PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANG TUA
TERHADAP AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN
DI DESA PURWOSARI SAYUNG DEMAK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
AKHMAD RIYADI
NIM: 31 03 022
F A K U L T A S T A R B I Y A H
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2007
xi
ABSTRAK
Akhmad Riyadi (NIM. 3103022). Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang tua terhadap Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1). Tingkat keteladanan Akhlak Orang tua yang mempunyai anak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak; 2). Tingkat akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak; dan 3) Adakah Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang tua (X) terhadap Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun (Y) di Desa Purwosari Sayung Demak. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik korelasional. Subyek penelitian sebanyak 80 responden untuk variabel X, dan 80 responden untuk variabel Y, yaitu 15% dari populasi 536 anak remaja. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsional Stratified random Sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket tertutup, untuk menjaring data X dan data Y. Sedangkan Observasi dan interviu digunakan untuk mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh melalui angket. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipótesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa: korelasi antara keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak, adalah signifikan, hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,798 > r tabel pada taraf signifikansi 0,01 dan 0,05. Dari hasil uji t juga menunjukkan bahwa Thitung=11,69 > ttabel (0,01)=2,638 dan ttabel (0,05)=1,990, ini berarti signifikan, dan koefisien determinasinya r 2 = 0,6368. Hal ini menunjukkan bahwa 63,68 % nilai akhlak remaja usia 12-15 tahun ditentukan oleh keteladanan akhlak orang tua, melalui fungsi taksiran persamaan garis regresi: Y = 0,748X + 18,575. Pengujian hipótesis penelitian menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh positif keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak, hal ini ditunjukkan oleh Freg = 137,486 > F tabel (0,01)=7,08 dan Ftabel (0,05)=4,00.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para orang tua dan seluruh penduduk desa tempat lokasi penelitian, para perangkat Desa Purwosari Sayung Demak, juga para pendidik umumnya, terutama dalam usaha untuk memberikan contoh dan keteladanan yang baik bagi pembinaan dan pembentukan akhlak anak- anaknya.
xi
Drs. Ikhrom, M.Ag. Tugurejo Rt. 02/03 No. 38 Tugu Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
An. Sdr. Akhmad Riyadi
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,
bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara:
Nama :
NIM :
Judul :
Akhmad Riyadi
3103022
PENGARUH KETELADANAN AKHLAK
ORANG TUA TERHADAP AKHLAK REMAJA
USIA 12-15 TAHUN DI DESA PURWOSARI
SAYUNG DEMAK
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat
segera dimunaqasyahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Semarang, 28 Desember 2007 Pembimbing,
Drs. Ikhrom, M.Ag NIP. 150 268 786
xi
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH
PENGESAHAN
Skripsi Saudara :
Nomor Induk :
Judul :
Akhmad Riyadi
3103022
PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANG TUA
TERHADAP AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI
DESA PURWOSARI SAYUNG DEMAK
telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat
cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 22 Januari 2008.
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 tahun
akademik 2007/2008.
Semarang, 22 Januari 2008 Ketua Sidang/Dekan, Sekretaris Sidang,
(Drs. Ikhrom, M.Ag) (Mufidah, M.Pd)
Penguji I, Penguji II,
(Drs. Ahmad Sudja’i, M.Ag) (Fakhrur rozi, M.Ag)
Pembimbing,
( Drs. Ikhrom, M.Ag ) NIP: 150 268 786
Alamat: Jl. Prof. DR. Hamka Km. 1 (Kampus II), Telp/Fax. 024 7601295, 7615387
xi
MOTTO
ـة ملن كان يـرجوا اهللا لـقد كان لكم فى رسول اهللا أسوة حسن
ـرا ـوم األخر وذكراهللا كثي )21:األحزاب. (والي
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.*
).4: القلم . ( وانك لعلى خلق عظيـم
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam, 68:4).2
* Kementerian Urusan Agama Islam Arab Saudi, Al-Quran dan Terjemahnya, (Madinah:
Mujamma’ al Malik Fahd li Thiba’at al Mushaf asy Syarief, 1418 H), hlm. 670. 2 Kementerian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Arab Saudi, op. cit., hlm.
960.
xi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
• Bapak dan Mamak tercinta, terima kasih yang tak terhingga ananda
ucapkan atas doa dan kasih sayang Beliau.
• Kakak dan adikku, terima kasih atas dorongan dan doa kalian
semua.
• Dik Afi, terima kasih atas segala motivasi dan kebaikanmu.
• Almamater IAIN Walisongo Semarang.
xi
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan,
Semarang, 28 Desember 2007
Deklarator,
Akhmad Riyadi NIM. 3103022
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt, karena hanya dengan
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANG TUA TERHADAP
AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI DESA PURWOSARI SAYUNG
DEMAK ”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Strata 1 Ilmu Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Skripsi ini selesai berkat bimbingan dari Ikhrom, M.Ag. Begitu banyak
waktu, tenaga, dan pikiran yang dikorbankan untuk membimbing saya dengan
sabar dan tulus serta ikhlas. Rasanya tiada kata yang saya ucapkan kepada Beliau,
kecuali terima kasih yang sebesar-besarnya, teriring do’a jazakumullah ahsanal
jaza’, jaza’an katsiira.
Dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan yang bersifat moral
maupun spiritual, secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada:
1. Prof. DR. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Drs. Ikhrom, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
3. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
4. Akhmadi selaku Lurah Desa Purwosari Sayung Demak dan seluruh
perangkat desa yang telah berkenan memberi kesempatan dan bantuan
sehingga penelitian dapat berjalan lancar.
5. Bapak, Mamak, kakakku dan adikku atas dorongan semangat,
bimbingan, doa dan kasih sayangnya.
xi
6. Dik Afi, Iful, serta rekan-rekan mahasiswa Angkatan 2003 atas
motivasinya kepada penulis selama pembuatan skripsi.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah Swt membalas segala budi baik mereka dengan pahala yang
lebih besar dari yang telah mereka berikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu
penulis menerima saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Semarang, 28 Desember 2007
Penulis
Akhmad Riyadi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
ABSTRAK PENELITIAN......................................................................... ii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiv
BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................. 8
BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS........... 9
A. Deskripsi Teori................................................................... 9
1. Keteladanan Akhlak Orang Tua................................... 9
a. Pengertian Keteladanan Akhlak............................. 9
b. Dasar Keteladanan Akhlak..................................... 10
c. Bentuk-bentuk Keteladanan Akhlak ...................... 13
d. Aspek-aspek Keteladanan Akhlak ......................... 14
2. Akhlak Remaja usia 12-15 Tahun................................ 15
a. Pengertian Akhlak.................................................. 15
xi
b. Dasar dan Tujuan Akhlak....................................... 20
c. Ruang Lingkup Akhlak .......................................... 22
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak ........... 25
3. Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang Tua
terhadap Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun ............... 26
B. Kajian Penelitian Yang Relevan ........................................ 29
C. Pengajuan Hipotesis ........................................................... 30
BAB III : METODE PENELITIAN.......................................................... 31
A. Tujuan Penelitian ............................................................... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 31
C. Variabel Penelitian ............................................................. 31
D. Metode Penelitian .............................................................. 33
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel. ........ 33
F. Metode Pengumpulan Data ................................................ 34
G. Teknik Analisis Data.......................................................... 36
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 39
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ......................................... 39
1. Data tentang Keteladanan Akhlak Orang Tua ............. 39
2. Data tentang Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun.......... 45
B. Pengujian Hipotesis............................................................ 50
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 57
D. Keterbatasan Penelitian...................................................... 59
BAB V: SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP..................................... 61
A. Simpulan ........................................................................... 61
B. Saran-saran......................................................................... 61
C. Penutup .............................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Proporsi Sampel Menurut Tingkat Usia ...................... 34
Tabel 3.2 Rumus Analisis Regresi ....................................................... 38
Tabel 4.1 Data Hasil Angket Keteladanan Akhlak Orang Tua ............ 39
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keteladanan Akhlak orang Tua (X).... 43
Tabel 4.3 Interval Nilai & Kualifikasi Keteladanan Akhlak Orangtua 44
Tabel 4.4 Data Hasil Angket Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun ........ 45
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun...... 48
Tabel 4.6 Interval Nilai & Kualifikasi Akhlak Remaja Usia 12-15 th. 50
Tabel 4.7 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Variabel X dan Y............... 51
Tabel 4.8 Tabel Uji Signifikansi Korelasi ro dengan r Tabel............... 54
Tabel 4.9 Rumus Analisis Regresi Satu Prediktor ............................... 55
Tabel 4.10 Uji Signifikansi Freg dengan F tabel................................... 57
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Histogram Keteladanan Akhlak Orang Tua ............... 43
Gambar 4.2 Histogram Akhlak Remaja Usia 12-15 tahun ............. 49
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Instrumen Angket
2. Angket Keteladanan Akhlak Orang Tua
3. Angket Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun
4. Check List Tentang Keteladanan Akhlak Orang tua
5. Check List Tentang akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun
6. Hasil uji SPSS di Lab. Matematika Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo.
7. Surat Keterangan Penelitian dari Lurah Desa Purwosari Sayung Demak.
8. Surat izin Riset dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
9. Surat Penunjukan Pembimbing
10. Riwayat Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam keluarga seringkali dijumpai seorang ayah berbohong kepada
ibu, atau sebaliknya, atau keduanya berbohong kepada tetangga dan hal ini
diketahui oleh anaknya. Namun pada waktu yang lain mereka menganjurkan
anaknya untuk selalu berbuat jujur. Peristiwa ini akan membuat anak
berkesimpulan bahwa tidak ada orang yang tidak berdusta. Demikian juga
apabila orang tua mencuri, maka anak pun berkesimpulan bahwa tidak ada
orang yang tidak mencuri.1 Sehingga anakpun kemudian meniru apa yang
dilakukan oleh orang tuanya.
Hal diatas menunjukkan bahwa bahasa tindakan lebih efektif
dampaknya dari pada bahasa lisan, sehingga dalam pendidikan Islam dikenal
sebuah ungkapan yang berbunyi; Lisanul hal afshah min lisan al-maqal.
Ungkapan diatas bermakna bahwa keteladanan itu lebih efektif daripada
nasihat-nasihat yang diberikan tanpa diimbangi oleh contoh-contoh konkret.2
Sering pula dijumpai orang tua yang mempercayakan pendidikan
agama anaknya di sekolah saja. Tindakan orang tua seperti itu memang benar.
Tapi ternyata itu belum mencukupi. Di sekolah pengajaran itu lebih banyak
bersifat kognitif saja, berupa penyampaian pengetahuan. Adapun akhlak
berhubungan dengan tingkah laku, maka harus ditanamkan sejak kecil kepada
anak oleh orang tuanya sendiri. Caranya melalui keteladanan dan pembiasaan
sejak kecil.
Keteladanan (Modelling) dalam pendidikan merupakan metode
paling efektif diantara metode-metode yang ada dalam membentuk perilaku
moral (akhlak), spiritual dan sosial anak. Oleh karena itulah Nabi Muhammad
Saw berhasil dalam menyebarkan agama Islam karena dalam segala
kehidupannya, beliau selalu mengedepankan keteladanan sebelum
1 Khatib Ahmad Santhut, “Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim”, Terjemah Ibnu Burdah, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), cet. I, hlm. 34-35.
2 Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005), cet.I, hlm. 160.
2
menterjemahkannya sendiri dalam ungkapan verbal (kata-kata).3 Sehingga
dapat dikatakan keteladanan adalah inti dari metode pendidikan Nabi
Muhammad Saw.
Keteladanan Nabi Muhammad Saw bukan keteladanan yang absurd
dan mustahil dicontoh oleh manusia umumnya. Ketika Nabi Muhammad Saw
berinteraksi dengan Allah sang Khaliq, dengan sesama manusia dan dengan
lingkungan, semuanya terdapat keteladanan yang dapat dijadikan sebagai
bahan inspirasi moral bagi seseorang untuk melakukan hal yang sama.
Interaksi edukatif yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw ini selanjutnya
dapat dirumuskan dengan: akhlak manusia terhadap Allah, akhlak manusia
dengan dirinya sendiri, akhlak manusia dengan manusia lainnya, dan akhlak
manusia dengan lingkungan.4
Inti dari pendidikan Islam adalah penanaman akhlak mulia pada
anak, sebagaimana keterangan Musthafa al-Ghulayaini dalam kitab ‘Idhah an-
Nasyi‘in:
.التـربيـة هي غرس األخالق الفاضلـة يف نفوس الناشئـني
Pendidikan adalah penanaman akhlak mulia kedalam jiwa anak.5 Oleh karena
itu pendidikan dalam keluarga memiliki peranan penting dalam usaha
pembentukan akhlak mulia pada anak.
Dalam keluarga pendidikan akhlak akan didapatkan anak sejak kecil
dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari.
Meskipun anak ketika dilahirkan telah membawa fitrah beragama, namun ia
masih membutuhkan bimbingan orang lain untuk membantu mengarahkannya
mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju
kedewasaan.6
Pendidikan anak oleh orang tua ini dapat dilaksanakan dengan
mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Hal ini
3 Ibid. 4 Ibid, hlm.163. 5 Musthofa al-Ghulayaini, ‘Idhah an-Nasyi‘in, (Surabaya: Dar al-Ilmu, t.th.), hlm. 189. 6 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 47.
3
merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir.7 Juga karena pada masa
perkembangannya, meniru kebiasaan orang tua adalah suatu hal yang sering
anak lakukan.8
Kecenderungan anak untuk meniru ini dalam dunia pendidikan
dikenal dengan istilah anak belajar melalui imitasi. Dasarnya adalah secara
psikologis anak suka meniru dan membutuhkan tokoh teladan dalam
hidupnya.9 Disinilah pentingnya peran orang tua sebagai model atau top figur
bagi anak-anaknya.
Tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak hendaklah terus-
menerus dilakukan, hingga anak tersebut benar-benar matang pribadinya dan
mencapai kedewasaan. Namun saat anak masih dalam usia remaja awal (12-15
tahun), biasanya anak akan mengalami masa kegoncangan. Fase remaja adalah
masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa, masa pencarian identitas
diri sehingga ia akan mudah sekali dipengaruhi.10
Disamping itu, tantangan zaman yang sarat dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta makin luasnya pergaulan anak-anak ditengah
masyarakat seiring dengan usia mereka yang mulai memasuki fase remaja,
akan semakin memberatkan usaha orang tua untuk senantiasa memberikan
keteladanan akhlak yang baik kepada anak-anaknya.
Hal ini dikarenakan mereka dihadapkan pada figur lain selain orang
tuanya, yang tidak semuanya berupa hal-hal yang baik, tapi bisa juga hal-hal
yang buruk, misalnya: teman bergaul yang tidak baik dan media cetak dan
elektronik yang buruk, seperti: perkelahian, perjudian, gambar-gambar porno,
dan sebagainya. Mendidik anak agar tidak terpengaruh akhlak tercela di
tengah masyarakat, dan mampu membedakan bahwa itu adalah akhlak tercela
sehingga menjauhinya, adalah sebuah tugas yang tidak mudah.
7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung; Remaja Rosdakarya,
2004), cet.IV. hlm. 25. 8 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), hlm. 25. 9 Lift Anis Ma’shumah, “Pembinaan Kesadaran Beragama”, dalam Ismail SM (eds.),
Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 226. 10 Endang Purwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM Press,
2002), cet. II, hlm. 106.
4
Memberikan pendidikan agama dengan cara meneladankan kepada
anak sejak kecil, serta selalu konsisten dalam memberikannya, akan
menjadikan iman dan akhlak anak tetap kokoh, sehingga ia akan mampu
memilih mana yang baik dan mana yang buruk dalam menghadapi zaman
global ini.11
Dengan timbulnya pertanyaan apakah keteladanan akhlak orang tua
tetap berpengaruh terhadap akhlak anaknya yang mulai memasuki masa
remaja, yaitu pada masa transisi ini pribadi anak labil dan mudah terpengaruh,
membuat peneliti tertarik untuk meneliti, mengkaji dan menulisnya dalam
bentuk skripsi yang berjudul: PENGARUH KETELADANAN AKHLAK
ORANG TUA TERHADAP AKHLAK REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI
DESA PURWOSARI SAYUNG DEMAK.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Keteladanan akhlak orang tua merupakan contoh akhlak yang baik dari
orang tua di desa Purwosari Sayung Demak yang patut ditiru oleh
anaknya. Merupakan keinginan dan harapan setiap orang tua, bahwa
mereka mempunyai anak yang berakhlak mulia. Namun terkadang mereka
tidak memulai dari dirinya untuk senantiasa memberikan keteladanan.
