Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
133
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan Solvabilitas Terhadap Harga
Saham Perbankan Dengan Inflasi Sebagai Variabel Moderating Pada
Periode 2007-2015
Nyi Mas Rizki Noviyah
ABFI Perbanas Institute
Abstract
The purpose of this study is to analyze the effect of profitability (ROA), liquidity (LDR),
and solvency (DER) to the stock price of banking and find out whether inflation
moderates the effect of profitability (ROA), liquidity (LDR), and solvency (DER) to the
stock price of banking. Data collection method used is the method of research libraries.
Data analysis technique used is multiple linear panel regression and hypothesis testing
using t-statistics as well as the interaction test Moderated Regression Analysis (MRA)
with significance level of 5 percent. Data were processed using Eviews program ver.
6.0. The results showed that the profitability (ROA) and liquidity (LDR) have positive
and significant impact to the stock price of banking, but the solvency (DER) have
negative and significant impact to the stock price of banking.. In addition, inflation is
moderating influence liquidity (LDR) and solvency (DER) to the stock price of banking.
While on influence profitability (ROA) to the stock price banking, inflation does not
moderate significantly.
Keywords: profitability (ROA), liquidity (LDR), solvency (DER),stock price of banking,
inflation
Pendahuluan
Setiap perusahaan pasti memerlukan sejumlah dana untuk melaksanakan seluruh
kegiatan yang dijalankan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang telah
direncanakan di untuk masa depan. Apabila kebutuhan dana yang sudah semakin
meningkat karena pertumbuhan perusahan, dan dana dari sumber internal sudah
digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal
dari eksternal. Perusahaan bisa menerbitkan saham atau dengan utang untuk memenuhi
kebutuhan dananya. Pada sisi lain, masyarakat sebagai investor ingin melakukan suatu
investasi yang menguntungkan di masa depan. Menurut Gumanti (2011) investasi
adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk menunda konsumsi hari ini untuk dikonsumsi
pada waktu yang akan datang dengan harapan nilai di waktu mendatang lebih tinggi
daripada nilai yang ditemui hari ini.
Dengan adanya alasan dua kebutuhan tersebut, maka dibentuklah suatu pasar modal di
mana bertemunya permintaan akan investasi dan penawaran untuk menanamkan
investasinya di suatu perusahaan yang membutuhkan suntikan dana. Perusahaan yang
memutuskan untuk go public berarti akan menjual sahamnya ke masyarakat, perusahaan
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
134
akan mendapatkan dana dalam jumlah yang besar yang tidak bisa perbankan berikan
karena tingginya risiko mengalami kemacetan (Fahmi, 2015: 87). Pasar modal sangat
menguntungkan bagi kedua belah pihak, maka di Indonesia saat ini pasar modal juga
membantu perekonomian dan menjadi indikator keberhasilan perekonomian Indonesia
di mata negara lain. Pasar modal biasanya mencakup pasar sekuritas, baik obligasi
maupun saham atau sekuritas lain jangka panjang dengan masa berlaku lebih dari satu
tahun (Gumati, 2011).
Setiap investor mengharapkan keuntungan dalam investasi yang dilakukannya. High
Risk High Return. Untuk mendapatkan keuntungan besar dan bisa meminimalisir risiko
yang ada para investor di pasar modal harus memiliki kemampuan yang cukup untuk
menganalisis dan memilih saham-saham yang layak dipilih sebagai sarana investasi.
Ada dua metode analisis untuk mendeteksi saham mana yang menguntungkan yaitu
dengan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal lebih melihat dari
data pergerakan harga saham, investor menduga kemungkinan perilaku harga di masa
depan dari data historis di masa lalu, atau mengevaluasi volume perdagangan (Gumati,
2011). Sedangkan analisis fundamental adalah pendugaan atas nilai saham tanpa
menggunakan informasi harga saham sebagai acuan dalam menilai saham suatu
perusahaan, biasanya memanfaatkan laporan keuangan yang dapat dianalisis melalui
rasio-rasio keuangan untuk melihat kinerja perusahaan tersebut (Gumati, 2011).
Penggunaan analisis ini tergantung tujuan dari investor itu sendiri, jika untuk investasi
jangka pendek maka investor menggunakan analisis teknikal yang hanya melihat
historis pergerakan harga saham, sedangkan untuk investasi jangka panjang sebaiknya
menggunakan analisis fundamental agar kita mengetahui bagaimana kinerja perusahaan
yang akan kita percayai untuk kita investasikan. Kinerja perusahaan yang baik akan
meningkatkan harga saham perusahaan yang akan menguntungkna investor, sedangkan
kinerja perusahaan yang menurun akan menurunkan harga saham perusahaan yang
tentunya akan merugikan investor.
Harga pasar saham suatu perusahaan yang go public merupakan hasil dari respon
investor terhadap informasi yang didapat investor. Sama seperti hukum permintaan dan
penawaran, jika permintaan investor terhadap saham suatu perusahaan meningkat atau
investor dominan melakukan aksi beli maka harga saham perusahaan tersebut akan naik.
Begitu juga sebaliknya jika permintaan investor terhadap saham suatu perusahaan
menurun atau investor dominan melakukan aksi jual maka harga saham akan turun.
Aksi jual atau beli yang dilakukan investor didasari dari informasi yang mereka dapat,
bisa informasi yang berkaitan internal perusahaan seperti kinerja perusahaan, atau bisa
juga informasi mengenai kondisi ekonomi suatu negara yang memiliki akibat pada
harga saham yang investor miliki.
