
a) Peserta didik masih kurang dalam menguasai materi sehingga
hasil nilainya hanya meningkat sedikit.
b) Peserta didik sebagian besar belum mulai aktif dalam
pembelajaran.
c) Guru belum dapat menciptakan suasana pembelajaran sesuai
dengan penerapan metode drill.
d. Refleksi
Berdasarkan proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan
pada siklus I, peneliti menemukan adanya kekurangan, baik dari
peserta didik maupun guru. Hal itu dapat dilihat dari tabel hasil
pengamatan terhadap peserta didik dan pengamatan terhadap guru.
Banyak peserta didik yang kurang aktif dan hanya sebagian kecil
saja yang aktif. Kurang perhatian terhadap pembelajaran dan
rendahnya penguasaan materi. Hal ini terlihat dari peserta didik
yang nilainya masih berada dibawah KKM. Selain itu guru juga
masih memiliki kekurangan-kekurangan dalam beberapa aspek,
hal itu dapat dilihat pada tabel 4.10, ada beberapa aspek yang
belum memenuhi kriteria baik.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti perlu melakukan tindakan
kembali pada siklus berikutnya, sehingga semua peserta didik
94
dapat memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Maka dilaksanakan penelitian kedua yaitu siklus II
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
a. Kegiatan perencanaan siklus II
Tahap perencanaan ini berisi mengenai persiapan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:
1) Studi pendahuluan dan observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas serta hasil belajar siswa.
2) Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
yang memuat seluruh konsep kegiatan pembelajaran
menggunakan metode drill.
3) Menyusun soal-soal tes yang akan digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran pada
siklus II.
4) Membuat lembar pengamatan keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran PAI untuk mengetahui
perkembangan guru dalam pembelajaran.
5) Membuat lembar pengamatan aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran PAI untuk mengetahui keaktifan siswa.
b. Kegiatan pembelajaran siklus II
1) Pelaksanaan: Proses pembelajaran siklus II dilaksanakan pada
hari Kamis, 19 Oktober 2017.
95
2) Bahan pembelajaran perbedaan azan subuh dari azan yang
lainnya dan iqamah.
3) Peserta didik yang hadir 10 anak (40%).
4) Media dan sumber pembelajaran: teks azan iqamah dan buku
modul pendididkan Agama Islam kelas 5 SD (rekomendasi
dari guru pengampu).
5) Kegiatan pokok pembelajaran:
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
perbedaan azan subuh dari azan yang lainnya.
b) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
iqamah.
c) Guru memberikan penjelasan tentang perbedaan azan
subuh dari azan yang lainnya.
d) Guru memberikan penjelasan tentang iqamah.
e) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
perbedaan azan subuh dan iqamah.
f) Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal azan
subuh.
g) Guru mempraktekkan lafal iqamah.
h) Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal iqamah.
i) Guru menggunakan metode drill untuk melatih bacaan
azan subuh dan juga lafal iqamah pada siswa.
96
j) Guru bersama siswa mempraktekkan bacaan azan subuh
dan iqamah.
6) Metode yang diterapkan: Drill
7) Evaluasi: siswa maju ke depan untuk membacakan lafal azan
dan iqamah secara bergantian.
c. Hasil evaluasi siklus II
1) Hasil belajar peserta didik siklus II
Pada siklus II diperoleh hasil belajar siswa dengan
menggunakan lembar observasi dan tes formatif. Berikut ini
adalah data hasil belajar peserta didik pada siklus II:
No Nama Nilai
Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 AWP 60 √
2 AAP 70 √
3 JW 90 √
4 ANF 70 √
5 ISS 80 √
6 MAY 100 √
7 RLR 80 √
8 MCR 80 √
9 MAT 50 √
10 KTA 50 √
Nilai rata-rata 73
97
Tabel 4.11 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan daftar nilai di atas dapat digambarkan data tabel
frekuensi sebagai berikut:
No Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1 91 – 100 1 10% Istimewa
2 81 – 90 1 10% Baik sekali
3 71 – 80 3 30% Baik
4
61 – 70 2 20%
Lebih dari
cukup
5 51 – 60 1 10% Cukup
6 41 – 50 2 20% Hampir cukup
7 31 – 40 0 0 Kurang
8 21 – 30 0 0 Kurang sekali
9 11 – 20 0 0 Tidak baik
Jumlah 10 100%
Tabel 4.12 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta
Didik Siklus II
Dari tabel 4.11 dan 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata kelas
sudah meningkat mencapai nilai 73 atau 50%. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh siswa mengalami peningkatan
dalam hasil belajarnya, namun masih belum mencapai hasil
yang maksimal.
98
2) Hasil pengamatan terhadap peserta didik siklus II
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap peserta didik:
No
Nama
Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Keaktifan Perhatian Penguasaan
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 AWP √ √ √ 6
2 AAP √ √ √ 6
3 JW √ √ √ 9
4 ANF √ √ √ 8
5 ISS √ √ √ 7
6 MAY √ √ √ 9
7 RLR √ √ √ 7
8 MCR √ √ √ 6
9 MAT √ √ √ 6
10 KTA √ √ √ 5
Jumlah 69
Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik
Siklus II
Data di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik yang
terjadi pada siklus ini mengalami peningkatan. Peserta didik
mulai aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terfokus pada
KBM yang berlangsung, sehingga penguasaan materinya pun
99
juga meningkat. Terlihat dari total skor yang diperoleh dari
seluruh kelas meningkat dari siklus sebelumnya.
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap peserta didik dalam
praktek azan dan iqamah:
No
Nama
Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Pelafalan Urutan lafal
3 2 1 3 2 1
1 AWP √ √ 6
2 AAP √ √ 4
3 JW √ √ 5
4 ANF √ √ 4
5 ISS √ √ 5
6 MAY √ √ 5
7 RLR √ √ 5
8 MCR √ √ 5
9 MAT √ √ 4
10 KTA √ √ 3
Jumlah 46
Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap
Peserta Didik Siklus II
100
3) Hasil pengamatan terhadap guru
Hasil pengamatan terhadap guru pada kegiatan pembelajaran
pada siklus II adalah sebagai berikut:
No Aspek yang di nilai
Skala Nilai
A B C D E
5 4 3 2 1
1 Membuat RPP √
2 Menyusun bahan ajar √
3 Menyusun materi √
4 Memilih sumber belajar √
5 Memilih metode yang tepat √
6 Memotivasi siswa √
7 Menjelaskan materi √
8
Membantu siswa yang
kesulitan
√
9
Memfasilitasi siswa dalam
belajar
√
10
Guru dan murid membuat
kesimpulan
√
Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Dari tabel 4.13 menunjukkan bahwa guru dalam mengajar
sudah baik, sehingga proses belajar mengajar sudah berjalan
secara efektif sesuai dengan harapan.
