“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
173
PENERAPAN “LIVING VALUES EDUCATION”MELALUI LESSON STUDY DI TRUONG QUYEN PRIMAY SCHOOL
VIETNAM”
Arina Restian, Erna Yayuk, M.Pd, Dyah Worowirastri Ekowati, M.Pd
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadyah Malang.
ABSTRAK
Melatar belakangi penelitian pendidikan di Vietnam adalah berbicara tentang kualtitas pendidikan peserta didik di Luar Negeri, yang perlu diperhatikan proses pembelajarannya dari segi kualitas dan kuantitas peserta didik. Proses pembelajaran haruslah bersifat menyenangkan, kreatif, bermakna dan berkualitas, salah satunya pendidik tidak hanya memberikan materi dari kegiatan awal, inti dan akhir namun “bagaimana peserta didik belajar”. Oleh karena itulah pentingnya membenahi benih-benih awal terlebih dahulu tentang pentingnya pengalaman belajar. Pendekatan lesson study Di Truong Quyen Primay School Vietnam merupakan proses plan, do, see dan evaluasi yang sangat penting yang harus dievaluasi pendidik untuk mengetahui keefektifan suatu proses pembelajaran guna peningkatan kualitas dan kuantitas peserta didik, namun pendidikan di sekolah Truong Quyen Primay School Vietnam sangatlah lebih maju dari Indonesia, karakter disiplin sangat dijunjung tinggi . Peserta didik memiliki keberagaman dalam tingkatan proses pembelajaran dan merubah gaya belajar yang lebih efektif dan interaktif. Peserta didik tidak akan bosan pada pembelajaran apapun, justru paradigma peserta didik menjadi kritis dan bermakna dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu solusi dari sistem proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan secara signifikan pada keefektifan dari peserta didik supaya proses pembelajaran dengan pendekatan lesson study. Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah yang dapat diambil 1) Apa itu Lesson Study 2) Bagaimana Implementasi Lesson Study untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan berkuantitas di Negara Vietnam.
Penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan berperan sebagai instrumen kunci dalam menangkap makna dan sekaligus alat pengumpul data. Data diperoleh dari data primer dan sekunder, melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik analisis data reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menghasilkan dua temuan 1) Perencanaan Lesson Study dari tahapan Plan (Guru dan guru model merencanakan pelaksanaan meliputi Peta Konsep Pembelajaran), Do (Pelaksanaan Guru model mengajar – siswa & guru belajar) mengenalkan pembelajaran menggunakan budaya nusantara Indonesia melalui mapel matematika , See (Guru yang lain sebagai observer memberi masukan terhadap evaluasi proses pembelajaran) dengan Guru Giao Thura Cung Gia Dinh 2) Implementasi Leasson Study untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan berkuantitas Plan Guru menyiapkan rancangan pembelajaran dan dengan berdiskusi dengan teman guru lainnya, Do Pelaksanaan Guru Giao Thura Cung Gia Dinh, dan model Bu Dyah terhadap proses pembelajaran yang
berkualitas dan berkuantitas ““Saya ingin menjawab bu, saya sangat suka dengan pembelajaran ini” kata siswa bernama nguyen dalam bahasa vietnam (Tôi muốn trả lời thưa bà, tôi thực sự thích cách học này)” serta evaluasi See yang meriview proses pembelajaran yang efektif dan efisien). Berdasarkan upaya
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
174
tersebut dapat memberikan solusi yang lebih bermakna dan menyenangkan pada sistem pendidikan di Vietnam sebagai penyelenggara pendidikan yang berkualitas, dan karakternya dijunjung tinggi.
Kata Kunci: Lesson Study, Living Values, Vietnam
PENDAHULUAN
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik
dengan cara memberikan dorongan atau motivasi serta memfasilitasi proses
kegiatan belajar mengajar (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1). Pendidikan yang
berkualitas dan berhasil harus mampu meningkatkan potensi dan kreativitas
siswa sehingga ilmu yang didapat bisa bermakna dan berguna untuk
menghadapi masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Rambe,
2012). Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa
“pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Memperhatikan penjelasan
tersebut, diketahui bahwa makna dalam proses pembelajaran tidak dapat
dipisahkan dengan lingkungan belajarnya.
