PEMBERLAKUAN SNI MINYAK
GORENG SAWIT SECARA WAJIB
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Kementerian Perindustrian
1. Masyarakat Indonesia khususnya golongan ekonomi menengah ke bawah
pada umumnya kekurangan zat gizi mikro antara lain vitamin A yang
berdampak tidak hanya pada kesehatan mata tetapi juga berpengaruh
terhadap kecerdasan dan daya tahan tubuh. Kekurangan zat gizi mikro-vitamin A khususnya banyak terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun yang
sangat mempengaruhi ketahanan tubuh. Berdasarkan data Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), 25 – 30 % kematian bayi dan balita disebabkan
kekurangan vitamin A. Sedangkan di Indonesia > 50% ibu hamil dan anak
usia pra sekolah menderita kekurangan vitamin A.
2. Fortifikasi dapat diartikan sebagai penambahan nutrisi pada pangan untuk
mencegah atau memperbaiki kondisi kurang gizi pada masyarakat.
Fortifikasi pada prinsipnya adalah upaya meningkatkan kualitas pangan
dengan menambahkan zat gizi mikro tertentu.
3. Minyak Goreng Sawit banyak dikonsumsi masyarakat dan dianggap sebagai media pengantar vitamin A yang baik. Hal ini dibuktikan di beberapa
negara seperti Filipina dan Pakistan yang juga menggunakan MGS sebagai
media fortifikasi vitamin A
I. LATAR BELAKANG
TUJUAN PEMBERLAKUAN SNI
1.Memperlancar arus perdagangan.
2.Menjaga konsistensi produk, memberikan perlindungan bagi konsumen,
pelaku usaha, masyarakat dalam aspek kesehatan, keselamatan dan
keamanan serta pelestarian lingkungan hidup.
3.Mengefisiensikan industri dalam negeri, sehingga mempunyai daya saing
yang kuat di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
4.Menciptakan persaingan usaha yang sehat, transparan, memacu
kemampuan inovasi, serta meningkatkan kepastian usaha.
Latar…(Lanjutan)
A. DEFINISI
Minyak Goreng Sawit (MGS) adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida berasal dari minyak sawit, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses pemurnian dengan penambahan vitamin A.
II. REGULASI PEMBERLAKUAN
SNI MGS SECARA WAJIB
No Kriteria Uji Satuan Syarat Mutu
1 Keadaan
1.1 Bau - Normal
1.2 Rasa - Normal
1.3 Warna (lovibond 5,25”cell) Merah/kuning Maks. 5,0/50
2 Kadar air dan bahan menguap (b/b) % Maks. 0,1
3 As.lemak bebas (dihitung sbg as.palmitat) % Maks. 0,3
4 Bilangan Peroksida mek O2/kg Maks. 10*
5 Vitamin A IU/g Min. 45*
6 Minyak Pelikan Negatif
7 Cemaran Logam
7.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
7.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,1
7.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0/250,0**
7.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,05
8 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks 0,1
CATATAN:
* Pengambilan contoh di pabrik
** Dalam kemasan kaleng
B. SYARAT MUTU
SNI 7709:2012 MINYAK GORENG SAWIT
Regulasi…(Lanjutan)
Surat Menteri Kesehatan
kepada Menteri
Perindustrian No.
GK/Menkes/280/VIII/2012
Permenperin No.
87/M-IND/PER/12/2013
Tentang Pemberlakuan
SNI MGS Secara Wajib
Peraturan Dirjen Industri Agro No.
14/IA/PER/4/2014 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan
Pengawasan SNI MGS Secara Wajib
Permenperin No.
53/M-IND/PER/12/2013
Tentang Pemberlakuan
SNI MGS Secara Wajib
REGULASI PEMBERLAKUAN SNI MGS SECARA WAJIB
1. PELAKU USAHA
Definisi Pelaku Usaha dan Peralatan minimal yang harus dimiliki Produsen
Minyak Goreng Sawit (MGS) adalah :
a. Pabrikan
Definisi perusahaan yang memproduksi Minyak Goreng Sawit, dengan
proses pemurnian, fraksinasi, dengan atau tanpa pencampuran vitamin A
atau pengemasan.
