Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA)
Vol. 6, No. 2, Mei 2021; Halaman 162-177
ol.x, No.x, July xxxx, pp. 1
162
E-ISSN 2581-1002
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN
LEVERAGE TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN JASA
KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Sulistiani1, Rita Meutia
*2
1,2 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
e-mail: [email protected], [email protected]
*2
* Corresponding Author
Abstract
This study aims to determine the effect of company size, profitability, liquidity, and leverage on bond ratings at
financial service companies on the Indonesian Stock Exchange (BEI). The samples in this study consisted of 20
companies obtained by the purposive sampling method. The type of data used secondary data from financial
statement report during the period 2014-2018 download from www.idx.co.id. The data analysis method in this study
was logistic regression analysis through of SPSS. The results of study stated that company size has a significant
positive effect on bond ratings, profitability has a negative and insignificant effect on bond ratings, liquidity and
leverage have negative significant effect on bond ratings.
Keywords: Firm Size, Profitability, Liquidity, Leverage and Bond Ratings
1. Pendahuluan
Bursa Efek Indonesia (BEI) atau yang dikenal
sebagai pasar modal dimana tempat untuk memperjual
belikan sekuritas baik dalam bentuk saham maupun
obligasi, baik yang akan diterbitkan oleh
pemerintah maupun perusahaan swasta.
Menurut (Restuti, 2007) saham adalah bukti
penyerahan atas modal dari suatu pihak didalam
suatu perusahaan. Dengan menyerahkan modal
tersebut, dengan demikian pihak tersebut mempunyai
hak atas pendapatan perusahaan, hak atas aset
perusahaan dan dapat berhak hadir didalam rapat
umum pemegang saham (RUPS). Sementara itu,
obligasi merupakan sumber pendanaan suatu
perusahaan ataupun pemerintah yang berupa surat-
surat yang berisi perjanjian antara penerbit obligasi
dengan investor yang diterbitkan dengan nilai nominal
tertentu dan waktu jatuh tempo tertentu.
Berinvestasi dalam bentuk saham maupun
obligasi sama sama memiliki keuntungan bagi investor
dengan berinvestasi pada saham investor akan
memperoleh dividen sementara jika investor
berinvestasi pada obligasi investor akan mendapatkan
keuntungan berupa kupon, sedangkan bagi perusahaan
menerbitkan saham maupun menerbitkan obligasi juga
memiliki keuntungan yaitu perusahaan akan
memperoleh sejumlah uang atau modal untuk
menambah membiayai kegiatan kegiatan investasi
perusahaan.
Meskipun saham dan obligasi sama sama
memiliki keuntungan dalam memperoleh modal
bagi perusahaan tetapi perusahaan di Indonesia
cenderung menerbitkan obligasi sebagai salah satu
alternatif perusahaan dalam menghimpun dana untuk
kegiatan investasi dibandingkan menerbitkan saham.
Hal tersebut dibuktikan dari kutipan website
www.okezone.com PT Bursa Efek Indonesi (BEI)
tahun 2016 menargetkan 35 emiten untuk melakukan
pencatatan saham perdana atau Initial Public
Offering (IPO) dipasar Indonesia. Namun, hingga
tahun 2018 saham yang tercatat di BEI hanya 5
perusahaan. Sementara dikutip dari website
www.bisnis.com sampai akhir tahun 2018 ada 27
korporasi yang menerbitkan obligasi dengan total
mencapai Rp.13,44 triliun. Mayoritas berasal dari
sektor finansial dengan totoal 5,44 triliun selebihnya
obligasi dari sektor perkebunan dengan nilai Rp.2,35
triliun, sektor properti senilai Rp.2,25 triliun, sektor
konstruksi senilai Rp.1,8 triliun dan sektor rill senilai
Rp.1,6 triliun.
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
163
Penerbitan surat utang obligasi oleh
korporasi pada tahun 2018 meningkat dengan
didominasi oleh sektor keuangan, peningkatan
penerbitan obligasi tidak lepas dari faktor jumlah
obligasi korporasi yang akan jatuh tempoh Agustus-
Desember 2018 sebesar Rp. 26,3 triliun dengan
Rp.20,7 triliun diantarnya datang dari sektor
keuangan. Selain itu, sisa plafon penerbitan obligasi
dengan skema penawaran umun berkelanjutan di
sektor keuangan juga masih cukup besar sehingga
meningkatkan potensi suplai obligasi dari industri
keuangan (www.kompas.com).
Menanggapi kecilnya minat perusahaan untuk
menerbitkan saham, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
menilai bahwa hal ini tidak terlepas dari rendahnya
suku bunga obligasi, akibatnya perusahaan lebih
memilih untuk menerbitkan obligasi sebagai upaya
untuk mendapatkan tambahan modal. Sedangkan
menurut veronica dalam penelitiannya menyebutkan
perusahaan memilih menerbitkan obligasi dibanding
saham dikarenakan proses penerbitan dan
penjualan obligasi terbilang mudah dibandingkan
dengan saham, dengan begitu perusahaan akan lebih
cepat dalam memperoleh dana untuk sumber
pendanaan kegiatan investasinya.
Investasi obligasi merupakan bentuk investasi
yang diminati oleh investor terbukti bahwa di
Indonesia perkembangan investasi baik obligasi
maupun saham di pasar modal beberapa tahun
belakangan ini semakin banyak menarik minat
investor. Hal ini ditunjukkan pada akhir bulan
Januari 2019, jumlah investor di Indonesia telah
mencapai 1.676.606 investor. Jumlah ini meningkat
3,53% jika dibandingkan pada akhir tahun 2018 yang
mencapai 1,61 juta investor, atau selama bulan Januari
jumlah investor bertambah sebanyak 57.234 orang
(Laoli, 2019). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai
perkembangan industri pasar modal, khususnya pasar
surat utang atau obligasi di Indonesia, makin
meningkat dan kondusif. Jika dilihat dari sisi nilai
kapitalisasi pasar modal Indonesia tumbuh
signifikan dari posisi Rp 2,73 miliar pada tahun
1977 menjadi Rp
6.870,7 triliun per 8 Agustus tahun 2018 dan
hingga akhir tahun 2018 senilai Rp. 13,44 triliun
(Melani, 2018).
Menurut Feeber (2000) menyatakan
bahwa investor lebih cenderung berinvestasi
pada obligasi dibandingkan saham yaitu dikarenakan
volatilitas saham lebih tinggi dibandingkan obligasi,
sehingga mengurangi daya tarik para investor terhadap
saham sementara obligasi menawarkan tingkat
pengembalian dengan pendapatan tetap sehingga
obligasi memberikan jaminan dibandingakan saham.
Meskipun obligasi dianggap sebagai investasi
yang aman, akan tetapi obligasi juga mempunyai
risiko. Salah satu risiko tersebut yaitu default risk atau
ketidak sanggupan suatu perusahaan dalam membayar
obligasi kepada investor. Untuk menghindari risiko
gagal bayar, maka investor perlu memperhatikan
beberapa hal salah satunya mengenai informasi tentang
obligasi yang akan diterbitkan oleh emiten yaitu
dengan melihat peringakat obligasi. Menurut (Almilia
dan Devi, 2007) dan (Magreta dan Nurmayanti , 2009)
menyatakan bahwa kualitas suatu obligasi dapat
dimonitor dari informasi peringkatnya.
Menurut (Hartono, 2015) peringkat
obligasi merupakan “simbol-simbol karakter yang
diberikan oleh agen pemeringkat untuk menunjukkan
risiko dari obligasi yang diterbitkan”. Sedangkan
menurut (Partiningsih dan Asyik, 2016) menjelaskan
bahwa “peringkat obligasi merupakan skala yang
menunjukkan keamanan dari suatu obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan dalam membayar bunga
dan pokok kewajiban secara tepat waktu”.
Berdasarkan peraturan Bapepam LK
nomor IX.C.11 tentang pemeringkatan atas efek
bersifat utang diatur bahwa emiten sebelum
menerbitkan obligasi wajib diperingkat terdahulu
oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat efek
(rating agency). Di Indonesia terdapat 6 lembaga
pemeringkat efek yang diakui oleh Bank Indonesia
dan Otoritas jasa keuangan, yaitu Fitch Rating, PT
Fitch Rating Indonesia, Moody’s Investor Service,
Standard & Poor’s, PT ICRA Indonesia dan PT
Pemeringkat Efek Indonesia (PT Pefindo).
