BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn D/Laki-laki/45tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Buruh
c. Alamat : RT. 03 Tahtul Yaman
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : - / 2 dari 6 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Penghasilan Rp.1.500.000/bulan
d. Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumah panggung, mempunyai 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi dengan sumber air bersih dari sumur, sumber air minum dengan air
sumur, ventilasi dan pencahayaan memadai, dapur bersatu dengan ruang
makan, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar
mandi,penataan rumah rapi danbersih sampah rumah tangga dibuang di
belakang rumah. Jarak antar rumah tidak berdekatan.
- Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal bersama ibu dan seorang
saudaranya serta keponakannya. Ayah pasien telah lama meninggal.
Hubungan pasien dengan keluarga Baik dan harmonis
1
Rumah pasien tampak depan
Kamar mandi pasien
2
Ruangan belakang
Pemeriksaan telinga kiri pasien
III. Aspek Psikologis di Keluarga
- Pasien merupakan anak kedua dari enam bersaudara
- Tinggal ditempat yang padat penduduk
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga tidak ada
3
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kiri sejak 3 hari sebelum
berobat ke Puskesmas
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Os mengatakan cairan keluar dari telinga kiri sejak 3 hari yang lalu,
cairan berwarna kekuningan, kental, berbau, tidak berdarah dan terasa gatal.
Pasien juga mengeluh rasa sakit pada telinga kiri. Selain itu, keponakan
pasien juga mengatakan pendengaran pasien agak berkurang. Nyeri
dibelakang telinga disangkal, sakit tenggorok disangkal, sulit menelan
disangkal.
7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih
bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah mulai
membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-kambuhan
sejak dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-ngorek
telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi .
V. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga
satu tahun yang lalu,os pernah keluar cairan pada telinga kiri pasien dan
berobat ke puskesmas.
Os sering menderita batuk & pilek. suka mengorek telinga(+) Riwayat
trauma, keluar darah dari hidung, dan sering berenang disangkal.
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat alergi dan asma pada keluarga disangkal penderita.
VI. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Nadi : 98x/menit
4. Pernafasan : 22x/menit
4
5. Suhu : 37,0°C
6. TD : 130/80
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. THT : dijelaskan pada pemeriksaan lokalis
4. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
5. Thorak
Jantung : BJ I/II reguler normal, bising jantung (-)
Paru : Vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
6. Abdomen : Supel, Nyeri tekan (-), Bising usus normal
7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Status Lokalis
Tabel Pemeriksaan Telinga
No. Pemeriksaan Telinga
Telinga kanan Telinga kiri
1. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas normal, nyeri tragus (-), hiperemis (-), hematoma (-)
Bentuk dan ukuran dalam batas normal, nyeri tragus (-), hematoma (-), hiperemis (-)
2. Liang telinga luar Serumen (+), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), otorrhoe (-)
Serumen (+), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), otorrhoe (+)
5
3. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), perforasi sentral (-)
Retraksi (-), bulging (-), perforasi sentral (+)
6
Tabel Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Hidung
Hidung kanan Hidung kiri
Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)
Bentuk (N), inflamasi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)
Vestibulum nasi N NDasar cavum nasi Bentuk (N), mukosa hiperemi
(-)Bentuk (N), mukosa hiperemi (-)
Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), sekret (+), konka nasi media (N)
Mukosa hiperemi (-), sekret (+), konka nasi media (N)
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-) Edema (-), mukosa hiperemi (+)Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-)Deviasi (-), benda asing(-), perdarahan (-)
Tabel Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan Hasil
Bibir mukosa bibir basah
Mulut mukosa mulut basah, bau mulut (-)
Gigi ada karies Lidah warna merah muda,kotor (-)
Uvula bentuk normal, hiperemis (-), edema (-)
Palatum mole hiperemis (-)
Palatum durum hiperemis (-)
VII. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
VIII. Saran pemeriksaan
Darah rutin
Rontgen
Kultur bakteri
Audiometri
Barani Test
7
IX. Diagnosis Kerja
Otitis media supuratif kronis Auricula Sinistra susp. tipe benign aktif
(H663)
X. Diagnosis Banding
- Otitis media supuratif kronis AS tipe maligna (H71)
- Otitis media akut stadium perforasi (H664)
- Barotrauma (H669)
XI. Manajemen
a. Preventif :
Hindari aktifitas yang dapat menyebabkan masuknya air kedalam
telinga misalnya berenang dan bila mandi tutup telinga dengan
kapas.
