PENGETAHUAN UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
(ITE) DI KALANGAN PENGGUNA JEJARING SOSIAL KOREA LOVERS SURABAYA
(Studi Deskriptif Mengenai Pengetahuan Tentang Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) di Kalangan Pengguna Jejaring Sosial Komunitas
Korea Lovers Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya “Almamater
Wartawan Surabaya” untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
Dewi Novita Sari
NPM :11. 31. 3741
Jurusan : Broadcasting
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI
ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA “PRAPANCA”
2015
ix
ABSTRAK
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini membuat orang dapat dengan mudah mengakses sebuah informasi dengan cepat melalui sebuah jaringan yaitu jaringan internet. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia memiliki cara tersendiri untuk melindungi hak-hak individu supaya tidak dilecehkan oleh pengguna internet lain melalui medium internet. Banyaknya kasus tentang undang-undang ITE menjadi alasan untuk meneliti topik ini. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pengetahuan pengguna jejaring sosial yang disini adalah anggota Komunitas Korea Lovers Surabaya (KLOSS) terhadap undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) kemudian apakah mereka menerapkan pengetahuan itu ketika menggunakan jejaring sosial seperti ketika berkomentar pada posting milik orang lain dan juga ketika menulis status pada akun pribadi mereka. Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif, dengan menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan pada Komunitas Korea Lovers Surabaya Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah pengguna jejaring sosial yang disini adalah anggota Korea Lovers Surabaya (KLOSS) mengetahui tentang adanya undang-undang ini, tetapi untuk aturan dan isi tentang undang-undang ini mereka tidak begitu paham sehingga bagaimana hukuman yang diatur di dalamnya mereka tidak mengetahuinya. Ketika menggunakan jejaring sosial mereka menerapkan pengetahuan yang mereka miliki tersebut, walaupun mereka tidak mengetahui tentang undang ini mereka tetap menerapkan dan berusaha untuk mematuhi aturan tersebut.
Kata kunci : Internet,Undang-Undang ITE, Jejaring Sosial, Komunitas Korea
x
ABSTRACT
Current progress in information technology and communication makes everybody can easily access the information with an network namely internet. As one of developing country, Indonesia has own method to protect the individual rights as not abused by other internet users on the internet medium. The number cases of Undang-undang Informasi dan Teknologi Komunikasi (ITE) be a reason to researching about this topic. This research aims to describe how knowledge about undang-undang ITE among sosial network users, which in here is a Korea Lovers Surabaya (KLOSS) members as a sosial network users. And then whether they apply that knowledge when they using social network such as when they write a comment in other people post and when they write a status in their private account. This is a qualitative research, which used the interview as a method to collecting data. This research was done at Korea Lovers Surabaya Community.
The result from this research is social networking users which in here is a Korea Lovers Surabaya (KLOSS) members knowing about this law, but for a rules and content about this law they don’t understand, how punishment was arranged in this law they don’t understand too. They apply the knowledge that they have when using social media. Although they don’t know and understand about this law, they still apply and try to obey this rules.
Keyword : Internet, Undang-Undang ITE, Social Networking, Korea Community
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ……………………………………………………………… i
Lembar Persetujuan Skripsi ………………………………………………… ii
Lembar Penyataan Orisinalitas ……………………………………………… iii
Lembar Pengesahan Skripsi ………………………………………………… iv
Motto ..............……………………………………………………………….. v
Kata Pengantar……………………………………………………………….. vi
Abstrak...…………………………………………………………………….. ix
Abstract ……………………………………………………………………… x
Daftar isi …………………………………………………………………….. xi
Daftar tabel ………………………………………………………………..... xiv
Daftar Gambar …………………………………………………………….... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................ 8
1.3.2 Manfaat Penelitian
xii
1.3.2.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 8
1.3.2.2 Manfaat Praktis ............................................................ 9
1.4 Kajian Pustaka
1.4.1 Komunikasi Massa ................................................................ 9
1.4.2 Teknologi Informasi sebagai Komunikasi Massa ................ 10
1.4.3 Pengetahuan ……………………………………………….. 11
1.4.4 Undang-Undang No.11 Tahun 2008 ................................... 14
(Undang-Undang ITE)
1.4.5 Media Sosial .......................................................................... 15
1.4.5.1 Jejaring Sosial …………………………………………... 16
1.5 Kerangka Berfikir ........................................................................ 18
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Metode Riset ………...…. ........................................... 19
1.6.2 Jenis dan sumber data ……………………………….. 19
1.6.3 Teknik pengumpulan data ……………… …………... 20
1.6.4 Teknik analisis data …………………………. ……… 22
BAB II GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
2.1 Profil KLOSS ......................................................................... 24
2.2 Surabaya ................................................................................. 35
2.3 Undang-Undang No.11 Tahun 2008 ................................... 37
(Undang-Undang ITE)
BAB III HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN........................................ 40
xiii
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 57
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. xvi
Lampiran
xiv
Daftar Tabel
No.
Halaman
II.1 Kegiatan Yang Pernah Diselenggarakan oleh Korean Lovers
Surabaya (KLOSS)
33
III.I Tabel Hasil Wawancara dengan Responden 41-48
xv
Daftar Gambar
No. Halaman
II.1 Logo Komunitas Korea Lovers Surabaya (KLOSS) 25
II.2 Grup Komunitas Korea Lovers Surabaya (KLOSS) di
29
III.3 Gambar Logo Surabaya 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya teknologi informasi, media, dan komunikasi yang
sangat cepat telah mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya
menjadi lebih global dan terbuka. Keberadaan internet dirasa sebagai salah
satu hal yang menguntungkan karena dengan adanya internet seseorang
bisa dengan mudah mencari dan mengakses informasi apapun yang
mereka butuhkan, sehingga istilah the world in your hand saat ini memang
benar adanya, karena saat ini seseorang dapat dengan mudah mencari dan
memperoleh informasi sekaligus berkomunikasi secara bersamaan.
Adanya kemajuan dalam bidang teknologi ini diharapkan dapat
mempermudah kehidupan dimasa yang akan datang, dan dengan adanya
kemajuan teknologi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
kemajuan suatu negara.
Sebagai bagian dari media baru (new media) internet dapat
diartikan yaitu ‘beralihnya hampir semua media dan informasi ke dalam
format penyimpanan, dan transfer elektronik’ (Herman and McChesney,
1997:107). Internet merupakan kependekan dari kata Interconnection
Network yang berarti jaringan yang terkoneksi satu sama lain. Berdasarkan
survey yang dilakukan oleh lembaga APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia) pada tahun 2013, sekitar 71,19% masyarakat Indonesia
terdaftar sebagai pengguna internet, baik itu untuk surat elektronik (e-
2
mail), mencari berita/ informasi maupun untuk sosial media/ jejaring sosial
(http://www.apjii.or.id ).
Sebagai salah satu media komunikasi yang memanfaatkan jaringan
internet sebagai salah satu perantaranya, jejaring sosial atau yang biasa
disebut sosial media merupakan salah satu fasilitas yang memberikan
kemudahan kepada penggunanya, dari survei yang dilakukan oleh APJII
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2014
sebanyak 87,4% masyarakat memanfaatkan internet untuk menggunakan
jejaring sosial dan berkomunikasi. Dewasa ini, banyak pilihan situs
jejaring sosial yang tersedia di internet dan bisa diakses dengan mudah
oleh masyarakat seperti facebook, twitter, Blackberry Messanger (BBM),
Line, Kakao Talk, Path, Blog, instagram dsb. Setiap jejaring sosial yang
ada memiliki fitur dan ciri tersendiri yang tentu berbeda antara satu
dengan jejaring sosial dengan jejaring sosial yang lain. Bagi masyarakat,
keberadaan jejaring sosial seperti ini menjadi ‘penting’, karena dengan
adanya media ini (Jejaring Sosial) mereka bisa dengan mudah berinteraksi
dan berbagi hal apapun dengan relasi, keluarga, dan orang lain yang
berada jauh dari mereka. Banyak device atau perangkat yang mendukung
dan bisa digunakan untuk mengakses jejaring sosial seperti smartphone,
blackberry, PC, tablet, laptop, notebook.
Adanya teknologi tentu membawa berbagai manfaat mulai dari
manfaat yang bersifat positif sampai manfaat yang bersifat negatif.
Keberadaan teknologi dapat juga berubah menjadi pisau bermata dua
karena selain memberikan kontribusi bagi kemajuan negara tetapi disisi
3
lain juga dapat menjadi media yang mudah untuk melanggar hukum yang
berlaku. Atas dasar itulah, Indonesia sebagai negara berkembang
mengeluarkan sebuah produk hukum yang berbentuk undang-undang yaitu
Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2008 (UU RI No.11/
2008) atau yang lebih dikenal dengan undang-undang ITE (Informasi dan
Transaksi Elektronik). Undang-undang ITE juga berisi tentang bagaimana
ber-etika ketika seseorang menggunakan hal–hal yang berhubungan
dengan gelombang digital atau internet baik itu untuk surat elektronik,
berdagang/ jasa, maupun untuk pemanfaatan lain seperti jejaring sosial
atau media sosial. Tetapi, dalam pelaksanaannya undang-undang ini juga
mendapatkan berbagai pro dan kontra dari masyarakat tentang alasan
pemerintah mengeluarkan undang-undang ini masih kencang berhembus
hingga saat ini, khususnya untuk pasal yang membahas tentang bagaimana
ber-etika ketika memanfaatkan dan menggunakan jejaring sosial. Karena
beberapa orang berpendapat bahwa berlakunya undang-undang ini sama
saja membatasi kebebasan beropini yang dimiliki seseorang. Seperti
undang-undang yang lainnya, dalam undang-undang ITE (Informasi dan
Transaksi Elektronik) juga memuat tentang aturan apabila seseorang
melanggar pasal – pasal yang telah diatur dalam undang-undang informasi
dan transaksi elektronik (UU ITE) maka orang tersebut akan mendapatkan
hukuman pidana yaitu berupa kurungan dan sejumlah uang sebagai denda.
Walaupun telah dikeluarkan dan ditetapkan sejak tahun 2008,
pengenalan dan penjelasan tentang undang-undang ini bisa dibilang sangat
kurang hal ini terlihat dari banyaknya kasus yang berhubungan dengan
4
pelanggaran undang-undang informasi dan transaksi elektronik (ITE) yang
dibahas dan menjadi headline di media massa baik itu cetak maupun
elektronik. Contoh peristiwa yang terjadi akhir – akhir ini adalah kasus
Florence yang menghina warga Yogyakarta. Kejadian ini berawal ketika
mahasiswi S2 Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menuliskan
kekesalannya ketika dia mengantre untuk membeli bahan bakar minyak
(BBM) di akun jejaring sosial Path dengan kalimat yang berbunyi “Jogja
Miskin, tolol, miskin dan tak berbudaya Teman – teman Jakarta, Bandung,
jangan mau tinggal di Jogja“. Kalimat yang ditulis oleh Flo tersebut
dianggap sebagai sebuah penghinaan khususnya oleh masyarakat
Yogyakarta, sehingga masyarakat ramai-ramai protes dan mendemo Flo
supaya dia ditahan oleh pihak kepolisian. Selain kasus flo, ada juga kasus
lain yang hampir mirip dengan kasus Florence yaitu kasus salah satu akun
twitter @kemalsept yang dimana tweetnya di twitter diduga menghina
masyarakat dan walikota Bandung, sehingga Walikota Bandung yang
tidak terima dengan tweet tersebut kemudian melaporkan pemilik akun
tersebut kepada pihak yang berwajib. Nama undang-undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik) ini mulai banyak dibicarakan ketika
kasus Prita Mulyasari dengan Rumah Sakit Omni Internasional yang
terjadi pada tahun 2008-2009 lalu muncul di media massa, dimana pihak
Rumah Sakit melaporkan Prita Mulyasari karena merasa Prita Mulyasari
telah mencemarkan nama baik RS dengan dugaan malapraktik, dan kasus
itu akhirnya berujung dengan dibuinya Prita Mulyasari di dalam penjara.
