PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP
KEAGAMAAN PADA ANAK DIDUSUN SAMBIREMBE,
SELOMARTANI KALASAN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh
RIDHA
NIM 12422026
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
يا أي ها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس
ها ملئكة غلظ شداد ل ي عصون الله ما أمرهم والحجارة علي
وي فعلون ما ي ؤمرون
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, Q.S. A-Tahrim/66: 6
واخفض جناحك للمؤمنين
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. ” (QS. Al Hijr: 88)
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر حيم
Asslamu‟alaikum. Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil „alamin, segala Puji syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis
panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun masih banyak kekurangan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan ushwah kita, Nabiyullah Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, beserta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadarai bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan, dan dorongan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima masih banyak kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Haryono. M. Sc, selaku Rektor Universitas Islam Indonesia
2. Bapak Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Junanah, MIS adalah Ketua Jurusan Pai, penulis ucapkan terimakasih atas
saran dan dukungan kepada seluruh Mahasiswa PAI UII.
4. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Drs. H. Ahmad Darmadji, M.Pd yang telah bersedia
dan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan,
saran, ilmu, do‟a, dan support yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Para Dosen FIAI UII Jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Sri, Alm Pak Idrus, Pak
Aden, Pak Junaidi, Pak Pasir, Pak Hajar, Ibu Junana, Pak Nanang, Pak Muzhofar, Pak
Imam Mudjiono, Pak Hujair, Ibu Esti yang telah membimbing, mendidik, dan
memberikan ilmunya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1 di FIAI UII, terimakasih untuk semuanya para pahlawan tanpa tanda
jasa dan terimakasih telah menjadi inspirasi bagi penulis.
vii
6. Bagian Akademik dan Tenaga kependidikan yang telah membantu proses perkuliahan
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang penulis S1 di FIAI UII.
7. Bapak (H.Salamuddin) yang selalu aku hormati dan Ibu (Hj.Yatun Nuryani) tersayang
yang telah membesarkan dengan ketulusan cinta dan motivasi terbesar untuk kuat
menjalankan hidup, yang mengajari ilmu kehidupan, serta mendidik ku dengan
ketulusan dan ketegaran. Kalian memang bukan dari golongan terpelajar, tapi kalian
adalah sosok yang lebih berpendidikan dalam mendidik akhlak dan keimanan kami,
anak-anak kalian.
8. Abangku tercinta Kamaludin dan Baihaqi serta adikku yang paling kecil Muhammad
Fathan yang selalu memberikan dukungan serta doa.
9. Bapak Dukuh, Bpk Rt Serta Bpk Rw yang sudah memberikan izin untuk penelitian di
Dusun Sambirembe Selomartani Kec Kalasan Kab Sleman Yogyakarta.
10. Teman – teman seperjuangan Sri Yanti, Tuti Alawiyah, Cici, Dyana, Ratri, Rahma,
Elsa, Ifeh, oza dan kiki terimakasih yang sudah menjadi teman baik selama menuntut
ilmu di UII.
11. Sahabat ku Sri Yanti dan Evi terimakasih selama ini sudah menjadi sahabat yang
selalu memberikan dukungan yang terbaik buat saya.
12. Terimakasih juga kepada Cici dan Eka dalam menyelesaian skripsi ini dengan mudah
dalam bantuan kalian dan selalu memberikan dukungan dan tempat syering dalam
penyelesaian tugas akhir ini .
13. Keluarga besar PAI 2012 seperjuangan.
14. Dan semua pihak yang telah memberikan sumbang kasih, yang berupa semangat,
saran, kritik dan Do‟anya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Urutan ucapan terimakasih ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk
memberikan urutan pioritas. Urutan tersebut hanya merupakan persoalan “budaya
viii
ix
ABSTRAK
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Keagamaan Pada Anak
Di Dusun Sambirembe Selomartani, Selomartani Kalasan Sleman
Ridha
12422026
Peran pola asuh orang tua sangat penting bagi anak untuk mendidik dan membimbing
sesuai syari,at islam karena orang tua lah yang mengajarkan nilai – nilai yang baik serta
selalu memberikan contoh yang baik terhadap anaknya agar anaknya tumbuh kembang
menjadi anak yang berbakti kepada orang tua serta memiliki sikap yang baik terhadap orang
lain dan dan membentuk karakter yang mulia. Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi
pembentukan jiwa keagamaan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan pola asuh
orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak. Ketika orang tua mengasuh anak dengan pola
asuh yang baik sesuai syariat islam seharusnya sikap keagamaan anak mereka juga sesuai
dengan apa yang diajarkan orang tua mereka. Tetapi dalam hal ini kenyataan penulis jauh
dari apa yang seharusnya terjadi. Melihat latar belakang tersebut penulis melakukan
penelitian lebih lanjut. Penulis menguji pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap
keagamaan pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak di Dusun Sambirembe,
Selomartani Kec Kalasan Kab Sleman Yogyakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Sedangkan
penelitian ini merupakan penelitian sampel karena keterbatasan responden yang jumlahnya
kurang dari 50 orang dengan anak – anak laki – laki dan perempuan usianya 6 – 12 tahun dan
orang tua. Pengumpulan datanya menggunakan angket. Analisis data yang digunakan adalah
uji normalitas dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.00 untuk menjawab
rumusan masalah yang diajukan peneliti. Adapun uji prasyarat analisis data menggunakan uji
normalitas dan reabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh pola asuh orang tua terhadap
sikap keagamaan pada anak di Dusun Sambirembe, Selomartani Kec Kalasan Kab sleman
Yogyakarta sebesar 4,1% dan 29,6% dari orang tua karena di pengaruhi adanya minimnya
pendidikan, ekonomi serta lingkungan yang ada di masyarakat sambirembe tersebut.
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................
Lembar Pernyataan ............................................................................................ i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Nota Dinas ......................................................................................................... iii
Motto ................................................................................................................. iv
Kata Pengantar ................................................................................................... v
Abstrak ............................................................................................................... vi
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
E. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 11
BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA ............................... 13
A. Telaah Pustaka ........................................................................................ 13
B. Kerangka Teori ...................................................................................... 16
1. Pengertian Pola Asuh orang tua .............................................................. 16
2. Macam Pola Asuh ................................................................................... 23
3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua ............................................................. 26
C. Sikap keagamaan ................................................................................... 28
1. Pengertian sikap keagamaan ................................................................... 28
2. Faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan ........................................ 32
D. Anak ........................................................................................................ 37
E. Hipotesis ................................................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 40
A. Definisi Operasional Variabel................................................................. 40
1. Desain Penelitian .............................................................................. 40
2. Variabel penelitian ............................................................................ 40
3. Definisi Operasional ......................................................................... 41
B. Subjek Penelitian .................................................................................... 42
1. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................... 42
2. Subjek Penelitian .............................................................................. 42
3. Teknik Pengambilan Sampling Penelitian ........................................ 43
4. Populasi dan sampel penelitian ........................................................ 43
C. Prosuder Pengumpulan Data ................................................................... 44
1. Metode Pengumpulanan data ............................................................ 44
2. Instrumen penelitian.......................................................................... 45
3. Uji Validitas ...................................................................................... 46
a. Pola asuh orang tua ................................................................................ 47
b. Sikap keagamaan ................................................................................... 47
D. Uji reabilitas ............................................................................................ 48
xi
E. Analisis Data ........................................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 51
A. Tentang Lokasi Penelitian .................................................................... 51
B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 53
1. Tahapan Pelaksanaan ....................................................................... 53
2. Seleksi Item ...................................................................................... 53
3. Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 60
4. Hasil Uji Linieritas ........................................................................... 62
5. Uji Hipotesis .................................................................................... 63
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 66
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ........................................... 68
A. Kesimpulan ............................................................................................ 68
B. Diskusi ................................................................................................... 68
C. Saran ...................................................................................................... 69
Daftar Pustaka ....................................................................................................
Lampiran ............................................................................................................
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Hidup didunia ini banyak sekali bergantung pada orang lain
apalagi bergantung kepada orang tua kita yaitu ayah dan ibu merekalah
yang selalu memberikan kita kasih sayang, penolong disaat sedih
maupun senang. Serta orang tualah yang membesarkan kita dari kecil
sampai besar tak pernah mengeluh dalam mengasuh anaknya yang ia
cintai didalam hidupnya dan orang tua memberikan contoh yang baik
kepada anaknya, seperti didalam keluarga dan keluarga terdiri dari
ayah, ibu, adik, kakak dan abang inilah yang yang memberikan contoh
yang baik yang mmbentuk didalam pendidikan keluarga. Selanjutnya
didalam lingkungan masyarakat, lingkungan inilah yang mempengaruhi
kita berinteraksi satu sama lain dengan adanya lingkungan yang baik
dan lingkungan yang tidak baik maksudnya disini yaitu jika lingkungan
yang baik terbentuk juga sifat yang baik dan akhlak yang mulia
sehingga lingkungan masyarakat sangat berpengaruh bagi kehidupan
kita. Selanjutnya lingkungan sekolah, ternyata lingkungan sekolah juga
mempengaruhi sikap teman dan gurunya, karena didalam sekolah
banyak sekali menjadi panutan atau contoh terhadap orang lain. Guru
disekolah sebagai pengganti orang tua yang mendidik muridnya serta
membimbing ketika salah dan memberikan nasihat kepada muridnya
dikala ia salah. Sehingga guru perlu mengawasi disaat sekolah dalam
2
melihat kondisi yang terjadi disaat sekolah dan guru sebagai tanggung
jawab saat disekolah. Tetapi yang sangat berpengaruh adalah teman
sebaya yaitu anak – anak yang tingkat kedewasaannya relativ sama.
Biasanya cenderung berkelompok dan membentuk kelompok teman
sebaya atau yang populer disebut geng. Teman sebaya di sebut juga
sahabat atau teman akrab yang memiliki kecocokan yang sama dan
teman sebaya bisa jadi bumerang buat kita karena teman sebaya bisa
membawa ke arah yang baik atau malah sebaliknya sehingga harus
lebih berhati hati dalam memilih teman sebaya atau teman dekat karena
teman sebaya sangat berpengaruh dalam tingkah laku, sifat bahkan
sikap kepada orang lain dan jika mendapatkan teman yang baik maka
tingkah laku baik, sifat baik bahkan sikap menjadi baik pada orang lain
bahkan orang tua sendiri dengan orang tua tidak melawan karena
memiliki teman yang baik. Tetapi jka mendapatkan teman yang tidak
baik suatu saat pasti mengikuti perbuatan yang tidak baik seperti suka
berbohong kepada orang tua atau orang lain, iri hati dan lainnya.
Sehingga memilih teman sebaya itu penting karena teman sebaya
berada didalam kehiduan kita.
Sikap keagamaan terbentuk dalam ibadah seseorang yang
memiliki keiman dan religius yang tinggi dan bertaqwa kepada allah.
Untuk itu orang tua hendaknya mengajarkan nilai – nilai keislaman
didalam diri anak sejak kecil dan membiasakan anak – anak seperti
3
mengaji, shalat dan mengajarkan puasa serta memiliki moral yang baik
kepada lingkungannya karena membentuk sikap yang baik.
Agama merupakan hal yang paling dekat dengan kita dan
kehidupan kita dalam berbagai bentuknya. Ritual, semangat,
organisasi, dan kelembagaan agama yang lain sangat mudah dapat kita
temukan. Termasuk kelembagaan agama adalah para pemuka dan
tentunya agama yang masih memegang peranan sangat penting dalam
kehidupan beragama itu sendiri. Manusia teelah memiliki fitrah untuk
beragama dan fitrah tersebut telah melekat dalam diri setiap individu
semenjak ia dalam kandungan. Itu sebabnya akan terlalu sulit atau
bahkan tidak mungkin bagi manusia untuk tidak beragama meski dalam
bentuk yang paling sederhana sekalipun.
Dalam beragama seseorang dapat saja memiliki orientasi, sikap,
dan perilaku yang berbeda-beda bahkan terhadap agama itu sendiri.
