PENGARUH RASIO TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Achmad Angri Ramadhan
1113085000042
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Achmad Angri Ramadhan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Maret 1994
3. Alamat : Jalan Meruya Utara RT 002 / 010
Kembangan Jakarta Barat, 11620
4. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK AL IHSAN Jakarta Tahun 1999-2000
2. SDI AL IHSAN Jakarta Tahun 2000-2006
3. SMPN 134 Jakarta Tahun 2006-2009
4. SMAN 112 Jakarta Tahun 2009-2012
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Karya Ilmiah Remaja SMAN 112 Jakarta (2010-2012)
2. Anggota Karang Taruna Meruya Utara (2012-2013)
3. Sekretaris Majelis Taklim Mambaul Uluum Jakarta (2014-2015)
4. Sekretaris LT-KPSKN PIN RI Jakarta (2014-2015)
vii
ABSTRACT
The main purpose of this research is to analyze the influence of bank’s
performance ratio that consist of Non Performing Finance (NPF), Finance to
Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Net Imbalan (NI), and Operating
Expense to Operating Income (BOPO) to Profit Growth (PL). Samples in this
research are 10 sharia banks in Indonesia from 2013-2015. This research used
panel data regression analysis with Eviews version 9.The result shows that
independent variable (NPF, FDR, ROA, NI, and BOPO) simultaneously have
significant effect towards Profit Growth (PL) with a significance level 5%. And in
partially, the obtained result shows that ROA and NI have significant effect on
Profit Growth (PL), meanwhile NPF, FDR and BOPO had no significant effect on
Profit Growth with a significance level of 5%.
Keywords: Bank’s Performance, Profit Growth
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio tingkat
kesehatan bank yang diproyeksikan oleh Non Performing Finance (NPF), Finance
to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Net Imbalan (NI), dan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Pertumbuhan
Laba (PL). Sampel dalam penelitian ini adalah 10 bank umum syariah di Indonesia
tahun 2013-2015. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi data panel dengan menggunakan bantuan program Eviews versi 9.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel
independen (NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO) dalam penelitian ini memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba (PL) dengan tingkat signifikansi
5%. Secara parsial diperoleh hasil bahwa hanya variabel ROA dan NI memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba (PL), sedangkan NPF, FDR dan
BOPO memliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba (PL) dengan
tingkat signifikansi 5%.
Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Bank , Pertumbuhan Laba
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur Kehadirat Allah
swt. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
Alhamdulillah atas kerja keras penulis yang disertai ridho-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH RASIO TINGKAT
KESEHATAN BANK TERHADAP PERTUMBUHAN LABA BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA”. Selawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Baginda Nabi Besar Muhammad saw. beserta para keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya yang Insya Allah akan memberikan syafaat di hari akhir nanti.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari
berbagai kendala yang harus dihadapi dan menyadari sepenuhnya bahwa
keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil usaha penulis sendiri,
melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan, dan arahan yang tidak ternilai
harganya dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si.,
Ca., QIA., BKP sekalu Wakil Dekan I Bid. Akademik, Dr. Ade Sofyan
Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Dr.
Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
sebagai syarat meraih gelar sarjana ekonomi.
2. Cut Erika Ananda Fatimah, SE., selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah dan
Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu pemenuhan berkas-berkas administrasi penulis.
3. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa studi.
4. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB selaku Dosen Pembimbing I dan Ay
Maryani, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, ilmu, dan tidak henti-hentinya memberikan arahan, masukan, nasihat,
x
dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis selama penulisan hingga
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis
selama menempuh masa studi.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Buang dan Ibunda Saindah
yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil, kasih sayang dan
doa terbaik untuk anak-anaknya, dan selalu memberikan nasihat agar selalu
sabar dalam menghadapi setiap permasalahan dalam hidup.
7. Kedua adik saya, Achmad Nur Arie DYP dan Bilqis Faiha Rifdha yang selalu
menemani dan mewarnai kehidupan saya, walaupun tidak jarang terjadi selisih
paham dalam menilai sesuatu.
8. Rouli Meparia Utami, seorang yang tiada henti memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini. Seorang yang telah banyak mengukir cerita bersama
penulis serta belajar menyikapi kehidupan dengan bijaksana.
9. Seluruh teman-teman Kosjod Institute (Eka, Dahsya, Wachyu, Jodie, Erlangga,
Hisby, Jana, Ridho, Alif, Fajar B, Fariz, Fajar K) yang telah menemani, sebagai
tempat sharing, dan menjadi keluarga baru bagi penulis. Kalian luar biasa.
10. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2013 yang selalu kompak,
memberikan semangat, doa, dan cerita penuh warna selama masa kuliah.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama masa studi hingga menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah swt senantiasa memberikan balasan pahala yang berlipat
ganda kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada
penulis dalam penulisan dan penyusunan skipsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, April 2017
Achmad Angri Ramadhan
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 11
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ..................................................................................... 12
1. Kinerja Keuangan ............................................................................ 12
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ................................................... 13
3. Peraturan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ................................... 14
4. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ........................................ 18
5. Pertumbuhan Laba ........................................................................... 25
B. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen ................. 26
1. Hubungan NPF terhadap Pertumbuhan Laba .................................... 26
2. Hubungan FDR terhadap Pertumbuhan Laba.................................... 27
3. Hubungan ROA terhadap Pertumbuhan Laba ................................... 28
4. Hubungan NI terhadap Pertumbuhan Laba ....................................... 29
5. Hubungan BOPO terhadap Pertumbuhan Laba ................................. 29
C. Penelitian Terdahulu............................................................................. 31
D. Kerangka Berpikir ................................................................................ 34
E. Hipotesis .............................................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 37
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................... 37
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 39
D. Metode Analisis Data ........................................................................... 40
1. Analisis Statistik Deskriptif .............................................................. 40
xiii
2. Uji Stasioneritas ............................................................................... 41
3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 42
a. Uji Normalitas........................................................................... 42
b. Uji Multikolinearitas ................................................................. 42
c. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 43
d. Uji Autokorelasi ........................................................................ 43
4. Model Regresi Data Panel ................................................................ 44
a. Common Effect Model ............................................................... 44
b. Fixed Effect Model .................................................................... 45
c. Random Effect Model ................................................................ 46
5. Pengujian Model .............................................................................. 47
a. Uji Chow ................................................................................... 47
b. Uji Hausman ............................................................................. 47
6. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 48
a. Uji t (parsial) ............................................................................. 48
b. Uji F (simultan) ......................................................................... 49
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ......................................... 50
7. Persamaan Model Regresi Data Panel .............................................. 51
E. Operasional Variabel Penelitian............................................................ 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................... 56
1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 56
2. Profil Perusahaan ............................................................................ 57
xiv
B. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................. 62
C. Uji Stasioneritas ................................................................................... 75
D. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 76
1. Uji Normalitas ................................................................................ 76
2. Uji Multikolinearitas....................................................................... 77
3. Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 78
4. Uji Autokorelasi ............................................................................. 79
E. Pengujian Model Regresi Data Panel .................................................... 79
1. Common Effect Model .................................................................... 80
2. Fixed Effect Model ......................................................................... 81
3. Uji Chow ........................................................................................ 82
4. Random Effect Model ..................................................................... 82
5. Uji Hausman .................................................................................. 84
F. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel ...................... 84
1. Pengaruh Variabel NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO terhadap
Pertumbuhan Laba secara Parsial (Uji t) ......................................... 84
2. Pengaruh Variabel NPF. FDR, ROA, NI, dan BOPO terhadap
Pertumbuhan Laba secara Simultan (Uji F) ..................................... 86
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .............................................. 88
G. Persamaan Model Regresi Data Panel ................................................... 89
H. Persamaan Model Regresi Tiap Bank ................................................... 91
I. Interpretasi Hasil Penelitian .................................................................. 94
1. Pengaruh NPF terhadap Pertumbuhan Laba .................................... 94
xv
2. Pengaruh FDR terhadap Pertumbuhan Laba .................................... 95
3. Pengaruh ROA terhadap Pertumbuhan Laba ................................... 96
4. Pengaruh NI terhadap Pertumbuhan Laba ....................................... 98
5. Pengaruh BOPO terhadap Pertumbuhan Laba ................................. 99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 101
B. Keterbatasan ....................................................................................... 102
C. Saran .................................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 103
LAMPIRAN ................................................................................................. 106
xvi
DAFTAR TABEL
1.1 Rasio NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO Bank Syariah ............................ 6
1.2 Laba Bank Syariah Bulan Juni dan Desember Tahun 2013-2015 ............ 8
2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................. 31
3.1 Proses Pengambilan Sampel ................................................................. 38
3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 39
4.1 Deskripsi Rata-rata Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah ............... 62
4.2 Deskripsi Rata-rata NPF Bank Umum Syariah ..................................... 65
4.3 Deskripsi Rata-rata FDR Bank Umum Syariah ..................................... 67
4.4 Deskripsi Rata-rata ROA Bank Umum Syariah .................................... 69
4.5 Deskripsi Rata-rata NI Bank Umum Syariah ........................................ 71
4.6 Deskripsi Rata-rata BOPO Bank Umum Syariah .................................. 73
4.7 Hasil Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) ........................................... 75
4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 77
4.9 Hasil Uji White ..................................................................................... 78
4.10 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 79
4.11 Hasil Regresi Data Panel Model Common Effect .................................. 80
4.12 Hasil Regresi Data Panel Model Fixed Effect ....................................... 81
xvii
4.13 Hasil Uji Chow ..................................................................................... 82
4.14 Hasil Regresi Data Panel Model Random Effect ................................... 83
4.15 Hasil Uji Hausman ............................................................................... 84
4.16 Uji t ...................................................................................................... 85
4.17 Uji F ..................................................................................................... 87
4.18 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .................................................... 88
4.19 Model Rregresi Fixed Effect ................................................................. 89
4.20 Model Regresi Tiap Bank ..................................................................... 91
xviii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 34
4.1 Grafik Hasil Uji Normalitas .................................................................. 76
4.2 Grafik Hasil Uji Normalitas setelah Transformasi................................. 77
4.3 Grafik Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 78
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Rasio Keuangan Bank Umum Syariah Triwulan I s.d. IV Tahun 2013-
2015 ..................................................................................................... 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia tidak luput dari imbas dinamika pasar
keuangan global. Salah satu imbas dari dinamika ini adalah krisis ekonomi
yang terjadi pada tahun 2008 yang berakibat pada sektor perbankan di
Indonesia, terutama untuk bank konvensional. Hal ini dikarenakan bank
konvensional memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan
global. Dapat dilihat pada Oktober 2008 Bank Mandiri Tbk, Bank Negara
Indonesia Tbk, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk, meminta bantuan likuiditas
dari Bank Indonesia (Ihsan dan Kartika, 2015).
Berbeda dengan bank konvensional, perbankan syariah tidak terlalu
mengalami dampak negatif dari krisis ekonomi global yang terjadi. Meski pada
masa krisis keuangan tersebut perbankan syariah dapat bertahan dan dapat
mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan usahanya, namun
bank syariah sebagai lembaga keuangan yang berorientasi terhadap
keuntungan tentu akan tetap menghadapi berbagai risiko yang tidak menutup
kemungkinan mengancam eksistensinya (Ihsan dan Kartika, 2015).
Perbankan sebagai lembaga intermediasi harus lebih berhati-hati
khususnya berkenaan dengan pelaksanaannya, yaitu penyaluran dana dalam
bentuk kredit/pembiayaan. Salah satu tujuan lembaga keuangan adalah
mendukung fundamental ekonomi dari ancaman krisis serta menjaga
kestabilannya. Krisis keuangan tahun 2008 salah satunya dipicu oleh krisis
2
kredit perumahan produk sekuritas (subprime mortage) dan bangkrutnya
beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat yang ikut mempengaruhi
perekonomian di Indonesia, salah satunya adalah sektor perbankan
(Rahmaniah dan Wibowo, 2015).
Sejak dikeluarkan undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah diberlakukan di Indonesia, banyak investor mulai memilih
untuk berinvestasi di bidang perbankan syariah. Berdasarkan data statistik
perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa
industri perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan positif
terutama Bank Umum Syariah (BUS) (Rahmaniah dan Wibowo, 2015).
Sejak kehadiran bank syariah hingga saat ini, belum ada satu pun bank
syariah yang telah dinyatakan bangkrut. Bukan berarti perbankan syariah tidak
dapat mengalami kebangkrutan karena bank syariah tetaplah sebuah
perusahaan dan perusahaan manapun bisa mengalami kebangkrutan (Endri,
2009). Untuk mengetahui kondisi suatu bank dan potensi terjadinya
kebangkrutan maka perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja dan kesehatan
bank tersebut.
Kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada
saat periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
pengeluaran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas dan profitabilitas bank (Abdullah dalam Setiyono, 2013).
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari
3
informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement
(laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain
yang turut mendukung sebagai penguatan penialain financial performance
tersebut (Fahmi dalam Rumondor, 2013).
Dalam menilai kinerja perusahaan, analisis laporan keuangan dapat
membantu para pelaku bisnis baik pemerintah maupun swasta serta para
pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan lainnya
(Merentek, 2013). Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi bagi para pengguna laporan keuangan untuk
pengambilan keputusan (Sabir dkk, 2012).
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap
para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh suatu bank (Syukur, 2015). Selain melakukan penilaian terhadap kinerja
keuangan, bank perlu memperhatikan dan menjaga tingkat kepercayaan
masyarakat.
Pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank, karena
kegiatan utama bank adalah penghimpunan dana dari masyarakat kemudian
menyalurkan dengan tujuan memperoleh pendapatan. Oleh karenanya, bank
Indonesia menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Kesehatan bank dapat
diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan Peraturan
4
Bank Indonesia. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan
diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan
masyarakat yang berhubungan dengan perbankan (Margaretha dan Zai, 2013).
Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan peraturan terkait dengan
penilaian kesehatan bank syariah yang dimuat dalam POJK No.
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah. Peraturan tersebut merupakan penyempurnaan dari
peraturan sebelumnya mengenai penilaian tingkat kesehatan bank yang dibuat
oleh Bank Indonesia. Perubahan Peraturan Bank Indonesia (PBI) menjadi
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) ini disebabkan karena adanya
pembagian tugas oleh kedua lembaga tersebut. Bank Indonesia bertugas
mengawasi aspek makroprudential, sedangkan Otoritas Jasa Keuangan
bertugas mengawasi aspek mikroprudential.
Berdasarkan POJK No.8/POJK.03/2014 dalam rangka meningkatkan
efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi perubahan
kompleksitas usaha, maka diperlukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan
pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Bank Rating). Penilaian tingkat
kesehatan yang dimaksud peraturan tersebut adalah penilaian dengan
menggunakan metode RGEC. Komponen RGEC yaitu Risk Profile (Profil
Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earning (Rentabilitas), dan
Capital (Permodalan). Penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC
ini dinilai lebih komprehensif karena selain menilai kinerja keuangan, metode
ini juga memperhatikan kualitas manajemen.