101
Berdasarkan tabel 4.11, 4.12, 4.13, 4.14, 4.15 membuktikan
bahwa:
a) Siswa sudah cukup baik dalam menguasai materi sehingga
hasil nilainya meningkat.
b) Dalam pelafalan azan dan iqamah yang telah dipraktekkan
siswa sudah baik, namun siswa masih tergantung pada teks
bacaan.
c) Siswa sudah mulai aktif dan perhatiannya sudah dapat
terfokuskan kepada pembelajaran yang sedang berlangsung.
d) Guru sudah dapat menciptakan suasana pembelajaran sesuai
dengan metode drill.
e) Dalam penyampaian materi, guru sudah melakukan latihan
secara terus menerus kepada para peserta didik sehingga
materinya pun mudah dihafalkan oleh para peserta didik.
d. Refleksi
Berdasarkan perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini,
keadaan kelas menjadi lebih kondusif dikarenakan guru mampu
mengkondisikan kelas dengan cara mengisi kegiatan pembelajaran
dengan latihan terus-menerus, hal tersebut telah sesuai dengan
metode drill. Namun dikarenakan belum tercapainya hasil yang
sesuai dengan KKM, maka dari itu peneliti akan melakukan
perbaikan pada siklus selanjutnya untuk memperbaiki hasil belajar
pada siklus II.
102
4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III
a. Kegiatan perencanaan siklus III
Tahap perencanaan ini berisi mengenai persiapan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:
1) Studi pendahuluan dan observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas serta hasil belajar siswa.
2) Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
yang memuat seluruh konsep kegiatan pembelajaran
menggunakan metode drill.
3) Menyusun soal-soal tes yang akan digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran pada
siklus III.
4) Membuat lembar pengamatan keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran PAI untuk mengetahui
perkembangan guru dalam pembelajaran.
5) Membuat lembar pengamatan aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran PAI untuk mengetahui keaktifan siswa.
b. Kegiatan pembelajaran siklus III
1) Pelaksanaan: Proses pembelajaran siklus III dilaksanakan pada
hari Kamis, 26 Oktober 2017.
2) Bahan pembelajaran azan pada sholat lima waktu dan iqamah.
3) Peserta didik yang hadir 10 anak (40%).
103
4) Media dan sumber pembelajaran: teks azan iqamah dan buku
modul pendididkan Agama Islam kelas 5 SD.
5) Kegiatan pokok pembelajaran:
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
azan pada sholat lima waktu.
b) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
jawaban ketika mendengarkan azan.
c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
iqamah.
d) Guru memberikan penjelasan mengenai azan pada sholat
lima waktu.
e) Guru memberikan penjelasan mengenai jawaban ketika
mendengarkan azan dan iqamah.
f) Guru menunjuk satu siswa untuk mempraktekkan azan
dan satu siswa lainnya untuk memberikan jawaban ketika
mendengar lafal azan yang dimaksud.
g) Guru mempraktekkan lafal iqamah.
h) Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal iqamah.
i) Guru menggunakan metode drill untuk melatih bacaan
azan, jawaban ketika mendengarkan azan dan juga lafal
iqamah.
j) Guru bersama siswa mempraktekkan bacaan azan,
jawaban ketika mendengarkan azan dan iqamah.
104
6) Metode yang diterapkan: Drill
7) Evaluasi: siswa maju ke depan untuk membacakan lafal azan
dan iqamah tanpa menggunakan teks secara bergiliran.
c. Hasil evaluasi siklus III
4) Hasil belajar peserta didik siklus III
Pada siklus III diperoleh hasil belajar siswa dengan
menggunakan lembar observasi dan tes formatif. Berikut ini
adalah data hasil belajar peserta didik pada siklus III:
No Nama Nilai
Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 AWP 80 √
2 AAP 100 √
3 JW 90 √
4 ANF 90 √
5 ISS 80 √
6 MAY 100 √
7 RLR 90 √
8 MCR 80 √
9 MAT 80 √
10 KTA 80 √
Nilai rata-rata 87
Tabel 4.16 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus III
105
Berdasarkan daftar nilai di atas dapat digambarkan data tabel
frekuensi sebagai berikut:
No Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1 91 – 100 2 20% Istimewa
2 81 – 90 3 30% Baik sekali
3 71 – 80 5 50% Baik
4
61 – 70 0 0
Lebih dari
cukup
5 51 – 60 0 0 Cukup
6 41 – 50 0 0 Hampir cukup
7 31 – 40 0 0 Kurang
8 21 – 30 0 0 Kurang sekali
9 11 – 20 0 0 Tidak baik
Jumlah 10 100%
Tabel 4.17 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta
Didik Siklus III
Dari tabel 4.16 dan 4.17 menunjukkan bahwa rata-rata kelas
sudah mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
siswa sudah memenuhi nilai KKM yang diharapkan.
5) Hasil pengamatan terhadap peserta didik siklus III
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap peserta didik:
106
No
Nama
Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Keaktifan Perhatian Penguasaan
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 AWP √ √ √ 7
2 AAP √ √ √ 8
3 JW √ √ √ 9
4 ANF √ √ √ 8
5 ISS √ √ √ 8
6 MAY √ √ √ 9
7 RLR √ √ √ 7
8 MCR √ √ √ 7
9 MAT √ √ √ 7
10 KTA √ √ √ 6
Jumlah 76
Tabel 4.18 Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik
Siklus III
Data di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik yang
terjadi pada siklus ini sudah terlihat mengalami peningkatan.
Peserta didik mulai aktif dan perhatiannya mulai terfokus pada
pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga penguasaan
materinya pun juga meningkat dengan baik.