Sebaliknya, agama juga dapat mempengaruhi kehidupan seseorang baik
secara orientasi, sikap, maupun perilakunya. Dengan demikian, ada
hubungan yang tak terpisahkan bagai dua sisi sebuah mata uang antara
manusia dan agama.
غلظ شداد يا أيها الريه آمىىا قىا أوفسكم وأهليكم وازا وقىدها الىاس والحجازة عليها ملئكة
ما أمسهم ويفعلىن ما يؤمسون ل يعصىن الل
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
4
mendurhakai (perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, Q.S.
A-Tahrim/66: 6
Pendidikan merupakan basis utama dan strategis dalam
kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia memperoleh
pengetahuan dan dengan pengetahuan tersebut ia mendapatkan
pencerahan sehingga mampu mengelola dunia dengan baik sebagai
khalifah. Karena itulah dalam Islam pendidikan sangat ditekankan dan
diutamakan.
Pendidikan tidak hanya sekedar proses transfer pengetahuan,
tetapi lebih kepada penanaman nilai-nilai, norma-norma, dan budaya.
Dengan demikian, melalui pendidikan diharapkan keluhuran nilai-nilai
dan norma-norma dapat terjaga dan dilestarikan. Tetapi di sisi lain ada
juga perubahan yang diharapkan melalui pendidikan, yaitu perubahan
untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan hidup dalam arti yang
seluas-luasnya. Begitu penting dan urgennya pendidikan, maka tak
mengherankan jika dunia pendidikan mengemban tugas besar. Tidak
hanya itu, dapat dikatakan bahwa nasib suatu bangsa dapat dilihat dari
kualitas pendidikannya. Dan kerena itu Islam memiliki konsep
istimewa dalam pendidikan agar tercipta generasi-generasi yang
istimewa. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang
yang memiliki kepribadian yang baik, sikap mental yang sehat serta
akhlak yang baik pula. Orang tua merupakan pembentuk kprebadian
5
anak yang pertama kali, karena orang tua merupakan teladan bagi anak-
anaknya. Menurut Zakiyah Daradjat kepribadian orang tua, sikap dan
cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak
langsung akan masuk kedalam pribadi anak mereka yang sedang
tumbuh. Karena orang tua sudah mendidik anaknya dengan nilai – nilai
agama dan mengasuh sepenuh hati. Dan menanamkan sifat atau sikap
yang baik baik dalam kehidupan sehari – hari baik pendidikan,
lingkungan masyarakat, serta linkungan keluarga dan berinteraksi
dengan teman supaya nilai keagamaannya sudah melekat pada diri
anak. Dan mengajarkan sikap yang baik terhadap sesamanya. Keluarga
sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang
dewasa yang berlainan jenis, wanita dan pria serta anak-anak yang
mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan dikemudikan
oleh orang tua. Alam mempercaykan pertumbuhan serta perkembangan
anak peda mereka pada mereka.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-
anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat
dalam keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari
merekalah anak memperoleh pendidikan untuk yang pertama kalinya
dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua
menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian
hari.
6
Sebagaimana dikemukakan yang diungkapkan oleh ( Dra.
Kartini Kartono 1992, hlm 19), “keluarga merupakan lembaga pertama
dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai
mahluk social. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan
interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah
laku, watak, moral, dan pendidikan anak”.
Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu problem yang
amat menarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap saat
menghadapi anak-anaknya yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh
dan membesarkan anak berarti memelihara kehidupan dan
kesehatannya serta mendidiknya dengan ketulusan dan cinta kasih.
Secara umum tanggung jawab mengasuh anak adalah tugas kedua
orangtuanya.
Pengertian mengasuh anak adalah mendidik, membimbing dan
memeliharanya, mengurus makanan, minuman, pakaian, kebersihannya,
atau pada segala perkara yang seharusnya diperlukannya, sampai batas
bilamana si anak telah mampu melaksanakan keperluannya yang vital,
seperti makan, minum, mandi dan berpakaian.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tidak hanya bergantung
pada proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Keluarga dan
masyarakat juga sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus bekerjasama dengan baik
dalam mengupayakan tercapainya tujuan pendidikan. Keluarga
7
berperan dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak
dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Agama merupakan sosialisasi
pengalaman iman dalam kehidupan sehari – hari. Pengalaman “
bersentuhan “ dengan yang illahi ( allah ) di dalam melalui realitas atau
kenyataan. Allah yang tidak mungkin di tangkap sepenuhnya oleh
kenyataan dunia. Sesuai dengan sejarah pengalaman iman masing –
masing agama mempunyai keunikan masing – masing yang tampak
dalam simbol yang digunaka untuk berhubungan dengan illahi tersebut.
Adapun simbol yang sifatnya terbatas tidak ada simbol yang
sepenuhnya mengungkapkan kenyataan illahi yang mampu mengatasi
segalanya dan saling memperkaya dan saling menghargai dan
menumbuhkan sikap toleransi antara intern beragama dan antar
pemeluk agama. Sikap ini perlu di kembangkan mengingat dua hal :
pertama, agama merupakan kekuatan dalam sejarah dan kehidupan
manusia tidak dapat tertandingi oleh apapun. Minimalnya peran agama,
tampak jelas pada UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab X tentang
Kurikulum pasal 37 ayat (1) kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat 10 bidang mata pelajaran, dimana disana terlihat bahwa
pendidikan agama tidak menjadi landasan bagi bidang pelajaran
lainnya. Hal ini berdampak pada tidak terwujudnya tujuan pendidikan
nasional sendiri, yaitu mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
8
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan diri untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agama
sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar
dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup
manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun
berinteraksi dengan sesamanua.
Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah
menyesatkan penganutnya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri
anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk
menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga
dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh
rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelematkan
anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental. Dan
masyarakat adalah sebagian keluarga yang ada didalam lingkungan
sekitar yang membentuk persaudaraan satu sama lain dan
menumbuhkan rasa sosialisasi yang kuat pada diri orang lain tersebut.
Dan didalam lingkungan masyarakat ada suatu desa yang
dinamakan yaitu dusun sambirembe yang sudah mengajarkan sikap –
sikap keagamaan yang baik pada lingkungannya jadi masyarakat disini
sudah mengerti akan dosanya kepada allah swt tetapi masyarakat disini
tetap melakukannya kepada orang lain seperti iri hati, dan gosip
sehingga perlu adanya kesadaran dalam diri seorang untuk menjaga
sikap dan tingkah laku di dalam masyarakat. Dan disini ada
9
kejanggalan yang harus dibenahi pada diri anak bagaimana orang
tuanya mendidik serta membimbing sikap dan prilakunya yang baik
maka pendidikan didalam keluarga, sekolahan bahkan didalam
masyarakat sangat berpengaruh, yang memicu faktor seperti ini adalah
kurangnya pendidikan dan sikap keagamaan yang memicu pada
manusia.
Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat
manusia dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kepada sang khalik
dan dapat membedakan mana yang haq dan bathil sehingga mencapai
hidup yang bhagia baik didunia maupun diakhirat.
Pendidikan agama di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik
tentang agama sehingga mejadi manusia yang terus berkembang dalam
hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga
orang tua harus mengajarkan agama dari kecil tetapi ada juga yang
tidak mengajarkan nilai–nilai keagamaan sehingga anak itu tidak
memiliki rasa keagamaan yang kuat dan tidak mengerti tentang agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah:
10
Seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap
keagamaan pada anak.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui besarnya pola asuh orang tua dan sikap
keagamaan pada anak .
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah dengan
mudah. Dan memiliki rasa keimanan yang kuat dan bisa
menjadi panutan pada sekelilingnya sehingga orang tua juga
dapat menerapkan pola asuh yang baik bagi anaknya dengan
berbagai pertimbangan sebgaimana peran orang tua dan sebagai
orang tua memiliki tanggung jawab terhadap anaknya agar
anaknya bisa menjadi anak yang shaleh dan berguna bagi nusa
dan bangsa.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi calon
orang tua dalam mendidik anaknya dan memberikan contoh
yang baik karena mengajarkan anaknya dengan benar,
mengajarkan ilmu di dunia maupun di akhirat sehingga
seimbang dalam mengajarkan pendidikan yang baik dan
bermutu dan sebagai bekal untuk mempraktikkannya sisi positif
yang dapat diambil dari penelitian dikeluarga sendiri.
11
E. Sistematika Pembahasan
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh
mengenai pembahasan skripsi ini. Maka secara global penulis merinci
dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bab yang menjadi landasan dasar dan
gambaran secara global tentang langkah – langkah penulisan skripsi ini
: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan yang dimaksudkan sebagai
pengantar untuk memasuki bab-bab berikutnya.
Bab II : Kajian Pustaka
Pada bab ini penulis membahas tentang tentang teoritis
diantaranya penulis mengambil pembahasan yaitu : (1) pengertian pola
asuh tipe dan macam – macamnya, (2) pengertian pola asuh orang tua,
(3) pengertian sikap keagamaan, (4) pengertian anak.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini meliputi rancangan penelitian, populasi dan sampel,
instrumen penelitian, validitas dan reabilitas instrumen, teknik
pengumpulan data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan
sistematika pembahasan
12
Ban IV : Hasil Penelitian
Dalam bab ini membahas tentang laporan – laporan dari hasil
penelitian yang meliputi angket serta data yang valid.
Bab V : Penutup
Merupakan akhir dari penulisan ini yang berisi kesimpulan dan
saran – saran.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Telaah pustaka
Sehingga Telaah pustaka merupakan kajian terhadap penelitian
– penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian seorang
peneliti. Telaah pustaka dilakukan guna mengetahui apakah penelitian
tersebut pernah dilakukan atau belum. Di samping untuk mengetahui
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan
dilakukan. Peneliti menemukan beberapa penelitian yang pernah
dilakukan yang berkaitan dengan pengaruh pola asuh islami orang tua
terhadap perilaku keagamaan anak. Sehingga peneliti dapat menindak
lanjuti penelitian sebelumnya yang lebih diarahkan di masyarakat
secara langsung.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Desy mega sari ( 2010 ), dalam
skripsinya menulis tentang pengaruh pola asuh islami dalam
keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja di dukuh blorong,
sidorejo, kemalang, klaten, jawa tengah. Kesimpulan tersebut
didasarkan pada hasil analisis data yang menunjukkan signifikansi
sebesar 0,000 yang berarti probabilitas berada dibawah 0,05. Berarti
koefisien regresi adalah signifikan sehingga pola asuh orang tua
benar – benar berpengaruh terhadap perilaku keagamaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh yuliati (2011), dalam skripsinya
menulis pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku keagamaan
14
siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negri Pakem. Hasil
penelitian yang didapat, ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap
perilaku keagamaan siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negri
Pakem sebesar 9,3%. Sepanjang pengetahuan penulis, kajian –
kajian yang telah dilakukan melalui penelitian belum pernah
menyentuh hubungan pola asuh islami dengan prilaku keagamaan
remaja diluar sekolah sementara yang lain membahas remaja tetapi
dilingkup sekolah. Maka yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian lainnya adalah peneliti ini membahas tentang perilaku
keagamaan remaja. Sebagaimana Darajat ( 1982:21)
mengemukakan bahwa diantara suasana keluarga yang juga besar
pengaruhnya terhadap jiwa remaja adalah keyakinan beragamanya.