Menurut peraturan OJK Nomor
51/POJK.04/2015 tentang perilaku perusahaan
pemeringkat efek mengatur bahwa perusahaan
pemeringkat efek yang mendapat izin usaha dari
otoritas jasa keuangan wajib melakukan kegiatan
pemeringkat melalui analisis yang mendalam (in-
depth analysis), secara independen, bebas dari
pengaruh pihak yang memanfaatkan jasa
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
164
perusahaan pemeringkat efek, obyektif, dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam pemberian peringkat.
Pemeringkat efek dilarang baik secara implisit
maupun eksplisit memberikan kepastian atau
jaminan hasil peringkat tertentu sebelum selesainya
proses pemeringkatan. Meskipun demikian, ada saja
perusahaan pemeringkat efek yang tidak mematuhi
aturan-aturan tersebut. Salah satu contohnya yakni
dugaan rating shopping yang dilakukan oleh PT ICRA
Indonesia.
PT ICRA Indonesia diduga melakukan rating
shopping, yakni jual beli rating antara perusahaan
dengan lembaga rating bisa atas permintaan
perusahaan atau lembaga ratingnya. Hal ini terjadi
karena ada indikasi kuat terjadinya praktek jual beli
peringkat efek karena bertujuan agar perusahaan
mendapatkan rating tinggi sebelum menerbitkan
obligasi. Menurut Ronald, salah satu indikasi bahwa
telah terjadi jual beli peringkat efek muncul dari
testimoni beberapa perwakilan korporasi. Korporasi
itu mengaku mendapat jaminan peringkat yang baik
dari salah satu lembaga pemeringkat. Sehingga dari
kasus yang dilakukan oleh PT ICRA Indonesia,
otoritas jasa keuangan mencabut surat izin usaha
sebagai perusahaan pemeringkat efek.
Penelitian ini menggunakan peringkat obligasi
yang diberikan oleh PT pemeringkat efek indonesia
(PT Pefindo). Hal ini dikarena banyaknya
perusahaan yang menerbitkan obligasi di BEI
menggunakan jasa PT Pefindo untuk memeringkati
obligasi yang akan diterbitkan. Pemilihan ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang relavan
karena sebagaian besar perusahaan telah
mempercayakan obligasinya diberikan rating oleh PT
Pefindo serta perusahaan pemeringkat ini aktif dalam
menginformasikan peringkat obligasi terbaru kepada
publik.
Berdasarkan pada surat edaran Otoritas Jasa
Keuangan nomor 37/SEOJK.03/2016 tentang
Lembaga pemeringkat dan penggunaan peringkat
investasi, penilaian peringkat obligasi dibagi menjadi
dua kategori, yaitu kategori investment grade
(AAA,AA,A,BBB) dan kategori non investment
grade (BB,B,CCC,D). Investment grade yaitu
kategori dimanaperusahaan dianggap memiliki
sumber pendanaan yang cukup dalam melunasi
kewajibannya dengan begitu obligasi layak untuk
investasi. Sedangkan non investment grade yaitu
suatu kategori dimana perusahaan sedikit memiliki
sumber dana dalam melunasi kewajiban
perusahaannya sehingga obligasi tersebut tidak layak
investasi.
PT Pefindo memberikan peringkat AAA atas
dasar penilaian bahwa perusahaan memiliki posisi
pasar yang kuat, proteksi arus kas dan eleksibilitas
kemampuan yang kuat, serta perusahaan memiliki
struktur modal yang konservatif dan adanya hipotek
yang nilainya tinggi disbandingkan utangnya. Untuk
peringkat BBB diberikan atas dasar penilaian bahwa
perusahaan memiliki beban keuangan dan arus kas
perusahaan belum optimal, serta melemahnya struktur
modal. Peringkat CCC diberikan atas dasar
penilaian bahwa perusahaan memiliki kondisi
keuangan yang lemah, posisi bisnis lemah, serta
melemahnya struktur modal, dan kualitas manajemen.
Serta peringkat D diberikan atas dasar penilaian
bahwa perusahaan memiliki kondisi keuangan yang
sangat lemah, dan tidak sanggup melunasi utang
obligasi, dan memenuhi kegiatan operasional
perusahaan
Menurut pernyataan (Brigham dan
Houston, 2010), bahwa tinggi dan rendahnya
peringkat obligasi dapat dipengaruhi oleh faktor
keuangan seperti ukuran perusahaan, rasio
profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio
leverage.Namun ada kesenjangan antara pernyataan (
Brigham dan Houston, 2010) dengan data laporan
keuangan dan peringkat obligasi pada perusahaan jasa
subsektor keuangan. Berikut ini dapat dilihat data
laporan keuangan sebagai berikut:
Tabel 1.
Laporon Keuangan dan Peringkat Obligasi Perusahaan Jasa Keuangan
Nama Perusahaan Tahun Peringkat Obligasi Aset
PT Bank Capital Tbk
2014 BBB+ 9.252.649.000.000
2015 BBB+ 12.159.197.000.000
2016 BBB+ 14.207.414.000.000
2017 BBB+ 16.349.473.000.000
2018 BBB+ 18.019.614.000.000
PT Radana Baskara Tbk
PT Bukopin Tbk
2014 A- 2.555.301.469.000
2015 A- 3.084.793.302.000
2016 A- 3.603.950.352.000
2017 A- 3.850.636.684.000
2018 A- 2.260.886.445.000
2014 BBB+ 79.051.268.000.000
2015 BBB+ 81.492.112.000.000
2016 BBB+ 105.406.002.000.000
2017 BBB+ 106.442.999.000.000
2018 BBB+ 95.643.923.000.000
Sumber: www.idx.co.id dan www.pefindo.com
(data diolah:2019)
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
165
Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa data
laporan keuangan pada PT.Bank Capital Tbk dimana
total asset pada tahun 2014 senilai
Rp.9.252.649.000.000 dengan peringkat obligasi
BBB+. Pada tahun 2015 total asset senilai
Rp.12.159.197.000.000 dengan peringkat obligasi
BBB+. Pada tahun 2016 total asset senilai
RP.14.207.414.000.000 dengan peringkat
obligasiBBB+. Pada tahun 2017 total asset senilai
Rp.16.349.473.000.000 dengan peringkat obligasi
BBB+. Pada Tahun 2018 total aseet senilai
Rp.18.019.614.000.000 dengan peringkat obligasi
BBB+.
Pada PT.Radana Baskara Tbk dimana
tahun 2014 total asset senilai Rp.2.555.301.469.000
dengan peringkat obligasi A-. Pada tahun 2015
total asset senilai Rp.3.084.793..302.000 dengan
peringkat obligasi A-. Pada tahun 2016 total asset
senilai Rp.3.603.950.352.000 dengan peringkat
obligasi A-. Pada tahun 2017 total asset senilai
Rp.3.850.636.684.000 dengan peringkat obligasi A-.
Pada tahun 2018 total asset senilai
Rp.2.260.886.445.000 dengan peringkat obligasi A-.
Pada PT.Bukopin Tbk dimana pada tahun 2014
total asset senilai Rp.79.051.268.000.000 dengan
peringkat obligasi BBB+. Pada tahun 2015 total asset
senilai R.p.81.492.112.000.000 dengan peringkat
obligasi BBB+. Pada tahun 2016 total asset senilai
Rp.105.406.002.000.000 dengan peringkat obligasi
BBB+. Pada tahun 2017 total asset senilai
Rp.106.442.999.000.000 dengan peringkat obligasi
BBB+. Pada tahun 2018 total asset senilai
Rp.95.643.923.000.000 dengan peringkat obligasi
BBB+.
Berdasarkan data laporan keuangan diatas total
asset yang dimiliki oleh PT Bank Capital Tbk dan PT
Bank Bukopin Tbk cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan PT Radana Baskra Tbk akan
tetapi peringkat obligasi yang diberikan oleh PT
PEFINDO cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan PT Bank Capital Tbk dan PT Bank
Bukopin.