5
Dari beberapa contoh yang dijabarkan diatas, undang-undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik) ternyata berpotensi untuk menjerat
siapapun jika ia terbukti melanggar apa yang telah diatur didalamnya,
karena secara tidak langsung undang-undang ini berhubungan erat dengan
proses komunikasi yaitu pada proses produksi pesan dan produksi makna
untuk mengirim feedback atau balasan yang akan diterima. Karena pada
proses produksi pesan dan respon/ feedback yang akan diberikan
pengetahuan dan pengalaman dari si penerima dan pembuat pesan sangat
mempengaruhi pesan yang dihasilkan. Dengan kata lain, pemahaman dan
pengetahuan tentang undang-undang ini menjadi penting ketika ia akan
menggunakan jejaring sosial, sebab ketika seseorang mengetahui dan
bahkan memahami tentang isi undang-undang ini, bisa jadi ketika akan
berkomentar, menulis/ update status di jejaring sosial mereka akan
menjadikan pengetahuan mereka tentang undang-undang ini sebagai salah
satu pertimbangan sehingga dapat menerapkan undang-undang ini dengan
baik. Dari tahun 2008 sampai dengan 2015 setidaknya ada 82 kasus yang
berhubungan dengan pelanggaran undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) ini, terutama pelanggaran untuk pasal 27 ayat 3 yang
terkait dengan pasal pencemaran nama baik seseorang.(CS: File Kompas
TV : 20 Mei 2015)
Dari penjabaran diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
pengetahuan mengenai undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi
Elektronik) yang dimiliki oleh pengguna jejaring sosial. Alasan peneliti
ingin meneliti ini adalah karena melihat banyaknya pelanggaran tentang
6
undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) yang ada akhir-
akhir ini dan mereka yang melanggar rata-rata tidak mengetahui tentang
adanya undang-undang ini, karena itu peneliti ingin melihat bagaimana
pengetahuan dan penerapan undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi
Elektronik) ini di kalangan pengguna jejaring sosial yang aktif, apakah
mereka mengetahui atau tidak tentang adanya undang-undang ini atau
bahkan mereka sudah mulai menerapkan dan mematuhi apa yang ada di
undang-undang tersebut. Penelitian ini akan mengambil sampel dari
pengguna facebook sebagai pengguna jejaring sosial, alasan mengapa
peneliti memilih jejaring sosial facebook dalam penelitian ini karena
Indonesia merupakan Negara dengan peringkat ke-3 dunia untuk pengguna
(user) jejaring sosial facebook setelah Amerika Serikat, dan India, pada
bulan September 2014 jumlah pengguna facebook di Indonesia mencapai
69 juta (http tekno.kompas.com). hingga tahun 2015 facebook masih
menjadi jejaring sosial nomor satu yang paling banyak digunakan di
Indonesia (id.techninasia.com/laporan pengguna website mobile media
sosial Indonesia).
Populasi atau situasi sosial yang diteliti dan digunakan dalam
penelitian ini adalah komunitas Korean Lovers Surabaya (KLOSS) yang
bisa dibilang cukup aktif dalam menggunakan jejaring sosial, karena setiap
harinya selalu ada update dari anggotanya baik itu berbagi info, ataupun
sekedar memberi komentar pada postingan yang ada. KLOSS (Korea
Lovers Surabaya) adalah komunitas yang berisikan para penggemar Korea,
profil komunitas KLOSS (Korea Lovers Surabaya) lebih lengkapnya akan
7
dibahas pada bab gambaran obyek penelitian. Alasan peneliti memilih
melakukan penelitian pada komunitas ini adalah karena adanya K-wave
(gelombang budaya Korea) yang ada di Indonesia yang secara tidak
langsung “mengharuskan” penggemarnya untuk secara rutin mengakses
internet dan jejaring sosial untuk mendapatkan update kabar terbaru dari
para idolanya dan saling bertukar info dan file-file tentang Korea dengan
penggemar lain, selain itu komunitas ini juga merupakan salah satu
komunitas online yang anggotanya aktif baik itu dalam memberikan
komentar maupun memposting informasi melalui jejaring sosial facebook,
komunitas ini merupakan komunitas yang memanfaatkan jejaring sosial
facebook dengan membentuk sebuah group sebagai tempat sharing dan
berinteraksi antar membernya. Komunitas ini juga memiliki member resmi
yang disebut sebagai family KLOSS dimana member resmi adalah mereka
yang tercatat pada buku besar keanggotaan serta member tidak resmi yaitu
mereka yang hanya bergabung dengan group facebook tanpa mendaftar
sebagai member resmi, populasi dalam penelitian ini diambil dari member
resmi yang memang sudah terdaftar. Alasan lain yang menarik peneliti
untuk melakukan penelitian pada komunitas ini adalah karena setiap
harinya group facebook komunitas ini memposting sedikitnya 2-3
informasi baru yang berhubungan dengan Korea seperti tentang budayanya,
bahasa, drama, music, film, ataupun informasi mengenai jadwal kegiatan/
event K-Pop (Korean Pop) yang akan digelar, dimana berita atau info
yang diposting merupakan berita atau info yang ditulis oleh para anggota
dari group facebook KLOSS (Korea Lovers Surabaya).
8
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Bagaimana
pengetahuan tentang undang-undang informasi dan transaksi elektronik
(ITE) di kalangan pengguna jejaring sosial anggota Korean Lovers
Surabaya?“
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah pengguna
jejaring sosial khususnya anggota Korea Lovers Surabaya (KLOSS)
mengerti mengenai isi undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) dan apakah mereka menerapkan pemahamannya
dalam media sosial, khususnya ketika menulis status dan
berkomentar di jejaring sosial.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu Komunikasi dan penegakan etika media, khususnya
tentang sejauh mana undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) dipahami oleh pengguna media sosial di
Indonesia.
2. Memberikan gambaran tentang bagaimana tingkat
pengetahuan masyarakat atas adanya undang-undang yang
sifatnya mengikat dan berlaku bagi semua warga negara.
9
1.3.2.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat
bahwa pengetahuan tentang undang-undang ITE (Informasi
dan Transaksi Elektronik) perlu sebelum memanfaatkan media
sosial.
1.4 Kajian Pustaka
1.4.1 Komunikasi massa
Komunikasi massa dapat diartikan proses produksi dan distribusi
secara teknologi, para ahli komunikasi mengatakan komunikasi massa
adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern, misalnya
koran, film, televisi, dan internet. Jadi, komunikasi massa ialah
penyebaran/ penyampaian pesan menggunakan bantuan media yang
ditujukan untuk massa yang sifatnya abstrak atau massanya tidak diketahui
oleh si penyampai pesan atau komunikator. Komunikator dalam
komunikasi massa biasanya bersifat melembaga artinya komunikasi massa
biasanya menggunakan nama perusahaan atau nama lembaga sebagai
komunikator atau sumber pesan bukan perseorangan seperti pada
komunikasi interpersonal. Dan dalam sebuah lembaga tersebut terdapat
bagian yang memang khusus untuk mengurusi tentang bagaimana
membentuk image yang baik dimasyarakat, karena untuk sebuah
perusahaan, komunikasi massa ini dapat juga berhubungan dengan
pembentukan image atau citra dimata masyarakat.
10
Komunikasi massa menggunakan massa yang jumlahnya besar,
dari berbagai macam karakter (heterogen), dan tidak jarang ada yang tidak
beridentitas (anonim).
1.4.2 Teknologi Informasi sebagai Komunikasi Massa
Dalam buku Understanding Media yang dikarang oleh Marshall
McLuhan (1964) Menjelaskan bahwa teknologi komunikasi memainkan
peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya baru yang membawa
perubahan dari media cetak ke media elektronik. Dahulu anggapan ini
dianggap melebih-lebihkan pengaruh media, tetapi saat ini kemajuan
teknologi komunikasi massa tidak jauh berbeda dengan apa yang
dikemukakan oleh McLuhan.
Perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang membawa
peranan besar dalam perubahan teknologi komunikasi massa. Saat ini,
semua konten media baik cetak maupun fisik dapat dikombinasikan
menjadi satu kesatuan untuk nantinya didistribusikan melalui medium
digital.
Dengan masuknya teknologi informasi ini, membuat semua hal
yang tadinya dirasa tidak mungkin terjadi menjadi sebuah kenyataan.
Selain merubah tatanan dalam penerbitan media, perubahan lain juga ada
pada cara berkomunikasi. Pada teknologi tradisional, khalayak/
masyarakat dapat dikendalikan/ di-setting oleh media, tetapi sekarang
khalayak/ masyarakat pun juga dapat menjadi salah satu penyedia/ sumber
dari informasi/ konten. Sehingga, dengan adanya kemajuan teknologi
informasi ini menjadikan media cetak (surat kabar), televisi, dan radio
11
bukan lagi satu – satunya sumber informasi tetapi khalayak pun juga bisa
menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat lain melalui
berbagai channel/ saluran yang mereka miliki seperti blog, atau jejaring
sosial.
1.4.3 Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoatmojo (2007) dapat diartikan sebagai
sebuah hasil, dan hasil ini dapat diperoleh setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan dilakukan
melalui panca indera yang dimiliki oleh manusia yaitu indera pengelihatan,
indera perasa, indera pendengaran, indera penciuman, dan indera peraba,
tetapi sebagian pengetahuan didapat melalui indera pengelihatan dan
indera pendengaran atau dengan kata lain sebagian pengetahuan didapat
dengan cara melihat suatu hal/ objek dan juga mendengar.
Menurut Notoatmojo pengetahuan dibagi kedalam 6 tingkatan
yaitu :
1. Mengetahui
Tingkatan mengetahui disini diartikan sebagai kemampuan
untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kemampuan untuk mengingat
kembali (recall) materi yang telah dipelajari ataupun
rangsangan yang telah diterima. Menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan adalah
beberapa hal yang dapat digunakan untuk mengukur apakah
seseorang mengetahui tentang suatu hal atau tidak. Jadi,
12
ketika seseorang mampu menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan dan menyatakan tentang suatu materi atau
rangsangan yang pernah ia dapat, maka orang tersebut
dapat digolongkan kedalam tingkatan ini.
2. Memahami
Memahami dapat diartikan suatu kemampuan untuk dapat
menjelaskan secara tepat objek dan materi yang diketahui,
menginterpretasikan benar tentang objek dan materi yang
diketahui. Seseorang yang paham dan mengerti tentang
materi atau objek dituntut untuk dapat menjelaskan dan
memberikan contoh dan menyimpulkan tentang objek atau
materi yang telah dipahaminya dengan bahasa tersendiri.
3. Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan dan
menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-
komponen yang masih terdapat hubungan satu sama lain.
Kemampuan meng-analisis sebuah materi atau objek dapat
diukur dari kemampuan untuk dapat menggambarkan
(dengan membuat bagan), membedakan, memisahkan, dan
mengelompokkan satu sama lain.
4. Penerapan (Aplikasi)
Penerapan (Aplikasi) adalah kemampuan untuk
menerapkan atau menggunakan materi yang sebelumnya
telah dipelajari. Selain aplikasi yang dapat digunakan pada
13
kondisi real (yang sebenarnya), penerapan disini juga dapat
dimaksudkan penggunaan untuk menyelesaikan suatu hal
atau masalah yang terjadi, seperti misalnya penerapan
sebuah rumus matematika untuk menyelesaikan dan
mencari jawaban dari soal yang ada.
5. Sintesis
Sintesis diartikan suatu kemampuan untuk meletakkan
bagian-bagian kedalam suatu bentuk yang baru. Yang
berarti sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formulasi atau bentuk baru dari formulasi-formulasi atau
bentuk-bentuk yang sudah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk
melakukan penilaian atau justifikasi terhadap materi atau
objek tertentu. Penilaian yang diberikan bergantung pada
kriteria-kriteria yang sebelumnya ditentukan sendiri
ataupun menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
Dalam penelitian ini, pengetahuan kalangan pengguna jejaring social
dalam hal ini anggota Korea Lovers Surabaya (KLOSS) tentang undang-
undang ini, dan aplikasi/ penggunaan ketika mereka mengetahui adanya
undang-undang ini merupakan data yang akan dicari oleh peneliti.
