PELAKSANAAN PENDEKATAN HIGH TOUCH DAN HIGH TECH
DALAM LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI MAN KOTA
PARIAMAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana
Strata Satu Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Oleh:
AYU NOVITA RISKA
NIM: 2615.041
PRODI STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
1441 H/ 2020 M
1
ABSTRAK
AYU NOVITA RISKA, NIM 215.041, judul skripsi: “PELAKSANAAN
PENDEKATAN HIGH TOUCH DAN HIGH TECH DALAM LAYANAN
PENGUASAAN KONTEN DI MAN KOTA PARIAMAN” program studi
Bimbingan dan Konseling (BK) fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Permasalahan pokok dalam penelitian ini terkait dengan pelaksanaan
layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman. Sedangkan yang menjadi
pertanyaan penelitian yaitu bagaimana pelaksanaan pendekatan high touch dan
high tech dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech dalam layanan penguasaan
konten. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif, deskriptif kualitatif merupakan
penguraian atau pengambaran secara tertulis, tanpa mengunakan angka-angka atau
statistic. Instrument yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada pelaksanaan layanan
penguasaan konten didapatkan data bahwa layanan penguasaan konten diberikan
dua kali dalam satu semester, namun pada penelitian kali ini penulis melakukan
penelitian sekali dalam seminggu yaitu pada hari senin, layanan penguasaan
konten dilaksanakan di ruang tunggu BK, layanan penguasaan konten ini
dilaksanakn sebanyak 3 kali selama melakukan penelitian, terkait dengan
pemberian layanan diketahui bahwa layanan penguasaan konten dilaksanakan
selama dua kali pertemuan dan dilaksanakan oleh guru BK, dari dua kali
pelaksanaan layanan penguasaan konten format layanan yang digunakan sama
yaitu dengan mengunakan format klasikal, dan sasaran layanan hanya kepada
siswa saja, dan tempat pemberian layanan penguasaan konten di dalam lokal.
Selanjutnya terkait dengan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan high
touch dan high tech. dari kedua pendekatan tersebut ada pada pendekatan high
tech tidak berjalan dengan baik. Jadi didapatkan data bahwa pelaksanaan
pendekatan high touch dan high tech di MAN Kota Pariaman belum sesuai
dengan standar prosedur layanan.
Kata kunci: Pendekatan High Touch Dan High Tech Dalam Layanan
Penguasaan Konten
2
KATA PENGANTAR
Syukur Allhamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, yang
senantiasa mencurahkan Rahmat dan Karunia-nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN
PENDEKATAN HIGH TOUCH DAN HIGH TECH DALAM LAYANAN
PENGUASAAN KONTEN DI MAN KOTA PARIAMAN”. Shalawat dan
salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah meninggalkan
dua pedoman hidup menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dan prosedur
memperoleh gelar sarjana pendidikan strata satu pada jurusan bimbingan dan
konseling. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan dari
pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga
peneliti Ayah, Ibu dan Adik-Adik peneliti, yang telah mencurahkan kasih sayang,
dan perjuangan yang tak kenal lelah untuk masa depan dan kehidupan peneliti,
selanjutnya penelitisampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kepada ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor Institusi Agama Islam
Negri (IAIN) Bukittinggi beserta Wakil Rektor.
2. Kepada Ibu Dr. Zulfani Sesmiarni, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah,
kepada Bapak Dr. Iswantir, M.Ag selaku wakil dekan 1,bapak Charles, S.Ag,
M.Pd.I selaku Wakil dekan II, dan Bapak Dr. Supratman Zakir, M.Pd., M.
Kom selaku wakil dekan III fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negri (IAIN) Bukittinggi yang telah member fasilitas kepada
penulis dalam menambahkan ilmu pegetahuan di IAIN Bukittinggi.
3. Kepada Ibu Alfi Rahmi, M.Pd, selaku ketua Prodi Akademik dan sebagai
Dosen penasehat Bimbingan Konseling yang telah memebrikan fasilitas dan
sarana dan segala kebutuhan perkuliahan, sehingga peneliti dapat meminta
ilmu di kampus tercinta.
3
4. Kepad bapak Dodi Padila Putra,S.Ag, M.Pd sebagai pembimbing skripsi
peneliti, yang telah mengarahkan, membimbing, dan mengoreksi, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai kaidah ilmiah yang berlaku.
5. Kepada ibu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk peneliti melakukan
validasi pedoman wawancara.
6. Bapak ibu dosen serta karyawan karyawati IAIN Bukittinggi yang telah
membekali peneliti dengan berbagai pengetahuan.
7. Kepada kepada sekolah, wakil kesiswaan, majelis guru, karyawan serta
siswa/siswi MAN Kota Pariaman yang telah memberikan fasilitas kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Yuliya Anggaini dan ibu Maysari sebagai guru bimbingan dan konseling
telah memberikan fasilitas waktu dan tenaga selama peneliti melakukan
penelitian di MAN Kota Pariaman.
9. Rekan-rekan seperjuangan terkhusus PBK B 2015 yang telah memberikan
sumbangan pemikiran dan motivasi serta semangat dalam oenulisan skripsi ini.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih,
peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekhilafan dan kekelirian. Untuk itu, penulis memohon maaf kekhilafan dan
kekeliruan yang terdapat dalam skripsi ini, baik dari segi isi maupun teknis
penulisannya. Oleh sebab itu, penulis memohon kritik dan saran dari pembaca
demi sempurnanya skripsi ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Bukittinggi, 2020
Penulis
Ayu Novita Riska
Nim: 2615.041
4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 3
B. Fokus penelitian 10
C. Pertanyaan penelitian 10
D. Tujuan Penelitian 10
E. Manfaat Penelitian 10
F. Penjelasan Judul 11
G. Sistematika pembahasan 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. High touch dan high tech 14
1. Pengertian high touch dan high tech 14
2. Penerapan layanan penguasaan konten dilihat
dari pendekatan high touch 15
3. Penerapan layanan penguasaan konten dilihat
dari pendekatan hig tech 17
B. Layananan Penguasaan Konten 20
1. Pengertian PKO 20
2. Tujuan layanan PKO 21
3. Komponen 23
4. Asas dan dinamika kegiatan 25
5. Pendekatan unsur kegiatan layanan 26
6. Hambatan dalam layanan penguasaan konten 30
7. Tahap-tahap pelaksanaan layananan PKO 32
8. Manfaat dari layanan penguasan konten 34
9. Faktor pendukung dalam layanan penguasaan
Konten 34
10. Penelitian relevan 34
5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 38
B. Lokasi penelitian 39
C. Informen penelitian 40
D. Teknik Pengumpulan Data 40
E. Teknik analisis data 42
F. Teknik keabsahan data 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Pendekatan High Touch dan High Tech secara
umum 45
B. Pelaksanaan pendekatan high touch dan high touch dalam
layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman dilihat dari
pendekatan high touch 46
C. Pelaksanaan pendekatan high touch dan high touch dalam
layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman dilihat dari
pendekatan high tech 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 63
B. Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 65
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di lembaga pendidikan telah di kenal layanan bimbingan dan konseling
untuk menjaga siswa agar mereka senantiasa dalam kondisi yang baik dan
juga untuk membantu perkembangan mereka agar optimal. Bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan atas proses pendidikan di sekolah, tanpa
bimbingan dan konseling sebenarnya siswa tetap berkembang, tetapi
perkembangannya tidaklah optimal. Hal ini sesuai dengan visi bimbingan dan
konseling yaitu “pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan
kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya bantuan dalam
pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar para
peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia”. 1 para siswa
sering kali menghadapi sejumlah hambatan, kesulitan atau masalah yang tidak
dapat mereka pecahkan sendiri. Mereka membutuhkan bantuan khusus dalam
bentuk layanan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling termasuk salah satu bidang yang sangat
berperan dan memberi sumbangan yang berarti terhadap pengajaran
bimbingan dan konseling, Konseling salah satu kompetensi penting dalam
pendidikan. Bimbingan dan konseling dapat memberikan bantuan dan tuntutan
1 Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Pekanbaru: Suska Press,
2008), hlm 52
7
yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa pada khususnya di
sekolah menurut Tohirin bimbingan dan konseling adalah:
Proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing (konselor) konseli( klien) melalui pertemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkapkan masalah
konseli sehingga mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya
sesuai dengan potensi, dan mampu melihat masalah yang dihadapinya.2
Secara lebih spesifik, SK Mendikbud No. 025/0/1995 mengemukakan
bahwa: bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta
didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.3
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan
konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
konselor kepada konseli melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal
balik antara keduanya, agar konseli mampu menemukan masalahnya serta
mampu memecahkan sendiri masalahnya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Selanjutnya bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka
mengembangkan segala potensi yang dimiliki secara optimal dengan
menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana
2 Tohirin, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis Integrasi), ( Jakarta:
Raja Grasindo Persada, 2007)h.26 3 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah,(Jakarta:PT Rineka ,2001)hlm.67
8
asuhan yang normative agar tercapai kemandirian dalam diri individu,
sehingga bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.
Penerimaaan layanan konseling hanya individu yang “normal” dan buka
mereka yang mengalami hambatan tidak normal atau cara penyesuaian yang
ekstrim. Konseling membantu individu yang secara esensial normal
menghilangkan kekecewaan dan rintangan yang mencampuri perkembangan.
Layanan konseling di sekolah diupayakan oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor (undang-undang No 20 Tahun 2003). Konselor
menunjukkan kinerja professional dalam menyelenggarakan layanan
konseling untuk memfasiliitasi peserta didik mencapai perkembangan optimal
baik dalam bidang pribadi, sosial, akademik, dan karier. ABKIN (200;189)
menyebutkan bahwa peran konselor sebagai salah satu kompoten student
support services adalah men-support perkembangan aspek pribadi, sosial,
karier, dan akademik siswa, melalui perkembangan menu program layanan
bimbingan dan konseling kepada siswa.
Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan
tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan (klien),
dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan
tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu. Kegiatan yang merupakan
layanan itu mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta
dampak positif layanan yang dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung
dirasakan oleh sasaran (klien) yang mendapat layanan tersebut.
9
Berbagai jenis layanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran
layanan, yaitu peserta didik (klien). Ada sejumlah layanan dalam bimbingan
dan konseling di sekolah yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling
perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok,
layanan layanan konsultasi, layanan mediasi, layanan advokasi, namun dalam
pembahasan kali ini hanya layanan penguasaan konten.4
Layanan penguasan konten (PKO) merupakan layanan bantuan pada
individu (sendiri-sendiri) ataupun dalam kelompok atau klasikal) untuk
menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu. Kemampuan atau
kompetensi yang dipelajari itu merupakan satu unit konten yang di dalamnya
terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, persepsi,
afeksi, sikap dan tindakan yang terkait di dalamnya. Layanan penguasaan
konten membantu individu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara
terintegrasikan. Dengan penguasaan konten, individu diharapkan mampu
memiliki sesuatu yang berguna untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari
serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya terkait dengan konten yang
dimaksud.5
Dalam perkembangan dan kehidupannya, setiap siswa perlu menguasai
berbagai kemampuan atau kompetensi. Dengan kemampuan atau kompetensi
4 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2001)hlm.67 dan 82 5 Prayitno, Konseling Profesional Yang Berhasil, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2017) hlm 93-94
10
itulah siswa hidup dan berkembang. Umumnya kemampuan atau kompetensi
tertentu harus dipelajari. Dengan perkataan lain kepemilikan kemampuan atau
kompetensi tertentu oleh siswa harus melalui proses belajar. Dalam rangka ini,
sekolah dan madrasah harus bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa .
Di dalam makna diatas, secara implikasi telah ditegaskan tujuan layanan
konten, yaitu agar siswa menguasai aspek-aspek konten (kemampuan atau
kompetensi) tertentu secara terintegrasi. Dengan penguasaan konten
(kemampuan atau kompetensi) oleh siswa, akan berguna untuk menambah
wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-
cara tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah-
masalahnya.
Di dalam layanan penguasaan konten terdapat pokok bahasan atau materi
latihan yang dikembangkan oleh pembimbing atau konselor dan diikuti oleh
sejumlah siswa. Isi layanan penguasaan konten dapat mencakup:
pengembangan kehidupan pribadi, pengembangan kemampuan hubungan
sosial, pengembangan kegiatan belajar, pengembangan dan perencanaan
karier, pengembangan kehidupan berkeluarga, pengembangan kehidupan
beragama.
Dalam layanan penguasaan konten terdapat dua teknik yaitu pertama,
sentuhan-sentuhan tingkat tinggi (high touch) yang menyangkut aspek-aspek
kepribadian dan kemanusiaan siswa terutama aspek-aspek afektif, semangat,
nilai-nilai, dan moral. Untuk itu, pembimbing atau konselor harus bisa
mewujudkan: kewibawaannya yang didasarkan pada kualitas kepribadian dan
11
keilmuan, kasih sayang dan kelembutan, keteladanan, pemberian penguatan,
dan tindakan tegas yang mendidik (bukan hukuman). Kedua, pemanfaatan
teknologi tinggi (high tech) guna menjamin kualitas penguasaan konten.
Kualitas penguasaan konten hanya bisa diwujudkan melalui penyajian materi
pembelajaran (konten) yang berkualitas, penggunaan atau penerapan metode
pembelajaran yang tepat, lingkungan alat bantu yang berkualitas, penciptaan
lingkungan pembelajaran yang kondusif, dan penilaian hasil pembelajaran
yang tepat.
Layanan penguasaan konten pada umumnya diselenggarakan melalui
proses pembelajaran secara langsung (bersifat direktif) dalam tatap muka,
dengan format klasikal, kelompok, atau individu. Penyelenggara layanan
(konselor) secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, merangsang,
mendorong, dan menggerakkan (para) peserta untuk berpartisipasi aktif
mengikuti dan menjalani materi kegiatan layanan dengan materi nyata. Dalam
hal ini konselor menegakkan secara penuh dua pilar dalam proses
pembelajaran, yaitu kewibawaan (high touch) dan kewiyataan (high tech).6
Jadi dalam melaksanakan layanan penguasaan konten seorang konselor
harus bisa mendorong, membimbing, dan bisa memberikan konten yang akan
bisa dipahami peserta layanan dengan baik, dan peserta layanan bisa berperan
aktif dalam layanan penguasaan konten.
Observasi yang penulis laksanakan di MAN Kota Pariaman pada tanggal
10 Februari 2020, dari hasil observasi yang dilaksanakan ada siswa bermalas-
6 Prayitno, Konseling Profesional Yang Berhasil, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2017) hlm 100
12
malasan, tidak fokus dalam memperhatikan konten yang diberikan konselor
dan pendekatan high touch dan high tech tidak berjalan dengan baik.
Dalam pendekatan high touch ada aspek-aspek yang harus diterapkan
yaitu aspek afektif, semangat, sikap, nilai dan moral. Dan konselor juga
berwibawa didepan peserta layanannya dengan adanya pengakuan dan
penerimaan, kasih sayang dan kelembutan, pengarahan dan keteladanan,
pemberian penguatan, tindakatan tegas yang mendidik. Pendekatan high tech,
teknologi tingkat tinggi juga akan menjamin kualitas penguasaan konten, jika
konselor mengimplementasikan materi pembelajaran, metode pembelajaran,
alat bantu pembelajaran, lingkungan pembelajaran.
Dalam melaksanakan layanan penguasaan konten jika kedua pendekatan
tersebut terlaksana maka akan sukses konten yang akan diberikan, namun
yang terjadi di lapangan tidak sepenuhnya pendekatan dilaksanakan contohnya
saja konselor tidak sepenuhnya memahami konten yang akan diberikan,
konselor juga tidak memahami apa yang dibutuhkan oleh peserta layanannnya
seperti memberikan sentuhan-sentuhan kasih sayang, jika ada siswa yang
main-main konselornya malahan tidak menegur siswanya.
Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwasanya high touch dan
high tech sangat berpengaruh dalam pelayanan penguasaan konten karena
dalam layanan penguasaan konten seorang konselor harus menerapkan
pendekatan high touch dan high tech supaya konten yang akan diberikan guru
dapat tersampaikan dengan baik.
13
Dari fenomena di atas menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk
meneliti pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech dalam layanan
penguasaan konten. Oleh karena itu penulis merasa penting untuk melakukan
suatu penelitian tentang “Pelaksanaan Pendekatan High Touch dan High
Tech Dalam Layanan Penguasaan Konten di MAN Kota Pariaman”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, penulis
hanya memfokuskan penelitian pada pelaksanaan pendekatan high touch dan
high tech dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, dan fokus masalah di atas penulis
ingin mengajukan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana pelaksanaan
pendekatan high touch dan high tech dalam layanan penguasaan konten di
MAN Kota Pariaman.
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang penulis lakukan
adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendekatan high touch dan
high tech dalam layanan penguasaan konten.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna:
1. Bagi peneliti sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Pogram Studi Strata Satu (S1)
14
2. Bagi guru pembimbing sebagai bahan masukan untuk mengembangan dan
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah serta dapat menambah
wawasan betapa pentingnya manfaat pelaksanaan layanan penguasaan
konten bidang bimbingan pribadi oleh guru bimbingan konseling dalam
meningkatkan kreatifitas anak didik.
3. Bagi sekolah sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan
pelayanan bimbingan dan konseling khsusunya pada layanan penguasaan
konten.
4. Bagi siswa diharapkan dengan penelitian ini akan membantu siswa dalam
menangani kesulitan belajarnya dan lebih memiliki semangat serta
keterampilan-keterampilan dalam mengatasi kesulitan belajarnya.
5. Bagi IAIN BUKITTINGGI sebagai masukan ilmu pengetahuan untuk
memperkaya dan menambah pengetahuan bagi calon pembimbing dan
konselor. Selain itu, diharakan penelitian ini berguna sebagai acuan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
F. Penjelasan judul
Pelaksanaan : Adalah merealisasikan suatu rencana ke dalam
tindakan yang nyata.
Penguasaan konten: Layanan bantuan kepada individu (sendiri-
sendiri ataupun dalam kelompok) untuk
menguasai kemampuan atau kompetensi yang
dipelajari itu merupakan satu unit konten yang
didalamnya terkandung fakta dan data, konsep,
15
proses, hukum dan aturan, nilai, persepsi,
afektif, sikap dan tindakan yang terkait
didalamnya.
Pendekataan high touch: Sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai
aspek-aspek kepribadian dan kemampuan
peserta layanan (terutama apek-aspek afektif,
semangat, sikap, nilai dan moral), melalui
impementasi oleh konselor pilar pembelajaran
yang disebut berwibawa.
Pendekatan high tech: Tenologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas
penguasaan konten, melalui implementasi oleh
konselor.
G. Sistematika pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dari penelitian ini sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penjelasan judul, sistematikan pembahasan.
BAB II: Kajian teori dalam bab ini berisi, kerangka teori, high touch dan high
tech, pelaksanaan penguasaan konten, hambatan dalam layanan penguasaan
konten, tahap-tahap pelaksanaan layanan penguasaan konten, manfaat dari
layanan penguasaan konten, hubungan layanan PKO dengan layanan
16
penempatan dan penyaluran, faktor pendukung dalam layanan penguasaan
konten.
BAB III: Metode penelitian: Bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi
penelitian informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
teknik keabsahan data.
BAB IV: Berisikan tentang hasil penelitian tenang pelaksanaan pendekatan
high touch dan high tech dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota
Pariaman.
BAB V: Berisikan tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. High Touch dan High Tech
1. Pengertian High Touch dan High Tech
a. High Touch
Kewibawaan yang berasal dari kaya wibawa atau disebut dengan
High touch, identik disingkat hi-touch dalam proses pembelajaran kata
“touch” berasal dari bahasa inggris yang artinya sentuhan. Jadi yang
dimaksud dengan high touch yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi
yang mengenai aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta
layanan terutama aspek-aspek afektif, semangat, sikap, nilai dan
moral), melalui implementasi oleh konselor pilar pembelajaran yang
di sebut berwibawa.
Hubungan antara konselor dan peserta layanan dalam layanan
penguasaan konten berlangsung sangat inten. Konselor menggunakan
pendekatan dan berbagai teknik high touch (kewibawaan) yang
mengentas aspek-aspek pribadi klien dalam seluruh proses konseling
yang dibangunnya. Dengan high touch klien didekati, dirinya dibedah
dan dimasuki, digerakkan dan dibangkitkan, unsur-unsur
kemandiriannya ditegakkan.
b. High Tech
Kewiyataan berasal dari kata “wiyata” dalam pengertiannya pada
kamus besar bahasa Indonesia yaitu pengajaran. Maka dalam bahasa
18
inggris kewiyataan yaitu high tech yang berarti teknologi tingkat
tinggi. Jadi yang dimaksud dengan high tech yaitu teknologi tingkat
tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten, melalui
implementasi oleh konselor.
Dengan teknik-teknik khusus yang bernuansa high tech
kewiyataan) konselor mengembangkan dan membina klien untuk
memiliki kompetensi yang berguna, khususnya untuk mengatasi
masalah yang dialaminya. Pendekatan high tech ini diselenggarakan di
atas suasana yang telah dibangun melalui pendekatan high touch.
2. Penerapan Layanan Penguasaan Konten Dilihat Dari Pendekatan
High Touch
melalui implementasi oleh konselor pilar pembelajaran yang disebut
berwibawa meliputi asas-asas:
a. Pengakuan dan penerimaan
b. Kasih sayang dan kelembutan
c. Pengarahan dan keteladanan
d. Pemberian penguatan
e. Tindakan tegas yang mendidik7
Untuk lebih jelasnya gambaran tentang penerapan layanan penguasaan
akan dijelaskan satu persatu indikator.
