PENGEMBANGAN SISTEM MULTIMEDIA
Storyboard
Storyboard digunakan sebagai alat bantu pada tahapan perancangan multimedia
Storyboard merupakan pengorganisasian grafik, contohnya adalah sederetan ilustrasi atau gambar yang ditampilkan berurutan untuk keperluan visualisasi awal dari suatu file, animasi, atau urutan media interaktif, termasuk interaktivitas di web
Proses Storyboarding awalnya dikembangkan oleh Walt Disney Studio awal tahun 1930
Storyboard biasanya digunakan untuk :1. Film2. Teater3. Animasi4. Buku Komik5. Bisnis6. Media Interaktif
Storyboard dapat dibuat dengan gambar tangan/sketsa langsung di kertas atau di gambar dengan komputer, kemudian di cetak
Storyboard digunakan untuk:
Memungkinkan tim dan klien (pengguna) memeriksa, menyetujui, dan meningkatkan rancangan.
Menjadi panduan bagi programmer dan Disainer Grafik
Mengetahui elemen (material) multimedia yang dipakai.
Menjaga konsistensi di sepanjang aplikasi multimedia. Memungkinkan rancangan diimplentasikan pada
platform yang berbeda, karena storyboard bersifat platform independent.
Storyboard perlu mengandung:
Nama aplikasi (program) atau modul dan nomor halaman atau nomor layar.
Gambar sketsa layar atau halaman beserta rincian objek-objek yang ada pada layar, meliputi: Teks, Gambar, Animasi, Audio, Narasi, Video, Warna, penempatan, ukuran gambar, jika penting, Warna dan font dari teks.
Interaksi: pencabangan dan aksi-aksi lainnya (tombol).
Yang perlu diperhatikan dalam membuat storyboard: Storyboard dapat digambar dengan tangan, tidak perlu
bagus dilihat asalkan cukup jelas sebagai panduan bagi anggota tim proyek lainnya.
Tersedia storyboard untuk setiap layar atau halaman. Semua rincian yang penting harus ditunjukkan. Teks dan narasi dapat sangat panjang, karena itu boleh
ditulis pada lembar terpisah (script document) asalkan disertai dengan nomor layar storyboard yang jelas.
Setiap anggota tim produksi mempunyai salinan storyboard atau dapat mengakses storyboard dengan mudah.
Storyboard yang digunakan untuk film, video, animasi atau gambar bergerak lainnya agak berbeda dengan storyboard yang digunakan pada pengembangan multimedia
MPM versi Luther-Sutopo Luther (1994), MPM terdiri dari 6 tahap
yaitu : Concept, Design , Material Collecting, Assembly, Testing dan Distribution
Tidak harus urut dalam pratiknya, meskipun begitu tahap Concept memang harus menjadi hal yang pertama kali dikerjakan
Sutopo (2003) mengadopsi Metodologi Peng. MM Luther dengan memodfikasi seperti sbb :
CONCEPT Menentukan tujuan yang meliputi :
Tujuan Aplikasi (informasi, hiburan, pelatihan, dan lain-lain) Identifikasi Pengguna (Users), tingkat kemampuan
pengguna sangat mempengaruhi pembuatan desain. Dengan demikian multimedia dapat dikatakan komunikatif.
Bentuk Aplikasi (presentasi, interaktif, dan lain-lain) Spesifikasi Umum (ukuran aplikasi, dasar perancangan,
target yang ingin dicapai, dan lain-lain)
Output dari tahapan Konsep biasanya dokumen dengan penulisan yang bersifat naratif untuk mengungkapkan tujuan proyek.
Dalam tahapan Concept juga dilengkapi tabel Deskripsi Konsep, contoh sbb :
Judul : Pembelajaran Perangkat Keras Berbasis Multimedia
Audiens : Mahasiswa dan Umum
Durasi : ± 45 Menit
Image : - Diambil dari CD Content ‘How Computer Multimedia Work’ dengan format bitmap
- Format .png yang dibuat sebagai pelengkap animasi
Audio : - Vokal dan Instrument dengan format .MP3
Animasi : - Animasi 2D dan efek transisi yang dibuat sendiri
- Zooming dan transisi image yang sebagian besar diambil dari CD Content HCMW dengan modifikasi tertentu
Interaktivitas : Pause, Continue, skip dan tombol untuk perpindahan dari satu movie/scene ke movie/scene yang lain
DESIGN Disain (perancangan) adalah membuat spasifikasi
secara rinci mengenai arsitektur program, gaya, tampilan kebutuhan bahan (material) untuk aplikasi/program.