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap peserta didik dalam
praktek azan dan iqamah:
107
No
Nama
Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Pelafalan Urutan lafal
3 2 1 3 2 1
1 AWP √ √ 6
2 AAP √ √ 5
3 JW √ √ 6
4 ANF √ √ 5
5 ISS √ √ 6
6 MAY √ √ 6
7 RLR √ √ 5
8 MCR √ √ 5
9 MAT √ √ 5
10 KTA √ √ 3
Jumlah 52
Tabel 4.19 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap
Peserta Didik Siklus III
6) Hasil pengamatan terhadap guru
Hasil pengamatan terhadap guru pada kegiatan pembelajaran
pada siklus II adalah sebagai berikut:
108
No Aspek yang di nilai
Skala Nilai
A B C D E
5 4 3 2 1
1 Membuat RPP √
2 Menyusun bahan ajar √
3 Menyusun materi √
4 Memilih sumber belajar √
5
Memilih metode yang
tepat
√
6 Memotivasi siswa √
7 Menjelaskan materi √
8
Membantu siswa yang
kesulitan
√
9
Memfasilitasi siswa
dalam belajar
√
10
Guru dan murid
membuat kesimpulan
√
Tabel 4.20 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus III
Dari tabel 4.20 menunjukkan bahwa guru dalam mengajar
sudah baik, sehingga proses belajar mengajar sudah berjalan
secara efektif sesuai dengan harapan. Metode pembelajaran
yang diterapkan juga sudah sesuai dengan prosedur metode
drill.
109
Berdasarkan tabel 4.16, 4.17, 4.18, 4.19, 4.20 membuktikan
bahwa:
a) Siswa sudah cukup baik dalam menguasai materi sehingga
hasil nilainya meningkat.
b) Dalam pelafalan azan dan iqamah yang telah dipraktekkan
siswa sudah baik, sesuai dengan urutannya dengan pelafalan
yang benar.
c) Siswa sudah mulai aktif dan perhatiannya sudah dapat
terfokuskan kepada pembelajaran yang sedang berlangsung.
d) Guru sudah dapat menciptakan suasana pembelajaran sesuai
dengan metode drill.
e) Dalam penyampaian materi, guru sudah melakukan latihan
secara terus menerus kepada para peserta didik sehingga
materinya pun dengan mudah dihafalkan oleh para peserta
didik.
Berdasarkan perbaikan yang dilakukan pada siklus III ini,
keadaan kelas menjadi lebih kondusif dari siklus sebelumnya. Para
siswa juga sudah dengan baik menguasai materi melalui latihan-latihan
yang telah diberikan guru selama pembelajaran. Melalui latihan secara
terus menerus menjadikan siswa lebih mudah menghafal serta
mengusai materi yang diberikan dengan baik. Dalam siklus III ini
peneliti telah berhasil dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan
Agama Islam pada materi azan dan iqamah menggunakan metode drill.
110
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melakukan berbagai kegiatan pada siklus I, siklus II dan
siklus III diperoleh data nilai mata pelajaran pendidikan Agama Islam
dengan menggunakan metode drill pada materi azan dan iqamah. Berikut
hasil penelitian siklus I, II dan III:
1. Siklus I
Hasil pengamatan siklus I diperoleh data nilai hasil belajar
yang disusun dalam bentuk frekuensi. Kemudian disimpulkan dalam
bentuk tabel yang tergambar seperti di bawah ini:
No. Keterangan Nilai
1 Nilai terendah 30
2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai rata-rata kelas 61
4 Kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75
5 Jumlah peserta didik yang mencapai nilai KKM 3
6
Jumlah peserta didik yang mendapat nilai di
bawah KKM 7
7 Prosentase peserta didik yang mencapai KKM 30%
Tabel 4.21 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I
Berdasarkan tabel di atas peserta didik yang telah mencapai
KKM adalah sebanyak 3 siswa (30%), sedangkan siswa yang belum
mencapai KKM adalah 7 siswa (70%). Pada siklus I ini hasil belajar
111
siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebelum penelitian.
Namun karena banyak yang belum mencapai KKM yang diharapkan
maka peneliti melaksanakan penelitian untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II.
2. Siklus II
Data hasil belajar siswa pada siklus II dapat disimpulkan
dengan tabel di bawah ini:
No. Keterangan Nilai
1 Nilai terendah 50
2 Nilai tertinggi 100
3 Nilai rata-rata kelas 73
4 Kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75
5 Jumlah peserta didik yang mencapai nilai KKM 5
6
Jumlah peserta didik yang mendapat nilai di
bawah KKM
5
7 Prosentase peserta didik yang mencapai KKM 50%
Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
Berdasarkan tabel di atas peserta didik yang telah mencapai
KKM adalah sebanyak 5 siswa (50%), sedangkan siswa yang belum
mencapai KKM 5 siswa (50%). Pada siklus II ini hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I. Namun karena jumlah siswa
belum mencapai KKM yang diharapkan maka peneliti melaksanakan
penelitian untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus III.
112
3. Siklus III
Data hasil belajar siswa pada siklus III dapat disimpulkan
dengan tabel di bawah ini:
No. Keterangan Nilai
1 Nilai terendah 80
2 Nilai tertinggi 100
3 Nilai rata-rata kelas 87
4 Kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75
5 Jumlah peserta didik yang mencapai nilai KKM 10
6
Jumlah peserta didik yang mendapat nilai di
bawah KKM
0
7 Prosentase peserta didik yang mencapai KKM 100%
Tabel 4.23 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III
Berdasarkan tabel di atas peserta didik yang telah mencapai KKM
adalah sebanyak 10 siswa (100%), sedangkan siswa yang belum
mencapai KKM tidak ada. Pada siklus III ini hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari kondisi siklus II. Dalam siklus III ini
peneliti telah berhasil dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan
Agama Islam menggunakan metode drill pada materi azan dan iqamah
dengan maksimal. PTK ini dinyatakan berhasil karena telah
melampaui indikator keberhasilan, 100% < 85% (KKM kelas).