Tujuan penelitian ini adalah menguji salah satu
aspek yang digunakan PEFINDO dalam penilaian
peringkat obligasi. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan variabel
ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan
leverage. Alasan digunakan variabel tersebut karena
sering digunakan investor dalam mengukur atau
menilai kinerja suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian dan fenomena serta hasil
dari beberapa penelitian terdahulu dan terdapatnya
research gap yang telah dipaparkan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa masih banyak terdapat
ketidakkonsistenan hasil dari beberapa penelitian
terdahulu.Tujuan penelitian ini adalah menguji salah
satu aspek yang digunakan PEFINDO dalam
penilaian peringkat obligasi. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunkan variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, likuiditas, dan leverage. Alasan
digunakan variabel tersebut karena sering digunakan
investor dalam mengukur atau menilai kinerja suatu
perusahaan. Dalam penelitian ini sampel yang
dipilih yaitu perusahaan jasa keuangan di Bursa Efek
Indonesia periode 2014 sampai 2018. Maka penulis
tertarik ingin melakukan penelitian kembali terkait
varibel-variabel tersebut dengan judul “Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, dan
Leverage Terhadap Peringkat Obligasi Pada
Perusahaan Jasa Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”
2. Tinjauan Pustaka
Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal mengemukakan bahwa
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan dapat berupa
promosi atau perusahaan tersebut lebih baik
dibandingkan perusahaan lain. Informasi tersebut dapat
berupa peringkat obligasi yang dipubliskan sehingga
bisa menjadi sinyal atas kondisi keuangan perusahaan
Lembaga Pemeringkat Obligasi
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
13/31/DPNP tahun 2011, lembaga pemeringkat adalah
suatu lembaga penting yang berperan sebagai
pendukung suatu operasional dari suatu sistem
keuangan, seperti halnya membantu terciptanya
transparasi dari kegiatan pasar modal dalam
mendorong kegiatan investasi agar dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi yang terus pesat dan
meningkat.
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
166
Lembaga pemeringkat yang sudah diakui oleh
Bank Indonesia dan otoritas jasa keuangan (OJK) yaitu
lembaga pemeringkat yang telah memenuhi kriteria
penilaian yang tertera dalam Surat Edaran yang
dikeluarkan BI dengan No.13/31/DPNP tanggal 22
Desember 2011 tentang lembaga pemeringkat yang
diakui Bank Indonesia yaitu lembaga tersebut harus
independensi, obyektivitas, pengungkapan publik
dan transparansi pemeringkat. Lembaga yang sudah
memenuhi kriteria tersebut dan dinyatakan lembaga
yang dipercaya oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keungan (OJK) yang diakui di Indonesia adalah PT
Pefindo (www.wikipedia)
PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO)
PT Pefindo merupakan perusahaan pemeringkat
tertua dan terpercaya di Indonesia. PT Pefindo
didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993,
berdasarkan inisiatif OJK dan Bank Indonesia. Pada
tanggal 31 Agustus 1994 PT Pefindo mendapatkan
izin usaha dengan nomor, 39/PM-PI/1994. Tugas
utama PT Pefindo yaitu memberikan suatu peringkat
atas risiko surat utang yang diperdangangkan kepada
masyarakat.Berikut ini salah satu rating dalam
penilaian yang dilakukan oleh PT PEFINDO dalam
pemberian rating obligsi sebagai berikut:
Tabel 1. Peringkat yang Dikeluarkan oleh PT
Pefindo PT Pemeringkat Efek Indonesia
Peringkat Jangka Pendek Peringkat Jangka Menengah dan
Panjang
Investment Grade
a. IdA1+
Memiliki kategori rating tertinggi
yang diberikan oleh PEFINDO.
Kapasitas obligasi untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya
terhadap keamanan hutang, relatif
terhadap obligasi Indonesia lain
yang lebih unggul.
b. IdA1
Sedikit lebih rentan terhadap
perubahan keadaan ekonomi yang
merungikan. Kapasitas obligasi
untuk memenuhi Kewajiban jangka
pendek mengenai keamanan hutang
relatif terhadap obligasi Indonesia
lain yang kuat.
c. idA2
Jaminan hutang jangka pendek
yang diberi nilai id A2
menunjukkan parameter
Investment Grade
a. idAAA
kemampuan obligasi yang sangat
kuat
untuk memenuhi kewajibannya
kemampuan obligasi yang sangat
kuat untuk memenuhi
kewajibannya.
b. idAA
Kualitas kredit sedikit dibawah
peringkat AAA dengan kemampuan
obligasi yang sangat kuat untuk
memenuhi kewajibannya.
c. idA
Kemampuan obligasi kuat Namun
cukup peka terhadap perubahaan
seperti inflasi.
d. idBBB
Kemampuan obligasi memadai
relatif untuk memenuhi
perlindungan diatas rata-rata.
d. idA3
Jaminan hutang jangka pendek
yang diberi nilai id A3
menunjukkan parameter pelindung
yang memadai
kewajibannya namun dapat
diperlemah oleh perubahan
perekonomian.
Non-investment Grade
a. idBB
Kemampuan obligasi agak relatif
lemah untuk memenuhi
kewajibannya serta sangat peka
terhadap keadaan ekonomi yang
tidak menentu
iidB
Menunjukkan kerentanan yang
signifikan terhadap bisnis, keuangan
atau ekonomi yang merugikan.
Kondisi mengenai pembayaran
bunga dan pokok secara tepat waktu
relatif terhadap sekuritas hutang
jangka pendek lainnya di Indonesia.
b. idC
Menunjukkan kapasitas untuk
bayaran yang meragukan.
c. idD
Menunjukkan default dalam
pembayaran.
idB
Parameter perlindungan yang sangat
lemah namun masih memiliki
kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya.
c. idCCC
Efek hutang yang tidak mampu lagi
memenuhi kewajiban finansialnya.
d. idD
Efek hutang macet
Sumber: www.pafindo.com data diolah(2019)
Peringkat Obligasi
Menurut PEFINDO (2017) Peringkat
obligasi adalah sebuah kajian atas kelayakan kredit
sebuah perusahaan, atau kemampuannya untuk
memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, kajian
tersebut merujuk pada penilaian risiko utama
perusahaan, yaitu risiko industri, risiko bisnis, dan
risiko keuangan. Menurut (Hartono, 2015)
peringkat obligasi merupakan simbol-simbol
karakter yang diberikan oleh agen pemeringkat untuk
menunjukkan risiko dari obligasi yang diterbitkan.
Sedangkan menurut PT Pefindo, peringkat obligasi di
definisikan sebagai berikut: AAA Obligasi dengan peringkat AAA yaitu obligasi dengan
peringkat tertinggi yang diberikan oleh PT PEFINDO.
Kapasitas penerbit obligasi dalam membayar kewajiban
perusahaan sangat kuat atau superior.
AA Obligasi dengan peringkat AA hanya berbeda sedikit dengan
obligasi dengan peringkat AAA. Kapisitas penerbit obligasi
dalam membayar kewajiban perusahaan sangat kuat.
A Obligasi dengan peringkat A yaitu kapasitas dalam
memenuhi kewajiban perusahaan relatif kuat, tetapi obligasi
ini mudah terpengaruh oleh perubahan kondisi ekonomi dari
pada obligasi peringkat AAA dan AA
BBB Obligasi berperingkat BBB yaitu kapasitas penerbit obligasi
yang menunjukkan tingkat aman dalam membayar
kewajiban perusahaan.
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
167
BB Obligasi dengan peringkat BB yaitu kapasitas penerbit
obligasi yang menggambarkan perlindungan yang relatif
agak lemah sehingga untuk membayar kewajiban
perusahaan cukup rawan terhadap ketidakpastian kondisi
finansial.
B Obligasi dengan peringkat B yaitu menggambarkan
parameter pelindungan yang relatif lemah sehingga cukup
sulit untuk membayar kewajiban jangka panjangnya.