14
1.4.4 Undang-undang nomor 11 tahun 2008 atau Undang-Undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik)
Undang-undang nomor 11 tahun 2008 ini membahas tentang
informasi dan transaksi elektronik. Undang-undang ini membahas tentang
etika – etika dalam pemanfaatan teknologi informasi. Didalam undang-
undang ini juga menjelaskan yang dimaksud dengan teknologi informasi
adalah teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses,
mengumumkan, menganalisis dan atau menyebarkan informasi, selain itu
dalam undang-undang ini juga diatur bagaimana pemanfaatan internet
dalam transaksi baik itu jual – beli ataupun lainnya yang bersifat
elektronik (online).
Menurut Bab 2 pasal 4 UU ITE, Undang-undang ini dibuat dengan
tujuan untuk memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi
pengguna maupun penyelenggara teknologi informasi (ayat 4), dan juga
membuka kesempatan yang seluas – luasnya bagi masyarakat untuk
memajukan pemikiran dan kemampuan untuk menggunakan dan
memanfaatkan teknologi informasi secara optimal dan bertanggung jawab
(ayat 3).
Pada bab tentang perbuatan yang dilarang, pasal 27 ayat 3 Undang-
undang ITE menyebutkan bahwa “setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik “. Pasal ini
merupakan salah satu pasal yang bisa dibilang “membahayakan” bagi
15
pengguna internet/ nitizen terutama untuk pengguna jejaring sosial/ media
sosial, karena selama ini banyaknya kasus yang terkait dengan pelanggaran
undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) didakwa dengan
pelanggaran pasal 27 ayat 3 yaitu tentang pasal pencemaran nama baik. Di
dalam undang-undang ITE ini juga dijelaskan bagaimana kriteria orang
yang melanggar peraturan undang-undang ini, bagaimana hukuman dan
berapa lamanya hukuman yang diterima juga telah dijelaskan dalam
undang-undang ini.
1.4.5 Media Sosial
Media sosial (social media) dapat diartikan sebagai sebuah media
untuk bersosialisasi satu sama lain dan aktifitas tersebut dilakukan dengan
memanfaatkan gelombang internet sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Media sosial terdiri dari dua
suku kata yaitu media dan sosial, yang menurut Kamus Bahasa Indonesia
dapat diartikan Media adalah alat, sarana komunikasi, perantara, atau
penghubung, sedangkan Sosial berkaitan dengan masyarakat; atau suka
memperhatikan kepentingan umum, jadi dari kedua kata diatas dapat
disimpulkan bahwa media sosial adalah sebuah wadah atau tempat yang
berfungsi sebagai penghubung untuk para penggunanya agar dapat
bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Beberapa manfaat yang diberikan oleh media sosial diantaranya
sebagai media pemasaran, dagang, dan media untuk mencari relasi atau
koneksi dan memperluas jaringan pertemanan. Media sosial memberikan
warna tersendiri dalam keseharian penggunanya, para pengguna yang
16
memanfaatkan layanan media sosial tentu kini tidak hanya terbiasa dengan
aktifitas yang ada di dunia nyata (realita) tetapi juga yang ada di dunia
maya. Dunia maya adalah sebutan untuk dunia yang ada di internet (non
realitas) yaitu dunia bebas tanpa batasan yang berisi orang-orang dari
dunia nyata mereka sehari-hari. Ketika berada di dunia maya seseorang
bisa menjadi siapapun dan apapun, sehingga terkadang seseorang bisa
menjadi pribadi yang berbeda antara kehidupan di dunia nyata dengan
dunia maya dan hal ini dapat dilihat ketika seseorang menggunakan dan
memanfaatkan jejaring sosial.
1.4.5.1 Jejaring Sosial
Jejaring sosial diartikan sebuah struktur sosial yang tersusun dari
beberapa elemen – elemen yang bersifat individual atau organisasi.
Jejaring disini berarti jalan mereka bertemu karena kesamaan sosialitas,
seperti keluarga atau mereka yang telah kita kenal sehari – hari (Prof. J.A
Barnes, 1954).
Jejaring sosial (social networking) adalah bentuk layanan dari new
media yaitu internet yang dibuat dengan tujuan sebagai komunitas online
bagi orang – orang yang memang memiliki kesamaaan aktivitas, hobi, atau
kesamaan – kesamaan lainnya, sosial networking biasanya disebut sebagai
jaringan pertemanan.
Disebut jejaring sosial karena semua aktifitas yang ada didalamnya tidak
hanya bisa dilakukan ketika seseorang berada di dunia nyata (realitas) saja
tetapi juga dapat dilakukan dalam dunia maya/ semu (unreal). Dengan
jejaring sosial, orang akan lebih mudah untuk bekomunikasi dengan yang
17
lainnya yaitu dengan berkomentar, menulis status, berbagi foto dan video,
bahkan chatting. Saat ini, banyak media jejaring sosial (sosial networking)
yang ada di masyarakat tetapi yang cukup familiar adalah BBM, facebook,
twitter, path, instagram dsb.
18
1.5 Kerangka Berfikir
Banyaknya pelanggaran terkait dengan undang – undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) yang berhubungan dengan jejaring sosial
Berkembangnya teknologi internet, khusunya mengenai jejaring sosial atau media sosial
Tahu
Diberlakukannya Undang-Undang No 11 Tahun 2008 atau Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)
Pengetahuan pengguna jejaring sosial mengenai undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)
Tidak Tahu
Pengetahuan undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)
di kalangan pengguna jejaring sosial ?
19
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Metode Riset
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, disebut
metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif
muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu
realitas, fenomena atau gejala. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data yang mendalam, yaitu sebuah data yang mengandung makna.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis
deskriptif kualitatif untuk mengungkapkan atau memotret situasi sosial
yang akan diteliti secara menyeluruh. Penelitian jenis deskriptif kualitatif
bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal apa saja yang saat ini berlaku
yang didalamnya juga terdapat upaya untuk mendeskripsikan, mencatat,
menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi yang sedang terjadi.
Dengan kata lain penelitian jenis ini bertujuan untuk memperoleh
informasi-informasi mengenai keadaan yang ada.
1.6.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Data kuatitatif adalah data yang berbentuk uraian secara terperinci, kutipan
langsung dan dokumentasi dari sebuah kasus.
20
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data primer. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2014: 62). Data
primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan
kepada member resmi Korea Lovers Surabaya (KLOSS). Wawancara
dilakukan kepada 5 orang yang dapat merepresentasikan komunitas ini.
Hasil tersebut merupakan 10% dari jumlah member resmi yang masih aktif
yang berjumlah 52 orang. Kelima orang responden ini dipilih karena
kelima orang ini adalah lima orang yang akhir-akhir ini aktif menulis di
grup official facebook Komunitas Korea Lovers Surabaya (KLOSS).
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan penting dari penelitian adalah untuk
mendapatkan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan wawancara/ interview. Wawancara/ interview
menurut Esterberg (2002) merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu 1.
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga
digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara
terstruktur yaitu dengan cara memberi masing-masing pertanyaan yang
1 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014)
21
sama yang sebelumnya telah dirancang oleh peneliti untuk memperoleh
data yang dibutuhkan.
Wawancara akan dilakukan kepada member resmi Korea Lovers
Surabaya (KLOSS) yaitu sebanyak 5 orang yang dipilih untuk mewakili
komunitas tersebut. Alasan mengapa peneliti memilih komunitas Korea
Lovers Surabaya (KLOSS) adalah karena saat ini hal-hal yang
berhubungan dengan budaya Korea sedang menjadi tren di Indonesia.
Gelombang Hallyu (K-Wave) yang sedang menjadi tren secara tidak
langsung berhubungan dengan penggunaan internet, karena ketika
seseorang menjadi penggemar, maka pereka otomatis harus memanfaatkan
media sosial mereka secara maksimal untuk berkomunikasi dengan fans
yang lainnya dan bertukar informasi tentang kabar baru apa saja mengenai
idola mereka, selain itu mereka juga memanfaatkan media internet untuk
mencari update dari idola mereka, dan dengan alasan itulah peneliti ingin
mengetahui bagaimana pengetahuan mereka mengenai undang-undang
ITE ini, karena mereka adalah salah satu pengguna sosial media yang bisa
dibilang aktif. Wawancara dilakukan dengan melalui internet, karena
adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh responden sehingga peneliti
menggunakan layanan chatting online untuk memperoleh data yang
dibutuhkan. Identitas nama responden yang tertulis hanya berupa inisial
saja, karena disini peneliti juga menghormati beberapa responden yang
berkeberatan jika nama mereka ditulis secara lengkap.
Karena jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara
terstuktur dimana seluruh responden diberikan pertanyaan yang sama oleh
22
peneliti, maka pertanyaaan yang diajukan oleh peneliti kepada responden
sebagai berikut :
1. Apakah pernah mendengar atau membaca tentang undang-undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik)?
2. Tolong jelaskan secara singkat apa yang kamu ketahui undang-undang
ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini !
3. Menurutmu Selama ini, saat menggunakan media sosial sudahkah kamu
menerapkan pengetahuan tentang UU ITE ini, misalnya waktu menulis
status dan berkomentar di postingan orang lain!
4. Menurut kamu bagaimana keberadaan Undang-Undang ITE (Informasi
dan Transaksi Elektronik) ini di masyarakat, apakah penting atau tidak.
Tolong jelaskan dan beri alasannya !
Pertanyaan tersebut dibuat berdasarkan indicator tingkat
pengetahuan yang pertama yaitu mengetahui dimana mendeskripsikan,
menyebutkan, menguraikan, dan menyatakan adalah salah satu indicator
yang digunakan untuk mengukur apakah seseorang tahu mengenai suatu
hal, disini peneliti hanya menggunakan tingkatan pengetahuan yang
pertama karena kembali pada tujuan peneliti yang ingin mengetahui
apakah pengguna jejaring sosial facebook yang tergabung dalam
komunitas Korean Lovers Surabaya tahu mengenai undang-undang ini.
1.6.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Maleong adalah proses
mengorganisasikan serta mengurutkan data yang telah didapat kedalam
kategori, pola, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
23
dapat dirumuskan kerja seperti yang disarankan oleh data (Kriyantono,
2012). Pada penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data
jenis deskriptif. Yaitu hasil dari wawancara yang dilakukan nantinya akan
disajikan dalam bentuk tabel yang disertai analisis dari setiap jawaban
responden, nantinya setelah semua data (hasil wawancara) terkumpul dan
telah dianalisis per setiap jawaban responden, analisis umum dan
keseluruhan mengenai seluruh jawaban dari responden juga akan diberikan
pada bagian bawah tabel sehingga nantinya dapat ditemukan kesimpulan
dari penelitian yang dilakukan. Analisis dilakukan sesuai dengan teori
pengetahuan yang telah dijelaskan oleh Notoatmojo yang digunakan oleh
peneliti, yaitu tentang tingkatan pengetahuan yang dibagi menjadi enam
tingkatan. Sehingga, dari jawaban yang diterima, akan dilihat sejauh mana
tingkat pengetahuan responden dalam hal ini member Korea Lovers
Surabaya (KLOSS) mengenai undang-undang ini.
24
Pada penelitian jenis kuantitif menggunakan teknik analisis data
berupa perhitungan dengan melalui uji statistik. Dalam penelitian ini
analisis data yang digunakan yaitu analisis data jenis statistik deskriptif.
Dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif.