Dalam pembinaan agama, sebenarnya faktor orang tua sangat
menentukan, karena rasa agama, sebenarnya faktor orang tua sangat
menentukan, karena rasa agama akan masuk terjalin kedalam
pribadi anak bersamaan dengan semua unsur pribadi, dimana unsur
pribadi diperoleh melalui pengalaman sejak kecil.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Ainiyah (2007), dalam
skripsinya menulis pengaruh kecerdasan spiritual terhadap
pemahaman keagamaan mahasiswa fakultas ilmu agama islam
indonesia. Hasil penelitian didapat pengaruh kecerdasan spiritual
terhadap pemahaman keagamaan mahasiswa. Hasil penelitian
membuktikan bahwa kecerdasan spiritual dapat meningkatkan
15
pemahaman tentang keagamaan yang berdampak pada prilaku yang
berupa akhlak, yaitu akhlak terhadap orang lain dan akhlak dalam
penampilan diri.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni (2014), dalam sekripsinya
menulis pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan
kepribadian anak taman kanak – kanak. Jurusan pendidikan guru
taman kanak – kanak, fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri
semarang. Penelitian ini menggunakan penelitian kulaitatif dan
mendresipkan tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap
pembentukan kepribadian anak usia TK. Hasil dalam penelitian ini
masih banyak dapat mempengaruhi kepribadian anak. Namun pola
asuh orang tua tetap memegang yang dominan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh frayekti kusuma sari, fakultas ilmu
pendidikan universitas negeri semarang. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah dengan menggunakan jenis penelitian
korelasional. Jenis penelitian ini digunakan untuk pengaruh variabel
yang satu yaitu pola asuh orang tua dengan variabel lainnya. Yaitu
pada prestasi belajar anak pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan (ppkn) disekolah. Hasil penelitian ini terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara pola asuh orang yang
telah diterapkan oleh orang tua kepada anak yaitu terlihat dari hasil
yang didapat anak pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
16
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Menurut Singgih D. Gunarso ( 2000 : 55) “ pola asuh oramg
tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi
orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua
memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang
digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang
diterapkan”.
Sam Vaknin (2009) mengatakan bahwa “ parenting is
interaction between parent‟s and children during their care”.
Khon yang dkutip Tarsis Tarmudji menyatakan bahwa “ pola
asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak
– anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan
aturan–aturan, hadiah maupun hukuman , cara orang tua
menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian
serta tanggapan terhadap anaknya”.
Pengertian pola asuh orang tua mengandung pengertian :
a. Interaksi pengasuhan orang tua dengan anaknya.
b. Sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak – anaknya.
c. Pola perilaku orang tua untuk berhubungan dengan anak –
anaknya.
Pola asuh orang tua adalah suatu hubungan interaksi antara
orang tua yaitu ayah dan ibu dengan anaknya yang melibatkan
17
aspek sikap, nilai, sikap keagamaan dan kepercayaan orang tua
sebagai bentuk dari upaya pengasuhan pemeliharaan
menunjukkan kekuasannya terhadap anak dan salah satu tanggung
jawab orang tua dalam mengantarkan anaknya menuju
kedewasaan.Lebih jelasnya, kata Asuh adalah mencakup segala
aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perlindungan, dan
pengarahan orang tua terhadap anak dalam rangka perkembangan
anak. Sebagai sebuah interaksi maka akan dengan sendirinya
terjadi proses saling pengaruh mempengaruhi perilaku orang tua.
Menurut Drm. Ahmad Tafsir Seperti yang dikutip oleh Danny I.
Yatim –Irwanto pola asuh berarti pendidikan, sedangkan
pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara
orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi
anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai –
nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak m Pola
asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Pola berarti corak, model, sistem, cara
kerja, bentuk (struktur) yang tetap.
Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan
mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan
18
sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan)
satu badan atau lembaga. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, kamus bahasa ( Depdikbud, 1988 : 54 )
Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam atau
rumah tangga, dalam arti sempit, makna orang tua dalam keluarga
adalah ibu dan bapak, yaitu yang memiliki adil langsung atas
keberadaan dan kelahirang sang anak. Lebih luas lagi, orang tua
bisa berarti siapa saja yang dipercaya untuk berperan sebagai
pembimbing dan pendamping dalam masa pendidikan anak yang
lazim disebut wali murid. ( Poerwadarminta, 1985 : 688 )
Mengasuh anak adalah mendidik, membimbing dan
memeliharanya mengurus makanan, minuman, pakaian,
kebersihannya, atau pada segala perkara yang seharusnya
diperlukannya, sampai batas bila mana si anak telah mampu
melaksanakan keperluannya yang vital, seperti makan, minum, mandi
dan berpakaian. ( Hasyim, 1985 : 86 ).
Pola asuh orang tua adalah merupakan suatu cara terbaik yang
dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak – anaknya. (Nawawi,
1993 : 186) Dalam kaitannya dengan pendidikan berarti orang tua
mempunyai tanggung jawab yang disebut tanggung jawab primer.
Dengan maksud tanggung jawab yang harus dilaksanakan, kalau tidak
maka anak – anaknya akan mengalami kebodohan dan lemah dalam
menghadapi kehidupan pada zamannya. ( Mansur, 2009 : 350 ).
19
Allah berfirman :
وا الأماوات إلى أهلها وإذا حكمتم بيه يأمسكم أن تؤد إن الل
كان ا يعظكم به إن الل وعم الىاس أن تحكمىا بالعدل إن الل
سميعا بصيسا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”. [Q.S. (4) : (58)]
يا أي ها الذين آمنوا لا تونوا اللو والرسول وتونوا أماناتكم وأن تم نة وأن اللو عنده ٧٢ت علمون ) ا أموالكم وأولادكم فت ( واعلموا أن
قوا اللو يعل لكم ( يا أي ها الذين آمنوا إ ٧٢أجر عظيم ) ن ت ت ر عنكم سيئاتكم وي غفر لكم واللو ذو الفضل ف رقانا ويكف
٧٢العظيم )
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. ( Q.S Al – anfal : 27 )
20
Menurut ( Djuwarijah:2000) pengasuhan dapat dimaknai sebagai proses
interaksi orang tua-anak yang berkelanjutan yang menyangkut pemeliharaan,
perlindungan dan pengarahan orang tua terhadap anak dalam rangka
perkembangan anak. Sebagai sebuah interaksi maka akan dengan sendirinya
memperingati perilaku anak, dan demikian sebaliknya, perilaku yang di
tunjukkan anak akan pula mempengaruhi perilaku anak, dan demikian
sebaliknya, perilaku yang ditunjukkan anak akan pula mempengaruhi perilaku
orang tua.
Casmini (dalam Palupi, 2007:3) menyebutkan bahwa:
Pola asuh sendiri memiliki definisi bagaimana orang tua memperlakukan anak,
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam
mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan normanorma
yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya.Menurut Thoha (1996:109)
menyebutkan bahwa “Pola Asuh orang tua adalah merupakan suatu cara
terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai
perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.” Sedangkan menurut Kohn
(dalam Thoha, 1996:110) mengemukakan:Pola asuh merupakan sikap orang
tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai
segi, antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara
memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan
cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak.
Dengan demikian yang dimaksud dengan Pola Asuh Orang Tua adalah
21
bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh
orang tua adalah suatu proses interaksi antaraorang tua dan anak, yang meliputi
kegiatan seperti memelihara,mendidik, membimbing serta mendisplinkan
dalam mencapai proses kedewasaan baiksecara langsung maupun tidak
langsung.
Menurut Baumrind (dalam Dariyo, 2004:98) membagi pola asuh orang tua
menjadi 4 macam, yaitu:
1. Pola Asuh Otoriter (parent oriented)
Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak.
Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak
harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan
oleh orang tua.
2. Pola Asuh Permisif
Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan
keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang
tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.
3. Pola Asuh demokratis
Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil
bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi
kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap
harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan
secara moral.
22
4. Pola Asuh Situasional
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh
tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
MenurutBaumrind (dalam King, 2010:172) bahwa orangtua berinteraksi
dengan anaknya lewat salah satu dari empat cara:
1. Pola Asuh Authoritarian
Pola asuh authoritarian merupakan pola asuh yang membatasi dan
menghukum. Orang
tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghargai kerja keras
serta usaha.
Orang tua authoritarian secara jelas membatasi dan mengendalikan anak
dengan
sedikit pertukaran verbal.
2. Pola asuh Authoritative
Pola asuh authoritative mendorong anak untuk mandiri namun tetap
meletakkan batas-batas dan kendali atas tindakan mereka. Pertukaran verbal
masih diizinkan dan orang tua menunjukkan kehangatan serta mengasuh anak
mereka.
3. Pola Asuh Neglectful
Pola asuh neglectful merupakan gaya pola asuh di mana mereka tidak terlibat
dalam kehidupan anak mereka. Anak-anak dengan orang tua neglectful
23
mungkin merasa bahwa ada hal lain dalam kehidupan orangtua dibandingkan
dengan diri mereka.
4. Pola Asuh Indulgent
Pola asuh indulgent merupakan gaya pola asuh di mana orang tua terlibat
dengan anak mereka namun hanya memberikan hanya sedikit batasan pada
mereka. Orang tua yang demikian membiarkan anak - anak mereka melakukan
apa yang diinginkan.
2. Macam – macam Pola Asuh
Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu.
Menurut Dr. Baumrind, terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu
demokratis, otoriter dan permisif.
a. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.
Orang tua dengan pola asuh seperti ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakkannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang
tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang
tua tipe ini juga memberikan kebebasan pada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakkan dan pendekatannya kepada anak
bersifat hangat. Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Anak
diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang
dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan
24
dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Orang tua dan anak
tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan
dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya.
Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu
yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-
tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatif, anak akan
cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala
sesuatu harus dipertimbangkan anak dan orang tua.
b) Pola asuh otoriter
Dalam kamus Bahasa Indesia, otoriter berarti berkuasa
sendiri dan sewenang-wenang. Menurut Singgih D Gunarsa dan
Ny.Y. singgih D.Gunarsa, pola asuh otoriter adalah suatu bentuk
pola yang menuntut anak agarpatuh dan tunduk terhadap semua
perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada
kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya
sendiri. Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-
ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah,
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang
dikatakan oleh orang tua, maka orang tua itu tidak segan-segan
untuk menghukum anak. Orang tua seperti ini juga tidak
mengenal kompromi dan dalam komunikasi bersifat satu arah.
Orang tua seperti ini tidak memerlukan umpan balik dari
25
anaknya untuk mengerti dan memahami anaknya. Ciri-cri dari
pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus ditaati
oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah
terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Anak seolah
adalah "robot" yang dikendalikan orang tua, sehingga menjadi
kurang inisiatif, merasa takut tidak percaya diri, pencemas,
rendah diri, minder dalam pergaulan, tetapi disisi lain anak bisa
memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan,
misalnya dengan menggunakan narkoba. Selain itu, anak yang
diasuh dengan pola asuh ini cenderung akan menjadi disiplin
yakni mentaati peraturan, walaupun terkadang hanya untuk
menyenangkan orang tua atau suatu bentuk kedisiplinan dan
kepatuhan yang semu. Di belakang orang tua, bisa jadi anak
akan menunjukkan perilaku yang berbeda.
c) Pola Asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan apabila anak
sedang dalam masalah atau bahaya. Dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua
tipe ini biasanya hangat, sehingga seringkali disukai oleh
anak. Pola asuhan permisif ini ditandai dengan adanya
26
kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai
dengan keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah
memberi aturan dan pengarahan kepada anak tanpa
pertimbangan orang tua. Anak tidak mengerti apakah
perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah
membenarkan atau menyalahkan anak, akibatnya anak akan
berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli
apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak.
Sifat pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan
keluarga di tangan anak. Orang tua menuruti segala kemauan
anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa
pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang
diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan
aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu
menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab ,
maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif,
inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
3. Pengaruh Pola Asuh Orang tua
Menurut Hurlock (dikutip dalam Clarissa & Darmalim,
2014), pola asuh orang tua merupakan sebuah interaksi mengenai
aturan, nilai, dan norma-norma di masyarakat dalam mendidik,
merawat, dan membesarkan anak-anaknya. Sementara itu,
Maccoby mengungkapkan bahwa pola asuh merupakan interaksi
27
antara orang tua dan anak-anaknya yang meliputi pengekspresian
perilaku, sikap, minat, bakat, dan harapan-harapan orang tua
dalam mengasuh, membesarkan, dan memenuhi kebutuhan anak-
anaknya (Yanti, dalam Jannah, 2012).
Pola asuh berarti interaksi orang tua dengan anak. Dalam interaksi
tersebut terdapat penanaman nilai, norma, dan aturan yang
berlaku di masyarakat, serta pengembangan minat dan bakat yang
dimiliki anak. Pola asuh juga berarti kegiatan orang tua untuk
mendidik, merawat, membesarkan, dan memenuhi kebutuhan
anak-anaknya.
