8/19/2019 Nur Aini Feis
1/134
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN
AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-
syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Nur Aini
NIM: 105082002767
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
8/19/2019 Nur Aini Feis
2/134
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN
AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
OlehNur Aini
NIM: 105082002767
DI Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Amilin, SE.,Ak.,M.si
NIP. 131 474 891 NIP. 150 370 232
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2009 M
8/19/2019 Nur Aini Feis
3/134
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN
AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
OlehNur Aini
NIM: 105082002767
DI Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Amilin, SE.,Ak.,M.si
NIP. 131 474 891 NIP. 150 370 232
Penguji Ahli
Rahmawati, SE.,MMNIP. 150 377 441
8/19/2019 Nur Aini Feis
4/134
Hari ini Senin tanggal 18 Mei Tahun dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Nur Aini NIM: 105082002767 dengan judul Skripsi
“PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR
DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT”. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Mei 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amilin, SE.,Ak.,M.si Hepi Prayudiawan SE.,Ak.,MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
8/19/2019 Nur Aini Feis
5/134
Daftar Riwayat Hidup
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Nur Aini
Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 6 Juni 1987Alamat : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26,
Ciracas Jakarta-TimurTelepon : (021)8717531 / 08567532034
PENDIDIKAN
TK : TK Islam PB Soedirman
SD : SD Islam PB Soedirman
SMP : SLTP Islam PB Soedirman
SMA : SMU Negeri 39 CijantungS1 : Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Paduan Suara Swarna Gita SMAN 39 Jakarta2. Panitia Fushion II Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Muhammad Nasir2. Tempat & Tgl. Lahir : Palembang, 27 Juli 19543. Alamat : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26,
Ciracas Jakarta-Timur
4. Telepon : 021-8717531/08121088954
5. Ibu : Zubaidar6. Tempat & Tgl. Lahir : Lahat, 6 Juli 19607. Alamat : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26,
Ciracas Jakarta-Timur
8. Telepon : 021-8717531
9. Anak Ke dari : Satu dari Dua Bersaudara
8/19/2019 Nur Aini Feis
6/134
THE INFLUENCE OF AUDITOR INDEPENDENCE, AUDITOR
EXPERIENCE, AND AUDITOR ETHICS OF AUDIT QUALITY
By: Nur Aini
Abstract
The objectives of this research was to explain the influence of auditor
independence, auditor experience and auditor ethics to audit quality. Data used in
this research was questionnaires from independent auditors, at audit firms in DKI
Jakarta.
Sampling method was using convenience sampling. 100 questionnaires wasdistribute. Total returned questionnaires was 78 (78%). The method of data
analyzing used in this research was multiple regression method with auditor
independence, auditor experience, auditor ethics is independence variable andaudit quality is dependent variable.
This research showed that auditor independence, auditor experience, andauditor ethics has significant to audit quality. The t test showed that value of
significant of auditor independence variable is 0.000, auditor experience variableis 0.026, and auditor ethics variable is 0.048.
Keywords: Auditor Independence, Auditor Experience, Auditor Ethics, Audit
Quality
8/19/2019 Nur Aini Feis
7/134
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR,
DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
Oleh: Nur Aini
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang
pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor dan etika auditor terhadap
kualitas audit. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari auditor
independen dari kantor akuntan publik di DKI Jakarta.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Metode penentuan data yangdigunakan adalah convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan kepada
auditor sebanyak 100 kuesioner. Jumlah kuesioner yang kembali adalah 78
kuesioner (78%). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresiberganda dimana auditor independensi auditor, pengalaman auditor, dan etika
auditor sebagai variabel independent sedangkan kualitas audit sebagai variabeldependen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi auditor, pengalamanauditor,dan etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel independensiauditor adalah 0.000, variabel pengalaman auditor sebesar 0.026, dan variabel
etika auditor sebesar 0.048.
Kata Kunci: Independensi Auditor, Pengalaman Auditor, Etika Auditor, Kualitas
Audit.
8/19/2019 Nur Aini Feis
8/134
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi. Dan atas
izin-Nya, penulis telah menyelesaikan skripsi ini. Dalam realisasinya, penulis
sadar sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah banyak membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan
atas kekuatan yang telah Allah SWT anugerahkan. Dan selain itu, penulis juga
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. Kedua Orang tua Quw tercinta Ayah&Ibu terima kasih untuk semua Doa dan
harapannya serta bantuan moral maupun material.
2. Adikku Rio, Nanda, Hilda, Ghina, Zilan, Darmawan terima kasih atas semua
doanya dan support yang telah diberikan.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial dan Dosen Pembimbing 1, terima kasih atas bimbingan dan seluruh
advice yang telah diberikan.
4. Bapak Amilin, SE., Ak., M.si selaku Dosen Pembimbing 2, terima kasih atas
bimbingan dan seluruh advice yang telah diberikan kepada penulis. Terima
kasih pak..
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi terima kasih
atas semua bantuan yang telah Bapak berikan.
6. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Tanpa kalian
semua penulis tidak akan mendapatkan ilmu yang sangat berharga yang akan
bermanfaat selamanya.
8/19/2019 Nur Aini Feis
9/134
7. E_GalZ: Nisa, Nyonyah, nCun , aNa, Deffy, Repa, Vita, Erika, Anti, Angel,
makasih untuk suPPortnya!!! Luv U ALL!!!fRienD’s 4-EvEr…
8. gELo girl’S : Lintah, Mirak, Bella, BurQi, Mala, i love u ALL SahaBaTQuw!!
Jangan pernah lupakan perjuangan kita!!akhirnya...kita akan menghadapi
dunia yang baru...Real World...Semangaaat!!!!!
9. Anak-anak akUn_E!!! Hayo SemangaT!!!kalian adalah sahabat-sahabat yang
terbaik!!!
10. Mas Dhani makasih atas inspirasi, semangat, dan motivasi yang selalu
diberikan kepada penulis. LovE You…
11. Bapak perpustakaan terimakasih pak atas semua buku-buku yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Dan semua orang dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik,
saran dan masukan konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan
manfaat dikemudian hari. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membacanya. Amin..