5
Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan
bank, manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum berikut ini:
1. Berorientasi Risiko
Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko bank dan
dampak yang ditimbulkan pada kinerja bank secara keseluruhan.
2. Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian tingkat
kesehatan bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha bank.
3. Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas dan signifikansi faktor
penilaian tingkat kesehatan bank yaitu Profil Risiko, Good Corporate
Governance, Rentabilitas, dan Permodalan serta signifikansi
parameter/indikator penilaian pada masing-masing faktor dalam
menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat faktor. Penentuan
materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang
didukung oleh data dan informasi yang memadai mengenai risiko dan
kinerja keuangan bank.
4. Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta
difokuskan pada permasalahan utama bank. Analisis dilakukan secara
6
terintegrasi dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko dan antar
faktor penilaian tingkat kesehatan bank serta perusahaan anak yang wajib
dikonsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-
rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat
permasalahan yang dihadapi oleh bank.
Semakin kompleksnya persaingan pada sektor perbankan, kinerja dan
kesehatan sektor perbankan dinilai sangat perlu diketahui oleh semua pihak
yang berhubungan dengan perbankan. Kinerja suatu bank akan mencerminkan
tingkat kesehatan dan tingkat kepercayaan masyarakat akan bank tersebut.
Berikut data rasio kinerja keuangan bank syariah dari tahun 2013-2015.
Tabel. 1.1
Rasio NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO Bank Syariah
Tahun Bulan NPF
(%)
FDR
(%)
ROA
(%)
NI
(%)
BOPO
(%)
2013 Juni 2.64 104.43 2.10 0.06 76.18 Desember 2.62 100.32 2.00 0.11 78.21
2014 Juni 3.48 95.50 1.09 0.09 71.76 Desember 4.33 91.50 0.80 0.05 79.27
2015 Juni 4.73 96.52 0.89 0.05 96.98 Desember 4.84 88.03 0.49 0.10 97.01
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa trend kinerja keuangan bank
syariah mengalami penurunan. Hal ini ditandai dengan peningkatan rasio NPF
pada Juni 2014 menuju Desember 2014 dari 3.48 % naik menjadi 4.33% dan
terus mengalami kenaikan pada Juni 2015 menjadi 4.73% serta pada Desember
2015 sebesar 4.84%. Bukan hanya rasio NPF yang mengalami penurunan
kinerja, akan tetapi hal ini juga diikuti dengan penurunan rasio FDR sejak tahun
2013-2015. Pada Juni 2013 menuju Desember 2014 rasio FDR bank syariah
7
mengalami penurunan dari 104.43% menjadi 100.32%, sedangkan pada Juni
2014 menuji Desember 2014 kembali mengalami penurunan dari 95.50%
menjadi 91.50%. Kemudian pada Juni 2015 menjuju Desember 2015 kembali
mengalami penurunan dari 96.52% menjadi 88.03%. Rasio FDR menunjukkan
kemampuan bank dalam mengelola asset produktifnya, semakin kecil rasio
FDR maka dapat dikatakan bank lebih memilih untuk menjaga likuiditasnya.
Penurunan kinerja juga dapat dilihat dari menurunnya nilai rasio ROA
pada Juni 2013 sebesar 2.10% menjadi 2% pada Desember 2013, kemudian
kembali mengalami penurunan pada Juni 2014 sebesar 1.09% dan pada
Desember 2014 sebesar 0.8%, pada 2015 ROA bank syariah kembali
mengalami penurunan pada Juni 2015 sebesar 0.89% dan Desember 2015
sebesar 0.49%. Perlambatan ekonomi dan iklim bisnis yang dinilai semakin
tidak kondusif memberikan dampak pada lonjakan pembiayaan bermasalah
bank syariah sehingga memberikan dampak pada penurunan kemampuan bayar
nasabah pembiayaan kepada bank yang berakibat pada meningkatnya rasio
NPF dan menurunnya nilai ROA sehingga bank perlu melakukan penurunan
pembiayaan untuk menjaga likuiditasnya.
Rasio NI dari tahun 2013-2015 cenderung mengalami naik turun, dapat
dilihat pada Juni 2013 nilai NI sebesar 0.06% naik menjadi 0.11% pada
Desember 2013, kemudian pada Juni 2014 menurun dari 0.09% menjadi 0.05%
pada Desember 2014. Sedangkan pada Juni 2015 mengalami kenaikan dari
0.05% menjadi 0.10% pada Desember 2015. Rasio NI yang relatif kecil
menunjukkan bahwa bank syariah lebih efisien dalam mengelola aktiva
8
produktifnya. Rasio BOPO terus mengalami peningkatan dari tahun 2013-
2015, lonjakan tertinggi dapat dilihat pada Desember 2014 sebesar 79.27% dan
mengalami peningkatan pada Juni 2015 menjadi 96.98%. Semakin tinggi rasio
BOPO maka dapat diartikan bahwa bank tidak efisien karena terlalu banyak
beban operasional yang ditanggungnya.
Kondisi ekonomi Indonesia yang kurang baik akan sangat berdampak
terhadap kinerja keuangan bank syariah. Oleh karena itu, bank syariah perlu
memperhatikan banyak aspek untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Untuk
itu, penelitian ini ingin mengungkapkan faktor penyebab perlambatan
pertumbuhan bank syariah dengan menganalisis pengaruh rasio NPF, FDR,
ROA, NI, dan BOPO terhadap pertumbuhan laba bank syariah. Berikut adalah
tabel pertumbuhan laba bank syariah dari tahun 2013-2015.
Tabel. 1.2
Laba Bank Syariah Bulan Juni dan Desember Tahun 2013-2015
Tahun Bulan Laba
(miliar rupiah)
Pertumbuhan Laba
(%)
2013 Juni 1.922 -24.36 %
Desember 3.278 70.55%
2014 Juni 1.306 -60.15%
Desember 1.786 36.75%
2015 Juni 1.070 -40.08%
Desember 1.786 66.91%
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa laba yang diperoleh oleh
bank syariah mengalami fluktuasi sejak Juni 2013 hingga Desember 2015.
Pada Desember 2013, bank syariah mengalami peningkatan laba secara drastis
sekitar 70.55% dari Juni 2013. Akan tetapi bank syariah mengalami penurunan
laba yang sangat drastis pula pada Juni 2014, yang tadinya mengalami
9
peningkatan 70.55% pada Desember 2013 kemudian mengalami penurunan
menjadi 60.15% pada Juni 2014. Pada Desember 2014 bank syariah sempat
mengalami kenaikan laba 36.75%, kemudian mengalami penurunan kembali
menjadi 40.08% pada Juni 2015. Berdasarkan data tersebut dapat kita
simpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan maupun
penurunan laba yang diperolah oleh bank syariah.
Berdasarkan penelitian oleh Aini (2013) mengemukakan bahwa rasio
NPF/NPL memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan laba, sedangkan
hasil penelitian Emilda (2016) menyatakan bahwa rasio NPF/NPL memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap perubahan laba. Penelitian yang dilakukan
oleh Lubis (2013) menemukan bahwa rasio FDR/LDR memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan penelitian oleh Setiawan dan
Hanryono (2016) menyimpulkan bahwa rasio FDR/LDR memiliki pengaruh
tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Penelitian oleh Fathoni, dkk
(2012) mengatakan bahwa rasio ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Sedangkan Syahputra, dkk (2014) menemukan bahwa rasio
ROA memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Penelitian oleh Syahputra, dkk (2014) menemukan bahwa NI/NIM memiliki
pengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan
temuan oleh Hidayatullah (2012) bahwa NI/NIM memiliki pengaruh positif
tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Penelitian oleh Emilda (2016)
menunjukkan bahwa BOPO memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
10
perubahan laba sedangkan penelitian oleh Hidayatullah (2012) menyimpulkan
bahwa BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Berawal dari latar belakang yang dikemukakan serta temuan-temuan
akan research gap atas penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan
riset lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laba (proftitability)
bank syariah dengan mengambil judul “PENGARUH RASIO TINGKAT
KESEHATAN BANK TERHADAP PERTUMBUHAN LABA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earnings (ROA, NI,
dan BOPO) terhadap pertumbuhan laba secara parsial?
2. Apakah terdapat pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earnings (ROA, NI,
dan BOPO) terhadap pertumbuhan laba secara simultan?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earnings (ROA, NI, dan
BOPO) terhadap pertumbuhan laba secara parsial.
2. Menganalisis pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earnings (ROA, NI, dan
BOPO) terhadap pertumbuhan laba secara simultan.
11
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk mengetahui lebih dalam penggunaan rasio tingkat kesehatan
bank yang diproyeksikan dengan pendekatan RGEC untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba.
2. Bagi Akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba
bank umum syariah di Indonesia.
3. Bagi Perbankan
Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam membuat
keputusan manajemen sebagai langkah evaluasi untuk meningkatkan
kinerja perusahaan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi
yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu
melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan
mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin
dalam laporan keuangan (Chandra dkk, 2016).
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, serta ringkasan dari transaksi keuangan yang disusun untuk
menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi (Wardiah, 2013:285).
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan keuangannya
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar. Kinerja keuangan juga merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat analisis keuangan,
sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu
(Fahmi dalam Setiawan, 2016).
13
Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para pemangku kepentingan dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan (Setiawan, 2016). Selain itu, kinerja suatu
bank perlu diketahui oleh berbagai pihak dalam rangka mengevaluasi dan
mengetahui tingkat kesehatan bank.
Informasi mengenai kesehatan bank dapat digunakan oleh pihak-
pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip
kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan menejemen
risiko. Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank digunakan sebagai bahan
untuk menilai, menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank agar
bank-bank dapat dikelola menjadi bank-bank yang layak dan sehat untuk
terus berkembang di dunia perbankan (Lubis, 2013).
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan bank adalah kemampuan bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku (Wardiah, 2013:238).
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil
risiko, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari
operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank
tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan
strategi usaha di waktu yang akan datang (IBI, 2016:9-10). Tingkat
14
kesehatan bank merupakan hasil penilaian atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank (IBI, 2016:10).
Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan bank, dan
kelangsungan usaha bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari
manajemen bank. Oleh karena itu, bank wajib memelihara, memperbaiki,
dan meningkatkan tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-
hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya (IBI,
2016:10).
3. Peraturan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pembinaan dan pengawasan Bank
dilakukan oleh bank Indonesia. UU tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa
(Wardiah, 2013:238-239):
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara
yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
15
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan
dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan
bagi pemerikasaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya,
serta wajib memberikan bantuan yang diperukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dan segala keterangan, dokumen dan penjelasan
yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabia diperlukan. Bank Indonesia dapat
menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank Wajib menyampakan kepada Bank Indonesia neraca dan
perhitungan laba/rugi tahunan serta penjelasannya serta laporan berkala
lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan tersebut wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Menyadari akan pentingnya kesehatan suatu bank untuk menjaga
kepercayaan nasabah dan kelangsungan industri perbankan. Bank Indonesia
merasa perlu untuk menetapkan peraturan tentang penilaian kesehatan bank.
Dengan menerapkan aturan tersebut, diharapkan perbankan selalu dalam
16
kondisi baik dan sehat sehingga tidak merugikan masyarakat yang memiliki
kepentingan dengan kegiatan perbankan.
Pokok-pokok pengaturan tingkat kesehatan bank diuraikan pada PBI
No.13/01/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, dengan
ketentuan dasar sebagai berikut (IBI, 2016:10-11):
a. Meningkatnya inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan
berpengaruh pada peningkatan kompleksitas usaha dan profil risiko
bank yang apabila tidak diimbangi dengan penerapan manajemen risiko
yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar
pada bank maupun terhadap system keuangan secara keseluruhan.
b. Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan bank, dan
kelangsungan usaha bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari
manajemen bank. Oleh karena itu, bank wajib memelihara,
memperbaiki, dan meningkatkan tingkat kesehatannya dengan
menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
c. Di sisi lain, pengawasan akan mengevaluasi, menilai tingkat kesehatan
bank, dan melakukan tindakan penawasan yang diperlukan dalam
rangka menjaga stabilitas system perbankan dan keuangan.
d. Penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi dilakukan bagi bank
yang melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak.
17
e. Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan secara konsolidari,
meknisme penetapan peringkat setiap faktor penilaian, penetapan
peringkat komposit, serta pengkategorian peringkat setiap faktor
penilaian dan peringkat komposit, mengacu pada mekanisme penetapan
dan pengkategorian peringkat secara individual.
Prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank oleh pengawas
sebagai berikut (IBI, 2016:11):
a. Berorientasi Risiko dan Forwarding Looking
Peniaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko bank dan
dampak pada kinerja bank secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat
meningkatkan risiko atau memperngaruhi kinerja keuangan bank pada
saat ini dan di masa yang akan datang.
b. Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indicator dalam tiap faktor penilaian tingkat
kesehatan bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha bank.
c. Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas dan signifikansi faktor penilaian
tingkat kesehatan bank.
d. Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian harus dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta
difokuskan pada permasalahan utama bank.
18
4. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 8/POJK.03/2014
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-Based Bank Rating).
Indikator dari tiap penilaian tersebut berdasarkan SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014 adalah sebagai berikut:
a. Risk Profile (Profil Risiko)
Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko
inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas
operasional bank (IBI, 2016:13). Risiko yang wajib dinilai berdasarkan
SE OJK No.10/SEOJK.03/2014 terdiri atas 10 (sepuluh) jenis risiko
yaitu:
1) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan
perjanjian yang disepakati. Risiko kredit pada umumnya melekat pada
seluruh aktivitas penanaman dana yang dilakukan oleh bank yang
kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty),
penerbit (issuer) atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko
kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana
pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau
lapangan usaha tertentu.
19
Dalam penelitian ini risiko kredit dihitung dengan
menggunakan rasio NPF dengan rumus berikut:
2) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa
perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
Risiko pasar meliputi antara lain risiko benchmark suku bunga
(benchmark interest rate risk), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan
risiko komoditas. Risiko pasar dapat dihitung dengan menggunakan
rasio PDN dengan perumusan sebagai berikut:
3) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan
arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini
disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).
Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank
melikuidasi asset tanpa terkena diskon yang material karena tidak
NPF =
Total Pembiayaan
Pembiayaan Bermasalah X 100%
Rasio PDN =
Total Modal
PDN X 100%
20
adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption)
yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market
liquidity risk). Perhitungsn risiko likuiditas dapat menggunakan rasio
FDR dan GWM dengan perumusan sebagai berikut:
4) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan
oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko
operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia,
proses, sistem, dan kejadian eksternal.
5) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan
hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul
antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat
sahnya perjanjian atau agunan yang tidak memadai.
GWM =
Total DPK
Giro pada BI X 100%
FDR =
Total DPK
Total Pembiayaan X 100%
21
6) Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Sumber risiko stratejik antara lain dapat berasal dari kelemahan dalam
proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan
strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. Sumber risiko
kepatuhan antara lain dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman
atau kesadaran hukum terhadap ketentuan, prinsip syariah, maupun
standar bisnis yang berlaku umum.
8) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
9) Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah,
karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari
22
penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana
pihak ketiga bank.
10) Risiko Investasi
Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat
bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam
pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan metode net
revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit and loss
sharing.
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan risiko kredit (NPF),
dam risiko likuiditas (FDR).
b. Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas
manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip
GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan
GCG bagi bank umum dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha Bank (SEBI No. 13/24/DPNP/2011).
Penilaian faktor good corporate governance bagi bank umum
syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas
pelaksanaan 5 (lima) prinsip good corporate governance yaitu
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan
kewajaran. Prinsip-prinsip good corporate governance dan fokus
penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate
23
governance tersebut berpedoman pada ketentuan good corporate
governance yang berlaku bagi bank umum syariah dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. (SEOJK
No.10/POJK.03/2014). Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip good
corporate governance tersebut, bank umum syariah harus melakukan
penilaian sendiri (self assessment) secara berkala sesuai dengan periode
penilaian tingkat kesehatan bank.
Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan variabel good
corporate governance dalam model penelitian, hal ini dikarenakan good
corporate governance merupakan hasil self assessment bank yang
bersangkutan dan merupakan penilaian kualitatif.
c. Earning (Rentabilitas)
Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja
rentabilitas, sumber-sumber rantabilitas, dan sustainability rentabilitas
bank dengan mempertimbankan aspek tingkat, tren, struktur, dan
stabilitas dengan memperhatikan kinerja peer grup serta menajemen
rentabilitas bank (IBI, 2016:142).
Berdasarkan SE OJK No.10/SEOJK.03/2014 penilaian terhadap
faktor earnings didasarkan pada empat rasio, yaitu:
1) Return on Assets (ROA)
ROA =
Rata-rata Total Aset
Laba sebelum Pajak X 100%
24
2) Net Operating Margin (NOM)
3) Net Imbalan (NI/NIM)
4) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 3 rasio dalam
perhitungan faktor earning yaitu rasio ROA, NI, dan BOPO.
d. Capital (Permodalan)
Bank Indonesia menetapkan peraturan kecukupan permodalan
minimum bagi bank. Tujuan dari aturan ini antara lain untuk melindungi
para deposan (IBI, 2016:158). Manajemen bank perlu memperhatikan
aspek permodalan dalam kegiatan usahanya, bukan hanya sekedar untuk
melaksanakan peraturan, akan tetapi bank juga perlu untuk
merencanakan struktur permodalan.
Modal merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki bank
untuk menjaga solvabilitas, dan sebagai sumber daya keuangan yang siap
NOM =
Rata-rata Aktiva Produktif
Pendaptan Penyaluran Dana setelah
Bagi Hasil – Beban Operasional X 100%
NI =
Rata-rata Aktiva Produktif
Pendaptan Penyaluran Dana setelah
Bagi Hasil – (Imbalan dan Bonus) X 100%
BOPO =
Pendapatan Operasional
Beban Operasional X 100%
25
pakai untuk menyerap kerugian (IBI, 2015:227). Setiap bank harus
memiliki permodalan yang cukup dalam melakukan kegiatan
operasionalnya, sehingga manajemen bank dapat bekerja dengan efisien
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pada bank untuk menghitung rasio permodalan dapat
menggunakan rasio CAR dengan rumus sebagai berikut:
5. Pertumbuhan Laba
Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasi
yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebur (Wardiah, 2013:300). Laba merupakan
indikator penting dan laporan keuangan yang memiliki berbagai kegunaan.
Laba pada umumnya dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi, dan prediksi untuk meramalkan perubahan laba yang akan datang
(Wardiah, 2013:282). Laba merupakan elemen yang menjadi pusat
perhatian utama oleh para pemakai laporan keuangan. Angka laba
diharapkan dapat merepresentasikan kinerja suatu perusahaan secara
keseluruhan. Informasi yang terkandung dalam laba memiliki peran yang
sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap suatu
perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan laba
sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi dan
pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja
CAR =
ATMR
Modal X 100%
26
manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak (Wijayanti
dalam Rosanti, 2016).
Perhitungan pertumbuhan laba pada penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Hanryono
(2016), Emilda (2016), dan Lubis (2013). Pertumbuhan laba dihitung dari
selisih antara laba tahun bersangkutan dengan tahun sebelumnya dibagi
dengan laba tahun sebelumnya. Laba yang digunakan adalah laba setelah
pajak. Rumus pertumbuhan laba berdasarkan penelitian oleh Setiawan dan
Hanryono (2016), Lubis (2013), dan Emilda (2016) adalah sebagai berikut:
Dimana:
∆Yt : Pertumbuhan Laba
Yt : Laba pada periode t
Yt-1 : Laba pada periode sebelum t
B. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Hubungan Non Performing Financing (NPF) terhadap pertumbuhan laba
NPF/NPL merupakan rasio keuangan yang menunjukkan seberapa
besar aktiva produktif bermasalah yang dimiliki oleh bank. NPF/NPL
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola
kredit/pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank, semakin tinggi
rasio ini maka semakin buruk kualitas kredit bank (Emilda, 2016).
∆Yt =
Yt-1
Yt- Yt-1 X 100%
27
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013), Fathoni, dkk. (2012),
dan Syahputra, dkk. (2014) menunjukkan bahwa rasio NPF/NPL memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian
di atas maka hipotesis pertama (H1) adalah NPF memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
H1: NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
2. Hubungan Financing to Desposit Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan laba
FDR/LDR adalah rasio keuangan perbankan yang berhubungan
dengan aspek likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas (Wardiah, 2013:298). Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa
suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid.
Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan
kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan (Latumarissa dalam
Wardiah, 2013:298).
Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank. Oleh karena itu,
sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besar
penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau
simpanan masyarakat pada suatu bank, semakin besar risiko yang harus
ditanggung oleh bank yang bersangkutan (Wardiah, 2013:298). Akan tetapi
semakin tinggi kredit/pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat akan
semakin besar pendapatan yang diperoleh oleh bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013), Syahputra, dkk.
(2014), dan Hadiwidjaja (2016) menunjukkan bahwa FDR/LDR memiliki
28
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis kedua (H2) pada penelitian ini adalah FDR/LDR
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
H2: FDR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
3. Hubungan Return On Asset (ROA) terhadap pertumbuhan laba
ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi mengukur efektivitas
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang
dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan,
semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba
yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat
kembalian yang semakin tinggi (Wardiah, 2013:299).
Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan. Rasio
ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk
mempertahankan arus sumber-sumber modal bank (Siamat dalam Wardiah,
2013:299).
Penelitian yang dilakukan oleh Fathoni, dkk. (2012) dan Syahputra,
dkk. (2014) menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis
ketiga (H3) pada penelitian ini adalah ROA memiliki pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
H3: ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
29
4. Hubungan Net Imbalan (NI) terhadap pertumbuhan laba
NI/NIM adalah perbandingan antara pendapatan bunga/bagi hasil
terhadap rata-rata aktiva produktifnya (IBI, 2015:303). NI/NIM merupakan
ukuran spread atau gross margin dari aktiva kredit dan investasi dari bank
(IBI, 2015:148). Rasio NI menunjukkan seberapa besar tingkat efisiensi
bank dalam mengelola aktiva produktifnya. Semakin tinggi rasio NI maka
akan semakin tinggi perndapatan/laba yang diterima oleh bank, namun
semakin besar pula kewajiban bagi hasil kepada nasabah.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayatullah (2012) dan Dewi
(2015) menunjukkan bahwa rasio NI/NIM memiliki pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis
keempat (H4) pada penelitian ini adalah NI memiliki pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
H4: NI memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
5. Hubungan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap pertumbuhan laba
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasioanal
(BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank bersangkutan (Lubis, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013) dan Aini (2013)
menunjukkan bahwa BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap
30
pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kelima (H5)
pada penelitian ini adalah BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
H5: BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
31
C. Penelitian Terdahulu
Tabel. 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis/
Judul/ Tahun
Variabel
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan dengan
Peneliti
1 Rini Dwiyani
Hadiwidjaja/ “The
Influence of the
Bank’s
Performance
Ratio to Profit
Growth on
Banking
Companies in
Indonesia”/ Jurnal
Review of
Integrative
Business &
Economics
Research Vol.5
No.1 (2016).
Dependen:
Profit
Growth
Independen:
CAR, QA,
ROA, dan
LDR
Penelitian
menggunaan
metode
Regresi linear
berganda
dengan alat
analisis SPSS.
Sampel yang
digunakan
adalah
perusahaan
perbankan
konvensional
yang terdaftar
di IDX periode
2009-2011.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variable independen
yaitu CAR, QA, ROA,
dan LDR berpengaruh
secara simultan
terhadap pertumbuhan
laba. Sedangkan secara
parsial hanya LDR
yang berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Peneliti
menggunakan
sampel bank
umum syariah di
Indonesia selama
periode 2013-
2015. Variabel
independen yang
digunakan adalah
Risk Profile (NPF,
FDR,), Earning
(ROA, NI, dan
BOPO) dengan
menggunakan
metode analisis
data panel dan alat
uji Eviews.
2 Anisah Lubis /
“Pengaruh
Tingkat
Kesehatan Bank
Terhadap
Pertumbuhan
Laba pada BPR di
Indonesia”/
Jurnal Ekonomi
dan Keuangan
Vol.1 No.4
(2013).
Dependen:
Pertumbuhan
Laba
Independen:
CAR, NPL,
BOPO, dan
LDR
Penelitian
menggunakan
metode regresi
linier berganda
dengan alat
analisi SPSS.
Sampel yang
digunakan
adalah Bank
Perkreditan
Rakyat (BPR)
konvensional
di Indonesia
periode 2008-
2012.
Penelitian
menunjukkan bahwa
secara simultan rasio
CAR, NPL, BOPO,
dan LDR berpengaruh
secara signifikan
terhadap pertumbuhan
laba. Sedangkan secara
paarsial menunjukkan
bahwa CAR
berkorelasi negatif
terhadap pertumbuhan
laba, NPL memiliki
hubungan positif
terhadap pertumbuhan
laba, sedangkan BOPO
dan LDR memiliki
hubungan negatif
terhadap pertumbuhan
laba.
Peneliti
menggunakan
sampel bank
umum syariah di
Indonesia selama
periode 2013-
2015. Variabel
independen yang
digunakan adalah
Risk Profile (NPF,
FDR,), Earning
(ROA, NI, dan
BOPO) dengan
menggunakan
metode analisis
data panel dan alat
uji Eviews.
32
Lanjutan penelitian terdahulu
No Nama Penulis/
Judul/ Tahun
Variabel
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan dengan
Peneliti
3 Nur Aini /
“Pengaaruh CAR,
NIM, LDR, NPL,
BOPO, dan
Kualitas Aktiva
Produktif
Terhadap
Perubahan Laba”/
Jurnal Dinamika
Akuntansi,
Keuangan dan
Perbankan Vol.2
No.1 (2013).
Dependen:
Perubahan
Laba
Independen:
CAR, NIM,
LDR, NPL,
BOPO, dan
Kualitas
Aktiva
Produktif
Penelitian
menggunakan
metode
Regresi linier
berganda
dengan sampel
perusahaan
perbankan
yang terdaftar
di BEI periode
2009-2011.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variable CAR
mempunyai pengaruh
terhadap perubahan
laba, NIM tidak
berpengaruh terhadap
perubahan laba, LDR
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
perubahan laba, NPL
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap perubahan
laba, sedangkan BOPO
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
perubahan laba.
Peneliti
menggunakan
sampel bank
umum syariah di
Indonesia selama
periode 2013-
2015. Variabel
independen yang
digunakan adalah
Risk Profile (NPF,
FDR,), Earning
(ROA, NI, dan
BOPO) dengan
menggunakan
metode analisis
data panel dan alat
uji Eviews.
4 Daniel Imanuel
Setiawan dan
Hanryono/
“Analisis
Pengaruh Kinerja
Keuangan Bank,
Tingkat Inflasi
dan Bi Rate
Terhadap
Pertumbuhan
Laba (Studi pada
Bank Swasta
Devisa yang
Terdaftar pada
Bursa Efek
Indonesia Periode
2009-2013)”/
Journal of
Accounting and
Business Studies
Vol.1 No.1 (2016)
Dependen:
Pertumbuhan
Laba
Independen:
CAR, NPL,
BOPO, LDR,
Inflasi, dan
BI Rate
Penelitian
menggunakan
metode regresi
linier berganda
dengan alat
analisis SPSS.
Sampel yang
digunakan
adalah bank
swasta devisa
yang terdaftar
pada BEI
periode 2009-
2013.
Penelitian
menunjukkan hasil
bahwa seluruh variabel
yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu
CAR, NPL, BOPO,
LDR, Tingkat Inflasi,
dan BI Rate
berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
Sedangkan uji secara
parsial hanya
menunjukkan rasio
BOPO yang memiliki
pengaaruh terhadap
pertumbuhan laba,
variabel lainnya tidak
memiliki pengaruh.
Peneliti
menggunakan
sampel bank
umum syariah di
Indonesia selama
periode 2013-
2015. Variabel
independen yang
digunakan adalah
Risk Profile (NPF,
FDR,), Earning
(ROA, NI, dan
BOPO) dengan
menggunakan
metode analisis
data panel dan alat
uji Eviews.
33
Lanjutan penelitian terdahulu
No Nama Penulis/
Judul/ Tahun
Variabel
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan dengan
Peneliti
5 Emilda/
“Pengaruh Rasio
Keuangan
Terhadap
Perubahan Laba
Pada Bank
Syariah di
Indonesia”/ Jurnal
Media Wahana
Ekonomika Vol.
12 No.4 (2016).
Dependen:
Perubahan
Laba
Independen:
Aktiva tetap
terhadap
modal, CAR,
Aktiva
produktif,
NPL, ROE,
BOPO, LDR
Penelitian
menggunakan
metode regresi
linier berganda
dengan alat uji
SPSS. Sampel
yang
digunakan
adalah seluruh
bank syariah
di Indonesia
periode 2003-
2009.
Penelitian
menunjukkan bahwa
CAR, Fixed Aktiva to
Capital, Problem
Produktif Aktiva,
NPL, ROE, BOPO,
dan LDR memiliki
pengaruh terhadap
perubahan laba secara
simultan. Sedangkan
secara parsial Fixed
Aktiva to Captal, NPL,
ROE, dan LDR
berpengaruh secara
signifikan terhadap
perubahan laba.
Kemudian CAR,
Problem Produktif
Aktiva, dan BOPO
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
perubahan laba.
Peneliti
menggunakan
sampel bank
umum syariah di
Indonesia selama
periode 2013-
2015. Variabel
independen yang
digunakan adalah
Risk Profile (NPF,
FDR,), Earning
(ROA, NI, dan
BOPO) dengan
menggunakan
metode analisis
data panel dan alat
uji Eviews.