Pemerintah suatu negara senantiasa melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Hal ini tentunya dilatarbelakangi
adanya fenomena yang menunjukkan bahwa prestasi bangsa dalam bidang
Pendidikan masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain.
Data Word Bank (2005) menunjukkan adanya perbandingan akses dan
kualitas tentang tentang prestasi pendidikan beberapa negara, seperti Jelang,
Korea, Hongkong, Australia, Thailand dan Indonesia bahkan negara seperti
Vietnam. Pendidikan di sana terlihat sebagai suatu obsesi nasional, tetapi para
pakar mengatakan bahwa pendidikan negeri di Vietnam tidak mendapatkan
skor dengan baik dalam beberapa indeks. Negara tersebut berada di
peringkat 17 dari 65 negara dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan
sesuai dengan Programme for Internasional Student Assesment (PISA).
Berdasarkan fakta yang termuat dalam berita tanggal 28 Januari 2015
bahwa para kritikus Vietnam lebih mementingkan promosi partai masing-
masing daripada mendidik para pekerja yang terampil . Pihak berwenang lebih
mengutamakan sistem hafalan, nilai kelulusan, dan ketaatan kepada otoritas
dengan sedikit ruang untuk berfikir kritis. Para siswa mengandalkan buku-
bukukadaluarsa, buku pelajaran lama, kecurangan rutin dalam ujian
sedangkan guru dibayar untuk mempertahankan kurikulum lama.
Dampak dari kondisi diatas, siswa di sekolah negara Vietnam dan
mahasiswa lulusan Universitas tidak mampu melamar di perusahaan atau
dikatakan gagal tes sehingga sekitar 147.000 lulusan tidak bisa diterima di
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
175
perusahaan tahun ini, menurut statistik resmi. Lulusan ini tidak dapat
memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja. Posisis staf untuk manajemen sering
diimpor dari korea, Tiongkok, dan Amerika Serikat.
Dalam perkembangannya tahun ini, Vietnam terus berupaya untuk
memajukan pendidikannya. Vietnam adalah salah satu negara sedang
berkembang di ASEAN yang berhasil mewujudkan pendidikan inklusif.
Menurut Duc Minh Nguyen, Direktur Education and Science Kementerian
Pendidikan Vietnam, memasuki tahun 2000an, Vietnam melahirkan
serangkaian peraturan perundangan tentang kewajiban memenuhi hak
pendidikan anak perempuan.Undang-undang perlindungan anak, yang
mengharuskan anak-anak bersekolah mulai usia taman kanak-kanak hingga
sekolah menengah atas. Kemudian undang-undang penyandang disabilitas,
yang mewajibkan negara memenuhi hak pendidikan anak-anak dengan
disabilitas. Para pejabat pemerintah khususnya kementerian pendidikan,
memaknai ketentuan undang-undang tersebut sebagai perintah yang harus
dilaksanakan.
Dalam mewujudkan upaya itu kementerian pendidikan di sana
melakukan serangkaian langkah strategis. Langkah pertama, melakukan
survei dengan serangkaian tujuan, selanjutnya membentuk badan nasional
yang bertugas menyusun rencana strategis” pendidikan untuk semua”,
melaksanakannya, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya. Hal ini
mengisyaratkan bahwa negara Vietnam selalu berupaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikannya. Prof. Dr. Ta Quang Buu, seorang ahli pendidikan di
Vietnam mengatakan bahwa pada tingkat pendidikan dasar (SD) adalah waktu
dan dan kesempa yang paling baik untuk melestarikan dan menanamkan nilai
identitas bangsa,sementara di tingkat perguruan tinggi adalah saat
mengembangkan kualitas generasi muda dalam rangka membangun negara
dan mengintegrasikan negara serta hubungan internasional.
Disisi lain, dapat dipahami ketika melihat kondisi pendidikan di
Vietnam , kualitas pendidikan belum sepenuhnya dapat memuaskan. Kualitas
lulusan pendidikan di Vietnam belum bisa setara dengan kualitas lulusan
pendidikan secara umum di dunia dan keberhasilan pendidikan belum
menyeluruh. Pendidikan di Vietnam sedang menghadapi masalah yang besar
yakni belum terpenuhinya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi
sementara dewasa ini di sektor lain program pemerintah di Vietnam sedang
aktif mendorong kemajuan bidang industrialisasi, modernisasi negara, dan
pengembangan ekonomi kawasan dan internasional.