Profitabilitas perusahaan yang bisa dilihat dari nilai Return On Assets (ROA) adalah
kemampuan perusahaan untuk mengelola aset yang perusahaan miliki untuk
menghasilkan laba setelah pajak (Sudana, 2011). Return On Assets (ROA)
mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Investor akan membeli saham
perusahaan yang nilai Return On Assets (ROA) selalu meningkat sehingga harga saham
tersebut akan ikut meningkat. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
Polii dkk (2014) yang menyebutkan bahwa pada bank umum swasta nasional devisa
profitabilitas (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Sedangkan
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
135
pada penelitian Amanda dan Pratama (2013) dan Utami (2005) menyatakan bahwa
Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Pendapat lain dari
penelitian yang dilakukan Wijayanti (2010) bahwa Return On Assets (ROA) memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.
Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh
tempo (Loen dan Ericson, 2008:119). Salah satu dari rasio likuiditas pada bank adalah
LDR (Loan to Deposit Ratio). Menurut Loen dan Ericson(2008), LDR menunjukan
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin
tinggi rasio LDR menunjukan semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut.
Semakin likuid perusahaan maka semakin tinggi harga sahamnya. Pernyataan tersebut
sesuai dengan hasil penelitian dari Utami (2005) yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR)
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham, sedangkan menurut Polii
dkk (2014) dan Wijayanti (2013) Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Solvabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
baik jangka panjang maupun jangka pendek. Solvabilitas yang diproxykan dengan rasio
Debt to Equity Ratio (DER) menurut Munthe (2012) adalah mengukur kemampuan
bank untuk menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya dengan dana yang berasal
dari modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio Debt to Equity Ratio (DER) berarti
semakin tinggi risiko keuangan perusahaan tersebut dan membuat harga saham menjadi
menurun. Hasil penelitian Amanda dan Pratama (2013) juga menyebutkan demikian
bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap harga
saham. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Munthe (2012) dan Utami (2005) yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap harga saham.
Selain faktor-faktor internal perusahaan yang mempengaruhi harga saham, terdapat
beberapa faktor eksternal yaitu dari kondisi perekoomian suatu negara. Salah satunya
adalah inflasi. Naik turunnya inflasi akan memberi pengaruh yang besar bagi
keberadaan bisnis yang dilaksanakan. Inflasi adalah keadaan dimana jumlah uang
beredar di suatu negara berlebihan dan terjadi kenaikan harga yang signifikan. Inflasi
biasanya diwakili dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Semakin tinggi inflasi di
suatu negara makan akan berpengaruh pada daya beli konsumen. Menurut Purnamawati
dan Werastuti (2013) inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap harga saham,
sedangkan menurut Amperaningrum (2011) inflasi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham.
Di setiap periode saham perbankan selalu mendominasi kapitalisasi pasar, dengan
persentase di atas 20%. Harga rata-rata saham perbankan juga sangat fluktuatif.
Meskipun pada tahun 2008 terjadi penurunan harga saham dan kapitalisasi pasar yang
cukup signifikan, yang juga dialami oleh seluruh sektor dikarenakan terjadi krisis
keuangan global yang sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri,
sehingga kondisi bursa saham terkena dampaknya. Tetapi untuk periode setelah 2008
keadaan mulai semakin membaik, dan meskipun ada penurunan tidak sampai mencapai
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
136
titik terrendah seperti tahun 2008. Maka perbankan sangat menarik untuk dijadikan
objek penelitian, karena sahamnya yang sangat mendominasi pasar dan harga pasar
yang sangat sensitif terhadap perubahan keadaan ekonomi.
Berdasarkan gap reserach pada setiap variabel yang mempengaruhi harga saham dan
alasan memilih objek penelitian yang telah dijabarkan, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul penelitian “ANALISIS PENGARUH
PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP HARGA
SAHAM PERBANKAN DENGAN VARIABEL MODERATING INFLASI PADA
PERIODE 2007-2015”.
Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Pasar Modal dan Saham
Pasar modal adalah wadah untuk perusahaan menghimpun dana modal dan investor
untuk menginvestasikan dana yang mereka punya ke perusahaan yang sudah go public
dan listing di pasar modal, bisa dalam bentuk surat kepemilikan (saham) atau surat
hutang jangka panjang (obligasi). Saham adalah surat bukti kepemilikan modal pada
suatu perusahaan, sedangkan obligasi adalah surat kesanggupan membayar hutang
jangka panjang (Keown, 2011:232) Menurut Fahmi (2015), ada beberapa alasan
mengapa perusahaan menjual sahamnya di pasar modal:
1. Kebutuhan dana yang sangat besar, sedangkan pihak perbankan tidak bisa
memberikan pinjaman karena tingginya risiko kredit macet.
2. Keinginan perusahaan untuk mempublikasikan kinerja perusahaan.
3. Menginginkan harga saham perusahaan yang terus meningkat yang akan
memberikan efek yang kuat pada perusahaan.
Dan pada ada sisi lain, masyarakat sebagai investor ingin melakukan suatu investasi
yang menguntungkan di masa depan. Menurut Gumanti (2011) investasi adalah
kegiatan yang dimaksudkan untuk menunda konsumsi hari ini untuk dikonsumsi pada
waktu yang akan datang dengan harapan nilai di waktu mendatang lebih tinggi daripada
nilai yang ditemui hari ini. Menurut Fahmi (2015), keuntungan investor memiliki saham
adalah:
1. Memperoleh deviden
2. Memperoleh agio saham.
3. Memiliki hak suara pada saau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
4. Dalam pengambilan kredit perbankan, kepemilikan saham bisa dijadikan jaminan
tambahan.