Untuk membentuk kepribadian anak yang baik, orang tua harus
mengasuh anaknya dengan cara yang tepat. Pola asuh otoriter menuntut
anaknya untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan
orang tua. Akibatnya, anak akan menjadi takut, kurang inisiatif, dan
kurang percaya diri dalam melakukan segala sesuatu. Anak akan
menjadi bertanggung jawab, percaya diri, dan menghargai orang lain
jika diasuh dengan cara otoritatif. Akan tetapi, jika anak tidak dikontrol
sama sekali atau kontrol terhadap anak sangat minim, sikap anak akan
menjadi manja dan kurang menghargai orang lain. Lain halnya dengan
anak yang tidak diberikan pengasuhan yang cukup. Jika anak
kekurangan pengasuhan dan pemenuhan kebutuhan, anak akan
memiliki self esteem yang rendah.
28
C. Sikap Keagamaan
a. Pengertian sikap keagamaan
Menurut jalaludin Rakhmat Ada 4 teori mengenai hubungan antara
sikap dan tingkah laku:
1). Reason action model theory
Menurut teori ini, tingkah laku individu dapat diramalkan dari tujuan
tingkah laku yang terbentuk dari: attidute towards the behavior (sejauh
mana individu menilai positif atau negatif dari konsekuensi tingkah laku
tertentu) dan norma subyektif sejauh mana ia percaya bahwa significant
others menyetujui atau menolak tingkah laku tersebut. Contoh: saya akan
melakukan tingkah laku tertentu kalau tingkah laku tersebut berdampak
positif pada saya dan orang lain menyukai/menyetujui tingkah laku saya
tersebut.
2). Planned behavior theory
Hampir sama dengan Reason action model theory hanya saja
menambahkan 1 elemen lain yaitu: persepsi akan kemampuan untuk
melakukan hal tersebut. Intense akan menentukan tingkah laku ditampilkan
atau tidak.
3). Attitude to behavior process model
Beberapa kejadian dapat mengaktifkan pengetahuan tentang norma social
dan sikap sehingga keduanya akan membentuk definisi kita tentang situasi
(persepsi) yang akan menentukan tingkah laku yang ditampilkan. Contoh:
ketika melihat kecelakaan lalu lintas di jalan, norma social Susi mengenai
29
tolong-menolong (yang diajarkan sejak kecil) mendorong Susi untuk
menolong korban kecelakaan itu.
4). Balance Theory dan Cognitive Dissonance Theory
Menurut teori ini tingkah laku dapat mempengaruhi sikap dan sebaliknya
sikap dapat mempengaruhi tingkah laku. Perubahan dapat terjadi bila tidak
ada konsistensi antara sikap dan tingkah laku. Dalam teori ini, kita sering
menyadari ada hal-hal yang tidak sejalan dengan diri kita yang membuat
diri kita tidak nyaman (dissonance) untuk itu kita berusaha membuatnya
balance lagi melalui dua pilihan: mengubah sikap atau mengubah perilaku.
Bila ada situasi yang menekan atau menuntut keseragaman, tingkah laku
akan merubah sikap dan bila ada situasi yang tidak menekan, sikap akan
merubah tingkah laku.
“Pendapat atau pendirian” adalah pengertian sikap dalam eter Salim
& Yenny Salim (1991: 1422). Sementara dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah “perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada
pendirian, keyakinan”. Menurut Mar‟at (dalam Jalaluddin, 2010: 259) secara
umum “sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif terhadap
obyek-obyek tertentu berdasarkan penalaran, pemahaman, dan penghayatan
individu”. Masih dalam buku yang sama, menurut Jalaluddin, Mar‟at
merangkum 11 rumusan tentang sikap dari 13 pengertian yang telah
dikemukakan oleh Allport. 11 rumusan tersebut ialah sebagai berikut:
a) Sikap adalah hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi
yang kontinyu dengan lingkungan
30
b) Sikap selalu dikaitkan dengan obyek ataupun ide
c) Sikap merupakan pembelajaran dalam interaksi sosial
d) Sikap sebagai kesiapan untuk merespon lingkungan dengan cara-cara teretntu
e) Sikap adalah perasaaan yang afektif yang merupakan bagian paling dominan.
Biasanya tampak pada penentuan pilihan antara baik, buruk, atau ragu-ragu
f) Sikap memiliki tingkat intensitas tertentu terhadap suatu obyek
g) Kesesuaian sikap memiliki relatifitas terhadap ruang dan waktu
h) Sikap bersifat relatif konsisten terhadap suatu rentang faktor dalam kehidupan
individu
i) Sikap adalah kompleksitas dari konteks persepsi atau kognisi individu
j) Sikap adalah penilaian terhadap sesuatu yang mungkin memiliki konsekuensi
tertentu terhadap individu
k) Sikap adalah penafsiran dari tingkah laku yang menjadi indikator sempurna
maupun yang tidak memadai
Dalam bukunya juga, Jalaluddin menyimpulkan pengertian tentang
sikap yang dikemukakan oleh Mar‟at dengan kalimat sebagai berikut, “dengan
demikian, sikap yang ditampilkan seseorang merupakan hasil dari proses
berpikir, merasa, dan pemilihan motif-motif tertentu sebagai reaksi terhadap
obyek”. Mar‟at juga menulis (dalam Jalaluddin, 2010: 261) sebagai berikut:
Dengan demikian, menurut pandangan psikologi, sikap mengandung unsur
penilaian dan reaksi afektif sehingga menghasilkan motif. Motif menentukan
tingkah laku nyata (overt behavior), sedangkan, reaksi afektif bersifat tertutup
(cover).
31
Jalaluddin juga menulis bahwa faktor penentu mata rantai hubungan antara
sikap dan perilaku adalah motif yang mendasari sikap.
Menurut H. M. Arifin (1996: 10), “pendidikan Islam adalah sistem
pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya”. Atau dengan kata lain,
pendidikan Islam adalah “suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah” (1996: 11). Sementara
itu menurut Naqib Alatas (dalam Jusuf amir Feisal, 1995: 94) menyebutkan
bahwa “mendidik adalah membentuk manusia untuk menempati tempatnya
yang tepat dalam susunan masyarakat serta berperilaku proporsional sesuai
dengan susunan ilmu dan teknologi yang dikuasainya”.
Hery Noer Aly menuliskan pengertian tujuan pendidikan dalam
bukunya, yaitu bahwa “tujuan pendidikan adalah orientasi yang dipilih
pendidikan dalam membimbing peserta didiknya” (1999: 54). Menurutnya, jika
seseorang telah memilih suatu nilai dan norma dalam mendidik maka
sesungguhnya ia telah mengutamakan nilai dan norma tersebut atas nilai dan
norma yang lain. Dengan kata lain bahwa tujuan pendidikan adalah kristalisasi
nilai-nilai. Pendidikan dalam Islam diarahkan untuk “adanya realisasi sikap
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat,
maupun sebagai umat manusia keseluruhannya untuk mencapai keutamaan dan
kesempurnaan hidup” (H. M. Arifin, 1996: 41). Arah pendidikan tersebut dapat
direalisasikan dengan cara “mengintegrasikan iman dan takwa dengan ilmu
32
pengetahuan dalam pribadi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat” (H. M. Arifin, 1996: 16).
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan
Dalam penjelasan sebelumnya, bahwa sikap keagamaan merupakan integrasi
secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak
keagamaan seseorang. Walaupun sikap terbentuk karena pengaruh lingkungan,
namun faktor individu itu sendiri ikut pula menentukan. Menurut Siti Partini,
pembentukan sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh duafaktor yaitu:
1). Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan menganalisis
pengarahyang datang dari luar termasuk minat dan perhatian.
2). Faktor eksternal, berupa faktor diluar induvidu yaitu pengaruh
lingkunganyang diterima. Menurut Desy (2010) adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap keagamaan yaitu:
(1). Faktor internal HereditasSebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw
bersabda; yang artinya : “Tiap-tiap anak dilahirkan diatas Fitrah, maka ibu
bapaknya-lah yangmendidiknya menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani
danmajusi”.Pada dasarnya manusia lahir dalam keadaan fitrah
(potensiberagama), hanya faktor lingkungan (orang tua) yang
mempengaruhiperkembangan fitrah beragama anak. Dari sini, jiwa keagamaan
anakberkaitan erat dengan hereditas (keturunan) yang bersumber dari orangtua,
termasuk keturunan beragama. Faktor keturunan beragama inididasarkan atas
pendapat ulama mesir Ali Fikri, dia berpendapat bahwakecenderungan nafsu
itu berpindah dari orang tua secara turun-temurun.Oleh karena itu anak adalah
33
merupakan rahasia dari orang tuanya.Manusia sejak awal perkembangannya
berada di dalam garis keturunandari keagamaan orang tua. Tingkat usiaSikap
keagamaan anak akan mengalami perkembangan sejalandengan tingkat usia
anak. Perkembangan tersebut dipengaruhi olehberbagai aspek kejiwaan
termasuk kemampuan berpikir anak. Anakyang menginjak usia berpikir kritis
lebih kritis pula dalam memahami ajaran agamanya, baikyang diterima
disekolah maupun diluar sekolah.Meskipun tingkat usia bukan satu-satunya
faktor penentu dalamperkembangan jiwa keagamaan anak. Yang jelas
kenyataan ini dapatdilihat dari pemahaman anak pada pelajaran pendidikan
agama islamberdasarkan tingkat usia anak.
(2). Faktor Eksternal Manusia memiliki potensi dasar yang dapat
dikembangkan sebagai makhluk yang beragama. Potensi yang dimiliki manusia
secara umumdisebut fitrah beragama atau hereditas. Sebagai potensi, maka
perlu adanya pengaruh dari luar diri manusia, pengaruh tersebut berupa
pemberianpendidikan (bimbingan, pengajaran, dan latihan). Faktor ekstern
yangberpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan adalah
lingkungandimana individu itu hidup, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
a) Lingkungan KeluargaKeluarga merupakan lingkungan pertama dan utama
bagi anak,oleh karena itu peranan keluarga dalam menanamkan
kesadaranberagama anak sangatlah dominan. Pengaruh orang tua
terhadapperkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan islam sudah
lama disadari.
Salah seorang ahli psikologi, Hurlock berpendapat bahwakeluarga merupakan
34
“Training Center” bagi penanaman nilai (termasuknilai-nilai agama). Pendapat
ini menunjukkan bahwa keluargamempunyai peran sebagai pusat pendidikan
bagi anak untukmemperoleh pemahaman tentang nilai- nilai (tata karma, sopan
santun,atau ajaran agama) dan kemampuan untuk mengamalkan
ataumenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara personalmaupun
social kemasyarakatan.
b) Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
yangmempunyai program yang sistemik dalam melaksanakan
bimbingan,pengajaran, dan latihan kepada siswa agar mereka berkembang
sesuaidengan potensi secara optimal, baik menyangkut aspek fisik,
psikis,(intelektual dan emosional), social, maupun moral-spiritual. Menurut
Singgih D.Gunarsa, Sekolah mempunyai pengaruh dalam membantu
perkembangan kepribadian anak. Pengaruh itu dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Kurikulum yang berisikan materi pengajaran.
2) Adanya hubungan guru dan murid.