6 Renaldy
Syahputra, dkk/
“Pengaruh Rasio
Keuangan
Terhadap
Pertumbuhan
Laba Bank
Pembangunan
Daerah di
Indonesia dengan
Pertumbuhan
Kredit Sebagai
Variabel
Intervening (Studi
pada Bank-Bank
Pembangunan
Daerah di
Sumatera)”/
Jurnal Tepak
Manajemen
Bisnis Vol. VI
No.2 (2014)
Dependen:
Pertumbuhan
Kredit dan
Pertumbuhan
Laba
Independen:
CAR, NPL,
NIM, ROA,
dan LDR
Penelitian
menggunakan
metode regresi
linier berganda
dengan alat uji
SPSS. Sampel
yang
digunakan
adalah bank
pembangunan
daerah di
Sumatera
periode 2007-
2011.
Hasil uji parsial CAR
berpengaruh signifikan
terhadap kredit dan
signifikan terhadap
laba, NPL tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kredit
sedangkan signifikan
terhadap laba, ROA
berpengaruh signifikan
terhadap kredit
sedangkan tidak
signifikan terhadap
laba, NIM bepengaruh
signifikan terhadap
kredit akan tetapi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap laba, LDR
tidak berpengaruh
terhadap kredit.
Peneliti
menggunakan
sampel bank
umum syariah di
Indonesia selama
periode 2013-
2015. Variabel
independen yang
digunakan adalah
Risk Profile (NPF,
FDR,), Earning
(ROA, NI, dan
BOPO) dengan
menggunakan
metode analisis
data panel dan alat
uji Eviews.
34
D. Kerangka Berpikir
Gambar. 2.1
Kerangka Berpikir
Laporan Keuangan Bank Umum Syariah 2013-2015
NPF
(X1)
FDR
(X2)
ROA
(X3)
NI
(X4)
BOPO
(X5)
Uji Asumsi Klasik
Pertumbuhan Laba
(Y)
Common
Effect
Fixed
Effect
Fixed
Effect
Random
Effect
Uji Chow Uji Hausman
Hasil Pengujian
Model
Uji t Uji F Koefisien
Determinasi
Hasil dan
Kesimpulan
Uji Stasioneritas
35
E. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatifnya (Ha) yang akan diuji
adalah sebagai berikut:
1. Secara Parsial
1) H0: β1 = 0; NPF memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β1 ≠ 0; NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
2) H0: β2 = 0; FDR memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β2 ≠ 0; FDR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
3) H0: β3 = 0; ROA memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β3 ≠ 0; ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
4) H0: β4 = 0; NI memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β4 ≠ 0; NI memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
5) H0: β5 = 0; BOPO memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
36
Ha: β5 ≠ 0; BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
2. Secara Simultan
a. H0: β1 : β2 : β3 : β4 : β5 = 0; NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Ha: β1 : β2 : β3 : β4 : β5 ≠ 0; NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis pengaruh rasio tingkat kesehatan bank yang
diproyeksikan dengan metode penilaian kesehatan bank berdasarkan risk based
bank rating. Adapun periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan rentang tahun 2013-2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari laporan keuangan bank yang telah dipublikasikan dan dilaporkan
ke Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan yang diperolah dari website
Bank Indonesia (www.bi.go.id), website Otoritas Jasa Keuangan
(www.ojk.go.id), serta dari official website bank yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,
gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Sehingga objek-objek ini
dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin dalam Siregar, 2015:30).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum
syariah di Indonesia yang laporan keuangannya telah dilaporkan kepada Bank
Indonesia dan atau Otoritas Jasa Keuangan dalam kurun waktu penelitian yaitu
tahun 2013-2015 yaitu sebanyak 12 bank.
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dimana hanya
sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat
38
serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, 2015:30). Adapun
metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling yaitu metode penetapan responden untuk dijadikan sampel
berdasarkan pada kriteria tertentu (Siregar, 2015:33). Kriteria bank umum
syariah yang ditetapkan dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1. Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan atau Otoritas
Jasa Keuangan.
2. Bank umum syariah yang telah menerbitkan laporan keuangan secara
berturut-turut yaitu tahun 2013, 2014, dan 2015 yang telah dilaporkan
kepada Bank Indonesia dan atau Otoritas Jasa Keuangan.
3. Bank tidak melakukan spin off maupun merger selama masa pengamatan.
4. Bank tersebut memiliki data yang lengkap dan tidak memiliki nilai
ekstrem pada laporan keuangan selama periode penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 10 bank. Keterangan mengenai proses pengambilan
sampel disajikan pada tabel 3.1 berikut:
Tabel. 3.1
Proses Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah Bank
Bank umum syariah yang terdaftar di Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
12
Bank umum syariah yang tidak memenuhi
kriteria sampel peneliti
(2)
Bank umum syariah yang memenuhi kriteria
sampel peneliti
10
39
Bank umum syariah yang termasuk dalam sampel penelitian dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel. 3.2
Sampel Penelitian
No. Nama Bank Kode
1 Bank Rakyat Indonesia Syariah BRIS
2 Bank Syariah Bukopin BSB
3 Bank Jabar Banten Syariah BJBS
4 Bank Central Asia Syariah BCAS
5 Bank Panin Syariah PANINS
6 Bank Victoria Syariah VICTORIAS
7 Bank Nasional Indonesia Syariah BNIS
8 Bank Syariah Mandiri BSM
9 Bank Mega Syariah BMS
10 Bank Muamalat Indonesia BMI
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan
perhitungan statistik (Siregar, 2015:17).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau
digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya (Siregar, 2015:16). Data
yang diambil berupa data laporan keuangan triwulanan yang diperoleh dari
website Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan website resmi bank yang
dijadikan sampel selama periode 2013-2015.
40
Penelitian ini juga dilakukan melalui studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan sebagai usaha untuk memperoleh informasi maupun data-data yang
bersifat teori. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku dan jurnal-jurnal
yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan analisis regresi data panel untuk menguji pengaruh-
pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA), Net Imbalan (NI), dan Beban Operasional
terhadap Perndapatan Operasional (BOPO) terhadap pertumbuhan laba (PL).
Sedangkan untuk pengujian hipotesis dilakukan secara parsial (Uji t)
dan juga pengujian secara simultan (Uji F). Pengolahan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan Eviews
versi 9 untuk Windows 8.1. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) (Ghozali, 2016:19). Pada
bagian ini peneliti akan melakukan analisis variabel dependen maupun
variabel independen yang digunakan dalam penelitian guna mengetahui
gambaran umum variabel-variabel yang digunakan.
41
2. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan dalam penelitian sudah stasioner. Suatu proses stochastic
dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean) dan varian (variance) adalah
konstan sepanjang waktu. Jika data runtun waktu stasioner, maka nilai
mean, variance dan autovariance tetap sama sehingga tidak terpengaruh
oleh waktu (time variant) (Ghozali, 2013:406). Regresi yang menggunakan
data yang tidak stasioner biasanya mengarah kepada regresi lancung
(spurious regression). Permasalahan ini muncul diakibatkan oleh variabel
(dependen dan independen) time series terdapat tren yang kuat (dengan
pergerakan yang menurun dan meningkat). Adanya tren akan menghasilkan
nilai R2 yang tinggi, namun keterkaitan antarvariabel akan rendah (Ghozali,
2013:407). Terdapat beberapa uji stationeritas data dalam program Eviews
yaitu: analisis grafik, uji autocorrelation function, dan uji akar unit (unit
root test) (Ghozali, 2013:407).
Uji stationer yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji akar unit
(unit root test). Cara yang digunakan untuk mengetahui data stasioner
adalah dengan melihat nilai probabilitasnya apakah lebih kecil dari 0.05
(5%), maka data sudah stasioner (Winarno, 2015:11.6). Artinya, jika nilai
probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data stasioner.
Sedangkan jika nilai probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
data tidak stasioner.
42
Guna menjadikan data tidak stasioner menjadi stasioner biasanya
data cukup didiferensi saja. Pada tingkat diferensi pertama, biasanya data
sudah menjadi stasioner. Kalau ternyata belum, kemungkinan besar pada
direfensi kedua sudah stasioner (Winarno, 2015:11.5).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal
(Ghozali, 2013:168). Terdapat dua cara mendeteksi apakah residual
memiliki distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data yang digunakan
adalah uji Jarque-Bera (J-B). Hipotesis pada uji ini adalah (Ghozali,
2013:166):
H0 : residual terdistribusi normal
Ha : residual tidak terdistribusi normal
Apabila nilai probabilitas < nilai signifikansi (0.05) maka H0 ditolak
atau data berdistribusi tidak normal. Sedangkan jika nilai probabilitas >
nilai signifikansi (0.05) maka H0 diterima atau data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar
variabel independen (Ghozali, 2013:77). Cara yang digunakan untuk
melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam penelitian ini adalah
43
dengan menggunakan matrik korelasi. Jika nilai korelasi berada di atas
0.90 maka diduga terjadi multikolinearitas dalam model. Sedangkan jika
koefisien di bawah 0.90 maka diduga dalam model tidak terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dalam model regresi
adalah sama, maka disebut homoskedastisitas. Cara mendeteksi
heteroskedastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji white. Hipotesis uji white adalah (Ghozali, 2013:106):
H0 : tidak ada heteroskedastisitas
Ha : ada heteroskedastisitas
Apabila nilai probabilitas Obs*R2 > nilai signifikansi (0.05) maka
H0 diterima atau dapat disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas.
Sedangkan jika nilai probabilitas Obs*R2 < nilai signifikansi (0.05) maka
H0 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa ada heteroskedastisitas dalam
model.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
44
observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain
(Ghozali, 2013:137). Guna menguji ada tidaknya autokorelasi dalam
penelitian ini menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM Test) dengan
hipotesis sebagai berikut (Ghozali, 2013:144):
H0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Apabila nilai probabilitas Obs*R-squared < nilai signifikansi (0.05)
maka H0 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa dalam model terjadi
autokorelasi. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared > nilai signifikansi
(0.05) maka H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi dalam model.
4. Model Regresi Data Panel
Estimasi regresi data panel dapat dilakukan melalui beberapa model
pendekatan:
a. Common Effect Model
Regresi data panel dengan metode common effect adalah asumsi
yang menganggap bahwa intersept dan slope selalu tetap baik antar
waktu maupun antar individu. Setiap individu (n) yang diregresi untuk
mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independennya akan memberikan nilai intersept maupun slope yang
sama besarnya. Begitu pula dengan waktu (t), nilai intersept dan slope
dalam persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara
variabel dependen dan variabel-variabel independennya adalah sama
45
untuk setiap waktu. Hal ini dikarenakan dasar yang dgunakan dalam
regresi data panel ini yang mengabaikan pengaruh individu dan waktu
pada model yang dibentuknya (Sriyana, 2013:107).
Persamaan untuk pendekatan model common effect adalah
sebagai berikut:
Yit = β0 + βXti + εit
Dimana:
Yti = variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = koefisien arah
β0 = intersept model regresi
Xti = variabel independen pada waktu ke-t dan observasi ke-i
εti = komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan
keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda, bahkan
satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan kondisi objek
tersebut pada waktu yang lain (Winarno, 2015:9.15).
b. Fixed Effect Model
Model fixed effect memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya,
besarnya tetap dari waktu ke waktu (time invariant). Untuk
membedakan satu objek dengan objek lainnya, digunakan variabel
semu (dummy) (Winarno, 2015:9.15).
Persamaan untuk pendekatan dengan menggunakan model fixed
effect adalah sebagai berikut:
46
Yit = β0i + βXit + εit
Dimana:
Yti = variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = koefisien arah
β0i = intersept model regresi pada unit observasi ke-i
Xit = variabel independen pada observasi ke-i dan waktu ke-t
εit = komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Kelemahan asumsi dengan model fixed effect adalah masih
adanya kemungkinan ketidaksesuaian model dengan keadaan yang
sesungguhnya (Sriyana, 2014:126).
c. Random Effect Model
Tidak seperti pada model fixed effect, pada model random effect
diasumsikan bahwa perbedaan intersept dan konstanta disebabkan oleh
residual/error sebagai akibat perbedaan antar unit dan antar periode
waktu yang terjadi secara random (Sriyana, 2014:153).
Persamaan model dengan menggunakan estimasi random effect
adalah sebagai berikut:
Yit = β0i + βXit + + ui +εit
Dimana:
Yti = variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = koefisien arah
β0i = intersept model regresi pada unit observasi ke-i
Xit = variabel independen pada observasi ke-i dan waktu ke-t
ui = komponen error pada unit observasi ke-i
εit = komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
47
5. Pengujian Model
Guna menentukan model pendekatan regresi data panel yang tepat,
maka perlu dilakukan pengujian terhadap tiga model regresi data panel
tersebut dengan uji berikut:
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk menentukan apakah model pendekatan
yang akan digunakan common effect atau fixed effect dengan melihat nilai
probabilitasnya. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah (Sriyana,
2014:190):
H0 : menggunakan pendekatan common effect
Ha : menggunakan pendekatan fixed effect
Apabila nilai probabilitas > nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0
diterima atau model yang digunakan adalah pendekatan common effect. Jika
nilai probabilitas < nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0 ditolak atau model
yang digunakan adalah pendekatan fixed effect.
b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk menentukan apakah model yang akan
digunakan fixed effect atau random effect. Hipotesis yang digunakan dalam
uji ini adalah sebagai berikut (Sriyana, 2014:193):
H0 : menggunakan pendekatan random effect
Ha : menggunakan pendekatan fixed effect
Apabila nilai probabilitas > nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0
diterima atau model yang digunakan adalah pendekatan random effect. Jika
48
nilai probabilitas < nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0 ditolak atau model
yang digunakan adalah pendekatan fixed effect.
6. Pengujian Hipotesis
a. Uji t (parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel independen lainnya konstan (Ghozali, 2013:62).
Uji parsial menggunakan Eviews 9 dapat diketahui pada hasil estimasi
model terpilih dengan melihat probabilitas dari setiap variabel
independen, sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengujian dengan
menggunakan metode hitung lain. Hipotesis yang digunakan dalam uji
ini adalah:
1) H0: β1 = 0; NPF memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β1 ≠ 0; NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
2) H0: β2 = 0; FDR memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β2 ≠ 0; FDR memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
3) H0: β3 = 0; ROA memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
49
Ha: β3 ≠ 0; ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
4) H0: β4 = 0; NI memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β4 ≠ 0; NI memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
5) H0: β5 = 0; BOPO memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β5 ≠ 0; BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Apabila nilai probabilitas t-statistic > dari nilai signifikansi
(0.05) maka H0 diterima atau terdapat pengaruh yang tidak signifikan
secara parsial. Sedangkan jika nilai probabilitas t-statistic < dari nilai
signifikansi (0.05) maka H0 ditolak atau terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial.
b. Uji F (simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2013:61). Uji simultan menggunakan Eviews 9 dapat
diketahui pada hasil estimasi model terpilih dengan melihat probabilitas
F-statistic, sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengujian dengan
50
menggunakan metode hitung lain. Hipotesis yang digunakan dalam uji
ini adalah:
H0: β1 : β2 : β3 : β4 : β5 = 0; NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha: β1 : β2 : β3 : β4 : β5 ≠ 0; NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
Apabila nilai probabilitas F-statistic > nilai signifikansi (0.05)
maka H0 diterima atau terdapat pengaruh tidak signifikan variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan. Sedangkan
apabila nilai probabilitas F-statistic < nilai signifikansi (0.05) maka H0
ditolak atau terdapat pengaruh signifikan variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013:60). Namun penggunaan koefisien determinasi ini
memiliki kelemahan jika dalam model ditambahkan variabel
independen maka nilai R2 akan terus meningkat tidak perduli variabel
tersebut signifikan ataupun tidak.
Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model
51
regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model
(Ghozali, 2013:60).
7. Persamaan Model Regresi Data Panel
Model regresi data panel dalam penelitian ini adalah:
Yit = β0i + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + β4 X4it + β5 X5it + εit
Dimana:
Β0i = konstanta model regresi pada unit observasi ke i
β1 – β5 = koefisien regresi
εit = standar error pada unit observasi ke i dan waktu ke t
Yit = Pertumbuhan Laba
X1it = NPF pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X2it = FDR pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X3it = ROA pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X4it = NI pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X5it = BOPO pada unit observasi ke i dan waktu ke t
E. Operasional Vaariabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Y (Dependent Variable)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan laba. Laba adalah perbedan antara pendapatan (revenue) yang
direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-
biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wardiah, 2013:300).
Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh oleh bank maka semakin tinggi
keuntungan bagi bank tersebut.
52
Rumus yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan laba
mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Setiawan dan Hanryono (2016),
Lubis (2013), dan Emilda (2016) yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
∆Yt : Pertumbuhan Laba
Yt : Laba pada periode t
Yt-1 : Laba pada periode sebelum t
2. Variabel X (Independent Variable)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Non Performing
Finance (NPF), Finance to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA),
Net Imbalan (NI), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO).
a. NPF (Non Performing Finance)
Non Performing Finance adalah kredit (pembiayaan)
bermasalah dari nasabah kepada bank dengan kategori kredit kurang
lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Semakin tinggi NPF maka
semakin menurun kinerja perbankan. Hal ini sejalan dengan dimana
adanya pembiayaan bermasalah yang semakin besar dibandingkan
dengan aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan (income) dari pembiayaan yang diberikan,
sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk pada rentabilitas
bank. (Rahmaniah dan Wibowo, 2015)
∆Yt =
Yt-1
Yt- Yt-1 X 100%
53
Rumus yang digunakan dalam penelitiann ini mengacu pada SE
OJK No. 10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
b. FDR (Finance to Deposit Ratio)
Finance to Deposit Ratio adalah rasio pembiayaan terhadap
dana pihak ketiga yang diterima oleh bank (IBI, 2015:251). Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau
tidak likuid. Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan bank yang
likuid (Wardiah, 2013:298).
Perhitungan FDR mengacu pada SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
c. ROA (Return On Asset)
ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan
dengan aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi mengukur
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan
aktiva yang dimiliki (Wardiah, 2013:299).
NPF =
Total Pembiayaan
Pembiayaan Bermasalah X 100%
FDR =
Total DPK
Total Pembiayaan X 100%
54
Perhitungan rasio ini mengacu pada SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
d. NI (Net Imbalan)
NI merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba dengan cara
membandingkan pendapatan operasional dikurangi imbalan dan bonus
dengan rata-rata aktiva produktif. NI/NIM merupakan ukuran spread
atau gross margin dari aktiva kredit dan investasi dari bank (IBI,
2015:148).
Perhitungan rasio NI mengacu pada SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
e. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. Semakin besar BOPO maka akan
semakin kecil atau menurun kinerja keuangan perbankan. Begitu juga
sebaliknya, jika BOPO semakin kecil maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan perbankan semakin meningkat atau membaik. Rasio
NI =
Rata-rata Aktiva Produktif
Pendaptan Penyaluran Dana setelah
Bagi Hasil – (Imbalan dan Bonus) X 100%
ROA =
Rata-rata Total Aset
Laba sebelum Pajak X 100%
55
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya dalam Aini,
2013).
Perhitungan rasio BOPO mengacu pada SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
BOPO =
Pendapatan Operasional
Beban Operasional X 100%
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan analisis dan pembahasan data yang
berkaitan antara NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO dengan pertumbuhan
laba. Pada bab ini juga akan menjelaskan mengenai analisis deskriptif,
pengujian hipotesis, dan interpretasi hasil pengujian yang telah peneliti
lakukan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi data panel dengan menggunakan bantuan program Microsoft
Excel 2013 dan Eviews versi 9.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum
syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
laporan keuangan triwulanan bank umum syariah selama periode 2013-
2015. Data sekunder tersebut diperoleh dari website masing-masing bank
umum syariah maupun website Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)
dan website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Populasi yang digunakan adalah seluruh bank umum syariah yang
ada di Indonesia selama tahun 2013-2015, yaitu sebanyak 12 bank umum
syariah. Dari keseluruhan populasi, dilakukan teknik pengambilan sampel
yaitu purposive sampling dengan menyeleksi bank yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan oleh peneliti. Berdasarkan teknik pengambilan sampel
tersebut diperoleh 10 bank umum syariah yang layak dijadikan sampel.
57
2. Profil Perusahaan
a. Bank Rakyat Indonesia Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
surat No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November
2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT.
Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional
secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan
berdasarkan prinsip syariah Islam. (www.brisyariah.co.id)
b. Bank Syariah Bukopin
PT. Bank Syariah Bukopin sebagai bank yang beroperasi dengan
prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin,
Tbk. diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank
konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut
berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008.
(www.syariahbukopin.co.id)
c. Bank BCA Syariah
Guna memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka
berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat di
hadapan notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.si, PT. Bank Central Asia,
Tbk. (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank
58
UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah.
(www.bcasyariah.co.id)
d. Bank Panin Syariah
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (Panin Dubai Syariah Bank),
berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life
Center, Jl. Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat. Sesuai dengan
pasal 3 Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang lingkup
kegiatan Panin Dubai Syariah Bank adalah menjalankan kegiatan usaha
di bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat
Islam. Panin Dubai Syariah Bank mendapat ijin usaha dari Bank
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank
umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai Bank
Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.
(www.paninbanksyariah.co.id)
e. Bank Victoria Syariah
Menghadapi kompetisi antarbank yang semakin ketat, sektor
perbankan dituntut untuk terus berinovasi baik dari sisi produk, layanan
maupun operasional, yang berujung pada peningkatan kinerja usaha.
Untuk itu, di tahun 2013 Bank Victoria Syariah berkomitmen untuk
memperkokoh pondasi perusahaan sebagai bank ritel syariah dengan
melakukan pengembangan produk dan segmen bisnis baru untuk
59
percepatan pertumbuhan aset perusahaan.
(www.bankvictoriasyariah.co.id)
f. Bank BJB Syariah
Pendirian bank BJB Syariah diawali dengan pembentukan Unit
Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000. PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Barat dan Banten Tbk. berpandangan bahwa untuk mempercepat
pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program Bank Indonesia
yang menghendaki peningkatan share perbankan syariah, maka dengan
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk menjadikan Unit
Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah. (www.bjbsyariah.co.id)
g. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan
RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para
Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT
Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham
memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank
umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia
mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004
menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004,
60
sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum
konvensional menjadi bank umum syariah. (www.megasyariah.co.id)
h. Bank BNI Syariah
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan
akan dilakukan spin off tahun 2009. Disamping itu, komitmen
Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat
dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga
semakin meningkat. (www.bnisyariah.co.id)
i. Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani
yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme
usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan
Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM
hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang
lebih baik. (www.syariahmandiri.co.id)
61
j. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan
operasinya pada 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan
nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
dan beberapa pengusaha muslim. Pendirian Bank Muamalat juga
menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian
saham Perseroan senilai Rp84 miliar pada saat penandatanganan akta
pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan
pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari
masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp106 miliar.
(www.bankmuamalat.co.id)
62
B. Analisis Statistik Deskriptif
Pada bagian ini akan digambarkan ataupun dideskripsikan dari data
masing-masing variabel yang menampilkan karakteristik dari sampel yang
digunakan dalam penelitian ini. Karakteristik sampel tersebut meliputi: nilai
rata-rata sampel (mean), nilai maksimum dan minimum untuk masing-masing
variabel. Deskripsi dalam penelitian ini meliputi 6 variabel, yaitu Pertumbuhan
Laba (PL), Non Performing Finance (NPF), Finance to Deposit Ratio (FDR),
Return On Asset (ROA), Net Imbalan (NI), dan Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO). Perhitungan data variabel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Laba
Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang
direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-
biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wardiah, 2013:300). Pada
perusahan di bidang perbankan, laba yang diterima merupakan imbal hasil
dari jasa yang diberikan kepada nasabah.
Tabel. 4.1
Deskripsi Rata-rata Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BRI SYARIAH
I 12.24 -0.67 0.26
II 0.61 -0.98 24.23
III 0.42 -0.95 11.86
IV 0.27 -0.95 17.65
BANK SYARIAH
BUKOPIN
I 1.72 -0.75 0.96
II 1.49 -0.68 1.05
III 0.65 -0.64 2.01
IV 0.13 -0.56 2.21
63
Lanjutan
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BCA SYARIAH
I 1.27 0.69 0.22
II 0.41 -0.07 0.75
III 0.70 -0.08 0.90
IV 0.52 0.02 0.81
PANIN SYARIAH
I 1.67 -0.06 0.74
II 0.70 0.24 0.15
III 0.55 0.44 -0.08
IV -0.42 2.33 -0.24
VICTORIA SYARIAH
I 0.51 -0.37 -5.57
II -1.03 -1.03 68.92
III 0.51 -2.47 1.04
IV -0.60 -5.67 0.24
BJB SYARIAH
I 4.06 -2.38 -1.03
II 12.67 -0.96 1.12
III 1.00 -1.81 0.88
IV 0.56 -0.23 -0.66
BANK MEGA
SYARIAH
I 0.44 -0.66 -1.77
II 0.03 -0.67 -1.53
III -0.13 -0.91 -1.99
IV -0.19 -0.88 -0.30
BNI SYARIAH
I 2.31 -0.01 0.32
II 1.59 0.11 0.50
III 0.34 0.20 0.51
IV 0.15 0.39 0.40
BANK SYARIAH
MANDIRI
I 0.33 -0.22 -0.52
II -0.08 -0.59 -0.12
III -0.20 -0.42 -0.46
IV -0.19 -1.07 -7.46
BANK
MUAMALAT INDONESIA
I 0.62 0.05 -0.55
II 0.51 -0.23 -0.50
III 0.46 -0.92 2.62
IV 0.22 -0.88 0.26
Rata-rata 0.89 -0.61 3.01
Minimum -1.03 -5.67 -7.46
Maximum 12.67 2.33 68.92
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pertumbuhan laba masing-masing
bank, pertumbuhan laba terendah terjadi pada 2015 sebesar -7.46% oleh
64
Bank Syariah Mandiri, sedangkan pertumbuhan laba tertinggi terjadi pada
2015 sebesar 68.92% oleh Bank Victoria Syariah.
Rata-rata tingkat pertumbuhan laba bank syariah pada tahun 2013-
2014 mengalami penurunan. Penurunan ini dapat terjadi karena beberapa
hal, antara lain: adanya kenaikan biaya penghapusan kredit/pembiayaan
karena kualitas kredit/pembiayaan yang mengalami perburukan. Selain itu
penurunan laba bank juga disebabkan oleh faktor likuiditas yang ketat dan
menurunnya prospek bisnis memaksa bank untuk mengurangi penyaluran
kredit/pembiayaannya untuk menjaga kualitas asset produktif.
b. NPF (Non Performing Finance)
NPF adalah kredit (pembiayaan) bermasalah dari nasabah kepada
bank dengan kategori kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit
macet. Semakin tinggi NPF maka semakin menurun kinerja perbankan.
Hal ini sejalan dengan dimana adanya pembiayaan bermasalah yang
semakin besar dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat
mengakibatkan menurunnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan
dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan
berpengaruh buruk pada rentabilitas bank (Rahmaniah dan Wibowo,
2015).
65
Tabel. 4.2
Deskripsi Rata-rata NPF Bank Umum Syariah
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BRI SYARIAH
I 3.04 4.04 4.96
II 2.89 4.38 5.31
III 2.98 4.79 4.90
IV 4.06 4.60 4.86
BANK SYARIAH
BUKOPIN
I 4.62 4.61 4.52
II 4.32 4.31 3.03
III 4.45 4.27 3.01
IV 4.27 4.07 2.99
BCA SYARIAH
I 0.09 0.15 0.92
II 0.01 0.14 0.60
III 0.07 0.14 0.59
IV 0.10 0.12 0.70
PANIN SYARIAH
I 0.62 1.03 0.88
II 0.57 0.76 0.91
III 1.05 0.81 1.76
IV 1.02 0.53 2.63
VICTORIA
SYARIAH
I 2.98 4.00 7.49
II 6.63 6.63 5.03
III 4.29 7.46 6.56
IV 3.71 7.10 9.80
BJB SYARIAH
I 4.35 4.58 7.14
II 3.92 2.84 6.91
III 3.97 6.90 6.91
IV 1.86 5.91 6.93
BANK MEGA SYARIAH
I 2.83 3.22 4.33
II 3.67 3.48 4.86
III 3.30 3.77 4.78
IV 2.98 3.89 4.26
BNI SYARIAH
I 2.13 1.96 2.22
II 2.11 2.00 2.42
III 2.06 1.99 2.54
IV 1.86 1.86 2.53
BANK SYARIAH
MANDIRI
I 3.44 4.88 6.81
II 2.90 6.46 6.67
III 3.40 6.76 6.89
IV 4.32 6.84 6.06
66
Lanjutan
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BANK MUAMALAT
INDONESIA
I 2.02 2.11 6.34
II 2.19 3.30 4.93
III 2.17 5.96 4.64
IV 1.35 6.55 7.11
Rata-rata 2.71 3.72 4.40
Minimum 0.01 0.12 0.59
Maximum 6.63 7.46 9.80
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio NPF masing-masing bank,
diketahui rasio NPF terendah terjadi pada 2011 sebesar 0.01% oleh Bank
BCA Syariah, sedangkan rasio NPF tertinggi terjadi pada 2015 sebesar
9.80% oleh Bank Victoria Syariah. Rata-rata rasio NPF pada tahun 2013-
2015 terus mengalami peningkatan sehingga menyebabkan penurunan
tingkat pertumbuhan laba bank syariah. Bank yang baik adalah bank yang
mampu memelihara rasio NPF nya di bawah 5%, hal ini mengacu pada
SEBI No. 9/24/DPbs tahun 2007.