Hindari mengorek-ngorek telinga baik dengan cotton bud maupun
tangan
Apabila menderita demam, batuk, pilek segera obati agar penyakit
tidak berulang.
Menghindari konak dengan penderita ISPA
Istirahat yang cukup
Menjaga kebersihan telinga
Mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi
b. Promotif :
Menjelaskan pada pasien dan ibu pasien mengenai penyakitnya serta
komplikasi dari penyakit ini agar pasien patuh untuk berobat.
Menjelaskan cara penggunaan obat yang benar.
c. Kuratif :
8
Non Farmakologi
Suction
Trilling
Bersihkan menggunakan kapas
Ditutup telinga menggunakan kapas
Bersihkan menggunakan larutan H2O2 3%
Farmakologi
Kloramfenikol tetes telinga 3 x sehari 2 tetes
Amoksisilin 500 mg 3 x 1 tab sehari
Parasetamol 500 mg 3 x 1 tab sehari
9
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062
STR 019/01/2015
Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03
Dokter :dr. Bertylia R.W.U
SIP : No. 266/SIK/2015
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062
STR 019/01/2015
Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03
Dokter :dr. Bertylia R.W.U
SIP : No. 266/SIK/2015
22 Februari 2014
R/ Kloramfenikol flash No. I
ʃ 3 dd gtt II AS
R/ Amoksisilin tab mg 250 No. XV
ʃ 3 dd 1 tab
R/ Parasetamol tab mg 500 No. XV
ʃ 3 dd 1 tab
Pro :Tn . D/45ahun
Alamat : RT 03 Tahtul Yaman
22 Februari 2014
R/ kotrimoksazol 480 mg No. XX
ʃ 2 dd 2 tab
R/ ibuprofen tab mg 400 No. XV
ʃ 3 dd 1 tab
R/ GG tab 100 mg No. No XVIII
ʃ 3 dd 2 tab
R/ CTM 4 mg tab No XII
ʃ 2 dd 1 tab
Pro : Tn. D/45tahun
Alamat : RT 03 Tahtul Yaman
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062
STR 019/01/2015
10
Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03
Dokter :dr. Bertylia R.W.U
SIP : No. 266/SIK/2015
22 Februari 2014
R/ eritromisin tab 500 mg No XXI
S3 dd tab 1 pc
R/ Cetirizin tab 10 mg No V
S1 dd tab 1
R/ Ambroxol tab 30 mg No XV
S3dd tab 1
Pro : Tn. D/45ahun
Alamat : RT 03 Tahtul Yaman
Obat Tradisional
Ambil tiga potong jahe segar, bersihkan, tumbuk dan masukkan ke
dalam air hangat yang dicampur dengan sesendok madu dan sedikit
merica bubuk, seduh, lalu diminum
11
Ambil secangkir susu hangat, yang dicampur dengan perasan kunyit
tambah sesendok makan madu dan diminum tiga kali sehari.
d. Rehabilitatif
Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat
pemulihan daya tahan tubuh.
Kontrol ulang setelah obat habis
Makan obat secara teratur
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga Tengah
Anatomi telinga tengah terdiri dari: 1
1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1
mm. Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan
tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat
sudut 45o dari dataran sagital dan horizontal. Dari umbo kemuka bawah tampak
refleks cahaya (cone of light).1
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu: 2
1. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
3. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum
dan mukosum.
Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian: 1
1. Pars tensa
2. Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih
tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :
a. Plika maleolaris anterior
b. Plika maleolaris posterior
2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan
diameter transversal 2-6 mm.3
13
Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu: 3
a. Atap kavum timpani.
Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan
lobus temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang
temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama.3
b. Lantai kavum timpani
Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari
bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari
kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.3
c. Dinding medial.
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga
merupakan dinding lateral dari telinga dalam.3
d. Dinding posterior
Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus,
yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui
epitimpanum. Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa
kranii posterior dan sinus sigmoid.3
e. Dinding anterior
Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari
lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki
tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior.4 Dinding ini ditembus
oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang membawa serabut-
serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang
timpani dari arteri karotis interna1. Dinding anterior ini terutama berperan
sebagai muara tuba eustachius.3
Kavum timpani terdiri dari: 5,6
1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).