7 Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan pendukung Konseling,(Padang: suci Photocopy,
2012)hal 96
19
a. Kewibawaan
Sebagai pendidik guru BK harus menunjukkan kewibawaannya
pada saat memberikan materi layanan secara klasikal maupun
individu. Maksud kewibawaan di sini guru Bk sudah menguasai isi
konten yang akan diberikan dan bisa untuk mencontohkan kepada
peserta didik. Penguasaan konten oleh pembimbing akan
mempengaruhi kewibawaannya dihadapan peserta didik dan harus
menguasai dengan berbagai aspeknya yang menjadi isi layanan.
b. Kasih Sayang
Kasih sayang yang diberikan guru BK kepada peserta didik saat
memberikan materi layanan dalam kelas akan mempengaruhi motivasi
peserta didik untuk menerima materi layanan yang disampaikan guru
BK. Selain itu, pendekatan melalui kasih sayang yang diberikan guru
BK mampu merangsang peserta didik memberikan reaksi positif,
tindakan-tindakan kreatif, pengetahuan dan pemikiran dalam mencapai
kemandirian khususnya belajar.
c. Keteladanan
Sebagai seorang guru Bk sangat penting mempunyai keteladanan
yang menjadi contoh untuk semua peserta didik. Keteladanan guru BK
saat memberikan layanan mempengaruhi motivasi peserta didik untuk
menerima materi layanan contohnya guru BK bertutur kata yang baik
saat memberikan layanan penguasaan konten dimana guru BK dituntut
untuk menguasai isi konten yang akan dijelaskan kepada peserta didik.
20
d. Pemberian penguatan
Dalam proses pembelajaran pemberian penguatan atau reinforment
merupakan sesuatu hal yang penting dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik. Kewajiban guru BK ketika memberikan layanan
dengan pemberian penguatan / reinforment yang bertujuan untuk
mengetahui satu persatu peserta didik maupun karakteristik masing-
masing peserta didik.
e. Tindakan tegas mendidik
Tindakan tegas mendidik yang diberikan guru dengan tujuan
supaya peserta didik mau mematuhi semua apa yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk keberlangsungan proses pembelajaran. Pada zaman
sekarang ini dengan berbagai macam tingkah laku peserta didik
menjadi kewajiban untuk guru BK memberikan hukuman yang
bersifat positif. Dalam memberikan tindakan tegas mendidik kepada
peserta didik yang melakukan kesalahan guru BK haruslah
menggunakan kata-kata lemah lembut yang membuat peserta didik
menyadari kesalahnnya.8
3. Penerapan Layananan Penguasaan Konten Dilihat Dari Pendekatan
High Tech
High tech yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas
penguatan konten, melalui implementasi oleh konselor.
8 Rahmah Tusa Diah, Penerapan Layanan Penguasaan Konten Oleh Guru BK(STKIP
Sumatera barat:2016)
21
a. Materi pembelajaran
b. Metode pembelajaran
c. Alat bantu pembelajaran
d. Lingkungan pembelajaran
e. Penilaian pembelajaran
Untuk lebih jelasnya tentang layanan penguasaan konten akan
dijelaskan satu persatu indikator
a. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan penjabaran dari kurikulum yang harus
dikuasai siswa yang memuat sejumlah ilmu pengetahuan yang dapat
mengembangkan diri siswa. Penguasaan materi pembelajaran bagi
guru merupakan hal yang sangat menentukan, khususnya dalam proses
pembelajaran yang melibatkan guru mata pelajaran.9
Sebelum memberikan layanan penguasaan konten kepada peserta
didik guru BK harus menguasai isi materi atau konten dengan berbagai
aspek yang menjadi isi layanan. Semakin guru BK menguasai isi
konten yang akan diberikan kepada peserta layanan akan semakin
mengerti apa yang dijelaskan oleh guru Bk.
Materi konten dapat dibangun dengan memanfaatkan kondisi dan
berbagai hal yang ada dilingkungan sekitar. Dalam kaitan ini hal yang
paling penting adalah daya improvisasi konselor dalam membangun
konten yang dinamis dan kaya.
9 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar mengajar, Jakarta:Rineka Cipta, 19996, hlm 50
22
b. Metode pembelajaran
Pada saat ingin memberikan layananan penguasaan konten guru
BK haruslah bisa menyampaikan isi materi atau konten dengan baik,
konselor membawa konten kearah layanan penguasaan konten.
c. Alat bantu pembelajaran
Alat bantu pembelajaran sangat mendukung ketika proses
pembelajaran berlangsung. Dalam memberikan layanan penguasaan
konten kepada peserta layanan guru Bk sebaiknya menggunakan
media atau alat bantu untuk membantu menjelaskan materi layanan.
Untuk memperkuat proses pembelajaran dalam rangka penguasaan
konten, konselor dapat menggunakan berbagai perangkat keras dan
perangkat lunak media pembelajaran.
d. Lingkungan pembelajaran
Tempat penyelenggaraan penguasaan konten disesuaikan pula
dengan aspek-aspek konten serta kondisi peserta. penyelenggaraan
layanan dengan format klasikal dapat diselenggarakan di dalam
ruangan kelas atau di luar kelas. Format layanan individual
sepenuhnya tergantung pada pertimbangan konselor dan persetujuan
klien.
e. Penilaian hasil pembelajaran
Secara umum layanan penguasaan konten diorientasikan kepada
diperolehnya kelima dimensi belajar (tahu, bisa, mau, biasa, dan
ikhlas) terkait dengan konten tertentu dengan masalah yang dihadapi.
23
Secara khusus penilaian hasil layanan penguasaan konten ditekankan
kepada penguasaan peserta atau klien atas aspek-aspek konten yang
dipelajari.10
B. Layanan Penguasaan Konten
1. Pengertian Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada
individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai
kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar11.
Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan suatu unit
konten yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses,
hukum dan aturan, nilai, persepsi, afektif, sikap, dan tindakan. Dengan
penguasaan konten, individu (siswa) diharapkan mampu memenuhi
kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Oleh
sebab itu, layanan konten juga bermakna suatu bantuan kepada individu
(siswa) agar menguasai aspek-aspek konten tersebut secara terintegrasi.12
Dalam perkembangan dan kehidupannya, setiap siswa perlu
menguasai berbagai kemampuan atau kompetensi, dengan kemampuan
atau kompetensi itulah siswa hidup dan berkembang. Umumnya
kemampuan atau kompetensi tententu harus dipelajari. Dengan perkataan
lain kepemilikan kemampuan atau kompeteni tertentu oleh siswa harus
10 Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan pendukung Konseling,(Padang: suci Photocopy,
2012)hal 96-103 11 Mulyadi, Bimbingan Konseling di Sekolah &Madrasah, Jakarta:Prenadamedia Group.
201, hal, 295 12 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011),hlm.158
24
melalui proses belajar. Dalam rangka ini, sekolah dan madrasah harus bisa
memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Dalam kaitannya penguasaan konten aspek-aspek konten tersebut
adalah untuk mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasan
yang baik. Sikap sebagai sebuah kecendrungan berfikir yang terdiri dari
tiga komponen, yaitu kognitif atau keyakinan terhadap suatu obyek,
kognitif atau kecendrungan berperilaku pada diri seseorang terhadap
obyek. Dengan pengembangan sikap yang baik maka reaksi yang timbul
individu akan siap membantu, memperhatikan, dan berbuat yang
menguntungkan obyek tersebut. Setelah terbentuknya sikap maka
diharapkan akan dapat dilakukan secara berulang-ulang menjadi suatu
kebiasaan yang baik.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa layanan
penguasaan konten yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan konseling
dalam rangka membantu individu (siswa) untuk dapat menguasai
kemampuan atau kompetensi untuk mendukung kehidupan dan
perkembangan siswa berupa pengembangan sikap dan kebiasaan yang
baik. Dalam hal ini dilakukan oleh guru bimbingan konseling MAN
Pariaman dalam menemukan bagaimana pelaksanaan pendekatan high
touch dan high tech dalam layanan penguasaan konten
25
2. Tujuan Layanan Penguasaan Konten
a. Tujuan umum
Seperti disinggung diatas, tujuan umum layanan PKO ialah
dikuasainya suatu konten tertentu. Penguasaan konten ini perlu bagi
individu atau klien untuk menambah wawasan dan pemahaman,
mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara atau
kebiasaan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi
masalah-masalahnya. Dengan penguasaan konten yang dimaksud itu
individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya
secara efektif kehidupan efektif sehari-hari atau KES).
Dengan penguasaan konten yang baru subjek sasaran layanan lebih
mampu mandiri dalam mengimplementasikan konten-konten baru
tersebut pengendalian diri menyertai kemandirian, sehingga
implementasi konten-konten baru berlangsung secara sukses.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus layanan PKO dapat dilihat pertama dari
kepentingan individu atau klien mempelajarinya, dan kedua dari isi
konten itu sendiri. Tujuan khusus layanan PKO terkait dengan fungsi-
fungsi konseling.
1) Fungsi pemahaman, menyangkut konten-konten yang diisinya
merupakan berbagai hal yang perlu dikuasai. Dalam hal ini
seluruh aspek konten (yaitu fakta, data, konsep, proses, hukum
dan aturan, nilai, dan bahkan aspek yang menyangkut persepsi,
26
afektif, sikap dan tindakan) memerlukan pemahaman yang
memadai. Konselor dan klien perlu menekankan aspek-aspek
pemahaman dari konten yang menjadi fokus layanan PKO.
2) Fungsi pencegahan dapat menjadi muatan layanan PKO apabila
kontennya memang terarah kepada terhindarkanya individu atau
klien dari mengalami masalah tertentu atau kehidupan efektif
sehari-hari yang terganggu-KES-T).
3) Fungsi pengentasan akan menjadi arah layanan apabila
penguasaan konten memang untuk mengatasi masalah (KES-T)
yang sedang dialami klien.
4) Penguasaan konten dapat secara langsung maupun tidak langsung
mengembangkan di satu sisi dan di sisi lain memelihara potensi
individu atau sasaran layanan. Pembelajaran dalam layanan PKO
dapat mengemban fungsi pengembangan dan pemeliharaan otensi
klien.
5) Penguasaan konten yang tepat dan terarah memungkinkan
individu membela diri sendiri terhadap ancaman atau pun
pelanggaran atas hak-haknya dengan demikian, layanan PKO
dapat mendukung fungsi advokasi. Dalam menyelenggarakan
layanan PKO konselor perlu menekankan secara jelas dan spesifik
fungsi-fungsi konseling mana yang menjadi arah layanannya
dengan konten khusus yang menjadi fokus kegiatannya.
27
Penekanan atas fungsi itulah, sesuai dengan isi konten yang
dimaksud, akan dicapai tujuan khusus layanan PKO.