113
Hasil penelitian pada siklus I, II dan III secara keseluruhan dapat
diperoleh nilai hasil belajar peserta didik sebagai berikut:
No. Keterangan
Sebelum
Tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Siklus
III
1 Nilai terendah 30 30 50 80
2 Nilai tertinggi 80 80 100 100
3 Nilai rata-rata kelas 59 61 73 87
4 Jumlah peserta didik yang
mencapai nilai KKM 3 3 5 10
5 Jumlah peserta didik yang
mendapat nilai di bawah KKM 7 7 5 0
6 Prosentase peserta didik yang
mencapai KKM 30% 30% 50% 100%
Tabel 4.24 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas
Berdasarkan data rekapitulasi di atas menunjukkan peningkatan
hasil belajar peserta didik dari sebelum dilakukan tindakan hingga pada
tahapan siklus III. Dari pra-siklus ke siklus I kenaikan tidak terlalu
signifikan, yaitu 30% atau tidak mengalami peningkatan, namun rata-rata
kelas meningkat dari nilai 59 menjadi 61. Kemudian dari siklus I ke siklus
II mengalami peningkatan dari 30% menjadi 50%. Dan dari siklus II ke
siklus III mengalami peningkatan dari 50% menjadi 100%.
114
Hasil pengamatan aspek keaktifan, perhatian dan penguasaan dalam
KBM terhadap peserta didik pada siklus I, II dan III secara keseluruhan
dapat diperoleh skor sebagai berikut:
Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II Siklus III
46 62 69 76
Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta
Didik
Berdasarkan data rekapitulasi dari hasil pengamatan aspek
keaktifan, perhatian dan penguasaan dalam KBM terhadap peserta didik
terbukti mengalami peningkatan dari pra siklus sampai dengan siklus III.
Terlihat dari hasil skor yang terus meningkat, dari pra siklus mendapatkan
46 skor, kemudian pada siklus I skor meningkat menjadi 62. Pada siklus II
skor meningkat menjadi 69 dan menjadi 76 pada siklus III.
Hasil pengamatan dalam pelafalan dan urutan lafal pada praktek
azan dan iqamah pada siklus I, II dan III secara keseluruhan dapat diperoleh
skor sebagai berikut:
Siklus I Siklus II Siklus III
36 46 52
Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Praktek Azan dan Ikamah
115
Berdasarkan data rekapitulasi dari hasil pengamatan praktek azan
dan ikamah di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
drill dapat meningkatkan kecapakan siswa tunagrahita, khususnya dalam
hal pelafalan dan urutan lafal azan ataupun ikamah. Terbukti dari jumlah
skor yang telah diperoleh siswa pada saat praktek azan dan ikamah
meningkat. Pada siklus I jumlah skor yang diperoleh 36, pada siklus II
jumlah skor meningkat menjadi 46, kemudian pada siklus III juga
meningkat menjadi 52.
Dari beberapa keseluruhan rekapitulasi di atas membuktikan bahwa
dengan menggunakan metode drill dapat meningkatkan hasil belajar siswa
tunagrahita pada pembelajaran PAI. Dengan metode drill juga nilai yang
diperoleh siswa mencapai hasil yang diharapkan.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
metode drill atau latihan yang dilaksanakan pada siswa tunagrahita SMA-
LB Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga pada tahun ajaran 2017/2018,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran PAI dengan metode drill dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa tunagrahita SMA-LB Negeri Salatiga, dengan ditandai
adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar setiap siklus, yaitu
siklus I 61 (30%), siklus II 73 (50%), siklus III 87 (100%).
2. Metode drill dapat meningkatkan aspek keaktifan, perhatian dan
penguasaan siswa tunagrahita terhadap pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatkan dari
jumlah skor siswa pada setiap siklus, yaitu siklus I (62), siklus II (69),
siklus III (76).
3. Metode drill dapat meningkatkan kecakapan (pelafalan dan urutan
lafal) siswa tunagrahita dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
materi Azan dan Ikamah. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
jumlah skor siswa pada saat praktek disetiap siklusnya, yaitu pada
siklus I (36), siklus II (46), siklus III (52).
117
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti dapat memberikan
beberapa saran yang dapat digunakan untuk menyempurnakan penggunaan
metode drill ini agar tujuan pendidikan dapat berhasil seperti apa yang
diharapkan, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Untuk menerapkan metode drill memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan pada pembelajaran
dengan menggunakan metode drill ini. Sehingga hasil yang ingin
dicapai dapat diperoleh secara optimal.
b. Penerapan metode drill pada kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dapat diterapkan guru untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik, karena metode latihan secara berulang-
ulang ini sangat efektif apabila diterapkan kepada siswa
tunagrahita.
2. Bagi peserta didik
a. Hendaknya para siswa tunagrahita dibiasakan untuk melatih diri
secara terus menerus.
b. Hendaknya para siswa tunagrahita lebih sering diberikan latihan
pada saat disekolah, karena latihan tersebut bisa menjadi
kebiasaan yang baik pada siswa dan akan terus di ingat dalam
hidupnya.
118
3. Bagi sekolah
Sekolah diharapkan bisa selalu memberi dorongan kepada
para guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang lebih
kreatif dan inovatif, dengan memberikan fasilitas sarana dan prasarana
pendukung yang dibutuhkan para siswa tunagrahita.
4. Bagi peneliti
Kepada peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan
penelitian dalam bidang yang sama agar lebih kreatif dan inovatif lagi
dalam mengembangkan metode, strategi dan pedekatan yang
digunakan dalam pembelajaran agar hasil belajar peserta didik
meningkat dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Khususnya
kepada para siswa tunagrahita yang cenderung lebih sulit dalam hal
pemberian pelayanan pendidikannya. Sehingga diharapkan dapat
memperkaya metode pembelajaran terhadap siswa tunagrahita.
119
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1994. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta.
Abu Ahmadi. 2003. Psikologi Belajar. Solo: PT Rineka Cipta.
Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo.
Ahmad, D Marimba. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al Ma’arif.
Akbar, Rofiq Faudy. 2013. Pengaruh Metode Mengajar Guru Dan Kemandirian
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Kab.
Kudus. Salatiga: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Vol. 8, No. 1:228.
Apriyanto, Nunung. 2012. Seluk Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya.
Jogjakarta: Javalitera.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis
Praktis Bagi Mahasiswi dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Baharuddin, dan Wahyuni Esa Nur. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Daulay , Haidar Putra, Nurgaya Pasa. 2012. Pendidikan Islam Dalam
Mencerdaskan Bangsa. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaramah, Saeful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
120
Farikhah, Siti. 2006. Evaluasi Pembelajaran Untuk Mahasiswa D2, PGA, PGK
SD/MI. Salatiga: STAIN.
Hasanah, Nur. 2015. Dampak Kompetensi Profesional Guru Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di Kota Salatiga. Salatiga:
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Vol. 9, No. 2:451-454.