2. Dua otot.
3. Saraf korda timpani.
4. Saraf pleksus timpanikus
14
Tulang-tulang pendengaran terdiri dari: 1
1. Malleus (hammer/martil)
2. Inkus (anvil/landasan)
3. Stapes (stirrup/pelana)
Otot-otot pada kavum timpani, terdiri dari: 3
1. Otot tensor timpani (muskulus tensor timpani)
2. Otot stapedius (muskulus stapedius).
Saraf-saraf pada kavum timpani antara lain:
a. Korda Timpani
Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari
analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior.
Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang
berhubungan dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui
ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3
depan lidah bagian anterior.1
b. Pleksus Timpanikus
Berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan
nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri
karotis interna.7
c. Saraf Fasial
Meninggalkan fosa kranii posterior dan memasuki tulang temporal melalui
meatus akustikus internus bersamaan dengan N. VIII.1
Saraf fasial terutama terdiri dari dua komponen yang berbeda, yaitu: 1
Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua
(faringeal) yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior belly m.
digastrik dan m. stapedius.
15
Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor
parasimpatetis preganglionik yang menuju ke semua glandula wajah
kecuali parotis.
3. Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.
Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm
berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak
dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi
telinga.1
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu: 1
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu: 1,8
1. M. tensor veli palatini
2. M. elevator veli palatini
3. M. tensor timpani
4. M. salpingofaringeus
4. Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah
ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah
dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater
pada daerah ini.9
Pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas: 6
1. Prosesus Mastoideus Kompakta (sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel.
2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.
16
3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini
besar.
2.2 Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga
dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga
menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui
membran Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah,
perilimf dala m skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (foramen
rotundum) terdorong ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak
endolimf dan mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah
dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel
rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut
menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium
dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII,
yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak
(area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus temporalis.1,3
2.3 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
2.3.1 Definisi
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi
peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak
intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorrhoe) purulen yang hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung
lebih dari 2 bulan. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa
membran timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan
seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam
bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear
17
cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang
ireversibe.l,3
2.3.2 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu: 1,3
1. Tipe Tubotimpani (benigna = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen)
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Gambar 2.1 OMSK Tipe Tubotimpani
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
a. Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah
berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi
dari mukoid sampai mukopurulen.1
b. Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan
mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli
konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau
suatu rasa penuh dalam telinga.1,3
18
2. Tipe Atikoantral (maligna = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang)
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu: 1,2
a. Kongenital
b. Didapat.
Gambar 2.2 OMSK Tipe Atikoantral
Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi
marginal. teori itu adalah: 1,4
1. Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani
dan disini ia membentuk kolesteatom (migration teori menurut Hartmann),
epitel yang masuk menjadi nekrotis, terangkat keatas.
2. Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi
kolesteatom.
3. Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi
(metaplasia teori menurut Wendt).
4. Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida (attic retraction
cholesteatom).
19
Lokasi perforasi pada OMSK, antara lain:
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-
superior, kadang-kadang sub total.1,3
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi
total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan
kolesteatom.1,3
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.1,3
2.3.3 Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi
sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek.
Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang
mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden
OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.6,8
2.3.4 Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom.
Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor
insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti
hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom
kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.1
20
Penyebab OMSK antara lain: 1,4
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap
pada OMSK: 1
1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan
pada perforasi.
3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan
yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif
menjadi kronis majemuk, antara lain: 8
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada
telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
21
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di
mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
2.3.5 Patogenesis
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang
sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus.1,5 Perforasi
sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga
tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai
keadaan inaktif dari otitis media kronis.1
2.3.6 Patologi
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap.
Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada
keseragaman gambaran patologi.
