NILAI-NILAI EDUKATIF
DALAM TRADISI GUGUR GUNUNG
Studi Kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo
Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
BAYU SETIAWAN
NIM 111 11 171
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Muhyidin dan
Ibu Suharyati, karena dengan bimbingan, kasih sayang, dan doa keduanya lah
aku melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita.
2. Adikku Arum Handayani yang selalu mendoakanku.
3. Untuk semua teman-temanku yang mendukungku.
KATA PENGANTAR
Asslamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK).
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kepala Desa Ngadirejo, Aparat Dusun dan warga Dusun Kalisari yang telah
membantu dan mau bekerjasama dalam penelitian skripsi ini.
8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan
membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam
menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Salatiga, Agustus 2015
Penulis
Bayu Setiawan
NIM: 111 11 171
ABSTRAK
Setiawan, Bayu. 2015. Nilai-nilai Edukatif dalam Tradisi Gugur Gunung
(Studi Kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan Tegalrejo
Kabupaten Magelang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Kata kunci: nilai-nilai edukatif dalam tradisi gugur gunung
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui nilai-nilai Edukatif
dalam tradisi gugur gunung (Studi kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo
Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang). Pertanyaan utama yang ingin
dijawab melalui penelitian ini adalah: Pertama, Apa saja prosesi (tahapan)
dalam tradisi gugur gunung. Kedua, Bagaimana persepsi masyarakat
tentang tradisi gugur gunung. Ketiga, Apa saja nilai-nilai edukatif yang
terdapat dalam tradisi gugur gunung.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi, Sedangkan analisis data dilakukan dengan klasifikasi data,
penyaringan data dan Penyimpulan.
Temuan penelitian ini adalah: Pertama, prosesi tradisi gugur gunung
di Dusun Kalisari meliputi pengumuman, pelaksanaan tradisi gugur gunung
yakni kegiatan susruk di bendungan dan breseh di makam serta doa dan
tahlilan. Kedua, persepsi masyarakat Dusun Kalisari terhadap tradisi gugur
gunung ini adalah sebagai kegiatan yang banyak mengandung nilai-nilai
positif. Mereka sangat mendukung dan antusias melaksanakannya. Ketiga,
nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam tradisi gugur gunung adalah nilai
pendidikan religius (nilai akidah, nilai akhlak, nilai ibadah, nilai
kemasyarakatan) dan nilai pendidikan sosial (nilai persaudaraan, persatuan
dan kesatuan, gotong royong)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6
E. Penegasan Istilah .................................................................................. 7
F. Metode Penelitian................................................................................. 9
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai Edukatif
1. Nilai ................................................................................................ 19
2. Edukatif .......................................................................................... 27
3. Nilai Edukatif ................................................................................. 34
B. Tradisi Gugur Gunung
1. Pengertian Tradisi Gugur Gunung ................................................. 42
2. Makna yang Terkandung dalam Tradisi Gugur Gunung ............... 45
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Dusun Kalisari Desa Ngadirejo ......................................... 48
2. Kondisi Geografis .......................................................................... 49
3. Demografis dan Kependudukan ..................................................... 50
4. Pola Penggunaan Tanah ................................................................. 53
5. Sarana dan Prasarana Desa ............................................................. 54
6. Kelembagaan Desa ......................................................................... 55
7. Kondisi Perekonomian Desa .......................................................... 57
B. Temuan Penelitian
1. Tradisi Gugur Gunung di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan
Magelang ........................................................................................ 57
2. Sejarah Tradisi Gugur Gunung ...................................................... 60
3. Prosesi Tradisi Gugur Gunung ....................................................... 61
4. Makna yang Terkandung dalam Tradisi Gugur Gunung ............... 63
BAB IV PEMBAHASAN
A. Prosesi Tradisi Gugur Gunung di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo
Kecamatan Magelang ........................................................................... 65
B. Persepsi Masyarakat Dusun Kalisari terhadap Tradisi Gugur Gunung 73
C. Nilai-nilai Edukatif yang Terkandung dalam Tradisi Gugur Gunung
1. Nilai Pendidikan Religius............................................................... 76
2. Nilai Pendidikan Sosial .................................................................. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 83
B. Saran ..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Dusun ................... 50
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin ........................................................................................... 50
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................ 51
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Mata Pencaharian 52
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Pemeluk Agama .. 52
Tabel 3.6 Luas Wilayah Desa Ngadirejo Berdasarkan Dusun ......................... 53
Tabel 3.7 Peruntukan Lahan Desa Ngadirejo .................................................. 53
Tabel 3.8 Tempat Ibadah Desa Ngadirejo........................................................ 54
Tabel 3.9 Sarana Pendidikan Desa Ngadirejo .................................................. 56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kaya akan tradisi yang
tersebar disetiap wilayah, tentu saja itu merupakan suatu kebanggaan
tersendiri, oleh sebab itu, kita sebagai bangsa Indonesia sudah sepantasnya
mensyukuri serta melestarikan apa yang telah menjadi warisan nenek
moyang. Melestarikan tradisi merupakan tanggung jawab seluruh
komponen bangsa supaya tidak hilang jati diri bangsa tersebut, akan tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk memperbaiki dalam hal menambah
yang positif atau mengurangi yang negatif tradisi yang telah ada.
Suatu tradisi biasanya mengandung unsur serangkaian kebiasaan
dan nilai-nilai yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran dan
pengetahuan. Sedangkan nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan. Hakikat makna nilai adalah berupa norma, etika,
peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan
lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam
menjalani kehidupannya (Sauri dan Hufad, 2007:45). Tradisi juga dapat
memberikan efek kebiasaan yang baik dan biasanya berlangsung dari satu
generasi kepada generasi berikutnya. Nilai-nilai yang diwariskan biasanya
berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat masih dianggap baik dan relevan
dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat. Dalam suatu tradisi selalu
ada hubungannya dengan upacara tradisional dan biasanya masih dianggap
sakral. Oleh karena itu, upacara tradisional semacam itu dipandang
sebagian masyarakat sebagai usaha untuk mengenang atau menghormati
arwah para leluhur yang sudah mewariskan sebuah tradisi kepadanya.
Namun sekarang ini banyak yang salah mengartikan upacara atau
rangkaian acara dalam sebuah tradisi dengan berpendapat bahwa hal-hal
tersebut tidak perlu dilakukan. Akan tetapi, masih banyak yang
mempertahankannya karena mereka berpendapat bahwa hal itu
mengandung maksud dan arti pendidikan, karena pendidikan merupakan
latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya
tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam
masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan
personalitas (kepribadian) serta menanamkan tanggung jawab
(Ainusysyam, 2007:38).
Seperti halnya dalam masyarakat jawa masih banyak
mempertahankan berbagai tradisi. Dari serangkaian tradisi itu terdapat
banyak tradisi yang erat kaitannya dengan ritual-ritual keagamaan,
terutama pada zaman sekarang ini adalah agama Islam, karena agama
Islam sudah menjadi mayoritas di tanah jawa ini, dan apabila dilihat dari
segi sejarah memang proses penyebaran agama Islam tidak lepas dari
pendekatan melalui tradisi yang ada, sehingga agama Islam lebih mudah
diterima oleh masyarakat jawa, oleh sebab itu kebanyakan masyarakat
Islam jawa masih memegang teguh tradisi peninggalan nenek moyang
mereka yang dianggap tidak menyimpang dari syariat agama Islam.
Tradisi yang sudah melekat pada masyarakat jawa merupakan ciri
pokok dalam Islam jawa dan dalam tradisi tersebut banyak yang
mengandung berbagai macam nilai yang dapat dipetik dan diambil sebagai
pembelajaran, baik nilai agama maupun nilai sosial seperti dalam tradisi
gugur gunung. Tradisi gugur gunung ini merupakan tradisi turun-temurun
yang terus dilestarikan. Salah satunya oleh masyarakat Dusun Kalisari,
Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Tradisi ini
mengandung banyak nilai pendidikan yang dapat dipetik dan manfaat yang
dapat dirasakan oleh masyarakat dusun tersebut.
Istilah gugur gunung memberi inspirasi dan spirit kepada orang
banyak agar tidak silau terhadap pekerjaan yang sangat berat (Purwadi
dkk, 2005: 117). Mereka secara bersama-sama melaksanakan kegiatan ini
sebagai suatu tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun. Pelaksanaan
tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Dusun Kalisari Desa Ngadirejo
sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang telah diberikan oleh
Allah SWT atas panen sawahnya yang melimpah dan nikmat karuniaNya
yang lain. Tradisi ini erat kaitannya dengan gotong-royong untuk membuat
saluran air dalam menyambut datangnya musim penghujan. Pembuatan
saluran air ini dimaksudkan sebagai jalannya air saat musim penghujan
yang dialirkan ke sawah mereka. Selain gotong-royong dalam pembuatan
saluran air ini, dalam tradisi gugur gunung juga dilakukan ziarah kubur
yang disertai dengan kegiatan bersih-bersih makam.
Setiap tradisi mengandung nilai pendidikan yang dapat dipetik dan
diambil sebagai pembelajaran. Begitu juga dalam tradisi gugur gunung
yang dilaksanakan oleh masyakat Dusun Kalisari sebagai rasa syukur
terhadap nikmat-Nya. Persaudaran dan persatuan di antara masyarakat pun
juga dapat terjalin semakin erat apalagi pada zaman ini masyarakat sudah
dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang dapat mengikis rasa
solidaritas di antara mereka. Oleh karena itu, dengan dilestarikannya
tradisi ini dapat dijadikan sebagai wadah untuk lebih mempererat tali
persaudaraan antar warga. Pelaksanaan ziarah kubur dapat dijadikan sarana
bagi para pemuka agama itu mereka dapat menanamkan ajaran-ajaran
agama Islam kepada masyarakat seperti firman Allah dalam Al-Qur‟an
Surat Ali-Imran ayat 104.