Selain dari sisi perusahaan yang membutuhkan dana dan investor yang mendapatkan
keuntungan dari investasi dipasar modal, negara juga memiliki persan dalam pasar
modal. keberadaan pasar modal di suatu negara dapat dijadikan cermin negara lain
untuk melihat seberapa cepat perkembangan bisnis di suatu negara dalam menggerakan
kebijakan ekonominya. Selain itu pasar modal juga membantu pemerintah dalam
meningkatkan pembangunan perekonomian, dan memperluas lapangan kerja yang dapat
membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
137
Harga Saham
Harga pasar saham suatu perusahaan yang go public merupakan hasil dari respon
investor terhadap informasi yang didapat investor. Sama seperti hukum permintaan dan
penawaran, jika permintaan investor terhadap saham suatu perusahaan meningkat atau
investor dominan melakukan aksi beli maka harga saham perusahaan tersebut akan naik.
Begitu juga sebaliknya jika permintaan investor terhadap saham suatu perusahaan
menurun atau investor dominan melakukan aksi jual maka harga saham akan turun.
Aksi jual atau beli yang dilakukan investor didasari dari informasi yang mereka dapat,
bisa informasi yang berkaitan internal perusahaan seperti kinerja perusahaan, atau bisa
juga informasi mengenai kondisi ekonomi suatu negara yang memiliki akibat pada
harga saham yang investor miliki.
Kenaikan harga saham merupakan sesuatu yang menarik investor, salah satu alasannya
seperti yang dijelaskan sebelumnya tentang beberapa keuntungan investor memiliki
saham yaitu agio saham. Agio saham adalah keuntungan yang didapatkan dari selisih
harga jual saham yang lebih tinggi dari harga beli saham. Semakin tinggi kenaikan
harga saham maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh investor, dan semakin
besar juga dana yang dapat dihimpun perusahaan.
Maka untuk memprediksi naik turunnya harga saham perlu diidentifikasi apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Menurut Fahmi (2015:86)
faktor-faktor yang menyebabkan naik turunnya harga saham adalah:
1. Kondisi mikro dan makro ekonomi.
2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan ekspansi bisnis.
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4. Adanya direksi atau dewan komisaris yang terlibat tindak pidana.
5. Kinerja perusahaan yang selalu menurun setiap waktunya.
6. Efek psikologi pasar yang mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.
Banyak penelitian yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan
harga saham. Kebanyakan peneliti meneliti tentang kondisi makro ekonomi dan kinerja
perusahaan. Tetapi hasil penelitiannya masih banyak yang tidak konsisten.
Inflasi
Inflasi merupakan suatu kondisi di mana harga barang mengalami kenaikan dan nilai
mata uang mengalami perlemahan. Jika inflasi berlangsung lama, akan berdampak pada
semakin buruknya kondisi ekonomi secara menyeluruh dan keadaan politik yang tidak
stabil. Menurut Sukirno (2012) tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama
kebijakan pemerintah karena sulit untuk dicapai, yang terpenting menjaga tingkat inflasi
tetap rendah. Menurut Khalawati (2000) dalam Fahmi (2015:63), berdasarkan skala
penliaian inflasi, ada empat kategori skala yang biasa digunakan yaitu (1) Inflasi Ringan
(creeping Inflation) dengan nilai IHK < 10 % per tahun, (2) inflasi sedang (moderate
inflation) 10 – 30 % per tahun, (3) inflasi berat 30 – 100 % per tahun, (4) hiperinflasi >
100% per tahun
Inflasi yang tinggi menyebabkan perkembangan ekonomi suatu negara menurun.
Tingkat pengangguran juga akan meningkat, karena para investor lebih suka
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
138
menggunakan uangnya untuk investasi di aset tetap seperti emas, tanah, dan bangunan,
sehingga investasi yang produktif akan berkurang dan menyebabkan tidak tercipta
lapangan kerja baru (Sukirno, 2012:339).
Dalam penelitian ini, inflasi dihitung menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Rumus yang dapat digunakan adalah (Fahmi, 2015):
IR = (Indeks Harga Konsumenx
Indeks Harga Konsumenx−1 X 100) − 100
Indeks Harga Konsumen meliputi seluruh biaya dasar yang dibutuhkan seorang
konsumen dalam kebutuhan sehari-hari. Bagi investor yang ingin berinvestasi di suatu
negara dapat menggunakan informasi IHK sebagai salah satu pendukung
rekomendasinya.
Profitabilitas
Return On Assets (ROA) merupakan salah satu profitability ratio. ROA menunjukan
kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk
menghasilkan laba. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva
peruasahaan. Perhitungan besarnya ROA menurut Loen &Ericson (2008) adalah:
ROA =Laba Setelah Pajak
Total Aset X 100%
Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan
kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan
sebaliknya (Sudana, 2011:22). ROA merupakan rasio profitabilitas yang lebih
diperhatikan oleh Bank Indonesia dibandingkan ROE (Return On Equity) karena lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya
sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat.
Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah
jatuh tempo (Loen dan Ericson, 2008:119). Salah satu dari rasio likuiditas pada bank
adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR ialah rasio antara total kredit yang diberikan
bank dengan dana yang dihimpun oleh bank. Menurut Loen dan Ericson(2008), LDR
menunjukan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR menunjukan semakin rendah kemampuan
likuiditas bank tersebut.
Jika nilai LDR lebih besar sama dengan 110% maka bank tersebut dinilai tidak sehat,
sedangkan jika nilai LDR kurang dari 110% bank tersebut dinilai sehat. Hal ini diatur
oleh Bank Indonesia mengingat fungsi utama bank sebagai lembaga mediasi antara
bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Jika nilai LDR terlalu tinggi
memang dianggap likuiditasnya rendah tetapi bank menjalankan fungsinya sebagai
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
139
intermediasi yaitu menyalurkan dana yang telah dihimpun dari masyarakat dalam
bentuk kredit dalam jumlah yang tinggi. Sebaliknya, jika nilai LDR rendah berarti
likuiditas bank tinggi tetapi bank tidak menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik
karena dana yang telah dihimpun dari masyarakat hanya sebagian kecil yang disalurkan
ke masyarakat dalam bentuk kredit. Rumus perhitungan likuiditas dengan proxy Load to
Deposit Ratio menurut Riyadi (2006):
LDR =Total Kredit yang Diberikan
Total DPKX100%
Menurut Riyadi (2006), sumber dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang berasal dari
masyarakat biasa, sedangkan yang berasal dari pasar uang atau pasar modal disebut
dana pihak kedua. Dana pihak ketiga terdiri dari (Riyadi, 2006:79-81):
a. Giro, yaitu simpanan pihak ketiga baik dalam rupiah maupun valuta asing, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan,
b. Tabungan, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu,
c. Simpanan berjangka, dapat berupa deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
Deposits On Call (DOC) yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut suatu
jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara bank dan pihak ketiga,
d. Setoran jaminan yang disetorkan nasabah kepada pihak bank sebagai jaminan atas
pembukaan L/C (Letter of Credit) yang dimaksudkan dalam rangka kehati-hatian,
sehingga dana ini merupakan sumber dana murah bagi bank yang bersangkutan.
e. Kewajiban segera yang dapat dibayar, yaitu semua kewajiban rupiah yang dapat
ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar, misalnya transfer masuk yang
harus dibayar, hasil inkaso keluar yang belum dibayar, dan semua kewajiban bank
kepada Pemerintah Pusat.
Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaannya untuk
membayar semua utang-utangnya baik jangka panjang maupun pendek jika perusahaan
tersebut dilikuidasikan (Riyanto, 2013). Salah satu rasio untuk mengukur solvabilitas
bank adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER dapat mengukur kemampuan bank untuk
membayar semua utang-utangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan
dana dari modal sendiri (Loen&Ericson, 2008). Formulasi perhitungan Debt to Equity
Ratio (DER) (Loen&Ericson, 2008):
DER =Total Hutang
Total Modal X 100%
Jika nilai Debt to Equity Ratio (DER) rendah maka semakin tinggi kemampuan bank
dalam membayar semua utangnya dengan menggunakan modal sendiri, sedangkan jika
nilai Debt to Equity Ratio (DER) tinggi makan kemampuan bank rendah untuk
membayar semua utangnya dengan modal sendiri.
Dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
140
H1 : Profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan
periode 2007-2015.
Seperti yang telah dibahas diatas, salah satu faktor yang menyebabkan pergerakan harga
saham adalah kinerja perusahaannya. Profitabilitas yang diukur dengan nilai Return On
Assets (ROA) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat investor membeli
suatu saham. Jika nilai ROA tinggi maka manajemen perusahaan sangat efektif dalam
mengelola asetnya untuk menghasilkan laba, sedangkan jika nilai ROA rendah maka
perusahaan tidak efektif dalam pengelolaan asetnya untuk menghasilkan laba. Investor
lebih merasa aman jika menginvestasikan dananya di perusahaan yang memiliki ROA
yang tinggi. Jadi jika ROA perusahaan tinggi maka banyak investor yang akan membeli
saham tersebut dan mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut meningkat.
H2 : Inflasi mampu secara signifikan memoderasi pengaruh Profitabilitas (ROA)
terhadap harga saham perbankan periode 2007-2015.
Usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat inflasi dengan menjalankan kebijakan
moneter adalah dengan menurunkan penawaran uang. Maka Bank Indonesia akan
menaikan suku bunga atau BI Rate. Kenaikan BI Rate akan mempengaruhi tingkat suku
bunga simpanan dan kredit perbankan. Bunga simpanan akan meningkat sehingga
masyarakat akan tertarik untuk menyimpan uang mereka di bank. Hal tersebut akan
meningkatkan cost of fund yang menjadi biaya bank. Sedangkan bunga kredit bank yang
juga meningkat menyebabkan masyarakat menunda keinginannya untuk meminta kredit
pada bank karena bunganya yang mahal. Dan masyarakat yang telah menjalankan
kreditnya yang belum selesai angsurannya akan membayar angsuran yang lebih tinggi.
Sedangkan bunga kredit adalah pendapatan utama sebuah bank.
Maka karena inflasi, bank akan mengalami penurunan laba karena cost of fund yang
meningkat dan kredit yang menurun. Nilai Return On Asset (ROA) secara otomatis akan
ikut menurun. Jika profitabilitas bank menurun, minat investor untuk membeli saham
bank tersebut akan menurun dan cenderung menjual saham bank yang dimilikinya
sehingga pada akhirnya menyebabkan harga saham perbankan menurun.