Yang berarti, hasil dari kuesioner dianalisis dengan mencari persentase
masing-masing pernyataan untuk setiap jawaban yang ada, maka setelah
kuesioner selesai dibagikan dan peneliti telah mendapatkan data yang
dibutuhkan kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
푃 =
푓푁 푥100%
25
Keterangan :
P = Persentase (%)
f = Frekuensi nilai yang keluar
N = Jumlah Responden yang diteliti
Hasil dari persentase yang telah dihitung kemudian ditafsirkan
menggunakan kategori presentasi seperti yang dibawah ini :
1% - 25% : Sebagian Kecil
26% - 49% : Hampir Setengahnya
50% : Setengahnya
51% - 75% : Sebagian Besar
100% : Seluruhnya
1.6.5 Definisi Operasional
Definisi operasional disini berupa variabel – variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari :
a. Variabel bebas (X), yang termasuk dalam variabel X disini adalah
“Pengetahuan Tentang Undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE)”
26
b. Variabel terikat (Y), yang termasuk dalam variabel Y disini adalah
“Penggunaan Jejaring Sosial pada anggota Komunitas Korean Lovers
Surabaya (KLOSS)”
i. Indikator Variabel
Indikator variabel pada penelitian ini yaitu untuk indikator variabel
bebas (X) yaitu pengetahuan yang meliputi pemahaman dan pengertian
tentang sesuatu hal, dan indikator pemahaman dalam penelitian ini adalah
apakah responden tahu, mengerti atau bahkan paham dengan Undang-
undang Internet dan Transaksi Elektronik (ITE) yang ada di Indonesia,
kemudian ketika mereka tahu atau bahkan mengerti tentang undang-
undang internet dan transaksi elektronik apakah mereka menggunakan hal
itu sebagai pedoman/ petunjuk ketika menggunakan media sosial.
Sedangkan untuk indikator variabel terikat (Y) yaitu penggunaan
jejaring sosial pada anggota Komunitas Korean Lovers Surabaya (KLOSS),
penggunaan disini termasuk juga aktivitas apa saja yang mereka lakukan
ketika mengakses jejaring sosial, termasuk ketika mereka menulis/
mengupdate/ berkomentar dan memberikan komentar terhadap posting/
update status milik orang lain.
24
BAB II
GAMBARAN OBYEK PENELITIAN
2.1 Profil KLOSS
Komunitas dapat diartikan sebagai tempat/ sarana berkumpulnya orang-
orang yang memiliki kesamaan minat dan tujuan yang sama. Berawal dari
pengertian itulah KLOSS lahir, Komunitas KLOSS (Korea Lovers Surabaya)
adalah salah satu komunitas yang berisi para pecinta dan penggemar Korea (K-
lovers) khususnya yang bertempat tinggal di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Latar belakang yang mendasari dibentuknya komunitas ini adalah karena adanya
kesamaan hobi dan kesukaan antar sesama anggotanya yaitu menyukai segala hal
mengenai negara Korea Selatan baik itu drama, musik, budaya, bahasa, dsb, selain
itu banyaknya penggemar Korea yang ada di Surabaya juga menjadi salah satu
alasan yang melatar belakangi dibentuknya komunitas ini, karena komunitas ini
secara tidak langsung memiliki tujuan ingin mengumpulkan para pecinta budaya
Korea khususnya yang berada di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Nama KLOSS
sendiri merupakan kependekan dari Korea Lovers Surabaya, komunitas ini resmi
dibentuk pada tanggal 14 September 2010. Seperti komunitas lain, komunitas ini
juga memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu Tujuan awal dibentuknya
komunitas ini adalah supaya nantinya komunitas ini (KLOSS) bisa menjadi salah
satu tempat/ “wadah” bagi para K-Lovers (penggemar Korea) untuk menyalurkan
kreativitas, bakat, serta ide – ide yang mereka miliki, sehingga diharapkan dengan
adanya komunitas ini para K-lovers dapat menggali, melatih, serta
mengembangkan kreativitas dan potensi yang mereka miliki. Selain itu tujuan lain
25
23
dibentuknya komunitas KLOSS (Korea Lovers Surabaya) ini adalah komunitas ini
ingin membentuk dan menciptakan sebuah komunitas yang didalamnya memiliki
suasana yang bersahabat dan kekeluargaan yang baik antar anggotanya.
Gambar II.1 Logo KLOSS
Warna merah dalam logo KLOSS (Korea Lovers Surabaya) dapat
menggambarkan kehangatan dan keramahan yang diberikan kepada setiap
anggotanya, sedangkan warna putih yang menjadi dasar (background) dari
kalimat “Korea Lovers Surabaya Community” dapat menggambarkan bahwa
KLOSS adalah komunitas yang Korea yang netral dan tidak terkait dengan
fandom-fandom apapun, dan sebagai tanda bahwa KLOSS ini adalah salah satu
komunitas pecinta Korea yang ada di Surabaya. Perpotongan warna merah dan
putih diartikan sebagai bendera negara Indonesia yang berarti bahwa komunitas
26
KLOSS (Korea Lovers Surabaya) adalah salah satu komunitas Korea yang berada
di Indonesia. Gambar ikan sura dan buaya dalam logo diartikan sebagai lambang
Kota Surabaya, yang jika diartikan secara keseluruhan dengan warna merah dan
putih yang berada diluar gambar yaitu bahwa komunitas KLOSS (Korea Lovers
Surabaya) ini adalah komunitas yang ada di Indonesia yaitu berada di Kota
Surabaya.
Warna merah pada gambar sura dapat diartikan sebagai keinginan untuk
maju sekaligus sebagai sebuah elemen warna kehangatan dan warna biru pada
gambar buaya dapat diartikan sebagai kooperatif, dan bayangan seperti gambar air
dapat diartikan sebagai sebuah kecerdasan, warna perpaduan hijau dan biru yang
digunakan sebagai background (latar belakang) dapat diartikan sebagai sebuah
keinginan, santai, cerdas, dan kooperatif. Jadi, KLOSS (Korea Lovers Surabaya)
adalah salah satu komunitas di Surabaya yang santai, cerdas dan positif, hangat
kepada para anggotanya, dan merupakan komunitas yang terbuka dan kooperatif.
Kemudian untuk warna tulisan sendiri yang menggunakan warna hitam dapat
dimaksudkan untuk memberikan kesan elegan bagi orang yang melihatnya selain
itu tujuan lainnya yaitu supaya mudah untuk dibaca dan dilihat oleh orang lain.
Dan gambar unsur bintang disamping tulisan “Kloss.com” memberikan arti bahwa
KLOSS (Korea Lovers Surabaya) adalah komunitas bagi para penggemar dan
pecinta Korea baik itu budaya, bahasa, makanan termasuk juga para artis atau
yang disebut dengan idol yang diwakili dengan gambar bintang pada gambar logo
diatas.
Selain memiliki tujuan seperti komunitas – komunitas yang lain,
komunitas KLOSS (Korea Lovers Surabaya) ini juga memiliki visi misi yang
27
23
nantinya digunakan sebagai landasan atau pedoman ketika menjalankan
komunitas KLOSS (Korean Lovers Surabaya) ini. yang disebut dengan visi adalah
pandangan jauh yang dimiliki oleh lembaga atau perusahaan dan lain-lain untuk
mencapai tujuan yang telah dibuat, Adapun visi yang dimiliki oleh komunitas ini
adalah menjadikan KLOSS (Korea Lovers Surabaya) menjadi komunitas yang
memiliki anggota K-lover yang Inspiratif, kreatif, inovatif, dan mendunia. Misi
dapat diartikan suatu pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh
perusahaan atau lembaga dan lain-lain dalam usaha untuk mewujudkan visi
tersebut. sedangkan misi yang dapat disebut sebagai misi utama yang dimiliki
oleh KLOSS (Korean Lovers Surabaya) adalah menyatukan seluruh pecinta musik,
drama dan budaya Korea tanpa membedakan fandom1 dan menjadi tempat untuk
berkumpul, berbagi info, dan menyalurkan kreativitas para pecinta musik, drama,
variety show dan budaya Korea. KLOSS (Korea Lovers Surabaya) juga memiliki
kegiatan rutin berupa event - event/ kegiatan rutin yang berhubungan dengan
Korea dan event/ kegiatan tersebut terjadwal yaitu setahun sekali dan mereka
biasanya mengemas event/ kegiatan itu dengan berbagai tema yang berbeda.
Kegiatan rutin dan terjadwal ini biasanya digelar untuk menyambut ulang tahun/
hari jadi komunitas ini yaitu pada bulan september. Biasanya event-event/
kegiatan rutin ini dilaksanakan pada pertengahan tahun atau akhir tahun dan
venue/ tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan event/ kegiatan tersebut
adalah didalam sebuah pusat perbelanjaan/ Mall yang ada di kota Surabaya,
dengan menyewa atrium/ hall yang ada di pusat perbelanjaan/ mall tersebut.
1 Fandom : Kumpulan orang – orang yang memiliki kesukaan yang sama; fandom biasanya identik dengan kumpulan fans yang dimiliki oleh artis tertentu misalnya : Sahabat NOAH (Penggemar Group band Noah), ELF (Penggemar Super Junior).
28
Komunitas KLOSS (Korea Lovers Surabaya) ini juga termasuk salah satu
komunitas yang juga memanfaatkan jejaring sosial yaitu facebook sebagai salah
satu media untuk mengumpulkan para K-Lover (pecinta/ penggemar Korea) yang
tinggal dan berdomisili di Surabaya dan sekitarnya, komunitas ini memanfaatkan
jejaring sosial facebook yaitu dengan membentuk sebuah group dengan nama
KLOSS (Korea Lovers Surabaya) dan juga sebuah fanpage (halaman kesukaan)
dengan nama yang sama. Group tersebut dibuat supaya sesama K-lover (pecinta/
penggemar Korea) dapat menambah link pertemanan yaitu teman yang memiliki
hobi dan kesukaan yang sama (sama – sama menyukai hal yang berhubungan
dengan Korea), selain itu grup ini juga dibuat untuk memudahkan para K-lover
(pencinta. Penggemar Korea) saling berbagi info dan update terbaru dari idola -
idola favorit mereka dan informasi tentang acara – acara/ event – event K-pop
yang akan diadakan khususnya di wilayah kota Surabaya dan sekitarnya.
Sedangkan fanpage dibuat untuk memudahkan K-Lover ketika ingin mendapatkan
informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan Korea khusunya yang
ada di kota Surabaya, melalui fanpage para penggemar korea juga bisa melihat
update apa saja yang ditulis oleh admin tanpa harus bergabung dengan grup. Dan
penelitian ini akan mengambil sampel dari member terdaftar (resmi) yang
bergabung dalam grup KLOSS (Korea Lovers Surabaya) yang akan dijadikan
sebagai subjek penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti.
29
23
Gambar II.2 Grup KLOSS (Korea Lovers Surabaya) di Facebook
Sebutan K-lovers diartikan orang yang menyukai dan mengikuti segala hal
tentang Korea Selatan, baik itu dalam bidang musik (K-Pop), Drama (K-Drama),
atau bahkan tentang adat dan kebiasaan, budaya dan bahasanya. KLOSS dapat
diibaratkan seperti fanbase2 besar yang merupakan kumpulan dari beberapa
fandom khususnya yang berada di Kota Surabaya.
Anggota KLOSS (Korea Lovers Surabaya) di group facebook mencapai
4.218 orang (Update 18 Mei 2015) yang terdiri dari anggota resmi/ member dan
juga anggota tidak resmi/ non member. Member resmi disini adalah anggota yang
terdaftar dan membayar sejumlah biaya pendaftaran serta melampirkan fotocopy
tanda pengenal yang masih berlaku seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk), SIM
(Surat Izin Megemudi), dan Kartu Pelajar bagi mereka yang berstatus sebagai
2 Fanbase : Basis Fans yang terdiri dari kelompok – kelompok tertentu yang menyukai/ menggemari hal tertentu.
30
siswa, dan tercatat pada buku besar keanggotaan KLOSS, serta memilki hak dan
kewajiban serta peraturan yang harus mereka penuhi sebagai member resmi.