3) Hubungan antar anak (pergaulan) sekolah.Dilihat dari kaitannya dengan jiwa
keagamaan, tampaknyaketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab sikap
keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian
yangluhur.
c) Lingkungan MasyarakatSetelah menginjak usia sekolah, sebagian besar
waktu siswadihabiskan disekolah dan masyarakat. Dalam masyarakat,
anakmelakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau
anggotamasyarakat lainnya. Maka dari itu perkembangan jiwa keagamaan
35
anaksangat bergantung pada kualitas perilaku atau akhlak warga masyarakatitu
sendiri. Dalam upaya menanamkan sikap keagamaan pada anak,maka ke tiga
lingkungan tersebut secara sinerji harus bekerja sama, danbahu membahu
untuk menciptakan iklim, suasana lingkungan yangkondusif. Dengan demikian
walaupun sikap keagamaan merupakanbawaan tetapi dalam pembentukan dan
perubahannya ditentukan olehfaktor eksternal. Adapun sifat keagamaan pada
anak usia sekolah dasaryang diperolehnya dari faktor internal dan eksternal
menurut Jalaludindan Ramayulis sebagai berikut:
a) Unreflective ( kurang mendalam atau tanpa kritik)Kebenaran yang mereka
terima tidak begitu mendalam sehinggacukup sekedarnya saja dan mereka
sudah merasa puas denganketerangan yang terkadang-kadang kurang masuk
akal. Meskipun demikian ada beberapa anak yang memiliki ketajaman pikiran
untukmenimbang pemikiran yang mereka terima dari orang lain.
b) EgosentrisAnak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak pada
tahunpertama dalam pertumbuhannya dan akan berkembang sejalan
denganpertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran itu mulai subur
padadiri anak, maka akan tumbuh keraguan pada rasa egonya.
Semakinbertumbuh semakin meningkat pula egoismenya. Sehubungan
denganitu maka dalam masalah keagamaan anak telah
menonjolkankepentingan dirinya dan menuntut konsep keagamaan yang
merekapandang dari kesenangan pribadinya.
c) AnthromorphisPada umumnya konsep anak mengenai ke-Tuhanan berasal
darihasil pengalamannya dikala ia berhubungan dengan orang lain.
36
tapirealitanya bahwa konsep ke-Tuhanan mereka tampak jelas
memegangaspek-aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk
dalampikiran mereka menganggap bahwa peri keadaan Tuhan itu samadengan
manusia. konsep ke-Tuhanan yang demikian itu mereka bentuksendiri
berdasarkan fantasi masing-masing.
d) Verbalis dan ritualisDari realita yang kita alami ternyata kehidupan agama
padaanak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula dari sebab verbal (ucapan).
Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaandan selain itu pula
dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkanpengalaman mereka menurut
tuntutan yang diajarkan kepada mereka.
e) Imitative dalam kehidupan sehari- hari dapat kita saksikan bahwatindakan
keagamaan yang dilakukan anak-anak pada dasarnya mereka peroleh dari
meniru. Berdo'a dan sholat misalnya mereka laksanakankarena hasil melihat
perbuatan lingkungannya, baik berupa pembiasaanataupun pengajaran yang
intensif. Walaupun anak mendapat ajaranagama tidak semata-mata berdasarkan
yang mereka peroleh sejak kecilnamun pendidikan keagamaan sangat
mempengaruhi terwujudnyatingkah laku keagamaan melalui sifat meniru itu.
f) Rasa heran Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat
keagamaanyang terakhir pada anak. Rasa kagum pada anak belum bersifat
kritisdan kreatif. Mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriah saja.Rasa
kagum mereka dapat disalurkan melalui cerita-cerita yangmenimbulkan rasa
takjub.
37
D. Anak
1. Pengertian Anak
Menurut Umar Hasyim, Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang
dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki
dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita
meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang
memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan
pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.
Menurut Hasan, prof. Dr. Fuad anak adalah anak adalah aset bagi orang tua dan
ditangan orang tualah anak – anak tumbuh dan menemukan jalannya. Saat
sikecil tumbuh dan menemukan jalannya. Saat sikecil tumbuh dan berkembang
ia begitu lincah dan memikat. Ayah ibunya begitu mencintai dan bangga
kepadanya. Akan tetapi mungkin banyak orang tua belum menyadari bahwa
dalam diri sikecil terjadi perkembangan potensi yang kelak akan berharga
sebagai sumber daya manusia.
Menurut Suryana menurut beliau seorang anak merupakan sebuah rahmat serta
anugrah yang diberikan allah sebagai penguji keimanan, sebuah media beramal
yang menjadi bekal diakhirat, tempat bergantung usia senja, dan makhluk yang
wajib dididik.
38
Menurut Family Discovery anda merupakan peran utama dalam menjalankan
proses perjalanan yang sukses dalam kehidupan.
Perkembangan Anak Menurut Jean Piaget dan Vigotsky The National for the
Educational of Young Children (NAEYC) mendefinisikan pendidikan anak
usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8 tahun untuk
kegiatan setengah hari maupun penuh baik di rumah ataupun institusi luar.
Asosiasi para pendidik yang berpusat diAmerika tersebut mendefinisikan
rentang usia berdasarkan perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi
perkembangan anak yang mengindikasikan bahwa terdapat pola umum yang
dapat diprediksi menyangkut perkembangan yang terjadi selama 8 tahun
pertama kehidupan anak. NAEYC juga berperan sebagai lembaga yang
memberikan panduan dalam menjaga mutu program pendidikan anak usia dini
yang berkualitas yaitu program yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
keunikan individu.
E. Hipotesis
1. Hipotesis Alternatif (Ha): ada pengaruh pola asuh orang tua
terhadap sikap keagamaan pada anak di dusun sambirembe.
2. Hipotesis Nihil (Ho): Tidak ada pengaruh pola asuh orang tua
terhadap sikap keagamaan di dusun sambirembe.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel
1. Disain penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif,
dan obyek penelitian dirancang secara eksplisit, teramati, dan
terukur, dengan pola fikir mengkorelasikan sejumlah variabel yang
dicari hubungannya. Data disajikan berhubungan dengan angka dan
analisis yang digunakan adalah analisis statistik. Serta
dideskripsikan secara dedukasi yang berangkat dari teori – teori
umum, lalu dengan observasi untuk menguji validitas keberlakuan
teori tersebut ditariklah kesimpulan. Kemudian dijabarkan secara
deskrptif, karena hasilnya akan kami arahkan untuk
mendiskripsikan data yang diperoleh dan untuk menjawab masalah.
Penelitian ini tidak menggunakan teknik sampling
dikarenakan jumlah anak dilokasi penelitian yang terbatas, sehingga
penelitian memutuskan untuk meneliti populasi orang tua yang
memiliki anak yang berumur 6-12 tahun yang ada didaerah tersebut.
2. Variabel Penelitian
Idrus (2009:77) menyatakan bahwa variabel dapat
diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Secara
sederhana, istilah variabel dimaknai sebagai sebuah konsep atau
objek yang sedang diteliti, yang memiliki variasi (vary-able)
40
ukuran, kualitas yang ditetapkan oleh peneliti berdasarkan pada ciri
– ciri yang dimiliki konsep ( variabel ) itu sendiri.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah pengaruh
pola asuh orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak. Serta
memiliki dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. (X)
variabel terikat atau dependen variabel (Y). Idrus (2009:79)
menyatakan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang
menjadi sebab berubahnya atau timbul variabel lain. Adapun
variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh pola asuh orang
tua terhadap sikap keagamaan pada anak. Jika digambarkan maka :
Variabel X Variabel Y
Pengaruh pola asuh
orang tua
Sikap keagamaan
pada anak
Gambar 1. Paradigma penelitian
3. Definisi operasional
Pola asuh orang tua merupakan didikan serta bimbingan dari orang
tua yang mengasuh anaknya sepenuhnya karena cinta serta kasih
sayang yang disalurkan untuk anaknya. Dan mengajarkan nilai –
nilai serta sikap keagamaan pada anaknya dan menanamkan ilmu
pengetahuan tentang keagamaan yang melekat pada diri anak dalam
mengahadapi berbagai macam kehidupan sosial dengan banyak
41
orang. Dan orang tua sebagai panutan yang memberikan contoh
yang baik pada anak – anaknya dan orang tua sebagai bekal untuk
anak agar nantinya mereka dapat menajalani kehidupan diluar
dengan berpengang teguh pada agama.
Namun pada dasarnya pola asuh orang tua juga menerapkan
kemandirian, sikap yang baik yang ada pada diri anak. Dan anak
memiliki tingkat intelektual yang kuat dan sebaiknya anak di didik
sejak kecil karena potensi dan bakat ini dimulai dari usia dini.
4. Subjek penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah di dusun
sambirembe, selomartani kec kalasan kab sleman yogyakarta dan
waktunya dalam penelitian selama 2 bln dari tanggal 5 maret
sampai 5 april 2016.
2. Subjek penelitian
Idrus (2009:91) menyatakan bahwa subyek dalam konsep penelitian
merujuk pada responden, informan yang hendak diminati informasi
atau digali datanya. Subyek penelitian adalah individu, benda,
organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam
pengumpulan data penelitian. Istilah yang digunakan untuk
menyebut subyek penelitian adalah responden, yaitu orang yang
memberi respons suatu perlakuan yang diberikan kepadanya jadi
subyek penelitian adalah anak – anak dan orang tua, anak laki – laki
42
dan anak perempuan dari usia 6 – 12 tahun di dusun sambirembe
dan beserta orang tuanya juga, selomartani kec kalasan kab sleman
yogyakarta.
3. Teknik Pengambilan Sampling Penelitian
Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Menurut Idrus (2009:96) teknik ini digunakan oleh
peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam
pengambilan sampelnya.
4. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Nurul Zuriah (2007:116), populasi adalah seluruh data
yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu
yang ditentukan. Cara populasi dilakukan apabila pengambilan subjek
penelitian meliputi keseluruhan populasi yang ada. (Idrus, 2009: 93).
Subjek penelitian ini diambil dari seluruh masyarakat yang ada di
Dusun Sambirembe, akan tetapi tidak seluruh populasi yang ada
menjadi subjek peneliti.
Sampel penelitian adalah pengambilan subjek penelitian dengan cara
menggunakan sebagian dari populasi yang ada. Biasanya karena berbagai
keterbatasan peneliti, maka cenderung untuk menggunakan sampel
sebagai subjek yang ingin dimintai datanya (Idrus,2009: 93). Dan
sebagian dari masyarakat yang ada di Dusun Sambirembe. Subjeknya
terdiri dari orang tua dan anak – anak laki – laki dan perempuan yang
berusia 6 – 12 tahun.
43
B. Prosedur Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang
lain dengan permintaan. Kuesioner merupakan suatu bentuk
instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif
mudah digunakan. Untuk menyusun kuesioner yang baik, peneliti
perlu melakukan semacam prasurvai terlebih dahulu kelapangan
guna memperoleh gambaran umum mengenai data apa saja yang
mungkin diperlukan dan dikumpulkan dalam penelitian dan perlu
dimasukkan dalam pertanyaan kuesioner (saifuddin
Azwar:2007:101).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan regresi linier sederhana kuesioner dalam bentuk
angket tertutup. Idrus (2009:100) memaparkan angket tertutup
yaitu, angket yang disajikan dengan serangkaian alternatif,
sedangkan responden cukup memberi tanda silang, melingkar,
ataupun mencentang ( sesuai permintaan ) pada jawaban yang
dianggapnya sesuai dengan dirinya. Angket dalam peneliti ini
digunakan untuk mengungkap data yang diteliti pengaruh pola asuh
orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak. Untuk memperoleh
data tersebut dilakukan dengan menyebarkan angket secara
langsung.
44
2. Instrumen Penelitian
Arikunto (1993:134) menyatakan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan di
permudah olehnya. Alat bantu merupakan syarat yang digunakan
merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda. Misalnya
angket. Angket ini berisi butir – butir pertanyaan untuk diberi
tanggapan oleh subyek penelitian. Adapun kisi – kisi instrumen pola
asuh orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak terdapat pada
lampiran pertama ( Instrumen Penelitian ).
Dalam penelitian ini instrumen pengumpulan data
menggunakan angket tertutup. Idrus ( 2009:100 ) memaparkan
angket tertutup yaitu, angket yang disajikan dengan serangkaian
alternatif, sedangkan responden cukup memberi tanda silang,
melingkar ataupun mencentang ( sesuai permintaan ) pada jawaban
yang dianggapnya sesuai dengan dirinya. Dengan menggunakan lima
alternatif jawaban dari kondisi yang sangat favourabel (sangat
mendukung) hingga unfavourable (sangat tidak mendukung). Teknik
ini menggunakan metode Liket yaitu :
45
model 1=sangat setuju, 2=setuju, 3=ragu-ragu, 4=tidak setuju, dan 5
sangat tidak setuju. Adapun penelitian sebagai berikut, untuk
pernyataan positif :
1=Sangat setuju mempunyai nilai 5
2=Setuju mempunyai nilai 4
3=Ragu-ragu mempunyai nilai 3
4=tidak setuju mempunyai nilai 2
5=sangat tidak setuju mempunyai nilai 1
Begitu pula sebaliknya untuk pertanyaan negativ :
1= Sangat Setuju mempunyai nilai 1
2= Setuju mempunyai nilai 2
3= Ragu-ragu mempunyai nilai 3
4= Tidak Setuju mempunyai nilai 4
5= Sangat Tidak Setuju mempunyai nilai 5
3. Uji Validitas
Arikunto (1993:219) validitas adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu
mengukur apa yang akan diukur.