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 15 Juni 2009
Penulis
8/19/2019 Nur Aini Feis
10/134
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan skripsi………………………………..................... i
Lembar pengesahan ujian komprehensif………………………………. iii
Daftar riwayat hidup…………………………………………………... iv
Abstract ………………………………………………………………... v
Abstrak………………………………………………………………… vi
Kata Pengantar………………………………………………………… vii
Daftar Isi…….…………………………………………………………. ix
Daftar Tabel……………………………………………………………. xii
Daftar Gambar…………………………………………………………. xiii
Daftar Lampiran………………………………………………………... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian……………………………………….. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….. 6
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Konsep Auditing………………………………………………… 8
1. Pengertian Audit…………………………………………….. 8
2. Tujuan Audit………………………………………………… 9
3. Jenis Audit…………………………………………………… 10
4. Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal……………… 11
5. Standar Auditing…………………………………………….. 12
B. Etika……………………………………………………………… 14
1. Definisi Etika………………………………………………… 14
2. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik………………… 16
3. Tiga Pendekatan Etika………………………………………... 17
4. Prinsip-prinsip Etika………………………………………….. 18
5. Dilemma Etika………………………………………………… 20
8/19/2019 Nur Aini Feis
11/134
C. Teori Moral Development………………………………………… 21
D. Teori Keagenan…………………………………………………… 25
E. Independensi……………………………………………………… 27
F. Pengalaman Auditor……………………………………………… 29
G. Kualitas Audit…………………………………………………….. 30
H. Penelitian Terdahulu………………………………………………. 32
I. Kerangka Pemikiran ……………………………………………… 33
J. Perumusan Hipotesis……………………………………………… 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………. 35
B. Metode Penentuan Sampel……………………………………… 35
C. Metode Pengumpulan Data…………………………………….... 36
D. Metode Analisis ……………………….……………………….... 37
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya……….. 43
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………………… 48
1. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………... 48
2. Karakteristik Responden……………………………………... 50
B. Penemuan………………………………………………………… 55
1. Statistik Deskriptif…………………………………………… 55
2. Uji Kualitas Data……………………………………………... 56
8/19/2019 Nur Aini Feis
12/134
a. Uji Reliabilitas……………………………………………. 56
b. Uji Validitas……………………………………………… 59
3. Uji Hipotesis…………………………………………………. 62
a. Uji Asumsi Klasik………………………………………... 62
b. Analisis Regresi Berganda……………………………….. 66
c. Uji Koefisien Determinasi………………………………... 68
d. Uji Statistik t……………………………………………… 69
C. Pembahasan……………………………………………………….. 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 75
B. Implikasi…………………………………………………………... 76
DAFTAR PUSTAKA
8/19/2019 Nur Aini Feis
13/134
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……………….. 46
4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik………………………. 48
4.2 Data Penyebaran Kuesioner…………………………. 50
4.3 Data Sampel Penelitian………………………………. 51
4.4-1 Karakteristik Responden Auditor Eksternal…………. 52
4.4-2 Karakteristik Responden Auditor Eksternal
(pendidikan)………………………………………….. 53
4.4-3 Karakteristik Responden Auditor Eksternal
(pengalaman kerja)……………………………………. 54
4.5 Statistik Deskriptif……………………………………. 55
4.6-1 Uji Reliabilitas Independensi Auditor………………… 56
4.6-2 Uji Reliabilitas Pengalaman Auditor…………………. 57
4.6-3 Uji Reliabilitas Etika Auditor…………………………. 57
4.6-4 Uji Reliabilitas Kualitas Audit………………………… 58
4.7-1 Uji Validitas Independensi Auditor……………………. 59
4.7-2 Uji Validitas Pengalaman Auditor……………………… 60
4.7-3 Uji Validitas Etika Auditor……………………………... 60
4.7-4 Uji Validitas Kualitas Audit…………………………….. 61
4.8 Uji Multikolinearitas……………………………………. 64
4.9 Koefisien Regresi……………………………………….. 66
4.10 Uji Koefisien Determinasi……………………………….. 68
4.11 Uji Statistik t…………………………………………… 69
8/19/2019 Nur Aini Feis
14/134
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Model Penelitian…………............................ 33
4.1 Normal P-Plot……………………………… 62
4.2 Grafik Histogram…………………………... 63
4.3 Scatterplot………………………………….. 65
8/19/2019 Nur Aini Feis
15/134
Daftar Lampiran
No. Keterangan Halaman
1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda………………... 80
2 Hasil Uji Asumsi Klasik…………………………... 81
3 Deskriptif Statistik………………………………... 85
4 Hasil Uji Reliabilitas……………………………… 88
5 Hasil Uji Validitas………………………………… 89
6 Surat Izin Penelitian………………………………. 93
7 Kuesioner Penelitian……………………………… 94
8 Daftar Jawaban Responden……………………… 95
9 Daftar Kantor Akuntan Publik…………………… 106
10 Data Pembagian Kuesioner………………………. 107
8/19/2019 Nur Aini Feis
16/134
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang
melibatkan profesi seorang akuntan. Akuntan adalah profesi yang
keberadaannya sangat tergantung dengan adanya kepercayaan dari
masyarakat yang menggunakan jasanya. Oleh karena itu, jika akuntan
tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, maka mereka tidak akan
menggunakan jasa akuntan, sehingga profesi akuntan tidak perlu ada.
Masalah-masalah yang ditimbulkan membuat kepercayaan para
pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap
auditor mulai menurun. Akibatnya, para pemakai laporan keuangan
seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi
akuntan publik sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan
keuangan.
Hubungan akuntan dengan pengguna jasanya memiliki bentuk yang
khusus jika dibandingkan dengan profesi lainnya. Profesi lain
mendapatkan penugasan dari pengguna jasa dan bertanggung jawab juga
kepadanya, sementara akuntan mendapat penugasan dan memperoleh fee
dari perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun bertanggung
jawab kepada pengguna laporan keuangan. Kondisi seperti ini sering kali
menempatkan akuntan pada situasi-situasi dilematis, oleh sebab itu sangat
8/19/2019 Nur Aini Feis
17/134
penting bagi akuntan untuk melaksanakan audit dengan kompeten dan
tidak bias (Arens dan Loebbecke, 2008).
Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya
tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan.
Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh
setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter.
Karakter menunjukkan personality seorang profesional, yang diwujudkan
dalam sikap dan tindakan etisnya.
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan
Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia
dan akuntan lainnya yang bukan anggota (bab VII pasal 10 Kode Etik
Akuntan Indonesia). Disamping itu, dengan adanya kode etik, maka para
anggota profesi akan lebih dapat memahami apa yang diharapkan profesi
terhadap para anggotanya (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Etika
professional auditor diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia -
Kompartemen Akuntan Publik (IAPI-KAP) dan staf profesional (baik
yang anggota IAPI-KAP maupun yang bukan anggota IAPI-KAP) yang
bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam hal staf
profesional yang bekerja pada satu KAP yang bukan anggota IAPI-KAP
melanggar aturan etika ini, maka rekan pimpinan KAP tersebut
bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran tersebut. Sikap dan
tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya dimata
masyarakat. Profesi seorang akuntan diharapkan memiliki profesionalitas,
8/19/2019 Nur Aini Feis
18/134
integritas yang tinggi, bersikap independen, kompeten dan bertanggung
jawab atas segala pekerjaannya. Auditor dengan kapasitas pemikian etis
yang tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan dilema etis,
dan lebih independen dalam membuat keputusan yang terkait dengan
dilema etis (St Vena Purnamasari, 2006).
Independensi merupakan sikap yang bebas dari pengaruh pihak lain
(tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain), secara
intelektual bersikap jujur, dan objektif (tidak memihak) dalam
mempertimbangkan fakta dan menyatakan opininya (Mulyadi, 2008).
Sikap independen sangat dibutuhkan oleh seorang auditor eksternal dalam
memberikan jasa audit yang disediakan untuk para pemakai laporan
keuangan. Selain itu, independensi auditor eksternal juga merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas atau mutu
dari jasa audit yang dihasilkan.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2004), audit yang
dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi
ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut
mencakup mutu professional auditor, independensi, pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi
seorang auditor dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika
auditor tersebut melaksanakan pekerjaannya secara professional.
Kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan
menambah pengalaman serta pengetahuannya. Hal ini menunjukkan
8/19/2019 Nur Aini Feis
19/134
bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan
yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih
berpengalaman. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan
yang lebih, pengalaman seorang auditor tentunya dapat berpengaruh
terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.