Diantaranya adalah hak untuk mendapatkan ID Card (tanda pengenal
sebagai family KLOSS), memberikan kritik dan saran bagi komunitas ini. Family
KLOSS adalah sebutan bagi member resmi yang terdaftar dalam buku besar
keanggotaan KLOSS. Sedangkan non member adalah mereka yang hanya
bergabung dengan grup facebook resmi KLOSS saja tanpa mendaftar untuk
menjadi member resmi. Setiap member yang tergabung dalam KLOSS harus
menaati aturan yang ada diantaranya menjaga nama baik KLOSS, dan tidak
membuat perkelahian antar fandom.
Member resmi yang tercatat dan terdaftar dalam buku besar keanggotaan
KLOSS (Korea Lovers Surabaya) berjumlah 110 anggota, yang terdiri dari 12
orang berjenis kelamin laki –laki dan sisanya yaitu 98 orang berjenis kelamin
perempuan, usia family KLOSS (member resmi) yang tergabung dalam komunitas
ini antara 15 – 27 tahun dan pendidikan minimal adalah Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan maksimal adalah Perguruan Tinggi. Disini peneliti akan
menggunakan anggota yang yang berusia minimal 16 – 27 tahun untuk nantinya
dijadikan sebagai responden untuk menggali dan mencari data yang dibutuhkan.
Dalam berkomunikasi dengan anggotanya, didalam group resmi,
Komunitas ini membagi info tentang kegiatan/ event yang akan mereka
selenggarakan, detail kegiatan yang akan mereka buat, project yang akan mereka
buat melalui grup facebook resmi mereka. Selain berbagi info mengenai kegiatan/
event yang akan dibuat, para anggota grup ini juga berbagi info mengenai Korea,
31
23
misalnya berita terbaru mengenai artis idolanya, meminta rekomendasi drama
yang sedang tayang, bertukar kontak jejaring sosial (instagram, twitter, path)
untuk menambah teman, atau untuk promosi online shop yang menjual barang –
barang yang “berbau” tentang Korea, dan mencari kru atau team untuk bergabung
grup cover dance3 Korea.
Untuk kepengurusan komunitas ini, para admin4 merupakan pendiri dan
penggagas dibentuknya KLOSS (Korea Lovers Surabaya), dan tidak ada struktur
organisasi khusus yang dibentuk dalam kepungurusannya, tetapi mereka saling
bekerjasama untuk menjalankan komunitas ini, dan mereka membentuk struktur
kepengurusan ketika mereka akan mengadakan event/ acara untuk mempermudah
koordinasi selama acara berlangsung. Sedangkan untuk pergantian pengurus/
admin yang akan mengupdate dan mengurus komunitas ini yaitu dengan cara
membuka recruitment pendaftaran untuk menjadi admin KLOSS (Korea Lovers
Surabaya), dan seluruh K-Lovers yang bergabung dalam grup dan berminat serta
memenuhi persyaratan yang diminta, maka ia memiliki kesempatan yang sama
untuk bergabung, dan informasi pembukaan recruitment menjadi pengurus
komunitas ini disampaikan melalui grup facebook dengan mencantumkan
beberapa kriteria yang sudah ditentukan oleh pengurus sebelumnya.
Walaupun komunitas ini merupakan komunitas online, tetapi kegiatan
komunitas ini di offline/ didunia nyata juga bisa dibilang sering. Di dalam dunia
nyata/ offline komunitas ini sering mengadakan kegiatan meet up atau bertemu
3 Dance cover didefinisikan sebagai usaha untuk menampilkan tarian yang semirip mungkin dengan tarian yang dilakukan artis yang dicover.
4Admin : Orang yang menjalankan dan mengontrol jejaring sosial sebuah grup official maupun fanpage. Tidak hanya memposting hal-hal yang terkait dengan grup tetapi juga mengontrol dan mengawasi apa saja posting yang ada di grup.
32
antar sesama anggota dan admin untuk bersilaturahmi dan menambah teman atau
untuk bertukar informasi yang dipunyai antar anggota. Selain kegiatan meet up,
komunitas ini juga sering menyelenggarakan sebuah event/ acara yang berskala
besar yang ditujukan untuk mengumpulkan para K-lovers khususnya yang ada di
Surabaya dan sekitarnya. Event/ acara ini merupakan acara tahunan yang sudah
menjadi tradisi/ agenda tetap yang dimiliki oleh komunitas ini.
Acara yang diselenggarkan oleh komunitas KLOSS (Korea Lovers
Surabaya) ini berupa acara yang dikonsep dengan sedemikian rupa sehingga
setiap tahun, acara yang diadakan memiliki konsep dan tema yang berbeda – beda.
Event/ acara yang digelar biasanya merupakan acara perlombaan yang
menggabungkan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan Korea seperti cover
dance (Dance/ tari yang mengikuti seorang idola yang menggunakan lagu Korea
sebagai backsound), sing cover (Menyanyi lagu Korea), Fanfiction (Membuat
Cerita yang berkaitan dengan Korea), ulzzang photo contest, dan beberapa stan
bazaar yang menjual berbagai macam barang yang identik dengan K-pop dan K-
drama seperti notes, photocard, gantungan kunci, poster, baju, album, dll, bahkan
mereka juga mengadakan acara belajar bahasa Korea bersama yang bekerja sama
dengan pengajar Korea yang berdomisili di Surabaya. Dalam setiap event/ acara
yang komunitas ini adakan, mereka lebih sering memanfaatkan atrium/ ruang
tengah/ hall milik sebuah pusat perbelanjaan yang ada di Kota Surabaya, alasan
acara/ event yang mereka gelar lebih sering diadakan di tengah – tengah pusat
perbelanjaan adalah karena KLOSS (Korea Lovers Surabaya) ingin mengenalkan
budaya dan dunia hiburan Korea kepada masyarakat luas tidak hanya pada para
penggemarnya saja tetapi juga untuk orang lain sehingga mereka mereka juga
33
23
dapat menikmati walaupun mereka sebenarnya nukan pencinta Korea, dan
komunitas ini juga ingin membentuk image bahwa komunitas pecinta Korea
(Korean Lover) merupakan komunitas yang produktif dalam mengadakan
kegiatan yang bersifat positif dan komunitas pecinta Korea termasuk komunitas
yang anggotanya kreatif dan memiliki bakat/ potensi yang memang bertujuan
postitif. Selain bertemu/ meet up dalam berbagai event/ kegiatan acara yang
diadakan oleh KLOSS (Korea Lovers Surabaya) seperti visi dari komunitas ini
yaitu menjadi komunitas K-lover yang aspiratif, inspiratif, kreatif, inovatif,
anggota komunitas ini juga sering mengadakan pertemuan sendiri yang biasanya
sudah mereka tulis di dinding grup untuk mengundang anggota lain yang ingin
datang dan bertemu, ketika bertemu mereka biasanya bertukar file-file video K-
drama atau variety show yang mereka miliki, bertukar lagu yang mereka miliki,
dan mengobrol mengenai berbagai hal mulai dari sharing pengalaman mereka
ketika belajar bahasa Korea, berbagi informasi mengenai artis idolanya, dan hal
lain yang intinya adalah bertujuan untuk mengakrabkan mereka.
Banyak acara/ event yang telah mereka gelar mulai dari awal terbentuknya
komunitas ini hingga sekarang. Berikut ini adalah beberapa acara yang pernah
diadakan oleh KLOSS (Korea Lovers Surabaya).
Tabel II.1 Kegiatan yang pernah diselenggarkan oleh
KLOSS (Korea Lovers Surabaya)
Bulan Kegiatan/ Event
25 November 2012
UC-Korean Festival
34
10 Februari 2013
Romantic KPOP Festival 2013
17 Maret 2013 K-Pop Spring Party 2013 with
Asian Beat
23 Juni 2013
Gathering FNC fans club Surabaya w/KLOSS
7 Juli 2013 K-pop Dream Concert
15 September 2013 3rd Big Gathering KLOSS
18 Desember 2013 UBAYA KOREAN NIGHT
16 Maret 2014 K-POP SPARKLING PARTY
WITH KLOSS
21 Juni 2014 Let's Learn Korean with KLOSS
14 September 2014 4TH ANNIVERSARY KLOSS
2 Januari 2015 New Year Party 2015 With KLOSS
Selain menyelenggarakan acara, komunitas ini juga menjadi sponsor bagi
beberapa acara bertemakan K-pop yang diselenggarakan oleh fandom-fandom
yang ada di Surabaya, misalnya pada acara gathering (pertemuan fans) FNC pada
tahun 2013 KLOSS menjadi salah satu sponsor yang juga ikut memeriahkan acara
tersebut. Acara terakhir yang mereka adakan adalah acara/ event yang
berkolaborasi dengan komunitas Jepang Wani48 yaitu acara “JK Lovers (Japan-
Korea Lovers)” yang bertempat di salah satu pusat perbelanjaan. Dimana pada
35
23
acara ini memadukan dua budaya yaitu budaya Jepang dan budaya Korea jadi
dalam acara ini tidak hanya cover dance dan sing cover Korea saja tetapi cover
dance dan sing cover Jepang juga turut diperlombakan selain itu ada juga cosplay
yang biasanya identik dengan budaya Jepang.
2.2 Surabaya
Sebagai salah satu kota metropolis yang ada di Indonesia, Surabaya
menjadi kota besar kedua setelah Jakarta yang memiliki jumlah penduduk dan
jumlah kepadatan yang tinggi. Kota yang mempunyai luas 33.306,30 Ha ini
merupakan ibukota provinsi Jawa Timur yang terkenal juga dengan nama kota
Pahlawan. Terletak pada 7 ˚ 9” - 7˚ 21” LS (Lintang Selatan) dan 112 ˚ 36” - 112˚
54” BT (Bujur Timur) dan dengan ketinggian 3-6 meter diatas permukaan air laut
ini tergolong kota dengan kategori dataran rendah, selain itu kota yang memiliki
gambar logo ikan sura dan buaya ini berbatasan langsung dengan selat madura di
sebelah utara dan timur, kabupaten Sidoarjo di sebelah selatan dan kabupaten
Gresik di sebelah barat. Nama kota Surabaya sendiri terdiri atas kata Sura yang
berarti berani dan Baya yang berarti bahaya, yang jika diartikan secara utuh yaitu
kota yang berani menghadapi segala bahaya yang datang.
Kota dengan penduduk ± 2.912.685 jiwa
(http://dispendukcapil.surabaya.go.id/ ) ini terkenal juga sebagai kota dengan
penduduknya yang multi etnis yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa
seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa, dan untuk etnis nusantara
seperti etnis Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Ambon.
36
Kota yang memiliki merayakan hari jadinya setiap tanggal 31 Mei ini juga
dikenal dengan latar belakang sejarahnya yang kuat dan panjang, karena itulah
kota ini dijuluki sebagai kota pahlawan, karena berbagai pertempuran dalam
mempertahankan kemerdekaan juga terjadi di kota ini yang mengakibatkan
banyak pejuang gugur di kota ini.
Gambar II.3 Logo Kota Surabaya
Dalam logo pemerintahan, selain dikenal sebagai kota yang identik dengan
lambang ikan sura dan buaya, kota ini juga dikenal dengan berbagai tempat wisata
sejarahnya seperti penjara kalisosok, dan juga tugu pahlawan yang merupakan
monumen heroik pertempuran arek-arek Suroboyo (sebutan untuk pejuang asli
Surabaya). Sehingga pada lgo Surabaya terdapat gambar ikan sura dan buaya yang
merupakan asal nama dari kota Surabaya dan juga gambar tugu pahlawan yang
merupakan simbol heroik yang menjadi ikon dari kota ini.
37
23
Masyarakat asli Surabaya memiliki ciri khas yaitu mudah bergaul, dan
berbicara apa adanya. Sebagai kota metropolitan, Surabaya termasuk sebagai kota
berkembang. Posisi kota Surabaya yang bisa dibilang strategis menjadikan kota
ini sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat yang membuat masyarakat yang
tinggal didalamnya selalu dinamis.