Padahal mempunyai figur teladan merupakan kebutuhan manusia sehingga
kemudian cenderung untuk menirunya. Termasuk juga anak yang
cenderung untuk meniru orang tuanya.
2. Akhlak remaja usia 12-15 tahun adalah akhlak anak yang memasuki masa
transisi dari kanak-kanak menuju kedewasaan, lingkungan pergaulan yang
semakin luas, serta kemampuan bahasa yang juga semakin luas. Mereka
mulai menyukai lingkungan group mereka, daripada lingkungan keluarga,
yaitu orang tua. Disinilah adanya kekhawatiran bahwa pengaruh
lingkungan akan lebih besar dari pada pengaruh keteladanan orang tua.
11 Ahmad Tafsir, “Pentingnya Pendidikan Agama dalam Keluarga”, dalam Ahmad tafsir
(ed), Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet. III, hlm. 9.
5
3. Akhlak remaja usia 12-15 tahun tidak lagi hanya dipengaruhi oleh
keteladanan akhlak orang tua mereka saja, tetapi juga oleh faktor lain,
seperti, lingkungan pergaulan. Orang tua yang merupakan pendidik
pertama dan utama bagi anak-anaknya menjadi semakin kecil perannya
sebagai model dan top figur. Disinilah bahwa orang tua harus konsisten
dalam memberikan keteladanan akhlak, sehingga tetap berpengaruh
terhadap anak mereka.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan menghindari adanya kesalahpahaman dalam
menginterpretasikan judul diatas, maka terlebih dahulu penulis menjelaskan
beberapa istilah dalam judul tersebut, sebagai batasan istilah-istilah yang
diperlukan. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:
1. Pengaruh
Pengaruh berarti “daya yang ada/timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan/perbuatan seseorang”.12 Jadi,
yang dimaksud pengaruh di sini adalah daya/kekuatan yang timbul dari
keteladanan akhlak orang tua dalam membentuk akhlak seorang anak.
2. Keteladanan Akhlak
Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang berarti: “perbuatan
atau barang dan sebagainya yang patut ditiru dan dicontoh”.13
Sedangkan dalam bahasa arab keteladanan ini diungkapkan dengan kata
uswah dan qudwah yang artinya anutan.14
Dalam al-Quran kata uswah selalu dihubungkan dengan kata
hasanah, yang artinya baik, sehingga keteladanan yang penulis maksudkan
disini adalah sikap atau perbuatan dari orangtua yang baik yang patut
dijadikan contoh sehingga patut ditiru oleh anak-anaknya.
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa., Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi Ketiga, Cet. 3, hlm. 849. 13 Ibid, hlm. 1025. 14 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. 8, hlm.
42.
6
Kata akhlak, secara etimologi berasal dari bahasa Arab akhlaaq,
jama’ dari khuluqun yang berarti “perangai, tabiat, adat, dan sebagainya.15
Sedangkan secara terminologi akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.16
Dari pengertian akhlak diatas dapat dipahami bahwa istilah akhlak
itu bersifat netral, belum menunjuk kepada baik dan buruk. Namun
demikian apabila istilah akhlak itu disebut tersendiri, tidak dirangkai
dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia.
Akhlak disini adalah sifat yang tersimpan dalam jiwa yang
menimbulkan suatu perbuatan atau perilaku yang mencerminkan akhlak
itu sendiri, sehingga dapat diukur seberapa tingkat keteladanan akhlak itu
sendiri melalui perilaku yang ditimbulkan.
Dari uraian diatas yang dimaksud oleh penulis dengan keteladanan
akhlak disini adalah keteladanan akhlak yang mulia, yaitu contoh akhlak
mulia yang patut diteladani dari orang tua, baik akhlak terhadap Allah,
terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, dan terhadap lingkungan.
3. Orang Tua
Orang tua artinya 1. Ayah dan Ibu, 2. (orang tua) Orang yang
dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang-orang yang
dihormati (disegani di kampung).17 Atau, orang tua adalah orang yang
bertanggung jawab dalam satu keluarga/rumah tangga yang dalam
kehidupan sehari-hari lazim disebut bapak ibu.18
Jadi, orang tua yang dimaksud di sini adalah orang yang sepenuhnya
bertanggung jawab terhadap anak dan dalam kehidupan sehari-hari biasa
dipanggil dengan sebutan ayah atau ibu.
15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa., op. cit., hlm. 19. 16 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, (Beirut
Libanon: Dar al-Kutub. Al-Ilmiyah, t.t), jilid.III, hlm. 58 17 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, et. al., op. cit., hlm. 802. 18 Thamrin Nasution dan Nurhalizah Nasution, Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), hlm. 1.
7
4. Remaja Usia 12-15 Tahun
Remaja adalah masa anak telah memasuki masa perkembangan
dari sikap tergantung (dependence) terhadap orang tuanya, menuju
kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan
perhatian terhadap estetika dan isu-isu moral.19
Masa ini merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
kehidupan orang dewasa, pertumbuhan fisik yang menyerupai manusia
dewasa belum tentu diikuti dengan perkembangan psikis yang sama
pesatnya.20 Menurut Konopka, sebagaimana dikutip Syamsu Yusuf, masa
remaja terbagi menjadi beberapa fase, meliputi (a). Remaja awal: 12-15
tahun; (b). Remaja madya: 15-18 tahun; (c). remaja akhir: 18-22 tahun.21
Remaja yang penulis teliti adalah remaja awal, yaitu remaja usia
12-15 tahun, dengan asumsi bahwa pada masa ini pengaruh lingkungan
selain keluarga sudah mulai dikenal remaja, disamping masih adanya
pengaruh orang tua sejak kecil, sehingga menarik untuk diteliti. Objek
penelitian ini adalah tentang akhlak remaja usia 12-15 tahun, yaitu akhlak
remaja usia 12-15 tahun yang diduga mendapatkan pengaruh dari
keteladanan akhlak orang tuanya di Desa Purwosari Sayung Demak.
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul yang diangkat, maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah keteladanan akhlak orang tua di Desa Purwosari Sayung
Demak?
2. Bagaimanakah akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung
Demak?
3. Adakah pengaruh positif keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak
remaja usia 12- 15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak?.
19 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2005), cet.V, hlm. 184. 20 Endang Purwanti dan Nur Widodo, op. cit., hlm. 106. 21 Syamsu Yusuf LN, op.cit., hlm. 184.
8
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah secara teoritis diharapkan dapat
digunakan sebagai wacana dan khasanah keilmuan dalam cara mendidik anak
dan sebagai bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Secara
praktisnya bila dari penelitian ini didapatkan hasil positif, yakni adanya
pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja, maka
penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi orang tua dalam mendidik
anak dengan senantiasa memberikan keteladanan akhlak dan juga sebagai
bahan bagi remaja agar lebih meningkatkan akhlak mulia dan mampu
memilih keteladanan yang patut untuk ditiru.
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Keteladanan Akhlak Orang Tua
a. Pengertian Keteladanan Akhlak Orang Tua
Keteladanan berasal dari kata dasar “teladan’ yang berarti
perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau dicontoh. 1
Sehingga keteladanan berarti hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.
Dalam bahasa Arab keteladanan diungkapkan dengan kata uswah
dan qudwah. Menurut ar-Raghib al-Ashfahani, sebagaimana dikutip
Thomas Patrik Hughes dalam bukunya Dictionary of Islam, uswah
diartikan an example, “ is condition in which a man is in respect of
another’s imitating him”.2 Artinya teladan adalah suatu keadaan
seseorang dihormati oleh orang lain yang meneladaninya. Pengertian al-
Ashfahani ini terkesan lebih luas karena keadaan ini bisa dalam hal
kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan.3
Kata uswah terdapat dalam Al-Qur‘an dengan diberi sifat
dibelakangnya dengan sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga terdapat
ungkapan uswatun hasanah yang berarti teladan yang baik.4
Menurut Kartini Kartono, keteladanan sama dengan modeling,
yaitu bentuk pembelajaran seseorang bagaimana melakukan suatu
tindakan dengan memperhatikan dan meniru sikap serta tingkah laku
orang lain.5
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru, diikuti, atau dicontoh dari
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta;
Balai Pustaka, 1995), Edisi ke II, cet.4, hlm. 1025. 2 Thomas Patrik Hughes, Dictionary of Islam, (New Delhi, Cosmo Publication, 1982), hlm.
657. 3 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 117 4 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 95. 5 Kartini Kartono, Kamus Psikologi, (Bandung: Satelit, 1987), hlm.285.
10
seseorang. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai metode pendidikan, yaitu
keteladanan yang baik yang sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat-
ayat al-Qur‘an.
Keteladanan dalam penelitian ini adalah keteladanan akhlak
orang tua, sehingga pengertiannya adalah akhlak-akhlak yang baik, yang
dapat ditiru, diikuti atau dicontoh dari orang tua. Adapun untuk
pengertian akhlak akan dijelaskan tersendiri pada bagian akhlak.
b. Dasar Keteladanan Akhlak
Metode atau cara yang paling efektif dalam menanamkan prinsip-
prinsip ajaran dan nilai-nilai akhlak pada anak adalah dengan
memberikan contoh. Sebagaimana yang diungkapkan Abdullah Ulwan
sebagai berikut:
القدوة ىف التـربيـة هى من اجنع الوسائـل املؤثـرة ىف إعـداد الولـد ـا ـا وتكوينـه نفسـيا واجتماعي 6.خلقي
Keteladanan dalam pendidikan adalah suatu metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, individu dan sosial.
Apabila kita mencermati sistem pendidikan Nabi Muhammad
Saw, maka keteladanan merupakan metode yang paling mendominasi
metode lainnya, terutama dalam bidang akhlak.7 Beliau selalu lebih dulu
mempraktekkan semua ajaran dari Allah, sebelum menyampaikannya
kepada umat.
Keteladanan sebagai salah satu metode pendidikan didasarkan
pada dua sumber, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis. Dalam al-Qur’an
keteladanan diistilahkan dengan kata uswah hasanah, sebagaimana
dalam surat al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi:
6 Abdullah Ulwan, Tarbiyatul Aulad fi al-Islam, Juz. II, (Beirut: Dar as-Salam, 1893), hlm.
633. 7 Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005),
hlm. 153.
11
ملن كان يـرجوا اهللا ـة لـقد كان لكم فى رسول اهللا أسوة حسنـرا ـوم األخر وذكراهللا كثي )21:األحزاب. (والي
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.8
Selanjutnya, setiap aktifitas yang dilakukan orang tua dalam
bentuk perilaku sehari-hari, pada hakekatnya merupakan suri teladan.
Hal ini disebabkan anak selalu mengamati, merekam kemudian meniru
apa yang diperbuat oleh orang tuanya.
Kebutuhan akan keteladanan dapat dipahami dari keterangan
Abdurrahman an-Nahlawi bahwa manusia secara fitrah senantiasa
mencari figur teladan yang akan dijadikan pedoman dan panutan dalam
hidupnya. Oleh karena itulah Allah mengutus Nabi Muhammad Saw
agar menjadi uswatun hasanah bagi seluruh manusia.9
Dalam perspektif psikologi, bahwasanya anak dalam
perkembangan kepribadiannya selalu membutuhkan seorang tokoh
identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan orang lain.10 Hal ini karena secara insting manusia pada dasarnya
memiliki kecenderungan untuk mencontoh atau mengikuti orang lain,
terlebih lagi mereka yang dianggap sebagai figur atau panutan.
Abdurrahman an-Nahlawi juga mengakui adanya insting
beridentifikasi dalam jiwa manusia, ia mengatakan:
Kebutuhan manusia terhadap teladan lahir dari gharizah (naluri) yang bersemayam dalam jiwa manusia, yaitu taqlid (peniruan). Gharizah dimaksud adalah hasrat yang mendorong anak, orang
8 Kementerian Urusan Agama Islam Arab Saudi, Al Quran dan Terjemahnya, (Madinah:
Mujamma’ al Malik Fahd li Thiba’at al Mushaf asy Syarief, 1418 H), hlm.670 9 Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushulut Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha”, Terjemah
Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hlm. 364.
10 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet.VII, hlm. 29.
12
yang lemah, dan orang yang dipimpin untuk meniru perilaku orang dewasa, orang kuat dan pemimpin.11
Mengenai identifikasi, Hiram E. Fitzgerald dan Ellen Strommen
mengartikannya sebagai berikut: “Identification refers to a child’s
internalization or incorporation of behaviors, attitudes, or other
attributes of a model into his own personality”.12
Identifikasi memiliki arti internalisasi atau penyatuan perilaku, sikap,
atau sifat-sifat yang lain dari seorang panutan kedalam kepribadian
seorang anak.
Dengan tidak disadari, anak mengambil sikap-sikap, watak,
norma, nilai dan sifat-sifat yang lain dari tokoh identifikasinya. Proses
ini dimulai sejak anak masih kecil, bahkan sejak anak lahir kedunia.
Pada masa remaja pun proses identifikasi tetap berlangsung. Pada masa
ini remaja mengalami proses identity formation (pembentukan
identitas/jati diri) yang merupakan perkembangan utama bagi remaja.
Dalam proses ini remaja sedang mencari manusia model yang dijadikan
identitasnya.13
Pada mulanya remaja hanya merindukan sesuatu yang dianggap
bernilai dan pantas dipuja, walaupun sesuatu itu belum mempunyai
bentuk tertentu. Kemudian objek pemujaan itu menjadi lebih jelas yaitu
pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu
(personifikasi nilai-nilai).
Dengan demikian, sebaiknya orang tua menjadi pribadi-pribadi
yang mampu memberi keteladanan akhlak. Sebab, keteladanan akhlak
terutama dari orangtua akan menimbulkan gejala identifikasi positif
yang sangat diperlukan dalam perkembangan anak mereka.
11 Abdurrahman an-Nahlawi, op.cit., hlm.367-368. 12 Hiram E. Fitzgerald dan Ellen Strommen, Programmed Learning Aid For Developmental
Psychology, (USA: Learning Systems company, 1972), hlm.91. 13 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), cet.I, hlm. 72.
13
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi proses peniruan atau taqlid
ada beberapa tahap, yaitu: Pertama, keinginan untuk meniru dan
mencontoh. Anak terdorong oleh keinginan halus yang tidak
dirasakannya untuk meniru orang yang dikaguminya tanpa disengaja.
Peniruan tidak disengaja ini tidak hanya mengarah pada perilaku yang
baik saja, tetapi kadang-kadang merambah kepada tingkah laku yang
tidak terpuji. Seseorang yang terpengaruh, secara tidak disadari akan
menyerap kepribadian orang yang mempengaruhinya, baik sebagian atau
keseluruhan.
Kedua, kesiapan untuk meniru. Setiap tahapan mempunyai
kesiapan dan potensi tertentu. Oleh karenanya Islam tidak memberikan
perintah sholat pada anak yang usianya belum mencapai 7 tahun.
Ketiga, Tujuan. Setiap peniruan mempunyai tujuan yang kadang
diketahui oleh peniru dan kadang tidak. Peniruan biasanya berlangsung
dengan harapan akan memperoleh sesuatu seperti yang dimiliki oleh
orang yang dikaguminya. Apabila peniruan ini disadari, dan disadari
pula tujuannya, maka peniruan ini tidak lagi disebut taqlid, tetapi
merupakan kegiatan yang disertai dengan pertimbangan yang disebut
ittiba’.14
Keempat, melakukan. Ketika anak memasuki tahap melakukan,
ia akan mulai membiasakannya, sehingga lama kelamaan, sesuatu itu
akan menjadi pribadinya. Apa yang dilakukannya bisa benar-benar
serupa dengan apa yang ditirunya, namun juga bisa sebagian saja.
c. Bentuk-bentuk Keteladanan Akhlak.
Bentuk-bentuk keteladanan akhlak ada dua, yaitu:15
1). Keteladanan akhlak yang disengaja
Ialah keteladanan yang memang disertai penjelasan atau
perintah agar meneladani, atau bentuk peneladanan yang memang
14 Abdurrahman an-Nahlawi, op.cit., hlm. 368-371. 15 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994), hlm. 143-144.
14
diupayakan secara sengaja, seperti seorang bapak yang mengajak
serta anaknya melaksanakan sholat berjamaah di Masjid, dan seorang
imam yang membaguskan shalatnya untuk mengerjakan sholat yang
sempurna.