3. Komponen
Komponen layanan PKO adalah konselor, individu atau klien, dan
konten yang menjadi isi layanan.
a. Konselor
Konselor adalah tenaga ahli pelayanan konseling, penyelenggara
layanan PKO dengan menggunakan berbagai modus dan media
layanannya. Konselor menguasai konten yang menjadi isi layanan
PKO yang diselenggarakan.
b. Sasaran layanan
Konselor menyelenggarakan layanan PKO terhadap seorang atau
sejumlah individu yang memerlukan penguasaan atas konten yang
menjadi isi layanan. Individu adalah subjek yang menerima layanan,
sedangkan konselor adalah pelaksana layanan. Individu penerima
layanan PKO dapat merupakan peserta didik (siswa di sekolah), klien
yang secara khusus memerlukan bantuan konselor, atau siapa pun
yang memerlukan penguasaan konten tertentu demi pemenuhan
tuntutan perkembangan atau kehidupannya.
c. Materi layanan
Konten merupakan isi layanan PKO, yaitu satu unit materi yang
menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh
konselor dan diikuti atau dijalani oleh individu peserta layanan, yang
28
secara langsung terkait dengan nilai-nilai P3-NKC. Konten PKO dapat
diangkat dari bidang-bidang pelayanan konseling, yaitu bidang-
bidang:
1) Pengembangan kehidupan pribadi
2) Pengembangan kemampuan hubungan sosial
3) Pengembangan kegiatan belajar
4) Pengembangan dan perencanaan karier serta kehidupan
berpekerjaan
5) Pengembangan kehidupan berkeluarga
6) Pengembangan kehidupan bermasyarakat / berkewarganegaraan
7) Pengembangan kehidupan beragama
Berkenaan dengan semua bidang pelayanan yang dimaksudkan itu
dapat diambil dan dikembangkan berbagai hal yang kemudian dikemas
menjadi topik atau pokok bahasan, bahan latihan, atau isi kegiatan
yang diikuti oleh peserta pelayanan PKO. Konten dalam layanan PKO
itu sangat bervariasi, baik dalam bentuk materi maupun acuannya.
Acuan yang dimaksud itu dapat terkait dengan tugas-tugas
perkembangan peserta didik, kegiatan dan hasil belajar siswa, nilai dan
moral karakter-cerdas serta tata karma pergaulan, peraturan dan
disiplin sekolah, bakat, minat, dan arah karier, ibadah
keagamaan,kehidupan atau klien
29
4. Asas dan Dinamika Kegiatan
a. Asas kegiatan
Layanan PKO pada umumnya bersifat terbuka. Asas yang paling
diutamakan adalah asas kegiatan. Dalam arti peserta layanan
diharapkan benar-benar aktif mengikuti dan menjalani semua kegiatan
yang ada di dalam proses layanan. Asas kegiatan ini dilandasi oleh
asas kesukarelaan dan keterbukaan dari peserta layanan. Dengan
ketiga asas tersebut proses layanan akan berjalan lancar dengan
keterlibatan penuh peserta layanan.
Secara khusus, layanan PKO dapat diselenggarakan terhadap klien
tertentu. Layanan khusus ini dapat disertai asas kerahasiaan apabila
klien dengan kontennya itu menghendakinya. Dalam hal ini konselor
harus memenuhi dan menepati asas tersebut.
b. Dinamika kegiatan: BMB3
Penguasaan konten dibina dan nantinya (pasca layanan)
dilaksanakan oleh sasaran layanan. Dalam hal ini peran dinamika
BMB3 merupakan suatu keniscayaan dalam layanan PKO. Semua
unsur dalam konten yang dibahas harus dipikirkan berbagai kaitannya,
dirasakan kearah aspek emosional positif, disikapi secara positif hal-
hal yang menguntungkan dan dihindari hal-hal yang merugikan,
direalisasikan dalam bentuk tindakan nyata, dan
dipertanggungjawabkan berbagai dampak dan akibatnya. Dalam
30
pembinaan penguasaan konten melalui proses layanan dinamika
BMB3 benar-benar teraktifkan pada diri sasaran layanan.
5. Pendekatan Unsur Kegiatan Layanan
a. Pendekatan
Layanan PKO pada umumnya diselenggarakan melalui proses
pembelajaran secara langsung (bersifat direktif) dalam tatap muka,
dengan format klasikal, kelompok, atau individual. Penyelenggara
layanan (konselor) secara aktif menyajikan bahan, memberikan
contoh, merangsang, mendorong, dan menggerakkan (para) peserta
untuk berpartisipasi aktif mengikuti dan menjalani materi kegiatan
layanan dengan materi nyata. Dalam hal ini konselor menegakkan
secara penuh dua pilar dalam proses pembelajaran, yaitu: kewibawaan
(high touch) dan kewiyataan (high tech).
b. Format dan penerapan
Layanan PKO pada umumnya diselenggarakan dalam format
klasikal dengan menerapkan tahapan 5-an/5-in sepenuhnya tahapan
pengantaran dilaksanakan untuk memberikan arah berkenaan dengan
apa dan untuk apa serta capaian yang hendaknya diperoleh para
peserta layanan. Tahapan pengantaran segera diikuti dengan tahapan
penjajakan dan penafsiran. Tahapan pengartian mengarahkan sasaran
layanan untuk benar-benar memahami apa yang harus mereka kuasai
dan laksanakan sebagai hasil PKO. Untuk itu, mereka juga perlu
mengatahui apa yang sudah dan belum mereka tahapan penjajakan.
31
Apa yang sudah dan belum diketahui/ dilaksanakan oleh sasaran
layanan itu dibahas dan didalam melalui tahapan penafsiran, untuk
selanjutnya menjadi substansi PERPOSTUR dengan AKURS-nya
yang kualitas capaiannya diungkapkan melalui tahapan penilaian.
c. Teknik
1) Penguasaan konten oleh konselor
Pertama-tama konselor menguasai konten dengan berbagai
aspeknya yang akan menjadi isi layanan. Makin kuat penguasaan
konten ini oleh konselor akan semakin meningkatkan kewibawaan
konselor di mata peserta layanan. Untuk memperkuat penguasaan
konten, pemanfaatan berbagai sumber oleh konselor sangat
diharapkan. Suatu konten tidak hanya dapat dibangun berdasarkan
sumber-sumber yang canggih. Materi konten dapat dibangun
dengan memanfaatkan kondisi dan berbagai hal yang ada di
lingungan sekitar. Dalam kaitan ini, hal yang paling penting adalah
daya improvisasi konselor dalam membangun konten yang dinamis
dan kaya.
2) Pendalaman konten
Setelah konten dikuasai, konselor membawa konten tersebut
kearah layanan PKO. Berbagai teknik dapat digunakan, yaitu:
a) Penyajian. Konselor menyajikan materi pokok konten, setelah
para peserta disiapkan sebagaimana mestinya.
32
b) Tanya jawab dan diskusi. Konselor mendorong partisipasi aktif
dan langsung para peserta melalui dinamika BMB3, kegiatan
ini dapat berupa:
(1) Diskusi kelompok
(2) Penugasan dan latihan terbatas survey lapangan atau studi
kepustakaan
(3) Percobaan (termasuk kegiatan laboratorium, bengkel, dan
studio)
(4) Latihan tindakan (dalam rangka pengubahan tingkah laku)
(5) Refleksi BMB3, terfokus pada PERPOSTUR dengan
AKURS-nya
3) Penggunaan media
Untuk memperkuat proses pembelajaran dalam rangka
penguasaan konten, konselor dapat menggunakan berbagai
perangkat keras dan perangkat lunak media pembelajaran, melalui
alat peraga (alat peraga langsung, contoh, reflika dan miniatur),
media tulis dan grafis, peralatan dan program elektronik (radio dan
rekaman, OHP, komputer, LCD, dan lain-lain). Penggunaan media
ini akan meningkatkan aplikasi high tech dalam layanan PKO.
d. Waktu dan Tempat
Layanan PKO dapat diselenggarakan kapan saja dan di mana saja,
sesuai dengan kesepakatan konselor dan para pesertanya, serta aspek-
aspek konten yang dipelajari. Makin besar paket konten, makin banyak
33
waktu yang diperlukan. Konselor merencanakan dan mengatur
penggunaan waktu dengan memerhatikan aspek-aspek yang dipelajari
dan kondisi peserta.
Tempat penyelenggaraan PKO disesuaikan pula dengan aspek-
aspek konten serta kondisi peserta. penyelenggaraan layanan dengan
format klasikal dapat diselenggarakan di dalam ruangan kelas di
sekolah, sedangkan format kelompok di dalam ruang kelas atau di luar
kelas. Format layanan individual sepenuhnya tergantung pada
pertimbangan konselor dan persetujuan peserta. Layanan PKO dengan
konten khusus dapat diselenggarakan terintegrasikan dalam layanan
bimbingan kelompok, konseling kelompok, atau konseling perorangan.
e. Keterkaitan
1) Keterkaitan jenis layanan lain
Diantara berbagai layanan konseling, layanan PKO dapat
berdiri sendiri. Di samping itu, layanan PKO dapat juga menjadi isi
layanan-layanan konseling lainnya. Dalam hal ini ditekankan
perlunya sasaran layanan menguasai suatu konten tertentu terkait
dengan permasalahannya. Dengan demikian, upaya penguasaan
konten tertentu dapat diintegrasikan ke dalam layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, konseling perorangan,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, dan
mediasi.
34
Bentuk keterkaitan yang dimaksud itu dapat berupa integrasi,
dan pula tindak lanjut. Dalam menangani seseorang atau sejumlah
sasaran layanan konselor perlu mencermati kebutuhan dalam
penanganan masalah, sehingga keterkaitan berbagai layanan itu
menjadi jelas dan termanfaatkan dengan optimal oleh sasaran
layanan.13
6. Hambatan Dalam Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada
individu baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai
kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Dalam
pelaksanaan layann penguasaan konten hambatan yang sering terjadi atau
muncul berasal dari berbagai macam sisi seperti:
a. Pribadi, fisik dan kesehatan konselor itu sendiri
b. Sosial, hubungan yang kurang baik yang terjadi diantara personil di
sekolah.
c. Profesional kerja, kedisiplinan potensi, keterampilan, etos kerja.
d. Penguasaan ilmu paedagogik.
Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan suatu unit
konten yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses,
hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan. Dengan
penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Oleh karena itu
13 Prayitno, Konseling Profesional yang Berhasil, (PT Rajagrafindo Persada:Jakarta,
2017) hal,94
35
layanan penguasaan konten juga bermaksud suatu bantuan kepada agar
menguasai aspek-aspek konten tersebut di atas secara terintegrasi.
Dalam perkembangan dan kehidupannya, setiap siswa perlu menguasai
berbagai kemampuan dan kompetensi. Dengan kemampuan atau
kompetensi itulah siswa hidup dan berkembang. Umumnya kemampuan
atau kompetensi tertentu oleh siswa harus melalui proses belajar. Dengan
rangka ini, sekolah dan madarasah harus bisa memenuhi kebutuhan siswa.
Hambatan dalam layanan penguasaan konten juga terbagi 2 yaitu:
b. Hambatan internal
Hambatan internal ini berkaitan dengan kompetensi konselor,
konselor kurang menguasai materi atau konten yang akan diberikan
kepada siswanya.
c. Hambatan eksternal
Tidak tersedianya media pembelajaran yang mendukung diantara
kurang tersedianya perangkat keras dan perangkat lunak yang meliputi
alat peraga (alat peraga langsung, contoh replica dan miniature), media
tulis dan grafis, peralatan dan program elektronik (komputer, LCD,
dan lain-lain).