Seperti kota-kota lain yang ada di Indonesia, kota Surabaya juga
merupakan salah satu kota yang memiliki sejumlah prestasi yang membanggakan
baik itu dalam skala Nasional maupun Internasional. Diantaranya adalah
penghargaan dalam bidang kebersihan dan pelestarian lingkungan kota yaitu
penghargaan adipura, kalpataru , dan penghargaan level Internasional yaitu “ The
2013 Asian Townscape Award (ATA)” dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melalui taman kebanggaan warga kota Surabaya yaitu taman Bungkul.
2.3 Undang – undang nomor 11 tahun 2008 atau Undang-Undang ITE (Informasi
dan Transaksi Elektronik)
Undang – undang nomor 11 tahun 2008 ini membahas tentang
informasi dan transaksi elektronik. Undang – undang ini membahas
tentang etika – etika dalam pemanfaatan teknologi informasi. Didalam
undang-undang ini juga menjelaskan yang dimaksud dengan teknologi
informasi adalah teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memproses, mengumumkan, menganalisis dan atau menyebarkan
informasi, selain itu dalam undang – undang ini juga diatur bagaimana
pemanfaatan internet dalam transaksi baik itu jual – beli ataupun lainnya
yang bersifat elektronik (online).
38
Menurut Bab 2 pasal 4 UU ITE, Undang – undang ini dibuat
dengan tujuan untuk memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian
hukum bagi pengguna maupun penyelenggara teknologi informasi (ayat 4),
dan juga membuka kesempatan yang seluas – luasnya bagi masyarakat
untuk memajukan pemikiran dan kemampuan untuk menggunakan dan
memanfaatkan teknologi informasi secara optimal dan bertanggung jawab
(ayat 3).
Pada tentang perbuatan yang dilarang, pasal 27 ayat 3 Undang –
Undang ITE menyebutkan bahwa “setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik“. Pasal ini
merupakan salah satu pasal yang bisa dibilang “membahayakan” bagi
pengguna internet/ nitizen terutama untuk pengguna jejaring sosial/ media
sosial, karena selama ini banyaknya kasus yang terkait dengan pelanggaran
undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) didakwa dengan
pelanggaran pasal 27 ayat 3 yaitu tentang pasal pencemaran nama baik. Di
dalam undang – undang ITE ini juga dijelaskan bagaimana kriteria orang
yang melanggar peraturan undang-undang ini, bagaimana hukuman dan
berapa lamanya hukuman yang diterima juga telah dijelaskan dalam
undang – undang ini. Aturan atau pasal yang berhubungan dengan
komunitas Korea Lovers Surabaya (KLOSS) ini adalah aturan tentang
muatan mengenai nama baik yang dimiliki oleh seseorang, karena
kelompok ini merupakan komunitas dengan anggota yang bisa
39
23
dikategorikan besar baik itu anggota resmi ataupun tidak, ketika menulis
status ataupun berkomentar pada kiriman orang lain, kemungkinan untuk
melakukan apa yang ditulis dalam pasal ini juga sangat besar karena
kembali lagi komunikasi yang terjadi adalah komunikasi tulisan bukan
lisan, dan setiap orang memaknai sebuah kata atau kalimat yang ada sangat
berbeda satu sama lain dan hal itu bergantung dari kosakata yang dimiliki
dan bagaimana pengalaman dan pengetahuan orang tersebut mengenai
masalah yang dibahas.
40
BAB III
HASIL DAN ANALISIS DATA
Bab ini akan membahas tentang hasil, fakta, dan data yang telah dilakukan
oleh peneliti selama di lapangan. Disini peneliti menggunakan anggota resmi
komunitas Korea Lovers Surabaya sebagai responden untuk memperoleh data
yang dicari. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara
kepada member aktif yang terpilih sebagai responden.
Identitas nama responden yang tertulis hanya berupa inisial saja, karena
disini peneliti juga menghormati beberapa responden yang berkeberatan jika nama
mereka ditulis secara lengkap. Data hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti akan dirangkum dengan menggunakan tabel yang terdiri dari 5 kolom
yaitu nomor, identitas responden (nama, usia, jenis kelamin), pertanyaan, jawaban,
dan analisis dari peneliti, karena disini peneliti menggunakan jenis wawancara
terstruktur dimana responden diberikan pertanyaan yang sama untuk mendapatkan
bagaimana gambaran mengenai sesuatu, maka pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Apakah pernah mendengar atau membaca tentang undang-undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik)?
2. Tolong jelaskan secara singkat apa yang kamu ketahui undang-undang
ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini !
3. Menurutmu Selama ini, saat menggunakan media sosial sudahkah kamu
menerapkan pengetahuan tentang UU ITE ini, misalnya waktu menulis
status dan berkomentar di postingan orang lain!
41
4. Menurut kamu bagaimana keberadaan Undang-Undang ITE (Informasi
dan Transaksi Elektronik) ini di masyarakat, apakah penting atau tidak.
Tolong jelaskan dan beri alasannya !
Walaupun diberikan jenis pertanyaan yang sama tetapi respon dan jawaban
yang diberikan oleh masing-masing responden berbeda. Perbedaan ini juga
bergantung pada faktor apakah responden tersebut pernah mempelajari tentang
Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini atau tidak. Berikut
ini adalah tabel hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti.
TABEL III.1 Tabel Hasil Wawancara dengan Responden
No.
Identitas Responden
Pertanyaan Jawaban Analisis
1. TH , 22 Tahun,
Wanita
1. Apakah pernah mendengar atau membaca tentang undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)?
“Iya, pernah tahu tentang undang-undang ini waktu itu aku baca dari artikel di internet yang membahas tentang pelanggaran undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini
Karena yang dimaksud dengan pengetahuan adalah hasil yang diperoleh sesorang ketika melakukan penginderaan sebuah objek, sehingga disini responden melakukan penginderaan pengelihatan yaitu membaca karena responden memperoleh informasi dengan membaca.
2. Bisa jelaskan secara singkat apa yang kamu ketahui tentang isi undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini
“undang-undang ini membahas tentang internet, kalo pasal-pasalnya aku tidak tahu, tapi undang-undang ini dibahas di kasusnya Farhat Abbas yang ‘mencibir’ di media sosial”
Manjelaskan adalah salah satu hal yang digunakan untuk melihat apakah seseorang mengetahui mengenai suatu hal. Disini responden ketika ditanya mengenai undang-undang ITE, ia menjawab bahwa undang-undang ini adalah undang-undang
42
tentang internet. Tetapi, ketika diminta untuk menyebutkan aturan- aturan yang ada didalamnya, responden menjawab bahwa ia tidak tahu tentang aturan-aturan yang didalamnya, tetapi ia hanya memberikan contoh kasus yang berhubungan dengan UU ini.
3. Menurutmu Selama ini, saat menggunakan media sosial sudahkah kamu menerapkan pengetahuan tentang UU ITE ini, misalnya waktu menulis status dan berkomentar di postingan orang lain
“ Kalau menurutku sih sudah. Biasanya kalau update status aku updatenya Cuma kaya info-info dari idol sama, share-share video gitu, nulisnya sih pake bahasa yang umum digunakan. Tapi kalau komentar aku lihat-lihat dulu siapa yang tak komentarin, aku kenal apa nggak. “
Dalam penerapan pengetahuan yang
telah ia ketahui, bisa dikatakan responden ini berusaha untuk
tidak melanggar apa yang diatur dalam UU
tersebut, karena responden disini
cenderung membahas hal yang bersifat umum dan ringan
4. Menurut kamu bagaimana keberadaan Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini di masyarakat, apakah penting atau tidak. Tolong jelaskan dan beri alasannya
“Penting, karena supaya orang seimbang, yaitu ada aturan sehingga tidak berbuat sembarangan. Ya, aku jadi mawas diri dan lebih berhati-hati ketika menggunakan medsos karena UU ini punya sanksi”
Responden merasa keberadaan UU ITE ini penting, karena
menurutnya undang-undang ini dapat dijadikan sebuah pegangan tentang
memanfaatkan internet yang baik dan sopan.
Karena responden mengatakan dengan
adanya undang-undang ini ia menjadi
lebih berhati-hati ketika menggunakan
medsos.
43
Dari hasil wawancara, responden pertama termasuk ke dalam
tingkatan mengetahui, sedikit memahami dan
menerapkan pengetahuan yang ia
punyai. 2. HI,
24 Tahun, Wanita
1. Apakah pernah mendengar atau membaca tentang undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)?
“iya, aku pernah baca tentang undang-undang itu dari google”
Seperti responden pertama, responden
kedua juga melakukan penginderaan
pengelihatan, yaitu mengetahui tentang undang-undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik)
ini dari membaca internet
2. Bisa jelaskan secara singkat apa yang kamu ketahui tentang isi undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini
“Undang-undang ITE itu undang-undang yang dibuat untuk melindungi pengguna internet di Indonesia”
Ketika mendeskripsikan apa
yang dimaksud dengan undang-undang ITE
responden. Yang berarti responden
termasuk tingkatan mengetahui karena ia mengerti dan dapat
mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan
undang-undang ITE 3. Menurutmu
Selama ini, saat menggunakan media sosial sudahkah kamu menerapkan pengetahuan tentang UU ITE ini, misalnya waktu menulis status dan berkomentar di postingan orang lain
“Aku sebenernya tidak begitu sering update status, paling komen-komen di update an nya teman-teman. Kalo komen ya bahasanya seperti biasa, seperti pas ngomong kalau ketemu, tapi kalau tidak kenal ya pake bahasa yang agak formal soalnya kan tidak kenal. Kayaknya sudah aku terapin walaupun aku tidak begitu tahu apa isi yang ada di dalam undang-undang ini”
Dalam mengaplikasikan pengetahuan tentang undang-undang ITE, responden menilai bahwa ketika menulis status dan mengomentari status orang lain ia sudah sesuai dan berusaha untuk tidak melanggar apa yang tertulis didalam undang-undang ITE ini.
44
4. Menurut kamu
bagaimana keberadaan Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini di masyarakat, apakah penting atau tidak. Tolong jelaskan dan beri alasannya
“Penting, kalo tidak ada regulasi kan jadi sembarangan, pengguna yang ngawur nanti jadi semakin tidak karuan kalo tidak ada hukum yang mengatur”
Seperti responden pertama, responden kedua juga merasa
keberadaan undang-undang ini sangat penting karena ia
berpendapat jika tidak ada aturan yang
dibuat, maka nantinya orang dalam hal ini
pengguna media sosial akan bertindak
seenaknya.
3. DU, 22 Tahun,
Wanita
1. Apakah pernah mendengar atau membaca tentang undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)?
“ Tidak tahu, aku tidak pernah baca atau denger. Aku baru tahu malah kalo ada undang-undang ini”
Berbeda dari dua responden sebelumnya, responden yang ketiga menyatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang adanya undang-undang ini. Kurangnya sosialisasi dan pengenalan terhadap undang-undang inilah yang menyebabkan responden ini tidak tahu tentang undang-undang ini.
2. Bisa jelaskan secara singkat apa yang kamu ketahui tentang isi undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini
“ Hmm, mungkin undang-undang ini isinya tentang peraturan yang tidak boleh dilanggar, biasanya ada hukuman yang diberikan sebagai sanksi jika melanggar “
Ketika diminta untuk menjelaskan tentang isi undang-undang ini, karena responden tidak mengerti mengenai UU ITE, maka responden menjawab tentang arti undang-undang secara umum tanpa ada hal dan subjek yang dibahas dalam undang-undang itu.
3. Menurutmu Selama ini, saat menggunakan
“ Kalau aplikasinya, karena aku sendiri tidak tahu apa itu undang-undang ITE, jadinya aku
Dalam pengaplikasian ketika ia
menggunakan jejaring sosial,walaupun
45
media sosial sudahkah kamu menerapkan pengetahuan tentang UU ITE ini, misalnya waktu menulis status dan berkomentar di postingan orang lain
ragu mau bilang sudah menerapkan atau belum. Tapi selama ini, aku kalau update atau komentar di status orang lain aku berusaha biar tidak menyinggung pihak lain dalam update atau komentar yang aku tulis”
responden ini tidak mengetahui tentang undang-undang ITE, tetapi ketika menulis
status dan berkomentar ia
berusaha untuk tidak menyinggung orang lain. Responden ini
merasa ragu, apakah ia menerapkan UU ITE ini atau tidak karena
dia sendiri tidak mengetahui tentang undang-undang ini.