Penyebab meningkatnya rasio NPF ini karena semakin
memburuknya kualitas aktiva produktif sehingga banyak
kredit/pembiayaan nasabah yang mengalami macet. Meningkatnya rasio
NPF akan menyebabkan industri perbankan menyiapkan dana cadangan
untuk menjaga kualitas kredit/pembiayaannya.
c. FDR (Finance to Deposit Ratio)
Rasio FDR yang analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada
bank konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi
67
permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank
(Rahmaniah dan Wibowo, 2015).
Tabel. 4.3
Deskripsi Rata-rata FDR Bank Umum Syariah
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BRI SYARIAH
I 100.90 102.13 88.24
II 103.67 95.14 92.05
III 105.61 94.85 86.61
IV 102.70 93.90 84.16
BANK SYARIAH
BUKOPIN
I 87.80 97.14 95.12
II 92.43 102.84 93.82
III 95.15 103.66 91.82
IV 100.29 92.89 90.56
BCA SYARIAH
I 86.35 89.53 100.11
II 85.86 85.31 94.13
III 88.98 93.02 102.09
IV 83.48 91.17 91.40
PANIN SYARIAH
I 120.91 112.84 93.27
II 123.60 140.97 97.58
III 112.46 111.93 96.10
IV 90.40 94.04 96.43
VICTORIA
SYARIAH
I 82.25 87.07 102.39
II 110.13 110.13 85.73
III 80.83 107.90 102.11
IV 84.65 95.19 95.29
BJB SYARIAH
I 85.69 87.55 88.50
II 96.82 94.84 95.70
III 102.28 135.08 103.48
IV 97.40 93.69 104.75
BANK MEGA SYARIAH
I 98.37 95.53 95.21
II 104.19 95.68 94.92
III 102.89 90.50 98.86
IV 93.37 93.61 98.49
BNI SYARIAH
I 80.11 96.67 90.10
II 92.13 98.98 96.65
III 96.37 94.32 89.65
IV 97.86 92.60 91.94
68
Lanjutan
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BANK SYARIAH
MANDIRI
I 95.61 90.34 81.67
II 94.22 89.91 85.01
III 91.29 85.68 84.49
IV 89.37 81.92 81.99
BANK
MUAMALAT INDONESIA
I 87.90 105.40 95.11
II 93.28 96.78 99.05
III 91.16 98.81 96.09
IV 99.99 84.14 90.30
Rata-rata 95.59 97.48 93.66
Minimum 80.11 81.92 81.67
Maximum 123.60 140.97 104.75
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio FDR masing-masing bank,
rasio FDR terendah terjadi pada 2013 sebesar 80.11% oleh Bank BNI
Syariah, sedangkan rasio FDR tertinggi terjadi pada 2013 sebesar 140.97%
oleh Bank Panin Syariah. Rata-rata rasio FDR pada tahun 2014-2015
mengalami penurunan, hal ini terjadi karena bank syariah mengalami
kualitas aktiva produktif yang memburuk dan bank syariah lebih bersifat
defense demi menjaga likuditasnya. Bank dikatakan mampu mengelola
aktiva produktifnya dengan baik jika rasio FDR minimal 80%, hal ini
sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/40/DPM tahun 2015.
d. ROA (Return On Asset)
ROA adalah rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari
bisnis atas seluruh investasi yang dilakukan (Syukur, 2015). Semakin
besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.
69
Tabel. 4.4
Deskripsi Rata-rata ROA Bank Umum Syariah
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BRI SYARIAH
I 1.71 0.46 0.53
II 1.41 0.03 0.78
III 1.36 0.20 0.80
IV 1.15 0.08 0.76
BANK SYARIAH
BUKOPIN
I 1.08 0.22 0.35
II 1.04 0.27 0.49
III 0.79 0.23 0.66
IV 0.69 0.27 0.79
BCA SYARIAH
I 0.92 0.86 0.71
II 0.97 0.69 0.79
III 0.99 0.67 0.86
IV 1.01 0.76 1.00
PANIN SYARIAH
I 2.72 1.45 1.56
II 2.34 1.64 1.22
III 2.18 1.82 1.13
IV 1.03 1.99 1.14
VICTORIA
SYARIAH
I 1.22 0.49 -1.65
II -0.02 -0.02 1.37
III 1.67 -1.52 0.05
IV 0.50 -1.87 -2.36
BJB SYARIAH
I 1.92 -1.78 0.08
II 0.93 0.07 0.07
III 0.91 -0.49 -0.95
IV 0.91 0.69 0.25
BANK MEGA SYARIAH
I 3.57 1.18 -1.21
II 2.94 0.99 -0.73
III 2.57 0.24 -0.34
IV 2.33 0.29 0.30
BNI SYARIAH
I 1.62 1.22 1.20
II 1.24 1.11 1.30
III 1.22 1.11 1.32
IV 1.37 1.27 1.43
BANK SYARIAH
MANDIRI
I 2.56 1.77 0.81
II 1.79 0.66 0.55
III 1.51 0.80 0.42
IV 1.53 -0.04 0.56
70
Lanjutan
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BANK MUAMALAT
INDONESIA
I 1.72 1.44 0.62
II 1.66 1.03 0.51
III 1.68 0.10 0.36
IV 1.37 0.17 0.20
Rata-rata 1.50 0.52 0.44
Minimum -0.02 -1.87 -2.36
Maximum 3.57 1.99 1.56
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio ROA masing-masing bank,
diketahui bahwa rasio ROA terendah terjadi pada 2015 sebesar -2.36%
oleh Bank Victoria Syariah, dan rasio ROA tertinggi terjadi pada 2013
sebesar 3.57% oleh Bank Mega Syariah.
Rata-rata nilai ROA bank syariah pada tahun 2013-2015 terus
mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena meningkatnya pembiayaan
bermasalah pada bank syariah. Pengelolaan bank yang baik akan
menunjukkan rasio ROA berada pada angka > 1.5%, pengukuran ini
berdasarkan pada SEBI No. 13/24/DPNP/2011.
e. NI (Net Imbalan)
NI merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba dengan cara
membandingkan rata-rata total aktiva produktif dengan pendapatan
penyaluran dana setelah bagi hasil dikurangi dengan bonus.
71
Tabel. 4.5
Deskripsi Rata-rata NI Bank Umum Syariah
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BRI SYARIAH
I 6.61 6.09 7.00
II 6.57 5.97 1.67
III 7.48 5.90 1.51
IV 6.72 6.04 1.81
BANK SYARIAH
BUKOPIN
I 4.08 3.17 2.91
II 4.01 2.75 2.96
III 4.07 2.67 3.07
IV 3.86 2.76 3.14
BCA SYARIAH
I 8.45 5.95 4.88
II 8.40 6.23 4.75
III 8.04 6.14 4.69
IV 7.73 4.00 4.90
PANIN SYARIAH
I 6.46 4.10 3.59
II 6.15 5.06 3.87
III 4.97 4.34 3.61
IV 4.26 4.38 3.82
VICTORIA
SYARIAH
I 4.86 2.71 3.27
II 3.47 1.69 3.29
III 6.49 3.67 3.10
IV 2.96 3.34 2.80
BJB SYARIAH
I 7.13 5.63 6.25
II 6.30 5.88 5.35
III 6.49 4.83 5.46
IV 6.65 4.88 5.68
BANK MEGA SYARIAH
I 11.66 8.39 8.97
II 11.50 8.38 9.55
III 11.21 8.08 9.73
IV 10.66 8.33 9.34
BNI SYARIAH
I 10.28 7.61 8.12
II 9.07 7.42 8.15
III 9.22 7.37 8.21
IV 9.51 8.15 8.25
BANK SYARIAH
MANDIRI
I 7.09 6.39 6.31
II 7.31 6.20 6.27
III 7.23 6.04 6.36
IV 7.25 6.20 6.53
72
Lanjutan
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BANK MUAMALAT
INDONESIA
I 4.61 4.28 4.40
II 4.62 4.13 4.21
III 4.57 5.67 4.18
IV 4.64 3.40 4.09
Rata-rata 6.82 5.34 5.10
Minimum 2.96 1.69 1.51
Maximum 11.66 8.39 9.73
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio NI masing-masing bank, rasio
NI terendah terjadi pada 2015 sebesar 1.51% oleh Bank BRI Syariah, dan
rasio NI tertinggi terjadi pada 2013 sebesar 11.66% oleh Bank Mega
Syariah. Rata-rata rasio NI pada tahun 2013 – 2015 terus mengalami
penurunan, akan tetapi masih berada pada batas normal karena masih
berada pada angka > 3%. Perhitungan tersebut berdasarkan SEBI No.
9/24/DPbs tahun 2007. Menurunnya rasio NI ini menunjukkan bahwa
bank melakukan kegiatan usahanya dengan efisien, karena bank dapat
menawarkan pembiayaan yang lebih murah kepada nasabah sebagai akibat
dari sumber dana bank syariah yang banyak dan murah.
f. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan efisiensi bank
terhadap operasionalnya. Semakin tinggi rasio BOPO, maka akan semakin
tidak efisien biaya operasional bank tersebut (Dendawijaya dalam Amelia,
2015).
73
Tabel. 4.6
Deskripsi Rata-rata BOPO Bank Umum Syariah
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BRI SYARIAH
I 85.54 92.43 96.20
II 87.55 99.84 93.84
III 80.80 97.35 93.91
IV 95.24 99.14 93.79
BANK SYARIAH
BUKOPIN
I 88.67 97.33 96.10
II 88.82 96.83 94.78
III 91.50 97.08 93.14
IV 92.29 96.73 91.99
BCA SYARIAH
I 88.76 85.37 90.62
II 88.36 88.95 94.89
III 87.46 88.95 94.61
IV 86.91 88.11 94.10
PANIN SYARIAH
I 59.42 80.67 79.19
II 64.34 75.58 88.80
III 64.17 72.90 89.57
IV 81.31 82.58 89.29
VICTORIA
SYARIAH
I 78.78 91.65 114.78
II 100.66 100.24 90.02
III 79.28 112.17 99.74
IV 91.95 143.31 119.19
BJB SYARIAH
I 71.47 133.60 98.73
II 84.52 98.82 99.47
III 85.04 102.31 104.25
IV 85.76 96.94 98.78
BANK MEGA SYARIAH
I 77.48 89.82 110.53
II 81.41 91.90 104.80
III 84.21 97.96 102.33
IV 86.09 97.61 99.51
BNI SYARIAH
I 82.95 89.41 89.87
II 84.44 90.36 90.39
III 84.06 90.54 91.60
IV 83.94 89.90 89.63
BANK SYARIAH
MANDIRI
I 69.24 81.99 91.57
II 81.63 93.03 96.16
III 87.53 93.02 97.41
IV 84.03 100.60 94.78
74
Lanjutan
Nama Bank Triwulan 2013 2014 2015
BANK MUAMALAT
INDONESIA
I 82.07 85.55 93.37
II 82.79 89.11 94.84
III 82.67 98.32 96.26
IV 85.12 64.81 97.41
Rata-rata 83.15 94.11 96.00
Minimum 59.42 64.81 79.19
Maximum 100.66 143.31 119.19
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio BOPO masing-masing bank,
rasio BOPO terendah terjadi pada 2013 sebesar 59.42% oleh Bank Panin
Syariah, dan rasio BOPO tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 143.31% oleh
Bank Victoria Syariah. Rata-rata rasio BOPO pada tahun 2013-2015 terus
mengalami peningkatan, artinya bank syariah mengalami inefisiensi dalam
kegiatan usahanya.
Meningkatnya rasio BOPO ini dapat disebabkan karena penaikan
provisi atau pencadangan seiring dengan naiknya pembiayaan bermasalah.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berdampak pada
nasabah yang mengalami kesulitan pada usahanya sehingga mengalami
pembiayaan bermasalah. Berdasarkan SEBI No. 9/24/DPbs tahun 2007,
rata-rata rasio BOPO bank syariah pada tahun 2013-2014 masih efisien
karena rasio BOPO berada pada level ≤ 94%.
75
C. Uji Stasioneritas
Tabel. 4.7
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller (ADF)
Variabel
Tingkat Stasioneritas
Keterangan Level
t-statistic Test Critical Value
Probability 1% level 5% level 10% level
PL -10.5162 -3.48606 -2.88586 -2.57982 0.0000 STASIONER
NPF -3.09975 -3.48606 -2.88586 -2.57982 0.0292 STASIONER
FDR -7.16737 -3.48606 -2.88586 -2.57982 0.0000 STASIONER
ROA -5.78130 -3.48606 -2.88586 -2.57982 0.0000 STASIONER
NI -3.19902 -3.48606 -2.88586 -2.57982 0.0225 STASIONER
BOPO -6.56884 -3.48606 -2.88586 -2.57982 0.0000 STASIONER
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan hasil uji Augmented Dickey Fuller pada tingkat level
menunjukkan bahwa variabel dependen (PL) maupun variabel independen
(NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO) sudah stasioner. Hal ini dilihat dari nilai
probabilitas ADF < nilai signifikansi (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa data sudah stasioner. Karena seluruh
data yang digunakan sudah stasioner, maka dapat dilanjutkan ke tahap uji
selanjutnya.
76
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Gambar. 4.1
Grafik Hasil Uji Normalitas Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan histrogram uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa
probablity Jarque-Bera < nilai signifikansi (0.000000 < 0.05). Artinya data
pada penelitian ini tidak berdistribusi secara normal, hal ini dapat terjadi
karena adanya outlier pada data. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data
yang berdistribusi secara normal maka perlu dilakukan perbaikan atas data
outlier tersebut. Peneliti akan memperbaiki data dengan cara melakukan
transformasi data pada variabel independen (PL) menjadi bentuk logaritma
(LOGPL). Setelah dilakukan transformasi pada variabel independen,
kemudian dilakukan uji normalitas kembali dengan hasil sebagai berikut.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-10 0 10 20 30 40 50 60
Series: ResidualsSample 1 120Observations 120
Mean 6.31e-15Median -0.918514Maximum 61.66195Minimum -9.848445Std. Dev. 6.687473Skewness 6.830853Kurtosis 61.95416
Jarque-Bera 18311.18Probability 0.000000
77
Gambar. 4.2
Grafik Hasil Uji Normalitas setelah Transformasi Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel uji normalitas setelah transformasi di atas dapat
diketahui bahwa nilai probability Jarque-Bera lebih > nilai signifikansi
(0.574736 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal dan dapat dilanjutkan ke pengujian berikutnya.
2. Uji Multikolinearitas
Tabel. 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
NPF FDR ROA NI BOPO
NPF 1.000000 -0.081183 -0.592238 -0.236070 0.558190
FDR -0.081183 1.000000 0.060708 -0.074145 -0.118698
ROA -0.592238 0.060708 1.000000 0.352926 -0.861810
NI -0.236070 -0.074145 0.352926 1.000000 -0.194950
BOPO 0.558190 -0.118698 -0.861810 -0.194950 1.000000
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hubungan antar
variabel independen (NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO) tidak ada yang
menunjukkan nilai korelasi > 0.9. Nilai korelasi tertinggi sebesar 0.558190
yaitu antara NPF dengan BOPO. Karena 0.558190 < 0.9 maka diputuskan
bahwa H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam model tidak
terjadi gejala multikolinearitas.