Dalam hal ini Rasulullah Saw telah memberikan teladan
langsung kepada para sahabat sehingga mereka telah banyak
mempelajari masalah keagamaan dengan mengikuti teladan yang
sengaja diberikan Rasulullah Saw.
2). Keteladanan akhlak yang tidak disengaja
Ialah keteladanan yang terjadi secara langsung dengan
memperhatikan pribadi sosok yang diikuti, baik dalam keilmuan,
kepemimpinan, sifat dan keikhlasan.
Pengaruh keteladanan ini terjadi secara spontan dan tidak
sengaja, ini berarti bahwa setiap orang yang diharapkan menjadi
teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran
bahwa ia bertangggung jawab di hadapan Allah dalam segala hal
yang diikuti oleh orang lain, khususnya anak-anaknya.
d. Aspek-aspek Keteladanan Akhlak
Menurut Muhammad Daud Ali, akhlak terbagi menjadi dua,
yaitu: pertama, akhlak terhadap Allah atau Khaliq dan kedua, akhlak
terhadap makhluk (semua ciptaan Allah).16 Akhlak terhadap makhluk
terbagi menjadi dua yaitu (1) Akhlak terhadap manusia, yaitu: (a) diri
sendiri, (b) sesama manusia lainnya (Rasulullah, keluarga, karib kerabat,
tetangga dan masyarakat). (2) Akhlak terhadap bukan manusia, yaitu
makhluk lain seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, alam dan lingkungan
sekitar.
Akhlak diatas merupakan akhlak-akhlak yang harus diteladankan
oleh orang tua kepada anaknya dalam usaha menanamkan akhlak mulia
16 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
cet.3, hlm. 352.
15
anak mereka. Aspek-aspek keteladanan akhlak yang dibahas dalam
penelitian ini, yaitu:
1). Keteladanan Akhlak terhadap Allah, meliputi antara lain:
a). Takwa kepada Allah Swt
b). Cinta dan Ridla kepada-Nya
c). Bersyukur atas nikmat-Nya
d). Tawakal
2). Keteladanan Akhlak terhadap diri sendiri, diantaranya:
a). Jujur dan dapat dipercaya
b). Rendah Hati
c). Kerja Keras dan Disiplin
d). Berjiwa Ikhlas
e). Sabar
f). Hidup Bersih dan Sehat
3). Keteladanan Akhlak terhadap sesama manusia, dibagi menjadi:
a). Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat, diantaranya: saling
menyayangi, berbuat baik, membina silaturahim.
b). Akhlak terhadap tetangga, masyarakat, diantaranya: saling
menghormati, tolong menolong, gotong royong.
4). Keteladanan Akhlak terhadap lingkungan, yaitu:
a). Memelihara kelestarian lingkungan
b). Menjaga kebersihan lingkungan
c). Menyayangi makhluk hidup
2. Akhlak Remaja
a. Pengertian Akhlak Remaja
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan bahasa (linguistic) dan pendekatan istilah
(terminologik).
16
Akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa arab akhlaq (اخالق ) bentuk jamak dari al-khuluq (الخلق ) yang berarti: (1) tabiat, budi pekerti,
(2) adat kebiasaan, (3) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, (4) Agama,
dan (5) kemarahan (al-gadab).17
Kata akhlak mempunyai segi-segi persesuaian dengan khalqun
yang artinya kejadian, khaliq yang berarti; pencipta dan makhluq yang
berarti yang diciptakan. Jadi perumusan arti akhlak adalah sebagai media
adanya hubungan baik antara makhluk dengan khaliq, dan makhluk
dengan makhluk.
Kata akhlak mempunyai sinonim (persamaan arti) yaitu etika dan
moral. Kata etika berasal dari bahasa Yunani Ethos dan moral berasal dari
bahasa latin mores yang keduanya mempunyai arti “kebiasaan”.18
Menurut Hamzah Ya’kub, sebagaimana dikutip Asmaran As,
etika adalah “ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk
dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran”.19
Sedangkan moral merupakan istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai/hukum baik
atau buruk, benar atau salah.20 Tolok ukurnya adalah norma-norma yang
hidup di masyarakat.
Perbedaan akhlak dengan etika dan moral terutama menyangkut
sumbernya. Akhlak bersumber dari al-Qur‘an dan al-Hadis, etika dengan
pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum
berlaku di masyarakat. Karena itu penggunaan istilah etika dan moral yang
mengandung pengertian akhlak harus ditambah dengan kata Islam, yaitu
etika Islam atau moral Islam.
17 Kafrawi Ridwan (eds.), Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet.
4, hlm. 102. 18 Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panji Mas,
1996), cet.II, hlm. 26. 19 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 7. 20 Ibid., hlm. 8.
17
Sedangkan arti akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
pendapat dari para pakar, diantaranya:
1). Ibnu Miskawaih (w.421 H/1030 M), sebagaimana dikutip Rachmat
Djatnika, mengatakan:
ـة افعـاهلا هلا ايل حال للـنفس داعيـة اخللق .من غريفكر وروي
Akhlak adalah keadaan dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.21
Ibnu Miskawaih tidak mendefinisikan bahwa keadaan itu harus
tertanam kuat/ tetap dalam jiwa. Berbeda dengan definisi diatas,
definisi yang lebih luas diberikan oleh Imam al-Ghozali.
2). Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulum al-Din, mengatakan:
ر االفعــال فاخللق عبارة عن هيئـة ىف النفس راسـخة عنها تصـد اهليئــة كانت فان. حاجـة اىل فكر ورويـة بسهولـة ويسر من غري
تلك مسيت و شرعا عقال احملمودة رعنها االفعـال اجلميلة حبيث تصـد مسيـت الصادرعنها االفعـال القبيحـة كان وان ,حسنا خلقا اهليئـةـئا خلقا ر املصـد هي اليت اهليئـة 22 .سي
Akhlak adalah sifat yang tertanam (tetap) dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat, maka disebut akhlak yang baik, dan bila lahir darinya perbuatan yang buruk, maka disebut akhlak yang buruk.
Dari pengertian al-Ghazali diatas dapat dipahami bahwa akhlak
itu harus tertanam kuat /tetap dalam jiwa dan melahirkan perbuatan
yang selain benar secara akal, juga harus benar secara syariat Islam,
21 Rachmat Djatnika, loc.cit. 22 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum ad-Din, Jilid III,
(Semarang: Toha Putra, t.th.), hlm.52.
18
yaitu al-Qur‘an dan al-Hadis. Hal inilah yang membedakan akhlak
dengan moral dan etika.
Akhlak tidak terbatas pada hubungan antara manusia dengan
manusia lainnya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan-Nya dan dengan segala yang terdapat dalam kehidupan ini,
yaitu alam lingkungan.
3). Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlaq, sebagaimana dikutip Rachmat
Djatnika mengatakan bahwa:
.اال را دة عـادة اخللق
Akhlak ialah pembiasaan kehendak.23
Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan maka
kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak untuk
berderma dilakukan terus menerus dan telah menjadi kebiasaan, maka
kebiasaan itu dapat disebut akhlak dermawan. Namun bila kadang-
kadang berderma kadang-kadang bakhil, maka perbuatan ini tidak
dapat disebut akhlak dermawan.
Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di
dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau
memenuhi beberapa syarat, yaitu: a). Perbuatan itu dilakukan
berulang-ulang sehingga tertanam kuat dalam jiwa dan b). Perbuatan
itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu
sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan.24
Abuddin Nata menambahkan bahwa perbuatan itu dapat
disebut akhlak (khususnya akhlak yang baik) apabila perbuatan itu
dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena
mengharapkan pujian dari orang lain.25
23 Rachmat Djatnika, op.cit., hlm. 27. 24 Kafrawi Ridwan, et. al., Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002),
cet.X, hlm. 102. 25 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, edisi VI, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 6.
19
Istilah akhlak itu sendiri masih bersifat netral, belum
menunjuk kepada hal-hal yang baik atau buruk. Namun apabila akhlak
itu disebut tersendiri, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang
dimaksud adalah yang mulia. Misalnya, seseorang mengatakan, ‘kamu
benar-benar anak berakhlak”, maka maksudnya adalah kamu benar-
benar mempunyai akhlak yang baik.
4). Elizabeth B. Hurlock:
“Behaviour which may be called “true morallty” not only conforms to
social standard but also is carried out voluntarily.26
Perilaku yang dapat disebut “moralitas yang sesungguhnya” tidak saja
sesuai dengan standar sosial, melainkan juga dilaksanakan dengan
kesukarelaan.
Perilaku dalam pengertian Hurlock disini mensyaratkan
adanya kesukarelaan atau keikhlasan, hampir sama dengan pengertian
akhlak yaitu tanpa pertimbangan dan pemikiran. Akan tetapi tolok
ukur dari definisi Hurlock hanya pada standar sosial saja, sehingga
perilaku disini tidak dapat disebut dengan akhlak, akan tetapi hanya
sebatas moral dan etika saja. Karena akhlak harus memenuhi adanya
kebenaran secara aqliyah maupun syar’iyyah, sedangkan moral dan
etika hanya sebatas ukuran manusia.
Adapun remaja adalah masa anak telah mulai memasuki masa
perkembangan dari sikap tergantung (dependence) menuju
kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri,
dan perhatian terhadap estetika, isu-isu moral.27
Masa ini merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak
menuju kehidupan orang dewasa, yang pertumbuhan phisik yang
26 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Six Edition, (Graw Hill: Kogakusa LTD, t.t),
hlm.385. 27 Syamsu Yusuf LN, op. cit., hlm. 184.
20
menyerupai orang dewasa, belum tentu diikuti dengan perkembangan
psikis yang sama pesatnya.28
Menurut Konopka, sebagaimana dikutip Syamsu Yusuf, masa
remaja dibagi menjadi beberapa fase, meliputi: (a) remaja awal: 12-15
tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 18-22 tahun.29
Remaja dalam pembahasan disini adalah remaja awal, yaitu usia 12-15
tahun.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
akhlak remaja adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa remaja,
yang darinya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu yang dalam
pelaksanaannya sudah menjadi kebiasaan. Apabila keadaan (hal)
tersebut melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syara’
(hukum Islam), maka disebut akhlak yang baik, dan sebaliknya bila
perbuatan itu buruk, maka disebut akhlak yang tercela.
b. Dasar dan Tujuan Akhlak
1). Dasar Akhlak
Pedoman hidup agama Islam yang menjelaskan kriteria baik
dan buruknya suatu perbuatan adalah al-Qur‘an dan al-Hadis.
Sebagaimana diungkapkan banyak ulama, bahwa akhlak berdasarkan
pada ajaran Allah dan Rasul-Nya.30 Jadi dengan demikian jelas bahwa
dasar daripada akhlak adalah al-Qur‘an dan al-Hadis. Dasar akhlak
dalam al-Qur‘an, diantaranya surat al-Qalam ayat 4:
ـك لعلى خلق عظيـم ).4:القلم . ( وان
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam, 68:4).31
28 Endang Purwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM Press,
2002), cet. II, hlm. 106. 29 Syamsu Yusuf LN, loc. cit. 30 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran (Bandung: Mizan, 2000), cet.IX, hlm. 263. 31 Kementerian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Arab Saudi, op. cit., hlm.
960.
21
Sedangkan dasar akhlak dalam al-Hadis, salah satunya adalah:
عبد العزيز حدثنا: حدثنا عبد اهللا حدثين أيب حدثنا سعيد بن منصور قال بن حممد عن حممد بن عجالن عن القعقاع بن حكيم عن أيب صاحل عن أيب
ـا بعثت لأتمـم : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : هريرة قال إنـم 32 )رواه أمحد . (صالح األخالق
Abdullah telah menceritakan kepadaku (ia berkata), Bapakku telah menceritakan kepadaku, (Ia berkata), Said bin Mansur telah menceritakan kepadaku, Ia berkata: Abdul Aziz bin Muhammad telah menceritakan kepadaku, dari Muhammad bin "Ajlan, dari al-Qa'qa' bin Hakim dari Abi Salih, dari Abi Hurairah, Ia berkata, Rasullullah Saw bersabda: “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Ahmad).
Kedua dasar diatas merupakan perintah kepada manusia
untuk berbudi pekerti, berperilaku yang baik, sebagaimana perilaku
Rasulullah yang penuh dengan contoh-contoh teladan akhlak yang
mulia.
2). Tujuan Akhlak
Tujuan disyariatkannya akhlak adalah agar setiap orang
berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau
beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.33
Menurut Oemar Muhammad at-Taumy asy-Syaibani, tujuan
akhlak adalah kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi
individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan
keteguhan bagi masyarakat.34
Tujuan luhur dari segala tingkah laku menurut pandangan
Islam adalah mendapatkan ridla dari Allah Swt. Ini berarti bahwa amal
32 M.Abd. Salam Abdussyafi, Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, Juz II, (Beirut Libanon:
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), hlm. 504. 33 Erwati Aziz, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Solo: PT. Tiga Serangkai Mandiri,
2003), hlm. 101. 34 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung , (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 46.
22
perbuatan manusia tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya semata, tetapi sebagai sarana untuk mendapatkan ridla Allah.
Menurut Ahmad Amin, manusia dijadikan oleh Allah agar
berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap sesama makhluk
dan terhadap Allah, adalah karena Allah hendak menjadikan manusia
makhluk yang tinggi, yang sempurna dan membedakannya dari
makhluk-makhluk lainnya.35
Dari beberapa rumusan tujuan diatas, maka dapat diambil
pengertian bahwa tujuan akhlak adalah agar manusia itu berbudi
pekerti, bertingkah laku, berperangai yang baik terhadap Allah dan
terhadap sesama makhluk, sehingga ia akan menjadi lebih tinggi dan
sempurna derajatnya dari pada makhluk lainnya dan mendapatkan ridla
dari Allah Swt, hingga akhirnya mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
c. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan ruang lingkup
ajaran Islam itu sendiri, yaitu pola hubungan manusia dengan Allah
(khaliq) dan hubungan dengan sesama makhluk (baik manusia maupun
bukan manusia). Sehingga apabila di perinci sebagai berikut:
- Akhlak terhadap Allah sang Khaliq.
- Akhlak terhadap makhluk, terbagi dua:
a). Akhlak terhadap manusia, dapat dibagi lagi menjadi: Akhlak terhadap
diri sendiri dan akhlak terhadap orang lain atau sesama manusia
(Rasulullah, keluarga, teman /karib kerabat , tetangga, masyarakat).
b). Akhlak terhadap bukan manusia, yaitu: alam/lingkungan (hewan,
tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas penelitian ini hanya
memfokuskan pembahasan mengenai akhlak yang berhubungan dengan
35 Ahmad Amin, Etika (Akhlaq), (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 63.
23
Allah Swt, akhlak terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, dan
terhadap lingkungan.
1). Akhlak terhadap Allah
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap Allah atau pola
hubungan manusia dengan Allah Swt, adalah sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada
Allah Swt sebagai khaliq. Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia
perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah yang telah
menciptakan manusia. Kedua, karena Allah yang telah memberikan
perlengkapan panca indera, akal pikiran dan hati sanubari, disamping
tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Ketiga, karena Allah
yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan
bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah yang telah
memuliakan manusia dari makhluk Allah lainnya.
Banyak sekali cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak
kepada Allah. Dalam hal ini akhlak-akhlak yang perlu ditanamkan oleh
orang tua, terutama dengan cara diteladankan kepada anak-anaknya
dalam hubungannya dengan akhlak terhadap Allah, antara lain:36
1). Takwa
Bertakwa kepada Allah, seperti: menunaikan shalat fardlu 5
waktu, menunaikan puasa pada bulan Ramadlan dan menjauhi
semua yang dilarang-Nya, seperti: tidak berjudi dan sebagainya.
2). Cinta dan Ridla
Salah satu cara mencintai Allah adalah dengan selalu
berdzikir dan mengingat-Nya, memperbanyak doa dan membaca
al-Qur‘an.
36 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, op.cit., hlm. 149-150.
24
3). Bersyukur
Bersyukur atas nikmat Allah tidak hanya diucapkan dengan
lisan, akan tetapi juga diwujudkan dengan perbuatan, yaitu dengan
menggunakan nikmat yang telah diberikan Allah dengan sebaik-
baiknya.
4). Tawakal
Tawakal kepada Allah berarti menyerahkan semua urusan
kita sepenuhnya kepada-Nya, sesudah melakukan usaha
semaksimal yang kita sanggupi, sehingga kita benar-benar tidak
mencampurinya lagi.
2). Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri adalah pemenuhan kewajiban
manusia terhadap dirinya sendiri, baik yang menyangkut jasmani
maupun rohani. Akhlak ini meliputi:
a). Jujur dan dapat dipercaya
b). Rendah Hati
c). Kerja keras dan Disiplin
d). Berjiwa Ikhlas
e). Sabar
f). Hidup bersih dan sehat.37
3). Akhlak terhadap sesama manusia, antara lain:
a). Akhlak terhadap keluarga, kerabat; saling menyayangi, berbuat
baik, membina silaturahim.
b). Akhlak terhadap tetangga, masyarakat: saling menghormati, tolong
menolong, dan gotong royong.38
37 Mahfudz Junaedi, (ed.), Aqidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah kelas X, (Semarang:
CV.Ghani & SON bekerjasama dengan Kanwil Depag Jateng, 2004), hlm. 16-18. 38 Muhammad Daud Ali, op.cit., hlm. 357-358.
25
4). Akhlak terhadap lingkungan (hewan, tumbuh-tumbuhan, alam sekitar).
Akhlak terhadap lingkungan yang diajarkan al-Quran
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah di Bumi. Cara
berakhlak terhadap lingkungan diantaranya: memelihara kelestarian
lingkungan, menjaga kebersihan lingkungan, dan menyayangi makhluk
hidup.39
d. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Akhlak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya akhlak ada tiga aliran yang sudah sangat populer, yaitu
aliran Nativisme, Empirisme dan aliran Konvergensi.
Aliran Nativisme yang dikembangkan oleh filsuf Arthur
Schopenhauer berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari
dalam. Minat dan bakat semata-mata faktor kodrati yang ditentukan oleh
hereditas atau pembawaan. Jika seseorang sudah memiliki pembawaaan
atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang
memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.40
Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang
paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan
yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan itu baik
maka seseorang akan menjadi baik, begitupun sebaliknya. Aliran ini
tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia
pendidikan dan pengajaran
Sedangkan aliran konvergensi (William Stern) berpendapat
bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal
(pembawaan dari diri) dan faktor eksternal (luar) yaitu pendidikan dan
39 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, op.cit., hlm. 152. 40 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), cet.12, hlm. 59.
26
pembinaaan yang dilakukan secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada
dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.41
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi terbentuknya
akhlak ada dua, yaitu faktor dari dalam, yakni potensi fisik, intelektual,
dan hati (rohaniah) yang dibawa seseorang sejak lahir. Dan kedua adalah
faktor dari luar yang dalam hal ini adalah orang tua, guru di sekolah,
tokoh-tokoh serta pemimpin dalam masyarakat, dan lingkungan
pergaulan lainnya seperti: teman bergaul, media informasi, dan lain-lain.
3. Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang tua terhadap Akhlak Remaja
Anak yang mulai menginjak remaja dalam perkembangan dan
tingkah lakunya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri anak dan faktor
dari luar. Salah satu faktor dari luar yang dapat mempengaruhi akhlak
remaja adalah lingkungan keluarga terutama kedua orang tua.
Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad Saw, yang berbunyi:
: وسلم عن أىب هريـرة رضي اهللا عنـه قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليهأوينـصرانـه أو مامن مولود إال يـولد على الفطرة فأبواه يهـودانـه
)رواه البخاري . (هميجسانـ Dari Abi Hurairah r.a, Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R. Al-Bukhari).42
Dalam lingkungan keluarga, orang tua yang paling bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak, baik jasmani maupun rohani. Proses
pendidikan ini sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah, karena pada
dasarnya (secara psikologi) seorang anak akan meniru dan meneladani
orang tuanya. Dengan teladan ini timbullah gejala identifikasi positif, yaitu
penyamaan diri dengan orang yang akan ditiru. Identifikasi positif itu
41 Abuddin Nata, op.cit., hlm.167. 42 Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz.I,
(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), hlm. 413.
27
penting sekali dalam pembentukan pribadi dan akhlak anak.43 Proses
peniruan ini berlangsung tidak hanya ketika anak masih kecil, hingga anak
menginjak remajapun proses peniruan ini tetap berlangsung.44
Proses peniruan terhadap orang tua ini tidak saja pada hal-hal yang
baik saja, tetapi juga pada hal-hal yang buruk. Bahkan dalam al-Quran
banyak sekali ayat yang menceritakan tentang peniruan (taqlid) terhadap
orang tua atau nenek moyang yang itu adalah hal-hal yang buruk, seperti
dalam surat al-Maidah ayat 104, yang berbunyi:
ما وجدنا عليه قالواحسبنا الرسول وإلى أهللا ماأنـزل إىل لهم تعالوا وإذاقيل
).104:املائدة.(يهتدون شيـئا ولا يعلمون لا أو لوكان أباؤهم نا أباء
Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (QS. al-Maidah:104).
Seperti penjelasan identifikasi diatas, nilai-nilai yang dikenal akan
masih melekat pada orang-orang yang disenanginya dan dikaguminya, jadi
pada orang-orang dimana ia beridentifikasi.
Identifikasi adalah salah satu proses yang ditempuh oleh anak dalam mengenal nilai. Sesuatu itu disebutkan baik, karena dilakukan juga oleh ayah atau ibu. Lambat laun nilai-nilai yang dimilikinya sendiri, tanpa membayangkan lagi orang-orang tempat nilai itu mula-mula “diambilnya” (transfer). Akhirnya anak memilikinya sendiri, sehingga ia melakukan shalat (misalnya), karena keinsyafan sendiri bukan karena demikian itu diperbuat oleh orang tuanya. Dengan demikian maka motif-motif (alasan-alasan) anak memiliki akhlak yang baik bukan lagi karena ingin berbuat seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang disenanginya melainkan karena ia memahami nilai perbuatan itu.45
43 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filasafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1980), hlm.85 44 Syamsu Yusuf, op. cit. hlm. 72. 45 Ahmad D. Marimba. loc.cit
28
Uraian diatas menjelaskan bahwa nilai-nilai dalam hal ini akhlak-
yang dilakukan (diteladankan) orang tua akan ditiru oleh anak sejak kecil,
bahkan hingga anak tersebut menginjak usia remaja. Hal serupa juga
diungkapkan Abdullah Ulwan:
, أن املريب هو املثل األعلى يف نظر الطفـل واألسوة الصاحلة يف عني الولدـا من حيث يشعر أو ال يشعر بل تنطبع يف , يقلده سلوكيـا وحياكيه خلوقي
46 .نفسه وإحساسه القوليـة والفعليـة
Pendidik (orang tua) merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang semua tingkah laku dan akhlaknya akan ditiru, disadari atau tidak. Bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri anak baik ucapan maupun perbuatan.
Pendapat diatas memberikan pengertian bahwa orang tua sangat
berpengaruh dalam perkembangan akhlak anaknya. Hal senada juga dikatakan
oleh Marvin W. Berkowitz bahwa: “Modeling can influence children’s moral
development. Children closely observe their parents interaction with each
other, with family members, and with people more generally, and from those
observations learn a great deal about how to treat others”.47
Keteladanan dapat mempengaruhi perkembangan moral anak. Anak melihat
dengan cermat pergaulan orang tuanya dengan orang lain, dengan anggota
keluarga dan dengan masyarakat umum, dan dari penglihatan tersebut
(mereka) belajar lebih banyak lagi tentang bagaimana perilaku lainnya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas semakin jelas kiranya bahwa
keteladanan akhlak orangtua sangat berpengaruh terhadap akhlak anak
(remaja), yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari.
46 Abdullah Ulwan , loc.cit. 47 Marvin W. Berkowitz, “Fostering Goodness: Teaching Parents to Facilitate Children’s
Moral Development”, http://parenthood.library.wisc.edu/Berkowitz/berkowitz.html. Diakses tanggal: 6 Januari 2008.
29
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Sepengetahuan penulis, penelitian semacam ini bukan pertama
kalinya dilakukan, namun ada penelitian-penelitian sebelumnya yang
mempunyai kesamaan pada variabel keteladanan saja atau akhlak saja.
Diantara penelitian tersebut adalah:
Skripsi Wahab Sya’roni berjudul Pengaruh Perhatian Orang tua
terhadap Akhlak Siswa di MTs Negeri Balen Bojonegoro Jawa Timur yang
menyimpulkan bahwa perhatian orang tua berpengaruh terhadap akhlak siswa
di MTsN Balen Bojonegoro Jawa Timur.48 Skripsi ini, lebih memfokuskan
pada pengaruh perhatian orang tua terhadap akhlak siswa, sedangkan
perhatian itu sendiri adalah sebagian kecil daripada akhlak. Juga pengaruh
perhatian orang tua disini adalah terhadap akhlak siswa, bukan terhadap anak.
Walaupun skripsi diatas ada relevansinya dengan penelitian yang
penulis lakukan, namun penelitian penulis ini jelas berbeda, karena penulis
memfokuskan pada pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak
remaja usia12-15 tahun.
Skripsi Maslahatul Amiroh yang berjudul Pengaruh Keteladanan
Keluarga terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di desa
Pantenan Kec. Paceng Gresik yang menyimpulkan keteladanan keluarga
berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah anak usia Pendidikan Dasar di Desa
Pantenan Kec. Paceng Gresik.49 Skripsi ini memfokuskan pada keteladanan
keluarga terhadap pelaksanaan ibadah anak. Arti keluarga terasa lebih luas,
karena keluarga sendiri meliputi seluruh anggota, tidak hanya ayah dan ibu,
tetapi juga kakak, adik serta anggota keluarga lainnya.
48 Wahab Sya’roni, Pengaruh Perhatian Orang tua terhadap Akhlak Siswa MTsN Balen
Bojonegoro Jawa Timur, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: perpustakaan Fak.tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
49 Maslahatul Amiroh, Pengaruh Keteladanan Keluarga terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik, Skripsi IAIN Walisongo (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
30
Penelitian yang penulis lakukan ini lebih luas, jika kajian skripsi
diatas memfokuskan pada pelaksanaan ibadah anak, maka penelitian ini fokus
pada akhlak remaja. Pengaruh keteladanan yang penulis teliti adalah pada
pengaruh keteladanan akhlak orang tua.
Skripsi Nur Istianah yang berjudul Keteladanan Orang tua
terhadap Kecerdasan Emosional Remaja di MA Tarbiyatul Banin Banat
Alasdowo Dukuhseti Pati. Skripsi ini menyimpulkan bahwa persepsi anak
tentang keteladanan orang tua berpengaruh terhadap kecerdasan emosional
anak.50 Skripsi ini memfokuskan pada Persepsi Anak tentang Keteladanan
Orang tua, hal ini dikarenakan penulisnya hendak mengukur keteladanan
orang tua dari persepsi anak. Sedangkan variabel terikatnya adalah kecerdasan
emosional.
Sedangkan penelitian penulis ini berbeda dan layak untuk
dilakukan, karena keteladanan orang tua penting sekali, terutama dalam
masalah akhlak, dan dari karya-karya diatas, masalah keteladanan akhlak
orang tua belum ada yang membahasnya.
C. Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian adalah “jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris”.51
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis
bahwa: terdapat pengaruh positif keteladanan akhlak orang tua terhadap
akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Artinya,
semakin tinggi keteladanan akhlak orang tua maka tingkat akhlak remaja akan
semakin tinggi pula.
50 Nur Istianah, Pengaruh Keteladanan Orangtua terhadap Kecerdasan Emosional Remaja
di MA Tarbiyatul Banin Banat Alasdowo Dukuhseti Pati, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
51 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet.14, hlm. 21.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis ingin mencapai beberapa tujuan, antara
lain:
1. Untuk mengetahui tingkat keteladanan akhlak orang tua yang mempunyai
anak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak.
2. Untuk mengetahui tingkat akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa
Purwosari Sayung Demak.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh keteladanan akhlak orang tua
terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung
Demak.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari, terhitung mulai tanggal 4
Nopember 2007 sampai dengan 4 Desember 2007. Tempat penelitian di Desa
Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Desa ini merupakan Ibukota
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, dan termasuk desa yang dilalui oleh
jalur Jalan Pantura (Pantai Utara), yaitu Jl. Semarang-Demak, berada di ± km
9 dari Kota Madya Semarang.
C. Variabel Penelitian
Secara definitif, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian.1 Berdasarkan atas pernyataan
tersebut, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Keteladanan akhlak orang tua sebagai variabel independent atau bebas
(X), yakni variabel yang mempengaruhi dengan indikator sebagai berikut:
a. Keteladanan akhlak terhadap Allah SWT, dengan sub indikator:
1) Bertakwa kepada Allah, yaitu: menunaikan shalat, puasa dan tidak
berjudi.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet.XII, hlm. 96.
32
2) Cinta dan Ridla kepada-Nya, dengan cara: banyak berdzikir dan
berdoa, dan membaca al-Quran.
3) Bersyukur atas nikmat-Nya
4) Bertawakal kepada-Nya.
b. Keteladanan akhlak terhadap diri sendiri, dengan sub indikator:
Jujur dan dapat dipercaya, rendah hati, kerja keras dan disiplin,
berjiwa ikhlas, sabar, hidup bersih dan sehat.
c. Keteladanan akhlak terhadap sesama manusia, antara lain:
1) Terhadap keluarga, karib kerabat, meliputi: saling menyayangi,
berbuat baik, membina silaturahim.
2) Terhadap tetangga, masyarakat, meliputi; saling menghormati,
tolong menolong dan gotong royong.
d. Keteladanan akhlak terhadap lingkungan, yaitu: memelihara
kelestarian dan kebersihan lingkungan, dan menyayangi makhluk
hidup.
2. Akhlak remaja usia 12-15 tahun sebagai variabel dependent atau terikat
(Y), yakni variabel yang dipengaruhi, dengan indikator sebagai berikut:
a. Akhlak terhadap Allah Swt, dengan sub indikator:
1) Bertakwa kepada Allah, yaitu: menunaikan shalat, puasa dan tidak
berjudi.
2) Cinta dan ridla kepada-Nya, dengan cara: banyak berdzikir dan
berdoa, dan membaca al-Quran.
3) Bersyukur atas nikmat-Nya
4) Bertawakal hanya kepada-Nya.
b. Akhlak terhadap diri sendiri, dengan sub indikator:
Jujur dan dapat dipercaya, rendah hati, kerja keras dan disiplin,
berjiwa ikhlas, sabar, hidup bersih dan sehat.
c. Akhlak terhadap sesama manusia, antara lain:
1) Terhadap keluarga, karib kerabat, meliputi: saling menyayangi,
berbuat baik, membina silaturahim.
2) Terhadap tetangga, masyarakat, meliputi; saling menghormati,
tolong menolong dan gotong royong.
33
d. Akhlak terhadap alam lingkungan, yaitu: memelihara kelestarian dan
kebersihan lingkungan, dan menyayangi makhluk hidup.
D. Metode Penelitian
Pada dasarnya penelitian adalah kegiatan untuk menemukan,
mengembangkan atau mengkaji suatu permasalahan. Oleh karena itu
penelitian harus didasarkan pada penyelidikan dan pengumpulan data dengan
analisa logis untuk tujuan tertentu. Cara yang dipakai dalam penelitian seperti
ini disebut dengan metode penelitian.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan, bersifat
kuantitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey, yaitu dengan mengambil sampel dari suatu populasi di lapangan dan
menggunakan angket/kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.2
Untuk mengatasi kelemahan angket digunakan teknik triangulasi, yaitu
pengecekan data hasil angket dengan data dari metode lain, yaitu Observasi
dan Interviu.
Teknik analisis yang dipakai adalah korelasional. Teknik ini dipakai
untuk mencari hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Teknik uji
hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor.
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.3 Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan orang tua muslim
dan anaknya yang berusia 12-15 tahun di desa Purwosari Sayung Demak yang
berjumlah 536 anak.
Sedangkan sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.4 Atau dapat dikatakan pula bahwa sampel adalah kelompok kecil
individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian.5 Jadi sampel adalah
sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek dengan menggunakan teknik
2 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES
Indo, 1995), cet.II, hlm. 3. 3 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 108. 4 Ibid., hlm. 109. 5 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam pendidkan, (Jakarta:
raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 133.