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S Ali Imran: 104).
Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah telah
memerintahkan seluruh umat untuk mengajak kepada hal kebaikan dan
mencegah dari keburukan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai
macam dan bentuk kegiatan. Salah satunya melalui tradisi gugur gunung
ini. Berkitan dengan uraian di atas, maka timbul suatu keinginan dari
penulis guna mengetahui maksud, tujuan, dan nilai-nilai edukatif yang
terkandung dalam tradisi gugur gunung yang ada di dalam masyarakat
Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang. Masyarakat setempat menganggap bahwa tradisi gugur gunung
yang mereka lakukan bertujuan untuk menjaga persaudaraan dan persatuan
diantara mereka serta melestarikan tradisi yang terdapat dalam keyakinan
masyarakat jawa. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis mengajukan judul
skripsi “NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM TRADISI GUGUR
GUNUNG (Studi Kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan
tegalrejo Kabupaten Magelang)”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka
yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja prosesi (tahapan) dalam tradisi gugur gunung?
2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang tradisi gugur gunung?
3. Apa saja nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam tradisi gugur gunung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan oleh penulis dalam kegiatan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja prosesi (tahapan) yang dilakukan dalam
tradisi gugur gunung.
2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang tradisi gugur gunung.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam tradisi
gugur gunung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermafaat baik untuk peneliti
sendiri maupun untuk masyarakat, secara lebih rinci manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai tradisi gugur gunung.
b. Bagi masyarakat, dapat membantu menyampaikan nilai edukatif
yang terkandung dalam tradisi gugur gunung.
2. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pendidikan dan dapat memperkaya khazanah dunia pendidikan Islam
yang diperoleh dari penelitian lapangan.
E. Penegasan Istilah
1. Prosesi
Prosesi ialah serangkaian tahapan yang dilaksanakan dalam
sebuah kegiatan yang dilaksanakan secara runtut.
2. Persepsi masyarakat
Persepsi ialah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.
Sedangkan masyarakat ialah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-
luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama
(kbbi.web.id). Jadi, persepsi masyarakat ialah tanggapan secara
langsungd dari sejumlah orang yang berada dalam lingkungan yang
sama mengenai sesuatu hal yang terjadi di lingkungan mereka.
3. Nilai Edukatif
Nilai adalah suatu makna yang terkandung dari setiap perilaku.
Menurut Liliweri (2002:50) nilai adalah sebuah unsur penting dalam
kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan
apakah sesuatu itu boleh atau tidak boleh dilakukan. Nilai adalah
konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan
bernilai dalam kehidupan manusia atau konsep mengenai penghargaan
tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah
pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga
menjadikan pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat
bersangkutan (Depdiknas, 2007:783).
Edukatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
yang bersifat mendidik atau berkenaan dengan pendidikan (Depdiknas,
2007:284). Pendidikan menurut bahasa adalah mendidik, melatih,
memelihara dan membimbing. Sedangkan menurut istilah pendidikan
diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan
manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan
tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka
pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta
menanamkan tanggung jawab (Ainusysyam, 2007:38).
4. Tradisi
Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek
moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat (Depdiknas,
2007:1208). Sedangkan tradisi menurut penulis adalah peristiwa
budaya yang ada dan merupakan bagian warisan dari para leluhur yang
bernilai budaya tinggi sehingga menjadi karakter suatu masyarakat
yang kuat.
5. Gugur Gunung
Gugur artinya mati atau roboh atau meninggal, jadi dalam arti
kasar gugur gunung berarti beramai-ramai merobohkan gunung, dalam
hal ini biasanya diartikan apabila kerja gotong royong mencari batu
atau merapikan tebing-tebing atau tanggul untuk menjadikan
lingkungan lebih rapi dan bersih (http://contohpengertian.blogspot.com
/2013/09/pengertian-gugur-gunung.html).
Gugur gunung memiliki arti suatu kerja yang dilakukan secara
bersamaan tanpa mengharap imbalan, jadi lebih mirip dengan kerja
bakti atau gotong royong (http://www.gedangsari.com/gugur-gunung-
wujud-gotong-royong-masyarakat-gunungkidul.html).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk
memperoleh data yang akurat. Maka dari itu, perlu adanya suatu
metode penelitian. Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif
tentang permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. “Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian
yang menghasilkan penemuan penemuan yang tidak dicapai
(diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau
dengan cara-cara lain dari kualifikasi (pengukuran)” (Ghani, 1997:11).
2. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa
kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati
dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya
untuk selanjutnya ditelaah guna menemukan makna. Oleh karena itu,
kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti
bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai
pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif
dalam penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.
4. Sumber Data
Jenis data yang diikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Data
kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen yang
berisi nilai-nilai edukatif dan tradisi gugur gunung. Penulisan ini
menggunakan metode bercerita secara nyata tentang keadaan yang
diteliti. Penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau teori-teori
secara literatur yang ada hubungannya dengan obyek yang diteliti
dalam laporan penelitian ini. Berbagai informasi dari responden dan
hasil laporan penelitian dapat berupa kutipan-kutipan atau gambar
merupakan data yang dikumpulkan dan dianalaisis. Oleh sebab itu,
data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber
data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak kedua, baik berupa
laporan, catatan, atau yang lainnya.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini, peneliti memperoleh data dengan
menggunakan tiga tehnik pengumpulan data.
a. Metode Observasi
Menurut Suprayogo dan Tobroni (2001:167) observasi
adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami,
mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena (perilaku,
kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu)
selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena
tersebut guna penemuan data analisis.
Metode ini digunakan untuk menemukan hasil dari
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada objek yakni dengan menyaksikan dan terlibat secara
langsung dalam pelaksanaan tradisi gugur gunung.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan
berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan
individu maupun individu dengan kelompok (Ratna, 2010:222).
Metode ini digunakan untuk menggali informasi tentang
apa yang ada dalam tradisi gugur gunung yang dilakukan penulis
kepada aparat dan warga Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2010:274).
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
diperoleh penulis dalam hal ini adalah dokumen penelitian yakni
berupa foto-foto pelaksanaan tradisi gugur gunung.
6. Analisis Data
Menurut Suprayogo dan Tobroni (2001:191) analisis data
adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,
penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai
sosial, akademis dan ilmiah.
Informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat dalam
studi ini berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang
diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnya yang
berkaitan. Namun, tidak semua data itu dipindahkan dalam laporan
penelitian, melainkan dianalisis dengan menggunakan prosedur
menurut Sugiyono (2009) yaitu:
a. Reduksi Data
Tahap ini dilakukan dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan
lapangan, dan dokumen, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok
dari proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.
Pada tahap ini penulis menggali informasi melalui wawancara
dengan aparat Dusun maupun warga Dusun Kalisari, melakukan
pengamatan mengenai pelaksanaan tradisi gugur gunung,
mengambil foto sebagai dokumentasi di lapangan, dan
dokumentasi dari desa tentang lokasi penelitian.
b. Display Data
Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal-hal pokok
yang ditemukan dalam susunan yang sistematis, yaitu data disusun
dengan cara menggolongkannya ke dalam pola, tema,unit stsu
kategori, sehingga tema sentral dapat diketahui dengan mudah,
kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa
yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah
merupakan proses penyederhanaan kesimpulan yang singkat, padat
dan bermakna (Sugiyono, 2009:16).
Peneliti pada tahap ini memilah-milah dan menggolongkan
informasi sesuai dengan fokus penelitian yang meliputi proses,
persepsi mayarakat dan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam
tradisi gugur gunung.
c. Verifikasi
Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan
yang telah diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari
hasil pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian ini
dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga
melahirkan kesimpulan yang diambil dilakukan dengan
menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian
dengan teori-teori para ahli (Sugiyono, 2009:17). Terutama teori
yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya dengan
temuan-temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan
proses memberi check mulai dari tahap orientasi sampai dengan
kebenaran data terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
Pada tahap verifikasi ini, penulis melakukan analisis dari
beberapa data dan informasi mengenai tradisi gugur gunung
dengan teori-teori yang sudah diambil.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data memiliki validitas, reliabilitas dan objektivitas yang
tinggi, perlu dilakukan triagulasi data. Triagulasi data adalah tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu, yaitu triagulasi sumber, metode dan teori (Moleong,
2009:178). Dalam penelitian ini, hanya dilakukan triagulasi sumber
yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif yaitu mengambil beberapa informan untuk disaring
dan dijadikan data yang sesuai.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi
ini ialah sebagai berikut:
a. Tahap pra lapangan
Tahap awal atau pra lapangan yang dilakukan oleh peneliti
adalah membuat judul yang kemudian diajukan, setelah judul
diajukan dan mendapat persetujuan maka peneliti menyusun
proposal yang dilanjutkan dengan konsultasi penelitian kepada
pembimbing.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Pekerjaan lapangan merupakan sumber dari perolehan data
yang nantinya akan diteliti, oleh sebab itu peneliti sebelum
melakukan pekerjaan lapangan harus terlebih dahulu
mempersiapkan diri berkaitan dengan apa yang akan dilakukan di
lapangan. Peneliti akan menggali data atau informasi yang
berkaitan dengan fokus penelitian, kemudian data atau informasi
yang telah diperoleh akan dicatat.
c. Tahap analisis data
Data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan akan
dianalisa oleh peneliti yang disitu terdapat penemuan hal-hal yang
penting dari data penelitian dan kemudian dilakukan pengecekan
keabsahan data oleh peneliti.
d. Tahap penulisan laporan penelitian
Tahap penulisan laporan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti ialah penulisan hasil dari penelitian dengan mematuhi
aturan penulisan yang telah ditentukan, kemudian peneliti
mengkonsultasikan hasil penelitian kepada pembimbing guna
mengoreksi kekurangannya, setelah itu peneliti memperbaiki dari
hasil dari konsultasi tersebut.