CCC Obligasi dengan peringkat CCC berpotensi untuk tidak
membayar kewajibannya dan tergantung pada kondisi
finansial dan bisnis yang baik untuk dapat membayar
kewajibannya tersebut
SD Obligasi dengan peringkat SD (Selective Default) akan
diberikan pada penerbit obligasi yang telah gagal membayar
satu atau lebih obligasinya pada tanggal yang ditetapkan.
Rating SD diberikan oleh Pefindo jika penerbit obligasi telah
gagal membayar salah satu obligasinya tetapi akan tetap
membayar obligasi lainnya tepat waktu
D Obligasi dengan peringkat D yaitu Penerbit obligasi tersebut
gagal membayar kewajibannya dan otomatis diberikan pada
saat penerbit pertama kali gagal membayar kewajibannya.
Sumber: www.Pefindo.com data diolah (2019)
Ukuran Perusahaan (Size Firm)
Menurut (Kasmir, 2016) Ukuran
perusahaan merupakan skala untuk
mengkelompokkan besar dan kecil suatu
perusahaan dilihat dengan total aktiva”. Besarnya
ukuran perusahaan dapat menarik minat investor
dalam berinvestasi.
Ukuran perusahaan diukur dengan total aset
penjualan atau ekuitas. Perusahaan yang memiliki
total aset yang besar membuktikan bahwa perusahaan
tersebut sudah mencapai tahap kemampuan
menghasilkan laba yang baik dibanding
dengan perusahaan dengan total asset yang kecil.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan
diukur dengan logaritma natural dari total aset yang
dapat dilihat sebagai berikut:
Size = Ln (Total Aset)
Profitabilitas
Menurut (Kasmir, 2016), profitabilitas
adalah rasio yang menilai suatu kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Hal ini
lihat dari laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi.
Menurut (Herry, 2016), profitabilitas adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan dari aktivitas normal
bisnisnya.
Menurut (Agus Sartono, 2012), profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa profitabilitas adalah rasio yang
mengukur total penjualan dalam memperoleh laba dari
kegiatan perusahaan selama satu periode.
Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan
ROA yang dapat dilihat sebagai berikut:
Leverage
Menurut (Kasmir, 2016), leverage adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Sedangkan
menurut (Agus Sartono, 2012), leverage adalah rasio
yang menunjukkan proporsi atas penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya leverage adalah rasio
untuk mengukur penggunaan utang dalam memenuhi
setiap kegiatan investasi.
Dalam penelitian ini leverage diukur
dengan DER yang dapat dilihat sebagai berikut:
Kerangka Konseptual
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini berdasarkan kerangka
pemikiran teoritis adalah sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap peringkat obligasi .
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif signifikan
terhadap peringkat obligasi.
H3 : Likuiditas berpengaruh positif signifikan
terhadap peringkat obligasi.
Ukuran Perusahaan
(X1)
Profitabilitas (X2)
Likuiditas (X3)
Leverage (X4)
Peringkat Obligasi
(Y)
Uji F
Uji t
Uji t
Uji t
Uji t
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
168
H4 : Leverage berpengaruh negatif signifikan
terhadap peringkat obligasi.
H5 : Ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,
dan leverage berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi.
3. Metode Penelitian
Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini yaitu peringkat obligasi
yang dikeluarkan oleh PT Pefindo dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Sampel dan Populasi
Menurut (Ikhsan et al, 2018) populasi
merupakan keseluruhan kumpulan elemen-elemen
berkaitan dengan apa yang peneliti harapkan dalam
mengambil beberapa kesimpulan. Populasi yang
menjadi penelitian ini yaitu perusahaan jasa sektor
keuangan yang terdaftar di BEI dan yang terdaftar dan
di PT Pefindo dari tahun 2014 sampai 2018 sebanyak
99 perusahaan.
Menurut (Ikhsan et al, 2018) sampel
merupakan bagian dari jumlah maupun
karakteristik yang memiliki oleh populasi dan
dipilih dari populasi tersebut). Pemilihan sampel
representatif yaitu mewakili dari data yang ingin
diteliti sesuai dengan kriteria. Adapun kriteria yang
digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan jasa yang listing di BEI dari tahun
2014 sampai 2018
2. Perusahaan jasa yang listing dan diperingkat oleh
PT pefindo secara rutin dari tahun 2014 sampai
2018
3. Perusahaan yang menerbitkan dan
mempublikasikan laporan keuangan tahunan
secara lengkap per tanggal 31 Desember tahun
2014 hingga tahun 2018
Teknik Pengumpulan Data
Menurut (Kuncoro, 2009) data merupakan
sekumpulan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan. Penelitian ini memakai
data sekunder yaitu merupakan data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
perantara (Ikhsan et al, 2018:191) Data sekunder yang
digunakan penelitian ini merupakan data yang
diperoleh dari www.idx.co.id dan
www.pefindo.com selama tahun 2014 sampai
tahun 2018 untuk memperoleh data laporan
keuangan yang diperlukan dalam penelitian ini
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu teknik dokumenter
dimana dengan melihat dokumen berupa laporan
keuangan di perusahaan yang terdaftar di BEI.
4. Hasil Dan Pembahasan
Data Pengamatan
Jumlah perusahaan jasa yang terdaftar di BEI
dan terdaftar di PT PEFINDO selama periode 2014-
2018 berjumlah 99 perusahaan jasa. Berdasarkan
kriteria pemilihan sampel terdapat 1 perusahaan jasa
yang delisting arinya tidak lagi terdaftar di BEI.
Terdapat 56 perusahaan yang obligasinya tidak
diperingkati oleh PT PEFINDO. Dan terdapat 23
perusahaan yang tidak menyampaikan laporan
keuangan tahunan dan memberikan informasi secara
lengkap mengenai data peringkat obligasi selama
2014-2018 sehingga perusahaan jasa yang dijadikan
sampel adalah sebanyak 20 perusahaan. Sedangkan
total pengamatan yang dijadikan sampel penelitian
ini adalah sebanyak 100 pengamatan.
Adapun tabel data yang menggambarkan data
diamati selama periode penelitian adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Case
Total
100
0
100
0
100
100,0
,0
100,0
,0
100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Sumber: Output SPSS
Pada tabel 3. memberikan informasi
tentang jumlah data yang dianalisis dalam
penelitian ini. Ada sebanyak 100 data yang
dianalisis yang ditunjukkan pada baris included in
analysis dan pada baris missing cases = 0.
Sehingga dalam penelitian ini tidak ada data yang
terlewatkan (missing). Sedangkan pada tabel 5.
menunjukkan kategori variabel dependen. Pada
tabel memberikan informasi kode variabel yaitu 0
untuk peringkat obligasinya termasuk Non Investment
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
169
grade dan 1 untuk yang peringkat obligasinya
Invesment grade.
Tabel 4. Dependen Variabel Encoding Original Value Internal Value
Non investment Grade Invesment Grade
0 1
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana mestinya (Sugiyono,
2013:206). Pengujian ini memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari jumlah
sampel (N), nilai rata-rata (mean), standar deviasi
varian, maksimum dan minimum. Adapun statistik
deskriptif data variabel yang ada dalam penelitian
dapat dilihat dalam tabel 5. sebagai berikut :
Tabel 5. Statistik Deskriptif
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std
Devitiao
n
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Likuiditas
Leverage
Valid N (listwise)
100
100
100
100
100
28
-,12
,97
,59
37
,10
3,90
14,75
31,85
,0189
1,5892
6,0349
2,226
,0702
,65267
3,47338
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan tabel 6. diatas jumlah data sampel
yang digunakan dalam penelitian berjumlah 100
data, nilai minimum variabel ukuran
perusahaan adalah 28 yaitu perusahaan yang dimiliki
oleh Batavia Properindo Tbk dan PT Maskapai
Reasuransi Indonesia Tbk kedua perusahaan tersebut
memiliki total aset yang sangat sedikit dibandingkan
dengan perusahaan lainya yaitu hanya sekital 1 triliun
rupiah. Adapun nilai maximum untuk variabel ukuran
perusahaan adalah 37 tahun yang dimiliki oleh PT
Clipan Finance Tbk pada tahun 2017. Sedangkan nilai
mean (rata-rata) untuk variabel umur perusahaan
adalah 31,85 tahun dan standar deviasi 2,226.