Idrus (2007:151) memaparkan bahwa istilah valid
memberikan pengertian alat ukur yang digunakan mampu
memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang diinginkan.
46
Dalam konsep valid ini secara sederhana mencakup pengertian
bahwa skala atau instrumen yang digunakan dapat mengukur atau
mengungkap apa yang seharusnya diukur dan diungkap.
Hadi (1989:109) menyatakan bahwa suatu instrumen
dinyatakan valid jika memiliki nilai koefisien korelasi >0,3 dan
tingkat kehandalan ( koefisien Alpha Cronbach ) sebesar 0,7.
a. Pola asuh orang tua
Menurut Dr. Ahmad Tafsir seperti yang dikutip oleh Danny I.
Yatim-Irwanto Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan
pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama (Danny, 1991:94).
Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi
antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud
menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku,
pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh
orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang
secara sehat dan optimal.
b. Sikap keagamaan
Sikap keagamaan Menurut Mar‟at (dalam Jalaluddin, 2010: 259)
secara umum “sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-
reaksi afektif terhadap obyek-obyek tertentu berdasarkan
penalaran, pemahaman, dan penghayatan individu”.
47
Sikap adalah hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman
dan interaksi yang kontinyu dengan lingkungan.
4. Uji Reabilitas
Menurut Suharimi Arikunto ( 1986 :75 ) menyatakan bahwa
reabilitas berhubungan dengan keprcayaan suatu terdapat dapat
dinyatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Maka pengertian
reabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes.
Reabilitas adalah tingkat keajegan instrumen saat digunakan
kapan saja, oleh siapa saja, maka akan menghasilkan data yang
sama atau hampir sama dengan sebelumnya. Hasil percobaan dilihat
apakah memperlihatkan adanya ketepatan atau keseragaman. Kalau
hasil percobaan itu memperlihatkan ketepatan, maka instrumen
tersebut dinyatakan reliabel.
a. Pola asuh anak
Tabel 3.1 uji reabilitas x
Reabilitas statistik
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,822 24
48
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai cronbach‟s alpha sebesar
,822 atau dengan kata lain > 0,6 itu berarti pada variabel pola asuh
anak (X) baik atau reliabel.
b. Pola asuh orang tua
Tabel 3.2 uji realibilitas x
Reabilitas statistik
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.731 25
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai cronbach‟s alpha
sebesar 731 atau dengan kata lain > 0,6 itu berarti pada variabel
pola asuh orang tua (X) baik atau variabel.
c. Sikap keagamaan Anak
Tabel 3.3 uji Reabilitas Y
Reabilitas statistik
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,826 15
Tabel 3.2 uji reabilitas Y
49
Reabilitas statistik
Pada tabel diatas, dapat dilihat nilai Cronbach‟s Alpha sebesar
,826 atau dengan kata lain > 0,6 itu berarti pada variabel sikap
keagamaan anak ( Y ) baik atau reliabel.
d. Sikap Keagamaan Orang tua
Tabel 3.4 uji Reabilitas
Statistik Reabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.753 16
Pada tabel diatas, dapat dilihat nilai Cronbach‟s Alpha sebesar
.753 atau dengan kata lain > 0,6 itu berarti pada variabel sikap
keagamaan anak ( Y ) baik atau reliabel.
5. Analisis Data
Analisis data penelitian menggunakan teknik analisis regresi linier
sederhana, idrus ( 2009: 177-178 ) menyatakan bahwa regresi linier
sederhana atau regresi linier, yaitu satu variabel dipengaruhi
(dependent) oleh variabel lainnya. Variabel yang mempengaruhi ini
disebut dengan variabel bebas (independent) atau dalam kajian
regresi disebut prediktor. Selanjutnya, variabel yang dipengaruhi ini
disebut variabel terikat atau disebut juga variabel kriterium.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tentang Lokasi Penelitian
Dusun Sambirembe, Selomartani Kec Kalasan Kab Sleman
Yogyakarta terletak di daerah Kalasan. Masyarakat Dusun
Sambirembe mayoritasnya islam dan mata pencarian mereka adalah
petani yang kesehariannya memilih kesawah untuk menghasilkan
uang. Sehingga orang tua pada umumnya bekerja keras demi masa
depan anak – anaknya dan bergantung pada hasil tanaman mereka
yaitu padi, jagung cabai dan kangkung, seperti padi yang akan
dikelola menjadi beras. Seperti beras, jagung, cabai dan kangkung
dan semua akan dijual di pasar dan masyarakat di Dusun
Sambirembe ada juga yang memilih berjualan dipasar sehingga
hasil panen mereka akan dijual dipasar dan mengahsilkan uang.
Pendidikan terakhir mereka yang ada di Dusun Sambirembe
yaitu SD tetapi ada juga yang SMP, SMA dan S1bahkan paling
banyak yaitu SD sehingga kemampuan ilmu mereka terbatas
sehingga keterbatasan kurangnya pendidikan pada orang tua dalam
mendidik anaknya. Kurangnya pendidikan menjadi suatu Problem
yang ada di Dusun Sambirembe dalam pengetahuan pendidikan dan
keagamaan karena kurang kesadaran dalam diri mereka untuk
belajar lagi untuk menambah wawasan. Dengan adanya guru TPA
yang berada dilingkungan masyarakat tersebut sangat berguna bagi
51
lingkungan mereka untuk merubah lingkungan mereka menjadi
yang lebih baik dan membuat masjid tersebut hidup kembali agar
Anak – Anak mengaji, tetapi tidak anak – anak saja orang tua juga
ingin belajar Iqra‟ atau di sebut juga dengan TPA karena pada
dulunya masyarakat di lingkungan tersebut tidak diajarkan mengaji
Iqra‟ atau huruf – huruf hijaiyah akan tetapi hanya diajarkan hafalan
saja seperti surat pendek, doa keseharian dan shalawatan walaupun
mereka tidak mngerti bacaan iqra‟ maupun al – qur‟an mereka ingin
belajar.
Pendidikan keagamaan sangatlah penting guna menambah
ilmu pengetahuan yang intelektual. Karena itu masyarakat
sambirembe masih banyak yang bersikap kurang baik seperti gosip
dan iri hati sehingga anak – anak meniru tingkah laku yang ada
pada orang tuanya seperti gosip dan iri hati lalu sikap mereka
seperti orang dewasa yang tidak patut untuk didalakukan bahkan
setelah SMA banyak diantara mereka yang langsung bekerja tidak
melanjutkan S1.
Tingkat Intensitas Pendidikan yang sangat rendah pastinya
mempengaruhi pola pikir dan kesadaran orang tua. Kebanyakan
orang tua mendidik anaknya dengan pengetahuan minim mereka
tentang agama, selebihnya adalah peraturan adat setempat yang
membatasi mereka.
52
Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan
observasi dahulu untuk memutuskan melakukan penelitian ditempat
tersebut dan telah meminta izin Kepala Desa serta Kepala Dusun
untuk melakukan penelitian di Dusun sambirembe, selomartani kec
kalasan kab sleman yogyakarta. Dengan melampirkan surat izin
penelitian dari fakultas ilmu agama islam agar penelitian ini sah dan
bersifat legal.
B. Hasil Penelitian
1. Tahap Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
Sebelum digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya,
terlebih dahulu peneliti melakukan uji angket terhadap
kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini. Uji
angket dilakukan pada 20 anak di dusun sambirembe
selomartani kec kalasan kab sleman yogyakarta. Penelitian
mengambil daerah yang akan diteliti.
2. Seleksi Item
Untuk menghindari kesalahan pada analisis data, data hasil
penyebaran kuesioner terlebih dahulu akan dilakukan seleksi
terhadap item kuesioner. Suatu instrumen dikatakan valid jika
memiliki nilai koefisien korelasi > 0,3 dan tingkat kehandalan
(koefisien Alpha Cronbach) sebesar 0,7 (Hadi, 1989: 109). Hasil
seleksi item sebagai berikut :
53
Kisi – kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua
No
Kompone
Sub Komponen
Indikator
Item
+ -
1.
Pola Asuh Otoriter
Over Protection
(terlalu melindungi)
a. Memberikan
bantuan
kepada anak
secara terus
menerus,
meskipun
anak sudah
mampu
1
2
b. Mengawasi
anak secara
berlebihan
3
4,5
Unjuk Kuasa
Memaksakan
kehendaknya untuk
dipatuhi anak
meskipun
sebenarnya anak
tidak dapat
6
54
menerimanya
(Domination)
Dominasi
Mendominasi anak
7
8
Punitiveness/overdis
cipline
Terlalu disiplin
a. Mudah
memberikan
hukuman
9
-
b. Menanamkan
kedisiplinan
secara keras
10 -
Acceptance
penerimaan
a. Memberikan
kasih yang
tulus kepada
anak
11
b. Mengembang
kan
12
-
55
2.
Pola Asuh
Demokratis
hubungan
yang hangat
dengan anak
c. Berkomunika
si dengan
anak secara
terbuka dan
mau
mendengarka
n masalahnya
13
Authoritative
a. Menerapkan
kendali yang
tegas atas
perilaku anak
14
b. Menekankan
kemandirian
dan
individualiati
tas anak
15
-
56
Bina Kasih
Mendidik dengan
senantiasa
memberikan
penejelasan yang
masuk akal setiap
keputusan dan
perlakuan yang
diambil oleh anak
16
Permissiveness
Pembolehan yang
sifatnya toleran
a. Memberikan
kebebasan
untuk berfikir
dan berusaha
17
-
b. Toleran dan
memahami
kelemahan
anak
18
-
c. Cendrung
lebih suka
memberi
sesuatu yang
diminta anak
19
57
3
Pola Asuh
Permisif
Rejection
penolakan
a. Kurang
memperdulik
an
kesahjetraan
anak
20
b. Menampilka
n sikap
permusuhan
terhadap
anak
21
Submission
( penyerahan )
a. Senantiasa
memberikan
sesuatu yang
diminta anak
22
b. Membiarkan
anak
berprilaku
semaunya.
23
24
58
Tabel 4.2 Instrumen Sikap Keagamaan
Sub Variabel
(Y)
No.Item
Favourable
No..Item
Favourable
Yang guru
No.Item
Unfavourable
No.Item
Unfavourable
Yang gugur
Sikap
keagamaan
Kepada
Allah
Swt
1,3 - 2 -
Sikap
keagamaan
kepada diri
sendiri
4 - - -
Sikap
keagamaan
kepada
sesama
5, 6,7 8 9,10 11
Sikap
keagamaan
kepada alam
sekitar
12,13,14 - 15 -
59
3. Hasil Uji Normalitas
Muhammad idrus (2009) memaparkan bahwa uji normalitas ini bertujuan
untuk memeriksa apakah sebaran yang diselidiki memenuhi asumsi
normalitas, memenuhi atau mendekati distribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas ini menggunakan rumus shapiro-Wilk. Hal ini
dipilih dikarenakan jumlah data kurang dari 50. Normal tidaknya suatu
sebaran dapat dilihat jika nilai p > 0,05 maka sebarannya normal dan jika
p < 0,05 maka sebarannya tidak normal. Uji normalitas ini dilakukan
terhadap kedua variabel penelitian. Dari hasil uji normalitas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
60
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
pola_asuh
sikap_keaga
maan
N 20 20
Normal Parametersa,b
Mean 103,9000 65,3000
Std.