Kelengkapan persyaratan ujian merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi guna mengikuti ujian munaqosah skripsi, maka
peneliti mengurus semua persyaratan yang harus dipenuhi tersebut,
setelah itu peneliti mengikuti ujian munaqosah skripsi
G. Sistematika Penulisan
1. Bagian Awal
Berisi mengenai halaman judul, halaman persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian tulisan,
halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar
isi.
2. Bagian Isi
Bagian ini terdiri dari beberapa bab,yaitu:
BAB I: Pendahuluan yang memuat tentang pembahasan yang terdiri
dari latar belakang masalah, fokus penelitian atau tentang
apa yang akan dijadikan pokok bahasan oleh peneliti dan
tentang apa yang akan menjadi tujuan penelitian serta untuk
mengetahui kegunaan penelitian tersebut, pada bab ini juga
di muat tentang penegasan dari beberapa istilah yang terkait
dengan judul skripsi, selain itu peneliti juga menuliskan
tentang metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: Bab ini berisikan kajian pustaka yang memuat teori-teori
berkaitan dengan judul skripsi, yaitu tentang teori nilai
edukatif yang meliputi pengertian dari masing-masing
istilah nilai dan edukatif, kemudian sifat dari nilai dan
macam-macam nilai menurut para ahli, peneliti juga
menuliskan tujuan dan unsur pendidikan serta nilai edukatif
yang meliputi nilai pendidikan religius dan nilai pendidikan
sosial. Bab ini juga mencantumkan tentang tradisi gugur
gunung yang meliputi pengertian dan makna tradisi gugur
gunung.
BAB III: Paparan data dan temuan penelitian merupakan pokok dari
bab ini yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian
tradisi gugur gunung untuk memberikan gambaran latar
tentang lokasi yang akan diteliti yaitu di Dusun Kalisari,
Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang, kemudian peneliti menggali informasi tentang
tradisi ini dengan tokoh masyarakat dan warga setempat
lalu dipaparkan tentang sejarah gugur gunung, rangkaian
acara yang dilakukan oleh masyarakat, dan makna yang
terkandung dalam tradisi gugur gunung di Dusun Kalisari,
Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang.
BAB IV: Pembahasan, yaitu penulis mengkaji tentang data yang
dikaitkan dengan teori-teori yang sebagaimana dimuat pada
bab II, peneliti mengacu pada fokus masalah yaitu
menguraikan pembahasan mengenai prosesi tradisi gugur
gunung, persepsi masyarakat terhadap tradisi gugur gunung
dan nilai-nilai edukatif dalam tradisi gugur gunung di
Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang.
BAB V: Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan dan
saran penulis setelah mengkaji hasil penelitian yang
kemudian dilanjutkan dengan penutup dari skripsi ini.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir penulis mencantumkan daftar pustaka yang
memuat tentang rujukan-rujukan yang dipakai dalam skripsi ini dan
lampiran-lampiran yang diperlukan guna membantu keabsahan skripsi
serta di lengkapi dengan daftar riwayat hidup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai Edukatif
1. Nilai
Nilai atau value berasal dari bahasa Latin valare atau bahasa
Prancis valoir yang artinya nilai (Sauri dan Hufad, 2007:43). Nilai
merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Hakikat
makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang,
adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga
dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya
(Sauri dan Hufad, 2007:45). Nilai juga diartikan sebagai suatu sasaran
sosial atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk
dicapai (Sagala, 2006:237). Sedangkan menurut Syarbaini (2012:33)
mendefinisikan nilai sebagai sesuatu yang berharga, berguna, indah,
memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat dan
martabatnya. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah
satu wujud kebudayaan, di samping sistem sosial dan karya.
Nilai-nilai adalah aspek evaluasi dari sistem-sistem
kepercayaan, nilai sikap. Dimensi-dimensi evaluasi ini meliputi
kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan
memuaskan kebutuhan dan kesenangan. Meskipun setiap orang
mempunyai tatanan yang unik, terdapat pula nilai-nilai yang cenderung
menyerap budaya (Mulyana dan Jalaluddin, 1993:28).
Sifat-sifat nilai menurut Sjarkawi (2009:31) dalah sebagai
berikut:
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat
diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang
memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bisa
mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran
itu.
b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan,
cita-cita dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal
(das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai
landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan.
Semua orang berharap, mendapatkan dan berperilaku yang
mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah
pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh
nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini
menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat
ketakwaan.
Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, yang
menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai, antara lain:
a. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi
(2009:29)
1) Nilai moral
2) Nilai sosial
3) Nilai undang-undang
4) Nilai agama
Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan. Dari kebutuhan yang paling sederhana, yakni
kebutuhan akan tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta kasih,
harga diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri. Apabila kebutuhan
dikaitkan dengan tata nilai agama, akan menimbulkan penafsiran
yang keliru. Apakah untuk menemukan jati diri sebagai seorang
muslim dan mukmin yang baik itu baru dapat terwujud setelah
kebutuhan yang lebih rendah tercukupi terlebih dahulu? Misalnya
makan cukup, tidak ada yang merongrong dalam beragama,
dicintai dan dihormati kemudian orang itu baru dapat beriman
dengan baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak
tergantung pada kondisi ekonomi maupun sosial budaya, tidak
terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu.
b. Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan
mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi dan psikomotor.
2) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi,
motivasi berafiliasi, motivasi berkuasa.
c. Pendekatan proses budaya, nilai dapat dikelompokkan dalam tujuh
jenis, yaitu:
1) Nilai ilmu pengetahuan
2) Nilai ekonomi
3) Nilai keindahan
4) Nilai politik
5) Nilai keagamaan
6) Nilai kekeluargaan
7) Nilai kejasmanian
Pembagian nilai-nilai dari segi ruang lingkup hidup manusia
sudah memadai sebab mencakup hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, karena itu nilai juga mencakup nilai-nilai ilahiyah (ke-
Tuhanan) dan nilai-nilai insaniyah (kemanusiaan).
a. Pembagian nilai didasarkan atas sifat nilai itu dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1) Nilai-nilai subjektif. Nilai subjektif adalah nilai yang
merupakan reaksi subjek terhadap objek, hal ini sangat
tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek tersebut.
2) Nilai-nilai objektif rasional. Nilai objektif rasional (logis) yakni
nilai-nilai yang merupakan esensi dari objek secara logis yang
dapat diketahui melalui akal sehat. Seperti nilai kemerdekaan,
setiap orang memiliki hak untuk merdeka, nilai kesehatan, nilai
keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya.
3) Nilai-nilai objektif metafisik. Nilai yang bersifat objektif
metafisik yakni nilai-nilai yang ternyata mampu menyusun
kenyataan objek, seperti nilai-nilai agama.
b. Nilai bisa dilihat dari sumbernya yaitu:
1) Nilai ilahiyah (ubudiyah dan muamalah)
Nilai ilahiyah adalah nilai yang bersumber dari agama
(wahyu Allah.
2) Nilai insaniyah
Nilai insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh manusia
atas dasar kriteria dasar yang diciptakan oleh manusia pula.
c. Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya, nilai dapat
dibagi menjadi: 1) nilai-nilai universal dan 2) nilai-nilai lokal.
Tidak tentu semua nilai-nilai agama itu universal, demikian pula
ada nilai-nilai insaniyah yang bersifat universal. Dari segi
keberlakuan masanya dapat dibagi menjadi: 1) nilai-nilai abadi, 2)
nilai pasang surut dan 3) nilai temporal.
d. Ditinjau dari segi hakikatnya, nilai dapat dibagi menjadi: 1) nilai
hakiki (root values) dan 2) nilai instrumental. Nilai-nilai yang
hakiki itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai
instrumental dapat bersifat lokal, pasang surut dan temporal.
Prof. Notonegoro dalam Syarbaini (2012:34) membagi nilai
dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci menjadi empat macam,
yaitu:
1) Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia,
budi dan cipta.
2) Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
3) Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia
atau kemauan (karsa, etika).
4) Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan
nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber
kepada keyakinan dan keimanan manusia terhadap Tuhan.
Nilai merupakan landasan atau tujuan dari kegiatan sehari-hari
yang menentukan dan mengarahkan bentuk corak, intensitas,
kelenturan (flexible), perilaku seseorang atau kelompok orang,
sehingga menghasilkan bentuk-bentuk produk yang bersifat materi
seperti benda-benda budaya maupun bentuk-bentuk non materi yang
dinyatakan dalam gerak atau pendapat seseorang yang bersifat non
materi, kegiatan-kegiatan kebudayaan dan kesenian, atau pola dan
konsep berpikir (Achmadi dan Salimi, 1991:203). Dari nilai tersebut
terlahir nilai moral, spiritual atau keagamaan, budaya, intelektual dan
sebagainya, yang memiliki makna penting dalam masyarakat dan nilai-
nilai tersebut saling berkaitan satu sama lainnya yang saling memberi
pengaruh terhadap perilaku masyarakat.