Spesifikasi dibuat cukup rinci sehingga pada tahap berikutnya, yaitu tahap pengumpulan bahan dan pembuatan tidak dibutuhkan keputusan baru, melainkan menggunakan apa yang telah ditetapkan pada tahap disain. Namun demikian, sering terjadi penambahan atau pengurangan bahan, bahkan ada perubahan pada bagian aplikasi pada awal pengerjaan multimedia.
Tahap ini biasanya menggunakan storyboard untuk menggambarkan deskripsi tiap scene, dengan mencantumkan semua obyek MM dan tautan ke scene lain
Juga menggunakan Struktur Navigasi dan Bagan Alir untuk menggambarkan aliran dari satu scene ke scene lain
Material Collecting
Melakukan pengumpulan bahan (material) seperti: clipart, image, animasi, audio, berikut pembuatan grafik, foto, audio, dan lain-lain yang diperlukan untuk tahap berikutnya.
Bahan yang diperlukan dalam multimedia dapat diperoleh dari sumber-sumber seperti: library, bahan yang sudah ada pada pihak lain, atau pembuatan khusus yang dilakukan oleh pihak luar.
Pengumpulan material dapat dilakukan paralel dengan tahap pembuatan (assemby)
Assembly
Tahap pembuatan (assembly) merupakan tahap dimana seluruh objek multimedia dibuat atau diintegrasikan.
Pembuatan aplikasi berdasarkan flow chart, storyboard, struktur navigasi atau diagram objek yang berasal dari tahap disain.
Dapat menggunakan perangkat lunak authoring yang mempunyai fitur pembuatan flow chart dan disain, misal: Macromedia, dan lain-lain.
Testing Tahap testing dilakukan setelah tahap pembuatan dan seluruh
bahan (material) telah dimasukkan. Biasanya pada tahap awal dilakukan testing secara modular
untuk memastikan apakah hasilnya seperti yang diinginkan. Pengujian yang dilakukan pertama adalah Alpha Test yang
pengujian dilakukan oleh pembuat atau lingkungan pembuatnya sendiri
Setelah Alpha Test kemudian dilakukan Pengujian Beta Test. Aplikasi yang telah dihasilkan harus dapat berjalan dengan baik di lingkungan pengguna (klien), dimana pengguna dapat merasakan adanya kemudahan dan manfaat dari aplikasi tersebut serta dapat menjalankan sendiri terutama untuk aplikasi yang interaktif.
Distribution
Bila aplikasi multimedia akan digunakan dengan mesin yang berbeda, penggandaan menggunakan floppy disk, CD-ROM, tape, atau distribusi dengan jaringan sangat diperlukan.
Tahap distribusi juga merupakan tahap evaluasi terhadap suatu produk multimedia, diharapkan akan dapat dikembangkan sistem multimedia yang lebih baik di kemudian hari.
Ada 4 struktur navigasi dasar yang digunakan pada produk MM, yakni LINEAR, HIERARKIS, NONLINEAR dan KOMPOSIT
LINEARPengguna akan melakukan navigasi secara berurutan, dari fram atau byte informasi yang satu ke yang lainnya
HIERARKIS (Linear dg percabangan)Pengguna akan melakukan navigasi disepanjang cabag pohon struktur yang terbentuk oleh logika isi
NONLINEARPengguna akan melakukan navigasi dengan bebas melalui isi proyek dengan tidak terikat dengan jalur yang sudah ditentukan sebelumnya
KOMPOSITPengguna akan melakukan navigasi dengan bebas (secara non linear) , tetapi terkadang dibatasi presentasi linier film atau informasi penting dan/atau pada data yang paling terorganisir secara logis pada suatu hierarki