34
tertentu yang dianggap mewakili keseluruhan populasi penelitian. Menurut
Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada keadaan.6
Berdasarkan pengertian di atas, dimana populasi penelitian ini besar,
yaitu 536, sedangkan kemampuan peneliti terbatas, maka penulis mengambil
sampel 15% dari jumlah populasi. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 15% X 536 (remaja) = 80,4, dibulatkan menjadi 80 responden.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari kelompok yang memiliki
susunan bertingkat berdasarkan usia, sehingga dalam pengambilan sampel,
penulis menggunakan teknik proportional stratified random sampling atau
sampel acak secara proporsional menurut tingkat usia.7 Adapun sampel yang
diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Proporsi Sampel Menurut Tingkat Usia
Usia Jumlah Proporsi Proporsi tiap kategori Sampel
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
99
168
119
150
99 / 536
168 / 536
119 / 536
150 / 536
0,18 X 80
0,31 X 80
0,22 X 80
0,29 X 80
14
25
18
23
536 80
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 4 buah metode:
1. Angket
Angket (Questionaires) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya/hal-hal yang ia ketahui.8 Metode ini dipergunakan
untuk:
6 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 112. 7 Ibid, hlm. 117. 8 Ibid., hlm. 128.
35
- Mengukur tingkat keteladanan akhlak orang tua yang mempunyai
anak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak.
- Mengukur tingkat akhlak remaja usia 12-15 tahun di desa tersebut.
Adapun bentuk angket ini adalah angket tertutup dengan bentuk
pilihan ganda, dengan memberikan daftar pertanyaan sebanyak 25 soal
untuk dijawab responden secara tertulis. Setiap soal terdiri dari empat
pilihan alternatif jawaban, A, B, C dan D. Adapun dalam pemberian skor
peneliti mengkategorikannya sebagai berikut:
- Untuk alternatif jawaban A diberi skor 4
- Untuk alternatif jawaban B diberi skor 3
- Untuk alternatif jawaban C diberi skor 2
- Untuk alternatif jawaban D diberi skor 1.
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai “pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti” .9
Metode observasi yang digunakan di sini adalah observasi
langsung yang dilakukan di Desa Purwosari Sayung Demak. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan objek
penelitian, yaitu mencari data yang tidak dapat diperoleh melalui metode
lain.
Jenis Observasinya adalah observasi partisipan, yaitu peneliti turut
ambil bagian dalam perikehidupan responden.10 Agar metode
Observasinya berjalan sistematis, maka digunakan Check List sebagai alat
observasi. Adapun bentuk check list sebagaimana dalam lampiran.
3. Interviu
Interviu sebagai metode pengumpulan data disini digunakan
sebagai metode pelengkap, yaitu sebagai alat untuk mencari informasi-
informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain. Metode interviu
juga digunakan sebagai batu pengukur atau kriteria, yaitu menguji
kebenaran dan kemantapan suatu data yang telah diperoleh dengan cara
9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid.II, (Yogyakarta: ANDI,2004), Edisi.II, hlm. 151.
10 Ibid., hlm.158.
36
lain. 11 Alat yang digunakan adalah sama dengan metode observasi, yaitu
check list.
4. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata document, yang artinya barang-
barang tertulis. Metode dokumentasi disini berarti mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.12
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang objek
penelitian yang didokumentasikan oleh pemerintah desa. Disamping itu
metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah responden yang diteliti,
yaitu jumlah remaja muslim Desa Purwosari Sayung Demak yang berusia
12–15 tahun.
G. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik
analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi, yaitu menganalisis adakah
pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15
tahun di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.
Adapun dalam pengolahan data ini, peneliti menggunakan tahapan, yaitu:
1. Analisis Pendahuluan
Data dari hasil angket diberi skor pada setiap alternatif jawaban
sesuai dengan bobot masing-masing jawaban, yaitu: jawaban A, B, C dan
D diberi skor 4, 3, 2 dan 1.
Kemudian nilai dimasukkan kedalam tabel data jumlah nilai
tiap-tiap responden mengenai keteladanan akhlak orang tua (X) dan
akhlak remaja usia 12 –15 tahun (Y). Selanjutnya untuk menentukan
interval dan kualifikasi nilai dari masing-masing variabel tersebut
dilakukan langkah–langkah sebagai berikut:
a. Mencari nilai tertinggi (H) dan terendah (L).
b. Menetapkan interval kelas, dengan rumus: KRi = , dimana:
11 Ibid., hlm. 218. 12 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 206.
37
R = H – L dan K = 1 + 3,3 log N
Keterangan: i = panjang interval, R = range, K= jumlah interval.
c. Menentukan tabel frekuensi dan mencari mean dan standar deviasi
(SD) dengan menggunakan rumus:
M = M ' + i Nf 'x Σ dan SD = i
22 )(⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ
−Σ
Nfx
Nfx
d. Melakukan konversi nilai masing-masing variabel dengan
menggunakan nilai standar lima.
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis disini adalah menghitung lebih lanjut pada
distribusi frekuensi dan dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Dalam hal
ini peneliti menggunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor
deviasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium menggunakan
korelasi moment tangkar dengan rumus: rxy = ))(( 22 yx
xyΣΣ
Σ , dimana:
xyΣ = XYΣ - N
Y)(X)( ΣΣ
2xΣ = 2XΣ - NX 2)(Σ dan 2yΣ = 2YΣ -
NY 2)(Σ
b. Uji signifikansi korelasi, dengan menggunakan 2 cara, yaitu:
1). Menggunakan r tabel, dengan ketentuan jika rxy > r tabel, baik
pada taraf signifikansi 1% maupun 5% maka korelasi signifikan.
2). Menggunakan uji t dengan rumus: t hitung = )r 1(
)2(r 2−
−N, dan
jika thitung > t tabel (0,01), dan t hitung > t tabel (0,05), maka
signifikan.
c. Mencari persamaan garis regresi, dengan rumus skor deviasi, yaitu:
y = ax dimana: y = YY − , sedangkan Y = NYΣ
2xxya
ΣΣ
= dan XXx −= dimana X = NXΣ
d. Mencari harga F dengan skor deviasi, dengan rumus:
38
Tabel 3.2: Rumus Analisis Regresi Sumber variasi db JK RK F reg
Regresi (reg)
Residu (res)
1
N-2
2
2)(xxyΣΣ
2
22 )(
xxyyΣΣ
−Σ
dbregJKreg
dbresJKres
RKresRKreg
-
Total (T) N-1 2yΣ - -
Keterangan: N : Jumlah responden db : Derajat kebebasan JK : Jumlah kuadrat RK reg : Rerata kuadrat garis regresi RK res : Rerata kuadrat residu F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi.13
Langkah selanjutnya setelah diperoleh hasil penghitungan Freg
adalah mengkonsultasikan Freg dengan Ftabel (Ft). Dengan kata lain jika:
1). Freg > dari Ft 1% dan Ft 5% maka signifikan, berarti hipotesis diterima.
2). Freg < dari Ft 1% dan Ft 5% maka non signifikan, hipotesis ditolak.
3. Analisis Lanjut
Analisis ini dilakukan dengan cara menarik kesimpulan secara
verbal mengenai pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak
remaja di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak
berdasarkan atas hasil dari penghitungan harga Freg setelah dikonsultasikan
dengan harga F pada tabel.
Jika dalam penghitungan ternyata Freg > harga Ft pada taraf
signifikansi 1% maupun 5%, maka kesimpulannya terbukti ada pengaruh
positif yang meyakinkan keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak
remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari sayung Demak. Akan tetapi
apabila dari penghitungan ternyata Freg < harga Ft pada taraf signifikansi
1% dan 5%, maka kesimpulannya tidak ada pengaruh yang meyakinkan
keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di
Desa Purwosari Sayung Demak.
13 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi. (Yogyakarta: ANDI, 2004), Edisi II, hlm. 2-17.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi data disini adalah menyajikan dan menganalisis data
tentang keteladanan akhlak orang tua dan akhlak remaja usia 12–15 tahun di
Desa Purwosari Sayung Demak. Data ini asal mulanya diperoleh dari data
yang bersifat kualitatif, kemudian diubah menjadi data yang bersifat
kuantitatif. Data yang telah terkumpul, dimasukkan ke dalam tabel distribusi
untuk tiap-tiap variabel.
1. Data tentang Keteladanan Akhlak Orang tua di Desa Purwosari
Sayung Demak.
Untuk mendapatkan data tentang keteladanan akhlak orang tua,
peneliti menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data pokok yang
diberikan kepada 80 responden, yaitu orang tua. Jumlah tersebut diambil
dari 15% populasi orang tua yang memiliki anak remaja usia 12-15 tahun
sejumlah 536 anak. Angket yang peneliti buat sebanyak 25 item
pertanyaan, dan bersifat tertutup.
Untuk menentukan nilai kuantitatif keteladanan akhlak orang tua,
adalah dengan menjumlahkan jawaban dari responden sesuai dengan
alternatif pilihan jawaban. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 4
alternatif jawaban, yaitu: A, B, C, dan D, dengan skor 4, 3, 2, dan 1.
Kemudian jumlah masing-masing alternatif jawaban yang dipilih dikalikan
dengan bobot skor masing-masing.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka diperoleh data dari 80
responden yang dijadikan sampel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data tentang keteladanan akhlak orang tua di Desa Purwosari
Sayung Demak (variabel X) Opsi Jawaban Skor
Responden A B C D 4 3 2 1
Jumlah
R_1 13 7 4 1 52 21 8 1 82
40
R_2 12 12 1 0 48 36 2 0 86 R_3 14 4 4 3 56 12 8 3 79 R_4 11 12 2 1 44 36 4 1 85 R_5 10 11 4 0 40 33 8 0 81 R_6 19 3 2 1 76 9 4 1 90 R_7 14 1 9 1 56 3 18 1 78 R_8 13 4 6 2 52 12 12 2 78 R_9 14 6 5 0 56 18 10 0 84 R_10 5 13 6 1 20 39 12 1 72 R_11 10 4 10 1 40 12 20 1 73 R_12 7 10 8 0 28 30 16 0 74 R_13 13 11 1 0 52 33 2 0 87 R_14 20 3 1 1 80 9 2 1 92 R_15 7 11 7 0 28 33 14 0 75 R_16 9 9 5 2 36 27 10 2 75 R_17 7 13 5 0 28 39 10 0 77 R_18 17 6 2 0 68 18 4 0 90 R_19 14 1 9 1 56 3 18 1 78 R_20 10 10 4 1 40 30 8 1 79 R_21 14 2 9 0 56 6 18 0 80 R_22 14 11 0 0 56 33 0 0 89 R_23 9 9 7 0 36 27 14 0 77 R_24 12 10 3 0 48 30 6 0 84 R_25 17 7 1 0 68 21 2 0 91 R_26 2 11 6 6 8 33 12 6 59 R_27 17 8 0 0 68 24 0 0 92 R_28 8 13 4 0 32 39 8 0 79 R_29 3 14 7 1 12 42 14 1 69 R_30 6 5 11 3 24 15 22 3 64 R_31 19 1 5 0 76 3 10 0 89 R_32 14 1 9 1 56 3 18 1 78 R_33 13 10 2 0 52 30 4 0 86 R_34 4 13 5 3 16 39 10 3 68 R_35 6 9 9 1 24 27 18 1 70 R_36 13 6 6 0 52 18 12 0 82 R_37 15 6 4 0 60 18 8 0 86 R_38 2 15 6 2 8 45 12 2 67
41
R_39 1 12 7 5 4 36 14 5 59 R_40 3 14 8 0 12 42 16 0 70 R_41 5 15 3 2 20 45 6 2 73 R_42 11 6 5 3 44 18 10 3 75 R_43 0 12 10 3 0 36 20 3 59 R_44 6 7 7 5 24 21 14 5 64 R_45 16 6 3 0 64 18 6 0 88 R_46 13 7 4 1 52 21 8 1 82 R_47 9 9 5 2 36 27 10 2 75 R_48 12 12 1 0 48 36 2 0 86 R_49 6 12 4 3 24 36 8 3 71 R_50 17 4 4 0 68 12 8 0 88 R_51 3 8 12 2 12 24 24 2 62 R_52 11 12 2 0 44 36 4 0 84 R_53 7 10 3 5 28 30 6 5 69 R_54 6 7 8 4 24 21 16 4 65 R_55 9 6 9 1 36 18 18 1 73 R_56 8 12 5 0 32 36 10 0 78 R_57 13 5 6 1 52 15 12 1 80 R_58 14 4 4 3 56 12 8 3 79 R_59 2 7 15 3 8 21 30 3 62 R_60 4 13 5 3 16 39 10 3 68 R_61 9 12 4 0 36 36 8 0 80 R_62 19 4 2 0 76 12 4 0 92 R_63 15 8 1 1 60 24 2 1 87 R_64 14 9 2 0 56 27 4 0 87 R_65 18 3 4 0 72 9 8 0 89 R_66 13 4 6 2 52 12 12 2 78 R_67 7 10 8 0 28 30 16 0 74 R_68 11 10 4 0 44 30 8 0 82 R_69 10 10 4 1 40 30 8 1 79 R_70 5 9 11 0 20 27 22 0 69 R_71 14 9 2 0 56 27 4 0 87 R_72 8 12 5 0 32 36 10 0 78 R_73 11 6 5 3 44 18 10 3 75 R_74 7 9 7 2 28 27 14 2 71 R_75 5 13 6 1 20 39 12 1 72
42
R_76 9 11 5 0 36 33 10 0 79 R_77 14 4 5 2 56 12 10 2 80 R_78 6 9 9 1 24 27 18 1 70 R_79 7 13 5 0 28 39 10 0 77 R_80 6 7 7 5 24 21 14 5 64
Jumlah 811 674 421 97 3244 2022 842 97 6205
Berdasarkan tabel diatas, langkah selanjutnya adalah:
a. Mencari nilai tertinggi (H) dan nilai terendah (L), yaitu:
H = 92 dan L = 59
b. Menetapkan interval kelas. Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1). Mencari banyaknya kelas interval dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 80
= 1 + 3,3 (1,903)
= 1 + 6,2799
= 7, 2799 dibulatkan menjadi 7.
Jadi banyaknya kelas interval adalah 7.
2). Mencari Range dengan rumus:
R = H – L
= 92 – 59 = 33
3). Menentukan panjang kelas interval dengan rumus:
KRi =
733
= = 4,714 dibulatkan menjadi 5.
Keterangan: i = Panjang kelas interval
R = Range
K = Banyaknya kelas interval.
c. Mencari mean dan standar deviasi (SD).
Hasil dari pencarian interval diatas, kemudian dimasukkan ke
tabel distribusi frekuensi sekaligus untuk mencari mean dan standar
deviasi.
43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keteladanan Akhlak Orang tua (X)
Interval f X x' f x' 2)x'( 2x'f 88 – 92
83 – 87
78 – 82
73 – 77
68 – 72
63 – 67
58 – 62
11
12
22
13
12
5
5
90
85
80
75
70
65
60
3
2
1
0
- 1
- 2
- 3
33
24
22
0
-12
-10
-15
9
4
1
0
1
4
9
99
48
22
0
12
20
45
N=80 Σ fx'=42 Σ f 2x' =235
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas, kemudian data
tersebut divisualisasikan dalam bentuk histogram di bawah ini:
Gambar 4.1 Histogram Keteladanan Akhlak Orang Tua
9 0 8 58 07 57 06 56 0
2 0
1 0
0
1 5
5
Untuk mencari mean variabel pengaruh keteladanan akhlak orang tua
(variabel X) dapat dicari dengan rumus:
M = M ' + i Nf 'x Σ , (ket: M '= mean terka)
= 75 + 5 8042
= 75 + 5 (0,525)
= 75 + 2,625
= 77,625 dibulatkan menjadi 77,6.
44
Sedangkan untuk mencari standar deviasi (SD), menggunakan rumus:
SD = i 22 )(⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ
−Σ
Nfx
Nfx
SD = 5 2
8042
80235
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
SD = 5 ( )2525,09375,2 −
SD = 5 275625,09375,2 −
SD = 5 661875,2
SD = 5 (1,63152536)
SD = 8,1576268 , dibulatkan menjadi 8,2.
d. Membuat konversi nilai dengan standar skala lima.1
M + (1,5 SD) = 77,6 + 1,5 (8,2) = 89,9 = 90 keatas
M + (1,5 SD) = 77,6 + 0,5 (8,2) = 81,7 = 82 keatas
M – (0,5 SD) = 77,6 - 0,5 (8,2) = 73,5 = 74 keatas
M – (1,5 SD) = 77,6 - 1,5 (8,2) = 65,3 = 65 keatas
M – (1,5 SD) kebawah = 65,3 = 65 kebawah
Dari penghitungan nilai standar lima diperoleh data interval
dan kualifikasi nilai sebagai berikut:
Tabel 4.3:
Interval Nilai dan Kualifikasi Nilai Keteladanan Akhlak Orang Tua
Interval Nilai Kualifikasi
90 – 92 A (Istimewa)
82 – 89 B (Baik)
74 – 81 C (Cukup)
65 – 73 D (Kurang)
59 – 64 E (Buruk)
1 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),
cet.II, hlm. 103.