7. Tahap-Tahap Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten
a. Perencaan
1) Menetapkan subjek atau peserta layanan
36
2) Menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara
rinci
3) Menetapkan proses dan langkah-langkah layanan
4) Menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan, termasuk media
dengan perangkat keras dan lemahnya Menyiapkan kelengkapan
administrasi
b. Pelaksanaan
1) Melaksanakan kegiatan layanan melalui pengorganisasian proses
pembelajaran penguasaan konten
2) Mengimplementasikan high touch dan high tech dalam proses
pembelajaran
c. Evaluasi
1) Menetapkan materi evaluasi
2) Menetapkan prosedur evaluasi
3) Menyusun insrumen evaluasi
4) Mengaplikasikan instrumentasi evaluasi
5) Mengolah hasil aplikasi instrumentasi
d. Analisis hasil evaluasi
1) Menetapkan norma/standar evaluasi
2) Melakukan analisis
3) Menafsirkan hasil evaluasi
e. Tindak lanjut
1) Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
37
2) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada peserta layanan
dan pihak-pihak terkait
3) Melaksanakan rencana tindak lanjut
f. Laporan
1) Menyusun laporan pelaksanaan layanan PKO
2) Menyampaikan laporan pada pihak terkait
3) Mendokumentasikan laporan layanan
8. Manfaat Dari Layanan Penguasaan Konten
a. Siswa dapat menguasai tugas perkembangan sesuai dengan
kemampuan dan kompetensi yang diajarkan.
b. Membantu individu/siswa agar tercegah dari masalah-masalah tertentu
terlebih apabila kontennya terarah kepada terhindarnya individu atau
klien dari mengalami masalah tertentu.
c. Mengembangkan potensi diri individu (siswa) sekaligus memelihara
potensi-potensi yang telah berkembang pada diri siswa.
9. Faktor Pendukung Dalam Layanan Penguasaan Konten
a. Faktor internal yaitu
Kondisi yang bepengaruh dalam proses belajar yang berasal dari
diri sendiri sehingga terjadi perubahan tingkah lakunya, yang meliputi
kecerdasan, bakat, kecapakan. Minat, motivasi belajar, kondisi fisik
dan mental.
38
b. Faktor eksternal yaitu berbagai kondisi di luar individu yang dapat
mempengaruhi belajarnya diantaranya lingkugan sekolah, lingungan
keluarga masyarakat14.
C. Penelitian relevan
Penelitian yang relevan pada judul skripsi penulis yaitu diantaranya
sebagai berikut:
1. Ida umami, Berdasarkan temuan hasil penelitian dapat dikemukakan
bahwa pendidik memiliki pemahaman yang beragam tentang peserta
didik tahun ajaran 2014/2015. Keragaman pemahaman tersebut sangat
dimungkinkan dengan adanya latar belakang pendidikan pendidikan
yang beragam pula. Demikian juga halnya dengan pemahaman
pendidik SMA Negeri Padang tentang peserta didik. Apabila dilihat
dari ketercapaiannya dapat dikemukakan bahwa sebagian pemahama
pendidik SMA Negeri Padang tetang peserta didik berada pada
kategori sedang ke bawah karena masuk dalam karegori main dan
main – 1SD, sedangkan yang masuk pada kategori main+ 1SD kurang
dari 20% dari total jumlah responden. Selanjutnya data hasil temuan
penelitian berkaitan dengan aplikasi pemahamn pendidik tentang
peserta didik dalam proses pembelajaran menurut peserta didik apabila
dilihat ketercapaian dapat dikemukakan bahwa sebagian besar skor
aplikasi pemahaman pendidik tentang peserta didik melalui penerapan
high touch dalam proses pembelajaran menurut peserta didik SMA
14 Heni Pratiwi,Penguasan Konten Dalam Berbagai Bidang Layanan BK (2017)
39
Negeri Padang berada pada kategori kurang, sedangkan yang masuk
pada kategori cukup apalagi baik kurang dari 40%.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian sebelumnya penelitian menggunakan penelituan deskriptif
kualitatif yaitu melihat bagaimana penerapan layanan penguasaan
konten oleh guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar peserta
didik di kelas X SMK Negeri 4 Padang, sedangkan penelitian ini
penelitian melihat proses pelaksanaan pendekatan high touch dan high
tech dalam layanan penguasaan konten .
2. Rahmah tusa diah, NPM: 1206170. Penerapan layanan penguasaan
konten oleh guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar peserta
didik di kelas X SMK Negeri 4 Padang tahun ajaran 2016/2017.
Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai penerapan layanan
penguasaan konten oleh guru BK dalam meningkatkan motivasi
belajar peserta didik dikelas SMK Negeri 4 Padang berada kategori
cukup baik. Jadi ,rata-rata penerapan layanan penguasaan konten yang
dilakukan oleh guru BK kepada peserta didik kelas X dalam
menigkatkna motivasi belaar berada pada kategori Cukup baik.
Selanjutnya yang harus dilakukan guru BK terkait meningkatkan
motivasi belajara peserta didik dengan memberikan layanan
penguasaan konten tidak hanya terfokus kepada materi layanan yang
akan diberikan kepada peserta didik saja melainkan juga lebih
mengetahui watak setiap peserta didik yang menjadi peserta layanan
40
guru BK, kemudia yang terpenting guru BK harus memperhatikan
peserta didik apakah siap menerima materi layanan atau belum siap
untuk menerima materi layanan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian sebelumnya penelitian menggunakan penelitian deskriptif
kuantitatif yaitu untuk memperoleh gambaran berkenaan dengan
pemahaman pendidik tentang peserta didik dan aplikasinya dalam
proses pembelajaran dengan judul, aplikasi kewibawaan (high touch)
dan kewiyataan (high tech) dalam proses pembelajaran sebagi wujud
pemahaman guru terhadap kakekat kemanusiaan peserta didik.
Sedangkan penelitian ini penelitian melihat bagaimana pelaksanaan
layanan informasi dalam membentuk rasa hormat siswa pada guru.
Sesuai judul penelitian di atar, maka ruang lingkup penelitian ini
adalah tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis peneltian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif (qualitative
research ) dengan melakukan penlitian lapangan (field research). Menurut
Emzir, “penelitian deskriptif adalah penelitian yang memaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada yaitu keadaan,
gejala menurut apa adanya pada saat penelitian”.15 Sedangkan menurut A.
Muri Yusuf menjelaskan bahwa, “penelitian deskriptif adalah salah satu jenis
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, factual,
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu untuk
mencoba mengambarkan fenomena secara detail”.16
Berdasarkan kutipan di atas penelitian dekriptif merupakan jenis penelitian
yang menggambarkan keadaan objek penelitian dan mendeskripsikannya
secara sistematis, factual, dan akurat. Penelitian ini memberikan gambaran
yang factual tentang keadaan dan fenomena yang ada pada subjek penelitian.
Sedangkan penelitian kualitatif itu sendiri menurut Sudarwan Danim
adalah, “pendekatan sisitematis dan subjektif yang digunkan untuk
menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya”.17
Sedangkan menurut Lexy J Moleong menyatakan bahwa:
15 Emzir, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan kualitatif, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hal.174 16 A. Muri Yusuf, Metodologi Penelitian, (Padang:UNP, 1987),hal 16 17 Sudarwan Danim, Menjadi Penelitian Kualitatif, (Bandun:Pustaka setia, 2002),hal.32
42
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi,
motifasi, tindakan, dll. Secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang dialamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.18
Berdasarkan kutipan di atas penelitian kualitatif merupakan jenis
penelitian yang menggambarkan suatu kondisi tentang prilaku, persepsi,
pengetahuan, dan lain-lain secara sistematis dan subjektif.
Penelitian kualitatif ini bermaksud untuk member makna atas fenomena
dan peneliti harus memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses
penelitian, sebagaimana dijelaskan Sudarwan Danim bahwa pada penelitian
kualitatif “penelitian sebagai instrumentasi utama, dengan pendekatan utama
observasi dan wawancara”19. Dengan mengunakan alat ungkap observasi dan
wawancar, diharapkan penelitian lebih mudah mendeskripsikan secara
sistematis, factual, dan akurat mengenai fenomena yang terkait dengan focus
penelitian ini akan digambarkan bagaimana pelaksanaan pendekatan high
touch dan high tech dalam layanan penguasaan konten di MAN Pariaman.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di MAN Kota Pariaman. Adapun penelitian
mengambil lokasi ini karena di MAN Kota Pariaman, peneliti melihat adanya
permasalahan yang perlu ditindak lanjuti melalui penelitian ilmiah, selain di
sekolah tersebut penelitian temukan permasalahan yang perlu ditindak lanjuti,
maka dariitu peneliti tertarik untuk penelitian di sekolah MAN Kota Pariaman.
18 Lexy J Moleng. Metodologi Penelitian, (Jakarta:Rosda Karya, 2006), hal. 6 19 Sudarwan Danim, Menjadi Penelitian Kualitatif (Bandung:Pustaka Setia, 2002), hal.32
43
C. Informan penelitian
Informan adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian
sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.20 Dalam
satu informasi dapat memberikan informasi-informasi yang akan
dikembangkan. Adapun yang menjadi informen kunci dalam penelitian ini
adalah 1 orang guru BK yang ada di MAN Pariaman, sedangkan yang menjadi
informen pendukung adalah siswa kelas X di MAN Pariaman.
D. Teknik Pengumpulan Data
Terkait dengan jenis penelitian ini yaitu dekriptif kualitatif, maka teknik
dan alat pengumulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan
secara sistematis.21 Teknik pengumpulan dengan observasi digunakan
apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala, alam, dan jika responden yang diamati tidak terlalu
besar. Observasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana Pelaksanaan
pendekatan High Touch dan High Tech dalam layanan penguasaan
konten
Berdasarkan penjelasan diatas maka yang akan penulis observasi
itu adalah pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech dalam
layanan penguasaan konten di MAN Pariaman.
20 Burhan Bungi, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Prenada Media
group),hal.78
44
2. Wawancara
“Wawancara adalah percakapan dengan mengajukan pertanyaan
secara lisan dan langsung oleh pewawancara (interviewer) kepada
yang diwawancarai (interview) untuk mendapatkan informasi atau
keterangan yang dibutuhkan”.22 Sedangkan menurut Moer Setyo
Rahardi Sudrajad, wawancara adalah “instrument pengumpulan data
yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
sumbernya”.23
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa dengan
melakukan wawancara, maka penulis dengan mudah mendapatkan
data-data atau informasi yang ada di sekolah terkait dengan
pelaksanaan layanan penguasaan konten.
Menurut Sudarwan Danim, ada beberapa langkah-langkah
wawacara yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Pembukaan, yaitu peneliti menciptakan suasana kondusif, memberi
penjelasan fokus yang dibicarakan, tujuan wawancara, waktu yang
akan dipakai atau sebagainya.
b. Pelaksanaan, yaitu ketika memasuki inti wawancara, sifat kondusif
tetap diperlukan dan juga suasana informal.
22 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), hal.