Nilai moral adalah aturan, ketentuan, kebiasaan, adat istiadat
yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat. Dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan kendali tingkah laku yang sesuai dan berterima,
bersumber pada berbagai keharusan dan larangan, yang diletakkan oleh
masyarakat pada warganya (Sukanto, 1994:45). Sehingga nilai moral
tersbut digunakan sebagai landasan hidup dalam suatu masyarakat
sebagai pengendalian tingkah laku warganya, yang bersumber dari
nilai spiritual atau nilai keagamaan. Karena nilai keagamaan adalah
“konsep penghargaaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat
kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang
bersifat suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan
masyarakat bersangkutan” (Depdiknas, 1989:615).
Nilai spiritual lebih mengacu pada “nilai-nilai manusiawi non
material imaterial. Dalam konteks ilmu pengetahuan spiritual lebih
cenderung pada kemampuan-kemampuan lebih tinggi (mental,
intelektual, estetik, religius) dan nilai-nilai pikiran, keindahan,
kebaikan dan kebenaran, belas kasihan kejujuran dan kesucian
merupakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya” (Muliawan,
2005:122-123).
Manusia diberikan akal pikiran oleh Tuvv vvvvv ccgv bhan
sehingga manusia dapat mempunyai nilai intelektual atau pengetahuan
yang dapat membedakan antara baik dan buruk tentang suatu persoalan
dalam lingkungannya dan manusia dapat memilihnya. Dalam
perkembangannya diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang
moralitas. Moralitas dipengaruhi oleh kata hati karena kata hati yang
memutuskan “mengenai tindakannya sendiri yang merupakan penilaian
dalam bidang baik-buruknya. Kata hati dapat dipergunakan sebagai
alat pengontrol sebelum tindakan diadakan, dapat berfungsi sebagai
penerang, sedangkan sesudah tindakan fungsinya sebagai hakim yaitu
mengakui kebaikan atau keburukan tindakan yang telah terlaksanakan
karena pilihannya sendiri” (Poedjawijatna, 1983:131).
Nilai budaya terlahir dari cipta, karya dan rasa manusia, untuk
mempererat hubungan antar warga masyarakat agar tidak ada
kesenjangan sosial untuk menjaga “keharmonisan sosial yang berarti
menjaga agar kehidupan sosial selalu ada dalam keserasian,
keselarasan, dan kerukunan” (Roqib, 2007:21). Karena “manusia
memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu sesuai dengan kesadaran
dan cita-citanya” (Simuh, 2003:1).
2. Edukatif
a. Pengertian Edukatif
Edukatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
suatu yang bersifat mendidik atau berkenaan dengan pendidikan
(Depdiknas, 2007:284)
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia (Jalaluddin, 2001:65). Setiap orang pasti
mengalami dan melakukan pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh
sejak seseorang berada dalam buaian (sejak kecil) sampai ke liang
lahat. Pendidikan dapat diperoleh secara formal yaitu di lingkungan
sekolah atau lembaga pendidikan yang terkait serta dapat diperoleh
secara informal atau di luar lingkungan sekolah. Pendidikan akan
mengantarkan individu untuk memahami suatu objek pengetahuan
tertentu sehingga ia akan memiliki kemampuan untuk melakukan
sesuatu yang terkait dengan hal itu (Roqib, 2007:223).
Pendidikan menurut bahasa adalah mendidik, melatih,
memelihara dan membimbing. Sedangkan menurut istilah
pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang
menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas
kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba
Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas
(kepribadian) serta menanamkan tanggung jawab (Ainusysyam,
2007:38). Soyomukti (2010:27) menyatakan bahwa pendidikan
adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi
yang bertujuan memberdayakan diri. Sedangkan pendidikan
menurut Suwarno (2006:22) dapat diartikan sebagai berikut:
1) Pendidikan mengandung pembinaan kepribadian,
pengembangan kemampuan, atau potensi yang perlu
dikembangkan; peningkatan pengetahuan dari tidak tahu
menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana peserta didik dapat
mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.
2) Dalam pendidikan, terdapat hubungan antara pendidik dan
peserta didik. Di dalam hubungan itu, mereka memiliki
kedudukan dan perasaan yang berbeda. Tetapi, keduanya
memiliki daya yang sama, yaitu saling memengaruhi guna
terlaksananya proses pendidikan (transformasi pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada
tujuan yang diinginkan).
3) Pendidikan adalah proses sepanjang sebagai perwujudan
pembentukan diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan
segenap potensi dalam rangka penentuan semua komitmen
manusia sebagai individu, sekaligus sebagai makhluk sosial dan
makhluk Tuhan.
4) Aktivitas pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
5) Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman yang sedang
dialami yang memberikan pengertian, pandangan (insight), dan
penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkannya
berkembang.
Pendidikan berfungsi sebagai sarana srategis untuk
melahirkan manusia yang terbina seluruh potensi dirinya (fisik,
psikis, akal, spiritual, fitrah, talenta dan sosial) (Nata, 2010:31).
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan membantu seseorang dalam upaya
proses pemanusiaan diri sendiri untuk mencapai ketenteraman
batin yang paling dalam, tanpa mengganggu atau tanpa
membebani orang lain (Kartini Kartono, 1992:219). Namun secara
garis besar tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai
yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan.
Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
1) Pendidikan sebagai proses transformasi budaya
Sebagai proses transformasi budaya pendidikan diartikan
sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi
kegenerasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami
proses transformasi dari generasi tua kegenerasi muda. Ada tiga
bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok
diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggungjawab,
dan lain-lain.
2) Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
Sebagai pembentukan pribadi pendidikan diartikan sebagai
suatu kegiatan yang sistematis dan sisitemik terarah kepada
terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentukan pribadi melalui dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi merekayang belum dewasa oleh mereka yang
sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha
sendiri.
3) Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk
membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4) Pendidikan sebagai penyiapan generasi baru untuk menjalani
tugas dan peranannya
Pendidikan sebagai penyiapan generasi baru untuk
menjalani tugas dan peranannya diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal untuk
menjalankan tugas dan peranannya dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Komponen atau Unsur Pendidikan
Pendidikan menurut Suwarno (2006:33-46) memiliki lima
komponen yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai
oleh kegiatan pendidikan. Menurut jenisnya, tujuan pendidikan
terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:
a) Tujuan nasional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai
oleh suatu bangsa;
b) Tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin
dicapai suatu lembaga pendidikan;
c) Tujuan kurikuler yaitu tujuan pendidikan yang ingin
dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu;
d) Tujuan instruksional yaitu tujuan pendidikan yang ingin
dicapai oleh suatu pokok atau sub pokok bahasan tertentu.
Menurut bloom tujuan pendidikan dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a) Cognitive domain, meliputi kemampuan-kemampuan yang
diharapkan dapat tercapai setelah dilakukannya proses
belajar-mengajar. Kemampuan tersebut meliputi
pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi. Keenam kemampuan tersebut bersifat hierarkis.
Artinya, untuk mencapai semuanya harus sudah memiliki
kemampuan sebelumnya.
b) Affective domain, berupa kemampuan untuk menerima,
menjawab, menilai, membentuk dan mengarakterisasi.
c) Psychomotor domain, terdiri dari kemampuan persepsi,
kesiapan dan respon terpimpin.
2) Peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
3) Pendidik
Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih
tinggi. Sedangkan secara akademis, pendidik adalah tenaga
kependidikan, yakni anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan yang berkualifikasi sebagai pendidik, dosen,
konselor, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
4) Alat
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat
kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan
mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau
situasi yang membantu pencapaian tujuan pendidikan.
5) Lingkungan
Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang
melingkupi terjadinya proses pendidikan. Lingkungan
pendidikan meliputi:
a) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama. Keluarga memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap prkembangan kepribadian anak,
karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-
tengah keluarganya.
b) Lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis,
berencana, ssengaja, dan terarah yang dilakukan oleh
pendidik yang profesional, dengan program yang
dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh
peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari
Tingkat Kanak-Kanak (TK) sampai Pendidikan Tinggi
(PT).
c) Lingkungan masyarakat
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling
berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan.
3. Nilai Edukatif
a. Nilai Pendidikan Religius
Agama dalam bahasa Indonesia, berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu “a” yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti
“kacau”. Jadi agama berarti tidak kacau (Mubaraq, 2010:2). Pada
umumnya, masyarakat beragama memandang agama itu sebagai
jalan hidup yang dipegang dan diwarisi turun-temurun oleh
masyarakat manusia, agar hidup mereka menjadi tertib, damai dan
tidak kacau. Hampir semua agama diketahui mengandung empat
unsur penting, yaitu (a) pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang
menguasai atau mempengaruhi kehidupan manusia, (b) keyakinan
bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya
hubungan baik antara manusia dengan kekuatan gaib itu, (c) sikap
emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib itu, seperti
sikap takut, hormat, cinta, penuh harap, pasrah, (d) tingkah laku
tertentu yang dapat diamati, seperti shalat (sembahyang), doa,
puasa, suka menolong, tidak korupsi, sebagai buah dari tiga unsur
pertama (Ishomuddin, 2002:30-31).
Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia
sebagai orang per orang maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Agama memliki beberapa fungsi dalam praktiknya di masyarakat
antara lain:
1) Fungsi edukatif
Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan
melarang. Kedua unsur suruhan dan larangan ini mempunyai
latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi
penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik
menurut ajaran agama masing-masing.