45
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keteladanan
akhlak orang tua sebesar 77,625 berada dalam kategori “cukup”, yaitu
pada interval 74 – 81.
2. Data tentang Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun.
Untuk menentukan nilai kuantitatif akhlak remaja usia 12-15 tahun
di Desa Purwosari Sayung Demak, adalah dengan menjumlahkan jawaban
angket dari responden sesuai dengan frekuensi jawaban. Jumlah angket
adalah 25, dan masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 alternatif jawaban,
yaitu: A, B, C, dan D, dengan skor 4, 3, 2, dan 1. Kemudian jumlah
jawaban dikalikan dengan bobot skor jawaban masing-masing, sehingga
dari penjumlahan itu akan diperoleh nilai maksimum sebesar 4 X 25=100,
dan nilai minimum sebesar 1X25=25.
Tabel 4.4: Data tentang akhlak remaja usia 12-15 tahun
Opsi Jawaban Skor Responden A B C D 4 3 2 1 Jumlah
R_1 13 3 9 0 52 9 18 0 79 R_2 8 12 5 0 32 36 10 0 78 R_3 6 7 7 5 24 21 14 5 64 R_4 11 11 3 0 44 33 6 0 83 R_5 14 6 5 0 56 18 10 0 84 R_6 17 6 2 0 68 18 4 0 90 R_7 14 2 9 0 56 6 18 0 80 R_8 14 4 4 3 56 12 8 3 79 R_9 15 3 7 0 60 9 14 0 83 R_10 10 10 4 1 40 30 8 1 79 R_11 13 4 6 2 52 12 12 2 78 R_12 7 13 5 0 28 39 10 0 77 R_13 16 7 2 0 64 21 4 0 89 R_14 12 12 1 0 48 36 2 0 86 R_15 10 4 10 1 40 12 20 1 73 R_16 5 9 11 0 20 27 22 0 69 R_17 6 8 11 0 24 24 22 0 70 R_18 18 3 4 0 72 9 8 0 89 R_19 15 4 6 0 60 12 12 0 84 R_20 11 10 4 0 44 30 8 0 82
46
R_21 9 10 6 0 36 30 12 0 78 R_22 19 3 2 1 76 9 4 1 90 R_23 10 11 4 0 40 33 8 0 81 R_24 3 14 8 0 12 42 16 0 70 R_25 17 6 2 0 68 18 4 0 90 R_26 6 8 11 0 24 24 22 0 70 R_27 14 11 0 0 56 33 0 0 89 R_28 9 10 6 0 36 30 12 0 78 R_29 5 7 9 4 20 21 18 4 63 R_30 5 13 6 1 20 39 12 1 72 R_31 16 4 3 2 64 12 6 2 84 R_32 13 3 9 0 52 9 18 0 79 R_33 9 11 4 1 36 33 8 1 78 R_34 5 7 8 5 20 21 16 5 62 R_35 6 12 4 3 24 36 8 3 71 R_36 8 12 5 0 32 36 10 0 78 R_37 7 11 7 0 28 33 14 0 75 R_38 3 14 7 1 12 42 14 1 69 R_39 2 7 14 4 8 21 28 4 61 R_40 3 15 5 2 12 45 10 2 69 R_41 6 14 4 1 24 42 8 1 75 R_42 10 9 4 2 40 27 8 2 77 R_43 2 10 6 7 8 30 12 7 57 R_44 4 12 8 1 16 36 16 1 69 R_45 15 7 3 0 60 21 6 0 87 R_46 11 12 2 1 44 36 4 1 85 R_47 6 8 7 4 24 24 14 4 66 R_48 11 9 5 0 44 27 10 0 81 R_49 5 11 9 0 20 33 18 0 71 R_50 15 3 5 2 60 9 10 2 81 R_51 14 4 4 3 56 12 8 3 79 R_52 9 15 1 0 36 45 2 0 83 R_53 8 11 5 1 32 33 10 1 76 R_54 2 10 6 7 8 30 12 7 57 R_55 10 7 8 0 40 21 16 0 77 R_56 9 11 5 0 36 33 10 0 79 R_57 12 7 6 0 48 21 12 0 81 R_58 10 9 6 0 40 27 12 0 79
47
R_59 4 13 4 4 16 39 8 4 67 R_60 5 12 5 3 20 36 10 3 69 R_61 7 13 4 1 28 39 8 1 76 R_62 19 1 5 0 76 3 10 0 89 R_63 12 11 2 0 48 33 4 0 85 R_64 13 11 1 0 52 33 2 0 87 R_65 13 10 2 0 52 30 4 0 86 R_66 7 13 4 1 28 39 8 1 76 R_67 4 13 5 3 16 39 10 3 68 R_68 9 11 5 0 36 33 10 0 79 R_69 8 13 4 0 32 39 8 0 79 R_70 6 5 11 3 24 15 22 3 64 R_71 14 8 3 0 56 24 6 0 86 R_72 6 15 4 0 24 45 8 0 77 R_73 5 13 6 1 20 39 12 1 72 R_74 6 7 8 6 24 21 16 6 67 R_75 8 11 5 1 32 33 10 1 76 R_76 8 12 5 0 32 36 10 0 78 R_77 13 3 9 0 52 9 18 0 79 R_78 5 11 8 1 20 33 16 1 70 R_79 6 5 11 3 24 15 22 3 64 R_80 7 7 10 1 28 21 20 1 70
Jumlah 748 714 450 93 2992 2142 900 93 6127
Berdasarkan tabel diatas, langkah selanjutnya adalah:
a. Mencari nilai tertinggi (H) dan nilai terendah (L), yaitu:
H = 90 dan L = 57
b. Menetapkan interval kelas. Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1). Mencari banyaknya kelas interval dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 80
= 1 + 3,3 (1,903)
= 1 + 6,2799
= 7, 2799 dibulatkan menjadi 7.
Jadi banyaknya kelas interval adalah 7.
48
2). Mencari Range dengan rumus:
R = H – L = 90 – 57 = 33
3). Menentukan panjang kelas interval dengan rumus:
KRi = ,
733
=i = 4,714 dibulatkan menjadi 5.
Keterangan: i = Panjang kelas interval
R = Range
K = Banyaknya kelas interval.
c. Mencari mean dan standar deviasi (SD).
Hasil dari pencarian interval diatas, kemudian dimasukkan
kedalam tabel distribusi frekuensi sekaligus untuk mencari mean dan
standar deviasi.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Akhlak Remaja Usia 12 – 15 tahun (X)
Interval f X y' f y' 2)y'( 2y'f
86 – 90
81 – 85
76 – 80
71 – 75
66 – 70
61 – 65
56 – 60
12
13
26
7
14
6
2
88
83
78
73
68
63
58
3
2
1
0
- 1
- 2
- 3
36
26
26
0
-14
-12
-6
9
4
1
0
1
4
9
108
52
26
0
14
24
18
N=80 Σ fy'=56 Σ f 2y' =242
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas, kemudian data
tersebut divisualisasikan dalam bentuk histogram di bawah ini:
49
Gambar 4.2 Histogram Akhlak Remaja usia 12-15 tahun
8 9 8 37 87 36 86 35 8
2 0
1 0
0
1 5
5
2 5
Untuk mencari mean akhlak remaja usia 12 – 15 tahun (variabel Y),
dapat dicari dengan rumus:
M = M ' + i (Nf 'y Σ ) (Ket: M ' = mean terka )
= 73 + 5 (8056 )
= 73 + 5 (0,7)
= 73 + 3,5
= 76,5
Sedangkan untuk mencari standar deviasi menggunakan rumus:
SD = i 22 )(⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ
−Σ
Nfy
Nfy
SD = 5 2
8056
80242
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
SD = 5 ( )27,0025,3 −
SD = 5 49,0025,3 −
SD = 5 535,2
SD = 5 (1,592168333)
SD = 7,960841664 , dibulatkan menjadi 7,961.
50
d. Membuat konversi nilai dengan standar skala lima.
M + 1,5 SD = 76,5 + 1,5 (7,961) = 88,4415 = 88 keatas
M + 1,5 SD = 76,5 + 0,5 (7,961) = 80,4805 = 80 keatas
M - 0,5 SD = 76,5 - 0,5 (7,961) = 72,5195 = 73 keatas
M - 1,5 SD = 76,5 - 1,5 (7,961) = 64,5585 = 65 keatas
M - 1,5 SD kebawah = 64,5585 = 65 kebawah
Dari penghitungan nilai standar lima diperoleh data interval
nilai dan kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 4.6:
Interval Nilai dan Kualifikasi Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun
Interval Nilai Kualifikasi
88 – 90 A (Istimewa)
80 – 87 B (Baik)
73 – 79 C (Cukup)
65 – 72 D (Kurang)
57 – 64 E (Buruk)
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata akhlak remaja usia
12-15 tahun sebesar 76,5 berada dalam kategori “cukup”, yaitu pada
interval 73 – 79.
B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat
pengaruh positif dan signifikan keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak
remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak”.
Untuk menguji apakah hipotesis tersebut diterima atau tidak,
digunakan rumus analisis regresi satu prediktor. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium
2. Menguji signifikansi korelasi tersebut
3. Mencari persamaan garis regresi
4. Analisis varian garis regresi.
51
Untuk mempermudah langkah-langkah analisis regresi, maka data-
data hasil angket mengenai keteladanan akhlak orang tua (X) dan akhlak
remaja usia 12-15 tahun dimasukkan terlebih dahulu kedalam tabel kerja
koefisien korelasi.
Tabel 4.7: Tabel Kerja Koefisien Korelasi antara Variabel Keteladanan Akhlak Orang tua (X) dengan Variabel Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun (Y)
Responden X Y X2 Y2 XY R_1 82 79 6724 6241 6478 R_2 86 78 7396 6084 6708 R_3 79 64 6241 4096 5056 R_4 85 83 7225 6889 7055 R_5 81 84 6561 7056 6804 R_6 90 90 8100 8100 8100 R_7 78 80 6084 6400 6240 R_8 78 79 6084 6241 6162 R_9 84 83 7056 6889 6972 R_10 72 79 5184 6241 5688 R_11 73 78 5329 6084 5694 R_12 74 77 5476 5929 5698 R_13 87 89 7569 7921 7743 R_14 92 86 8464 7396 7912 R_15 75 73 5625 5329 5475 R_16 75 69 5625 4761 5175 R_17 77 70 5929 4900 5390 R_18 90 89 8100 7921 8010 R_19 78 84 6084 7056 6552 R_20 79 82 6241 6724 6478 R_21 80 78 6400 6084 6240 R_22 89 90 7921 8100 8010 R_23 77 81 5929 6561 6237 R_24 84 70 7056 4900 5880 R_25 91 90 8281 8100 8190 R_26 59 70 3481 4900 4130 R_27 92 89 8464 7921 8188 R_28 79 78 6241 6084 6162 R_29 69 63 4761 3969 4347 R_30 64 72 4096 5184 4608 R_31 89 84 7921 7056 7476 R_32 78 79 6084 6241 6162 R_33 86 78 7396 6084 6708 R_34 68 62 4624 3844 4216
52
R_35 70 71 4900 5041 4970 R_36 82 78 6724 6084 6396 R_37 86 75 7396 5625 6450 R_38 67 69 4489 4761 4623 R_39 59 61 3481 3721 3599 R_40 70 69 4900 4761 4830 R_41 73 75 5329 5625 5475 R_42 75 77 5625 5929 5775 R_43 59 57 3481 3249 3363 R_44 64 69 4096 4761 4416 R_45 88 87 7744 7569 7656 R_46 82 85 6724 7225 6970 R_47 75 66 5625 4356 4950 R_48 86 81 7396 6561 6966 R_49 71 71 5041 5041 5041 R_50 88 81 7744 6561 7128 R_51 62 79 3844 6241 4898 R_52 84 83 7056 6889 6972 R_53 69 76 4761 5776 5244 R_54 65 57 4225 3249 3705 R_55 73 77 5329 5929 5621 R_56 78 79 6084 6241 6162 R_57 80 81 6400 6561 6480 R_58 79 79 6241 6241 6241 R_59 62 67 3844 4489 4154 R_60 68 69 4624 4761 4692 R_61 80 76 6400 5776 6080 R_62 92 89 8464 7921 8188 R_63 87 85 7569 7225 7395 R_64 87 87 7569 7569 7569 R_65 89 86 7921 7396 7654 R_66 78 76 6084 5776 5928 R_67 74 68 5476 4624 5032 R_68 82 79 6724 6241 6478 R_69 79 79 6241 6241 6241 R_70 69 64 4761 4096 4416 R_71 87 86 7569 7396 7482 R_72 78 77 6084 5929 6006 R_73 75 72 5625 5184 5400 R_74 71 67 5041 4489 4757 R_75 72 76 5184 5776 5472 R_76 79 78 6241 6084 6162 R_77 80 79 6400 6241 6320 R_78 70 70 4900 4900 4900
53
R_79 77 64 5929 4096 4928 R_80 64 70 4096 4900 4480
Jumlah 6205 6127 487133 474393 479609
Dari tabel diatas diketahui bahwa:
Σ X = 6205 ΣY = 6127 2XΣ = 487133 2YΣ = 474393
ΣXY = 479609 N = 80
Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil tabel kerja kedalam
rumus analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi, adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium
Korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y, dapat dicari
melalui teknik korelasi moment tangkar dengan rumus sebagai berikut:
rxy = ))(( 22 yx
xyΣΣ
Σ , dimana:
xyΣ = ΣXY - N
Y)(X)( ΣΣ = 479609 - 80
)6127(6205)(
= 479609- 475225,4375 = 4383,5625
2xΣ = 2XΣ - NX 2)(Σ = 487133 -
8062052
= 487133 - 80
38502025 = 487133 – 481275,3125
= 5857,6875
2yΣ = 2YΣ - NY 2)(Σ = 474393 -
8061272
= 474393 - 80
37540129 = 474393 – 469251,6125
= 5141,3875
Jadi, rxy = ))(( 22 yx
xyΣΣ
Σ
54
= )3875,5141)(6875,5857(
5625,4383
= 23,30192791
5625,4383 = 797,54945625,4383 = 0,798
Besaran Koefisien Determinasinya, =(Rsquare) = rxy2
KP = rxy2 . 100 % = 0,798 2 . 100 % = 0,636804 . 100%
= 63,68%
2. Menguji signifikansi korelasi
a. Menggunakan r tabel
Dari uji koefisien korelasi diatas dapat diketahui bahwa
rxyhitung=0,798, kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel pada taraf
signifikansi 5% maupun 1%. Jika rxy > r tabel baik pada taraf signifikansi
5% maupun 1% maka signifikan dan hipotesa diterima. Untuk
mengetahui lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:
4.8. Tabel Uji Signifikansi Korelasi ro dengan r Tabel
rtabel N rxy
5% 1% Kesimpulan
80 0,798 0,220 0,286 Signifikan
b. Menggunakan uji T, yaitu dengan rumus;
thitung = )r 1(
)2(r 2−
−N =
636804,012800,798
−−
= 363196,0
780,798
= 60266,0
8,8318 . 0,798 = 11,69
Selanjutnya t hitung = 11,69 dibandingkan dengan t tabel (0,01:78) =
2,638, dan t tabel (0,05:78) = 1,990. Karena t hitung = 11,69 > t tabel 0,01 =
2,638 dan t tabel 0,05 = 1,990, maka korelasi antara X dan Y signifikan.