Minimal memiliki unit pemurnian, unit fraksinasi, unit pencampur vitamin
A, mesin pengemas atau tanpa mesin pengemas, gudang penyimpanan,
dan peralatan uji mutu bagi Pabrikan Minyak Goreng Sawit.
b. Pengemas
Definisi perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pengemasan
Minyak Goreng Sawit dengan atau tanpa pencampuran vitamin A.
Minimal memiliki Tangki penyimpanan, unit pencampur vitamin A, mesin
pengemas, tempat penyimpanan, dan peralatan uji mutu bagi Pengemas
Minyak Goreng Sawit.
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
2. PENANGGUNGJAWAB MUTU
Pihak yang bertanggung jawab terhadap mutu MGS wajib memiliki SPPT
SNI, yaitu :
a. Pabrikan, apabila MGS :
1) Diproduksi dan dikemas oleh pabrikan MGS dengan merek pabrikan;
2) Diproduksi dan dikemas oleh pabrikan atas permintaan dan merek badan usaha lain yang
dibuktikan dengan kontrak kerjasama antara pabrikan dengan badan usaha lain yang dimaksud; dan atau
3) Diproduksi oleh pabrikan dan dikemas oleh pengemas atas permintaan dan merek pabrikan MGS yang dibuktikan dengan kontrak kerjasama antara pabrikan dan perusahaan pengemas.
b. Pengemas, apabila MGS
1) Dikemas dengan merek sendiri; dan/atau
2) Dikemas dengan merek badan usaha lain sesuai dengan kontrak kerjasama.
c. Importir, apabila MGS berasal dari luar negeri
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
3. Tata Cara Memperoleh SPPT SNI MGS : a. Jenis Sertifikasi Sertifikasi Sistem 5
b. Pemohon SPPT-SNI 1) Permohonan kepada LSPro yang ditunjuk Menteri dengan tembusan Dir.
Pembina Industri.
2) Pemohon Produsen MGS dalam dan luar negeri
3) Produsen luar negeri wajib menunjukkan perusahan perwakilan atau importir di dalam negeri
c. Proses Sertifikasi SPPT-SNI 1) Pemohon/Produsen MGS wajib memenuhi persyaratan administrasi
(dokumen perizinan dll)
2) Pemohon telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dibuktikan dengan “Sertifikat” atau “Surat Pernyataan Diri” telah menerapkan SMM
3) Audit SMM dilakukan secara (1) Penuh Jika Produsen hanya melakukan “Pernyataan Diri” (2) Pada titik kritis jika Produsen telah memiliki Sertifikat SMM
4) Pemohon telah memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU)
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
4. Tata Cara Pengambilan Contoh :
a. Pengambilan contoh oleh PPC (pada aliran produksi atau gudang secara acak)
b. Contoh uji diambil setiap merek dan kemasan 1) Masing-masing 3 paket contoh (Uji Laboratorium, Arsip Pabrik, Arsip
laboratorium) 2) Dilakukan pada aliran produksi atau gudang produksi
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
5. Pencantuman Tanda SNI
Pada kemasan Minyak Goreng Sawit sekurang-kurangnya wajib dicantumkan
informasi:
a. nama dan alamat:
• Pabrikan Minyak Goreng Sawit apabila pengemasan dilakukan oleh pabrikan;
• Pabrikan Minyak Goreng Sawit apabila pengemasan dilakukan atas
permintaan badan usaha lain sesuai kontrak kerjasama;
• Pabrikan dan Pengemas Minyak Goreng Sawit apabila Minyak Goreng Sawit
yang dikemas oleh Pengemas menggunakan merek pabrikan;
• Pengemas Minyak Goreng Sawit apabila pengemas menggunakan merk
sendiri;
• Pengemas Minyak Goreng Sawit berdasarkan permintaan badan usaha lain
sesuai kontrak kerjasama; atau
• Pabrikan dan importir bagi Minyak Goreng Sawit yang berasal dari luar negeri;
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
Pada kemasan Minyak Goreng Sawit sekurang-kurangnya wajib dicantumkan
informasi (lanjutan) :
b. merek;
c. logo tara pangan;
d. kode daur ulang;
e. nomor dan logo SNI; dan
f. jenis produk
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
6. Pembinaan dan Pengawasan
a. Pembinaan dan Pengawasan penerapan SNI MGS di Pabrik dilakukan
oleh Direktorat IMHLP, Ditjen Industri Agro melalui PPSP (Petugas
Pengawas Standard Produk) paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Dalam melakukan pengawasan, Direktorat IMHLP, Ditjen Industri Agro
dapat berkoordinasi dengan Dinas Propinsi atau Dinas Kabupaten/Kota
yang membidangi perindustrian.