Deviation
6,70349 5,42023
Most Extreme
Differences
Absolute ,119 ,172
Positive ,112 ,172
Negative -,119 -,096
Test Statistic ,119 ,172
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
,123c
Uji normalitas mengenai variabel pola asuh orang tua (X) diperoleh
harga
p = 0,200 atau dengan kata lain harga p > 0,005. Pada variabel sikap
keagamaan (Y) diperoleh dengan harga p = 0,123 Ini berarti pada taraf
signifikansi 5% diperoleh hasil yang signifikan. Maka variabel pola asuh
orang tua (X) dan variabel sikap keagamaan anak (Y) adalah distribusi
normal.
61
4. Hasil Uji Linieritas
Tabel 4.4 Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
sikap_keagamaan
* pola_asuh
Between
Groups
(Combined) 450,867 14 32,205 1,500 ,345
Linearity 23,153 1 23,153 1,079 ,000
Deviation
from
Linearity
427,713 13 32,901 1,533 ,335
Within Groups 107,333 5 21,467
Total 558,200 19
Uji Linieritas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer
SPSS 16.00 for windows antara variabel pola asuh orang tua dengan sikap
keagamaan pada anak pada taraf signifikansi 5% hasil analisis
menunjukkan bahwa pada tabel berikut ini pada kolom Sig pada baris
linearity memperoleh hasil 0,000 atau dengan kata lain < 0,05. Maka
bersifat linier sehingga dapat disimpulkan memenuhi syarat linieritas.
62
Tabel 4.5 Hasil Uji Linieritas
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regressio
n 284.156 1 284.156 9.670 .005b
Residual 675.844 23 29.385
Total 960.000 24
a. Dependent Variable: Polaasuh
b. Predictors: (Constant), sikapkeagamaan
Uji Linieritas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer SPSS
16.00 for windows antara variabel pola asuh orang tua dengan sikap
keagamaan pada anak pada taraf signifikansi 5% hasil analisis menunjukkan
bahwa pada tabel berikut ini pada kolom Sig pada baris linearity memperoleh
hasil 0,000 atau dengan kata lain < 0,05. Maka bersifat linier sehingga dapat
disimpulkan memenuhi syarat linieritas.
5. Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban bersifat sementara atas masalah yang yang
dirumuskan, oleh karena itu perlu diuji kebenarannya secara empiris.
Hipotesis penelitian ini yaitu : Hipotesis Alternatif (Ha): ada pengaruh
pola asuh orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak di dusun
sambirembe, selomartani kec kalasan kab sleman yogyakarta. Hipotesis
Nihil (Ho): Tidak ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap
keagamaan pada anak didusun sambirembe kec selomartani kab sleman
Yogyakarta.
63
Setelah analisis menggunakan bantuan windows program SPSS 16.00,
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6 Tabel Uji Hipotesis
ANOVA
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 23,153 1 23,153 ,779 ,001b
Residual 535,047 18 29,725
Total 558,200 19
a. Dependent Variable: sikapkeagamaan
b. Predictors: (Constant), polaasuh
Tabel 4.7 Tabel uji Hipotesis
Model summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,204a ,041 -,012 5,45205
a. Predictors: (Constant), polaasuh
Tabel anova diatas menunjukkan bahwa diperoleh hasil 5,45205 yang berarti
p < 0,05. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% diperoleh hasil signifikan.
64
Atau terdapat pengaruh signifikan antara variabel pola asuh orang tua terhadap
sikap keagamaan anak dengan koefisien 041 (4,1%).
Berdasarkan hal diatas maka hipotesis alternatif (Ha) “diterima” yang
berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara pola asuh orang tua terhadap
sikap keagamaan pada anak. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) “ditolak” yaitu
terdapat pengaruh signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap
keagamaan anak.
Berdasarkan hasil uji diatas, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pola asuh
orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak dan berkorelasi positif, artinya
kedua
Tabel 4.8 Uji Hipotesis
Model Summary
Mode
l R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
1 .544a .296 .265 5.421
a. Predictors: (Constant), sikapkeagamaan
variabel tersebut berhubungan dan berpengaruh secara signifikan.
Tabel anova diatas menunjukkan bahwa diperoleh hasil 5,421 yang berarti p <
0,05. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% diperoleh hasil signifikan. Atau
terdapat pengaruh signifikan antara variabel pola asuh orang tua terhadap sikap
keagamaan anak dengan koefisien 296 (29,6%).
Berdasarkan hal diatas maka hipotesis alternatif (Ha) “diterima” yang
berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara pola asuh orang tua terhadap
sikap keagamaan pada anak. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) “ditolak” yaitu
65
terdapat pengaruh signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap
keagamaan anak.
Berdasarkan hasil uji diatas, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pola asuh
orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak dan berkorelasi positif, artinya
kedua.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian telah menunjukkan adanya pengaruh signifikan hal ini
berarti pola asuh orang tua di dalam keluarga dapat meningkatkan sikap
keagamaan anak dan semakin baik pola asuh orang tua terhadap sikap
keagamaan maka akan semakin baik pula sikap keagamaan yang terjadi
pada anak. Demikian sebaliknya, semakin renadah pola asuh orang tua
maka semakin rendah juga sikap keagamaan pada anak.
Demikian antara pola asuh orang tua terhadap sikap keagamaan
pada anak dijadikan suatu kesaharusan untuk setiap keluarga muslim
agar setiap anak dapat lebih terarah dalam bersikap dan menjaga
akhlaknya dengan orang lain dan memliki kepribadian yang baik serta
uswatun khasanah. Peran keluarga khususnya orang tua sangat
mempengaruhi bagaimana sikap anak dalam berakhlak. Karena orang
tualah yang memberikan contoh dan nasehat serta orang tua juga yang
lebih sering bertemu dengan anaknya dan orang tua lan yang
membimbing serta mendidik dengan cara yang benar. Dengan
memberikan contoh dan membiasakan bersikap dengan baik maka
secara sadar ataupun tidak sadar anak akan menirukannya.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap
sikap keagamaan pada anak di dusun sambirembe selomartani kec
kalasan kab sleman yogyakarta hanya sebesar hasil dari pola asuh anak
dan sikap keagamaan anak sebesar 4,1% sedangkan sisanya sebesar
95,9% dan hasil dari pola asuh orang tua dan sikap keagamaan orang
tua sebesar 29,6% sedangkan sisanya sebesar 70,4% merupakan faktor
lain.
B. Diskusi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui adanya
pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap keagamaan pada anak di
dusun sambirembe selomartani kec kalasan kab sleman yogyakarta
bahwa diketahui dari hasil pola asuh anak dan sikap keagamaaan anak
hanya sebesar 4,1% sedangkan sisanya 95,9% dan dari hasil pola asuh
orang tua dan sikap keagamaan orang tua sebesar 29,6% dan sisanya
sebesar 70,4% merupakan faktor lain. Faktor – faktor tersebut
diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal
menurut Gerungan (1991:155) yaitu pengaruh emosi (perasaan) yang
mana dari pengaruh emosi tersebut memunculkan selektifitas.
Selektifitas disini merupakan daya pilih atau minat perhatian untuk
67
menerima, mengolah pengaruh pengaruh yang datang dari luar diri
manusia.
Sedangkan faktor eksternal atau faktor dari luar meliputi
lingkungan masyarakat yaitu situasi atau kondisi interaksi sosial dan
sosio-kultural yang secara potensial berpengaruh terhadap
perkembangan sikap keagamaan anak. Misalnya interaksi teman
sebaya, orang tua, lingkungan masyarakat dan linkungan sekolah.
C. Saran
1. Bagi warga di Dusun Sambirembe Selomartani Kec Kalasan Kab
sleman Yogyakarta khususnya para orang tua, diharapkan agar
dapat mengutamakan pendidikan bagi anak – anaknya terutama
pendidikan agama yang wajib ditanamkan dari kecil sehingga
pengaruh negativ yang masuk dapat dengan mudah dihindari ketika
masih usia dini sehingga anak – anak usia dini memiliki sikap yang
baik bagi orang lain.
2. Bagi anak di Dusun Sambirembe, setidaknya agar dapat membatasi
diri dalam bergaul dan memilih lingkungan yang baik untuk
berinteraksi dan selalu menjalankan ilmu agama yang telah
didapatkan dari orang tua, sekolah, ataupun majelis lainnya yang
selalu mengajarkan ilmu agama pada anak – anak.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dikarenakan hasil dari penelitian ini sudah
diketahui ternyata hanya sedikit pengaruh pola asuh orang tua
terhadap sikap keagamaan pada anak di Dusun Sambirembe.
68
Sedangkan selebihnya adalah pengaruh dari faktor lain maka
peneliti selanjutnya diharapkan meneliti pengaruh pola asuh orang
tua yang berhubungan dengan variabel lain.
4. Peneliti ini tidak lepas dari unsur kekurangan, bahwa pola asuh
orang tua memiliki pengaruh yang minim dalam mendidik anaknya
terhadap sikap keagamaan. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
untuk mengkaji sikap keagamaan ditinjau dari beberapa aspek
lainnya.
69
Daftar Pustaka
Depdikbud,1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Darajat zakiyah 1996, Ilmu jiwa agama, ( jakarta : Bulan Bintang, Cet ke-15,
1996).
Desy,2010. Pengaruh pola asuh islami dalam keluarga terhadap perilaku
keagamaan remaja di Dukuh Blorong, Sidorejo, kemalang, klaten, jawa
tengah
Desmita, psikologi perkembangan, ( Bandung : Remaja Rosdakarya,2010)
Dr.Fuad Hasan, Prof. 1997 Beramain sebagai Hak Anak. Makalah dan tidak
diterbitkan .Departemen Pendidikan Nasional. 2002. kurikulum berbasis
kompetensi Anak Usia Dini. Jakarta : pusat Kurikulum.
Gerungan W.A.1991.psikologi sosial. Bandung Refika Aditama
Hasyim Ummar, Anak Shaleh ( Cara Mendidik Anak dalam Islam ), ( Surabaya
: PT Bin Ilmu 1993), jilid 2 hal 86.
Hurlock B. Elizabeth, 1990, Perkembangan Anak/Child Development, Terj
Meitasari Tjandrasa, jakarta : Erlangga
Hauck Paul, 1993, psikologi populer, ( Mendidik Anak dengan berhasil jakarta
: Archan.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode penelitian ilmu sosial. Yogyakarta. Erlangga.
Jalaludin 1996, psikologi agama, jakarta utara: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhammad Shocib, pola pengasuhan terhadap anak, ( jakarta: PT. Rieneka
Cipta
2000), hal15. Danny I. Yatim Irwanto, 1991, kepribadian keluarga Narkotika,
jakarta : Arcan.
Marimba D, Ahmad. Pengantar filsafat pendidikan islam. ( Bandung
Al‟Maarif)
1980.
Munawarah Latifah, Ratna Syifa,ir. Konsep pola asuh keluarga muslim.
Muslim.2011.paham agama tanda bahagia, from http://nasehat-muslim
.blogspot.com/2011/02/tanda bahagia-adalah-paham-agama.html
70
Piaget, J. 1951. The child‟s Conception of the word. Savage, Maryland :
Littlefield publisher.
Purwodarminto. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta : Balai pustaka
Rakhmat jalaludin.2002.psikologi agama sebuah pengantar, Bandung : kaifa
Rahmayulis dan ajalaludin .1993. pengantar ilmu jiwa agama, jakarta : kalam
mulia kharlie. 2011.
mahasiswa, from http://www.pelitapelita or.id/baca.php?id=76540 Menimbang
visi keberagaman mahasiswa
Scenery, Invest. Pengasuhan Anak Menurut imam Al – Ghazali.