2) Fungsi penyelamat
Manusia di mana pun berada pasti menginginkan dirinya
selamat. Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah
keselamatan yang diajarkan oleh agama karena meliputi dua
alam, yaitu dunia dan akhirat. Agama mengajarkan para
penganutnya untuk mencapai keselamatan tersebut dengan
pengenalan kepada masalah sakral yaitu berupa keimanan
kepada Tuhan.
3) Fungsi sebagai pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat
mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa
berdosa dan bersalah akan segera hilang dari batinnya, apabila
seorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat,
pensucian, ataupun penebusan dosa.
4) Fungsi sebagai social control
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma,
sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai
pengawasan sosial secara individu maupun kelompok, karena:
pertama, agama secara instansi, merupakan norma bagi
pengikutnya, kedua, agama secara dogmatis (ajaran)
mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu,
kenabian).
5) Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan
merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan; iman dan
kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas
dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang
dapat membina persaudaraan yang kokoh.
6) Fungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi
seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang
diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu
kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau
norma kehidupan yang dianut sebelumnya.
7) Fungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya
untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya
sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut
agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola
hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan
inovasi penemuan baru.
8) Fungsi sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan
saja yang bersifat agama ukhrowi, melainkan juga yang bersifat
duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan
dengan norma-norma agama bila dilakukan atas niatan yang
tulus, karena untuk Allah merupakan ibadah (Ishomuddin,
2002:54-56).
Nilai pendidikan Islam menurut Zulkarnain (2008:38) yaitu:
1) NilaiAkidah
Akidah atau keimanan dalam Islam merupakan hakikat
yang meresap kedalam hati dan akal. Iman merupakan
pedoman dan pegangan yang terbaik bagi manusia dalam
rangka mengarungi kehidupan. Iman menjadi sumber
pendidikan paling luhur, mendidik akhlak, karakter dan mental
manusia, sehingga dengan iman tersebut manusia dapat
mengatur keseimbangan yang harmonis antara jasmani dan
rohani.
Adapun kepercayaan atau akidah yang asasi dituntut
oleh Islam untuk dipercayai, sebagai unsur utama adalah
percaya adanya Allah dan keesaan-Nya, sesuai dengan firman
Allah dalam surat Al Ikhlas ayat 1- 4:
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.
2) Nilai Ibadah
Ibadah yang dimaksud adalah pengabdian ritual
sebagaimana diperintahkan dan diatur di dalam Al-Qur‟an dan
Sunnah. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim
dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah.
Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan
Islam yang perlu diperhatikan. Muatan ibadah dalam
pendidikan Islam diorientasikan kepada bagaimana manusia
mampu memenuhi hal-hal sebagai berikut: Pertama, manjalin
hubungan utuh dan langsung dengan Allah SWT. Kedua,
menjaga hubungan dengan sesama insan. Ketiga, kemampuan
menjaga dan menyerahkan dirinya sendiri.
3) Nilai Akhlak
Tidak dapat diragukan lagi bahwa akhlak yang baik dan
tingkah laku yang bagus merupakan buah dari iman yang
mantap dan pertumbuhan agama yang benar. Akhlak memberi
norma-norma atau aturan baik dan buruk yang menentukan
kualitas pribadi manusia. Dalam akhlak Islam, norma-norma
atau aturan baik dan buruk telah ditentukan dalam Al-Qur‟an
dan Hadits. Puncak dari akhlak ialah: 1) Irsyad, yakni
kemampuan membedakan antara amal yang baik dan buruk; 2)
Taufiq, yaitu perbuatan yang sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW dengan akal sehat; dan 3) Hidayah, yakni
gemar melakukan perbuatan baik dan terpuji serta menghindari
yang buruk dan tercela.
4) Nilai Kemasyarakatan
Bidang kemasyarakatan ini mencakup pengaturan
pergaulan hidup manusia di atas bumi, misalnya pengaturan
tentang benda, ketatanegaraan, hubungan antarmanusia dalam
dimensi sosial, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, dapat
dikatakan sebagai kaidah muamalah, sebagaimana telah
dijelaskan oleh Endang Syaifuddin Anshari, mencakup dua
bagian yaitu:
a) Al-Qanunul Khas „hukum perdata‟ yang meliputi: (1)
muamalah dalam arti sempit sama dengan hukum niaga, (2)
munakahah (hukum nikah), (3) waratsah (hukum waris),
dan lain sebagainya.
b) Al-Qanunul „Am „hukum publik‟ yang meliputi: (1) jinayah
(hukum pidana), (2) khilafah (hukum kenegaraan), (3) jihad
(hukum perang dan damai), dan lain sebagainya.
b. Nilai Pendidikan Sosial
Sujanto (1983:248) berpendapat bahwa sosial berasal dari
kata societes yang mengandung arti masyarakat, kata sosial juga
berasal dari kata sosius artinya teman, dan selanjutnya kata sosial
berarti juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia
yang lainnya dalam bentuk yang berlain-lainan. Menurut Murshafi
(2009:31) pendidikan sosial adalah sebuah proses yang menjadikan
seseorang dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya.
Menurut Purwanto (2007:171) tujuan pendidikan sosial
adalah membentuk manusia yang mengetahui dan menginsyafi
tugas kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam
masyarakat, dan membiasakan anak-anak berbuat memenuhi tugas
kewajiban sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.
Jadi dapat dipahami bahwa pendidikan sosial bertujuan
membentuk manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak
dan tanggung jawabnya dalam masyarakat serta bersikap toleran
sehingga dapat terwujud kehidupan sosial yang harmonis.
Dalam Islam, berkumpul atau berjamaah memiliki manfaat
yang sangat besar, karena mempunyai pengaruh yang sangat
positif, bahkan hal itu merupakan suatu keharusan dalam beberapa
ibadah wajib dan sunnah tertentu, dan karena bisa mendatangkan
berbagai jenis kebaikan (Hawwa, 2006:262).
Hubungan yang mungkin dijalin antar manusia dalam
segala aspek kehidupan, apapun bentuknya menurut pandangan
filsafat pendidikan Islam, semuanya itu tidak terlepas daripada
kaitan tanggung jawabnya kepada Allah. Dengan demikian,
tanggung jawab tersebut, manusia sebagai makhluk sosial mengacu
kepada dua tanggung jawab yang utama yaitu:
1) Tanggung jawab dalam membentuk, memelihara dan membina
jalinan hubungan baik antar sesama manusia dalam berbagai
lapangan pergaulan dan aspek kehidupannya seoptimal
mungkin. Hubungan yang harmonis diharapkan akan
menciptakan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dalam
kehidupan bersama yang berkualitas dan berkelanjutan sebagai
makhluk sosial.
2) Tanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan jalinan
hubungan yang baik dengan Allah. Hubungan ini dibina
dengan cara mematuhi dan menjalankan tuntunan agama Allah
dalam setiap bentuk dan aspek sosial tersebut. Melalui sikap
kepatuhan dan ketaatan seperti itu diharapkan hubungan sosial
antar sesama manusia akan memperoleh jaminan keridhaan
dari Allah (Supriyatno: 2009:87).
Menurut Qardhawi (2003:175) nilai-nilai kemanusiaan dibagi
menjadi delapan bagian antara lain:
1) Ilmu
2) Amal
3) Kebebasan
4) Musyawarah
5) Keadilan
6) Persaudaraan
7) Persatuan
8) Kerja sama, saling membantu dan saling menyayangi
B. Tradisi Gugur Gunung
1. Pengertian Gugur Gunung
Gugur gunung merupakan istilah yang sering dipakai oleh
masyarakat Jawa apabila sedang melakukan kerja bakti atau bekerja
gotong royong bersama-sama tanpa menbeda-bedakan antara satu
dengan yang lain. Gugur artinya mati atau roboh atau meninggal, jadi
dalam arti kasar gugur gunung berarti beramai-ramai merobohkan
gunung, dalam hal ini biasanya diartikan apabila kerja gotong royong
mencari batu atau merapikan tebing-tebing atau tanggul untuk
menjadikan lingkungan lebih rapi dan bersih
(http://contohpengertian.blogspot.com/2013/09/pengertian-gugur-
gunung.html).
Gugur gunung mempunyai makna kerja sosial yang harus
dilakukan secara bersama-sama untuk menyelesaikan kerja yang
mahaberat seolah-olah seperti meruntuhkan gunung. Menilik namanya,
gugur gunung berarti menghancurkan gunung. Mustahil jika seorang
diri mampu merobohkan gunung yang besar. Istilah gugur gunung
memberi inspirasi dan spirit kepada orang banyak agar tidak silau
terhadap pekerjaan yang sangat berat (Purwadi dkk, 2005: 117).
Di pulau Jawa, istilah kegiatan gotong royong sering disebut
dengan gugur gunung. Gugur gunung lebih mengacu kepada arti yang
lebih aktif yaitu bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil
yang didambakan (bersama). Sedangkan gotong royong mengacu
kepada sifat kebersamaan yang dihasilkan dari bekerja bersama-sama
(http://www.biennalejogja.org/2011/berit/2011/gugur-gunung-gotong-
royong-dan-jamming/). Gotong royong juga dapat diartikan sebagai
kerja sosial yang besar dan berat tetapi terasa ringan dan riang karena
ditangani orang banyak secara ramai-ramai (Purwadi dkk, 2005: 111).