Secara umum gambaran yang ditemukan adalah: 5
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya
infeksi sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir
terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur
oleh otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi
kronik terusberlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran
prosesus mastoid berkurang.1
22
2.3.7 Gejala Klinis
Gejala klinis pada OMSK, antara lain:
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK
stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas
unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya
lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri
mengarah kemungkinan tuberkulosis.1
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada
OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.7
3. Nyeri Telinga (Otalgia)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan
abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti
Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.1
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
23
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.3
5. Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna: 2
a. Adanya abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
2.3.8 Pemeriksaan Klinik
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai
berikut: 1,2
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas.2
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran: 1
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu:
1. Perforasi umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB.
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli
konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi.
24
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang
masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun
keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan koklea parah.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.
Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus
lateral dan tegmen.2
b. Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran
tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah
kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.2
c. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat.1,2
d. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT-scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.2
3. Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMA Streptokokus
pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.
25
Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan
bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.1
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana otitis tuberkulosa sangat jarang (kurang
dari 1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh
infeksi paru yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba.
Otitis media tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai
akibat minum susu yang tidak dipateurisasi.2
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa,
stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk
Pseudomonas aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan
resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus
mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus aureus
resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk
sefalosforin generasi I dan gentamisin.1
2.3.9 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi,
dimana pengobatan dapat dibagi atas: 1,2
1. Konservatif
2. Operasi
OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasihatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
26
OMSK Benigna Aktif
Prinsip pengobatan OMSK adalah: 2.6
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
2. Pemberian antibiotika : topikal antibiotik (antimikroba), sistemik.
a. Pemberian antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak
tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak
progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid.3 Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk
sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik
misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan
antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan
uji resistensi.2 Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas
untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan pembersihan telinga.
Bubuk telinga yang digunakan seperti: 2
1. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
2. Terramycin.
3. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah: 2
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas,
E. Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif,
Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif, misalnya
Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan
Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid
27
b. Pemberian antibiotik sistemik
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai
pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu
diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya
bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak
kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon.
Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya
bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh
antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.1,2
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada OMSK adalah: 1,2,5
- Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin
- P. Mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin
- P. morganii, P. Vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin
- Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida
- E. Coli : Ampisilin atau sefalosforin
- S. Aureus : Anti-stafilikokus penisilin, sefalosforin, eritromisin,
aminoglikosida
- Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
- B. Fragilis : Klindamisin
Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat
derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat
diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16
tahun. Golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidin dan seftriakson)
juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi
ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun
dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman
anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa
28
antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8
jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.1,5
OMSK Maligna
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.2
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain: 2
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
2. Mastoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi
atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. 1,6
2.3.10 Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten
dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media
akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe
benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius
lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan
kolesteatom.1,4
29
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf (sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intrakranial harus melewati 3
macam lintasan: 1
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak.
3. Masuk kejaringan otak.
30
BAB III
ANALISA KASUS
Hubungan diagnosis dengan, anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah
dan lingkungan sekitar:
Pada anamnesis Os mengatakan cairan keluar dari telinga kiri sejak 3 hari
yang lalu, cairan berwarna kekuningan, kental, berbau, tidak berdarah dan
terasa gatal. Pasien juga mengeluh rasa sakit pada telinga kiri. Selain itu,
keponakan pasien juga mengatakan pendengaran pasien agak berkurang. Nyeri
dibelakang telinga disangkal, sakit tenggorok disangkal, sulit menelan
disangkal.
7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih
bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah mulai
membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-kambuhan sejak
dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-ngorek
telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi .
Pada pemeriksaan fisik untuk pemeriksaan telinga di dapatkan perforasi
pada telinga kiri (+), keluar cairan berwarna kuning kental (+).Dari anamnesis
dan pemeriksaan fiskl didapatkan hubungan antara diagnosis pada penyakit
pasien.
Pasien tinggal dirumah panggung, mempunyai 3 kamar tidur, 1 kamar mandi
dengan sumber air bersih dari sumur, sumber air minum dengan air sumur,
ventilasi dan pencahayaan kurang memadai, dapur bersatu dengan ruang
makan, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar mandi,
sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah. Tidak ada hubungan antara
keadaan rumah pasien dengan penyakit yang diderita pasien.
31
Hubungan diagnosa dengan keluarga dan hubungan keluarga:
Pasien merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Pasien tinggal bersama
ibu seorang saudaranya seta seorang keponakannya. Ayah pasien telah
lama meninggal. Hubungan pasien dengan keluarga baik
Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang
diderita pasien.
Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga:
Pasien mandi tiga kali sehari mandi menggunakan sabun dan sikat gigi.
Sebelum makan pasien mencuci tangan, tetapi tidak pernah menggunakan
sabun, hanya dibasahkan saja.
Makan tiga kali sehari dan tidak ada pantangan untuk menu makanan,
untuk sayur dan buah pasien suka.
Pasien suka makan -makanan yang dijual di jalan terutama gorengan dan
es serut dan es doger yang dijajakan keliling .
Pasien mengkonsumsi rokok setiap hari. Dalam satu hari menghabiskan 1
bungkus rokok
Os tidak pernah berolahraga
Sering mengorek telinga menggunakan cotton bud sesudah mandi
Kurang mengkonsumsi air putih
7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih
bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah
mulai membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-
kambuhan sejak dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-
ngorek telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi.
Batuk dan pilek sudah sering pasien alami, karna mengganggap hal yang
sering setiap batuk pilek pasien tidak pernah berobat.
Penyakit yang diderita pasien mempunyai hubungan dengan perilaku
kesehatan dalam keluarga.
32
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang, pasien didiagnosis menderita OMSK. Berdasarkan anamnesa, pasien
mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kanan yang sering kambuh, dimana
sekret awalnya berwarna putih, encer dan tidak berbau, kemudian menjadi agak
kental, kekuningan, dan berbau. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada telinga
kanan dan berdenging.
Pada pemeriksaan fisik pada telinga kanan tampak secret berwana kuning
kental, berbau dan terdapat perforasi sentral pada membrane timpani.
Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat
kerusakan tulang-tulang pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli
konduktif, namun dapat pula terjadi tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke
labirin, atau tuli campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun
proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat
menghambat bunyi sampai dengan efektif ke fenestra ovalis. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari hasil
pemeriksaan didapatkan perforasi sentral pada membran timpani.
Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel
skuamosa ke dalam telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini
ke daerah atik mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom.
Pembentukan kolesteatom ini akan menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga
mengakibatkan terjadinya destruksi tulang, yang ditandai dengan sekret yang
kental dan berbau.
Prinsip pengobatan pasien OMSK benigna aktif adalah membersihkan
liang telinga dan kavum timpani serta pemberian antibiotika, baik topikal maupun
sistemik. Pasien diterapi secara konservatif. Pada stadium aktif dapat diberikan
antibiotik, cuci telinga dengan larutan H2O2 3%, dan dengan obat tetes telinga.
33
Pemberian antibiotik topikal pada telinga dengan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu adalah tidak efektif.
Edukasi tak kalah penting untuk mencegah penyakit ini aktif kembali.
Pada pasien dengan OMSK benign tenang tidak memerlukan pengobatan. Pasien
diingatkan untuk tidak mengorek telinga, menjaga agar air tidak masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang, dan segera berobat bila menderita ISPA. Bila
fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid posisi Schuller
serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga. Pasien OMSK dengan
mastoiditis kronis dapat dilakukan mastoidektomi. Tujuan mastoidektomi adalah
menghentikan infeksi secara permanen, mencegah terjadinya komplikasi, dan
sejauh mungkin mempertahankan fungsi pendengaran.
Analisis untuk mengurangi paparan:
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
menjaga keadaan gizi agar tetap baik
memakai masker ketika bepergian.
Penyaringan dalam membeli makanan dan minuman.
Mencuci makanan sebelum masak, memasak makanan hingga matang.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-63,73
2. Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118
3. Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
4. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial Complication of Chronic Suppuratif Otitis Media, Attico-Antral Type: Experience at TUTH. J Neuroscience. 2004:1:36-39 Diunduh dari URL: http://www.jneuro.org. (Diakses tanggal 22 februari 2015)
5. Yeds PD, Flood LM, Banerjee A, Cliford K. CT-scanning of middle ear cholesteatome: what does the surgeon want to know?. The British Journal of Radiology. 2002:75:847-852.
6. Loy AHC, Tan AL, Lu PKS. Microbiology of Chronis Suppurative Otitis Media in Singapore. Singapore Med J. 2002:43:296-9
7. Djaafar, ZA. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi ke 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
35
Recommended