3. Mencari persamaan garis regresi
Persamaan garis regresi, dapat dicari dengan cara menggunakan
skor deviasi, yaitu:
55
y = ax dimana y = YY − , 2xxya
ΣΣ
= dan XXx −=
jika y = YY − dimana Y = NYΣ =
806127 = 76,5875
a = 2xxy
ΣΣ =
6875,58575625,4383 = 0,748
x = XX − dimana X = NXΣ =
806205 = 77,5625
maka y = ax atau YY − = a ( XX − ) dapat kita selesaikan
Y – 76,5875 = 0,748 (X – 77,5625)
Y = 0,748X – 58,01675 + 76,5875
Y = 0,748X + 18,57075
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa persamaan garis linier
regresinya adalah: Y = 0,748X + 18,57075
4. Analisis Varian Regresi
Untuk menguji varian garis regresi, maka digunakan analisis
regresi bilangan F (uji F) dengan skor deviasi sebagai berikut:
Tabel 4.9: Rumus Analisis Regresi Satu Prediktor
Sumber variasi db JK RK F reg
Regresi (reg)
Residu (res)
1
N-2
2
2)(xxyΣΣ
2
22 )(
xxyyΣΣ
−Σ
dbregJKreg
dbresJKres
RKresRKreg
-
Total (T) N-1 2yΣ - -
Keterangan:
N : Jumlah responden
db : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
RK reg : Rerata kuadrat garis regresi
RK res : Rerata kuadrat residu
F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi
56
Selanjutnya data-data yang telah ada pada langkah pertama
(koefisien korelasi dengan skor deviasi) dimasukkan kedalam rumus:
1). JKtotal = 2yΣ
= 5141,39
2). JKreg = 2
2)(xxyΣΣ =
69,585756,4383 2
= 69,5857
27,19215598 = 3280,41
3). JKres = 2
22 )(
xxyyΣΣ
−Σ = 5141,39 – 3280,41 = 1860,98
4). RKreg = dbregJKreg =
13280,41 = 3280,41
5). RKres = dbresJKres =
781860,98 = 23,86
Jadi Freg = RKresRKreg =
86,2341,3280 = 137,486
Selanjutnya nilai F yang diperoleh (Freg), dikonsultasikan dengan
nilai Ft (Ftabel) pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Harga F pada tabel
dinyatakan dengan Fα (dbreg : dbres) dimana dbreg =1 dan dbres=N-2.
sehingga untuk taraf signifikansi 1% ditulis F0,01(1:78) dan untuk taraf
signifikansi 5% ditulis F0,05 (1:78), dan oleh karena dbres= N-2 = 78 dalam
tabel tidak ada, dan yang terdekat adalah 60, maka:
F0,05 (1:60) = 4,00, dan F0,01 (1:60) = 7,08
Sebagaimana diketahui bahwa nilai Freg= 137,486 dengan
demikian Freg > F0,05 (1:8) dan Freg > F0,01 (1:78). Hal ini menunjukkan
adanya nilai signifikansi, dan P<0,01 dan P<0,05. Maksudnya hipotesis
yang menyatakan bahwa akhlak remaja usia 12-15 tahun mempunyai
ketergantungan dari keadaan keteladanan akhlak orang tua, atau dengan
kata lain adanya pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak
remaja usia 12-15 tahun pada taraf signifikansi 1% maupun 5% dengan
probabilitas atau kemungkinan salah lebih kecil dari 1% maupun 5%.
57
Tabel 4.10 Uji Signifikansi Freg dengan F tabel
Ftabel Sumber Variasi
Db JK RK Freg
5% 1%
Kriteria
Regresi
Residu
1
78
3280,41
1860,98
3280,41
23,86 137,486 4,00 7,08
Total 79 5141,39
Signifikan
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penghitungan nilai variabel keteladanan akhlak orang tua
dan akhlak remaja usia 12-15 tahun dari bentuk kualitatif kedalam bentuk
kuantitatif, maka diketahui nilai rata-rata keteladanan akhlak orang tua di Desa
Purwosari Sayung Demak sebesar 77,6. Hal ini berarti bahwa keteladanan
akhlak orang tua di desa tersebut adalah cukup, yaitu pada interval nilai 74 –
81. Sedangkan perhitungan rata-rata akhlak remaja usia 12-15 tahun di desa
tersebut adalah sebesar 76,5. Hal ini berarti bahwa akhlak remaja usia 12-15
tahun dalam kategori cukup, karena berada pada interval nilai 73 – 79.
Untuk menguji apakah korelasi antara keteladanan akhlak orang tua
terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun itu signifikan, maka harga rxy yang
telah diketahui = 0,798 dapat dikonsultasikan dengan rtabel dengan N=80 atau
derajat kebebasan db = 80-2. Dari rtabel dengan N=80 (atau db=78) akan
ditemukan harga r pada taraf signifikansi 1% = 0,286 dan r-tabel pada taraf
signikansi 5% = 0,220. Karena harga rxy = 0,798 lebih besar dari harga rtabel
maka disimpulkan bahwa korelasi keteladanan akhlak orang tua terhadap
akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak sangat
signifikan.
Koefisien determinasi (r 2) variabel keteladanan akhlak orang tua
(X) dan variabel akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung
Demak (Y) adalah 0,798 2 =63,68. Dengan demikian pengaruh variabel (X)
terhadap variabel (Y) sebesar 63,68%, sedangkan 36,32 % lainnya karena
pengaruh faktor lain.
58
Selanjutnya dari uji signifikansi korelasi dengan menggunakan
rumus Uji t, diperoleh hasil to=11,69. Hasil ini dikonsultasikan dengan t tabel
pada taraf kepercayaan 1 % (t0,01) dan 5% (t0,05). Dari hasil penghitungan
nilai to = 11,69 sedangkan t0,01 (78) = 2,638 dan t0.05 (78) = 1,990 dengan
demikian to > t0,01 (78) dan to > t0,05 (78) ini berarti signifikan.
Sementara itu dalam uji Freg diketahui nilai Freg=137,486 kemudian
hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel dengan taraf signifikan 1%,
ditulis F0,01 (1:78) dan taraf signifikan 5% ditulis F0,05 (1:78), oleh karena
pada tabel tidak ada nilai 78, maka diambil yang terdekat, yaitu 60, sehingga
diketahui: F0,01 (1:60) = 7,08 dan F0,05 (1:60) = 4,00.
Nilai regresi (Freg) sebagaimana telah diketahui, yaitu 137,486
dengan demikian, maka Freg > F0,01 (1:78) dan Freg > F0,05 (1:78), ini
berarti signifikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu “ada
pengaruh positif dan signifikan keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak
remaja usia 12-15 tahun di desa Purwosari Sayung Demak” diterima. Hal ini
terbukti dengan diperolehnya harga F yang lebih besar dibanding dengan F
pada tabel (N: 80) dengan signifikansi 5% dan 1%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keteladanan akhlak orang
tua terbukti merupakan prediktor yang ikut menentukan akhlak remaja usia
12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Sehingga, semakin baik
keteladanan akhlak orang tua, maka semakin baik pula akhlak remaja usia 12-
15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Sebaliknya semakin kurang
keteladanan akhlak orang tua, maka semakin kurang pula akhlak remaja usia
12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Hal ini ditunjukkan dengan
persamaan garis regresi Y=0,748X + 18,575.
Dalam koefisien determinasi (r2) pengaruh variabel keteladanan
akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari
Sayung Demak diketahui sebesar 63,68 % dan sisanya adalah pengaruh dari
faktor lain, diantaranya adalah faktor intern remaja itu sendiri. Selain itu faktor
59
lingkungan pergaulan, lingkungan sekolah dan masyarakat, media massa dan
eletronik juga dapat mempengaruhi akhlak remaja, karena semua lingkungan
itu adalah tempat berinteraksi bagi remaja yang akhirnya akan ikut
mempengaruhi akhlak dan tingkah laku mereka.
D. Keterbatasan Penelitian
Hasil apapun yang telah dilakukan secara optimal oleh peneliti,
namun disadari bahwa ada beberapa keterbatasan, walaupun demikian hasil
penelitian yang diperoleh tersebut tetap dapat dijadikan acuan awal bagi
penelitian selanjutnya. Dalam hal ini penulis perlu menjelaskan beberapa
keterbatasan penelitian yang dimaksud, antara lain:
1. Oleh karena penelitian ini mengukur tentang akhlak, yang tercermin dalam
perilaku sehari-hari, maka dari metode angket terdapat kelemahan, yaitu
tidak dapat mengetahui dengan jelas tingkat kemantapan data. Usaha
peneliti memakai teknik triangulasi dengan cara observasi dan interviu
juga kurang maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dalam hal
waktu, tenaga dan biaya.
2. Penelitian ini tidak dapat mengukur secara tepat dan menyeluruh
keteladanan akhlak orang tua dan akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa
Purwosari Sayung Demak. Hal ini dikarenakan luasnya ruang lingkup
variabel yang diteliti, sehingga penelitian ini hanya dapat mengukur
sebagian kecil saja dari luasnya ruang lingkup akhlak. Yaitu yang ada
dalam pembahasan penelitian ini saja.
3. Dikarenakan besarnya populasi penelitian, yaitu 536 remaja usia 12-15
tahun, sementara peneliti mempunyai keterbatasan waktu, biaya dan
tenaga, maka penelitian ini hanya mampu mengambil 15% saja dari
populasi yang ada, yaitu sebesar 80 responden untuk variabel X dan 80
responden untuk variabel Y. Oleh karena itu dalam pengambilan sampel
tidak bisa secara persis mencerminkan akhlak remaja usia 12-15 tahun di
Desa Purwosari Sayung Demak secara menyeluruh. Namun usaha penulis
60
untuk mengambil sampel secara proporsi sesuai strata/tingkat usia masing-
masing, sudah dapat dikatakan representatif, meskipun jumlah sampel
hanya 15% saja.
4. Tidak dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak remaja usia 12-15 tahun di
Desa Purwosari Sayung Demak itu hanya dipengaruhi oleh keteladanan
akhlak orang tua saja, tetapi juga karena adanya faktor lain yang
mempengaruhinya, misalnya faktor dari diri sendiri, media massa dan
elektronik, teman pergaulan, lingkungan sekolah dan masyarakat di
sekitarnya.
61
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan analisis uji hipotesis, maka
dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Keteladanan akhlak orang tua di Desa Purwosari Sayung Demak termasuk
dalam kategori “cukup”. Hal ini dibuktikan dengan penghitungan rata-rata
keteladanan orang tua sebesar 77,625 yang terletak pada interval 74 – 81.
2. Akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak
termasuk dalam kategori “cukup”. Hal ini ditunjukkan dengan
penghitungan rata-rata akhlak remaja di desa tersebut sebesar 76,5 yang
terletak pada interval 73 – 79.
3. Dari analisis uji hipotesis terbukti bahwa ada pengaruh positif keteladanan
akhlak orang tua terhadap akhlak remaja di Desa Purwosari Sayung
Demak yang ditunjukkan dengan nilai Freg = 137,486 > Ft(1%) = 7,08
dan Freg = 137,486 > Ft(5%)= 4,00.
Nilai korelasi (r) =0,798 > rtabel 1% = 0,286 dan r-tabel 5% =
0,220 , artinya bahwa hubungan antara keteladanan akhlak orang tua
dengan akhlak remaja di Desa Purwosari Sayung Demak adalah
signifikan. Hubungan tersebut signifikan juga berdasarkan hasil dari uji
thitung = 11,69 > t0,01 (78) = 2,638 dan t0.05 (78) = 1,990.
Sedangkan harga koefisien determinan (r2) = 0,6368 artinya
pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15
tahun adalah sebesar 63,68%. Hal ini ditunjukkan dengan persamaan garis
regresi Y=0,748X + 18,575. Sedangkan 36,32% lainnya adalah pengaruh
dari faktor lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh
keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa
Purwosari Sayung Demak, maka berikut ini ada beberapa saran dari penulis
yaitu:
62
1. Bagi orang tua:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kateladanan akhlak orang tua
berpengaruh terhadap akhlak anak mereka yang mulai memasuki masa
remaja, oleh karena itu orang tua seyogyanya selalu memberi contoh yang
baik terutama dalam memberikan keteladanan akhlak.
2. Bagi Remaja:
Seorang remaja harus senantiasa meneladani akhlak orang tua mereka,
yaitu meneladani akhlak yang baik. Adapun akhlak yang buruk agar
dihindari. Oleh karena masa remaja adalah masa dimana anak mulai
mengerti mana yang baik dan buruk, sehingga seorang remaja harus
pintar-pintar mencari tokoh idolanya
C. Penutup
Alhamdulillahi robbil alamin, Berkat rahmat dan hidayah Allah
Swt, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang sederhana ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi
ini.
Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan kepada peneliti, baik berupa tenaga maupun doa.
Semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdusysyafi, Muhammad Abd. Salam., Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, juz.II, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.
Al-Bukhari, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail., Shahih al-Bukhari,
Juz.1, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th. Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya’ Ulum ad-Din, Jilid
III, Semarang: Toha Putera, t.th. Al-Ghulayaini, Musthofa., ‘Idhatun Nasyi‘in, Surabaya: Dar al-Ilmu, t.th. Ali, Muhammad Daud., Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000, cet. III. Al-Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy., Falsafah Pendidikan Islam, terj.
Hasan Langgulung , Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Amin, Ahmad., “Al-Akhlaq”, terj: Ethika (Akhlaq), Jakarta: Bulan Bintang, 1992. Amiroh, Maslahatul, Pengaruh Keteladanan Keluarga terhadap Pelaksanaan
Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di desa Pantenan Kec. Paceng Gresik, Skripsi IAIN Walisongo Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006.
An-Nahlawi, Abdurrahman., “Ushulut Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha”,
Terj: Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung; CV. Diponegoro, 1992.
Arikunto, Suharsimi., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002, Cet. 12. Armai, Arief., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002. Asmaran, As., Pengantar Studi Akhlak Jakarta: Rajawali Press, 1992. Aziz, Erwati., Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, Solo: PT. Tiga Serangkai
Mandiri, 2003. Berkowitz, Marvin W., “Fostering Goodness: Teaching Parents to Facilitate
Children’s Moral Development”, http://parenthood.library.wisc.edu/Berkowitz/berkowitz.html.
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Djatnika, Rachmat., Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), Jakarta: Pustaka Panji
Mas, 1996, cet.2. Fitzgerald, Hiram. E dan Ellen Strommen., Programmed Learning Aid for
Developmental Psychology, USA: Learning Systems Company, 1972. Hadi, Sutrisno., Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi, 2004, Edisi II. -----------------, Metodologi Research, Jilid. II, Yogyakarta: ANDI, 2004, Edisi II. Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Hurlock, Elizabeth. B., Child Development, Six Edition, Graw Hill: Kogakusa
LTD, t.th. Hughes, Thomas Patrik., Dictionary of Islam, New Delhi: Cosmo Publication,
1982. Istianah, Nur., Pengaruh Keteladanan Orangtua terhadap Kecerdasan Emosional
Remaja di MA Tarbiyatul Banin Banat Alasdowo Dukuhseti Pati, Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006.
Junaedi, Mahfudz (ed.)., Aqidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah kelas X,
Semarang: CV.Ghani & SON bekerjasama dengan Kanwil Depag Jateng, 2004
Kartono, Kartini, Kamus Psikologi, Bandung: Satelit, 1987. Kementerian Urusan Agama Islam Arab Saudi, Al-Quran dan Terjemahnya,
Madinah: Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarif, 1418 H.
Marimba, Ahmad. D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-
Maarif, 1980. Ma’shumah, Lift Anis., “Pembinaan Kesadaran Beragama”, dalam Ismail SM
(eds.), Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Nasution, Thamrin dan Nasution Nurhalizah, Peran Orang Tua dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Jakarta: Gunung Mulia, 1989.
Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; logos Wacana Ilmu, 1997. ----------------- , Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Nizar, Samsul., Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Purwanti, Endang dan Nur Widodo., Perkembangan Peserta Didik, Malang:
UMM Press, 2002, cet, II. Purwanto, M. Ngalim., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003, cet.13. Ridwan, Kafrawi, et. al., Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1997, cet. IV. Sarwono, Sarlito Wirawan., Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang,
1996, cet. VII. Shanthut, Khatib Ahmad., “Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim”.
Terjemah Ibnu Burdah, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998, cet. I.
Shihab, M. Quraish., Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 2000, cet. IX. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi., Metode Penelitian Survai, Jakarta:
LP3ES, 1995, cet. 2. Suryabrata, Sumadi., Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003, cet.14. Sya’roni, Wahab, Pengaruh Perhatian Orang tua terhadap Akhlak Siswa MA d,
Skripsi, Semarang: Perpustakaan Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006
Tafsir, Ahmad., Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004, Cet. IV. -----------------, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000, cet.III. Thoha, M. Chabib., Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1994, cet.II Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Edisi III, cet III.
Ulwan, Abdullah., Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz.II, Beirut: Dar as-Salam,
1893. Untung, Moh. Slamet, Muhammad Sang Pendidik, Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2005, cet. I. Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990, Cet.
8. Yusuf, Syamsu., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2005, cet.V.
RIWAYAT PENULIS
Nama : AKHMAD RIYADI
NIM : 3103022
TTL : Demak/13 Juli 1980.