0
2
4
6
8
10
-3 -2 -1 0 1 2 3
Series: ResidualsSample 1 120Observations 66
Mean -5.38e-17Median 0.066135Maximum 3.119392Minimum -3.517827Std. Dev. 1.253842Skewness 0.014558Kurtosis 3.633994
Jarque-Bera 1.107689Probability 0.574736
78
3. Uji Heteroskedastisitas
Gambar. 4.3
Grafik Uji Heteroskedastisitas
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa grafik tidak
membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
tidak bersifat heteroskedastisitas. Selain dengan menggunakan grafik, untuk
mendeteksi masaah heteroskedastisitas juga dapat digunakan dengan
mengunakan uji statistik yatu dengan menggunakan uji white.
Tabel. 4.9
Hasil Uji White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.541044 Prob. F(5,60) 0.7444
Obs*R-squared 2.847362 Prob. Chi-Square(5) 0.7235
Scaled explained SS 3.099146 Prob. Chi-Square(5) 0.6847
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel hasil uji white dapat diketahui bahwa nilai
probability Chi-Square Obs*R-squared > nilai signifikansi (0.7235 > 0.05),
dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Artinya tidak
-4
-2
0
2
4
-4
-2
0
2
4
6
1 4
11
14
21
24
27
32
35
38
43
46
58
61
64
73
86
90
93
96
11
0
11
3
Residual Actual Fitted
79
terjadi heteroskedastisitas sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian
selanjutnya.
4. Uji Autokorelasi
Tabel. 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.025256 Prob. F(2,58) 0.1412
Obs*R-squared 4.308324 Prob. Chi-Square(2) 0.1160
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa
nilai probability Chi-Square Obs*R-squared > nilai signifikansi (0.1160 >
0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi dalam
model.
E. Pengujian Model Regresi Data Panel
Regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga model
yaitu, common effect, fixed effect, dan randon effect. Pemilihan model
dilakukan dengan menggunakan uji chow untuk memilih alternatif pilihan
antara model common effect dan fixed effect, selanjutnya menggunakan uji
Hausman untuk memilih alternatif pilihan antara model fixed effect dan
random effect. Setelah didapatkan model yang terbaik berdasarkan uji Chow
dan uji Hausman, kemudian melihat hasi uji t (pengaruh secara parsial) dan uji
F (pengaruh secara simultan) antara variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen, serta koefisien determinasi (Adjusted R-Squared) untuk
mengetahui seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan
pengaruhnya terhadap variabel dependen dari output estimasi model terpilih.
80
1. Common Effect Model
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk melakukan
pemilihan model dengan melakukan uji Chow adalah dengan
meregresikan data panel menggunakan bentuk model common effect.
Tabel. 4.11
Hasil Regresi Data Panel Model Common Effect
Dependent Variable: PL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/15/17 Time: 15:22
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 120 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF? 0.427978 0.359504 1.190467 0.2363
FDR? -0.101670 0.053610 -1.896470 0.0604
ROA? 4.046415 1.007746 4.015313 0.0001
NI? -0.979711 0.304453 -3.217936 0.0017
BOPO? 0.128129 0.058579 2.187273 0.0307 R-squared 0.136425 Mean dependent var 1.169583
Adjusted R-squared 0.106388 S.D. dependent var 7.198848
S.E. of regression 6.805147 Akaike info criterion 6.714009
Sum squared resid 5325.653 Schwarz criterion 6.830155
Log likelihood -397.8406 Hannan-Quinn criter. 6.761177
Durbin-Watson stat 1.925759
Sumber: ouput Eviews (data diolah)
81
2. Fixed Effect Model
Langkah kedua adalah dengan meregresikan data panel dengan
model fixed effect.
Tabel. 4.12
Hasil Regresi Data Panel Model Fixed Effect
Dependent Variable: PL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/15/17 Time: 15:22
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 120 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 17.89889 14.18194 1.262090 0.2097
NPF? 0.662828 0.636295 1.041698 0.2999
FDR? -0.133379 0.073021 -1.826580 0.0706
ROA? 4.366225 1.521488 2.869708 0.0050
NI? -1.903222 0.587200 -3.241182 0.0016
BOPO? 0.011339 0.114202 0.099285 0.9211
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C 1.565420
BJBS--C 2.086638
BMI--C -4.371551
BMS--C 4.683909
BNIS--C 3.139854
BRIS--C 3.032361
BSB--C -4.543217
BSM--C -3.897111
PANINS--C -3.319914
VICTORIAS--C 1.623611 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.269630 Mean dependent var 1.169583
Adjusted R-squared 0.172247 S.D. dependent var 7.198848
S.E. of regression 6.549578 Akaike info criterion 6.713147
Sum squared resid 4504.182 Schwarz criterion 7.061583
Log likelihood -387.7888 Hannan-Quinn criter. 6.854649
F-statistic 2.768767 Durbin-Watson stat 2.157740
Prob(F-statistic) 0.001571
Sumber: output Eviews (data diolah)
82
3. Uji Chow
Setelah memperoleh hasil dari model common effect dan fixed effect,
untuk menentukan model yang akan dipilih maka dilakukan Uji Chow.
Dengan kriteria pengambilan keputusan jika probabilitas > nilai
signifikansi (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak, maka model yang
dipilih adalah common effect. Jika nilai probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima, maka yang dipilih adalah model fixed effect.
Tabel. 4.13
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.118179 (9,105) 0.0342
Cross-section Chi-square 20.020089 9 0.0178
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel hasil uji Chow di atas dapat dilihat bahwa niai
Cross-section Chi-square < nilai signifikansi (0.0178 < 0.05), maka H0
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model
yang dipilih adalah model fixed effect.
4. Random Effect Model
Setelah melakukan Uji Chow untuk memilih model antara common
effect dan fixed effect, langkah selanjutnya adalah meregresikan model ke
dalam bentuk random effect untuk kemudian dilakukan Uji Hausman
dalam menentukan model yang dipilih apakah fixed effect atau random
effect.
83
Tabel. 4.14
Hasil Regresi Data Panel Model Random Effect
Dependent Variable: PL?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/15/17 Time: 15:22
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 120
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.200110 12.95586 0.478556 0.6332
NPF? 0.472423 0.385481 1.225544 0.2229
FDR? -0.121048 0.065297 -1.853798 0.0664
ROA? 3.892745 1.414288 2.752441 0.0069
NI? -1.059989 0.327234 -3.239238 0.0016
BOPO? 0.085201 0.109021 0.781512 0.4361
Random Effects (Cross)
BCAS--C 0.220204
BJBS--C 0.451055
BMI--C -0.816404
BMS--C 0.384997
BNIS--C 0.310765
BRIS--C 0.981666
BSB--C -0.772653
BSM--C -1.121760
PANINS--C -0.432408
VICTORIAS--C 0.794539 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 1.204229 0.0327
Idiosyncratic random 6.549578 0.9673 Weighted Statistics R-squared 0.149131 Mean dependent var 0.986483
Adjusted R-squared 0.111812 S.D. dependent var 7.119202
S.E. of regression 6.709401 Sum squared resid 5131.832
F-statistic 3.996129 Durbin-Watson stat 1.970126
Prob(F-statistic) 0.002235 Unweighted Statistics R-squared 0.135487 Mean dependent var 1.169583
Sum squared resid 5331.441 Durbin-Watson stat 1.896364
Sumber: output Eviews (data diolah)
84
5. Uji Hausman
Setelah melakukan uji Chow dan memperoleh hasil bahwa model
fixed effect yang digunakan, selanjutnya perlu dilakukan uji Hausman
untuk memilih antara model fixed effect dan random effect dengan kriteria
jika probabilitas > nilai signifikansi (0.05) maka H0 diterima dan Ha
ditolak, artinya model yan dipilih adalah random effect. Sedangkan jika
probabilitas < nilai signifikansi (0.05) maka H0 ditolak dan Ha diterima,
artinya model yang dipilih adalah fixed effect.
Tabel. 4.15
Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 10.631554 5 0.0592
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel hasil uji Hausman di atas dapat diketahui bahwa
nilai probabilitas Cross-section random > nilai signifikansi (0.0592 >
0.05), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa model yang dipilih adalah Random Effect Model.
F. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel
1. Pengaruh Variabel NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO terhadap
Pertumbuhan Laba secara Parsial (Uji t)
Guna mengetahui besarnya pengaruh variabel NPF, FDR, ROA, NI,
dan BOPO secara parsial terhadap pertumbuhan laba digunakan uji t.
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh variabel
85
independen terhadap variabel dependen. Jika probabilitas < 0.05 maka H0
ditolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel. 4.16
Uji t Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
NPF? 0.472423 0.385481 1.225544 0.2229
FDR? -0.121048 0.065297 -1.853798 0.0664
ROA? 3.892745 1.414288 2.752441 0.0069
NI? -1.059989 0.327234 -3.239238 0.0016
BOPO? 0.085201 0.109021 0.781512 0.4361
Sumber: output Eviews (data diolah)
Penjelasan dari tabel uji t adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Non Performing Finance (NPF) terhadap pertumbuhan laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas NPF > nilai signifikansi 5% (0.2229 > 0.05)
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
NPF memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
b. Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabitas FDR > nilai signifikansi 5% (0.0664 > 0.05)
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
FDR memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
86
c. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap pertumbuhan laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas ROA < nilai signifikansi 5% (0.0069 < 0.05)
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
d. Pengaruh Net Imbalan (NI) terhadap pertumbuhan laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas NI < nilai signifikansi 5% (0.0016 < 0.05)
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
NI memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
e. Pengaruh Beban Operasional terhadap Biaya Operasional (BOPO)
terhadap pertumbuhan laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas BOPO > nilai signifikansi 5% (0.4361 >
0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa BOPO memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
2. Pengaruh Variabel NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO terhadap
Pertumbuhan Laba secara Simultan (Uji F)
Guna mengetahui besarnya pengaruh variabel NPF, FDR, ROA,
NI, dan BOPO secara simultan terhadap pertumbuhan laba digunakan
uji F. Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
87
dependen. Apabila probabilitas < nilai signifikansi, maka H0 ditolak
dan Ha diterima, sehingga disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.
Sedangkan apabila nilai probabilitas > nilai signifikansi maka H0
diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel independen. Uji hipotesis secara simultan dapat diihat dari
tabel berikut:
Tabel. 4.17
Uji F
Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 1.204229 0.0327
Idiosyncratic random 6.549578 0.9673 Weighted Statistics R-squared 0.149131 Mean dependent var 0.986483
Adjusted R-squared 0.111812 S.D. dependent var 7.119202
S.E. of regression 6.709401 Sum squared resid 5131.832
F-statistic 3.996129 Durbin-Watson stat 1.970126
Prob(F-statistic) 0.002235
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan hasil uji F di atas dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas F-statistic < nilai signifikansi 5% (0.002235 < 0.05),
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen (NPF, FDR, ROA, NI, dan BOPO) terhadap variabel
dependen (pertumbuhan laba) secara simultan.
88
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel
dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.18
Koefisien Determinasi
Weighted Statistics R-squared 0.149131 Mean dependent var 0.986483
Adjusted R-squared 0.111812 S.D. dependent var 7.119202
S.E. of regression 6.709401 Sum squared resid 5131.832
F-statistic 3.996129 Durbin-Watson stat 1.970126
Prob(F-statistic) 0.002235
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas besarnya niai Adjusted R-squared
adalah 0.111812. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
laba (PL) dapat dijelaskan oleh variabel independen (NPF, FDR, ROA,
NI, dan BOPO) sebesar 11.18%. Sedangkan sisanya (100% - 11.18% =
88.82%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi penelitian.
89
G. Persamaan Model Regresi Data Panel
Tabel. 4.19
Model Regersi Random Effect
Dependent Variable: PL?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/15/17 Time: 15:22
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 120
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.200110 12.95586 0.478556 0.6332
NPF? 0.472423 0.385481 1.225544 0.2229
FDR? -0.121048 0.065297 -1.853798 0.0664
ROA? 3.892745 1.414288 2.752441 0.0069
NI? -1.059989 0.327234 -3.239238 0.0016
BOPO? 0.085201 0.109021 0.781512 0.4361
Random Effects (Cross)
BCAS--C 0.220204
BJBS--C 0.451055
BMI--C -0.816404
BMS--C 0.384997
BNIS--C 0.310765
BRIS--C 0.981666
BSB--C -0.772653
BSM--C -1.121760
PANINS--C -0.432408
Sumber: output Eviews (data diolah
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model regresi antara
variabel dependen (PL) dan variabel independen (NPF, FDR, ROA, NI, dan
BOPO) sebagai berikut:
PLit = 6.200110 + 0.472423 NPFit – 0.121048 FDRit + 3.892745 ROAit –
1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Konstanta sebesar 6.200110 menunjukkan bahwa jika variabel independen
(NPF, FDR, GWM, ROA, NI, BOPO, CAR) pada observasi ke i dan periode
ke t adalah konstan, maka nilai Pertumbuhan Laba adalah 6.200110.
90
2. Jika nilai NPF pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka akan
meningkatkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 0.472423.
3. Jika nilai FDR pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka akan
menurunkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 0.121048.
4. Jika nilai ROA pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka akan
meningkatkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 3.892745.
5. Jika nilai NI pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka
akan menurunkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode
ke t sebesar -1.059989.
6. Jika nilai BOPO pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka akan
menaikkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 0.085201.
91
H. Persamaan Model Regresi Tiap Bank
Tabel. 4.20
Model Regresi Tiap Bank
Random Effects (Cross)
BCAS--C 0.220204
BJBS--C 0.451055
BMI--C -0.816404
BMS--C 0.384997
BNIS--C 0.310765
BRIS--C 0.981666
BSB--C -0.772653
BSM--C -1.121760
PANINS--C -0.432408
VICTORIAS--C 0.794539
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan output Eviews tersebut, maka didapat persamaan model
regresi tiap bank umum syariah sebagai berikut:
1. Persamaan model regresi BCA Syariah
Pertumbuhan Laba BCA Syariahit = 0.220204 + 0.472423 NPFit – 0.121048
FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada BCA Syariah naik sebesar 0.220204.
2. Persamaan model regresi BJB Syariah
Pertumbuhan Laba BJB Syariahit = 0.451055 + 0.472423 NPFit – 0.121048
FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada BJB Syariah naik sebesar 0.451055.
92
3. Persamaan model regresi Bank Muamalat Indonesia
Pertumbuhan Laba Bank Muamalat Indonesiait = -0.816404 + 0.472423
NPFit – 0.121048 FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201
BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada Bank Muamalat Indonesia turun sebesar
0.816404.