Kendala diatas dirasakan di beberapa sekolah dasar salah satunya
yaitu Hanoi Primary Shool. Misalnya dalam hal metode pembelajaran masih di
tentukan oleh pusat. Metode tersebut memberikan stimulan bagi kemampuan
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
176
daya nalar dan pemikiran. Siswa masih pasif dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Guru dalam melakukan proses pembelajaran masih sedikit yang
menggunakan berbasis elektronik. Kebanyakan guru mengajar dengan
menggunakan metode ceramah dikte kepada murid.
Berdasarkan beberapa masalah tersebut diatas, pemerintah di sana
perlu meningkatkan mutu pendidikan. Disisi lain, kita bangsa Indonesia yang
merupakan negara tentangga dari Vietnam, merasa bahwa kondisi diatas
perlu segera terentaskan dan hal ini merupakan tantangan yang bisa
diupayakan terutama bagi kami dosen PGSD FKIP UMM untuk ikut andil serta
menjalin kerjasama dalam dunia pendidikan. Upaya untuk mngentaskan
permasalahan diatas yang bisa ditawarkan yaitu dengan mengadakan sebuah
kegiatan dalam bentuk Lesson Study. Kegiatan ini diharapkan nantinya dapat
memberikan pengalaman bagi dosen PGSD untuk pengembangan diri dan
secara umum bisa memberikan inovasi pembelajaran di sana. Oleh karena itu
pentingnya mengetahui “PENERAPAN “LIVING VALUES
EDUCATION”MELALUI LESSON STUDY DI TRUONG QUYEN PRIMAY
SCHOOL VIETNAM” .
Tujuan Penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas, maka
pelaksanaan lesson study luar negeri ini memiliki tujuan yaitu
1. Membangun komunitas belajar di sekolah dasar Vietnam
2. Membangun kolegialitas dalam meningkatkan profesionalisme pendidik
3. Menciptakan kondisi untuk saling asah, asih, dan asuh
4. Menjadi contoh praktik baik “best pratice”pembelajaran di sekolah Vietnam
Menjamin proses pembelajaranyang berkelanjutanMemina hubungan baik antar Perguruan Tinggi dengan sekolah di Vietnam melalui “PENERAPAN “LIVING VALUES EDUCATION”MELALUI LESSON STUDY DI TRUONG QUYEN PRIMAY SCHOOL VIETNAM”.
Hakikat Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh
para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya
disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang
dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang.
Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai
diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang
secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah
melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993.
Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk
dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
177
pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai
dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada
pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula
pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam
pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk
meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru
secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan,
melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson
Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus
yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-
prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study
merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas
belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan
perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Slamet
Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah
satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
“lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what
could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe,
and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a
complex process, supported by collaborative goal setting, careful data
collection on student learning, and protocols that enable productive discussion
of difficult issues”.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study
memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2)
memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru
lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara
sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan
pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru
lainnya. Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan
pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya
berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului
adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang
ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
178
tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan
akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa,
pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran
yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam
belajar, dan sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada
materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik
lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari
siswa.
3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari
Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang
dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan
motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok
kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru,
serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta
kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada
bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam
sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau
pengawas sekolah.
4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh
dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai
kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa
tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari
tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran
secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data
yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat
dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali.
Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya
sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine
Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena
telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk
dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu
yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam
tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa,
misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan
perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu
pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
179
dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan
Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain
sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan
kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat
merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial,
dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih
kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam
membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students”
(kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat
(obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail
dan jelas.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana
(2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study,
yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP.
Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai
bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar
kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah
yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study
berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan
pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran
tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau
mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari
Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur
guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah
perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah.
Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah
dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu
pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji
melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang
dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa,
seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Identifikasi masalah sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan
antara lain :
1. Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya
terkadang terdapat tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai
dengan jurusannya. Contoh, pendidik yang merupakan lulusan
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
180
metematika mengajar bahasa Indonesia. Hal ini secara tidak langsung
akan menjadi masalah pendidikan di Indonesia.