Statistik variabel profitabilitas dengan
jumlah data sampel berjumlah 100 data diperoleh nilai
minimum untuk variabel profitabilitas adalah sebesar
– 0,12 yang dimiliki oleh PT Radana Baskara
Finance Tbk ditahun 2018 hal ini disebabkan laba
bersih setelah pajak yang diperoleh di tahun ini
bernilai negatif (rugi) sebesar Rp281.784.174.000,-
sedangkan nilai maximum untuk variabel profitabilitas
adalah sebesar 0,10 yang dimiliki oleh PT Maskapai
Reasuransi Indonesia Tbk tahun 2015 dimana
laba yang diperoleh sebesar Rp135.500.683.483,-
sedangkan total aset perusahaan sebesar
Rp1.438.685.564.221,-. Nilai rata-rata dari variabel ini
adalah sebesar 0,0189 dan standar deviasinya sebesar
0,02702.
Statistik variabel likuiditas dengan jumlah
sampel 100 data diperoleh nilai minimum untuk
variabel tersebut adalah sebesar 0,97 yang dimiliki
oleh PT Bank Bukopin Tbk tahun 2017 hal ini
disebabkan pada tahun tersebut total aset lancar
yang dimiliki perusahaan menurun sedangkan hutang
lancar nya meningkat. Aset lancar pada tahun
sebelumnya sebesar Rp99.920.384.000.000 sedangkan
pada tahun 2017 menurun menjadi
Rp92.575.125.000.000. untuk hutang lancar pada
tahun sebelumnya sebesar Rp92.246.015.000.000,-
meningkat di tahun 2017 menjadi
Rp95.308.209.000.000 sehingga menyebabkan rasio
likuiditasnya menjadi rendah. Adapun nilai maximun
untuk variabel likuiditas adalah sebesar 3,90 yang
dimiliki oleh PT Batavia Properindo Tbk pada tahun
2018 hal ini disebabkan oleh meningkatnya asset
lancer dan menurunnya total hutang pada tahun
tersebut. Asset lancar pad atahun sebelumnya sebesar
Rp.1.469.364.326.913 meningkat di tahun 2018
menjadi Rp1.740.553.101.809. hutang lancar pada
tahun sebelumnya sebesar Rp469.213.974.095
menurun ditahun 2018 menjadi Rp446.062.175.107
sehingga menyebabkan nilai likuiditas menjadi
besar. Adapun rata-rata variabel likuiditas sebesar
1,5892 dan standar deviasi sebesar 0,65267.
Statistik variabel leverage berdasarkan uji SPSS
dengan jumlah data sebanyak 100 data diperoleh nilai
minimun sebesar 0,59 yang dimiliki oleh PT Maskapai
Reasuransi Indonesia Tbk pada tahun 2016 hal ini
disebabkan pada tahun tersebut total ekuitas sebesar
Rp1.833.551.441.321,- lebih besar dari pada total
hutang. Sedangkan nilai maximun sebesar 14,75
dimiliki oleh PT Bank Bukopin Tbk pada tahun 2017
rata-rata variabel ini adalah sebesar 6,0349 dan
standar deviasi sebesar 3,47538.
Uji Kelayakan Model (hosmer & lemeshow)
Pengujian kelayakan model regresi
logistik dilakukan denganmenggunakan goodness of
fit test yang diukur berdasarkan nilai Chi-Square
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
170
padaTabel Hosmer and Lemeshow Test (Tabel 4.4).
Hosmer and Lemeshow’sGoodness of Fit Test
menguji hipotesis nol bahwa data empiris sesuai
dengan model. Dasar pengambilan keputusan
adalah nilai goodness of fit test yang diukur dengan
nilai chisquare pada bagian bawah uji Hosmer dan
Lemeshow.
a. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak
b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima
Adapun hasil pengujian Dengan menggunakan
SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 6.
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 7,439 8 ,490 Sumber : Output SPSS
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS pada tabel
7. diketahui nilai Sig. atau probabilitas sebesar
0,490 lebih besar dibandingkan tingkatsignifikansi,
yakni 0,05, artinya Ho di terima yaitu variabel-variabel
bebas mampu memprediksidengan baik observed
probabilities dari peringkat obligasi.
Uji Keseluruhan Model
Uji ini digunakan untuk menilai model yang
telah dihipotesiskan telah fitatau tidak dengan data.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
model fit dengan data baiksebelum maupun sesudah
variabel bebas dimasukkan kedalam model. Dari
hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak
hipotesis nol agar model fitdengan data. Likehood
(L) dari model adalah probabilitas bahwa model
yang dihipotesiskan menggambarkan data input.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan
nilai antara -2 log likelihood pada awal (block
number = 0) dengan nilai -2 log likelihood pada
akhir (block number=1). Nilai -2 log likelihood
awal pada block number = 0, dapat ditunjukkan pada
Tabel 7. berikut ini
Tabel 7.
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 log
likelihood
Coeffisien
Constant
Step 0 1
2
3
4
5
64,978
64,978
60,677
60,508
60,508
1,640
2,173
2,306
2,314
2,314
a. Constant is included in the model. b. Initial
-2 Log Likelihood: 60,508
c. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Output SPSS
Nilai -2 log likelihood akhir pada block
number = 1, dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini:
Tabel 8.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant X1 X2 X3 X4
Step 1 1 59,382 -,330 ,106 -5,237 -,465 -,093
2 50,443 -3,063 ,255 -10,533 -,825 -,199
3 47,959 -7,713 ,448 -14,641 -1,006 -,307
4 47,388 -11,595 ,603 -17,212 -1,106 -,385
5 47,346 -12,916 ,657 -18,186 -1,149 -,413
6 47,346 -13,032 ,662 -18,278 -1,153 -,416
7 47,346 -13,033 ,662 -18,279 -1,153 -,416
a.Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 60,508
c.Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates
changed by less than ,001.
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 8. diatas diperoleh nilai -
2Log likehood pada interation steep 1 sebesar
59,382 dan seterusnya menurun pada interaction
steep 2 menjadi 50,443 dan pada interaction steep 3
sebesar 47,959. Sehingga nilai -2Log Likehood
akhir sebesar 47,346.
Tabel 9.
Menguji Model Fit
Nilai
-
2Loglikeli
hood
Keterangan Awal Akhir
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
171
60,508
47,346
Adanya penurunan nilai antara -2LL awal
(initial-2LL function) dengan nilai -2LL pada
langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan
data (Ghozali, 2013). Penurunan nilai -2 log
likelihood menunjukkan bahwa model
penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahanpenambahan variabel bebas yaitu
ukuran perusahaan, ROA,likuiditas dan
leverage ke dalam model penelitian akan
memperbaiki model fit dalam penelitian ini.
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan Tabel 90. adanya penurunan nilai
antara -2LL awal (initial-2LL function) dengan
nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir
menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit
dengan data (Ghozali, 2013). Penurunan nilai -2 log
likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini
dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan
variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas
yang diproksikan dengan Return on Asset, likuiditas
dan leberage ke dalam model penelitian akan
memperbaiki model fit dalam penelitian ini.
Uji Nagel Kerke (R2)
Dalam regresi logistik, dapat digunakan
statistikNagel Kerke (R2) untuk mengukur
kemampuan model regresi logistik dalam
mencocokkan ataumenyesuaikan data. Dengan kata
lain, nilai statistik dari Nagel Kerke (R2) dapat
diinterpretasikan sebagai suatu nilai yang
mengukur kemampuan variabel-variabelbebas
dalam menjelaskan atau menerangkan variabel tak
bebas.
Tabel 10. Model Summary
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 10. nilai statistik Nagelkerke
R Square sebesar 0,272. Nilai tersebut
diinterpretasikan yaitu kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan mampu mempengaruhi peringkat
obligasi sebesar 27,2%, sisanya 72,8% dijelaskan oleh
variabel-variabel atau faktor-faktor lain yang tidak
digunakan dalam penelitian ini.