Gugur gunung adalah sebuah idiom yang menggambarkan
aktivitas dalam suatu masyarakat yang saling berhubungan dan saling
membantu dalam mewujudkan sebuah pekerjaan yang berguna untuk
umum atau orang banyak (http://gemintang.com/kisah-sukses-
motivasi-inspirasi/mengenal-budaya-gugur-gunung-asal-tanah-jawa/).
Gera'an atau gugur gunung merupakan istilah yang diberikan
penduduk desa untuk menyebut suatu kegiatan bersama untuk
melakukan pembangunan desa atau perbaikan sarana-sarana umum,
membuka jalan baru, membersihkan sungai atau saluran air dan
kegiatan untuk kepentingan umum lainnya. Tradisi gugur gunung atau
gera'an dapat menjadi model yang baik untuk pembangunan khususnya
bagi wilayah pedesaan. Tentu ada banyak model pembangunan yang
berkembang dipedesaan atau di Indonesia pada umumnya, dan gera'an
ini adalah contoh model yang sederhana namun efektif. Yang
dibutuhkan hanyalah transparansi dan komitmen para pemimpin
wilayah (RT s.d Kepala Desa) kepada warganya. Artinya jika para
pemimpin itu memberi contoh dan jujur akan tujuan kegiatan yang
dilakukan, maka kegiatan gera'an akan sukses dilakasanakan.
Pekerjaan atau pembangunan yang dilakukan secara gera'an
biasanya sesuatu yang sifatnya insidental atau tidak terduga, namun
dimungkinkan melakukan gera'an secara berkala untuk lebih
meningkatkan pembangunan yang ada di desa. Ketika terjadi bencana
kecil atau membuka jalan baru, disitulah gugur gunung dilakukan.
Akan tetapi dengan sedikit usaha dan komitmen, aktifitas gera'an dapat
dilakukan secara rutin dan terjadwal. Jika hal ini dilakukan, mungkin
akan banyak masalah-masalah pembangunan desa yang dapat
diselesaikan, misalnya: penanaman hutan kembali, saluran air,
kebersihan jalan, lingkungan dan sejenisnya
(http://jambuwervile.blogspot.com/2012/11/gugur-gunung-geraan-
tradisi-membangun.html).
Gugur gunung biasanya dilakukan saat hari Minggu, hari libur,
atau menjelang hari raya dan hari peringatan kemerdekaan.
Membersihkan selokan atau parit, membuat jalan setapak, membangun
pos kamling, hingga membuat jembatan merupakan serangkaian
kegiatan yang masyarakat Jawa sebut sebagai gugur gunung.
Umumnya, gugur gunung dilakukan secara berkelompok, misalnya
satu kampung atau satu desa (http://gemintang.com/kisah-sukses-
motivasi-inspirasi/mengenal-budaya-gugur-gunung-asal-tanah-jawa/).
2. Makna yang Terkandung dalam Tradisi Gugur Gunung
Tradisi gugur gunung merupakan tradisi yang sederhana namun
syarat akan makna. Makna yang terkandung dalam tradisi gugur
gunung antara lain:
a. Ikhlas
Masyarakat yang mengikuti kegiatan ini jelas tak
mengharapkan imbalan. Kemauan semata-mata hanya didasari rasa
ikhlas dan kepedulian.
b. Sikap berkorban
Tradisi gugur gunung juga mengajarkan kita tentang
bagaimana memunyai sikap dan sifat yang mau berkorban. Kita
mengerti bahwa bagaimana pun kepentingan umum haruslah
didahulukan daripada kepentingan pribadi. Meski harus
mengorbakan waktu, tenaga, hingga mungkin harta pribadi, hal itu
tak akan jadi hambatan asalkan yang kita lakukan demi sebuah rasa
kemanusiaan dan rela berkorban demi kepentingan umum
(http://gemintang.com/kisah-sukses-motivasi-inspirasi/mengenal-
budaya-gugur-gunung-asal-tanah-jawa/).
c. Kebersamaan dan Kerukunan
Melalui tradisi gugur gunung yang dilakukan setiap hari
Minggu ini, masyarakat akan lebih dekat satu sama lain.
Kebersaman ini lah yang akan menciptakan keharmonisan di antara
mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab untuk menciptakan
keharmonisan, masyarakat Jawa mewajibkan diri untuk menjalin
hubungan yang baik dengan tetangga dekat dengan memerhatikan
berbagai kebutuhan mereka, dan sebanyak mungkin membagi
segala sesuatunya dengan mereka. Dalam konteks sosial, orang
Jawa mementingkan kebersamaan meskipun akan kekurangan
bahan makanan, itulah dasar keluarnya pernyataan mangan ora
mangan kumpul, makan tidak makan asal kumpul (Roqib,
2007:61). Oleh karena itu, dalam tradisi gugur gunung juga
terdapat slametan (makan-makan) sebelum gotong royong
dilakukan.
d. Persaudaraan (ukhuwwah)
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri, mereka membutuhkan bantuan satu sama lain. Di sinilah
letak pentingnya persaudaraan. Menurut Roqib (2007:226)
Ukhuwwah atau persaudaraan ini dibutuhkan untuk memenuhi
tuntutan setiap individu. Persaudaraan meliputi persaudaraan
sesama makhluk Tuhan („alamiyyah), persaudaraan sesama
manusia (ukhuwwah insaniyah atau bashariyyah), persaudaraan
sesama bangsa dan negara (ukhuwwah wathaniyah), dan
persaudaraan sesama muslim (ukhuwwah islamiyah). Kesemua
persaudaraan ini harus dijaga jika keharmonisan ingin diraih.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Dusun Kalisari Desa Ngadirejo
Dusun kalisari merupakan salah satu dusun dari Desa
Ngadirejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Desa Ngadirejo
awalnya merupakan tempat yang subur makmur gemah ripah loh
jinawi. Penduduknya banyak yang berusaha dan berupaya untuk
membuat desa lebih maju, sehingga desa tersebut dinamakan
Ngadirejo. Desa Ngadirejo terbagi menjadi lima dusun yaitu:
a. Dusun Dlinggo
b. Dusun Kalisari
c. Dusun Batikan
d. Dusun Jurangsari
e. Dusun Sangon
Adapun kepala desa yang pernah menjabat ialah:
Kepala Desa I : Sabit (Tahun 1930-1950)
Kepala Desa II : Citro Suwarna (Tahun 1950-1975)
Kepala Desa II : Usup B Musaleh (Tahun 1975-1990)
Kepala Desa IV : Dijono (Tahun 1990-1998)
Kepala Desa V : PJ Ropi‟i (Tahun 1998-2002)
Kepala Desa VI : Isrofi (Tahun 2002-2012)
Kepala Desa VII : Ngabedi (Tahun 2012-2018)
2. Kondisi Geografis
Desa Ngadirejo merupakan salah satu desa di Jawa Tengah
yang terletak di antara Sungai Kaligendu dan Sungai Bolong dengan
batas desa:
a. Sebelah utara : Pirikan/Secang/Magelang
b. Sebelah timur : Donorojo/Tegalrejo/Magelang
c. Sebelah selatan : Klopo/Tegalrejo/Magelang
d. Sebelah barat : Pirikan/Secang/Magelang
Secara geografis terletak pada 80 17′ 10′′ sampai dengan 80 19′ 00′′
LS dan 07 33′ 00′′ sampai dengan 05 34′ 28′′ BT. Peta Desa Ngadirejo
ialah sebagai berikut:
3. Demografis dan Kependudukan
a. Jumlah kepala keluarga: 614 KK
b. Jumlah penduduk menurut dusun
Desa Ngadirejo terdiri dari lima dusun, setiap dusun terdiri
beberapa penduduk yang berbeda jumlahnya, berikut tabel
pembagian penduduk berdasarkan dusun:
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Dusun
No. Dusun Laki-laki Perempuan
1. Dlinggo 363 359
2. Kalisari 237 255
3. Batikan 193 204
4. Jurangsari 64 52
5. Sangon 104 108
Jumlah 997 978
Jumlah keseluruhan penduduk Desa Ngadirejo adalah 1975
orang, dari jumlah tersebut penduduk yang tinggal di Dusun
Kalisari berjumlah 492 orang yang terdiri dari 237 laki-laki dan
255 perempuan.
c. Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Penduduk Desa Ngadirejo terdiri dari berbagai umur mulai
dari balita sampai manula. Pembagian jumlah penduduk menurut
umur dan jenis kelaminnya ialah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur
(Tahun)
Laki-laki Perempuan Jumlah
0-5 90 62 153
6-10 86 82 157
11-15 78 65 136
16-20 83 97 176
21-25 64 65 127
26-30 85 70 155
31-35 53 88 137
36-40 76 88 162
41-45 75 65 138
46-50 68 79 147
50 keatas 203 215 418
Apabila dilihat dari tabel di atas jumlah penduduk paling
banyak ialah umur 50 tahun keatas. Sedangkan jumlah paling
sedikit ialah pada umur antara 21-25 tahun.
d. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Latar belakang tingkat pendidikan penduduk Desa
Ngadirejo sangat bervariatif, berikut tabel jumlah penduduk
menurut tingkat pendidikan:
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkatan Jumlah
1. Tidak tamat SD 158
2. Tamat SD 1.005
3. Tamat SLTP 481
4. Tamat SLTA 226
5. Tamat D3 21
6. Tamat S1 39
Jumlah 1.975
Tingkat pendidikan penduduk terbanyak ialah tamat SD
dengan jumlah 1005 orang, dan masih ada yang tidak tamat SD
dengan jumlah 158 orang.
e. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Ragam mata pencaharian penduduk Desa Ngadirejo dapat
dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. PNS 9
2. ABRI/POLRI 3
3. Pensiunan 18
4. Petani 803
5. Swasta 227
6. Pedagang 66
7. Buruh tani 155
8. Tukang 197
9 Dll 463
Tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian
penduduk Desa Ngadirejo paling banyak ialah petani dengan
jumlah mencapai 803 orang dengan kata lain hampir setengah
bagian dari jumlah keseluruhan.
f. Jumlah penduduk menurut agama
Berikut tabel jumlah penduduk Desa Ngadirejo berdasarkan
agama yang dianut seperti di bawah ini:
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Pemeluk Agama
No. Agama Jumlah
1. Islam 1.975
2. Kristen 0
3. Katolik 0
4. Budha 0
5. Hindu 0
Jumlah 1.975
Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk Desa
Ngadirejo semua beragama Islam, maka tidak ada masalah yang
mengganggu dalam berbagai ritual keagamaan sebab mereka satu
agama yaitu islam.
