Pada musim hujan, permukaan air di sungai Nilo cukup tinggi, se-hingga Ajirudin, 69 tahun, Ketua Kelompok Perikanan Lubuk Du-lang Desa Kesuma dapat menem-puh kanal buatan dari Dusun I menuju keramba kelompok yang ada di Sungai Nilo. Perjalanan itu ditempuh dengan pompong, se-jenis perahu kayu bermotor, dalam waktu 10 menit. Tapi pada musim kering, air sungai Nilo akan surut, maka kanal buatan akan kering sehingga perjalanan menuju keramba harus melewati Kampung Kuala Napu dan mem-butuhkan waktu 30 sampai 60 menit untuk sampai ke lokasi ker-amba. Ada lima unit keramba yang masing-masing berisi 1000 ekor bibit ikan patin. Saat ditinjau pada bulan Septem-ber lalu, ukuran bibit pada be-berapa keramba sudah mencapai 800 gr/ekor dan siap untuk dijual. Ikan-ikan patin berukuran telapak tangan orang dewasa itu berlonca-tan ketika anggoa kelompok me-lempar pakan ke keramba. Air keramba beriak dan keramba sedikit bergoyang. Ajirudin dan teman-teman terlihat senang. Ker-amba-keramba itu dikelola oleh kelompok Lubuk Dulang di Desa Kesuma Kec. Pangkalan Kuras Kab. Pelalawan. Kelompok yang dibentuk sejak April 2011 lalu dan sudah mendapatkan legalitas dari Kepala Desa. Ajirudin mengata-kan bahwa beberapa masyarakat atas inisiatif sendiri juga sudah melakukan usaha budi daya ikan dalam keramba mengikuti usaha kelompok. Bahkan Pemerintah Daerah melalui DInas Perikanan juga melakukan hal yang sama dengan memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar Kuala Napu. Ajirudin adalah seorang tokoh masyarakat Desa Kesuma, tinggal di Dusun I dan bermata pencahar-ian sebagai nelayan. Setiap hari sejak pukul 5 pagi ia pergi ke sun-gai Nilo dengan perahu motornya untuk memasang bubu, jaring atau memancing. Pada siang hari, Aji-rudin pulang sambil membawa ikan hasil tangkapan. Biasanya penduduk Dusun I akan langsung menjual ikan yang ditangkap ke pengumpul yang sudah menunggu di desa. Tapi delapan bulan tera-khir, Ajirudin dan anggota kelom-pok mempunyai kesibukan lain setelah menangkap ikan yaitu
mengunjungi keramba dan mem-beri makan ikan. Ajirudin dan teman-temannya bersemangat di dalam pertemuan sosialisasi yang difasilitasi Atan Sari, pendamping dari Forum Masyarakat Tesso Nilo (salah satu anggota konsorsium YTNTN untuk Program TFCA Sumatera). Ada sekitar 25 orang penduduk yang hadir, dan mereka semua berasal dari Dusun I. Radaimon Ketua Fo-rum Masyarakat Tesso Nilo yang hadir bersama Yuliantony dari Yayasan Taman Nasional Tesso NIlo mensosialisasikan maksud dan tujuan pendampin-gan yang akan dilakukan dan menjelaskan proses yang dilalui sebelum bantuan diterima. Dalam sessi diskusi, Atan Sari mengidentifikasi secara partisi-patif kebutuhan masyarakat un-tuk peningkatan kesejahteraan mereka dan membentuk kelom-pok untuk peningkatan kese-jahteraan masyarakat. Banyak usulan yang muncul pada saat itu terutama berkaitan dengan pe-manfaatan sungai Nilo sebagai sumber pencaharian utama masyarakat. Pada akhir perte-muan masyarakat menyepakati usulan agar mereka diberikan bantuan untuk budidaya ikan dan disepakati itu adalah dalam bentuk keramba dan untuk me-lakukan budi daya itu masyarakat sepakat membentuk kelompok perikanan yang bernama Lubuk Dulang. Setelah usulan diterima, Atan Sari selanjutnya mengadakan pertemuan dan menyepakati beberapa hal termasuk pen-yediaan bahan-bahan untuk ker-amba, membuat keramba, memilih lokasi, memilih bibit yang akan dipelihara, menunjuk