186 23 M. Subana dan Moer Setyo Rahardi Sudrajat, Statistic Pendidikan, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2005), hal. 29
45
c. Penutup, berupa pengakhiran dari wawancara lebih lanjut, tindak
lanjut yang bakal dilakukan, dan sebagainya.24
Wawancara biasanya dilakukan kepada sejumlah responden
yang jumlahnya relative terbatas dan memungkinkan bagi peneliti
untuk mengadakan kontak langsung secara berulang-ualang sesuai
dengan keperluan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan informen yaitu 1 guru Bimbingan dan Konseling
untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman.
3. Dokumentasi
Menurut Husaini Usman teknik pengumpulan data melalui
“dokumentasi adalah pengambilan data melalui dokumen-dokumen”.25
Untuk melengkapi data-data atau keterangan melalui wawancara
dengan personil sekolah, penulis menggunakan dokumen-dokumen
atau data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan penguasaan
konten di sekolah. Pelaksanaan tersebut dilakukan dengan siswa yang
ada di sekolah tersebut. Dokumentasi yang penulis maksud disini
seperti RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan).
E. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul yang penilis peroleh melalui observasi,
wawancara.data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara menyeleksi data
24 Sudarwan Danim, op. cit, hal. 138 25 Husaini Usman dan Purnomo Setia Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara), hal. 73
46
atau inormasi kemudian diklarifikasi, setelah it akan dianalisis data terdapat
tiga alur kegiatan yang akan dilakukan dalam analisis data yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data yaitu proses penyeleksian, penyederhanaan,
pengabstrakan dan pemindahan data yang diperoleh lapangan sebagai
wahana perangkuman data.26 Pengabstrakan data ini merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti. Selanjutnya adalah untuk penyusunan
dalam satuan-satuan. Langkah ini peneliti lakukan dengan cara memeriksa
dan menganalisis seluruh data yang diperoleh dari observasi, wawancara
dan dokumentasi setelah diperiksa dilakukan penyeleksian dan
penyederhanaan data sesuai dengan data yang dibutuhkkan bedarskan
fokus penelitian.
2. Display Data
Display data adalah penyajian data yang dengan menampilkan
inormasi yang didapat melalui kegitan reduksi. Penyajian data akan
disesuaikan dengan permasalahan yang teliti. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, filo wchart, dan sejenisnya.27
3. Verifikasi data
Verifikasi data adalah penarikan kesimulan dari penelitian. Dalam
penelitian ini penelitian menarik kesimpulan dari informasi yang telah di
dapatkan dan dianalisis
26LexyJ.Moleong, MetodePenelitianKualitatif, (Padang: RosdaKarya, 2014), h.190 27Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan, (PendekatanKualitatif,Kuantitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta,2015), cet ke-8, h.341
47
F. Teknik Keabsahan Data
Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagi teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.28 Teknik triangulasi data
yang digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain. Triangulasi data
dengan sumber lainnya berarti membandingkan dan mengecek kembali
derajat-derajat kepercayaan suatu informasi yang diperolehnya melalui waktu
dan data yang berbeda dalam metode kualitatif.
Hal ini dapat dicapai dengan jalan membandingkan:
1. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya selama penelitian dilaksanakan.
28 Sugiyono,2011, MetodePenelitianPendidikan (PendekatanKualitatifdan R&D),
(Bandung:Alfbeta), hal.24
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Pendektan High Touch Dan High Tech Secara Umum
Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai pelaksanaan
pendekatan high touch dan high tech dalam layanan penguasaan konten di
MAN Kota Pariaman di kelas X berada pada kategori cukup baik. Jadi, rata-
rata pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech di kelas X dalam
layanan penguasaan konten berada pada kategori baik. Selanjutnya yang
harus di lakukan oleh seorang guru BK terkait dengan pendekatan high
touch dan high tech dalam layanan penguasaan konten tidak hanya terfokus
kepada materi layanan yang akan diberikan kepada peserta layanan saja
melainkan juga lebih mengetahui watak setiap peserta didik yang menjadi
peserta layanan guru BK, kemudian yang terpenting guru BK harus
memperhatikan peserta layanan atau belum siap menerima materi layanan
atau belum siap untuk menerima materi layanan.
Konselor melaksanakan kegiatan layanan melalui dimanfaatkannya
seoptimal mungkin berbagai sarana yang telah disiapkan/diorganisasikan,
melalui layanan PKO itu diimplementasikan pilar high touch dan high tech
dengan mengaktifkan sasaran layanan ber-BMB3. Dalam hal ini konselor
menegakkan dua nilai proses pembelajaran, yaitu:
High touch, yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai
aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta layanan terutama aspek-
49
aspek afektif semangat, sikap, nilai, dan moral) melalui implementasi oleh
konselor pilar pembelajaran yang disebut berwibawa meliputi, pengakuan
dan penerimaan, kasih sayang dan kelembutan, pengarahan dan keteladanan,
pemberian penguatan, tindakan tegas yang mendidik.
High tech, yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas
penguasaan konten, melalui implementasi oleh konselor, materi
pembelajaran (konten), metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran.
B. Pelaksanaan Pendekatan High Touch Dan High Touch Dalam Layanan
Penguasaan Konten Di MAN Kota Pariaman Dilihat Dari Pendekatan
High Touch
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech dalam
layanan penguasaan kontendi MAN Kota Pariaman dilihat dari pendekatan
high touch berada pada kategori baik. Pendekatan melalui high touch ini
diberikan guru BK kepada peserta layanan saat memberikan layanan untuk
menggerakan peserta layanan agar berpartisipasi aktif dan merasa nyaman
saat menerima materi layanan. High touch adalah sentuhan-sentuhan tingkat
tinggi yang mengenai aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta
layanan melalui kewibawaan, kasih sayang, keteladanan, tindak tegas
mendidik, pemberian penguatan. Untuk lebih jelasnya gambaran tentang
penerapan layanan penguasaan konten oleh guru K dalam meningkatkan
50
motivasi belajar peserta didik kelas X MAN Kota Pariaman akan dijelaskan
satu persatu indikator.
1. Kewibawaan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendektan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman dilihat dari
pendekatan kewibawaan sudah berada pada kategorikan cukup baik
sebagai pendidik guru BK harus menunjukan kewibawaannya pada saat
memberikan materi layanan secara klasikal maupun individual. Maksud
kewibawaan disini guru BK sudah menguasai isi konten yang akan
diberikan dan bisa untuk diberikan dan bisa untuk mencontohkanya
kepada peserta layanan.
Dari hasil wawancara dengan salah satu guru BK yaitu:
“Sebelum penulis masuk ke pembahasan tentang layanan
penguasaan konten penulis menanyakan dulu ke guru tersebut apakah
ada melaksanakan layanan penguasan konten guru tersebut menjawab “
ibu ada melaksanakan layanan penguasaaan konten dan ibu
melakukannya dalam satu semester 2 kali dan konten yang diberikan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa”
“Apakah ibu sudah menguasai konten yang akan diberikan
kesiswa. Sudah sebelum memberikan materi tersebut ibu meneliti
terlebih dahulu apa yang dibtuhkan oleh siswa setelah ibu mengetahui
konten yang dibutuhkan oleh siswa baru ibu membuat materi dan
51
menguasainya poin-poin dari materi tersebut baru ibu memberikannya
kesiswa ibu”
Jadi dapat penulis simpulkan bahwasanya dalam memberikan
konten seorang konselor harus berwibawa didepan siswa supaya siswa
tertarik dengan konten yang diberikan oleh pendidik tersebut.
Hal ini sesuai dengan teori Suwarno kewibawaan merupakan unsur
mutlak (condition quanon) bagi pendidik. Hubungan antara orang
dewasa dan anak yang tidak mengandung unsure kewibawaan tidak
mungkin menjadi situasi pendidikan yang sebenarnya faktor-faktor yang
menjadi dasar adanya kewibawaan ini adalah keunggulan atau kelebihan
pribadi pendidik terhadap peserta layanan terutama dalam segi psikis
dimana pendidikan telah mendukung norma-norma hidup tertentu29
2. Kasih sayang
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman di kelas X
dilihat dari pendekatan kasih sayang yang diberikan guru BK kepada
peserta layanan saat memberikan materi layanan dalam kelas akan
mempengaruhi motivasi peserta layanan untuk menerima materi layanan
yang disampaikan guru BK. Selain itu, pendekatan melalui kasih sayang
yang diberikan oleh guru BK maupun merangsang peserta layanan
29 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 1992) hlm: 55-60
52
memberikan reaksi positif, tindakan-tindakan kreatif, pengetahuan dan
pemikiran dalam mencapai kemandirian khususnya belajar.
“Apakah menurut ibu dalam melaksanakan layanan penguasaan
konten kasih sayang dan kelembutan itu perlu di terapkan. Sangat
penting, jika memberikan kasih sayang terhadap siswa, siswa pun akan
memberikan respon yang baik untuk guru begitu juga sebaliknya. Maka
dari itu setiap guru harus mempunyai cara yang baik dalam setiap
melakukan pendekatan pasa siswanya.”
“Seperti apa kasih sayang dan kelembutan yang ibu berikan ke
siswa. Menerima siswa apa adanya selain itu peduli dan penuh sikap
memelihara dengan memahami kekuatan dan kekurangan siswa,
mengakui siswa bahwa pada dasarnya baik dan mampu berkembang”
Jadi dapat penulis simpulkan bahwasanya kasih sayang dan
kelembutan sangat dibutuhkan dalam layanan penguasaan konten karena
dengan itu akan mendukung lancarnya pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan teori Suwarno yang mengatakan bahwa
pendidik dapat bertindak bijaksana di dalam praktek pendidikan,
kepercayaan antara pendidik dan peserta layanan, kasih sayang dimana
kepercayaan tadi timbul karena adanya kasih sayang antara pendidik dan
peserta layanan30
3. Keteladanan
30 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 1992) hlm: 55-60
53
Berdasarkan hasil penelitian ang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman dikelas X
dilihat dari pendekatan keteladanan di kategorikan cukup baik. Sebagai
seorang guru BK sangat penting mempunyai keteladanan yang menjadi
contoh untuk semua peserta layanan. Keteladanan guru BK saat
memberikan layanan mempengaruhi motivasi peserta layanan untuk
menerima materi layanan contohnya guru BK bertutur kata yang baik
saat memberikan laanan penguasaan konten dimana guru BK dituntut
untuk menguasai isi konten yang akan dijelaskan kepada peserta
layanan.
Hasil wawancara dengan guru BK
“ Apakah sebelum melaksanakan layanan ibu memberikan
pengarahan dulu kepada siswa seperti apa itu buk? Ada, memberikan
sebuah contoh kasus dan disitu juga disampaikan mengapa perlu materi
tersebut untuk diberikan.”
Jadi dapat penulis simpulkan bahwasanya pengarahan sangat
dibutuhkan karena ada siswa yang tidak paham jadi disinilah peran guru
Bk untuk menjelaskan kesiswa supaya konten yang akan diberikan nanti
dapat berjalan dengan lancar.