Kastolani. 2014. Model Pembelajaran Inovatif: Teori Dan Aplikasi. Salatiga: Stain
Salatiga Press.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Marijan. 2012. Metode Pendidikan Anak Membangun Karakter Anak yang Berbudi
Mulia, Cerdas dan Berprestasi. Yogyakarta: Sabda Media.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Muslich, Mansur. 2008. KTSP seri SNP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah. 2009. Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Nazarudin. 2007. Managemen Pembelajaran (Implementasi Konsep Karakteristik
dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum).
Jogjakarta: Teras.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Sadulloh, Uyoh. 2014. PEDAGOGIK (Ilmu Pendidikan). Bandung: Alfabeta, cv.
Sam’s, Rosma Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Sukses Offset.
Sarosa, Samiaji. 2012. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta Barat: PT Indeks.
121
Sharon & Weldon. 1977. 57 Ways To Tech “A Quick Reference For Teacher”. Los
Angeles California: Crescent Publications.
Smart, Aqila. 2012. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi
untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta: Katahati.
Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. STAIN Salatiga.
Sriyanti, Lilik, Suwardi, Muna Erawati. 2014. Teori-Teori Pembelajaran. STAIN
Salatiga.
Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Sumadayo, Samsu, 2013, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Surayin. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3
– cet. 4. Jakarta: Balai Pustaka.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Zuhairini. 1992. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Zein, M.. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana.
1
LAMPIRAN
2
Lampiran 1 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I
No Nama Nilai
Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Arif Widodo Pamungkas 40 √
2 Aryo Adi Prasetyo 80 √
3 Jatmiko Widayat 60 √
4 Adi Nugroho Febriyanto 60 √
5 Ida Sri Suryani 70 √
6 Munir Adi Yudhanto 80 √
7
R. Leonard Richky
Hendrico
80 √
8 Muhammad Choirul Rizal 60 √
9 M. Alpha Teddy 50 √
10 Kania Tyas Anggreni 30 √
Nilai rata-rata 61
3
Lampiran 2 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
No Nama Nilai
Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Arif Widodo Pamungkas 60 √
2 Aryo Adi Prasetyo 70 √
3 Jatmiko Widayat 90 √
4 Adi Nugroho Febriyanto 70 √
5 Ida Sri Suryani 80 √
6 Munir Adi Yudhanto 100 √
7 R. Leonard Richky Hendrico 80 √
8 Muhammad Choirul Rizal 80 √
9 M. Alpha Teddy 50 √
10 Kania Tyas Anggreni 50 √
Nilai rata-rata 73
4
Lampiran 3 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III
No Nama Nilai
Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Arif Widodo Pamungkas
80 √
2 Aryo Adi Prasetyo
100 √
3 Jatmiko Widayat 90 √
4 Adi Nugroho Febriyanto 90 √
5 Ida Sri Suryani 80 √
6 Munir Adi Yudhanto 100 √
7
R. Leonard Richky
Hendrico
90 √
8 Muhammad Choirul Rizal 80 √
9 M. Alpha Teddy 80 √
10 Kania Tyas Anggreni 80 √
Nilai rata-rata 87
5
Lampiran 4 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus I
No Nama Siswa
Aspek yang di nilai
Jml
Keaktifan Perhatian Penguasaan
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1
Arif W.
Pamungkas
√ √ √ 5
2 Aryo Adi P. √ √ √ 7
3
Jatmiko
Widayat
√ √ √ 7
4
Adi Nugroho
F.
√ √ √ 6
5 Ida Sri S. √ √ √ 7
6 Munir Adi Y. √ √ √ 8
7
R. Leonard
Richky H.
√ √ √ 6
8
Muhammad
Choirul R.
√ √ √ 6
9
M. Alpha
Teddy
√ √ √ 6
10 Kania Tyas A. √ √ √ 4
Jumlah 62
6
Lampiran 5 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus II
No Nama Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Keaktifan Perhatian Penguasaan
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1
Arif W.
Pamungkas
√ √ √ 6
2 Aryo Adi P. √ √ √ 6
3
Jatmiko
Widayat
√ √ √ 9
4
Adi Nugroho
F.
√ √ √ 8
5 Ida Sri S. √ √ √ 7
6 Munir Adi Y. √ √ √ 9
7
R. Leonard
Richky H.
√ √ √ 7
8
Muhammad
Choirul R.
√ √ √ 6
9
M. Alpha
Teddy
√ √ √ 6
10 Kania Tyas A. √ √ √ 5
Jumlah 69
7
Lampiran 6 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus III
No Nama Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Keaktifan Perhatian Penguasaan
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1
Arif W.
Pamungkas
√ √ √ 7
2 Aryo Adi P. √ √ √ 8
3
Jatmiko
Widayat
√ √ √ 9
4
Adi Nugroho
F.
√ √ √ 8
5 Ida Sri S. √ √ √ 8
6 Munir Adi Y. √ √ √ 9
7
R. Leonard
Richky H.
√ √ √ 7
8
Muhammad
Choirul R.