H3 : Likuiditas (LDR) berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan
periode 2007-2015.
Menurut Riyanto (2013:33), likuiditas perusahaan lebih penting daripada solvabilitas
perusahaan. Perusahaan yang insolvabel tetapi likuid tidak segera akan menghadapi
kesulitan finansial, mereka masih bisa menghadapi tagihan-tagihan dari krediturnya dan
dapat beroperasi dengan baik, dan juga mereka masih mempunyai waktu untuk
memperbaiki solvabilitasnya. Sedangkan pada perusahaan ilikuid akan segera
menghadapi kesulitan finansial yang akan mengganggu kegiatan operasi perusahaan.
Investor menginginkan rasa aman dalam berinvestasi. Investor akan merasa tidak aman
jika berinvestasi di perusahaan yang tidak likuid dan mengalami kesulitan finansial
yang dapat mengganggu kegiatan operasional dan akan mempengaruhi laba perusahaan.
Semakin rendah nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebuah bank maka semakin tinggi
likuiditasnya, maka banyak investor yang akan membeli saham bank tersebut dan harga
saham bank akan meningkat.
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
141
H4 : Inflasi mampu secara signifikan memoderasi pengaruh Likuiditas (LDR)
terhadap harga saham perbankan periode 2007-2015.
Untuk mengendalikan jumlah uang beredar yang terlalu banyak pada saat inflasi, Bank
Indonesia akan menaikan suku bunga atau BI Rate. Kenaikan BI Rate akan
mempengaruhi tingkat suku bunga simpanan dan kredit perbankan. Bunga simpanan
akan meningkat sehingga masyarakat akan tertarik untuk menyimpan uang mereka di
bank. Sedangkan bunga kredit bank yang juga meningkat menyebabkan masyarakat
menunda keinginannya untuk meminta kredit pada bank karena bunganya yang mahal.
Karena adanya inflasi, bank akan mengalami kesulitan untuk menyalurkan dana yang
telah dihimpun dari masyarat dalam bentuk kredit. Sedangkan bunga simpanan yang
tinggi menyebabkan tingginya dana pihak ketiga yang dimiliki bank. Meningkatnya
tingkat dana pihak ketiga dengan jumlah kredit yang tetap mengakibatkan rendahnya
nilai Loan to Deposit Ratio (LDR), yang berarti likuiditas bank tersebut adalah tinggi.
Saham bank yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan meningkatkan minat
investor untuk membeli saham tersebut karena investor merasa aman atas investasi yang
dilakukannya. Hal tersebut akhirnya akan meningkatkan harga saham perbankan.
H5 : Solvabilitas (DER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan
periode 2007-2015.
Investor lebih tertarik membeli saham bank dengan nilai Debt to Equity Ratio (DER)
yang rendah karena risiko keuangannya juga kecil. Jadi semakin rendah nilai DER maka
semakin banyak investor yang ingin membeli saham tersebut dan akan meningkatkan
harga saham. Sedangkan jika nilai DER tinggi maka berati risiko keuangan tinggi yang
akan menurunkan harga saham perbankan.
H6 : Inflasi mampu secara signifikan memoderasi pengaruh Solvabilitas (DER)
terhadap harga saham perbankan periode 2007-2015.
Usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat inflasi dengan menjalankan kebijakan
moneter adalah dengan menurunkan penawaran uang. Maka Bank Indonesia akan
menaikan suku bunga atau BI Rate. Kenaikan BI Rate akan mempengaruhi tingkat suku
bunga simpanan dan kredit perbankan. Bunga simpanan akan meningkat sehingga
masyarakat akan tertarik untuk menyimpan uang mereka di bank. Simpanan masyarakat
di bank menjadi utang bagi bank, sehingga hutang bank semakin meningkat dan nilai
Debt to Equity Ratio (DER) akan tinggi. Jika nilai DER tinggi maka risiko keuangan
tinggi dan akan menurunkan harga saham perbankan karena investor ingin berinvestasi
pada perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang rendah.
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
142
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
H1 H2 H3 H4 H5 H6
Metode Penelitian
Didasarkan pada tujuan penelitian ini maka jenis penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif kausal. Populasi dalam penelitian ini mencakup bank yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007 - 2015. Agar peneliti mendapatkan
sampel yang sesuai dengan yang diinginkan peneliti, maka sampel yang digunakan
harus memenuhi criteria yang disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini. Kriteria
sampel dalam penelitian ini sebagai berikut: 1)Bank yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2007-2015; 2)Bank yang bertahan dan selalu tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2015; 3)Bank yang mempublikasikan
laporan keuangan triwulan lengkap periode 2007-2015. Berdasarkan kriteria sampel
yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 7 (tiga) bank yang memenuhi kriteria
yaitu: Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (Pesero) Tbk (BBRI)
dan Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank Damnamon Indonesia Tbk (BDMN), Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Bank OCBC NISP Tbk. (NISP), dan Bank
Permata Tbk. (BNLI). Metode analisis data menggunakan analisis regresi data panel
dan Moderated Regression Analysis (MRA.
Hasil dan Pembahasan
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas pada peneitian ini menggunakan histogram residual dan uji Jarque-Bera.