Sumanto, wasty pedoman teknik penulisan skripsi: karya ilmiyah/wasty
Soemanto.-Cet.8. – jakarta: Bumi aksara,2005. X,58 hlm.;21cm
Tasmara Toto.2001. Kecerdasan Ryhaniah Membentuk Kepribadian yang
bertanggung jawab, profesional dan berakhlak,jakarta: Gemi insani
Tjandrasa Meitasari, jakarta Erlangga
http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2014/12/hubungan-
sikap-keagamaan-dan-pola.html
http://wahyutyas86.blogspot.co.id/2011/07/psikologi-agama-orientasi-sikap-
dan.html
http://www.kajianpustaka.com/2013/04/pola-asuh-orang-tua.html
http://neverlandpsy.blogspot.co.id/p/blog-page_5.html
1[1]https://annisaavianti.wordpress.com/tag/hubungan-sikap-dan-tingkah-laku/
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2184387-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-sikap- keagamaan.
http://www.islam2pedia.com/2011/06/pengasuhan-anak-menurut-imam-al-
ghazali.html diakses pada 14 februari jam 16.16
71
https://rizki-nisa.blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-pola-asuh-dan
dampaknya.html
https://www.idjoel.com/pengertian-anak-menurut-para-ahli/
http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwalkuliah/naskah-publikasi
02320141.pdf diakses pada 8 januari 2014 jam 10.10
72
ANGKET PENELITIAN
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP KEAGAMAAN
PADA ANAK DI DUSUN SAMBIREMBE SELOMARTANI KEC KALASAN SLEMAN
A. PETUNJUK PENGISIAN
1. Tulislah terlebih dahulu identitas/nama anda pada daftar isian yang telah tersedia.
2. Berikan jawaban pada pernyataan berikut ini, dengan memberikan tanda silang
(X) di bawah huruf SS ( sangat setuju ), S ( setuju ), RR (ragu-ragu ), TS (tidak
setuju ), STS ( sangat tidak setuju )
3. Kami harapkan jawaban anda dengan jujur, jawaban anda tidak berpengaruh
terhadap nilai anda.
4. Terima kasih atas jawaban dan kejujurannya.
B. Identitas siswa
1. Nama :
2. Alamat :
1. Angket Pola Asuh
NO
PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN
SS S RR TS STS
1. Orang tua saya selalu membantu
saya secara terus menerus dalam
hal apapun
2. Orang tua saya selalu mengawasi
kegiatan saya dan aktivitas saya
secara berlebihan
3. Saya harus mematuhi apa yang
orang tua saya bilang
4. Saya selalu melanggar perintah
dari orang tua saya
5. Orang tua saya selalu
menanamkan kedisiplinan secara
keras
6. Orang tua saya sering
memberikan hukuman
7. Orang tua saya membiarkan saya
menjadi mandiri
8. Orang tua saya percaya dengan
aktifitas yang dilakukan
9. Orang tua selalu memberikan
kasih sayang yang tulus kepada
saya
10. Saya tidak pernah merasakan
kasih sayang dari orang tua saya
11. Orang tua selalu memberikan
perhatian
12. Saya tidak pernah diperhatikan
oleh orang tua saya
73
13. Saya sering cerita dan terbuka kepada orang tua saya ketika ada
masalah
14. Orang tua selalu
menyembunyikan masalah yang
terjadi pada keluarga
15. Orang tua selalu memanjakan
anak karena bentuk kasih sayang
16. Orang tua tidak pernah mendidik
dengan cara yang benar
17. Orang tua tidak pernah
memperdulikan kasih sayang serta
perhatian pada anak
18. Saya sering dimarahin orang tua
19. Orang tua selalu menasihati saya
ketika terjadi permusuhan
20. Orang tua selalu menuruti
keinginan anak
21. Saya selalu diturutin sehingga
saya cendrung manja
22. Saya selalu dimanja oleh orang
tua saya
23. Orang tua selalu membiyarkan
anaknya beraktifitas dalam
kendali orang tua dan berprilaku
semaunya
24. Saya tidak diajarkan orang tua
saya sikap disiplin
74
ANGKET II ( Sikap Keagamaa pada Anak )
NO
PERNYATAAN
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1. Saya selalu mengerjakan
shalat 5 waktu
2. Saya tidak pernah
mengerjakan shalat
3. Saya selalu bersikap yang
baik
4. Saya tidak pernah bersyukur
kepada allah
5. Saya selalu berbohong
kepada orang lain
6. Saya selalu iri jika teman
saya senang
7. Saya selalu membicarakan
keburukan teman saya
8. Saya selalu sabar jika teman
saya menghujat saya
9. Saya selalu berkata jujur
sehingga saya selalu
dipercaya oleh orang lain
10. Saya selalu mengajarkan
kebaikan
11. Saya tidak suka jika ada
teman yang menasehati saya
dalam kebaikkan
12. Saya ikut senang jika teman
saya bahagia
13. Saya ikut memabantu ketika
ada kerja bakti di lingkungan
14. Saya selalu mengikuti
aktivitas kegiatan yang ada
dilingkungan saya
15. Saya tidak peduli dengan
lingkungan sekitar
75
ANGKET PENELITIAN
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP KEAGAMAAN
PADA ANAK
C. PETUNJUK PENGISIAN
5. Tulislah terlebih dahulu identitas/nama anda pada daftar isian yang telah tersedia.
6. Berikan jawaban pada pernyataan berikut ini, dengan memberikan tanda silang
(X) di bawah huruf SS ( sangat setuju ), S ( setuju ), RR (ragu-ragu ), TS (tidak
setuju ), STS ( sangat tidak setuju )
7. Kami harapkan jawaban anda dengan jujur, jawaban anda tidak berpengaruh
terhadap nilai anda.
8. Terima kasih atas jawaban dan kejujurannya.
D. Identitas siswa
3. Nama :
4. Alamat :
2. Angket Pola Asuh
NO
PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN
SS S RR TS STS
25. Orang tua saya selalu membantu
saya secara terus menerus dalam
hal apapun
26. Orang tua saya selalu mengawasi
kegiatan saya dan aktivitas saya
secara berlebihan
27. Saya harus mematuhi apa yang
orang tua saya bilang
28. Saya selalu melanggar perintah
dari orang tua saya
29. Orang tua saya selalu
menanamkan kedisiplinan secara
keras
30. Orang tua saya sering
memberikan hukuman
31. Orang tua saya membiarkan saya
menjadi mandiri
32. Orang tua saya percaya dengan
aktifitas yang dilakukan
33. Orang tua selalu memberikan
kasih sayang yang tulus kepada
saya
34. Saya tidak pernah merasakan
kasih sayang dari orang tua saya
35. Orang tua selalu memberikan
perhatian
36. Saya tidak pernah diperhatikan
oleh orang tua saya
37. Saya sering cerita dan terbuka
76
kepada orang tua saya ketika ada masalah
38. Orang tua selalu
menyembunyikan masalah yang
terjadi pada keluarga
39. Orang tua selalu memanjakan
anak karena bentuk kasih sayang
40. Orang tua tidak pernah mendidik
dengan cara yang benar
41. Orang tua tidak pernah
memperdulikan kasih sayang serta
perhatian pada anak
42. Saya sering dimarahin orang tua
43. Orang tua selalu menasihati saya
ketika terjadi permusuhan
44. Orang tua selalu menuruti
keinginan anak
45. Saya selalu diturutin sehingga
saya cendrung manja
46. Saya selalu dimanja oleh orang
tua saya
47. Orang tua selalu membiyarkan
anaknya beraktifitas dalam
kendali orang tua dan berprilaku
semaunya
48. Saya tidak diajarkan orang tua
saya sikap disiplin
77
ANGKET II ( Sikap Keagamaa pada Anak )
NO
PERNYATAAN
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
16. Saya selalu mengerjakan
shalat 5 waktu
17. Saya tidak pernah
mengerjakan shalat
18. Saya selalu bersikap yang
baik
19. Saya tidak pernah bersyukur
kepada allah
20. Saya selalu berbohong
kepada orang lain
21. Saya selalu iri jika teman
saya senang
22. Saya selalu membicarakan
keburukan teman saya
23. Saya selalu sabar jika teman
saya menghujat saya
24. Saya selalu berkata jujur
sehingga saya selalu
dipercaya oleh orang lain
25. Saya selalu mengajarkan
kebaikan
26. Saya tidak suka jika ada
teman yang menasehati saya
dalam kebaikkan
27. Saya ikut senang jika teman
saya bahagia
28. Saya ikut memabantu ketika
ada kerja bakti di lingkungan
29. Saya selalu mengikuti
aktivitas kegiatan yang ada
dilingkungan saya
30. Saya tidak peduli dengan
lingkungan sekitar
78
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 25 100.0
Excludeda
0 .0
Total 25 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Item Statistics
Mean
Std.
Deviation N
VAR000
01 4.0400 .53852 25
VAR000
02 4.1200 .43970 25
VAR000
03 4.0000 .64550 25
VAR000
04 4.2400 .59722 25
VAR000
05 4.0800 .57155 25
VAR000
06 4.1200 .60000 25
VAR000
07 4.3600 .48990 25
VAR000
08 3.9600 .45461 25
VAR000
09 4.5600 .50662 25
VAR000
10 4.6000 .50000 25
79
VAR000
11 4.5200 .58595 25
VAR000
12 4.4800 .50990 25
VAR000
13 4.0000 .64550 25
VAR000
14 3.9600 .61101 25
VAR000
15 4.2000 .64550 25
VAR000
16 4.8000 .40825 25
VAR000
17 4.6800 .55678 25
VAR000
18 4.2000 .64550 25
VAR000
19 4.4000 .57735 25
VAR000
20 3.8000 .70711 25
VAR000
21 4.2400 .52281 25
VAR000
22 4.0000 .57735 25
VAR000
23 4.2800 .61373 25
VAR000
24 4.5600 .58310 25
VAR000
25
102.200
0 6.32456 25
80
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
VAR000
01 200.3600 153.490 .466 .721
VAR000
02 200.2800 155.627 .381 .725
VAR000
03 200.4000 152.417 .450 .719
VAR000
04 200.1600 152.723 .469 .720
VAR000
05 200.3200 154.393 .372 .723
VAR000
06 200.2800 150.960 .589 .716
VAR000
07 200.0400 157.207 .208 .728
VAR000
08 200.4400 156.007 .333 .725
VAR000
09 199.8400 153.890 .466 .721
VAR000
10 199.8000 156.083 .293 .726
VAR000
11 199.8800 153.777 .405 .722
VAR000
12 199.9200 152.993 .535 .720
VAR000
13 200.4000 151.750 .493 .718
VAR000
14 200.4400 151.007 .574 .716
VAR000
15 200.2000 152.583 .439 .720
VAR000
16 199.6000 153.333 .643 .720
VAR000
17 199.7200 152.043 .557 .718
81
VAR000
18 200.2000 151.750 .493 .718
VAR000
19 200.0000 156.667 .208 .728
VAR000
20 200.6000 152.000 .430 .719
VAR000
21 200.1600 152.973 .522 .720
VAR000
22 200.4000 155.833 .266 .726
VAR000
23 200.1200 152.610 .463 .720
VAR000
24 199.8400 155.640 .276 .726
VAR000
25 102.2000 40.000 1.000 .841
Scale Statistics
Mean
Varianc
e
Std.
Deviation
N of
Items
204.400
0 160.000 12.64911 25
82
HASIL UJI LINIERITAS SEDERHANA
Regression
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviatio
n N
Polaasuh 102.20
6.325 25
Sikapkeagamaan
66.12 5.502 25
Correlations
Polaasuh
sikapkeagamaan
Pearson Correlation
Polaasuh 1.000 .544
sikapkeagamaan
.544 1.000
Sig. (1-tailed) Polaasuh . .002
sikapkeagamaan
.002 .
N Polaasuh 25 25
sikapkeagamaan
25 25
83
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 sikapkeaga
maanb
. Enter
a. Dependent Variable: Polaasuh
b. All requested variables entered.
Model Summary
Mode
l R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
1 .544a .296 .265 5.421
a. Predictors: (Constant), sikapkeagamaan
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regressio
n 284.156 1 284.156 9.670 .005b
Residual 675.844 23 29.385
Total 960.000 24
a. Dependent Variable: Polaasuh
b. Predictors: (Constant), sikapkeagamaan
84
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95.0% Confidence Interval
for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
1 (Constant) 60.852 13.340 4.561 .000 33.255 88.449
Sikapkeagamaa
n .625 .201 .544 3.110 .005 .209 1.041
a. Dependent Variable: Polaasuh