2. Padahal dalam PP NO.19 tahun 2005 tentang standar pendidik dan
tenaga kependidikan pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus
sesuai dengan ijazah dan sertivikat keahlian yang relevan dengan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Pendidik kurang menguasai dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh
pendidik maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan
adanya masalah kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang
kurang baik.
4. Dalam UU RI no.14 Tahun 2005 pasal 8 ayat dijelaskan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi yang salah satu diantaranya kompetensi ,
dan diperjelas dalam pasal 10 ayat 1 yang berbunyi “ kompetensi guru
sebagai mana dalam pasal 8 meliputi kopetensi pedagogic,
kepribadian, social dan professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
5. Selain itu juga dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 pasal 28 ayat
3 mengenai kometensi yang harus dimiliki oleh pendidik.
6. Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggugurkan
kewajiban sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak
maksimal.
7. Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3
yang seharusnya pendidik memiliki kompetensi professional, yang
mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab dengan tugas dan
pembinaan terhadap peserta didik.
8. Pendidik belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat.
Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian
masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan lebih berorintasi
proyek.Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan
masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi,
politik , sosial, dan budaya.
9. Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dari
tujuan pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai. Hal ini tidak sesuai
dengan kompetensi pedagogic yang harus dimiliki oleh guru sesuai
dengan PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28 (3) yang berbunyi
“Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
181
Kompetensi pedagogic, Kompetensi kepribadian, Kompetensi
professional dan Kompetensi sosial.
10. Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai
dengan PP No. 19 tahun 2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI
minimal berijazah S1/ D4. Tapi dalam kenyataan di masyarakat masih
terdapat pendidik yang belum berijazah D4 atau dengan kata lain
masih D3.
11. Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik
yang merangkap tugas menjadi tenaga kependidikan seperti guru
merangkap menjadi tenaga administrasi atau tenaga perpustakaan.
Lesson Study
Pengertian Lesson Study Lesson study adalah model pembinaan
(pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan
mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Sumar Hendayana,
dkk, 2009: 5). Selain itu Styler dan Hiebert (Susilo, 2009: 3) mengatakan
bahwa:
Lesson study adalah suatu proses kolaboratif pada sekelompok guru
ketika mengidentifikasikan masalah pembelajaran, merancang suatu skenario
pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik
yang akan diajarkan); membelajarkan peserta didik sesuai dengan skenario
(salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sedangkan yang lain
mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran,
membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi
lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain
(mendiseminasikannya). Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa lesson study adalah sebuah model pembinaan guru dalam
meningkatkan kinerja guru yang dilakukan secara bersama-sama oleh
sekelompok guru demi mewujudkan kinerja guru ke arah yang lebih baik lagi.
Lesson study sendiri bukan merupakan metode atau strategi pembelajaran
tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan metode atau strategi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang
dihadapi guru.
Keunggulan Lesson Study Lesson study merupakan pembinaan
kompetensi profesional guru tentu mempunyai keunggulan atau keutamaan
yang membedakan lesson study dengan cara lain dalam mengembangkan
kompetensi profesional guru. Rusman (2010: 391) mengatakan bahwa
“Keutamaan dari lesson study adalah dapat meningkatkan keterampilan atau
kecakapan dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru
melalui kegiatan lesson study, yakni belajar dari suatu pembelajaran.”
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
182
Lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan
kualitas belajar dan mengajar serta pelajaran di kelas. Hal itu benar, karena:
1. Pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil
sharing pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan
hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru.
2. Penekanan mendasar pada suatu lesson study adalah para siswa
memiliki kualitas belajar.
3. Tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam
pembelajaran di kelas.
4. Berdasarkan pengalaman nyata di kelas, lesson study mampu
menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran.
5. Lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti
pembelajaran Berdasarkan pendapat di atas, lesson study menjadi
suatu model pembinaan profesi guru yang tepat untuk
mengembangkan kompetensi profesional guru sebagai pendidik.