Uji Hipotesis
Uji Signifikansi Model Serempak
Pengujian ini dilakukan untuk menguji secara
simultan atas variabel independen apakah memiliki
pengaruh terhadap variabeldependennya. Apabila
nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi
yaitu 5% maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
variabel independen dalam model penelitian secara
simultan dapat memprediksi variabel dependen.
Hasil dari Omnibust Test tersaji dalam tabel 11.
berikut ini:
Tabel 11. Omnibus Tests of Model Coefficients
Berdasarkan hasil pada tabel 11. diatas maka
nilai Sig.untuk Step 1(Step) pada Tabel Omnibus
Tests of Model Coefficientsyakni 0,011 kurang
daritingkat signifikansi (α) 0,05. Berdasarkan Tabel
12. diketahui nilai Sig. 0,011< 0,05 (5%) maka
hipotesis diterima.Sehingga menunjukkan bahwa
variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas
dan leverage secara bersamaan dapat memprediksi
variabel dependennya.
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji Wald)
Dalam regresi linear, baik sederhana
maupun berganda, uji digunakanuntuk menguji
signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi
logistik, uji signifikansi pengaruh parsial dapat
diuji dengan uji Wald. Dalam uji Wald, statistik
yang diujiadalah statistik Wald (Wald
statistic).Nilai statistik dari uji Wald berdistribusi
chi-kuadrat.
Tabel 12. Variabel in the Equation
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan Tabel 12 diperoleh persamaan
regresi logistik sebagai berikut:
1. Nilai costanta bernilai negatif sebesar -13,033
artinya jika semua variabel dalam penelitian
bernilai tetap maka peringkat obligasi sebesar -
13,033
Step 2 log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 47,346a ,123 ,272
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
172
2. Nilai koefisien dari variabel ukuran perusahaan
bernilai positif sebesar 0,662 maka variabel
ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap peringkat obligasi. Diketahui nilai sig
dari variabel ukuran perusahaan sebesar 0,042
<0,05 maka hipotesis satu (H1) diterima artinya
variabel ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi. Dengan
ini variabel ukuran perusahaan berpengaruh
positif signifikan terhadap peringkat obligasi
3. Nilai koefisien dari variabel profitabilitas
bernilai negatif sebesar 18,279 maka variabel
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
peringkat obligasi. Diketahui nilai sig dari
variabel profitabilitassebesar 0,238 >0,05 maka
hipotesis dua (H2) ditolak artinya variabel
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi. Dengan ini variabel
profitabilitas berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap peringkat obligasi
4. Nilai koefisien dari variabel likuiditas bernilai
negatif sebesar 1,153 maka variabel likuiditas
berpengaruh negatif terhadap peringkat
obligasi. Diketahui nilai sig dari variabel
likuiditas sebesar 0.050 <0,05 maka hipotesis
tiga (H3) diterima artinya variabel likuiditas
berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi. Dengan ini variabel likuiditas
berpengaruh negatif signifikan terhadap
peringkat obligasi
5. Nilai koefisien dari variabel leverage bernilai
negatif sebesar 0,416 maka variabel leverage
berpengaruh negatif terhadap peringkat
obligasi. Diketahui nilai sig dari variabel
leverage sebesar 0.030 <0.05 makahipotesis
empat (H4) diterima artinya variabel leverage
berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi. Dengan ini variabel leverage
berpengaruh negatif signifikan terhadap
peringkat obligasi
Pembahasan
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Peringkat
Obligasi
Berdasarkan hasil statistik diperoleh nilai
koofisien bernilai positifuntuk variabel Ukuran
Perusahaan sebesar 0,662dan nilai signifikansi sebesar
0,042 < 0,05 sehingga H1 diterima artinya variabel
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peringkat obligasi.Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh (Dwi Yuliyanti, 2016), (Dwi Yudhistira
Kristanto, 2018), (Nur Latiffah Rukmana, 2016),
(Erisha Nurul Uma, 2015), (Mafduloh Chanowati,
2014) dan (Siti Hailatul Fikriyah, 2013).
Secara teori ukuran perusahaan memiliki
hubungan yang positif dimana semakin besar
ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi
peringkat obligasinya dan apabila semakin kecil
ukuran perusahaan maka akan semakin tendah
peringkat obligasinya. Hasil uji pada penelitian ini
menunjukkan nilai koefisien regresi positif dimana
dapat dijelaskan bahwa ukuran perusahaan yang
dalam hal ini diproksikan dengan total aktiva
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Menurut konsep penjaminan aktiva, perusahaan
besar memiliki peringkat obligasi yang lebih baik
daripada perusahaan kecil karena mempunyai
kemampuan dalam menjaminkan aktivanya sehingga
berdampak pada rendahnya risiko yang akan dihadapi
(Tandelilin, 2010). Sementara menurut teori yang
diungkapkan oleh Brigham & Houston(2010) bahwa
ukuran perusahaan (firm size) memiliki total aset
yang besar menunjukkanbahwa perusahaan tersebut
telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam
tahapini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baikdalam jangka
waktu yang relatif lama, selain itu juga perusahaan
relatif lebihstabil dan lebih mampu menghasilkan laba
dibanding perusahaan dengan total asetyang kecil.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
dari (Siti Hailatul Fikriyah,2013), bahwa semakin
besar ukuran perusahaan yang diproksikan dengan
total aktiva maka perusahaan semakin banyak
dikenal oleh masyarakat karena kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga periodik dan
melunasi pokok pinjamannya juga akan semakin
baik dengan asset yang dimiliki oleh perusahaan,
apabila suatu perusahaan memiliki aktiva tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kemampuan yang besar untuk memenuhi setiap
kewajiban perusahaan dan memiliki jaminan berupa
aset apabila perusahaan tersebut gagal memenuhi
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
173
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang
sehingga dapat menekankan ketidakpastian investor
sehingga akan memperkecil default risksehingga
dapat meningkatkan peringkat obligasi suatu
perusahaan.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Peringkat
Obligasi
Berdasarkan hasil statistik diperoleh nilai
koofisien bernilai negatif untuk variabel
profitabilitas sebesar -18,279 dan nilai signifikansi
sebesar 0,238 > 0,05 sehingga H2 ditolak artinya
variabel profitabilitas berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap peringkat obligasi.Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Dwi Yuliyanti, 2016), (Dwi
Yudhistira Kristanto, 2018), (Ratih Umroh Mahfudloh
dan Nur Cahyonowati 2014), (Siti Hailatul Fikriyah,
2018), (Nabilatus Syarifah, 2016).
Secara teori, profitabilitas memiliki hubungan
yang positif dikarenakan semakin tinggi return on
assets mencerminkan semakin besar kemampuan
perusahaan memperoleh laba dari pengelolaan aset
yang dimiliki. Laba yang tinggi dari suatu perusahaan
dianggap mempunyai kemampuan dalam
menurunkan risiko keuangan dan dapat memberikan
peringkat obligasi yang tinggi dari lembaga
pemeringkat.
Akan tetapi didalam penelitian ini
menyatakan bahwa profitabilitas dengan
menggunakan rasio return on assetsberpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap peringkat
obligasi.Maka hipotesis kedua yang dirumuskan tidak
sesuai dengan penelitian sehingga H2 ditolak.
Menurut (Nabilatus Syarifah, 2016) profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi
didasarkan bahwa proporsi penggunaan laba yang
dihasilkan perusahaan tidak digunakan dalam arus kas
pendanaan atau hutang jangka panjang (obligasi)
melainkan juga digunakan untuk membayarkan
dividen kepada investor yang nominalnya lebih
besar. Jadi, laba tersebut tidak digunakan untuk
membayar kewajiban keuangan yang terkait dengan
obligasi sehingga mengakibatkan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap peringkat olbligasi. Dengan
begitu PT PEFINDO dalam menilai peringkat dari
sebuah obligasi bukan hanya melihat dari kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi
tetapi dengan menilai pengelolaan aset dan pasiva
lancar.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
dari (Dwi Yudhistira Kristanto, 2018) bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi dikarenakan tingkat pertumbuhan average
total assets lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan net income. Pertumbuhan net income
mengindikasikan peningkatan kemampuan
perusahaan untuk melunasi pokok obligasi beserta
pembayaran bunga periodiknya sehingga
menggurani risiko gagal bayar dan meningkatkan
peringkat. Akan tetapi dikarenakan pertumbuhan net
income juga diikuti pertumbuhan average total assets
yang lebih tinggi dari perusahaan, sehingga
membuat return on assets dari perusahaan
mengalami penurunan.