√ √ √ 7
9
M. Alpha
Teddy
√ √ √ 7
10 Kania Tyas A. √ √ √ 6
Jumlah 76
8
Lampiran 7 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus I
No Nama Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Pelafalan Urutan lafal
3 2 1 3 2 1
1
Arif Widodo
Pamungkas
√ √ 5
2
Aryo Adi
Prasetyo
√ √ 2
3 Jatmiko Widayat √ √ 4
4
Adi Nugroho
Febriyanto
√ √ 3
5 Ida Sri Suryani √ √ 4
6
Munir Adi
Yudhanto
√ √ 5
7
R. Leonard
Richky Hendrico
√ √ 4
8
Muhammad
Choirul Rizal
√ √ 4
9 M. Alpha Teddy √ √ 3
10
Kania Tyas
Anggreni
√ √ 2
Jumlah 36
9
Lampiran 8 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus II
No Nama Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Pelafalan Urutan lafal
3 2 1 3 2 1
1
Arif Widodo
Pamungkas
√ √ 6
2
Aryo Adi
Prasetyo
√ √ 4
3 Jatmiko Widayat √ √ 5
4
Adi Nugroho
Febriyanto
√ √ 4
5 Ida Sri Suryani √ √ 5
6
Munir Adi
Yudhanto
√ √ 5
7
R. Leonard
Richky Hendrico
√ √ 5
8
Muhammad
Choirul Rizal
√ √ 5
9 M. Alpha Teddy √ √ 4
10
Kania Tyas
Anggreni
√ √ 3
Jumlah 46
10
Lampiran 9 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus
III
No Nama Siswa
Aspek yang di nilai
Jml Pelafalan Urutan lafal
3 2 1 3 2 1
1
Arif Widodo
Pamungkas
√ √ 6
2
Aryo Adi
Prasetyo
√ √ 5
3 Jatmiko Widayat √ √ 6
4
Adi Nugroho
Febriyanto
√ √ 5
5 Ida Sri Suryani √ √ 6
6
Munir Adi
Yudhanto
√ √ 6
7
R. Leonard
Richky Hendrico
√ √ 5
8
Muhammad
Choirul Rizal
√ √ 5
9 M. Alpha Teddy √ √ 5
10
Kania Tyas
Anggreni
√ √ 3
Jumlah 52
11
Lampiran 10 Hasil Pengamatan Guru Siklus I
No Aspek yang di nilai
Skala Nilai
A B C D E
5 4 3 2 1
1 Membuat RPP √
2 Menyusun bahan ajar √
3 Menyusun materi √
4 Memilih sumber belajar √
5 Memilih metode yang tepat √
6 Memotivasi siswa √
7 Menjelaskan materi √
8 Membantu siswa yang kesulitan √
9 Memfasilitasi siswa dalam belajar √
10
Guru dan murid membuat
kesimpulan
√
12
Lampiran 11 Hasil Pengamatan Guru Siklus II
No Aspek yang di nilai
Skala Nilai
A B C D E
5 4 3 2 1
1 Membuat RPP √
2 Menyusun bahan ajar √
3 Menyusun materi √
4 Memilih sumber belajar √
5 Memilih metode yang tepat √
6 Memotivasi siswa √
7 Menjelaskan materi √
8 Membantu siswa yang kesulitan √
9 Memfasilitasi siswa dalam belajar √
10
Guru dan murid membuat
kesimpulan
√
13
Lampiran 12 Hasil Pengamatan Guru Siklus III
No Aspek yang di nilai
Skala Nilai
A B C D E
5 4 3 2 1
1 Membuat RPP √
2 Menyusun bahan ajar √
3 Menyusun materi √
4 Memilih sumber belajar √
5 Memilih metode yang tepat √
6 Memotivasi siswa √
7 Menjelaskan materi √
8 Membantu siswa yang kesulitan √
9 Memfasilitasi siswa dalam belajar √
10
Guru dan murid membuat
kesimpulan
√
14
Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN
(RPP) Siklus I
Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : X/1
Bab : Azan dan Ikamah
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (satu kali pertemuan)
I. Standar Kompetensi
1. Memahami Azan
II. Kompetensi Dasar
1. Mengidentifikasi Azan
2. Menyebutkan lafal Azan
3. Menyebutkan jawaban saat mendengar Azan
III. Indikator
1. Menjelaskan pengertian Azan
2. Menyebutkan lafal Azan beserta jawaban saat mendengar Azan
3. Menyebutkan urutan lafal Azan dengan benar
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian Azan
2. Menyebutkan lafal Azan beserta jawaban saat mendengar Azan
3. Menyebutkan urutan lafal Azan dengan benar
V. Materi Pokok
1. Lafal Azan beserta jawaban saat mendengar Azan
2. Urutan lafal Azan
VI. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab
15
4. Drill
5. Penugasan
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Guru mengkondisikan siswa.
b. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa.
c. Guru memeriksa kesiapan kelas/siswa.
d. Guru memotivasi siswa dan mengajukan pertanyaan secara
komunikatif yang berkaitan dengan materi pelajaran.
e. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Eksplorasi
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang azan.
b. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang jawaban
ketika mendengar azan.
Elaborasi
a. Guru memberi penjelasan tentang materi azan.
b. Guru memberi penjelasan tentang jawaban ketika mendengar
azan.
c. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang azan beserta
jawabannya ketika mendengar azan.
d. Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal azan beserta
jawabannya ketika mendengar azan.
e. Guru mempraktekkan bacaan azan beserta jawabannya ketika
mendengar azan.
f. Guru menggunakan metode drill dengan melatih bacaan azan
beserta jawabannya ketika mendengar azan.
g. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melafalkan
bacaan azan beserta jawabannya ketika mendengar azan.
h. Guru bergantian dengan siswa mempraktekkan bacaan azan
beserta jawabannya ketika mendengar azan.
16
Konfirmasi
a. Guru bersama siswa mengulang kembali bacaan azan beserta
jawabannya ketika mendengar azan.
b. Menanyakan kesulitan siswa.
c. Memberikan tugas kepada siswa.
3. Kegiatan akhir
d) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi yang
telah diajarkan.
e) Membuat penyimpulan bersama tentang materi yang telah
diajarkan.
f) Menutup pelajaran dengan salam.
VIII. Alat dan Sumber Belajar
1. Modul Pendidikan Agama Islam kelas 5 SD
2. Sumber-sumber lain yang mendukung
IX. Penilaian
Indikator
pencapaian
kompetensi
Teknik
penilaian
Bentuk
instrumen Contoh Instrumen/soal
1. Menjelaskan
pengertian
Azan
2. Menyebutkan
lafal Azan
beserta jawaban
saat mendengar
Azan
3. Menyebutkan
urutan lafal
Azan dengan
benar
Tugas
individu
(Non
Lisan/
Tertulis)
Pilihan
Ganda
1. Seruan untuk
memberitahukan
kepada kaum
muslimin bahwa
waktu salat telah
tiba disebut …
a. Azan
b. Ikamah
c. Takbir
d. Salawat
17
2. Orang yang
mengumandangkan
azan dinamakan?