Upaya guru untuk mewujudkan ke mana anak didik membina diri
dan berkembang. Upaya yang bernuansa direktif ini, termasuk di
dalamnya kepemimpinan guru, tidak mengurangi kebebasan anak didik
54
sebagai subjek yang pada dasarnya otonomi dan diarahkan untuk
menjadi probadi yang mandiri.31
4. Pemberian penguatan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman di kelas X
dilihat dari pendekatan pemberian penguatan atau reinforcement
merupakan sesuatu hal yang penting dalam memberikan motivasi kepada
peserta layanan. Kewajiban guru BK ketika memberikan penguatan
reinforcement yang bertujuan untuk mengetahui satu persatu peserta
layanan dengan melihat cara belajar peserta didik maupun karakteristik
masing-masing peserta layanan.
Penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru BK yaitu
“Apakah ibu ada memberikan motivasi kepada siswa sebelum atau
sesudah melaksanakan layanan penguasaan konten. Selalu, motivasi
yang saya berikan sesuai dengan materi yang disampaikan.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwasanya pemberian penguatan
sangat berpengaruh terhadap siswa, karena siswa akan mendengarkan
jika gurunya memberikan konten dengan baik dan siswa akan
memahami konten yang diberikan guru. Jika guru sudah memberikan
penguatan kesiswa maka guru akan lebih mudah melihat karakter dari
masing-masing siswa.
31 Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, Padang:UNP, 2008, hlm.125.
55
Upaya guru untuk meneguhkan tingkah laku positif anak didik
melalui bentuk-bentuk pemberian penghargaan secara tepat yang
menguatkan (reinforcement). Pemberian penguatan didasarkan pada
kaidah-kaidah pengubahan tingkah laku.32
5. Tindakan tegas mendidik
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman di kelas X
dilihat dari pendekatan tindakan tegas mendidik berada pada kategorikan
baik tindakan tegas mendidik yang diberikan guru dengan tujuan supaya
peserta didik mau mematuhi semua apa yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk keberlangsungan proses pembelajaran. Pada zaman
sekarang ini dengan berbagai macam tingkah laku peserta layanan
menjadi kewajiban untuk guru BK memberikan hukuman yang bersifat
positif. Dalam memberikan tindakan tegas mendidik kepada peserta
layanan yang melakukan kesalahan guru BK haruslah menggunakan
kata-kata lemah lembut yang membuat peserta didik menyadari
kesalahannya.
Penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru BK yaitu:
“Apakah menurut ibu tindakan tegas itu diperlukan? Tentu, namun
harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, contohnya jika ada siswa
32 Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, Padang:UNP, 2008, hlm.125.
56
yang tidak memperhatikan dan main-main dalam proses belajar maka
akan saya beri tindakan tegas yang akan membuat siswa jerah.”
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya tindakan tegas boleh saja
supaya siswa bisa mematuhi semua yang telah ditetapkan oleh
guru,dengan adanya tindakan tegas kesiswa maka pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar namun tindakan tegas yang guru berikan kesiswa
harus dalam batas yang wajar saja. Kalau bisa dalam memberikan
tindakan tegas jangan pakai kekerasan fisik namun dengan kata-kata
yang lemah lembut.
Upaya guru untuk mengubah tingkah laku anak didik yang kurang
dikehendaki melalui penadaran anak didik atas kekeliruannya dengan
tepat menjunjung kemanusiaan anak didik serta tepat menjaga hubungan
baik antara anak didik dan guru.33
C. Pelaksanaan Pendekatan High Touch Dan High Tech Dalam Layanan
Penguasaan Konten Di MAN Kota Pariaman Di Kelas XI Dilihat Dari
Pendekatan High Tech
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapat
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech dalam
layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman dilihat dari pendekatan
high tech dikategorikan cukup baik melalui pendekatan high tech yang
33 Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, Padang:UNP, 2008, hlm.125.
57
diberikan guru BK kepada peserta didik kelas XI di MAN Kota Pariaman
bertujuan menjelaskan isi materi atau konten dengan menggunakan alat
bantu yang dominan sat memberikan layanan pengusaan konten. High tech
adalah teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten
melalui implementasi oleh konselor diantaranya: materi pembelajaran,
metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran, akan dijelaskan satu perstu indicator.
1. Materi pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapat
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman di kelas X
dilihat dari pendekatan materi pembelajaran baik diantaranya di
kategorikan sangat baik. Sebelum memberikan layanan penguasaan
konten kepada peserta layanan guru BK harus menguasai isi materi atau
konten dengan berbagai aspek yang menjadi layanan. Semakin guru BK
menguasai isi konten yang akan diberikan kepada peserta layanan maka
peserta layanan akan semakin mengerti apa yang dijelaskan oleh guru
BK.
Penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru Bk yaitu:
“Sebelum melaksanakan layanan apakah ibu ada
mengkomunikasikan dulu dengan guru-guru lain. Tidak, tapi kalau guru
lain mungkin kerja sama bahas tentang kepribadian siswa. Kalau
penyampaian materi mungkin tidak tapi kalau untuk yang lain ada”
58
“Bagaimana cara ibu menentukan konten yang akan diberikan
dalam melaksanakan layanan penguasaan konten? Contohnya saja
materi management waktu, diantaranya siswa yang sering terlambat ke
sekolah tidak dapat menelesaikan tugas tepat waktu. Dengan begitu
mereka butuh arahan agar bisa mengatur waktunya dengan sebaik
mungkin”
Jadi dapat disimpulkan dalam melaksanakan layanan suatu materi
atau konten yang harus ada, karena seorang pendidik harus
memperhatikan konten yang akan diberikan, dan konten tersebut harus
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh siswa.
Materi pembelajaran merupakan penjabaran dari kurikulum yang
harus dikuasi peserta layanan yang memuat sejumlah ilmu pengetahuan
yang dapat mengembangkan diri peserta layanan. Penguasaan materi
pembelajaran bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan,
khususnya dalam proses pembelajaran yang melibatkan guru mata
pelajaran.34
Hal ini didukung dengan teori Prayitno materi konten dapat
dibangun dengan memanfaatkan kondisi dan berbagai hal yang ada
dilingkungan sekitar. Dalam kaitan ini hal yang paling penting adalah
daya improvisasi konselor dalam membangun konten yang dinamis dan
kaya35
34 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Rineka Cipta, 1996,
hlm.50 35 Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang:Suci Photocopy,
hlm 97
59
2. Metode pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman dilihat dari
pendekatan metode pembelajaran dikategorikan baik. Pada saat ingin
memberikan layanan penguasaan konten guru BK haruslah bisa
menyampaikan isi materi atau konten dengan baik.
Penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru BK yaitu:
“Seperti apa metode yang bisa ibu berikan dalam layanan
penguasaan konten? Contoh dalam materi yang diberikan yaitu tentang
management waktu, jadi dari sana saya dapat menerapkan metodenya
yaitu mencoba latihan pada siswa untuk membuat jadwal harian mereka
dari bangun tidur hingga tidur kembali. Di jadwal harian tersebutkan ada
jam sekolah, nah jika ada diantaranya yang biasa terlambat nanti bisa di
cek kembali kasusnya apakah anak ini sudah melaksanakan jadwal
hariannya atau tidak.”
Jadi dapat penulis simpulkan bahwasanya dalam melaksanakan
layanan penguasaan konten seorang pendidik harus mempunyai metode
dalam pembelajaran dengan adanya metode maka konten yang akan
diberikan lebih terarah.
Dalam penguasaan dan penerapan metode pembelajaran akan
mempengaruhi hasil belajar.36 Penggunaan metode pembelajaran harus
36 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
1995, hlm.65
60
didasarkan pada berbagai pertimbangan. Penggunaan metode dalam
proses pembelajaran hendaklah didasari atas pertimbangan sebagai
berikut: selalu berorientasi pada tujuan pembelajaran, tidak hanya terkait
pada satu alternative saja, menggunakan kombinasi berbagai metode
serta berganti-ganti dari satu metode ke metode yang lain dan
mempertimbangkan kesesuaian antara metode dengan materi pelajaran
serta usia/kondisi perkembangan siswa.37
Seperti pendapat Prayitno, setelah konten dikuasai, konselor
membawa konten tersebut kearah layanan penguasaan konten38
3. Alat bantu pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariman dilihat dari
pendekatan alat bantu pembelajaran sudah berada pada kategorikan
kurang baik. Alat bantu pembelajaran sangat mendukung ketika proses
pembelajaran berlangsung. Dalam memberikan layanan penguasaan
konten kepada peserta layanan guru BK sebaiknya menggunakan media
atau alat bantu untuk membantu menjelaskan materi layanan.
Penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru BK yaitu;
“Apakah dalam melaksanakan layanan penguasana konten ibu
akan memberikan alat bantu dalam layanan penguasaan konten? Untuk
37 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif,
Jakarta:Rineka Cipta, 2000, hlm 184 38 Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang:Suci Photocopy,
hlm 97
61
sekarang ini hanya menggunakan papan tulis, tahun-tahun sebelumnya
ada memakai infokus namun karena keterbatasan infokus di sekolah jadi
tidak bisa menggunakan karena banyak bentrok dengan guru-guru mata
pelajaran.”
Jadi dapat penulis simpulkan bahwasanya alat bantu dapat
mendukung proses pembelajaran.
Alat bantu pembelajaran ang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pembelajaran ang diberikan kepada siswa. Jika siswa
mudah menerima pelajaran dan menguasainya maka belajar akan
menjadi lebih giat dan mengalami kemajuan.39 Jenis media pada
penggunaanya dengan berbagai kombinasi yang cocok dan memadai
akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran,
menimbulkan gairah belajar dan memungkinkan siswa untuk
berintegrasi secara langsung dengan kenataan yang dimediakan.40
Alat bantu pembelajaran merupakan berbagai sarana baik
perangkat keras maupun lunak untuk menunjang optimalisasi kegiatan
pembelajaran. Dalam memilih alat bantu pembelajaran yang baik dan
sesuai hendaklah memperhatikan hal-hal sebagi berikut: tujuan yang
hendak dicapai, siapa (guru) yang akan menggunakan alat tersebut,
siswa yang akan dikenai alat, dan bagaimana cara menggunakan alat
tersebut.41
39 Saiful Sagala, Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: Alfabet, 2003, hal. 163
41 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Paraktis, Bandung :Remaja Rosda
Karya, 200, hlm.176.
62
Seperti pendapat Prayitno Mengemukakan untuk memperkuat
proses pembelajaran dalam rangka penguasaan konten, konselor dapat
menggunakan berbagai perangkat keras dan perangkat lunak media
pembelajaran, penggunaan media ini akan meningkatkan aplikasi high
tech dalam layanan penguasaan konten.
4. Lingkungan pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman dilihat dari
pendekatan lingkungan pembelajaran berada pada kategori kurang baik.
Saya melakukan wawancara dengan salah satu guru BK yaitu:
“Apakah dalam melaksanakan layanan ibu menentukan lingkungan
yang bisa mendukung terlaksananya layanan tersebut? Dalam
melaksanakan layanan penguasaan konten ibu melaksanakan hanya
dilokal saja”
Jadi dapat penulis simpulkan bahwasanya lingkungan akan
mendukung proses pembelajaran, dengan adanya lingkungan yang
kondusif akan terwujud.