Pengaruh Likuiditas Terhadap Peringkat
Obligasi
Berdasarkan hasil statistik diperolehnilai
koofisien bernilai negatif untuk variabel likuiditas
sebesar -1,153 dan nilai signifikansi sebesar 0,050
<0,05 sehingga H3 diterima artinya variabel likuiditas
berpengaruh negatif signifikan terhadap peringkat
obligasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh (Anita Febriani,
2017), (Ni Putu Tresna Widiastuti dan Henny
Rahyuda, 2016), (Milik Sari, 2016),(Magreta,
2009), (Grace, 2010) dan (Bram, 2010).
Secara teori likuiditas memiliki hubungan
yang positif dijelaskan bahwa likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh aset
lancar yang bagus dalam memenuhi kewajiban
keuangannya dengan tepat waktu. Apabila semakin
tinggi tingkat likuiditas maka akan semakin tinggi
peringkat obligasinya. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kemampuan yang baik dari segi
finansial dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjang sehingga dapat
menurunkan default risk dan dapat meningkatkan
peringkat obligasi suatu perusahaan begitupun
sebaiknya dan apabila semakin rendah tingkat
likuiditas maka akan semakin rendah peringkat
obligasinya.
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
174
Akan tetapi didalam penelitian ini menyatakan
bahwa likuiditas dengan menggunakan current ratio
berpengaruh negatif signifikan terhadap peringkat
obligasi yang artinya semakin tinggi likuiditas
perusahaan maka semakin rendah peringkat obligasi
perusahaan tersebut. Menurut (Anita Febriani, 2017)
dimana nilai likuiditas negatif mengindikasikan bahwa
perusahaan memiliki likuditas yang tinggi
kemungkinan besar tidak berada dalam kondisi
yang efisien dalam mengelola aset misalnya adanya
dana yang tidak produktif dan perusahaan memiliki
piutang yang sulit ditangih sehingga piutang
tersebut tidak dapat dikonversi menjadi kas dengan
segera, mengingat piutang yang dimiliki bank
merupakan aset terbesar. Terlebih utang jangka
pendek harus diberikan dalam bentuk kas (uang),
sedangkan dalam cash asset pada perusahaan jasa
keuangan tidak semuanya dalam bentuk kas yang
dapat dibayarkan secara langsung ketika
perusahaan jatuh tempo untuk pembayaran
kewajibannya karena menurut data laporan
keuangan lebih dari 50% cash asset dalam bentuk giro
pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain . Saldo
rekening giro pada Bank Indonesia hanya dapat
dipergunakan dalam menyelesaikan masalah utang
piutang dengan bank lain sehingga tingginya tingkat
likuiditas tidak menentukan obligasi perusahaan
dalam keadaan aman untuk mendapatkan
peringkat obligasi yang tinggi. Likuiditas perusahaan
tinggi tidak menunjukkan perusahaan tersebut
memiliki cadangan kas yang besar untuk dapat
memenuhi kewajiban perusahaan ketika jatuh tempo.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan (Ni Putu Tresna Widiastuti
dan Henyi Rahyuda, 2016) menyatakan hasil bahwa
“likuiditas berpengaruh negatif terhadap peringkat
obligasi”. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
current ratio diperusahaan itu tinggi belum tentu
menjamin akan dapat dibayarkan kewajiban
perusahaan yang jatuh tempo. Current ratio yang
tinggi bukan hanya menunjukkan kelebihan uang kas,
tetapi kemungkinan dapat menunjukkan kelebihan
aktiva lancar lainnya. Selain itu asset lancar yang
berlebihan tidak dapat menghasilkan return yang
tinggi dibandingkan dengan asset tetap. Jadi
meskipun begitu tidak dapat dijadikan patokan bahwa
perusahaan sehat dan mampu dalam memenuhi
kewajibannya.
Pengaruh Leverage Terhadap Peringkat
Obligasi
Berdasarkan hasil statistik diperoleh nilai
koofisien bernilai negatif untuk variabel leverage
sebesar -0,416dan nilai signifikansi sebesar 0,050
>0,05 sehingga H4 diterima artinya variabel leverage
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peringkat
obligasi.Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Anita
Febriani, 2017), (Adi Wira Pinandhita, 2016),
(Nabilatus Syarifah, 2016), (Nur Rukmana, 2016).
Secara teori leverage memiliki hubungan yang
negatif dimana setiap kenaikan rasio leverage
perbandingan antara utang dengan modal sendiri
semakin tinggi sehingga terjadi penurunan
peringkat obligasi begitupun sebaliknya apabila
rasio leverage dengan perbandingan utang dengan
modal semakin kecil maka terjadi kenaikan peringkat
obligasi.
Menurut (Nabilatus Syarifah, 2016)
tingginya leverage mengakibatkan perusahaan
dihadapakan pada risiko kegagalan perusahaan karena
cenderung memiliki kemampuan yang rendah
dalam melunasi kewajibannya maka akan
mengakibatkan peringkat obligasi suatu perusahaan
menurun.
Berpengaruhnya leverage terhadap peringkat
obligasi ini berarti semakin tinggi leverage maka
perusahaan menunjukkan penggunaan hutang yang
tinggi, sehingga akan membuat perusahaan
mengalami kesulitan keuangandan terkadang bisa
menghadapi resiko kebangkrutan yang cukup besar.
Jadi,apabila leverage suatu perusahaan tinggi,maka
peringkat obligasi yang diberikan kepada perusahaan
akan rendah.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan(Adi Wira Pinandhita,
2016) bahwa leverage berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal
dikarenakanrasio leverageyang diukur dengan Debt to
Equity Ratio yang membandingkan utang dan
ekuitasdalam pendanaan perusahaan. Apabila semakin
tinggi perusahaan menggunakan modal dari pihak
luar untuk membiayai sebagian besar kegiatan
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
175
operasional perusahaan maka akan semakin
tinggi risiko default risk maka akan berpengaruh
terhadap penurunan peringkat obligasi yang dimiliki
perusahaan tersebut danapabila modal yang
dimiliki perusahaan lebih tinggi dibandingkan
dengan total utang yang dimilikinya mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan baik
karena perusahaan akan mampu membayar hutang-
hutangnya dengan modal yang dimilikinya jika
suatu saat perusahaan mengalami likuidasi sehingga
dapat meningkatkan peringkat obligasi suatu
perusahaan.
5. Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran
Kesimpulan
Penelitiaan ini bertujuan untuk menguji
variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,
dan leverage dalam mempengaruhi peringkat obligasi
pada perusahaan jasa keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, terdapat satu variabel bebas yang signifikan
mempengaruhi peringkat obligasi perusahaan dan satu
variabel bebas yang tidak mempengaruhi peringkat
obligasi.
1. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap peringkat obligasi
dikarenakan bahwa suatu perusahaan memiliki
aktiva yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kemampuan yang besar
dalam memenuhi setiap kewajiban perusahaan
dan memiliki jaminan berupa aset apabila
perusahaan tersebut gagal memenuhi kewajiban
jangka pendek maupun jangka panjang
sehingga dapat menekankan ketidakpastian
investor sehingga akan memperkecil default
risk sehingga dapat meningkatkan peringkat
obligasi suatu perusahaan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Mafduloh Chanowati, 2014) dan (Siti
Hailatul Fikriyah, 2013) yang membuktikan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap peringkat obligasi.
2. Variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap peringkat obligasi
dikarenakan tingginya laba dari kegiatan
perusahaan hanya digunakan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan dalam
membayar dividen oleh investor. Jadi, laba
tersebut tidak digunakan untuk membayar
kewajiban keuangan yang terkait dengan
obligasi. Sehingga tinggi dan rendahnya
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
peringkat obligasi perusahaan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Dwi Yudhistira Kristanto, 2018),
(Nabilatus Syarifah, 2016).