4. Menurut kamu bagaimana keberadaan Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini di masyarakat, apakah penting atau tidak. Tolong jelaskan dan beri alasannya
“Sebenarnya penting, tapi kok tidak ada woro-woro tentang undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini sehingga masyarakat tidak tahu. Kalau ada woro-woro kan enak biar masyarakat ngerti dan tidak salah ambil tindakan”
Rata-rata ketika ditanya apakah
keberadaan undang-undang ini penting
atau tidak, responden menjawab keberadaan
undang-undang ini sangat penting, karena
dapat melindungi pengguna internet dari para pengguna yang berbuat seenaknya.
4. RD, 17 Tahun, Wanita
1. Apakah pernah mendengar atau membaca tentang undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)?
“ Pernah dengar aku tentang undang-undang itu. Tapi aku lupa sumbernya darimana”
Responden keempat menyatakan bahwa ia mengetahui tentang undang-undang ini,
tetapi ia lupa darimana mendengar tentang undang-undang ini.
Berarti responden ini melakukan
penginderaan yaitu indera pendengaran yang termasuk pada tingkat pertama yaitu
mengetahui. 2. Bisa jelaskan
secara singkat apa yang kamu ketahui tentang isi
“ Isinya tentang aturan yang berkaitan sama teknologi kaya software-software gitu. undang-undang yang mengatur
Ketika menjelaskan tentang isi undang-undang ITE yang ia ketahui, responden menjawab undang-
46
undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini
tentang hak cipta dari sebuah software yang dimiliki oleh suatu perusahaan”
undang ini tentang undang-undang
tentang hak cipta software. Sehingga
responden ini sikatakan tidak
mengetahui tentang undang-undang ini karena penjelasan
yang ia berikan kurang tepat mengenai
undang-undang ITE. 3. Menurutmu
Selama ini, saat menggunakan media sosial sudahkah kamu menerapkan pengetahuan tentang UU ITE ini, misalnya waktu menulis status dan berkomentar di postingan orang lain
“ Sudah, karena biasanya aku kalo nulis status lebih sering tentang apa yang tak pikirin misalnya kalau bosen, seneng, atau kadang sedih biasanya aku update status. Kalau ada berita terbaru dari bias -(idol yang mereka idolakan)- biasanya aku juga update status. Kalo komentar lebih sering ngomentari teman-teman yang memang aku kenal dan tahu di dunia nyata aja, kalau yang tidak kenal biasanya aku jarang ngomentari paling cuma aku lihat aja updateannya.”
Responden ini sama seperti responden sebelumnya bahwa ia telah menggunakan undang-undang ini, walaupun sebenarnya apa yang ia maksud disini dengan arti yang sebenarnya berbeda. Tetapi responden ini bisa dikatakan menjalankan undang-undang ini karena sendiri melakukan pemilahan siapa dan status bagaimana yang akan ia komentari dan ia tulis, karena responden keempat lebih ekspresif dalam mengupdate status tentang kesehariannya.
47
4. Menurut kamu bagaimana keberadaan Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini di masyarakat, apakah penting atau tidak. Tolong jelaskan dan beri alasannya
“ mungkin penting bagi beberapa pihak, tapi kalau aku sendiri merasanya tidak terlalu penting, soalnya kan sebenarnya media sosial itu tempat yang bebas untuk kita menyampaikan pendapat yang kita pikirkan mengenai suatu hal. jadi, seharusnya tidak perlu karena sebenarnya yang memfilter adalah pribadi masing-masing pemilik akun itu”
Responden ini menyatakan bahwa undang-undang ini hanya penting bagi beberapa pihak yang memang memiliki hubungan dengan uu ini (sesuai dengan deskripsi UU ITE yang dijelasksan oleh responden). Untuk keseluruhan, ia merasa bahwa keberadaan undang-undang ini sebenarnya tidak diperlukan karena media sosial sebenarnya tempat yang bebas untuk menyampaikan sesuatu dan yang menjadi mengontrol adalah si pribadi pemilik akun tersebut dan bukan bergantung pada peraturan.
5.
DF,
27 Tahun, Wanita
1. Apakah
pernah mendengar atau membaca tentang undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)?
“ iya, tahu. Aku dulu pernah dengar undang-undang ITE itu undang-undang tentang internet ”
Responden terakhir
melakukan penginderaan yaitu indera pendengaran dimana responden mendengar tentang
adanya undang-undang ini dari
temannya.
2. Bisa jelaskan secara singkat apa yang kamu ketahui tentang isi undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini
“ undang-undang yang isinya tentang berinternet, lebih ke gimana berinternet dan internet yang baik itu yang bagaimana”
Responden ini mengerti tentang
undang-undang ini, karena ketika diminta untuk menjelasksn apa yang dimaksud dengan undang-undang ITE ia
bisa menjelaskan secara umum tentang undang-undang ITE .
48
3. Menurutmu
Selama ini, saat menggunakan media sosial sudahkah kamu menerapkan pengetahuan tentang UU ITE ini, misalnya waktu menulis status dan berkomentar di postingan orang lain
“ kalau menurutku sih sudah, soalnya kalau aku komen sama nulis status biasanya aku pake kalimat yang pokonya tidak menyinggung orang lain. Biasanya kalau aku lebih sering update tentang info-info aja, seperti info acara-acara K-POP yang ada di Surabaya, terus sama beberapa info update tentang idol Korea yang aku suka ”
Aplikasi dari pengetahuan yang
dimiliki juga terlihat ketika ia menulis
status ataupun berkomentar pada
posting/ update milik orang lain. Ketika menulis ataupun berkomentar ia
berusaha untuk tetap menggunakan bahasa yang sopan dan tidak
menyinggung perasaan orang lain.
4. Menurut kamu bagaimana keberadaan Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini di masyarakat, apakah penting atau tidak. Tolong jelaskan dan beri alasannya
“undang-undang ini sangat penting, karena undang-undang ini dibuat supaya orang yang menggunakan media lebih sopan dan saling menghormati antar sesama pengguna internet, terutama ketika ia berkomentar pada status orang lain dan menulis status. “
Keberadaan undang-undang ini dirasa sangat penting di
masyarakat. Karena responden berpendapat bahwa undang-undang
ini dibuat supaya pengguna media saling menghormati dan tetap
menjaga kesopanan walaupun itu di dunia
maya/ dunia semu.
Dari tabel hasil wawancara diatas, dari lima responden yang diwawancara
diketahui bahwa sebanyak tiga orang responden menyatakan mengetahui tentang
undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini, sedangkan satu
responden lain menyatakan tidak mengetahui, dan responden sisanya menyatakan
bahwa ia mengetahui tentang undang-undang ini, tetapi ketika diminta untuk
menjelaskan apa yang ia ketahui tentang undang-undang ini, responden
memberikan jawaban yang berbeda dan tidak sesuai dengan pengertian undang-
49
undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik). Media massa baru yaitu
internet menjadi salah satu sumber mendapatkan informasi dan pengetahuan
tentang undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini melalui
artikel berita yang ditulis dan dimuat di media online, yaitu artikel berita yang
bertemakan tentang pelanggaran undang-undang ini, seperti misalnya artikel
berita tentang kasus pengacara Farhat Abbas dalam kasus menjelekkan orang lain
melalui media sosial seperti yang dijelaskan oleh responden pertama. Selain itu
sumber lain yang juga menjadi tempat untuk mendapatkan informasi mengenai
unang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini antara lain dengan
menonton televisi, membaca Koran/ buku yang membahas tentang peraturan
perundang-undangan ini, ataupun mengetahui dari teman juga merupakan
beberapa sumber untuk mengetahui tentang undang-undang ITE (Informasi dan
Transaksi Elektronik) ini.
Analisis sesuai dengan teori pengetahuan yang dijelaskan oleh Notoatmojo,
dari kelima responden yang telah diwawancarai, sebanyak tiga responden
termasuk dalam tingkat pengetahuan nomor satu yaitu mengetahui, dan yang
termasuk dalam tingkatan itu adalah responden nomor satu, dua, dan lima. Karena
dijelaskan seseorang dapat dikatakan termasuk dalam tingkatan mengetahui
(tingkatan pertama) ini jika orang tersebut memiliki kemampuan untuk mengingat
kembali apa yang telah ia pelajari ataupun ketahui (kemampuan untuk me-recall
ingatan), selain itu kemampuan untuk dapat menguraikan, dan menyatakan apa itu
undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) juga termasuk salah
satu kriteria yang dapat digunakan untuk melihat apakah mereka mengetahui
tentang undang-undang ini atau tidak.
50
Sedangkan untuk responden nomor tiga, karena responden ini tidak pernah
mendengar ataupun membaca tentang undang-undang ITE, atau dengan kata lain
responden nomor tiga ini bisa dikatakan awam dan belum pernah tahu mengenai
undang-undang ini sebelumnya, sehingga ketika ditanya mengenai apa itu
undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ia lebih menjawab
tentang pengertian undang-undang secara umum yaitu tentang peraturan yang
memiliki sanksi hukum. Sedangkan untuk responden nomor empat, memang
responden ini menyatakan bahwa ia pernah mendengar tentang undang-undang ini.
Hanya saja ketika diminta untuk menguraikan dan menjelaskan sedikit mengenai
undang-undang ITE ini, responden ini menjelaskan bahwa undang-undang ini
merupakan undang-undang yang berkaitan dengan hak cipta perangkat lunak
(software) yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dari jawaban yang diberikan,
dapat dilihat bahwa responden ini hanya pernah mendengar tetapi dia tidak
mengerti apa yang dimaksud dan apa yang diatur dalam undang-undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik) itu sehingga dapat dikatakan responden ini
tidak mengetahui mengenai undang-undang ini seperti halnya responden nomor
tiga. Beberapa faktor yang menyebabkan responden tidak mengetahui tentang
adanya undang-undang ini adalah karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan
oleh pemerintah tentang undang-undang ini, seperti halnya yang diungkapkan
oleh responden nomor tiga. Sedangkan responden pertama merasa bahwa
sosialisasi tentang adanya undang-undang ini sudah maksimal karena media
massa juga secara tidak langsung membantu mensosialisasikan tentang undang-
undang ini, sehingga responden pertama tahu mengenai undang-undang ini dari
media massa.
51
Untuk tingkatan pengetahuan nomor dua yaitu memahami, responden
yang temasuk kedalam tingkatan ini yaitu responden nomor satu, dua, dan lima.
Memahami yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk dapat menjelaskan
secara tepat tentang objek dan materi yang diketahui, jika memungkinkan juga
disertai dengan contoh yang mendukung tentang penjelasannya.