a. Muslimin
b. Muazin
c. Mubaligh
d. Muzakki
X. Pedoman Penilaian
Adapun sistem penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Setiap butir soal memiliki 10 poin
2. Soal yang diberikan sebanyak 10, jadi 10 x 10 = 100
18
Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN
(RPP) Siklus II
Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : X/1
Bab : Azan dan Ikamah
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
I. Standar Kompetensi
1. Memahami perbedaan azan subuh dari azan yang lainnya.
2. Memahami Ikamah
II. Kompetensi Dasar
1. Mengidentifikasi Azan Subuh dan Ikamah
2. Menyebutkan lafal Azan Subuh dan Ikamah
III. Indikator
1. Menjelaskan pengertian Ikamah
2. Menyebutkan lafal Azan Subuh dan Ikamah
3. Menyebutkan urutan lafal Azan Subuh dan Ikamah dengan benar
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian Ikamah
2. Menyebutkan lafal Azan Subuh dan Ikamah
3. Menyebutkan urutan lafal Azan Subuh dan Ikamah dengan benar
V. Materi Pokok
1. Lafal Azan Subuh dan Ikamah
2. Urutan lafal Azan Subuh dan Ikamah
VI. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab
19
4. Drill
5. Penugasan
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Guru mengkondisikan siswa.
b. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa.
c. Guru memeriksa kesiapan kelas/siswa.
d. Guru memotivasi siswa dan mengajukan pertanyaan secara
komunikatif yang berkaitan dengan materi pelajaran.
e. Guru memberikan pre-test terkait materi yang telah disampaikan
sebelumnya.
f. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Eksplorasi
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai perbedaan
azan subuh dari azan yang lainnya.
b. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai iqamah.
Elaborasi
a. Guru memberikan penjelasan tentang perbedaan azan subuh dari
azan yang lainnya.
b. Guru memberikan penjelasan tentang iqamah.
c. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perbedaan azan
subuh dan iqamah.
d. Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal azan subuh.
e. Guru mempraktekkan lafal iqamah.
f. Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal iqamah.
20
g. Guru menggunakan metode drill untuk melatih bacaan azan subuh
dan juga lafal iqamah pada siswa.
h. Guru bersama siswa mempraktekkan bacaan azan subuh dan
iqamah.
Konfirmasi
a. Guru bersama siswa mengulang kembali bacaan bacaan azan
subuh dan iqamah.
b. Menanyakan kesulitan siswa.
c. Memberikan tugas kepada siswa.
3. Kegiatan akhir
g) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi yang
telah diajarkan.
h) Membuat penyimpulan bersama tentang materi yang telah
diajarkan.
i) Menutup pelajaran dengan salam.
VIII. Alat dan Sumber Belajar
1. Modul Pendidikan Agama Islam kelas 5 SD
2. Sumber-sumber lain yang mendukung
IX. Penilaian
Indikator
pencapaian
kompetensi
Teknik
penilaian
Bentuk
instrumen Contoh Instrumen/soal
1. Menjelaskan
pengertian
Ikamah
2. Menyebutkan
lafal Azan
Subuh dan
Ikamah
Tugas
individu
(Non Lisan/
Tertulis)
Pilihan
Ganda
1. Azan Subuh memiliki
lafal yang berbeda
dari azan yang lain,
yaitu …
a. Allahu akbar
b. Haiya ‘alal falah
21
3. Menyebutkan
urutan lafal
Azan Subuh
dan Ikamah
dengan benar
c. Assolatu khoirum
minan naum
d. La ilaha illallah
2. Seruan pemberitahuan
bahwa salat
berjamaah akan
segera didirikan
disebut …
a. Azan
b. Ikamah
c. Takbir
d. Salawat
X. Pedoman Penilaian
Adapun sistem penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Setiap butir soal memiliki 10 poin
2. Soal yang diberikan sebanyak 10, jadi 10 x 10 = 100
22
Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN
(RPP) Siklus III
Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : X/1
Bab : Azan dan Ikamah
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
I. Standar Kompetensi
1. Memahami azan pada sholat lima waktu
2. Memahami jawaban ketika mendengarkan azan
3. Memahami ikamah
II. Kompetensi Dasar
1. Menyebutkan azan pada sholat lima waktu
2. Menyebutkan jawaban ketika mendengarkan azan
3. Menyebutkan lafal ikamah
III. Indikator
1. Menjelaskan pengertian azan
2. Menyebutkan lafal Azan pada sholat lima waktu beserta jawaban saat
mendengar Azan
3. Menyebutkan urutan lafal Azan dengan benar
4. Menyebutkan lafal ikamah
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian azan
2. Menyebutkan lafal Azan pada sholat lima waktu beserta jawaban saat
mendengar Azan
3. Menyebutkan urutan lafal Azan dengan benar
4. Menyebutkan lafal ikamah
23
V. Materi Pokok
1. Lafal Azan pada sholat lima waktu
2. Jawaban ketika mendengar azan
3. Lafal ikamah
VI. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab
4. Drill
5. Penugasan
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Guru mengkondisikan siswa.
b. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa.
c. Guru memeriksa kesiapan kelas/siswa.
d. Guru memotivasi siswa dan mengajukan pertanyaan secara
komunikatif yang berkaitan dengan materi pelajaran.
e. Guru memberikan pre-test terkait materi yang telah disampaikan
sebelumnya.
f. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Eksplorasi
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai azan pada
sholat lima waktu.
b. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai jawaban
ketika mendengarkan azan.
c. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang ikamah.
24
Elaborasi
a. Guru memberikan penjelasan mengenai azan pada sholat lima
waktu.
b. Guru memberikan penjelasan mengenai jawaban ketika
mendengarkan azan.
c. Guru memberikan penjelasan tentang iqamah.
d. Guru menunjuk satu siswa untuk mempraktekkan azan dan satu
siswa lainnya untuk memberikan jawaban ketika mendengar lafal
azan yang dimaksud.
e. Guru mempraktekkan lafal iqamah.
f. Guru menunjuk siswa untuk membacakan lafal iqamah.
g. Guru menggunakan metode drill untuk melatih bacaan azan,
jawaban ketika mendengarkan azan dan juga lafal iqamah pada
siswa.
h. Guru bersama siswa mempraktekkan bacaan azan, jawaban ketika
mendengarkan azan dan iqamah.
Konfirmasi
a. Guru bersama siswa mengulang kembali bacaan azan, jawaban
ketika mendengarkan azan dan iqamah.
b. Menanyakan kesulitan siswa.
c. Memberikan tugas kepada siswa.
3. Kegiatan akhir
a. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi yang
telah diajarkan.
b. Membuat penyimpulan bersama tentang materi yang telah
diajarkan.
25
c. Menutup pelajaran dengan salam.