Alamat : Desa Purwosari Rt.02/III Kec. Sayung Kab. Demak.
Jenjang Pendidikan :
- SDN 2 Purwosari, lulus tahun 1992.
- SMPN 1 Sayung, lulus tahun 1995.
- MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak lulus tahun 1998.
- Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, masuk tahun 2003
Semarang, 28 Desember 2007
Penulis,
Akhmad Riyadi NIM. 3103022
1
Lampiran I.
KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET PENELITIAN PENGARUH KETELADANAN AKHLAK ORANGTUA TERHADAP AKHLAK
ANAK REMAJA USIA 12-15 TH DI DESA PURWOSARI
Variabel X: Keteladanan Akhlak Orangtua Nomor Soal INDIKATOR Positif Negatif Jumlah
Keteladanan akhlak terhadap Allah Swt: - Bertakwa kepada-Nya - Cinta dan Ridla kepada Allah - Bersyukur - Tawakkal
1,2 4,5 6 7
3
3 2 1 1
Jumlah 6 1 7 Keteladanan akhlak terhadap diri sendiri: -Jujur dan dapat dipercaya -Rendah hati -Kerja Keras dan disiplin -Berjiwa Ikhlas -Sabar -Hidup Bersih dan Sehat
8,9
11 12 13 14
10
2 1 1 1 1
Jumlah 6 1 7 Keteladanan akhlak terhadap sesama manusia: -Keluarga, karib, kerabat : - Saling menyayangi - Berbuat baik
- Membina silaturrahim -Tetangga,Masyarakat : - Saling menghormati - Tolong Menolong - Gotong royong
15
16,17 18 19
20,21 22
Jumlah 8 0 8 Keteladanan akhlak terhadap lingkungan: -Memelihara Kelestarian lingkungan -Menjaga kebersihan lingkungan -Menyayangi makhluk hidup
23 24 25
Jumlah 3 0 3 Jumlah total 25
Variabel Y: Akhlak Anak Remaja Usia 12-15 Tahun
Butir Soal INDIKATOR Positif Negatif Jumlah
Akhlak terhadap Allah Swt: - Bertakwa kepada-Nya - Cinta dan Ridla kepada-Nya - Bersyukur - Tawakkal
1,2 4,5 6 7
3
Jumlah 6 1 7
2
Akhlak terhadap diri sendiri: -Jujur dan dapat dipercaya -Rendah hati -Kerja keras dan Disiplin -Berjiwa Ikhlas -Sabar -Hidup bersih dan sehat
8,9
11 12 13 14
10
Jumlah 6 1 7 Keteladanan akhlak terhdap sesama manusia: -Keluarga, Kerabat, : - Saling menyayangi karib - Berbuat baik
- Membina silaturrahim -Tetangga, Masyarakat:- Saling menghormati
- Tolong Menolong - Gotong royong
15 17 18 19
20,21 22
16
Jumlah 8 1 8 Akhlak terhadap lingkungan -Memelihara kelestarian lingkungan -Menjaga kebersihan lingkungan -Menyayangi makhluk hidup
24 25
23
Jumlah 3 0 3 Jumlah Total 25
3
Lampiran II. ANGKET PENELITIAN (Responden: Orang Tua)
I. IDENTITAS
1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Alamat : Purwosari,
II. PETUNJUK UMUM 1. Isilah biodata Bapak/Ibu di atas terlebih dahulu.
2. Bacalah tiap-tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk menjawabnya.
3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban yang
dianggap sesuai dengan keadaan bapak/ibu setiap hari.
4. Jawaban Bapak/Ibu hanya semata-mata untuk keperluan dalam penelitian,
sehingga jawaban jujur anda akan sangat membantu penelitian ini.
5. Jawaban serta identitas bapak/ibu akan dijamin kerahasiaannya.
III. DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimanakah ibadah sholat wajib Bapak/Ibu setiap hari ?
a. Ya, selalu tepat waktu c. Kadang-kadang sholat
b. Sholat, tapi sering meng-qadla d. Tidak pernah sholat
2. Bagaimanakah ibadah puasa Bapak/Ibu pada bulan Ramadlan?
a. Selalu puasa c. Kadang-kadang puasa
b. Puasa, tapi kadang batal d. Tidak pernah puasa
3. Apabila ada hajatan/ngunduh mantu dilingkungan bapak/ibu, terus ada yang
begadang dengan main kartu. Apakah Bapak/Ibu juga mengikutinya?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Ya, Selalu
4. Setiap selesai melakukan sholat, apakah bapak/ibu berdoa/dzikir terlebih
dahulu?
a. Ya, Selalu berdoa c. Kadang-kadang
b. Sering berdoa d. Tidak pernah
5. Apakah bapak/ibu membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari?
a. Ya, selalu c. Kadang-kadang
b. Sering. d. Tidak pernah
4
6. Apabila Bapak/Ibu mendapat rejeki lebih dari Allah, apakah Bapak/Ibu biasa
menabung?
a. Ya, Selalu menabung untuk masa depan.
b. Sering menabung.
c. Jarang sekali menabung, itupun kalau ada sisa.
d. Langsung habis, jadi tidak pernah menabung.
7. Jika anda pernah gagal dalam mencapai sesuatu, seperti: pekerjaan atau
pendidikan, bagaimanakah sikap Bapak/Ibu?
a. Berserah diri serta menerima dengan lapang dada dan terus berusaha
b. Menerima apa adanya, tapi kadang malas untuk berusaha lagi.
c. Kadang-kadang putus asa, sehingga jadi malas berusaha.
d. Putus asa dan menyesali nasib, tidak mau berusaha lagi.
8. Suatu ketika bapak/ibu membeli sesuatu ditoko/warung, ternyata pengembalian
uangnya kelebihan. Apakah Bapak/Ibu akan mengembalikan kelebihannya?
a. Ya, selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Ketika Bapak/Ibu diberi amanat seseorang, apakah Bapak/Ibu melaksanakan
dengan sesungguh hati?
a. Ya, selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Apakah anda suka berbicara kasar atau tidak sopan dengan orang lain,
termasuk terhadap anak-anak anda?
a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Ya, selalu
11. Bagaimanakah sikap Bapak/Ibu jika bekerja ?
a. Suka kerja keras dan disiplin c. Kerja semaunya dan tidak disiplin
b. Kerja keras tapi tidak disiplin d. Malas, tidak mau bekerja
12. Ketika dilingkungan Bapak/Ibu ada penarikan iuran RT atau sumbangan
pembangunan masjid atau mushola, bagaimanakah sikap bapak/ibu?
a. Selalu ikhlas menyumbang c. Kadang-kadang tidak ikhlas
b. Sering Ikhlas d. Selalu Riya/Pamer
13. Bagaimanakah sikap Bapak/Ibu, saat sedang menghadapi masalah, seperti:
kekurangan biaya hidup, sakit keras, atau kena musibah lainnya?
a. Sabar dan sadar bahwa semua itu adalah cobaan dari Allah
5
b. Sabar, tapi kadang timbul rasa putus asa
c. Sering putus asa
d. Selalu marah-marah dan putus asa.
14. Apakah Bapak/Ibu setiap hari menjaga hidup bersih dan sehat, seperti: Olah
Raga, tidak makan/minum yang beralkohol, tidak begadang?
a. Ya, selalu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh.
b. Sering menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh.
c. Tidak begitu peduli dengan kebersihan dan kesehatan
d. Suka begadang, dan minuman beralkohol.
15. Apakah anda selalu bertutur kata yang baik dan lemah lembut, termasuk
kepada anak-anak anda?
a. Ya, selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
16. Bagaimanakah Bapak/Ibu memperlakukan anak, misalnya: ketika
menyuruhnya untuk belajar?
a. Selalu membantu menumbuhkan kesadaran anak untuk belajar
b. Sering menyuruh anak harus belajar, nggak boleh kemana-mana.
c. Kadang-kadang saja menyuruh belajar, kalau lagi.ingat.
d. Membiarkan saja, tidak pernah menyuruh belajar.
17. Ketika saudara atau tetangga anda ada yang sakit, apakah anda mengajak
seluruh keluarga anda untuk menjenguknya?
a. Ya, selalu c. Kadang-kadang
b. Sering. d. Tidak pernah
18. Bagaimanakah hubungan anda terhadap keluarga/kerabat anda?
a. Selalu terjalin hubungan baik c. Kadang cekcok
b. Biasa-biasa saja d. Selalu bermusuhan
19. Apabila tetangga anda ada yang meninggal dunia, apa yang anda biasa
lakukan?
a. Ikut ta’ziyah sampai selesai c. di rumah saja
b. Ta’ziyah sebentar, lalu pergi kerja d. Pergi menghindar
6
20. Apabila ada pengemis datang meminta sedekah, sedang anda sedang asyik
nonton TV bersama anak-anak anda, apakah anda akan memberinya?
a. Ya, selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Sama sekali tidak pernah
21. Bila tetangga meminjam sesuatu kepada anda, misalnya: uang atau barang,
apakah anda bersedia meminjaminya?
a. Selalu meminjami jika memang ada.
b. Sering meminjami, tapi selalu menagih.
c. Kadang-kadang, jika lagi terpaksa.
d. Tidak pernah mau meminjami
22. Ketika tetangga anda sedang punya hajat mantu atau membangun rumah,
apakah Bapak/Ibu ikut membantu lagan atau sambatan?
a. Ya, selalu c. Kadang-kadang.
b. Sering d. Tidak pernah
23. Dimanakah Bapak/Ibu membuang sampah setiap hari?
a. Selalu membuangnya di tempat sampah yang sudah saya sediakan
b. Seringnya di tempat sampah, tapi sesekali juga di sungai.
c. Seringnya membuang di sungai, tapi kadang di sungai.
d. Selalu membuang sampah di sungai, soalnya lebih praktis dan ringan
24. Apakah Bapak/Ibu berusaha untuk menjaga kebersihan rumah/lingkungan?
a. Ya, selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
25. Apabila anda memiliki tanaman hias atau hewan piaraan seperti: burung, ayam
atau kambing, apakah anda rajin merawatnya?
a. Ya, selalu c. Kadang-kadang.
b. Sering d. Sama sekali tidak pernah
“ Terimakasih atas sumbangan jawaban yang telah anda berikan ”
7
Lampiran III. ANGKET PENELITIAN (Responden: Anak)
I. IDENTITAS
1. Nama Anak :
2. Nama Orang Tua :
3. Umur :
II. PETUNJUK UMUM 1. Isilah biodata diri kamu di atas terlebih dahulu.
2. Bacalah tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk
menjawabnya.
3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif
jawaban yang dianggap sesuai dengan keadaanmu setiap hari.
4. Pengisian angket ini adalah semata-mata untuk kepentingan penelitian.
5. Jawaban serta identitasmu akan dijamin kerahasiaannya.
6. Sebelum mengisi angket ini, bacalah basmalah terlebih dahulu.
III. DAFTAR PERTANYAAN
1. Berapa kali kamu melaksanakan sholat wajib setiap hari?
a. Selalu sholat 5 waktu. c. 1-2 kali
b. 3-4 kali d. Tidak pernah sholat
2. Ketika bulan Ramadlan apakah kamu melaksanakan puasa?
a. Selalu puasa c. Kadang-kadang puasa
b. Puasa, tapi kadang batal d. Tidak pernah puasa
3. Pada suatu hari teman-teman kamu pada taruhan, apakah kamu ikut taruhan?
a. Tidak pernah c. Sering ikut
b. Kadang-kadang d. Ya, selalu
4. Setelah selesai melaksanakan sholat, apakah kamu berdoa dulu sebelum
meninggalkan tempat?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Apakah kamu mengaji/membaca al-Quran setiap hari?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6. Suatu hari orangtuamu memberi uang saku lebih banyak dari biasanya, apakah
yang kamu lakukan?
8
a. Terima kasih kepada orangtua dan bersyukur, uangnya saya tabung
/untuk keperluan yang bermanfaat seperti: membeli buku.
b. Senang sekali karena bisa membeli mainan atau jajan, kalau ada sisa
baru ditabung.
c. Senang sekali dan langsung untuk jajan.
d. Langsung habis, dan minta lagi
7. Jika kamu mendapat nilai jelek sekali di sekolah, atau tidak naik kelas,
bagaimana perasaanmu?
a. Berserah diri kepada Allah menerima dengan lapang dada dan terus
belajar dengan giat.
b. Menerima apa adanya, tapi kadang putus asa.
c. Kadang-kadang putus asa, sehingga jadi malas berusaha.
d. Putus asa dan menyesali nasib, tidak mau belajar lebih giat lagi.
8. Apabila kamu membeli sesuatu ditoko/warung, ternyata pengembalian uangnya
kelebihan. Nah, apakah biasanya kamu akan mengembalikan kelebihannya?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Apabila kamu dititipi barang oleh temanmu, apakah kamu menjaganya dengan
baik?
a. Ya, selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Apabila kamu berbicara dengan orang yang lebih tua, apakah kamu pernah
berbicara dengan kasar?
a. Tidak pernah c. Sering.
b. Kadang-kadang d. Selalu
11. Apakah kamu selalu belajar tepat waktu tanpa pernah diingatkan oleh orang
tua?
a. Selalu belajar tanpa diingatkan oleh orang tua.
b. Belajar, kalau diingatkan dulu oleh orang tua.
c. Kadang-kadang belajar, yaitu kalau mau ada ulangan.
d. Tidak pernah belajar
9
12. Apabila kamu disuruh membeli sesuatu oleh orangtuamu, apakah kamu
melaksanakannya?
a. Selalu ikhlas melaksanakan.
b. Melaksanakan, tapi agak terpaksa.
c. Kadang-kadang melaksanakan, itupun karena terpaksa.
d. Tidak pernah melaksanakan.
13. Bagaimanakah sikap kamu, jika kamu sedang ada masalah, seperti: sakit keras,
atau musibah lainnya?
a. Sabar, sadar bahwa semua itu adalah cobaan dari Allah
b. Sabar, tapi kadang timbul rasa putus asa
c. Sering putus asa
d. Selalu marah-marah dan putus asa.
14. Apakah kamu menjaga kesehatan, seperti: menggosok gigi terlebih dahulu
sebelum tidur?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering. d. Tidak pernah
15. Apakah kamu selalu bertutur kata baik/sopan dengan orangtua?
a. Ya, selalu sopan c. Kadang-kadang sopan
b. Sering sopan d. Tidak sopan sama sekali
16. Apabila orangtuamu menasihati kamu, apakah kamu membantahnya ?
a. Tidak pernah c. Sering
b. Kadang-kadang d. Selalu
17. Apabila temanmu ada yang sakit, apakah kamu menjenguknya?
a. Ya, selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Suatu hari kamu bertengkar dengan teman kamu, lalu apa yang akan kamu
lakukan?
a. Saya akan meminta maaf terlebih dahulu.
b. Memaafkan, jika dia meminta maaf duluan.
c. Memaafkan, tapi sebenarnya dalam hati tidak.
d. Tidak mau baikan lagi.
10
19. Bagaimana sikap kamu terhadap orang lain, terutama terhadap orang yang lebih
tua?
a. Selalu menghormati c. Kadang-kadang hormat
b. Sering hormat d. Tidak pernah hormat
20. Apabila disekolah kamu ada iuran/sumbangan, karena ada orangtua dari salah
satu murid yang meninggal, apakah kamu ikut menyumbang?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering. d. Tidak pernah
21. Teman kamu ingin meminjam sesuatu sama kamu, bagaimana sikapmu?
a. Selalu meminjami jika memang ada.
b. Sering meminjami.
c. Kadang-kadang meminjami.
d. Tidak pernah meminjami
22. Apakah kamu suka ikut gotong royong/kerja bakti membersihkan lingkungan,
baik disekolah maupun dirumah?
a. Ya, selalu ikut. c. Kadang-kadang ikut
b. Sering ikut. d. Tidak pernah
23. Apakah kamu suka membuang sampah di sembarang tempat?
a. Tidak, selalu ditempat sampah
b. Kadang-kadang sembarangan
c. Sering di sembarang tempat
d. Di jalan, sungai, selalu disembarang tempat.
24. Apakah kamu setiap hari membersihkan kamar kamu sendiri?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
25. Apabila kamu melihat hewan, seperti: ayam tertabrak motor dan masih hidup,
bagaimana perasaanmu?
a. Kasihan dan mengobatinya c. Biasa saja,dan meninggalkannya
b. Kasihan tapi membiarkan saja d. tertawa dan dibuat main-main.
“ Terimakasih atas sumbangan jawaban yang telah anda berikan ”