Responden nomor satu, dapat dikatakan sedikit memahami tentang
undang-undang ITE ini karena ketika menjelaskan tentang apa yang ia ketahui
tentang undang-undang ini, responden pertama menjelaskan dengan tepat apa
yang ia ketahui mengenai undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi
Elektronik) ini, walaupun tidak memberikan detail mengenai aturan apa saja yang
diatur didalam undang-undang ini tetapi responden memberikan contoh sebagai
gambaran bagaimana isi undang-undang ini, yaitu contoh kasus Farhat Abbas
dengan curhatnya yang ‘mencibir’ di media sosial. Sedangkan untuk responden
kedua dan kelima, ketika diminta untuk menjelaskan tentang undang-undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik), mereka memberikan jawaban tentang
tujuan dan garis besar undang-undang ITE ini. Seperti responden nomor satu,
kedua responden ini juga tidak menjelaskan contoh aturan apa saja yang ada pada
undang-undang ini. Responden nomor empat, ketika diminta untuk menjelaskan
tentang undang-undang ini, apa yang dijelaskan oleh responden cenderung tidak
tepat dan tidak sesuai dengan yang dimaksud dalam penelitian ini, dimana
responden menjelaskan bahwa undang-undang ini berkaitan dengan teknologi
yaitu tentang hak cipta suatu perangkat lunak/ software yang dimiliki oleh suatu
perusahaan tertentu, sedangkan responden ketiga karena ia tidak mengetahui dan
masih awam tentang undang-undang ini sehingga ia tidak bisa menjelaskan secara
52
tepat apa yang ia ketahui tentang undang-undang ini dan akhirnya hanya
memberikan definisi undang-undang secara umum. Beberapa faktor yang
menyebabkan minimnya pengetahuan yang dimiliki tentang undang-undang ini
antara lain karena kurangnya pembahasan dan sosialisasi secara utuh mengenai
aturan-aturan yang ada dalam undang-undang ini, dan walaupun media massa
juga turut mensosialisasikan tentang undang-undang ini, tetapi apa yang dimuat
didalam media massa hanya beberapa aturan tertentu yang memang terkait dengan
sebuah kasus yang sedang ‘hangat’ dibicarakan di masyarakat sehingga tidak
semua aturan-aturan yang ada di dalam undang-undang ini termuat dan
terpublikasikan kepada masyarakat.
Untuk pengaplikasian pengetahuan yang responden miliki ketika mereka
menggunakan jejaring sosial, hampir semua responden yang diwawancarai
menyatakan bahwa mereka sudah menerapkan pengetahuan yang mereka miliki
mengenai undang-undang ITE (Informasi dan transaksi Elektronik) ini, kecuali
untuk responden yang belum mengetahui tentang undang-undang ini, mereka
merasa ragu ketika akan menyatakan apakah ketika menggunakan jejaring sosial
mereka sudah memenuhi aturan yang ada di dalam undang-undang ini atau belum,
karena mereka sendiri belum mengetahui apa dan bagaimana undang-undang ITE
ini.
Secara umum, ketika menggunakan jejaring sosial, baik itu ketika menulis
status ataupun berkomentar pada postingan orang lain, mereka lebih banyak
mengupdate hal-hal yang bersifat umum misalnya berupa informasi tentang acara
yang akan diadakan oleh K-popers (sebutan untuk penggemar Korea), kata-kata
mutiara/ quotes ataupun mengenai update terbaru mengenai idola mereka, tetapi
53
ada juga yang mengupdate status ketika sesuai dengan apa yang sedang ia
pikirkan, tetapi ketika menulis ia tetap menggunakan bahasa yang umum dan
tidak menyinggung pihak lain. Sedangkan ketika berkomentar pada update atau
status orang lain, mereka (responden) sebelum berkomentar terlebih dahulu
melihat bagaimana ‘hubungan’ mereka di dunia apakah mereka saling kenal dan
akrab di dunia nyata (keseharian mereka) ataukah hanya sekedar teman di
jejaring sosial saja. Alasan mengapa ‘relasi’ ini menjadi penting karena responden
akan meikirkan bagaimana kalimat yang mereka gunakan ketika berkomentar,
misalnya ketika ia mengomentari tentang status milik temannya yang memang
sudah akrab sehari-harinya, mereka akan menggunakan kalimat seperti bahasa
yang mereka gunakan sehari-hari sebagai bentuk keakraban, tetapi ada beberapa
hal yang dalam keseharian mereka ucapkan tidak mereka ucapkan ketika mereka
menulis status, sedangkan ketika mengomentari status atau update milik orang
yang tidak mereka kenal secara personal (hanya teman di jejaring sosial) mereka
akan menggunakan kalimat dan bahasa yang nilainya formal biasanya
menggunakan bahasa Indonesia yang memang digunakan untuk percakapan,
artinya tanpa ada tambahan bahasa-bahasa lokal daerah tempat tinggal mereka
yang ditambahkan dalam percakapan tersebut sebagai simbol keakraban supaya
tidak kaku. Karena ketika mereka berkomentar menggunakan bahasa yang sama
dengan orang yang memang sudah kita kenal akrab untuk mengomentari update
orang lain yang hanya berteman di jejaring sosial akan menimbulkan salah
persepsi dan miss communication (miss komunikasi), karena beberapa jejaring
sosial memungkinkan semua orang untuk menambahkan orang lain sebagai
temannya termasuk juga orang yang berada jauh dari tempat yang mereka tinggali,
54
dank arena hal itulah kemungkinan adanya salah persepsi tentang sebuah kalimat
juga semakin besar.
Untuk tingkatan terakhir atau biasa disebut dengan evaluasi, peneliti
menanyakan bagaimana bagaimana pendapat yang diberikan oleh responden
mengenai keberadaan undang-undang ITE ini di masyarakat. Karena pengertian
evaluasi disini adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap sebuah
objek atau materi. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, empat dari
lima responden menyatakan bahwa keberadaan undang-undang ITE (Informasi
dan Transaksi Elektronik) di masyarakat sangat penting, karena dengan adanya
undang-undang ini orang tidak akan berbuat seenaknya ketika memanfaatkan
jejaring sosial. Selain itu, dengan adanya undang-undang ini, masyarakat akan
lebih saling menghormati ketika menggunakan dan memanfaatkan jejaring sosial.
Responden keempat menilai keberadaan undang-undang ini mungkin
penting bagi beberapa pihak karena responden memiliki pemikiran bahwa
undang-undang ini berisi tentang hakcipta sebuah software yang dimiliki oleh
suatu perusahaan, sehingga keberadaan undang-undang ini sebenarnya tidak
penting, karena menurutnya media sosial/ jejaring sosial adalah tempat yang
bebas untuk mengutarakan sesuatu, sehingga filter tentang apa yang akan
disampaikan atau ditulis itu tergantung dari bagaimana pribadi pemilik akun
media sosial atau jejaring sosial itu sendiri.
Dari keseluruhan hasil yang didapatkan oleh peneliti, beberapa anggota
KLOSS (Korea Lovers Surabaya) sudah mengetahui tentang adanya undang-
undang ini, dan menganggap bahwa keberadaan undang-undang ini sangat penting
55
dimasyarakat untuk menjaga keseimbangan dan supaya masyarakat lebih
menghormati antar sesama pengguna jejaring sosial/ media sosial. Mereka menilai
bahwa tujuan pemerintah menetapkan undang-undang ini adalah untuk
melindungi hak-hak yang dimiliki oleh setiap pribadi atau individu pengguna
internet dan media sosial supaya tidak dijelek-jelekkan oleh pengguna lain.
Untuk penerapan pengetahuan yang dimiliki ketika mereka menggunakan
dan memanfaatkan jejaring sosial atau media sosial, rata-rata responden yang
diwawancai menyatakan bahwa mereka semaksimal mungkin berusaha untuk
menghindari aturan-aturan yang ada di dalam undang-undang ITE (Informasi dan
Transaksi Elektronik) ini, karena ketika menggunakan jejaring sosial atau media
sosial untuk berkomentar maupun update mengenai sesuatu, mereka biasanya
menggunakan kalimat yang umum digunakan dan memiliki makna yang halus dan
tidak kasar ketika dibaca oleh orang lain untuk menulis atau update status,
sedangkan ketika mengomentari update atau kiriman milik orang lain mereka
terlebih dahulu melihat bagaimana hubungan dengan orangg tersebut di dunia
nyata apakah mereka saling kenal atau tidak, karena ketika mereka tidak saling
kenal dan hanya berteman didalam jejaring sosial atau media sosial saja mereka
akan menggunakan bahasa yang sangat sopan ketika berkomentar yaitu dengan
bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang ada, sedangkan untuk orang
yang mereka kenal secara keseharian artinya disini setidaknya mereka pernah
bertemu di dunia nyata, mereka akan menggunakan bahasa yang lebih santai
tetapi tetap sopan dan tidak menyinggung pihak-pihak lain.
Jika dianalisis dari tingkatan pengetahuan seperti yang telah ditulis oleh
Notoatmojo, maka tingkat pengetahuan kalangan pengguna jejaring sosial aktif
56
terhadap undang-undang ini adalah mengetahui, memahami, mengaplikasikan,
serta mengevaluasi. Selain itu, walaupun mereka tidak mengetahui tentang adanya
undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini tetapi mereka telah
berusaha untuk melaksanakan undang-undang ini, yaitu dengan melakukan filter
atau penyaringan sebelum memberikan komentar pada status orang lain ataupun
pada status mereka sendiri. Sedangkan untuk mereka yang telah mengetahui
tentang undang-undang ini, mereka juga sudah menerapkan pengetahuan yang
mereka miliki tentang undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)
tersebut pada saat memanfaatkan jejaring sosial, yaitu ketika mereka berkomentar
ataupun menulis status.
57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, hasil yang ada dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengguna jejaring sosial anggota Korea Lovers Surabaya yang dijadikan
sebagai responden wawancara, tiga dari lima diantaranya mengetahui
tentang adanya pengetahuan ini, sehingga termasuk dalam tingkatan
pengetahuan mengetahui, seperti dalam teori pengetahuan yang ditulis oleh
Notoatmojo karena mereka dapat menjelaskan secara tepat tentang undang-
undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ini.
2. Responden yang mengetahui tentang undang-undang ITE (Informasi dan
Transaksi Elektronik) ini telah menerapkan dan mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki tentang undang-undang ini ketika
menggunakan jejaring sosial atau media sosial. Sedangkan untuk responden
yang tidak mengetahui tentang undang-undang ini mereka juga berusaha
untuk menerapkan aturan ini, salah satunya adalah dengan menulis status
dan berkomentar pada update milik orang lain secara sopan sehingga tidak
menyinggung pihak lain.
3. Pengetahuan dan pengertian mengenai undang-undang ITE (Informasi dan
Transaksi Elektronik) yang dimiliki oleh anggota Komunitas Korea Lovers
Surabaya (KLOSS) adalah pengetahuan mengenai undang-undang ITE
secara umum seperti misalnya undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi
58
Elektronik) adalah undang-undang yang mengatur tentang internet dan
aktifitasnya, sedangkan untuk pasal-pasal yang mengatur tentang aturan-
aturan tertentu mereka tidak begitu mengetahui.
4. Pentingnya keberadaan undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi
Elektronik) di masyarakat dirasa sangat penting bagi anggota komunitas
Korea Lovers Surabaya (KLOSS), karena undang-undang ini dibuat untuk
melindungi dan menghormati seluruh pengguna internet termasuk juga
pengguna jejaring sosial atau media sosial.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
A, Abraham. Tersesat di Dunia Maya Dampak Negatif Jejaring Sosial. Surabaya:
PT. Java Pustaka Media Utama, 2010.
Kriyantono, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: PT. Kencana
Prenada Media Grup, 2012.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Panduan Penulisan Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater
Wartawan Surabaya (Stikosa-Aws).
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung,
2014.
Tamburaka, Apriadi. Literasi Media : Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013.
Uchana, Onong. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Non Buku:
http://www.apjii.or.id/v2/read/index-article/info-terkini.html diakses tanggal 10
Oktober 2014.
E-Jurnal Anggraini, Dea Utomo.___. “Motif Pengguna Jejaring Sosial google+ di
Indonesia”.
xvii
Jurnal E - Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra,
Surabaya.
https://www.academia.edu/9718254/Proposal_Penelitian_Sosial_Komunikasi_Kel
ompok_dalam_Komunitas_Dance_Cover_K-Pop_di_Yogyakarta_
(Diakses tanggal 09 agustus 2015)
http://www.apjii.or.id/v2/read/article/statistik/305/profil-pengguna-internet-
indonesia-2014.html (Diakses tanggal 9 Agustus 2015)
digilib.unila.ac.id/4230/14/BAB%20II.pdf (Diakses tanggal 12 Agustus 2015)
www.surabaya.go.id (Diakses tanggal 16 Agustus 2015)
www.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-dwiariyani-6045-2-
bab2.pdf (Diakses tanggal 5 September 2015)