Dalam penelitian Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004)
menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menemukan
bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit,
selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel
moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti
kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan
dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Namun,
dalam penelitian Nurul Dwi Ayuni (2008) menemukan bahwa
pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kulitas
audit atas sistem informasi berbasis komputer. Susiana dan Arleen (2007)
membuktikan bahwa independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terlihat bahwa
kualitas audit tidak bisa diukur secara pasti sehingga hasil penelitiannya
berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul ”Pengaruh Independensi Auditor,
Pengalaman Auditor dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit”.
8/19/2019 Nur Aini Feis
20/134
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007). Perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Menambahkan variabel pengalaman auditor dan etika auditor sebagai
variabel independen. Pengalaman auditor dan etika auditor merupakan
beberapa hal yang berkaitan dengan auditor dalam melaksanakan
penugasannya dan pengaruhnya terhadap kualitas audit yang mereka
hasilkan, karena itu penelitian ini menambahkan kedua variabel
tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap
kualitas audit.
2. Menghilangkan etika auditor sebagai variabel moderasi. Etika auditor
diubah menjadi salah satu variabel independen dalam penelitian ini,
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas audit.
3. Menjadikan kantor-kantor akuntan publik yang berada di DKI Jakarta
sebagai populasi dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar hasil
penelitian yang didapat menjadi lebih maksimal dengan memperluas
pengambilan sampel.
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang ingin diteliti adalah:
1. Apakah independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit?
2. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit?
8/19/2019 Nur Aini Feis
21/134
3. Apakah etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit.
2. Untuk menguji pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit.
3. Untuk menguji pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi profesi akuntan.
Informasi ini dapat digunakan sebagai motivasi bagi para akuntan
untuk dapat lebih independen dalam melaksanakan profesinya, serta
membangkitkan naluri profesionalnya dalam memberikan pelayanan
jasa bagi masyarakat luas.
2. Bagi organisasi IAPI.
Untuk mengetahui seberapa jauh independensi, pengalaman dan etika
auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga dapat dijadikan
pedoman sebagai seorang auditor untuk memelihara independensinya
dan terus menambah pengetahuan dari berbagai pengalaman yang
telah dilewati.
3. Bagi pemakai laporan keuangan yang telah diaudit.
Penelitian ini dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap
laporan yang dihasilkan oleh auditor, sehingga dapat dijadikan
8/19/2019 Nur Aini Feis
22/134
sebagai informasi yang relevan dalam menentukan keputusan yang
akan dilaksanakan.
4. Bagi Pemerintah (Bapepam)
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada Bapepam sebagai pengawas pasar modal, untuk melihat
seberapa besar pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor
dan etika auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan dari laporan
keuangan yang diaudit. Penelitian ini juga berguna untuk
meningkatkan kualitas keterbukaan laporan keuangan yang disajikan
oleh perusahaan publik.
5. Bagi mahasiswa.
Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh
independensi, pengalaman dan etika auditor terhadap kualitas audit,
sehingga dapat menjadi salah satu sarana bahan bacaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
8/19/2019 Nur Aini Feis
23/134
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Konsep Auditing
1. Pengertian Audit
Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting
Association dalam Kell & Boynton (2002:6), mendefinisikan auditing
sebagai:
“ A systematic process of objectively obtaining and evaluating
evidence regarding assertions about economic actions and events to
ascertain the degree of correspondence between those assertions and
established criteria and communicating the results to interested users ”.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2008:3) auditing ialah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, olehpihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen, beserta catatan pembukuan dan bukti pendukungnya,dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut” .
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa auditing merupakan suatu proses untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang peristiwa ekonomi dengan
menentukan derajat kesesuaian antara asersi yang dibuat dengan kriteria
yang telah ditetapkan, kemudian hasilnya tersebut dikomunikasikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Tujuan Audit
8/19/2019 Nur Aini Feis
24/134
Tujuan umum audit dalam Kell & Boynton (2002:6) adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan tujuan audit spesifik ditentukan
berdasar asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam
laporan keuangan.
Asersi manajemen (management assertion) adalah pernyataan yang
tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen mengenai jenis
transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen
berhubungan langsung dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
sehingga auditor harus memahami asersi–asersi manajemen agar audit
dapat dilaksanakan dengan memadai.
Arens dan Loebbecke (2008:147) atau SPAP seksi 326
menggolongkan asersi manajemen kedalam lima kategori pernyataan yang
luas, yaitu:
1. Keberadaan ( Existence) atas Keterjadian (Occurance)
2. Kelengkapan (Completness)
3. Penilaian dan Alokasi (Valuation and Allocation)
4. Hak dan Kewajiban ( Right and Obligation)
5. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)
3. Jenis Audit
8/19/2019 Nur Aini Feis
25/134
Menurut Kell & Boynton (2002: 8-9) terdapat tiga jenis audit yang
ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam
definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan,
audit kepatuhan, dan audit opersional.
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-
kriteria tertentu, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
b. Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan efektifitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional,
auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk
memperbaiki jalannya operasi perusahaan.
c. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah audittee
(klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah
ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
4. Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal
8/19/2019 Nur Aini Feis
26/134
Terdapat beberapa perbedaan antara Audit Internal dan Audit
eksternal, yaitu sebagai berikut:
Audit Internal Audit Eksternal
1. Merupakan karyawanperusahaan, atau bisa sajamerupakan entitas independen.
2. Melayani kebutuhan organisasi,meskipun fungsinya harus
dikelola oleh perusahaan.
3. Fokus dengan kejadian-kejadian dimasa depan dengan
mengevaluasi kontrol yang
dirancang untuk meyakinkan
pencapaian tujuan organisasi.
4. Langsung berkaitan denganpencegahan kecurangan dalam
segala bentuknya atauperluasan dalam setiap aktivitas
yang ditelaah.
5. Independen terhadap aktivitasyang diaudit, tetapi siap sedia
untuk menaggapi kebutuhan
dan keinginan dari semua
tingkatan manajemen.
6. Menelaah aktivitas secaraterus-menerus.
1. Merupakan orang yangindependen diluar perusahaan.
2. Melayani pihak ketiga yangmemerlukan informasi
keuangan yang dapat
diandalkan.
3. Fokus pada ketepatan dankemudahan pemahaman dari
kejadian-kejadian masa lalu
yang dinyatakan dalam laporan
keuangan.
4. Sesekali memperhatikanpencegahan dan pendeteksian
kecurangan secara umum,namun akan memberikan
perhatian lebih bila kecurangantersebut akan mempengaruhi
laporan keuangan secaramaterial.
5. Independen terhadapmanajemen dan dewan direksi
baik dalam kenyataan maupun
secara mental.
6. Menelaah catatan-catatan yangmendukung laporan keuangan
secara periodik-biasanya sekali
setahun.