Lingkungan pembelajaran yang kondusif memungkinkan materi,
metode dan alat bantu pembelajaran dapat disinerginakan. Lingkungan
perlu diatur dan diawasi supaya kegiatan pembelajaran terarah kepada
63
tujuan pendidikan.42 Lingkungan yang mengarah kepada tujuan
pendidikan adalah lingkungan yang bersih, aman, tertib naman dan
indah serta dapat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
member rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Selain itu,
guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya
kondusif dalam arti fisik, tetapi juga mencakup lingkungan
sosioemosional.43
Seperti pendapat dari Prayitno tempat penyelenggaraan penguasaan
konten disesuaikan pula dengan aspek-aspek konten serta kondisi
peserta. Penyelenggaraan layanan dengan format klasikal dapat
diselenggarakan di dalam ruangan kelas atau di luar kelas. Format
layanan individual sepenuhnya tergantung pada pertimbangan konselor
dan persetujuan klien.
5. Penilaian hasil pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian ang sudah diolah dan mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan pendektaan high touch dan high tech
dalam layanan penguasaan konten di MAN Kota Pariaman dilihat dari
pendekatan penilaian hasil pembelajaran dikategorikan cukup baik.
Penilaian hasil pembelajaran secara umum layanan penguasaan konten
diorientasikan kepada diperolehnya kelima dimensi belajar (tahu, bisa,
mau, biasa, dan ikhlas) terkait dengan konten tertentu dengan masalah
42 Prayitno, Karakteristik Pendidikan dalam Keilmuan Pendidikan, Laporan Penelitian
Studi Pengembangan Aplikasi High Touch dan High Tech dalam Proses Pembelajaran di Sekolah,
Penelitian Hibah Pascasarjana Tahun Pertama, 2005, hal 10 43 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru professional, Bandung: RosdaKarya, 2002, hlm 10.
64
yang dihadapi. Saya melaksanakan wawancara dengan salah satu guru
BK yaitu:
“ Setelah melaksanakan kegiatan sesuai dengan prosedur apakah
ibu melaksanakan penilaian? Biasanya hanya penilaian untuk siswa yaitu
penilaian jangka pendek”
Secara khusus penilaian hasil layanan penguasaan konten
ditekankan kepada penguasaan konten ditekankan kepada penguasaan
peserta atau klien atas aspek-aspek konten yang dipelajari.
Penilaian hasil pembelajaran merupakan penilaian tingkat
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah
program44 penggugkapan dan pengukuran hasil belajar ini pada dasarnya
merupakan proses penyusunan deskripsi siswa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Penilaian hasil belajar ini dapat dijadikan sebagai
tolah ukur, umpan balik, serta tindak lanjut pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.45
44 Muhibbin Syah, Psikologi dan pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:Rosda
Karya, 2003, hlm 141. 45 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2000, hal 207.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
mengenai pelaksanaan pendekatan high touch dan high tech dalam layanan
penguasaan konten di MAN Kota Pariaman di kelas XI. Temuan penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
66
1. Pelaksanaan layanan penguasaan konten oleh guru BK di kelas XI dilihat
dari pendekatan high touch berada pada kategori baik
2. Pelaksanaan layanan penguasaan konten oleh guru BK di kelas XI dilihat
dari pendekatan high tech berada pada kategori cukup baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian
terdahulu, berikut dikemukakan beberapa saran untuk:
1. Guru BK, diharapkan untuk lebih menerapkan pendekatan high touch dan
high tech dengan lebih maksimal lagi supaya peserta didik lebih
memahami konten yang akan didapat di kelas XI di MAN Kota Pariaman.
2. Peserta didik, diharapkan untuk lebih bersemangat dan bersungguh-
sungguh dalam belajar dan menerima materi layanan dari guru BK yang
berguna bagi kehidupan efektif sehari-hari.
3. Kepala sekolah, agar dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan kinerja guru BK untuk bisa menerapkan pendekatan high
touch dan high tech.
4. Pimpinan program studi BK, meningkatkan mutu dalam mengembangkan
kualitas calon guru BK yang akan memasuki dunia kerja baik dilapangan
maupun di sekolah secara professional.
5. Penelitian selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan bisa menjadi
pedoman dan acuan untuk meneliti lebih lanjut khususnya mengenai
67
penerapan layanan penguasaan konten oleh guru BK dalam meningkatkan
motivasi belajar peserta didik di kelas XI MAN Kota Pariaman.
68
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungi, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Prenada Media
group),hal.78
Danim, Sudarwan, Menjadi Penelitian Kualitatif (Bandung:Pustaka Setia, 2002),
hal.32
Diah, Rahmah Tusa, Penerapan Layanan Penguasaan Konten Oleh Guru
BK(STKIP Sumatera barat:2016)
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar mengajar, Jakarta:Rineka Cipta, 1996,
hlm 50
Emzir, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan kualitatif, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2008), hal.174
Husaini Usman dan Purnomo Setia Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara), hal. 73
LexyJ.Moleong, MetodePenelitianKualitatif, (Padang: RosdaKarya, 2014),
hlm.190
Moer Setyo Rahardi Sudrajat, M. Subana, Statistic Pendidikan, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2005), hal. 29
Mulyadi, Bimbingan Konseling di Sekolah &Madrasah, Jakarta:Prenadamedia
Group. 201, hal, 295
Pratiwi, Heni, Penguasan Konten Dalam Berbagai Bidang Layanan BK (2017)
Sekolah, Penelitian Hibah Pascasarjana Tahun Pertama, 2005, hal 10
Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, Padang:UNP, 2008, hlm.125.
Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan pendukung Konseling,(Padang: suci
Photocopy, 2012)hal 96
Prayitno, Karakteristik Pendidikan dalam Keilmuan Pendidikan, Laporan
Penelitian Studi Pengembangan Aplikasi High Touch dan High Tech
dalam Proses Pembelajaran di Sekolah, Penelitian Hibah Pascasarjana
Tahun Pertama, 2005, hal 10
Prayitno, Konseling Profesional Yang Berhasil, (Jakarta: PT Rajagrafindo
69
Persada, 2017) hlm 93-94
Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah,(Jakarta:PT Rineka ,2001)hlm.67
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Paraktis, Bandung :Remaja
Rosda Karya, 200, hlm.176.
Sagala, Saiful, Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: Alfabet, 2003, hal.
163
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 1995, hlm.65
Sudarwan Danim, op. cit, hal. 138
Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan, (PendekatanKualitatif,Kuantitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta,2015), cet ke-8, h.341
Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Pekanbaru: Suska
Press, 2008), hlm 52
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003),
hal. 186
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 1992) hlm: 55-60
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif,
Jakarta:Rineka Cipta, 2000, hlm 184
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Rineka Cipta, 1996,
hlm.50
Syah, Muhibbin, Psikologi dan pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Bandung:Rosda Karya, 2003, hlm 141.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2000, hal 207.
Tohirin, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis Integrasi), (
Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2007)h.26
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru professional, Bandung: RosdaKarya, 2002,
70
hlm 10.
Yusuf, A. Muri, Metodologi Penelitian, (Padang:UNP, 1987),hal 16
71
KISI_KISI INSTRUMEN PENELITIAN
No Variabel Indikator Aspek Item
1
Pelaksanaan
pendekatan
high touch dan
high tech dalam
layanan
penguasaan
konten
High touch
1. Kewibawaan 1, 2, 3
2. Kasih sayang dan kelembutan 4, 5, 6
3. Pengarahan dan keteladanan 7, 8, 9
4. Pemberian penguatan 10, 11, 12
5. Tindakan tegas yang mendidik 13, 14, 15
High tech
1. Materi pembelajaran 16, 17, 18
2. Metode pembelajaran 19, 20, 21
3. Alat bantu pembelajaran 22, 23, 24
4. Lingkungan pembelajaran 25, 26, 27
5. Penilaian pembelajaran 28, 29, 30
72
PEDOMAN WAWANCARA GURU BK KELAS XI
1. Apakah sebelum melaksanakan layanan penguasaan konten ibu
identifikasi dulu siswa tersebut?
2. Sebelum melaksanakan layanan apakah ibu sudah menguasai konten
tersebut?
3. Bagaimana cara ibu menyampaikan konten yang akan diberikan nanti?
4. Apakah menurut ibu dalam melaksanakan layanan penguasaan konten
kasih sayang dan kelembutan itu perlu diterapkan?
5. Seperti apa kasih sayang dan kelembutan yang ibu berikan ke siswa dalam
melaksanakan layanan penguasaan konten?
6. Bagaimana sikap ibu seharusnya kepada siswa dalam melaksanakan
layanan penguasaan konten?
7. Apakah sebelum melaksanakan layanan ibu memberikan pengarahan dulu
kepada siswa?
8. Dalam melaksanakan layanan bagaimana cara ibu mengarahkan siswa
supaya konten yang dilaksanakan dapat diterapkan dalam kehidupannya?
9. Bagaimana cara ibu memberikan contoh yang baik kepada siswa?
10. Apakah ibu ada memberikan motivasi kepada siswa sebelum atau sesudah
melaksanakan layanan penguasaan konten?
11. Seperti apa penguatan yang ibu berikan dalam pelaksanaan layanan
penguasaan konten?
73
12. Bagaimana cara ibu memberikan penguatan kepada siswa ibuk dalam
melaksanakan layanan penguasaan konten?
13. Apakah menurut ibu tindakan tegas itu diperlukan?
14. Seperti apa tindakan tegas yang akan ibu berikan ke siswa ibu ?
15. Bagaimana tindakan ibu jika dalam melaksanakan layanan ternyata ada
siswa yang tidak fokus atau tidak termotivasi dengan konten yang ibuk
berikan?
16. Apakah ibu mengkomunikasikan terlebih dahulu dengan koordinator
terkait dengan materi yang akan diberikan?
17. Bagaimana cara ibu menentukan konten yang akan diberikan dalam
melaksanakan layanan penguasaan konten?
18. Apakah konten tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan siswa nantinya?
19. Seperti apa metode yang akan ibu berikan dalam layanan penguasaan
konten?
20. Bagaimana langkah-langkah metode yang akan ibu laksanakan dalam
layanan penguasaan konten?
21. Apakah siswa ibu tidak merasa bosan menggunakan metode yang ibu
berikan ?
22. Apakah dalam melaksanakan layanan penguasaan konten ibu akan
memberikan alat bantu dalam layanan penguasaan konten?
23. Seperti apa alat bantu yang akan ibu berikan dalam layanan penguasaan
konten?
74
24. Bagaimana cara ibu mengaplikasikan alat bantu tersebut dalam layanan
penguasaan konten?
25. Apakah dalam melaksanakan layanan ibu menentukan lingkungan yang
bisa mendukung terlaksananya layanan tersebut?
26. Bagaimana cara ibu menentukan lingkungan tersebut?
27. Apakah lingkungan tersebut bisa kondusif?
28. Setelah melaksanakan kegiatan sesuai dengan prosedur apakah ibu
melaksanakan penilaian siswa dari layanan yang sudah dilaksanakan?
29. Seperti apa penilaian yang akan ibu berikan ?
30. Bagaimana cara ibu menilai konten tersebut berjalan dengan lancar atau
tidak?