3. Variabel likuiditas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap peringkat obligasi
dikarenakan perusahaan memiliki rasio
likuditas yang tinggi kemungkinan besar tidak
berada dalam kondisi yang efisien dalam
mengelola aset misalnya adanya piutang yang
sulit ditangih sehingga piutang tersebut tidak
dapat dikonversi menjadi kas dengan segera.
Selain itu rasio likuditas yang tinggi belum
tentu menunjukkan kelebihan uang kas
melainkan menunjukkan kelebihan aktiva
lainnya yang tidak dapat menghasilkan return
yang tinggi. Sehingga tingginya likuiditas
perusahaan tidak menjamin perusahaan
memiliki cadangan kas yang besar yang dapat
memenuhi kewajiban perusahaannya ketika
jatuh tempo. Sehingga likuiditas perusahaan
tinggi dapat menurunkan peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Anita Febriani,
2017), (Ni Putu Tresna Widiastuti dan Henny
Rahyuda, 2016).
4. Variabel leverage berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap peringkat obligasi
dikarenakan perusahaan memiliki rasio
leverage yang tinggi dapat mengindikasikan
bahwa perusahaan tidak dalam keadaan yang
baik karena menunjukkan penggunaan hutang
yang tinggi, sehingga akan membuat
perusahaan mengalami kesulitan keuangan
dalam membayar hutang-hutangnya jika suatu
saat perusahaan mengalami likuidasi sehingga
dapat menurunkan peringkat obligasi suatu
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Adi Wira
Pinandhita, 2016), (Nabilatus Syarifah, 2016)
5. Berdasarkan uji secara simultan membuktikan
bahwa secara bersama-sama variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan leverage
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
176
berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Keterbatasan hasil penelitian tersebut antara lain:
1. Penelitian ini hanya menggunakan
empat variabel independen sehingga masih
banyak faktor lainnya yang dapat digunakan
dalam menentukan pengaruhnya terhadap
peringkat obligasi.
2. Objek penelitian ini terbatas pada
perusahaan yang menerbitkan obligasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan yang
terdaftar di PT.Pefindo.
Saran
Beberapa saran dan pertimbangan yang
disajikan dalam penelitian ini antara lain:
1. Disarankan kepada investor sebelum
mengambil keputusan untuk berinvestasi pada
obligasi sebaiknya memperhatikan hal hal berikut
seperti nilai ukuran perusahaan, nilai ROA,
nilai CR, serta nilai DER agar terhidar dari
default risk.
2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk
tidak terbatas hanya menggunkan objek
penelitian diperusahaan jasa keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tetapi
menggunakan sampel dari sector lain agar
mendapatkan jumlah sampel yang lebih banyak
seperti, perusahaan manufaktur.
3. Disarankan untuk penelitian selanjutnya
mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi peringkat obligasi karena variabel
independen dalam penelitian ini hanya mampu
mempengaruhi variabel independen sebesar
27,2%.
4. Disarankan untuk penelitian selanjutnya
diharapkan digunakan periode pengamatan
yang lebih panjang agar hasil penelitian lebih
akurat.
Daftar Pustaka
Adams, M., Burton, B., & Hardwick, P. (2000).
The Determinants of Credit Ratings in The
United Kingdom Insurance Industry. Journal
of Finance, 57-89 BI.
Agus Sartono. (2012). Manajemen Keuangan Teori
Dan Praktik(Edisi 4). BPFE Yogyakarta.
Almilia dan Devi. (2007). Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi
Pada Perusahaan Non- Keuangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Proceeding Seminar Nasional Manajemen
Smart, ISBN 978-979-16970-6.
Alwi. (2003). Pasar Modal, Teori Dan Aplikasi.
Nasindo Internusa.
Cahyonowati, R. U. M. dan N. (2014). Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat
Obligasi. Accounting, Vol.1 No.1(ISSN
2337-3806).
Eugene F Brigham dan Houston, J. F. (2010).
Dasar-Dasar Manajemen KeuanganEssential
Of Financial Management(11th ed.). Salemba
Empat.
Fahmi. (2011). Teori Portofolio Dan Analisis
Ghonzali. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate
Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ghonzali. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate
Dengan Program IBM SPSS 21. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartono, J. (2015). Teori Portofolio Dan Analisis
Investasi(5th ed.). Rajawali Pers.
Herry. (2016). Analisis Laporan Keuangan.
Grasindo.
Husnan, S. (2007). Manajemen Keuangan Teori Dan
Penerapan (Keputusan Jangka Panjang) (4th
ed.). BPPE.
Ikhsan et. al. (2018). Metodologi Penelitian Bisnis (H.
Harmain (ed.)). Madenatera.
Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan.
Rajawali Pers.
Jermi Julian Agung, B. S. dan R. A. M. (2016).
Pengaruh rasio keuangan, firm size dan reputasi
auditor terhadap peringkat obligasi pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis &
Ekonomi. Erlangga.
Laoli, N. (2019). Jumlah Investor Baru Di Pasar
Modal Indonesia Bertambah 57.234 Di Januari
2019.Kontan.co.Id.https://investasi.kontan.
co.id/news/jumlah-investor-baru-di-pasar-
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 6, No. 2, Mei 2021
177
modal-indonesia-bertambah-57234-di- januari-
2019.
Maharti, Enny Dwi., dan D. (2011). Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat
Obligasi. Universitas Diponegoro.
Melani, A. (2018). Melihat Perkembangan Pasar
Modal RI Selama 41 Tahun.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3615885/
melihat-perkembanganpasar-modal-ri-selama-
41-tahun.
Munawir. (2004). Analisa Laporan Keuangan (4th
ed.). Liberty.
Ni Putu Tresna Widiastuti dan Henyi Rahyuda.
(2016). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan,
Rasio Likuiditas, Marurity, Dan Rasio
Aktivitas Terhadap Peringkat Obligasi Pada
Perusahaan Jasa. E-Jurnal Manajemen Unud,
Vol.5 No.1(ISSN:2302-8912).
Puspitasari, N. E. (2019). Pengaruh Ukuran
Perusahaan,Profitabilitas,Likuiditas,Pr
oduktivitas, Dan Leverage Terhadap
Peringkat Obligasi.
Putri Kinanti Azani, Khairunnisa, V. J. D. (2017).
Pengaruh Likuiditas, Leverage Dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Peringkat
Obligasi. E-Proceeding of Management,
Vol.4 No.1(ISSN:2355-9357).
Rahardjo Sapto. (2004). Panduan Investasi
Reksadana (Edisi 2). Gramedia.
Restuti, M. I. M. D. (2007). Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Peringkat Dan Yield
Obligasi. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan.
Riadi, M. (2017). Pengertian, Jenis Dan
Karakteristik Obligasi. Kajian Pustaka.
https://www.kajianpustaka.com/2017/10/p
engertian-jenis-dan-karakteristik- obligasi.html
Robert, A. (1997). Buku Pintar Pasar Modal
Indonesia. Mediasoft Indonesia.
Sani Saputri, Desak Putu O., dan Purbawangsa, I.B.
A. (2016). Pengaruh Leverage,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Dan
Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi Sektor
Jasa Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Unud,
Vol.5 No.6(ISSN:3706-3705).
Saragih, H. P. (2019). Nestapa Express Rugi
Ratusan Miliar Dan Tidak Kuat Bayar Utang.
https://www.cnbcindonesia.com/market/201902
08151450-17-54520/nestapa-express- rugi-
ratusan-miliar-tak-kuat-bayar-utang
Syahyunan. (2015). Manajemen Keuangan,
Perencanaan, Analisis Dan Pengendalian
Keuangan. USU Press.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio Dan Investasi
Teori Aplikasi. Kanisius.
Widarjono, A. (2010). Analisis Statistika Multivariat
Terapan (Edisi Pert). UPP STIM YKPN.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/31/DPNP
Tahun 2011 tentang Lembaga Pemeringkat
dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia.
Diakses tanggal 22 Februari 2018.
www.saham.ok
www.Pefindo.com