Lesson study mempunyai keunggulan menciptakan kerja sama antar
guru dalam mengembangkan pembelajaran, memberi peluang guru
untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran secara bersama-
sama, dan menjadikan guru semakin dekat dalam berkomunikasi.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang merupakan salah satu
jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang didasarkan pada data alamiah
yang berupa kata-kata dalam mendeskripsikan objek yang diteliti melalui
kegiatan pengumpulan data dari latar yang alami (Rofi’uddin, 2005). Ciri utama
penelitian kualitatif adalah, (1) data yang dikaji dalam penelitian adalah data
verbal dan nonverbal yang dapat menghasilkan informasi yang sesuai, (2)
data diperoleh dari setting alamiah, yakni tuturan dan tindakan ketika
pembelajaran dilaksanakan, (3) data dianalisis secara induktif pada saat dan
setelah pengumpulan data, (4) peneliti menjadi instrumen kunci, (5) penelitian
menekankan proses dan hasil, (6) makna menjadi tekanan utama (Bogdan
dan Biklen: 1982 dalam Moelong: 2007).
Penelitian ini dilaksanakan di DI TRUONG QUYEN PRIMAY SCHOOL
VIETNAM bergulirnya program pemerintah tentang Lesson Studi di Vietnam.
maka sekolah ini merupakan salah satu sekolah dimana guru-gurunya telah
mencoba untuk menyusun model pembelajaran berbasis tematik terpadu
dengan berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Hal inilah yang menjadi
tantangan bagi peneliti untuk menganalisis seberapa jauh proses penerapan
Pendidikan Karakter Bangsa komunitas asean ekonomi dan era globalisasi.
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
183
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. di DI TRUONG QUYEN PRIMAY
SCHOOL VIETNAM:
1. Observasi: dilakukan untuk mengumpulkan data tentang praktik
pembelajaran secara langsung yang di di DI TRUONG QUYEN
PRIMAY SCHOOL VIETNAM
2. Wawancara: dilakukan kepada guru di di DI TRUONG QUYEN
PRIMAY SCHOOL VIETNAM yang mempraktikkan penerapan
pendidikan karakter Bangsa, untuk merekam kesesuaian antara apa
yang direncanakan dengan pelaksanaan penerapan Pendidikan
Karakter Bangsa komunitas asean ekonomi dan era globalisasi.
3. Dokumentasi: dilakukan untuk mengumpulkan data tentang berbagai
peristiwa dalam proses pembelajaran melalui foto, dokumen berupa
RPP berbasis pendidikan karakter yang selama ini guru-guru buat,
dokumen fortofolio dan hasil pembelajaran dan penerapan Karakter
Bangsa di sekolah di SD.
Untuk mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan instrumen
yang berupa: Lembar observasi guru dan siswa, Pedoman wawancara.
Analisis data dilakukan secara deskriptif baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Sebagaimana pada umumnya analisis data secara kualitatif
dilakukan dengan tahap-tahap: pemamparan data, reduksi data, kategorisasi
data, penafsiran/pemaknaa, dan penyimpulan hasil analisis. Data yang
diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, kemudian ditulis ulang,
dipaparkan apa adanya, kemudian dipilah-pilahsesuai fokus penelitian,
setelah melalui proses analisis dalam kerangka memperoleh data yang sahih
dengan member chek, triangulasi, dan pelacakan mendalam, kemudian
disimpulkan dan dimaknai. Analisis data yang bersifat deskriptif kuantitatif
dilakukan dengan analisis prosentase dan analisis rata-rata. Data kuantitatif
ini diolah berdasarkan data hasil pengamatan melalui rubrik pengamatan.