4. Pola Penggunaan Tanah
a. Luas wilayah
Luas wilayah desa 107 Ha, yang terbagi menjadi 5 dusun
dengan 07 RW dan 16 RT meliputi:
Tabel 3.6
Luas Wilayah Desa Ngadirejo Berdasarkan Dusun
No. Dusun RW RT
1. Dlinggo 02 06
2. Kalisari 02 04
3. Batikan 01 03
4. Jurangsari 01 01
5. Sangon 01 02
b. Peruntukan lahan
Lahan yang berada di Desa Ngadirejo terbagi menjadi
beberapa bagian, tabel berikut menunjukkan peruntukan lahan:
Tabel 3.7
Peruntukan Lahan Desa Ngadirejo
No. Peruntukan lahan Luas
1. Pertanian subur 49.150
2. Pertanian sedang 22.150
3. Pertanian tandus 0
4. Irigasi 550
5. Perumahan 15.250
6. Olahraga 0.800
7. Makam 7.850
8. Tempat ibadah 1.650
9. Industri 0.900
10. Pendidikan 1.450
11. Kesehatan 0.250
Berdasarkan tabel di atas lahan terluas digunakan untuk
pertanian subur, jadi Desa Ngadirejo lebih banyak lahan yang
digunakan untuk pertanian dibandingkan dengan lahan untuk
perumahan.
5. Sarana dan Prasarana Desa
a. Balai desa : 1 buah, luas 32 m2
b. Kantor desa : 1 buah, luas 15 m2
c. Pasar : 0 buah, luas 0 m2
d. Tempat ibadah
Desa Ngadirejo memiliki beberapa tempat ibadah yang
masih digunakan oleh masyarakat dan dalam kondisi terawat,
berikut tabel jumlah tempat ibadah tersebut:
Tabel 3.8
Tempat Ibadah Desa Ngadirejo
No. Sarana Jumlah Ket
1. Masjid 5 Baik
2. Mushola 5 Baik
3. Gereja - -
4. Vihara - -
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua tempat ibadah
yang berada di Desa Ngadirejo merupakan tempat ibadah untuk
umat Islam yang terbagi menjadi dua bangunan yaitu masjid dan
mushola.
e. Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Ngadirejo ialah:
Tabel 3.9
Sarana Pendidikan Desa Ngadirejo
No. Sarana Jumlah
1. Playgroup 2
2. TK 3
3. SD/MI 3
4. SMP -
5. SMA -
6. SMK -
7. PLS/KF/Paket A, B, C 2
8. TPA 11
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari sekian sarana
pendidikan yang paling banyak ialah TPA, maka dari itu dapat
diartikan bahwa masyarakat Desa Ngadirejo masih menjunjung
tinggi pendidikan agama.
f. Makam : 8 buah
Jumlah makam yang ada di Desa Ngadirejo adalah 8 buah,
makam-makam itu tersebar di lima dusun, khususnya di Dusun
Kalisari terdapat dua buah makam yang di makam tersebut warga
Dusun Kalisari melakukan tradisi breseh.
6. Kelembagaan Desa
a. PKK : PKK Desa Ngadirejo alamat Batikan RT
13/05
b. BUMD : -
c. Tokoh masyarakat:
1) Bp Tolkhah alamat Kalisari Ngadirejo
2) Bp Dijono alamat Dlinggo Ngadirejo
3) Bp Ropi‟i alamat Batikan Ngadirejo
4) Bp Sutris alamat Sangon Ngadirejo
5) Bp Komari alamat Jurangsari Ngadirejo
d. Kelompok tani : Ngudi Rejeki alamat Batikan Ngadirejo
e. P3A : Surya Gemilang
f. Pengusaha:
1) Kripik singkong alamat Batikan Ngadirejo
2) Kereng/semprong alamat Dlinggo Ngadirejo
3) Wajik bandung alamat Batikan Ngadirejo
g. Pedagang : pedagang kelontong, sayur
h. PNS/ABRI
i. Buruh : buruh tani, bangunan, pabrik
j. Perangkat Desa
1) Sekretaris desa : -
2) Kasi pem dan pemb : Indarti
3) Kasi kesra : M. Asngari
4) Kaur umum : Cholid Mawardi
5) Kaur keuangan : Wahyuningsih
6) Kaur Dlinggo Wetan : Towil
7) Kaur Dlinggo Kulon : Sholhan
8) Kadus Kalisari : Munawir
9) Kadus Batikan : Agus Akhmadi
10) Kadus Jurangsari : M. Roghibi
11) Kadus Sangon : Muh Baidi
k. RT/RW : 07/16
l. LPM : Lembaga Pemebrdayaan Masyarakat
m. Karang taruna : Formad Dlinggo, Perpeka Kalisari
n. BPD Desa Ngadirejo Kecamatan Tegalrejo
7. Kondisi Perekonomian Desa
Keuangan Desa Ngadirejo diambil dari:
a. APBDesa
b. PAD
c. ADD
d. Swadaya masyarakat
e. Sumber lain (kompensasi PDAM)
f. Bantuan dari kabupaten
g. Bantuan dari propinsi
(Sumber: Kantor Kelurahan Desa Ngadirejo)
B. Temuan Penelitian
1. Tradisi Gugur Gunung di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo
Gugur gunung merupakan suatu tradisi yang dilestarikan oleh
masyarakat Dusun Kalisari sebagai simbol kerukunan antar warga
yang telah ada dari nenek moyang yang secara turun temurun
dilaksanakan hingga saat ini. Tradisi Gugur gunung ini dilaksanakan
satu kali dalam setahun, yaitu pada waktu pergantian dari musim
kemarau ke musim penghujan dan dilaksanakan pada hari Ahad.
Pemilihan hari Ahad tersebut dikarenakan hampir seluruh warga libur
kerja sehingga mereka dapat melaksanakannya.
Gugur gunung dimaksudkan untuk memperbaiki wangang atau
saluran air dari sumber air ke desa yang hilang karena kering pada
musim kemarau. Selain itu, gugur juga dimaksudkan untuk
menunjukkan rasa syukur pada Allah SWT karena diberikannya air
sehingga para penduduk yang sebagian masyarakat petani dapat
mengolah sawahnya kembali.Masyarakat Dusun Kalisari menganggap
gugur gunung merupakan kegiatan yang dinanti-nantikan sebab
dengan akan dilaksanakannya gugur gunung itu tandanya musim
penghujan akan tiba dan mereka dapat memenuhi kebutuhan air di
sawahnya.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Basori (tanggal 01
September 2015 pukul 09.00 WIB) selaku ketua RT Kauman Dusun
Kalisari mengatakan bahwa gugur gunung secara umum merupakan
kegiatan masyarakat yang bersifat gotong royong secara suka rela yang
telah ditentukan waktunya. Sedangkan gugur gunung pada hakikatnya
menurut Bapak Bahrodin (wawancara pada tanggal 01 September 2015
pukul 11.00 WIB) selaku sesepuh Dusun Kalisari adalah tradisi yang
dilakukan bersama-sama guna mempererat kerukunan. Kegiatan
tersebut diberi nama gugur gunung yang berarti gugur ialah runtuh dan
gunung adalah sesuatu yang besar, jadi gugur gunung adalah
menyelesaikan pekerjaan yang besar atau banyak secara bersama-sama
dan telah ditentukan waktunya serta dilakukan secara sukarela dan
tertib.
Begitu juga yang dituturkan oleh Bapak Mahmud (wawancara
pada tanggal 01 September 2015 pukul 14.00 WIB) selaku ketua RW
07 Dusun Kalisari bahwa gugur gunung adalah kegiatan yang sudah
mentradisi sejak dahulu yang tujuannya untuk memlihara kerukunan
antar warga dalam bentuk “susruk” yang artinya membuat jalan air ke
desa dan “breseh” yang artinya membersihkan makam secara
bersama-sama dengan ritual yang telah ada. Sedangkan menurut Bapak
Iswari (wawancara pada tanggal 03 September 2015 08.30 WIB)
pukul selaku warga Dusun Kalisari mengatakan bahwa gugur gunung
adalah kegiatan warga untuk menyambut datangnya musim air atau
musim penghujan dan juga sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah
Yang Maha Esa.
Bagi warga awam, gugur gunung merupakan kegiatan rutin
yang tidak boleh ditinggalkan meskipun sebenarnya tidak ada yang
mewajibkan seperti yang dituturkan oleh Bapak Suparman
(wawancara pada tanggal 01 September 2015 pukul 17.00 WIB)
sebagai warga Dusun Kalisari bahwasanya sebagai masyarakat atau
warga umum, gugur gunung sudah dianggap seperti kewajiban warga
Dusun karena jika tidak ikut melaksanakannya maka akan timbul
perasaan rikuh atau tidak enak. Hal ini disebabkan bila salah satu
warga tidak ikut, maka akan jadi perbincangan warga.