Hasil olah data yang diperoleh dari eViews 6.0 adalah nilai Jarque-Bera yang kurang
dari dua atau tidak signifikan, maka berdistribusi normal. Selain itu dari probabilitas
yang lebih besar dari alpha lima persen maka data berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji correlation dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinieritas dengan menggunakan matriks korelasi.Hasil yang didapat
dati perhitungan eViews 6.0 adalah semua variabel memiliki korelasi dibawah 0,8. Hal
ini menyatakan bahwa model regresi ini tidak dapat terdapat multikolinieritas.
Profitabilitas
(ROA)
Likuiditas
(LDR)
Solvabilitas
(DER)
Inflasi
(IHK)
Harga Saham
Perbankan
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
143
Setelah dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan data dan dilakukan uji
regresi data panel dengan menggunakan software Eviews, maka terpilih metode yang
paling tepat dari berbagai model dari penelitian ini:
Model I :HSit = βoi+ β1ROAit+ eit
Metode yang tepat untuk model I adalah Hasil regresi dengan menggunakan model fixed
effect sebagai berikut:
Tabel 1 Perhitungan Estimasi Fixed Effect (GLS)
Variable Coef. Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.5085 0.1228 61.124 0.0000
ROA? 0.2174 0.0415 5.2337 0.0000
Sumber: data diolah (2016)
Hasil uji t statistik dalam penelitian ini adalah variabel profitabilitas (ROA) thitung =
5.233743 pada alpha lima persen dengan df= 235 mendapatkan ttabel = 1,97011. karena
nilai | t hitung | > | t tabel | pada alpha lima persen, maka H1 diterima. Kemudian untuk nilai
p-value mendapatkan hasil 0.0000 yang lebih kecil dari alpha lima persen. Maka dapat
disimpulkan bahwa untuk variabel profitabilitas (ROA) berpengaruh positif signifikan
terhadap harga saham perbankan periode 2007-2015.
Model II: HSit = βoi + β1ROAit+ β2INFLASIit+ β3ROA*INFLASIit+ eit
Metode yang tepat untuk model II adalah Hasil regresi dengan menggunakan model
fixed effect sebagai berikut:
Tabel 2 Perhitungan Estimasi Fixed Effect (GLS)
Variable Coef. Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.8448 0.2263 34.659 0.000
ROA? 0.1743 0.0751 2.3196 0.021
INFLASI? -0.046 0.0278 -1.669 0.097
ROAINFLASI? 0.0044 0.0095 0.4664 0.641
Sumber: data diolah (2016)
Nilai probabilitas koefisien variabel interaksi yaitu ROA*INFLASI adalah 0.6413.
Karena nilai probabilitasnya lebih besar dari tingkat signifikansi alpha 0.05 maka inflasi
tidak memoderasi pengaruh antara profitabilitas (ROA) dan harga saham perbankan
periode 2007-2015.
Model III : HSit = βoi+ β1LDRit+ eit
Metode yang tepat untuk model III adalah Hasil regresi dengan menggunakan model
fixed effect sebagai berikut:
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
144
Tabel 3 Perhitungan Estimasi Fixed Effect (GLS)
Variable Coef. Std. Error t-Statistic Prob.
C 6.0583 0.1843 32.872 0.000
LDR? 0.0262 0.0023 11.348 0.000
Sumber: data diolah (2016)
Variabel likuiditas (LDR) memiliki thitung = 11.34844 pada alpha lima persen dengan
df= 235 mendapatkan ttabel = 1,97011. karena nilai | t hitung | > | t tabel | pada alpha lima
persen, maka H3 diterima. Kemudian untuk nilai p-value mendapatkan hasil 0.0000
yang lebih kecil dari alpha lima persen. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel
likuiditas (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham perbankan
periode 2007-2015.
Model IV: HSit = βoi + β1LDRit+ β2INFLASIit+ β3LDR*INFLASIit+ eit
Metode yang tepat untuk model IV adalah Hasil regresi dengan menggunakan model
Random Effect sebagai berikut:
Tabel 4 Perhitungan Estimasi Random Effect
Variable Coef. Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.2049 0.4210 17.113 0.000
LDR? 0.0156 0.0047 3.2915 0.001
INFLASI? -0.180 0.0506 -3.567 0.000
LDRINFLASI? 0.0017 0.0006 2.5802 0.01
Sumber: data diolah (2016)
Nilai probabilitas koefisien variabel interaksi yaitu LDR*INFLASI adalah 0.0105.
Karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 maka inflasi
memoderasi pengaruh antara likuiditas (LDR) dan harga saham perbankan periode
2007-2015.
Model V : HSit = βoi+ β1DERit+ eit
Metode yang tepat untuk model V adalah Hasil regresi dengan menggunakan model
Random Effect sebagai berikut:
Tabel 5 Perhitungan Estimasi Random Effect
Variable Coef. Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.6535 0.3336 28.941 0.000
DER? -0.002 0.0002 -12.02 0.000
Sumber: data diolah (2016)
Variabel solvabilitas (DER) memilikini nilai thitung = -12.02128 pada alpha lima persen
dengan df= 235 mendapatkan ttabel = 1,97011. karena nilai | t hitung | > | t tabel | pada alpha
lima persen, maka H5 diterima. Kemudian untuk nilai p-value mendapatkan hasil 0.0000
yang lebih kecil dari alpha lima persen. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
145
solvabilitas (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perbankan
periode 2007-2015.