Metode penelitian berisikan pendekatan penelitian, desain penelitian,
waktu dan tempat penelitian, sampel, prosedur pengumpulan data dan
analisis data serta ditulis dalam bentuk paragraf.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahapan ini Tim LS-LN sampai di Vietnam tanggal 23 juli 2019,
dan langsung berkegiatan pada tahap Plan dilaksanakan pada tanggal 24 Juli
2019, materi diskusi saat plan adalah pembelajaran matematika
menggunakan budaya nusantara seni budaya, Nama Kepala Sekolahnya Tan
Huy Mynhien Dao, dan guru yang terlibat ada (Giao Thura Cung Gia Dinh, Du
LichDau Nam, dan Trang Tri Hoa Xuan) dan pengamat pendidikan yang
berada di Vietnam. Sistem pendidikan di Vietnam, Di sana, mereka mulai
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
184
menambah wawasan, memahami dan menemukan benda-benda di
sekitarnya, tentang binatang, benda, huruf, angka dan sebagainya, semuanya
itu turut membentuk kebiasaan pertama bagi mereka tentang cara berfikir,
kehidupan sehari-hari, penanganan masalah atau cara berperilaku, Sampai
usia 6 tahun, mereka mulai masuk ke Sekolah Dasar (SD) dan terus belajar
membaca, menulis dan berkenalan dengan mata-mata pelajaran wajib,
misalnya matematika, bahasa Vietnam, ilmu eksakta, sejarah, geografi,
bahasa asing, Di Vietnam, tingkat SD akan memakan waktu 6 tahun, di seluruh
negeri atau menempuh ujuan untuk masuk ke Sekolah Pengajaran Tanggal 5
September 2019 setiap tahun dipilih sebagai hari Pembukaan Tahun Ajar baru
untuk semua tingkat pendidikan di Vietnam, di Vietnam tidak asing dengan
Lesson Study memang beberapa sekolah favorit sudah dilakukan, tahapan ini
kami langsung berinteraksi dengan siswa. Dalam Kegiatan ini kami tidak lepas
dari KBRI, sebagai Transitor kami.
Dengan Tim KBRI, Mahesa Tim Translettor
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
185
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.
Bagaimana Implementasi Lesson Study untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan berkuantitas di Vietnam
Dalam implementasi dibutuhkan dari perencanaan, pelaksanaan dan refleksi yang akan ada tindak lanjut antara lain sebagai berikut:
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Pada tahap perencanaan ini kita langsung bertemu dengan Pak Tan
huy Mynhien Dao, kami Dosen dari Prodi PGSD –FKIP Universitas
Muhammadiyah Malang (Arina Restian, Erna Yayuk dan Dyah Woro W,
bersama dengan Pak Agung dari Matematika) dan guru yang tergabung dalam
Lesson Study ada (Giao Thura Cung Gia Dinh, Du LichDau Nam, dan Trang
Tri Hoa Xuan) berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada tahapan ini guru- guru disana
sangat disiplin dan berbadan ideal karena ada cek obesitas, oleh karena
gurunya secara berat badan sangat ideal, dan guru disana dikatakan sangat
disiplin, siswa harus menuruti dengan perintah guru, dalam Bahasa Vietnam
adalah TiengViet Nam/Viet Ngu. Kegiatan Awal berlangsung dengan lancar
walaupun terkadang perlu disampaikan ulang dengan Bahasa Inggris,
Alhamdulillah ada yang membantu dari KBRI namanya adalah mas Mahesa
sebagai translator kami, sehingga Lesson Studi divietnam berjalan lancar.
Kegiatan berlangsung dengan serius karena sekolah Vietnam betul- betul
secara khusus dan menjaga kualitas baik siswa maupun guru. Dan kamipun
di bantu oleh pihak KBRI langsung oleh Bapak Kedubes Hanif Salim untuk
dipersilahkan melakukan kegiatan.
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
186
Melakukan diskusi awal dan kerjasanma sekolah di Vietnam dengan Pak Kedubes R.I Hanif Salim
Selain itu kami mengkaji tentang pendidikan Sekolah dasar di Vietnam
Pendidikan adalah salah satu faktor yang penting dalam pembangunan
sebuah negara. Melalui pendidikan yang baik, negara dapat menjamin bahwa
masyarakat telah memiliki kapabilitas untuk bekerja dalam rangka
pembangunan negara. Hal ini dapat dilakukan karena pendidikan dapat
membangun tiga hal, yaitu: loyalitas pada negara; soft & hard skill; serta
pengetahuan yang luas. Tanpa adanya pendidikan yang baik, maka
masyarakat hanya dapat bekerja berdasarkan pengalamannya yang tentu
sangat terbatas. Oleh karena negara berkembang merupakan aktor yang
senantiasa berusaha untuk mengedepankan pembangunan negaranya, maka
mereka akan menjadikan peningkatan mutu pendidikan sebagai agenda
utamanya. Dalam perjalanan sejarah berdirinya, Vietnam telah mengalami
perkembangan yang cukup signifikan di berbagai bidang, termasuk di bidang
pendidikan. Sejak tahun 1986, pemerintah Vietnam telah membuat berbagai
macam kebijakan untuk memacu pengembangan pendidikan melalui
kebijakan kurikulum yang diberlakukan kepada semua jenjang pendidikan,
baik dari tingkat pendidikan dasar (SD), Melalui kebijakan pemerintah
tersebut, dewasa ini di Vietnam telah mengalami pemerataan dan penyebaran
pembangunan fisik sebagai wadah pendidikan sesuai jenjangnya, misalnya di
setiap desa telah terdapat pendidikan dasar (SD).