b. Pengawasan produk MGS di pasar (di luar pabrik) dilakukan oleh : Kementerian Perdagangan dan atau Badan POM.
c. Pengawasan penerapan SNI Wajib, disamping dilakukan oleh instansi
terkait tersebut diatas, juga ada surveilance dari LSPro yang menerbitkan
SPPT SNI, paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
7. Sanksi
Pelaku usaha, LS Pro dan atau Laboratorium Penguji yang
melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8. Waktu Pemberlakuan
Pemberlakuan ketentuan wajib SNI MGS secara efektif :
Lima belas bulan sejak Permenperin No. 87/2013 diundangkan (per 27 Desember 2013) atau akan mulai berlaku 27 Maret 2015.
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
9. Ketentuan-Ketentuan Lain
a)Minyak Goreng Sawit wajib dikemas dengan kemasan.
b)Kemasan yang kontak langsung dengan Minyak Goreng Sawit harus
tara pangan, kecuali kemasan dalam bentuk truk tangki dan kapal
tanker. Kemasan dimaksud merupakan kemasan dengan kapasitas
sampai dengan 1.000 (seribu) kg.
c)Kandungan Vitamin A Minyak Goreng Sawit dengan kemasan :
- di pabrik minimal : 45 IU
- di peredaran minimal : 40 IU.
d) Produsen (pabrikan, pengemas) dan importir MGS wajib
menerapkan ketentuan SNI :
a. Memiliki SPPT-SNI MGS
b. Membubuhkan tanda SNI pada kemasan MGS
Regulasi…(Lanjutan)
POKOK-POKOK PENGATURAN PERMENPERIN NO.87/2013
1. RAPAT KOORDINASI/KONSINYERING
– Pembahasan persiapan Sosialisasi Pemberlakuan SNI MGS Secara Wajib di
Hotel Bidakara pada tanggal 11 Februari 2014
– Dihadiri stakeholder dari instansi-instansi terkait antara lain Kementerian
Perindustrian, Kementerian Kesehatan, Kementeraian Perdagangan, BSN,
BPOM dan KFI
2. SOSIALISASI – Surabaya : 25 April 2014
– Medan : 14 Mei 2014
– Manado : 05 Juni 2014
– Jabar dan DKI Jakarta : 17 Juli 2014
– Semarang : 18 September 2014
– Banjarmasin : 29 Oktober 2014
3. EVALUASI KESIAPAN INDUSTRI MGS
– Menindaklanjuti Surat dari Asosiasi MGS yaitu GIMNI dan AIMMI perihal
Permohonan Peninjauan Kembali Batas Waktu Pemberlakuan SNI MGS
– Evaluasi dilaksanakan bersama-sama dengan instansi terkait dengan
melaksanakan kunjungan perusahaan di wilayah Sumut, Jatim, Jabar dan DKI
Jakarta
III. KESIAPAN PEMBERLAKUAN SNI MGS
SECARA WAJIB
IV. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN
PEMBERLAKUAN SNI MGS SECARA WAJIB
1. PERSIAPAN
2. PELAKSANAAN
3. PENGAWASAN DAN MONITORING
• Kesiapan Pelaku Usaha
• Kesiapan Mesin Pengemas
• Kesiapan Pemasok Vit. A
• Kesiapan Mesin Pencampur Vit. A
• Kesiapan LS-Pro dan Lab. Uji
• Pengurusan SPPT_SNI
• Pengurusan Izin Edar, dll
• Kestabilan kandungan Vitamin A pada MGS
• Penerapan SNI MGS untuk Repacker
• Produk MGS Curah di Pasaran
• Produk MGS yang telah beredar di pasaran (Tanpa Vitamin A)