Model VI: HSit = βoi + β1DERit+ β2INFLASIit+ β3DER*INFLASIit+ eit
Metode yang tepat untuk model IV adalah Hasil regresi dengan menggunakan model
Random Effect sebagai berikut:
Tabel 6 Perhitungan Estimasi Random Effect
Variable Coef. Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.5521 0.4563 18.742 0.000
DER? -0.001 0.0004 -1.155 0.250
INFLASI? 0.1638 0.0447 3.6657 0.000
DERINFLASI? -0.001 0.0000 -4.474 0.000
Sumber: data diolah (2016)
Nilai probabilitas koefisien variabel interaksi yaitu DER*INFLASI adalah 0.000.
Karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 maka inflasi
memoderasi pengaruh antara solvabilitas (DER) dan harga saham perbankan periode
2007-2015.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Profitabilitas (ROA) Terhadap Harga Saham Perbankan
Pada penelitian ini profitabilitas (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham perbankan. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa profitabilitas (ROA)
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat investor membeli suatu saham.
Jika nilai ROA tinggi maka manajemen perusahaan sangat efektif dalam mengelola
asetnya untuk menghasilkan laba, sedangkan jika nilai ROA rendah maka perusahaan
tidak efektif dalam pengelolaan asetnya untuk menghasilkan laba. Investor lebih merasa
aman jika menginvestasikan dananya di perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi.
Jadi jika ROA perusahaan tinggi maka banyak investor yang akan membeli saham
tersebut dan mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut meningkat.
Pengaruh Inflasi dalam Memoderasi Pengaruh Profitabilitas (ROA) Terhadap
Harga Saham Perbankan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa inflasi tidak memoderasi pengaruh profitabilitas
(ROA) dan harga saham perbankan. Semakin tinggi inflasi maka suku bunga BI juga
akan meningkat yang mengakibatkan naiknya tingkat suku bunga pinjaman dan
simpanan pada bank. Naiknya tingkat suku bunga diharapkan dapat menarik para
nasabah untuk menyimpan dananya di bank karena bunga yang didapat tinggi. Namun
hal tersebut akan membuat biaya operasinal bank semakin meningkat karena bank akan
memiliki aset dari dana yang mahal.
Pengaruh Likuiditas (LDR) Terhadap Harga Saham Perbankan
Pada penelitian ini menyatakan bahwa likuiditas (LDR) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham perbankan. Investor menginginkan rasa aman dalam
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
146
berinvestasi. Investor akan merasa tidak aman jika berinvestasi di perusahaan yang tidak
likuid dan mengalami kesulitan finansial yang dapat mengganggu kegiatan operasional
dan akan mempengaruhi laba perusahaan. Semakin rendah nilai Loan to Deposit Ratio
(LDR) sebuah bank maka semakin tinggi likuiditasnya, maka banyak investor yang
akan membeli saham bank tersebut dan harga saham bank akan meningkat. Tetapi jika
nilai LDR terlalu tinggi memang dianggap likuiditasnya rendah tetapi bank
menjalankan fungsinya sebagai intermediasi yaitu menyalurkan dana yang telah
dihimpun dari masyarakat dalam bentuk kredit dalam jumlah yang tinggi. Sebaliknya,
jika nilai LDR rendah berarti likuiditas bank tinggi tetapi bank tidak menjalankan fungsi
intermediasinya dengan baik karena dana yang telah dihimpun dari masyarakat hanya
sebagian kecil yang disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit. Jika dana yang
disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit sedikit maka akan mengurangi laba bank
karena pendapatan terbesar bank berasal dari bunga kreditnya. Sehingga investor akan
tertarik dengan bank yang memiliki LDR tinggi. Tetapi sesuai dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 15/41/DKMP Tanggal 1 Oktober 2013, yaitu batas atas LDR suatu
bank adalah 92 persen, sedangkan batas bawahnya 78 persen. Maka semakin tinggi
LDR semakin tinggi harga saham perbankan karena meningkatnya minat investor untuk
memburu saham bank tersebut.
Pengaruh Inflasi dalam Memoderasi Pengaruh Likuiditas (LDR) Terhadap Harga
Saham Perbankan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa inflasi memoderasi pengaruh likuiditas (LDR)
dan harga saham perbankan. Karena adanya inflasi, bank akan mengalami kesulitan
untuk menyalurkan dana yang telah dihimpun dari masyarat dalam bentuk kredit.
Sedangkan bunga simpanan yang tinggi menyebabkan tingginya dana pihak ketiga yang
dimiliki bank. Meningkatnya tingkat dana pihak ketiga dengan jumlah kredit yang tetap
mengakibatkan rendahnya nilai Loan to Deposit Ratio (LDR), yang berarti likuiditas
bank tersebut adalah tinggi. Saham bank yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi
akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham tersebut karena investor
merasa aman atas investasi yang dilakukannya. Hal tersebut akhirnya akan
meningkatkan harga saham perbankan.
Pengaruh Solvabilitas (DER) Terhadap Harga Saham Perbankan
Pada penelitian ini solvabilitas (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap harga saham perbankan. Investor lebih tertarik membeli saham bank dengan
nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah karena risiko keuangannya juga kecil.
Jadi semakin rendah nilai DER maka semakin banyak investor yang ingin membeli
saham tersebut dan akan meningkatkan harga saham. Sedangkan jika nilai DER tinggi
maka berati risiko keuangan tinggi yang akan menurunkan harga saham perbankan.