penanggung jawab masing-masing keramba dan menyusun jadwal kerja. Kelompok bahu membahu dalam membuat ker-amba. Bahan baku kayu tidak diambil dari taman nasional tetapi dari hutan kecil di sekitar kampung. Bibit yang diusulkan pada awalnya adalah gurami karena gurami dikenal sebagai jenis ikan yang kuat, pakannya mudah dan banyak tersedia di lokasi serta mempunyai harga jual yang baik. Namun dua minggu setelah keramba selesai dan bibit mulai dimasukkan, bibit ini mengalami kematian masal. Ada indikasi bahwa lo-kasi keramba tidak cocok untuk gurami di mana keramba ditem-patkan di pertemuan anak sun-gai Nilo dengan Sungai NIli sehingga mengalami pengadu-kan cukup tinggi yang membuat produksi oksigen di dalam air berkurang. Pendamping ke-mudian berkoordinasi dengan PPL perikanan setempat dan atas saran PPL tersebut, lokasi keramba dipindahkan dan jenis bibit diganti dengan ikan yang pernah dibudidayakan di sungai Nilo, yaitu ikan patin (Pangasius sutchi). Hasilnya, ikan-ikan patin itu dapat tumbuh dan berkem-bang dengan baik. Pendamping juga melakukan kunjungan rutin ke masyarakat setiap bulannya untuk meman-tau perkembangan dari budi daya tersebut. Bersama kelom-pok pendamping mengunjungi lokasi keramba, menimbang berat ikan dan memeriksa ket-ersediaan pakan. Dalam be-berapa kunjungan pendamping juga melakukan pertemuan kelompok untuk menyepakati aturan kelompok terutama ter-kait dengan pembagian hasil ketika ikan sudah dipanen. Ikan-ikan patin itu kini saatnya dipanen. Kelompok masih menunggu pembeli yang menawarkan harga yang cocok. Tetapi itu sudah cukup memun-culkan harapan dan optimisme anggota bahwa usaha yang mereka lakukan menunjukkan hasil yang bagus dan membawa dampak yang baik bagi anggota kelompok dan warga lain. Oleh: Yuliantony
Masyarakat menerima benih ikan di
PATIN DATANG MASYARAKAT SENANG
Diterbitkan atas kerjasama Konsorsium YTNTN dan TFCA Sumatera
Oktober 2013
Kegiatan Masyarakat 1
Kegiatan Perempuan 2.1
Patroli Gajah 2.2
Patroli Masyarakat 3.1
Pejuang Konservasi 3.2
Pengetahuan 4.1
Redaksi 4.2
Rubrik :
Saat ini ikan-
ikan patin di
keramba milik
kelompok Lubuk
Dulang sudah
siap untuk di-
panen. Hara-
pannya program
ini dapat mem-
bantu masyara-
kat meningkat-
kan penda-
patannya.
Remaja Tesso Nilo di Desa Pangkalan
Gondai. Hal yang sama juga terjadi di
Desa Situgal.
Ros, 38 tahun Ketua Kelompok Perem-
puan Raudhatul Muslimah mengatakan
bahwa kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan yang difasilitasi oleh Riau
Women Working Group RWWG ber-
sama TFCA Sumatera untuk meningkat-
kan peran perempuan dalam penge-
lolaan sumber daya alam sekaligus men-
ingkatkan kesejahteraan mereka.
RWWG merupakan salah satu anggota
konsorsium YTNTN dalam program
TFCA Sumatera di Taman Nasional
Tesso Nilo. Konsorsium ini dibentuk
oleh lima lembaga dan kelompok
masyarakat untuk mendorong penge-
lolaan TNTN yang lebih efektif
dan efisien.
Kelompok Perempuan Raudhatul
Muslimah sendiri baru dibentuk
pada awal Agustus 2012 lalu dan
mempunyai anggota 24 orang.
Sedangkan kelompok remaja
Tesso Nilo Juga dibentuk pada
bulan September 2012 dan
mempunyai 20 anggota. Ros
berharap kegiatan ini selain dapat
meningkatkan kesejahteraan per-
empuan juga meningkatkan sila-
turahmi ibu-ibu di desa Gondai
sambil meningkatkan kapasitas
perempuan agar dapat terlibat
dalam proses pengambilan kepu-
tusan di desa.
Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga kelompok IRT Ada pemandangan yang tidak biasa di Desa Gondai April
lalu. 30-an orang ibu-ibu dan remaja bekerja bersama pada
suatu lahan kosong milik Bu Ros. Sebagian mencampur
tanah hitam dengan kompos, sebagian lagi memasukkan
tanah campuran ke dalam polly bag. Yang lainnya ada yang
mengukur-ukur lahan dan ada juga yang memotong-motong
kayu untuk membuat tiang. Sebagian lain tampak sibuk
memindahkan bibit ke
dalam polly bag yang
sudah di isi tanah. Ada
bibit gaharu, cempedak
hutan dan medang.
Itulah kegiatan awal
pembibitan yang dila-
kukan kelompok per-
empuan Raudhatul
Muslimah dan Kelom-
pok Konservasi
Ha l 2 Vo lume 1 TAMPUI
Flying Squad : Kedatangan Gajah di Gondai
Jambo saat pertama kali di Gondai
Truk itu harus berhenti tiga
kali, ketika Novi meronta di
dalamnya. Pak Dar, sang sopir
terlihat ketakutan karena gon-
cangan truk yang begitu keras
sehingga dapat mengakibatkan
truk terbalik. Anggota tim eva-
kuasi dengan susah payah beru-
saha menenangkan Novi.
Batang pisang, buah nenas dan
gula merah dilempar ke dalam
truk, Ari-sang mahout harus
terus berada di atas Novi untuk
menenangkannya. Rantai
dikencangkan dan ikatannya
ditambah. Pada akhirnya Novi
dapat tenang kembali dan per-
jalanan evakuasi tiga ekor gajah
ke flying squad Gondai dapat
dilanjutkan.
Evakuasi gajah captive meru-
pakan kegiatan dari peningka-
tan kapasitas flying squad
Gondai yang berada di Desa
Pangkalan Gondai Kec.
Langgam Kab. Pelalawan. Desa
ini berbatasan langsung dengan
Taman Nasional Tesso Nilo.
Sejak beroperasi pada tahun
2008, flying squad ini belum
memiliki gajah captive yang
bisa digunakan untuk mengusir
gajah liar. Flying Squad adalah
sebuah metode mitigasi konflik
gajah dan manusia dengan
menggunakan gajah jinak untuk
mengusir gajah liar kembali ke
habitatnya. Di sekitar TNTN
saat ini ada lima flying squad
yang sudah beroperasi, tiga dian-
taranya sudah mempunyai gajah
captive. Salah satunya dikelola
oleh Yayasan Taman Nasional
Tesso Nilo dan PT. Musim Mas
serta WWF Indonesia Program
Riau.
Novi, 30 thn, betina, adalah satu
dari tiga ekor gajah yang sudah
dipelihara oleh Yayasan Taman
Nasional Tesso Nilo. Dua lain-
nya adalah Dono, 35 tahun,
jantan dan Jambo , 5 thn, jantan.
Ketiga ekor gajah itu dilatih
untuk menjadi gajah flying
squad di flying squad Lubuk
kembang Bunga selama 1,5 ta-
hun. Mereka beradaptasi, men-
gikuti patroli, dan bahkan ikut
membantu mengusir gajah lair
yang masuk ke perkambungan.
Mereka juga dilatih beberapa
kemampuan akrobatik seder-
hana seperti duduk, mengang-
kat satu kaki, mengangkat dua
kaki, dan lainnya. Mereka juga
diangon-digembalakan di
daerah yang banyak makanan,
diberi makanan tambahan,
vitamin dan diobati jika sakit.
Hingga akhirnya ketiga gajah
itu siap untuk dibawa ke
Gondai.
Tepat pukul 19.00 wib, setelah
dua jam, perjalanan di bawah
hujan dan melewati kampung
Bukit Kesuma yang dihuni
banyak perambah, gajah-gajah
itu untuk pertama kalinya
sampai di Desa Pangkalan
Gondai. Setelah menunggu
selama lebih dari lima tahun,
akhirnya camp FS Gondai ke-
datangan gajah. Melalui proses
yang cukup panjang, mulai dari
pertemuan di masyarakat untuk
mensosialisasikan kedatangan
gajah, sampai ke koordinasi
antar stake holder untuk
pemindahan. Kegiatan pemin-
dahan ini dibantu oleh Petugas
BBKSDA Riau, Petugas
BTNTN, kepolisian setempat,
tim WWF, masyarakat dan tim
YTNTN.
Dono saat dimasukkan ke dalam
truk.
Dua truk berisis gajah siap diber-
angkatkan Ke Desa Gondai.
Tokoh : Semangat Masyarakat Lokal Melestarikan Lingkungan.