VIII. Alat dan Sumber Belajar
1. Modul Pendidikan Agama Islam kelas 5 SD
2. Sumber-sumber lain yang mendukung
IX. Penilaian
Indikator
pencapaian
kompetensi
Teknik
penilaian
Bentuk
instrumen Contoh Instrumen/soal
1. Menjelaskan
pengertian
azan
2. Menyebutkan
lafal Azan
pada sholat
lima waktu
beserta
jawaban saat
mendengar
Azan
3. Menyebutkan
urutan lafal
Azan dengan
benar
4. Menyebutkan
lafal ikamah
Tugas
individu
(Non Lisan/
Tertulis)
Pilihan
Ganda
1. Apa jawaban yang
tepat ketika kita
mendengarkan lafal
azan asyhadu anna
muhammadar
rasulullah?
a. Haiya ‘alas shola
b. Allahu akbar
c. Asyhadu anna
muhammadar
rasulullah
d. Haiya ‘alal falah
2. Lafal qadqa matis
sola h dibaca setelah
lafal …
a. Allahu akbar
b. Asyhadu alla
ilaha illallah
c. Haiya ‘alas shola
d. Haiya ‘alal falah
26
X. Pedoman Penilaian
Adapun sistem penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Setiap butir soal memiliki 10 poin
2. Soal yang diberikan sebanyak 10, jadi 10 x 10 = 100
27
Lampiran 16 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran
(1) Penyampaian materi mata pelajaran PAI oleh guru
28
(2) Praktek Azan dan Ikamah yang dilakukan oleh siswa secara bergiliran
(3) Siswa yang masih perlu bantuan teks dalam pelafalan azan dan ikamah
29
(4) Siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan guru
30
(5) Foto bersama guru dan siswa SMA-LB Negeri Salatiga
31
32
33
34
DAFTAR NILAI
SATUAN KREDIT KEGIATAN MAHASISWA
Nama : Khotibul Umam
NIM :111-13-228
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dosen Pembimbing Akademik : Dra. Nurhasanah, M.Pd.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1
OPAK STAIN SALATIGA 2013
“Rekonstruksi Paradigma
Mahasiswa yang Cerdas”
27 Agustus
2013
Peserta 3
2
OPAK TARBIYAH 2013
“Menjunjung Tinggi Nilai-nilai
Kearifan Lokal sebagai Identitas
Pendidikan Indonesia”
29 Agustus
2013
Peserta 3
3
Library User Education
“Pendidikan Pemakai
Perpustakaan oleh UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga
16 September
2013
Peserta 2
4
Seminar Nasional “Sosialisasi UU
No. 1 Th. 2013, Peran Serta
Fungsi OJK” oleh HMJ Tarbiyah
dan Syariah STAIN Salatiga
30 September
2013
Peserta 8
35
5
Musabaqah Tilawatil Qur’an
Mahasiswa V oleh JQH STAIN
Salatiga
23 Oktober
2013
Peserta 2
6
Seminar Diaspora “Politik
Indonesia di Tahun 2014, Memilih
Untuk Salatiga Hati Beriman”
oleh SEMA STAIN Salatiga
1 April 2014 Peserta 2
7
Seminar Nasional LPM Dinamika
“Idealisme Mahasiswa”
3 Juni 2014 Peserta 8
8
Seminar Nasional “Perlindungan
Hukum Terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar Bebas Asean”
oleh HMPS AS
Desember 2014 Peserta 8
9
Training Motivasi Remaja Masjid
Miftahul Jannah
“Mengoptimalkan Remaja Islam”
4 April 2015 Panitia 3
10
SK Pengangkatan Sekretaris
Takmir Masjid Miftahul Jannah
Butuh Salatiga
11 Januari 2015
Sekretaris
II
4
11
SK Pengangkatan Ketua Remaja
Masjid Miftahul Jannah Butuh
Salatiga
30 Januari 2015
Ketua
REMAS
4
36
12
Seminar Nasional “Mencegah
Generasi Pemuda Islam Dari
Pengaruh Radikalisme ISIS”
6 Mei 2015 Peserta 8
13
Seminar Nasional “Epistemologi
Tafsir Kontemporer; Integrasi
Hermeneutika Dalam Metode
Penafsiran Al-Qur’an” oleh HMJ
IAIN Salatiga
30 September
2015
Peserta 8
14
Seminar Lokakarya Imsakiyah
Ramadhan 1437H
30 April 2016 Peserta 2
15
Peringatan Isro’ Mi’roj 1437H
Masjid Miftahul Jannah Butuh
Salatiga
5 Mei 2016 Panitia 3
16
Seminar Nasional “Esensi
Dakwah Kontemporer” dalam
rangka Milad LDK ke 14
21 Mei 2016 Peserta 8
17
Idul Qurban 1437H Masjid
Miftahul Jannah Butuh Salatiga
12 September
2016
Panitia 3
18
Seminar Internasional “Petani
Untuk Negeri” dalam rangkaian
kegiatan Festival Solidaritas untuk
Petani Indonesia
24 September
2016
Peserta 2
37
19
Seminar Nasional Edupreneurship
“Strategi Marketing Kunci Sukses
Wirausaha”
13 November
2016
Peserta 8
20
Sosialisasi Empat Pilar MPR RI
“Pancasila Sebagai Dasar Ideologi
Negara”
17 November
2016
Peserta 8
21
Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW 1438H Masjid
Miftahul Jannah Butuh Salatiga
12 Desember
2016
Panitia 3
22
Peringatan Isro’ Mi’roj 1438H
Masjid Miftahul Jannah Butuh
Salatiga
23 April 2017 Panitia 3
23
Idul Qurban 1438H Masjid
Miftahul Jannah Butuh Salatiga
1 September
2017
Panitia 3
24
Seminar Nasional “Peran Media
Terhadap Perkembangan Industri
Kreatif” oleh SCC Salatiga
23 September
2017
Peserta 8
25
Sosialisasi Empat Pilar MPR RI
“Pancasila Sebagai Dasar Ideologi
Negara”
17 November
2017
Peserta 8
38
26
Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW 1439H Masjid
Miftahul Jannah Butuh Salatiga
2 Desember
2017
Panitia 3
27
Seminar Agrobisnis “Petani
Berdikari Untuk Indonesia
Mandiri Pangan dan Ekonomi”
16 Februari
2018
Peserta 2
Jumlah 127
39