Sumber: Sawyer (2005:8)
Auditor internal dan eksternal haruslah berkoordinasi. Teknik-teknik
yang digunakan dalam audit keuangan, baik yang dilakukan auditor
8/19/2019 Nur Aini Feis
27/134
eksternal maupun internal bisa jadi serupa, namun tujuan dan hasil yang
diharapkan bisa berbeda. Mereka mencerminkan dua profesi yang berlainan
yang harus saling menghargai satu sama lain dan memanfaatkan kelebihan
masing-masing. (Sawyer:2005)
5. Standar Auditing
Menurut PSA No. 01 (SA Seksi 150)
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur”
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar”
berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan
prosedur tersebut. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar
auditing mencakup mutu professional ( professional qualities) auditor
independen dan pertimbangan ( judgement ) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. (Soekrisno Agoes:2008)
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Publik Indonesia, seperti yang terdapat dalam SPAP terdiri dari
sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
8/19/2019 Nur Aini Feis
28/134
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
8/19/2019 Nur Aini Feis
29/134
2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
B. Etika
1. Definisi Etika
Ethics (etika) adalah strandar prilaku yang menjadi dasar penilaian
benar atau salah, jujur atau tidak jujur, adil atau tidak adilnya tindakan
seseorang (Weygandt, Kieso, & Kimmel, 2007). Etika secara umum
diartikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Masing-masing orang
memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat diungkapkan secara
eksplisit. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya
dapat berjalan lancar serta teratur sesuai dengan ketentuan yang ada,
kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak
diantara nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang.
Di Indonesia, etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila
berarti dasar, kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar dan
8/19/2019 Nur Aini Feis
30/134
bagus. Selanjutnya, selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang
disebut dengan kaidah professional yang khusus berlaku dalam kelompok
profesi yang besangkutan. Oleh karena merupakan konsensus, maka etika
tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal yang selanjutnya disebut
sebagai ‘kode etik’. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu
dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang
bersangkutan (Desriani,1993 dalam Gudono,2000).
Etika adalah seperangkat prinsip moral atau nilai (Arens dan
loebbecke, 2008), atau aturan perilaku yang ditetapkan oleh organisasi
profesi untuk melindungi kepentingan anggota dan masyarakat sebagai
pemakai jasanya. Aturan tersebut berisi hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan dan harus ditaati oleh setiap anggota organisasi.
Etika dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu: ethos berarti
kebiasaan atau adat, dan ethikos berarti perasaan batin atau kecenderungan
batin mendorong manusia dalam bertingkah laku. “Etika sebenarnya
meliputi suatu proses penentuan yang komplek tentang apa yang harus
dilakukan seseorang dalam situasi tertentu.
Profesi itu sendiri meliputi kombinasi unik dari pengalaman dan
pembelajaran masing-masing individu seperti yang dikemukakan oleh
Ward et al. (1993) dalam Gudono (2000). Jadi secara umum etika
menggambarkan suatu perwujudan dan penetapan suatu norma sikap dan
tingkah laku yang membantu manusia bertindak secara bebas dan dapat
8/19/2019 Nur Aini Feis
31/134
dipertanggung jawabkan karena setiap tindakan lahir dari keputusan
pribadi yang bebas.
2. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
Dalam SPAP (IAPI:2004) aturan etika kompartemen akuntan publik,
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang
terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan
IAPI:
a. Kompetensi Profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional
yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan
kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan Keseksamaan Professional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa professional dengan
kecermatan dan keseksamaan professional.
c. Perencanaan dan Supervisi
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai
setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
d. Data Relevan yang Memadai
8/19/2019 Nur Aini Feis
32/134
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk
menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan
dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
3. Tiga Pendekatan Etika
Etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral dalam
Satyanugraha (2003), studi etika dapat dibedakan dalam:
1. Etika Deskriptif
Melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat
kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-
tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif
mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu,
kebudayaan-kebudayaan tertentu. Karena etika deskriptif hanya
melukiskan ia tidak memberikan penilaian.
2. Etika Normatif
Mendasarkan pada pemahaman yang diperoleh dari etika
deskriptif, studi ini berusaha untuk menjelaskan dan memastikan
prinsip-prinsip moral dengan berbagai cara. Disini ahli bersangkutan
tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika
deskriptif, tapi ia melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian
tentang perilaku manusia. Penilaian itu dibentuk atas dasar norma-
norma. Ia mengemukakan alasan-alasan mengapa suatu tingkah laku
8/19/2019 Nur Aini Feis
33/134
harus disebut baik atau buruk dan mengapa suatu anggapan moral
dapat dianggap benar atau salah.
3. Meta Etika
Meta etika merupakan studi dari etika normative. Awalan meta
(dari bahasa Yunani) mempunyai arti “melebihi, “melampaui”.
Menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara
langsung, melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas, meliputi
penjelasan dan penilaian asumsi dan investigasi kebenaran dari
argumentasi moral.
4. Prinsip-prinsip Etika
Prinsip-prinsip etika menurut Kode Etik Profesi AICPA ( American
Institute of Certified Public accountants) dalam Seprian (2007) adalah
sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, para
anggota harus berusaha menjadi profesional yang peka serta memiliki
pertimbangan moral atas seluruh aktivitas mereka.
2. Kepentingan publik
Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian
rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan
publik, serta menunjukan komitmennya pada profesionalisme.
3. Integritas
8/19/2019 Nur Aini Feis
34/134
Mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, para anggota
harus menunjukan selruh tanggung jawab profesionalnya dengan
tingkat inte-gritas tertinggi.
4. Obyektivitas dan independensi
Anggota harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas dari konflik
antar kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab
profesionalnya.
5.
Due care
Seorang anggota harus selalu memperhatikan standar teknik dan etika
profesi, selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas
jasa yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab
profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Lingkup dan sifat jasa
Anggota yang berpraktek bagi publik harus memperhatikan prinsip-
prinsip pada Kode Etik Profesi dalam menentukan lingkup dan sifat
jasa yang akan disediakannya.
5. Dilemma Etika
Menurut Arens dan Loebecke (2008) dilemma etika adalah: “Situasi
yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas
harus dibuat”. Maksudnya adalah dalam kehidupan sehari-hari seseorang
dihadapkan pada situasi dimana terjadi pertentangan batin, karena
sebenarnya ia tahu bahwa keputusan yang diambilnya salah. Auditor,
8/19/2019 Nur Aini Feis
35/134
akuntan dan kalangan bisnis lainnya menghadapi banyak dilemma etika
dalam karier bisnis mereka. Misalnya bernegosiasi dengan klien yang
mengancam untuk mencari auditor baru kalau perusahaannya tidak
memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas merupakan dilemma
etika. Dalam Seprian (2007), untuk menyelesaikan dilemma etika dapat
dilakukan dengan cara Pendekatan enam langkah berikut ini:
1. Memperoleh fakta-fakta yang relevan.
2. Mengidentifikasikan isu-isu etika berdasarkan fakta-fakta tersebut.
3. Menentukan siapa yang akan terkena pengaruh dari keluaran (outcome)
dilema tersebut dan bagaimana cara masing-masing pribadi atau
kelompok itu dipengaruhi.
4. Mengidentifikasikan berbagai alternatif yang tersedia bagi pribadi yang
harus menyelesaikan dilema tersebut.
5. Mengidentifikasikan konsekuensi yang mungkin terjadi pada setiap
alternatif.
6. Memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan.
C. Teori Moral Development
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg (1958) dengan
mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang
semula diteliti Piaget (1932), yang menyatakan bahwa logika dan moralitas
berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Teori ini berpandangan
bahwa penalaran moral, merupakan dasar dari perilaku etis dan mempunyai
enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Kohlberg memperluas
8/19/2019 Nur Aini Feis
36/134
pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral
pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya
berlanjut selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan
implikasi filosofis dari penelitiannya.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kohlberg dikelompokkan ke
dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-
konvensional. Tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap
tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif,
beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Kohlberg
menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia
tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan
mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Teorinya
didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan
tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema
moral dibanding tahap atau tingkat sebelumnya.
Tahapan-tahapan
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?)
Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik )
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan
aturan)
8/19/2019 Nur Aini Feis
37/134
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal (Principled conscience)
Tingkat 1: Pra-Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-
anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap
ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas
dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-
konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan
murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada
konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai
contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang
melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin
salah tindakan itu. Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya,
perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya.
Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang
lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap
kebutuhannya sendiri.
Dalam tahap dua perhatian kepada orang lain tidak didasari oleh loyalitas
atau faktor yang bersifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat
dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima),
8/19/2019 Nur Aini Feis
38/134
sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja.
Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang
bersifat relatif secara moral.
Tingkat 2: Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang
dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan
membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat
konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan
moral.
Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran
sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-
orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap
peran yang dimilikinya. Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi
hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara
fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar
kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan
masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi.
Tingkat 3: Pasca-Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip,
terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa
individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi
8/19/2019 Nur Aini Feis
39/134
semakin jelas. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat
tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-
konvensional. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai
memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting
bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang
tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai
ditahan atau dihambat. pemerintahan yang demokratis merupakan contoh
tindakan yang berlandaskan pada penalaran tahap lima.
Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak
menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada
keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk
tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan
ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang
menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada,
yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.
D. Teori Keagenan
Agent memiliki informasi yang lebih banyak ( full information) dibanding
dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry
information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu
untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan
untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal
ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang
8/19/2019 Nur Aini Feis
40/134
dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.
Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau
investor.
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory
(Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau
lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain
disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas
decision making kepada agent , hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal
memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu
sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan
tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas
persetujuan bersama.
Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak,
misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan
kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang
dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer
perusahaan, dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility
masing-masing dengan informasi yang dimiliki.
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam
lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin
8/19/2019 Nur Aini Feis
41/134
dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham
tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika
atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola,
manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan
kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Asimetri antara manajemen
(agent ) dengan pemilik ( principal) memberikan kesempatan kepada manajer
untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal
pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings
management ) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai
kinerja ekonomi perusahaan.
Akuntan publik diharapkan dapat menjembatani kepentingan pihak
investor dan kreditor dengan pihak manajemen (agent ) dalam mengelola
keuangan perusahaan. Sebagai perantara, akuntan harus dapat bertindak jujur,
bijaksana, dan profesional.
8/19/2019 Nur Aini Feis
42/134
Akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab bahwa informasi yang
mereka berikan disajikan secara lengkap dan jujur kepada para pengguna
informasi tersebut. Sehingga mereka dapat mengetahui kinerja perusahaan
yang sesungguhnya dan dapat dijadikan sebagai dasar yang tepat untuk
mengambil keputusan.
E. Independensi
Tanggung jawab yang besar, maka merupakan suatu hal yang penting
bagi akuntan yang bekerja di suatu kantor akuntan publik untuk memiliki
independensi dan keahlian yang tinggi. Jika akuntan tidak independen
terhadap manajemen kliennya, pendapat yang dia berikan tidak mempunyai
arti. Dalam Seprian (2007) independensi akuntan publik mencakup dua aspek,
yaitu: (1) independensi sikap mental, dan (2) independensi penampilan.
Setiap akuntan harus menjaga integritas dan keobjektivan dalam tugas
proesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang
bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Ia juga harus menghindari
situasi yang dapat menimbulkan kesan pada pihak ketiga bahwa ada
pertentangan kepentingan atau keobjektivan sudah tidak dapat dipertahankan.
Mautz dan Sharaf (1993) menyatakan bahwa untuk dapat menjalankan
kewajibannya, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh auditor, yaitu
kompetensi, independensi, dan due professional care. Mempertahankan
perilaku yang independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab
8/19/2019 Nur Aini Feis
43/134
mereka adalah penting. Tetapi yang juga penting adalah bahwa pemakai
laporan keuangan tersebut memiliki kepercayaan atas independensi tersebut.
Shockley (1981) dalam Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) melakukan
penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap independensi
akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah kantor akuntan publik,
bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa
konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama
hubungan audit dengan klien.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa
konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko
rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan
jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat meningkatkan risiko
rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai
risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang
lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan dengan klien tertentu
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik berhubungan
langsung dengan mutu pemeriksaan dan salah satu elemen penting dalam
kendali mutu tersebut adalah independensi.
F. Pengalaman Auditor
8/19/2019 Nur Aini Feis
44/134
Libby (1995) dalam Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan
auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert ). Semakin
berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
penerapan struktur pengendalian intern.
Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan
penugasan auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan
supervisi berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang
menjamin terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian,
pengembangan dan pemanfaatan personel dalam pelaksanaan perikatan (IAPI
2004).
Salah satu ciri dari keahlian (expertise) auditor yang sudah diteliti dalam
riset keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif
dan positif (auditor attendance to negative and positive information), yang
telah ditunjukkan Anderson dan Maletta (1994) dalam Koroy (2007). Hasil
studi mereka didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang
menunjukkan pengalaman memainkan peran penting dalam sejauh mana
perilaku konservatif/berorientasi negatif diperlihatkan. Anderson dan Maletta
mendapatkan mahasiswa dan staf auditor yang tidak berpengalaman lebih
memperhatikan informasi negatif dibandingkan auditor senior.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor
harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-
8/19/2019 Nur Aini Feis
45/134
kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan
kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Auditor yang kurang
berpengalaman terlalu terfokus pada informasi negatif sehingga semakin
negatif juga mereka dalam membuat pertimbangan audit.
G. Kualitas Audit
DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dalam
dua dimensi, pertama auditor harus mampu mendeteksi salah saji material,
kedua salah saji tersebut harus dilaporkan. Kemampuan untuk mendeteksi
salah saji material sangat dipengaruhi oleh kemampuan teknologi auditor,
prosedur audit dan jumlah sampling yang digunakan. Kemampuan untuk
melaporkan salah saji material secara tepat tergantung pada sikap
independensi auditor, jika auditor berada dalam tekanan personal, emosional
dan keuangan maka auditor dapat kehilangan independensinya.
Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidakpastian
yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan oleh pihak
manajemen. Karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik yang
selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan, pemerintah dan
masyarakat serta para investor. Berkaitan dengan kasus Enron, WorldCom,
dan jatuhnya KAP Arthur Andersen merupakan saat yang tepat
mempertanyakan kualitas audit yang telah diberikan oleh KAP big
international tersebut. Hal tersebut telah melahirkan perubahan terhadap
undang-undang di Amerika Serikat dengan berlakunya Sarbanes-Oxley Act
8/19/2019 Nur Aini Feis
46/134
Juni tahun 2002 diikuti dengan PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik di Indonesia. Undang-undang tersebut diantaranya mengatur
tentang rotasi wajib bagi auditor serta KAP tidak diperbolehkan memberikan
jasa non audit disamping pemberian jasa audit pada klien karena dapat
mengganggu independensi auditor. Kualitas audit akan selalu diragukan jika
jasa-jasa lain yang diberikan dianggap membahayakan keobjektifan dan
independensi auditor.