Patroli Masyarakat di TNTN
Ketua FMTN, Bpk. Raidamon.
beranggotakan 29 orang sedangkan di Desa Pangkalan Gondai
hanya 9 orang. Tim patroli dibekali dengan SOP sebelum
mereka melakukan patroli. Pada intinya, tugas utama tim patroli
adalah melakukan pendataan terhadap keadaan hutan yang
mereka kunjungi dan menyusun laporan ke YTNTN. Tim
bergerak ke daerah target yang berada di dalam TNTN dengan
kendaraan roda dua dan ataupun dengan berjalan kaki.
Ada banyak temuan. Kelompok patroli di Situgal misalnya me-
nemukan kegiatan illegal loging, perambahan, maupun kondisi
satwa terutama gajah di TNTN. Temuan ini selanjutnya dila-
porkan ke BTNTN untuk diambil tindakan. Data hasil patroli
menunjukkan TNTN membutuhkan perlindungan dari berba-
gai pihak baik pemerintah, lembaga-lembaga terkait, dan teru-
tama masyarakat lokal itu sendiri untuk terus ikut menjaga
TNTN dari berbagai macam kegiatan yang mengancam ke-
beradaan TNTN. Melihat besarnya peran Patroli Masyarakat
ini, ada baiknya kegiatan ini dikembangkan di daerah-daerah
lain di sekitar TNTN.
Saat ini kawasan Taman Nasional Tesso Nilo mengalami
degradasi lahan dan berkurangnya fungsi ekosistem akibat
maraknya penebangan liar, perambahan, perburuan illegal,
pembangunan pemukiman dan aktifitas lain yang illegal. Untuk
dapat memberikan perlindungan terhadap kawasan perlindu-
ngan alam, maka diperlukan peran serta para pihak terutama
masyarakat. Salah satu wujud peran serta masyarakat dalam
perlindungan hutan adalah dengan melakukan patroli di sekitar
kawasan hutan yang berbatasan dengan wilayah administratif
masyarakat.
Patroli adalah cara yang dilakukan untuk dapat memantau lang-
sung kondisi di TNTN dan sekitarnya. Di TNTN pada bulan
Agustus 2013 lalu YTNTN sudah membentuk masing-masing
satu unit tim patroli masyarakat di Desa Situgal dan Desa
Pangkalan Gondai. Sebelum membentuk tim patroli,
Pendamping lapangan mensosialisasikan kepada masyarakat
keadaan di TNTN, dampaknya terhadap kehidupan mereka,
pentingnya keterlibatan masyarakat dan peran-peran apa saja
yang bisa dilakukan masyarqkat dalam perlindungan hutan.
Setelah masyarakat sepakat membentuk tim patroli, maka
dibentuklah tim patroli itu. Tim Situgal, Patroli masyarakat
memberikan dukungan dalam
perlindungan TNTN. Radai-
mon aktif di FMTN sejak
tahun 2006. Bersama-sama
dengan FMTN, lelaki yang
kocak dan memiliki komitmen
tinggi untuk menjaga Tesso
Nilo ini aktif melakukan advo-
kasi dalam upaya-upaya kon-
servasi hutan Tesso Nilo
Akrab dipanggil dengan sapaan
Pak Ray, lelaki kelahiran
Gunung Sahilan, 27 Juli, 53
tahun yang lalu memiliki nama
lengkap Radaimon adalah
Ketua Forum Masyarakat
Tesso Nilo (FMTN), sebuah
organisasi masyarakat lokal di
sekitar TNTN. Forum Tesso
Nilo dibentuk untuk tujuan
Banyak sudah kegiatan
konservsi yang dilakukannya.
Beliau juga aktif menggalang
dukungan untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat lokal.
Sebagai ketua FMTN beliau
juga sering mengikuti berbagai
pelatihan terkait dengan
pengembangan dan pember-
dayaan masyarakat.
Ha l 3 TAMPUI Vo lume 1
Te,muan gajah mati oleh Tim Patroli Partisipatif di TNTN. Dokumentasi Tim Patroli.
Tim Patroli Partisipatif juga mengedukasi masyarakat. Dokumentasi Tim Patroli.
Salam lestari.