Pengaruh Inflasi dalam Memoderasi Pengaruh Solvabilitas (DER) Terhadap
Harga Saham Perbankan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa inflasi memoderasi pengaruh solvabilitas
(DER) dan harga saham perbankan. Inflasi menyebabkan kenaikan BI Rate yang akan
mempengaruhi tingkat suku bunga simpanan dan kredit perbankan. Bunga simpanan
akan meningkat sehingga masyarakat akan tertarik untuk menyimpan uang mereka di
bank. Simpanan masyarakat di bank menjadi utang bagi bank, sehingga hutang bank
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
147
semakin meningkat dan nilai Debt to Equity Ratio (DER) akan tinggi. Jika nilai DER
tinggi maka risiko keuangan tinggi dan akan menurunkan harga saham perbankan
karena investor ingin berinvestasi pada perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang
rendah.
Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: 1)
profitabilitas (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham perbankan; 2)
inflasi tidak memoderasi pengaruh profitabilitas (ROA) dan harga saham perbankan.; 3)
likuiditas (LDR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
perbankan; 4) inflasi memoderasi pengaruh likuiditas (LDR) dan harga saham
perbankan; 5) solvabilitas (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
harga saham perbankan; 6) inflasi memoderasi pengaruh solvabilitas (DER) dan harga
saham perbankan.
Dari hasil penelitian ini bank bisa memperhatikan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham perbankan, pertama bank harus selalu meningkatkan
Return On Assets (ROA) agar harga saham meningkat, kedua bank harus menjaga
likuiditasnya agar harga sahamnya terus meningkat, dan menurunkan nilai Debt to
Equity Ratio (DER) agar risiko menurun dan harga saham meningkat.
Bank juga harus memperhatikan faktor eksternal seperti keadaan ekonomi negaranya,
misalnya pada penelitian ini adalah inflasi. Karena faktor eksternal juga terbukti dapat
mempengaruhi pergerakan harga saham. Apalagi bank sangat sensitif terhadap
kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Untuk masyarakat sebagai investor, sebelum memutuskan untuk membeli saham pada
sektor perbankan sebaiknya melihat kinerja bank tersebut. Menurut hasil penelitian ini,
pilihlah saham bank yang memiliki nilai Return On Assets (ROA) yang cenderung
meningkat dengan tingkat likuiditas yang terjaga dalam arti masih dalam batas bawa
dan batas atas yang telah ditentukan BI sebagai syarat menjadi bank yang bekinerja
baik, dan yang terakhir adalah bank yang memiliki nilai Debt to Equity Ratio (DER)
yang rendah agar terhindar dari risiko yang besar.
Daftar Pustaka
Amanda, dan Pratomo. (2013). Analisis Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Perbankan yang Terdaftar pada Indeks LQ-45. Jurnal Ekonomi
dan Keuangan. Vol.1, No.3, Februari 2013.
Amperaningrum dan Agung. (2011). Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Mata Uang, dan Tingkat Inflasi Terhadap Perubahan Harga Saham Sub Sektor
Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi,
Sastra, Arsitektur, dan Sipil). Vol.4, Oktober 2011. ISSN: 1858-2559. Depok:
Universitas Gunadarma.
Fahmi, Irham. (2015). Manajemen Investasi Teori dan Soal Jawab. Edisi Kedua.
Jakarta: Salemba Empat.
Nyi Mas Rizki Noviyah Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 5, Nomor 2, Februari 2018
148
Gumanti, Tatang Ary. (2011). Manajemen Investasi Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Keown, Martin, dkk. (2010). Manajemen Keuangan Jilid 1. Edisi Kesepuluh. Jakarta:
Indeks.
Kuncoro, Mudrajad. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekoomi. Edisi ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Loen, Boy. & Ericson. Sonny. (2008). Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa. Jakarta:
Grasindo.
Munthe. Inge Lengga Sari (2012). Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt To Equity
Ratio, dan Long Term Debt to Asset Ratio Terhadap Harga Saham Pada Bank
yang Menurut IFR Earning Scorecard 2010 Nilainy Diatas 6. JEMI, Vol. 3 No.1,
Juni 2012. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Polii. dkk (2014). Rasio Keuangan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
EMBA, Vol.2, No.2, Juni 2014. ISSN: 2303-1174. Manado: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado.
Purnamawati dan Werastuti. (2013). Faktor Fundamental Ekonomi Makro Terhadap
Harga Saham LQ45. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol.17, No.2, Mei 2013.
Hal 211-219. Bali: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan
Ganesha.
Riyadi, Selamet. (2006). Banking Assets and Liability Management. Edisi Ketiga.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Riyanto, Bambang. (2013). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Sriyana, Jaka. (2014). Metode Regresi Data Panel (Dilengkapi Analisis Kinerja Bank
Syariah di Indonesia). Edisi Pertama. Yogyakarta: EKONISIA.
Sudana, I Made. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik. Jakarta:
Erlangga.
Supriyadi, Edi. (2014). SPSS +Amos Statistical Data Analysis. Jakarta: In Media.
Utami. Setyaningsih Sri (2005). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham
(Studi pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan, Vol.5, No.2, Oktober 2005. Surakarta: Fakultas Ekonomi
UNISRI.
Widarjono, Agus. (2013). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan
Eviews. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Widarjono, Agus. (2015). Analisis Multivariat Terapan. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Wjayanti. (2010). Analisis Kinerja Keuangan dan Harga Saham Perbankan Di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 4, No.1,
Mei 2010. Hal. 71-80. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Winarno, Wing wahyu. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.