H. Penelitian Terdahulu
Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menemukan bahwa independensi
berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit, selanjutnya interaksi
independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh
sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai
dengan perilaku etis yang dimiliki.
Nurul Dwi Ayuni (2008) menemukan bahwa pendidikan, pelatihan
berpengaruh positif terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis
komputer. Namun pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hal ini berarti
variabel independen yang terdiri dari pelatihan, pendidikan dan pengalaman
auditor secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen yaitu kualitas audit atas sistem informasi berbasis
komputer.
8/19/2019 Nur Aini Feis
47/134
Susiana dan Arleen (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh
independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap
integritas laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa
independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
integritas laporan keuangan.
Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) menganalisis faktor-
faktor penentu kualitas audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
I. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai pengaruh
independensi, pengalaman audit dan etika auditor terhadap kualitas audit.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan, dapat disederhanakan
dalam bentuk model sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Independensi
Auditor
PengalamanAuditor
EtikaAuditor
Kualitas Audit
8/19/2019 Nur Aini Feis
48/134
Gambar 2.1
Model Penelitian
J. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan atas landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1 : Independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
Ha2 : Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
Ha3 : Etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
8/19/2019 Nur Aini Feis
49/134
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh independensi,
pengalaman dan etika auditor terhadap kualitas audit. Dalam penelitian ini,
data diambil dari sejumlah sampel yang ada dalam populasi. Populasi
penelitian ini adalah kantor-kantor akuntan publik yang ada di DKI Jakarta .
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
individual dengan sampel penelitian seluruh auditor independen yang bekerja
di kantor akuntan publik, yaitu partner, manajer, supervisor, auditor senior dan
auditor junior.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Populasi ( population) yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo,
2004: 115). Sedangkan sebagian dari elemen-elemen populasi disebut
dengan sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah kantor-kantor
akuntan publik yang berada di DKI Jakarta.
2. Teknik Penentuan Sampel
8/19/2019 Nur Aini Feis
50/134
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
Convenience Sampling. Metode ini memilih sampel dari elemen populasi
(orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen
populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas
sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling
cepat dan murah (Indriantoro dan Supomo, 2004: 130).
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data untuk mendukung penelitian ini adalah
menggunakan data primer dan data sekunder, berikut penjelasan mengenai
kedua metode tersebut, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperpleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) (Indriantoro dan
Supomo, 2004: 146-147). Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui
daftar pertanyaan kepada pihak yang berhubungan langsung dengan
masalah penelitian, untuk memperoleh data yang sebenarnya kuesioner
dibagikan secara langsung kepada responden, yaitu dengan mendatangi
tempat responden dan menitip kepada teman yang bekerja di kantor
akuntan publik.
Responden yang mengembalikan kuesioner yang telah diisi akan
dijadikan sampel penelitian. Untuk itu kuesioner-kuesioner dari responden
tersebut diseleksi terlebih dahulu guna mendapatkan kuesioner yang terisi
8/19/2019 Nur Aini Feis
51/134
secara lengkap seperti yang diharapkan peneliti untuk kepentingan
analisis.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2004: 147). Data
sekunder penelitian ini berasal dari buku, jurnal-jurnal, tesis, skripsi, serta
dari internet yang berkaitan dengan independensi, pengalaman, etika
auditor serta kualitas audit.
D. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS
versi 16.0. analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel
independensi auditor (X1), pengalaman auditor (X2), etika auditor (X3)
dengan kualitas audit (Y).
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar
demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
8/19/2019 Nur Aini Feis
52/134
deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, ,minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005).
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang
sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok yang
sama dengan alat ukur yang sama. Hasil uji reliabilitas dengan bantuan
SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Jika hasil dari Cronbach
Alpha memiliki nilai diatas 0,6 maka dikatakan bahwa data tersebut
mempunyai keandalan atau reliabel (Imam Ghozali, 2005: 41-42 ).
b. Uji Validitas
Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrument tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain, instrumen
tersebut dapat mengukur construct sesuai yang diharapkan dengan
peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2004: 181). Suatu intrumen
penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
2) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid
(Imam Ghozali, 2005: 45)
8/19/2019 Nur Aini Feis
53/134
3. Uji Hipotesis
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell
shaped ). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak melenceng ke
kiri atau ke kanan (Santoso, 2003). Analisis grafik adalah salah
satu cara termudah untuk melihat normalitas data dengan cara
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal probability plot.
2) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen) (Imam Ghozali, 2005:91-92). Multikolinieritas dapat
dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel
bebas. Jika terjadi kemiripan antar variabel independen dalam
suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat
kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen
yang lain (Imam Ghozali, 2005).
3) Uji Heteroskesdastisitas
8/19/2019 Nur Aini Feis
54/134
Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2005:
105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Pada gambar scatter plot, jika titik-titik
menyebar merata diatas dan dibawah atau disekitar angka nol,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas sedangkan jika titik-titik data
membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit atau
mengumpul disatu titik, maka telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Analisis Regresi Berganda
Peneliti menggunakan analisis regresi berganda karena ingin
mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui
tiga variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh antara tiga variabel bebas (X1, X2, X3) dengan variabel
terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linier dengan persamaan
matematik sebagai berikut:
Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + е
Dimana:
Y = Kualitas Audit
α = Konstanta, harga Y bila X = 0
8/19/2019 Nur Aini Feis
55/134
β = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel
bebas (X).
X1 = Independensi Auditor
X2 = Pengalaman Auditor
X3 = Etika Auditor
e = Error
Nilai koefisien regresi atau b diperoleh dengan menggunakan
program SPSS versi 16.0.
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur sebarapa jauh
kemampuan model dalam menrangkan variasi varibel dependen. Nilai
r² yang mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. (Imam Ghozali,2005 : 84-85)
Untuk mengetahui besar atau kecilnya pengaruh variabel bebas
(X) terhadap variabel terikat (Y) dipergunakan koefisien determinasi
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100%
Dimana:
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
8/19/2019 Nur Aini Feis
56/134
d. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-
masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat digunakan tingkat
signifikan 5%. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima
2) Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak
(Imam Ghozali,2005 : 55-58).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini merupakan variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel-variabel tersebut
dioperasionalkan sebagai berikut:
1. Variabel Independen
a. Independensi auditor (XI)
Independensi Akuntan Publik adalah sikap yang diharapkan dari
diri seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
8/19/2019 Nur Aini Feis
57/134
pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas. Ada tiga dimensi untuk mengukur variabel
independensi akuntan publik yaitu: independensi dalam program audit,
independensi dalam verifikasi, dan independensi dalam pelaporan.
Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan dari teori yang
dikemukakan oleh Mautz & Sharaf (1993). Variabel ini digali dengan
11 pernyataan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert dari
mulai sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
b. Pengalaman auditor (X2)
Pengalaman Auditor adalah pengalaman auditor dalam melakukan
general audit. Ada dua dimensi untuk mengukur variabel pengalaman
audit yaitu: dimensi jangka waktu menekuni bidang audit dan dimensi
banyaknya penugasan audit/temuan kasus yang pernah ditangani.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan instrumen
pengukuran variabel yang digunakan oleh Ida Suraida (2003). Variabel
ini digali dengan 2 pernyataan. Semua item pertanyaan diukur pada
skala 1 sampai 5.
c. Etika auditor (X3)
Penerapan Etika Akuntan Publik adalah aplikasi seperangkat
aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia,
baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang
dianut oleh kalangan profesi akuntan publik. Ada dua dimensi untuk
8/19/2019 Nur Aini Feis
58/134
mengukur variabel penerapan etika akuntan publik yaitu: dimensi
kesadaran etis dan dimensi kepedulian pada etika profesi. Instrumen
pengukuran variabel ini menggunakan instrumen pengukuran variabel
yang digunakan oleh Ida Suraida (2003). Semua item pertanyaan
diukur pada skala Likert 1 sampai 5.
2. Variabel Dependen
• Kualitas Audit (Y)
Kualitas Audit adalah probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya. Ada empat dimensi untuk mengukur
variabel kualitas audit yaitu: kualitas teknis, kualitas jasa, hubungan
auditor-klien, dan independensi. Instrumen pengukuran variabel ini
dikembangkan oleh DeAngelo (1981). Variabel ini digali dengan 10
indikator melalui 17 pernyataan. Respon dari responden direkam
dengan skala Likert dari mulai sangat tidak setuju sampai dengan
sangat setuju.
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari operasionalisasi variabel,
dalam tabel 3.1 disajikan pengukuran variabel yang terdiri dari: nama
variabel, dimensi, indikator, dan skala pengukuran. Seluruh indikator
tersebut diukur pada tingkat skala ordinal.
8/19/2019 Nur Aini Feis
59/134
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Reputasi Ordinal
Kemampuan Ordinal
Jaminan Ordinal
Kualitas Teknis
Hubungan auditor-klien Ordinal
Empati Ordinal
Daya Tanggap Ordinal
Kualitas Jasa
Jasa Non Audit Ordinal
Keahlian Ordinal
Pengalaman Ordinal
Hubungan
Auditor-KlienStatus Ordinal
1. Variabel
Kualitas
Audit
De Angelo
(1981)
Independensi Obyektivitas Ordinal
2. Variabel
Pengalaman
Jangka waktu
audit
Lamanya pengalaman audit Ordinal
8/19/2019 Nur Aini Feis
60/134
Auditor
Ida Suraida
(2003)
Jumlah
penugasan
Banyaknya penugasan Ordinal
Bebas dari intervensimanajerial
Ordinal
Bebas dari intervensi
prosedur audit
Ordinal
Independensidalam program
audit
Bebas persyaratan Ordinal
Bebas mengakses data Ordinal
Bebas bekerja sama Ordinal
Bebas dari pengaruhmanajerial
Ordinal
Independensi
dalam verifikasi
Bebas dari kepentinganpribadi
Ordinal
Bebas dari keinginan
pribadi
Ordinal
Bebas dari tekanan Ordinal
Menghindari katamenyesatkan
Ordinal
3. VariabelIndependensi
Auditor
Mautz dan
Sharaf (1993)
Independensi
dalam pelaporan
Bebas menggunakan
judgement
Ordinal
Anggaran waktu audit Ordinal
Kerahasiaan informasi klien Ordinal
Kesadaran Etis
Peran ganda auditor Ordinal
Mendukung profesi auditor Ordinal
Sosialisasi ke rekan sejawat Ordinal
Kebanggaan Ordinal
Kesamaan nilai Ordinal
Aturan etika profesi Ordinal
Kepuasan mengaudit Ordinal
Ketidakpedulian Ordinal
Kepuasan sebagai auditor Ordinal
4. Variabel
Etika Auditor
Ida Suraida
(2003)
Kepedulian
pada etika
profesi
Auditor adalah profesi
terbaik
Ordinal
8/19/2019 Nur Aini Feis
61/134
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor-kantor akuntan publik yang berada
diwilayah DKI Jakarta. Kantor akuntan publik yang telah diberi kuesioner
sebanyak 20 KAP. Berikut data dari kantor-kantor akuntan publik tersebut:
Table 4.1Daftar Kantor Akuntan Publik
No Kantor Akuntan Publik Alamat
1. Jamaludin Iskak, BAP Jl. Tanjung Duren Barat III No. 1E
Jakarta Barat 11470
8/19/2019 Nur Aini Feis
62/134
2. DRS. Irwanto Jl. Imam Bonjol No. 61
Jakarta Pusat
3. Aria & Jonardi Jl. Senen Raya No. 135
Jakarta Pusat 104104. Akhyadi & Chris (Pusat) Jl. K.H. Abdullah Syafi’ie kav. A-19
kebon Baru, Tebet
Jakarta Selatan 12830
5. Haryanto Sahari & Rekan Gedung PricewaterhouseCoopers
Jl. H.R. Rasuna Said X-7 No. 6Jakarta 12940
6. DRS. Usman & Rekan (Pusat) Jl. Cipulir V No.5 Kebayoran LamaJakarta Selatan 12230
7. DRS. Mulyamin Sensi Suryanto Jl. Jend. Sudirman kav. 32Jakarta Pusat 10220
8. Hertanto, Sidik, Hadisoeryo &Rekan
Jl. Dharmawangsa VI,Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
9. Osman Bing Satrio & Rekan
(Pusat)
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 17
Jakarta Pusat 10110
10. DRS. Mohammad Yoesoef Jl. Damar 4 No. 15, Jati bening 2
Bekasi 17412
11. DRS. Mucharam & Amron Jl. Tanah Merdeka kav. Rambutan
Jakarta Timur 13830
12. Bambang Sutjipto, Ngumar &
Rekan
Jl. Transyogi KM. 3
Jakarta Timur 1743513. Joachim Sulistyo & Rekan Jl. Imam Bonjol No. 61
Jakarta Pusat 10310
14. Tia Adityasih & Rekan Jl. Padang Panjang No.1 Manggarai
Jakarta Selatan 12970
15. Hendrawinata Gani & Hidayat
(Pusat)
Jl. Jend. Sudirman kav. 32
Jakarta Pusat 10220
16. Hadori & Rekan (Pusat) Jl. Cassablanca kav. 18
Jakarta Selatan 12870
17. Siddharta Siddharta & Widjaja Jl. Jend. Sudirman kav. 28
Jakarta Pusat 10210
18. Tanubrata Sutanto & Rekan Jl. Kuningan Madya kav. 5-6
Jakarta Selatan 1298019. Soejatna, Mulyana & Rekan Kompleks Rukan Taman Meruya
Blok M No. 78Jakarta Barat 11650
20. Eddy Prakarsa Permana &Siddharta
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-2 No. 5Jakarta Selatan 12950
Sumber : Data Primer Diolah
8/19/2019 Nur Aini Feis
63/134
Sebelumnya telah dikemukakan dalam metodologi penelitian bahwa
pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara
langsung kepada para responden. Penyebaran kuesioner berlangsung selama dua
bulan, yaitu dimulai pada tanggal 27 Februari 2009 sampai tanggal 30 april 2009.