4. Persamaan model Regresi Bank Mega Syariah
Pertumbuhan Laba Bank Mega Syariahit = 0.384997 + 0.472423 NPFit –
0.121048 FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada Bank Mega Syariah naik sebesar 0.384997.
5. Persamaan model regresi BNI Syariah
Pertumbuhan Laba BNI Syariahit = 0.310765 + 0.472423 NPFit – 0.121048
FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada BNI Syariah naik sebesar 0.310765.
6. Persamaan model regresi BRI Syariah
Pertumbuhan Laba BRI Syariahit = 0.981666 + 0.472423 NPFit – 0.121048
FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada BRI Syariah naik sebesar 0.981666.
93
7. Persamaan model regresi Bank Syariah Bukopin
Pertumbuhan Laba Bank Syariah Bukopinit= -0.772653 + 0.472423 NPFit –
0.121048 FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada Bank Syariah Bukopin turun sebesar
0.772653.
8. Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri
Pertumbuhan Laba Bank Syariah Mandiriit = -1.121760 + 0.472423 NPFit –
0.121048 FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada Bank Syariah Mandiri turun sebesar
1.121760.
9. Persamaan model regresi Bank Panin Syariah
Pertumbuhan Laba Bank Panin Syariahit = -0.432408 + 0.472423 NPFit –
0.121048 FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada Bank Panin Syariah turun sebesar 0.432408.
10. Persamaan model regresi Bank Victoria Syariah
Pertumbuhan Laba Bank Victoria Syariahit = 0.794539+ 0.472423 NPFit –
0.121048 FDRit + 3.892745 ROAit – 1.059989 NIit + 0.085201 BOPOit + eit
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah tetap,
maka pertumbuhan laba pada Bank Victoria Syariah naik sebesar 0.794539.
94
I. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Pengaruh NPF (Non Performing Finance) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPF memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian
penelitian ini menolak hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa NPF
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probability yang lebih besar dari nilai
signifikansi 5% (0.2229 > 0.05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aini (2013), dan Emilda (2016) yang menyatakan bahwa NPF/NPL
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Adanya
perbedaan sampel, rentang waktu, dan karakteristik data penelitian
menyebabkan hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fathoni, dkk (2012), dan Lubis (2013) yang menyatakan
bahwa NPF/NPL berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Semakin tinggi rasio NPF maka semakin menurun kinerja perbankan
sehingga menghilangkan kesempatan memperoleh laba. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya pembiayaan bermasalah yang semakin besar
dibandingkan dengan aktiva produktifnya sehingga dapat mengakibatkan
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan (income) dari
pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh
buruk pada rentabilitas bank (Rahmaniah dan Wibowo, 2015).
95
Non Performing Finance (NPF) memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan laba menandakan bahwa perubahan yang
ditunjukkan oleh NPF akan diikuti oleh pertumbuhan laba namun tidak
signifikan. Artinya, bank syariah tidak perlu khawatir terhadap peningkatan
rasio NPF selama masih berada pada level aman di bawah 5% sesuai dengan
peraturan yang berlaku, karena jika terlalu tinggi maka bank akan
kehilangan kesempatan memperoleh laba sehingga bank sangat perlu untuk
mengelola risiko kredit/pembiayaan secara efektif.
2. Pengaruh FDR (Finance to Deposit Ratio) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel FDR memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian
penelitian ini menolak hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa FDR
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probability yang lebih besar dari nilai
signifikansi 5% (0.00664 > 0.05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fathoni, dkk (2012), Emilda (2016), Setiawan dan Hanryono (2016) yang
menyatakan hasil penelitian bahwa rasio FDR/LDR berpengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Adanya perbedaan sampel, rentang
waktu, dan karakteristik data penelitian menyebabkan hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahputra, dkk (2014),
Hadiwidjaja (2016), dan Lubis (2013) yang menyatakan bahwa FDR/LDR
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
96
FDR/LDR yang berada di bawah target dan limitnya, maka dapat
dikatakan bahwa bank memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan
menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya
pemeliharaan kas yang menganggur (Kuncoro dan Suhardjono dalam Aini,
2013). Semakin tinggi pembiayaan yang disalurkan, maka akan semakin
tinggi kesempatan bank memperoleh laba (dengan asumsi bahwa bank
tersebut dapat mengelola risiko pembiayaan dengan efektif). Hasil yang
didapatkan tidak signifikan dapat terjadi karena bank tidak sepenuhnya
menempatkan dana pihak ketiga (DPK) ke pembiayaan, namun bank lebih
memilih untuk memelihara likuiditas. Akibatnya bank memiliki idle money
sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan yang dapat menurunkan
kesempatan memperoleh laba.
Finance to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan laba menunjukkan bahwa setiap perubahan yang
terjadi pada FDR diikuti oleh pertumbuhan laba namun tidak signifikan,
walaupun memiliki pengaruh yang tidak signifikan bukan berarti lembaga
perbankan tidak memberikan perhatian terhadap perubahan yang terjadi
pada FDR. Akan tetapi lembaga perbankan tetap harus mengikuti ketentuan
tentang pemenuhan minimum rasio FDR.
3. Pengaruh ROA (Return On Asset) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian
penelitian ini menerima hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa ROA
97
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probability yang lebih kecil dari nilai
signifikansi 5% (0.0069 < 0.05).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fathoni, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba, karena ROA merupakan indikator
untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Adanya perbedaan sampel, rentang waktu, dan
karakteristik data penelitian menyebabkan hasil penelitian ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahputra, dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa rasio ROA memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari total asset bank yang
bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut (Dendawijaya dalam Fathoni, 2012).
Return On Asseet (ROA) memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba menandakan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada
rasio ROA diikuti dengan pertumbuhan laba secara signifikan. Sehingga
bank perlu memperhatikan perubahan yang terjadi pada ROA, karena
semakin besar rasio ROA yang diperoleh maka akan semakin besar
keuntungan yang didapatkan oleh bank sehingga menyebabkan
pertumbuhan laba bank akan terus meningkat.
98
4. Pengaruh NI (Net Imbalan) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NI memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian penelitian ini
menerima hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa NI berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji
hipotesis dengan nilai probability lebih kecil dari nilai signifikansi 5%
(0.0016 < 0.05).
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syahputra, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa NI/NIM memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, karena rasio NI mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan
yang berasal dari margin pembiayaan. Adanya perbedaan sampel, rentang
waktu, dan karakteristik data penelitian menyebabkan hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathoni, dkk. (2012)
yang menyatakan bahwa NI/NIM memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
NI merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
aktiva produktif dalam menghasilkan laba dengan cara membandingkan
pendapatan operasional dikurangi imbalan dan bonus dengan rata-rata
aktiva produktif. NI/NIM merupakan ukuran spread atau gross margin dari
aktiva kredit dan investasi dari bank (IBI, 2015:148). Artinya semakin tinggi
NI/NIM maka akan semakin tinggi laba yang diterima bank.
99
Net Imbalan (NI) memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba menunjukkan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada
rasio NI diikuti oleh pertumbuhan laba secara signifikan, sehingga lembaga
perbankan perlu memberikan perhatian lebih terhadap perubahan yang
terjadi pada rasio NI untuk meningkatkan profitabilitas bank.
5. Pengaruh BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel BOPO memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan
demikian penelitian ini menolak hipotesis kelima (H5) yang menyatakan
bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probability yang lebih
besar dari nilai nilai signifikansi 5% (0.4361 > 0.05).
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Emilda (2016) yang menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Adanya perbedaan sampel, rentang
waktu, dan karakteristik data penelitian menyebabkan hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayatullah (2012)
yang mengemukakan bahwa rasio BOPO berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Rasio BOPO menunjukkan seberapa efisien manajemen suatu bank
dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio ini berarti
100
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas dalam Syahputra, dkk., 2014).
Rasio BOPO memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba mengindikasikan bahwa setiap perubahan yang terjadi
pada rasio BOPO diikuti dengan pertumbuhan laba akan tetapi tidak
signifikan. Walaupun memiliki pengaruh yang tidak signifikan bukan
berarti manajemen bank tidak perlu melakukan efisiensi dalam kegiatan
operasionalnya, namun manajemen bank harus menggunakan biaya
operasional secara efektif dan tepat sasaran agar kegiatan operasional bank
berjalan optimal sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan laba.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) diketahui bahwa
pengaruh antara masing-masing variabel independen (NPF, FDR, ROA, NI,
dan BOPO) terhadap pertumbuhan laba sebagai berikut:
a. Variabel NPF memiliki nilai koefisien 0.2229 > 0.05, maka NPF
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
tingkat signifikansi 5%.
b. Variabel FDR memiliki nilai koefisien 0.0664 > 0.05, maka FDR
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
tingkat signifikansi 5%.
c. Variabel ROA memiliki nilai koefisien 0.0069 < 0.05, maka ROA
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada tingkat
signifikansi 5%.
d. Variabel NI memiliki nilai koefisien 0.0016 < 0.05, maka NI memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada tingkat
signifikansi 5%.
e. Variabel BOPO memiliki nilai koefisien 0.4361 > 0.05, maka BOPO
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
tingkat signifikansi 5%.
102
2. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara simultan (uji F) ditemukan
bahwa nilai Probability (F-statistic) 0.002235 < 0.05, maka terdapat
pengaruh signifikan antara variabel independen (NPF, FDR, ROA, NI, dan
BOPO) terhadap pertumbuhan laba bank umum syariah di Indonesia pada
tingkat signifikansi 5%.
B. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Guna menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba
bank syariah, penelitian ini hanya memfokuskan pada variabel internal
bank syariah.
2. Data yang dibutuhkan kurang lengkap sehingga perlu adanya penyesuain
rentang waktu yang digunakan.
C. Saran
1. Perlu adanya perbaikan dalam publikasi laporan keuangan bank terutama
dalam penggunaan istilah rasio keuangan yang sudah ditetapkan oleh BI
maupun OJK agar informasi yang didapat lebih lengkap dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel independen
lain seperti faktor-faktor eksternal bank syariah maupun faktor internal
yang belum dimasukkan dalam penelitian ini.
3. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambahkan variabel lain dan menggunakan metode yang berbeda.
103
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. “Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan Kualitas Aktiva Produktif
Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang
terdaftar di BEI Tahun 2009-2011)”, Dinamika Akuntansi, Keuangan dan
Perbankan Vol.2 No.2, 2013.
Chandra, Riandi, dkk. “Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Mandiri dan
PT Bank Mandiri Tbk dengan Menggunakan Metode CAMEL”, Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi Vol. 16 No. 02, 2016.
Dewi, Luh Eprima, dkk. “Analisis Pengaruh NIM, BOPO, LDR, dan NPL Terhadap
Profitabilitas (Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional yang
Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)”, e-journal S1 Ak.
Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 3 No.1, 2015. Diakses pada 08
November 2016 dari https://goo.gl/o0QG0q
Emilda. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba pada Bank
Syariah di Indonesia”, Jurnal Media Wahana Ekonomika Vol.12 No.4, 2016.
Endri. “Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan
Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-Score”, Perbanas Quarterly
Review Vol.2 No.1, 2009.
Fathoni, Muhammad Isnaini, dkk. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sektor Perbankan”, Jurnal Ekonomi
Manajemen Sumber Daya Vol.13 No.1, 2013.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23”,
Semarang, Badan Penerbit Diponegoro, 2016.
Hadiwidjaja, Rini Dwiyani. “The Influence of the Banks’s Performance Ratio to
Profit Growth on Banking Companies in Indonesia”, Review of Integrative
Business & Economics Research Vol.5 No.1, 2016.
Hidayatullah, Roby Febrianto. “Analisis Pengaruh Rasio CAMELS terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Binus Business Review Vol.3 No.2, 2012.
Ihsan, Dwi Nuraini dan Sharfina Putri Kartika. “Potensi Kebangkrutan pada Sektor
Perbankan Syariah untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis”,
Jurnal Etikonomi Vol. 14 No.2, 2015.
Ikatan Bankir Indonesia. “Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko”. Jakarta,
PT Gramedia Pustaka, 2016.
104
__________. “Manajemen Risiko 3: Modul Sertifikasi Manajemen Risiko Tingkat
III”. Jakarta, PT Gramedia Pustaka, 2015.
Lubis, Anisah. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba
pada BPR di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Keiangan Vol.1 No.4, 2013.
Margaretha, Farah dan Marsheilly Pingkan Zai. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perbankan Indonesia”. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Vol. 15 No.2, 2013.
Ngadlan dan R.M. Riadi. “Pengaruh CAMEL terhadap Size pada Bank yang Listing
pada Bursa Efek Indonesia”. Pekbis Jurnal Vol. 2, No.3, 2010.
Rahmaniah, Melan dan Hendro Wibowo. “Analisis Potensi Terjadinya Financial
Distress pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah Vol. 3 No.1, 2015.
Rumondor, Risca Fransisca. “Perbandingan Kinerja Keuangan Bank mandiri, BRI,
dan BNI yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal EMBA Vol.1 No.3,
2013.
Rosanti, Nur Aini dan Zulaikha. “Pengaruh Book Tax Differences Terhadap
Perubahan Laba. Diponegoro”, Journal of Accounting Vol.1 No.1, 2012.
Sabir, Muh, dkk. “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan
Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”. Jurnal Analisis
Vol.1 No.1, 2012.
Setiawan, Daniel Imanuel dan Hanryono. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan
Bank, Tingkat Inflasi dan BI Rate Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi pada
Bank Swasta Devisa yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2014)”. Journal of Accounting and Business Studies Vol.1 No.1, 2016.
Setiyono, Yusup, dkk. “Penggunaan Analisis Rasio Keuangan Perbankan Sebagai
Alat Ukur Kinerja Keuangan Bank Studi pada Pt. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk”. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.1 No.2, 2013.
Siregar, Syofian. “Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS”, Jakarta: Kencana, 2015.
Sriyana, Jaka. “Metode Regresi Data Panel”. Yogyakarta, EKONISIA, 2014.
105
Syukur, Mahmudin. “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank
Konvensional”, Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis Vol. 2 No.2, STIE La
Tansa Mashiro, Rangkasbitung, 2015.
Syahputra, Renaldy, dkk. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Laba Bank Pembanungan Daerah di Indonesia dengan Pertumbuhan Kredit
Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Bank-Bank Pembangunan Daerah
di Sumatera)”. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis, Vol. VI No.2, 2014.
Wardiah, Mia Lasmi. “Dasar – Dasar Perbankan”. Bandung, Pustaka Setia, 2013.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”.
Yogyakarta, UPP STIM YKPN, 2015.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Diakses
pada 09 September 2016 dari https://goo.gl/FwLc3s
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Diakses
pada 09 September 2016 dari https://goo.gl/07jtjX
www.bankmuamalat.co.id
www.bankvictoriasyariah.co.id
www.bcasyariah.co.id
www.bi.go.id
www.bjbsyariah.co.id
www.bnisyariah.co.id
www.brisyariah.co.id
www.megasyariah.co.id
www.ojk.go.id
www.paninbanksyariah.co.id
www.syariahbukopin.co.id
www.syariahmandiri.co.id