Ini adalah terbitan perdana dari Koran Selembar yang diterbitkan
atas kerjasama YTNTN, Konsorsium YTNTN dan TFCA
Sumatera. Koran ini bernama TAMPUI dan diterbitkan dengan
tujuan sebagai media komunikasi dan informasi aktifitas-aktifitas
pengelolaan di TNTN. Sasaran utama pembaca penerbitan ini
adalah masyarakat di sekitar TNTN, sehingga materi yang akan
dimuat lebih banyak berisi aktifitas-aktifitas masyarakat dan pe-
mangku kepentingan lain yang terkait dengan pengelolaan TNTN.
YTNTN
Konsorsium Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo untuk TFCA Sumatera
(Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo, WWF Indonesia Program Riau, Forum
Masyarakat Tesso Nilo, Riau Women Working Group dan Sumatera Sustainability
Fund)
Jl.Cengkeh No.23 A
Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau
Kec.amatan Marpoyan Damain, Pekanbaru, Riau, Indonesia
Phone: 0761-7874425
Fax: 0751-7874426
sebanyak 11 (sebelas) individu harimau yang
melintasi TNTN.
Kekayaan jenis satwa dan spesies tumbuhan,
dan keberadaannya yang dekat dengan
masyarakat menjadikan TNTN sebagai taman
nasional yang membutuhkan perlindungan
keanekaragaman hayati dan ekosistem serta
mitigasi untuk mengurangi laju turunnya luasan
tutupan hutan dan konflik gajah dan harimau
dengan manusia.
Sumber : BTNTN
Tesso dan Nilo adalah dua nama dua sungai yang
melintasi Taman Nasional Tesso Nilo. Pertan-
yaannya adalah, apa yang membuat TNTN patut
untuk kita lindungi?
TNTN adalah taman nasional yang ditetapkan
melalui keputusan Kementerian Kehutanan me-
lalui SK.255/Menhut‐II/2004 tanggal 19 Juli 2004
seluas ± 38.576 hektar. Kemudian diperluas ±
44.492 hektar, melalui SK.663/Menhut‐II/2009
sehingga saat ini, total luas kawasan TNTN
menjadi ± 83.068 hektar yang tersebar di Kabu-
paten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu.
Tesso Nilo merupakan hutan dataran rendah yang
memiliki keanekaragaman tumbuhan berpembuluh
tertinggi di dunia (Gillison, 2001). Lebih dari 120
spesies burung, 40 spesies mamalia, 18 diantaranya
dilindungi undang-undang, 16 jenis rawan punah
(IUCN Red List Data Book).
Gajah dan Harimau merupakan dua mamalia ra-
wan punah yang memiliki area jelajah di TNTN.
Terdapat sekitar 150 - 200 individu gajah tersebar
di kawasan TNTN. Selain gajah, juga telah teriden-
tifikasi melalui Camera Trap (2005-2011, WWF)
Taman Nasional Tesso Nilo
Office
Dari Redaksi
Hutan alami di TNTN.
Dokumentasi Survey YTNTN
Gajah Liar di TNTN
Filosofi dari nama media ini menggambarkan visi dan misi YTNTN.
Tampui adalah salah satu tumbuhan hutan yang ada di sekitar
TNTN. Tumbuhan ini sebenarnya cukup banyak berada di Kab.
Pelalawan dan Prov. Riau, namun sekarang jumlahnya sudah sangat
terbatas karena tingginya degradasi hutan. Bentuk buahnya seperti
buah duku dan rasanya manis-manis kelat. Buah ini sangat disukai
oleh binatang hutan khususnya kera dan burung. Bagi masyarakat
buah ini juga dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Dahannya
sendiri cukup rimbun sehingga sebagai tempat bernaung bagi hewan
hutan.
Demikian juga YTNTN, bahwa lembaga ini juga berperan sebagai
pemberi informasi hal-hal yang terkait dengan TNTN , bahwa
YTNTN juga didirikan dengan tujuan untuk menaungi dan
melindungi sumber daya alam yang ada di TNTN baik itu berupa
satwa, fauna maupun ekosistemnya dan bahwa YTNTN juga
mengambil peran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar dan meningkatkan kualitas ekosistem kawasan itu.
Kami berharap media ini dapat menjadi sumber informasi dan
sumber pengetahuan dalam pengelolaan ekosistem Tesso Nilo yang
efektif dan efisien serta berperan dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitarnya. Selamat membaca.
Salam,
Yuliantony
Peta Kawasan TNTN
Penanggung Jawab
Yuliantony
Editor
Baiturrahmah, T. Fadli
Pendukung
Tim Konsorsium YTNTN
Ha l 4 Vo lume 1 TAMPUI