Dalam penyebaran kuesioner ini tidak dilakukan secara rutin/setiap hari, akan
tetapi dilakukan dalam waktu-waktu tertentu disesuaikan dengan kesiapan dari
peneliti.
2. Karakteristik Responden
Kuesioner yang dibagikan berjumlah 100 buah dengan tingkat
proporsi pembagian sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Penyebaran Kuesioner
No Kantor Akuntan Publik Kuesioner yangtelah disebar
Kuesioner yangtelah kembali
1. Jamaludin Iskak, BAP 5 5
2. DRS. Irwanto 6 6
3. Aria & Jonardi 5 2
4. Akhyadi & Chris (Pusat) 5 5
5. Haryanto Sahari & Rekan 20 14
6. DRS. Usman & Rekan
(Pusat)
5 4
7. DRS. Mulyamin Sensi
Suryanto
5 5
8/19/2019 Nur Aini Feis
64/134
8. Hertanto, Sidik, Hadisoeryo
& Rekan
4 1
9. Osman Bing Satrio & Rekan
(Pusat)
2 2
10. DRS. Mohammad Yoesoef 2 2
11. DRS. Mucharam & Amron 4 4
12. Bambang Sutjipto, Ngumar& Rekan
5 5
13. Joachim Sulistyo & Rekan 5 5
14. Tia Adityasih & Rekan 4 3
15. Hendrawinata Gani &
Hidayat (Pusat)
4 4
16. Hadori & Rekan (Pusat) 5 2
17. Siddharta Siddharta &
Widjaja
2 1
18. Tanubrata Sutanto & Rekan 2 1
19. Soejatna, Mulyana & Rekan 5 2
20. Eddy Prakarsa Permana &
Siddharta
5 5
Jumlah 100 78
Sumber : Data Primer Diolah
Table 4.3
Data Sampel Penelitian
Responden
(Auditor Eksternal)Keterangan
∑ %
Kuesioner yangditerima
78 78
Kuesioner yang
salah/tidak
dikembalikan
22 22
Jumlah Kuesioner
yang disebar
100 100
8/19/2019 Nur Aini Feis
65/134
Sumber : Data Primer Diolah
Jumlah kuesioner yang kembali dari total kuesioner yang telah disebar
adalah sebanyak 78 kuesioner atau 78%. Jumlah kuesioner yang tidak
dikembalikan/salah adalah 22 buah atau 22% (lihat tabel 4.3). Kuesioner
sebanyak 22 buah yang tidak kembali disebabkan karena waktu penelitian
yang diambil oleh peneliti, bertepatan dengan waktu penugasan auditor,
sehingga ketika menyebarkan kuesioner para auditor sedang tidak berada
di kantor akuntan publik tempat mereka bekerja melainkan berada di
tempat klien yang mereka audit. Oleh karena itu, para auditor eksternal
tidak sempat untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
Tabel 4.4-1
Karakteristik Responden Auditor Eksternal
Jabatan
Keterangan Auditor
Junior
Auditor
Senior
Super
-visor
Manajer Partner jumlah
Jenis kelamin:
a. Pria
b. Wanita25
17
12
13
4
1
4
-
2
-
47
31
Jumlah 78
Sumber : Data Primer Diolah
Karakteristik responden auditor eksternal berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel 4.4-1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa auditor
yang berjenis kelamin pria berjumlah 47 orang, dimana 25 orang menjabat
sebagai auditor junior, 12 orang menjabat sebagai auditor senior, 4 orang
8/19/2019 Nur Aini Feis
66/134
sebagai supervisor, 4 orang sebagai manajer, dan 2 orang sebagai partner.
Sedangkan auditor yang berjenis kelamin wanita sebanyak 31 orang, yang
terdiri atas 17 orang auditor junior, 13 orang auditor senior, dan 1 orang
supervisor.
Berdasarkan data yang telah diperoleh tersebut, dapat terlihat dengan
jelas bahwa mayoritas responden auditor eksternal adalah berjenis kelamin
pria, yaitu sebanyak 47 orang yang rata-rata mendominasi seluruh jabatan
di kantor akuntan publik. Sedangkan 31 orang berjenis kelamin wanita,
yang hanya menjabat sebagai auditor, auditor senior, dan supervisor.
Tabel 4.4-2
Karakteristik Responden Auditor Eksternal (Pendidikan)
PendidikanKeterangan
D3 S1 S2 S3
Jumlah
Jabatan:a. Auditor Junior
b. Auditor Senior
c. Supervisor
d. Manajer
e. Partner
5
-
-
-
-
36
24
3
2
1
1
1
2
2
1
-
-
-
-
-
42
25
5
4
2
Jumlah 5 66 7 - 78
Sumber : Data Primer Diolah
Pada tabel 4.4-2 terlihat bahwa auditor eksternal mayoritas memiliki
latar belakang pendidikan S1, yaitu sebanyak 66 orang, yang terdiri atas 36
orang auditor junior, 24 orang auditor senior, 3 orang supervisor, 2 orang
manajer dan 1 orang partner. Sedangkan yang berlatar belakang
8/19/2019 Nur Aini Feis
67/134
pendidikan D3 sebanyak 5 orang yang seluruhnya merupakan auditor
junior. Sisanya adalah auditor yang berlatar belakang pendidikan S2
sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 orang auditor junior, 1 orang auditor
senior, 2 orang supervisor, 2 orang manajer, dan 1 orang partner. Pada
tabel tersebut terlihat dengan jelas bahwa tidak terdapat responden auditor
eksternal yang berlatar belakang pendidikan S3.
Tabel 4.4-3
Karakteristik Responden Auditor Eksternal (Pengalaman Kerja)
PengalamanKerjaKeterangan
< 3 thn 3-5 thn 5-10 thn > 10 thn
Jumlah
Jabatan:
a. Auditor Juniorb. Auditor Senior
c. Supervisord. Manajer
e. Partner
36
11
-
-
-
6
10
2
-
-
-
4
2
2
-
-
-
1
2
2
42
25
5
4
2
47 18 8 5 78
Sumber : Data Primer Diolah
Auditor eksternal yang telah memiliki pengalaman kerja kurang dari 3
tahun sebanyak 47 orang, yang terdiri atas 36 orang auditor junior dan 11
orang auditor senior. Pengalaman kerja selama 3 sampai 5 tahun sebanyak
18 orang auditor eksternal, yang terdiri atas 6 orang auditor junior, 10
orang auditor senior, dan 2 orang supervisor. Sedangkan yang memiliki
pengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 8 orang auditor eksternal, yang
8/19/2019 Nur Aini Feis
68/134
terdiri dari 4 orang auditor senior, 2 orang supervisor, dan 2 orang
manajer. Auditor eksternal yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 10
tahun berjumlah 5 orang, yang terdiri dari 1 orang supervisor, 2 orang
manajer dan 2 orang partner. Pengalaman kerja auditor didominasi oleh
auditor yang memiliki pengalaman kerja kurang dari 3 tahun, yaitu sebesar
60% atau sebanyak 47 orang dari 78 orang auditor eksternal. Hal ini
disebabkan mayoritas responden adalah auditor junior.
B. Penemuan
1. Statistik