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Dilakukan tgl 25 juli 2019 bertempat di sekolah. Dilakukan di kelas 2
dengan koordinator Du LicDau Nam , Materi yang diberikan adalah
pembelajaran matematika khususnya penjumlahan bilangan bulat dan seni
budaya di Sekolah Dasar Di Truong Quyen Primay School Vietnam , dan
Alhamdulillah kembali lagi berkomunikasi dengan 3 guru Giao Thura Cung Gia
Dinh, Du LichDau Nam, dan Trang Tri Hoa Xuan), dan ternyata sangat senang
sekali, inilah yang membuat kami apresiatif, untuk memberikan Pada kegiatan
ini, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
187
yang dilakukan oleh salah seorang guru Giao Thura Cung Gia Dinh.. , yang
disepakati bersama di sekolah), kegiatan pengamatan atau observasi
langsung di sekolah Di Truong Quyen Primay School Vietnam, yang dilakukan
dalam hal ini dibantu oleh guru. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
tahapan pelaksanaan disekolah antara lain:
a. Guru Giao Thura Cung Gia Dinh ikut menjadi coordinator kelas 2 SD
di Vietnam, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
telah disusun bersama, Guru Model adalah bu Dyah Woro Wirastri
Ekowati memberikan mulai apersepsi, anak-anak awalnya sempat
diam, namun setelah di translet menjadi aprestiatif, kemudian siswa
dibentuk kelompak 5 siswa.
b. Siswa dikelas 2 berjumlah 20 siswa, dapat menjalani proses
pembelajaran Pembelajaran Matematika Khususnya Penjumlahan
bilangan bulat dan seni Budaya di SD, kegiatan ini lagi belajar
permainan tradisional yang didalamnya terserap materi matematika
berbasis seni budaya.
Anak-anak kelas 2SD sangat antusias melihat Media Matematika
dengan kemasan seni Budaya Indonesia.
c. Proses pembelajaran dikelas, Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, pengamat (Erna yayuk dan Arina) tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu
konsentrasi guru model bud yah Woro Wirastri, maupun siswa yang
berjumlah 20.
d. Pengamatan secara langsung dikelas 2 melakukan pengamatan
secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa yang berjumlah 20, siswa
akhirnya faham tentang gambar tersebut.
e. Pengamat observer ada bu Arina Restian dan Bu Erna Yayuk
memberi masukan kepada guru model.
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
188
f. Pengamat observer ada bu Arina Restian dan Bu Erna Yayuk
melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung, diskusi siswa dikelas 2 sangat aktif, dan
disiplin pada proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas
belajar siswa dikelas 2 dengan sentuhan belajar matematika bilangan
bulat terhadap seni budaya. Catatan dibuat berdasarkan pedoman
dan urutan pengalaman belajar siswa di Vietnam yang tercantum
dalam RPP disekolah Dasar Di Truong Quyen Primay School Vietnam
dengan 20 siswa.
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1)
kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru
yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang
telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang
dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca:
guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang
bertindak sebagai pengamat/observer).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,
diantaranya:
a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
disusun bersama.
b. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam
setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure
yang disebabkan adanya program Lesson Study.
c. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak
diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan
mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
d. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi
siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya,
dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan
sebelumnya dan disusun bersama-sama.
e. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung
dan bukan untuk mengevalusi guru.
f. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau
photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih
lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses
pembelajaran.
g. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa
selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau
diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
189
bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui
aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan
urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
3. Tahapan Refleksi (Check) Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena
upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari
ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi
dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study
yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi
dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan
pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun
kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya
mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan
RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran
secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan
terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya,
pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil
pengamatan secara langsung oleh Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-
kesan guru (Giao Thura Cung Gia Dinh, Du LichDau Nam, dan Trang Tri Hoa
Xuan) sangat senng dengan orang Indonesia, karena kita sangat ramah dan
kreatif mengenalkan matematika dengan Budaya Indonesia. Di Sekolah Dasar
Di Truong Quyen Primay School Vietnam, tidak berdasarkan opininya.
Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan
umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau
peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta
pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
4. Tahapan terakhir
Disekolah Dasar Di Truong Quyen Primay School Vietnam dengan 20
siswa, berjalan lancar dan betul- betul berkesan secara disiplin dan patuh dari
segi mengikuti pembelajaran betul- betul siswa antusias dengan bahasa
vietnamnya “Saya ingin menjawab bu, saya sangat suka dengan
pembelajaran ini” kata siswa bernama nguyen dalam bahasa vietnam (Tôi
muốn trả lời thưa bà, tôi thực sự thích cách học này), tahapan terakhir
merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses
pembelajaran selanjutnya baik di Vietnam maupun di Indonesi, akan
bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan
refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson
Study yang dipandu oleh kepala sekolah Tan Huy Mynhien Dao.
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
190
Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru (Giao Thura
Cung Gia Dinh, Du LichDau Nam, dan Trang Tri Hoa Xuan) sangat senng
dengan orang Indonesia, karena kita sangat ramah dan kreatif mengenalkan
matematika dengan Budaya Indonesia. Di Sekolah Dasar Di Truong Quyen
Primay School Vietnam, yang telah mempraktikkan pembelajaran bu Dyah
woro, dan kami bertiga saling berbagi bu erna dan bu arina sebagai tim
Observer dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan
khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai
kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang
telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau
saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
(bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-
sarannya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh darihasil
pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang
berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta
untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh
karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan
pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau
keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses
pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran
individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada
saat diskusi dalam tahapan refleksi (See) tentunya menjadi modal bagi para
guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk
mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. Pada tataran
manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta
Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan
yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di
sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak
disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara
langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa
yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses
pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus
lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. Hasil
ada kelebihan dan kelemahan, Kelemahan, sentuhan seni budaya dalam
pembelajaran perlu ditingkatkan mengingat negara wajib militer. Kelebihan,
disiplin dan berorientasi ke depan. Salah satunya belajar di luar negeri yang
dilakukan pada tanggal 25 juli 2019.Hal tersebut diatas didukung dengan
pengamat Pendidikan dari Vietnam.
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
191
Dokumentasi: dengan pengamat Pendidikan di Vietnam, sekaligus membaca karyanya di ranah pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN Akhsanul An’am. 2009, Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Lesson
Study Berbasis Metakognisi, Jurnal Vol 12 No.1 Edisi Jan-Juni.
Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study Project. online: http ://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Budi, Putu A. 2007. Pgembangan Profesionalisme Guru dalam Bidang Pembelajaran Melalui Lesson Study, Jurnal Pendidikan & Pengajaran.
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States? Online: sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm
Depdiknas. “Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005- 2009”.
Tersedia pada: http://www. ktsp.diknas.co.id/ktsp sd/ppt3.
Joni, T. Raka. 2005.Resureksi Pendidikan Profesional Guru. Malang: LP3 UM-Cakrawala Indonesia.
J.M Tedjawati. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Lesson Study Kasus di Kabupaten Bantul. Jakarta. Jurnal Vol.17 no.4.
JICA. 2009. Panduan Untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah. Japan
Lewis. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Intructional. Philadelphia. PA: Research for Better Schools.
Learning Assistance Program for Islamic Schools. 2009. Materi Workshop Penguatan Kapasitas Dosen. Surabaya: Australian Government.
Lesson Study Research Group online: tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
192
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sarwoto. 1998. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Sukirman. 2006. “Peningkatan Profesional Guru melalui Lesson Study pada Diklat Lesson Study bagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Tengah”. Yogyakarta: FMIPANY.
Slamet Hw dkk, 2010, Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar Melalui Lesson Study. Jurnal WARTA, Vol .13, No.1, edisi Maret.
Sudrajat, A. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/les.
Recommended