Berdasarkan uraian hasil wawancara di atas, gugur gunung
dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan masyarakat yang dilakukan
secara bersama-sama dan suka rela pada waktu menjelang musim
penghujan yang mengandung ungkapan rasa syukur terhadap Allah
SWT . dalam tradisi gugur gunung terdapat dua macam kegiatan yaitu
“breseh” dan susruk”. Masyarakat Dusun Kalisari sampai saat ini pun
masih tetap menjaga tradisi gugur gunung ini, karena mereka
beranggapan bahwa tradisi ini banyak mengandung nilai positif, selain
itu kegiatan ini juga membawa berbagai keuntungan bagi mereka
diantaranya ialah tercukupinya kebutuhan air, sehingga sawah serta
ladang mereka dapat ditanami kembali. Bagi masyarakat kalisari air
merupakan kebutuhan yang sangat penting, sebab air tidak hanya
untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga saja, akan tetapi untuk
pengairan sawah, sedangkan sawah adalah mata pencaharian mereka,
jadi ketika sawahnya subur maka tingkat pendapatan mereka akan
naik.
2. Sejarah Tradisi Gugur Gunung
Kalisari adalah sebuah dusun yang berada di lembah Gunung
Merbabu yang mayoritas penduduknya ialah petani. Mata pencaharian
mereka mengandalkan hasil dari sawah, sedangkan berhasil tidaknya
panen sawah mereka salah satunya tergantung dari pengairan. Akan
tetapi, faktanya pada musim kemarau mereka kekurangan air sehingga
tidak heran bila banyak sawah yang tidak ditanami karena minimnya
pengairan. Jadi, warga Dusun Kalisari selalu menanti-nantikan musim
hujan tiba. Sebelum datangnya musim hujan, mereka melakukan
gugur gunung yang salah satu kegiatan di dalamnya ialah “susruk”
atau membersihkan dan membuat saluran air ke dusun. Selain itu,
mereka juga melakukan “breseh” ke makam sebagai bentuk
pengghormatan pada leluhur desa.
Sejarah gugur gunung menurut Mbah Muhajir wawancara
pada tanggal 01 September 2015 pukul 15.30 WIB) selaku sesepuh
Dusun Kalisari bermula dari musim kemarau yang panjang sehingga
para petani tidak bisa laboh atau menanami sawahnya sehingga
mereka tidak memiliki hasil panen untuk mencukupi kebutuhannya.
Kemudian mereka berfikir keras tentang keadaan tersebut. Lalu
mereka melakukan solat istisqa‟ bersama-sama, pada hari berikutnya
salah satu tokoh masyarakat di dusun tersebut menyuruh mereka
untuk membuat saluran air guna mempersiapkan datangnya air.
Kegiatan tersebut dinamakan “susruk” yang dilanjutkan dengan
berdoa bersama-sama serta merapikan dan membersihkan makam
setempat.Kegiatan ini dinamakan “breseh”. Kegiatan “susruk” dan
“breseh” disebut dengan gugur gunung yang kemudian setiap
tahunnya selalu diadakan di Dusun Kalisari.
3. Prosesi Tradisi Gugur Gunung
Menurut Bapak Isrofi (wawancara pada tanggal 03 September
2015 pukul 11.00 WIB) selaku ketua RT 07 menyatakan bahwa
tahapan atau rangkaian tradisi gugur gunung ialah sebagai berikut:
a. Pengumuman kegiatan gugur gunung yang dilakukan pada hari
Minggu telah diumumkan terlebih dahulu pada malam Jum‟at saat
diadakannya acara rutin yasinan karena pada saat itulah warga
berkumpul.
b. Hari Minggu pagi pukul 06.30 WIB warga berangkat ke
bendungan dimana kegiatan gugur gunung itu dimulai dengan
membawa peralatan susruk (sabit,cangkul,ember,tampah,dll)
sebagaian dari mereka membawa megono serta makanan dan
minuman.
c. Aparat desa memberikan pengarahan setelah semua warga telah
tiba di Bendungan.
d. Semua warga mulai mengerjakan apa yang telah diarahkan oleh
aparat desa.
e. “Wolon” ialah istirahat yang disertai dengan minum dan makan
“wedangan” atau makan kecil seperti tahu susur, gethuk, ketan
dan krupuk.
f. Warga melanjutkan kegiatan “susruk” sampai pukul 10.00 WIB.
g. Sebelum pulang, warga makan “megono” yang disertai dengan
doa yang dipimpin oleh tokoh agama.
h. Warga pulang untuk “ngarit”atau memberi makan ternak karena
mayoritas petani mempunyai hewan ternak di rumah.
i. Setelah dhuhur, mereka berangkat lagi dengan membawa
peralatan untuk gugur gunung di makam atau “breseh”.
j. Sesampainya di makam, warga dengan dipimpin tokoh agama
berdoa dan tahlil untuk mengirim para leluhur mereka.
k. Warga membersihkan dan merapikan tatanan makam.
l. Warga pulang dengan penuh harapan akan datangnya musim
penghujan karena mereka sudah mempersiapkannya.
4. Makna yang Terkandung dalam Tradisi Gugur Gunung
Makna pokok yang terkandung dalam tradisi gugur gunung
menurut Bapak Qodri (wawancara pada tanggal 02 September 2015
pukul 13.00 WIB) salah satu tokoh masyarakat di Dusun Kalisari
adalah sebagai lambang pirukunan dan persatuan antar warga, selain
itu dalam tradisi gugur gunung terdapat pula makna lain seperti
contoh bila dilandasi dengan niat yang tulus dan ikhlas maka akan
mendapat pahala dan dianggap sebagai ibadah, karena di dalam
kegiatan gugur gunung tersebut banyak sekali hal baik salah satu
contohnya adalah bersih-bersih, sedangkan dalam Islam kebersihan
merupakan anjuran dari Rosulullah SAW. Jadi, ketika mereka
membersihkan saluran air, jalan, dan makam maka mereka akan
mendapatkan pahala, selain itu dalam kegiatan tersebut terdapat pula
doa dan sholawat kepada nabi. Selain itu Bapak Ismanto (wawancara
pada tanggal 02 September 2015 pukul 16.00 WIB) yang merupakan
warga dusun tersebut juga menambahkan dalam tradisi ini para warga
dapat memanfaatkan kesempatanya untuk bershodaqoh dengan
memberikan makanan dan minuman. Makna lain yang terkandung
dalam tradisi ini adalah menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghormati, karena ketika dalam pelaksanaan kegiatan ini mereka
akan berkumpul membaur antara yang muda dan tua, akan tetapi
meskipun demikian mereka tetap memposisikan diri, yang muda
menghormati yang tua dan yang tua memberi arahan yang muda.
Bapak Nastain (wawancara pada tanggal 03 September 2015
pukul 14.30 WIB) selaku tokoh masyarakat menambahkan bahwa
salah satu makna penting yang terkandung dalam tradisi gugur gunung
adalah menumbuhkan rasa nasionalisme bagi warga karena beliau
menganggap kegiatan gugur gunung merupakan bagian pengamalan
dari pancasila sila ke 3, yaitu persatuan Indonesia, bila dikaitkan
dengan tradisi gugur gunung pelaksanaanya kegiatan ini memanglah
tidak luput dari rasa persatuan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kumpulan data yang dianalisis dalam skripsi ini bersumber dari
hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, aparat dusun, dan warga
Dusun Kalisari yang penulis anggap mampu untuk memberikan
keterangan yang relevan, dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang ada.
Mengacu pada fokus penelitian ini, maka penulis akan menganalisa dan
menyajikannya secara sistematis tentang nilai-nilai edukatif dalam tradisi
gugur gunung.
A. Prosesi Tradisi Gugur Gunung di Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo,
Kecamatan Tegalrejo. Kabupaten Magelang
Pada pergantian musim kemarau ke musim penghujan,
masyarakat Dusun Kalisari melakukan tradisi gugur gunung, hal ini
sudah dilakukan sejak dahulu dan turun-temurun hingga sekarang.
Masyarakat sangat antusias melaksanakan kegiatan ini karena bagi
mereka banyak hal yang secara nyata menguntungkan mereka, seperti
tercukupinya kebutuhan air untuk sawah dan ladang, sebab bagi
mereka sawah dan ladang adalah sumber perantara rezeki dari Allah
SWT. Masyarakat menyadari bahwa Allah memberikan rezeki tidak
seperti di dalam film yang apabila berdoa langsung dikabulkan, maka
dari itu masyarakat selain berdoa mereka juga giat berusaha untuk
mendapatkan rezeki tersebut. Selain itu Rosulullah SAW juga telah
memberikan contoh yang baik untuk mecari rezeki meskipun telah kita
ketahui jika Rosulullah meminta kepada Allah tentunya bisa langsung
dikabulkan, akan tetapi pada kenyataanya tidak demikian, Rosulullah
pun tetap berusaha nyata untuk mendapatkan rezeki. Oleh sebab itu
masyarakat Dusun Kalisari bekerja keras untuk mendapatkan rezeki
salah satu dari usaha mereka yang paling menonjol ialah mengolah
sawah dan ladang, mereka berharap dengan cara itulah allah akan
melimpahkan rezeki kepada mereka.
Masyarakat sadar bahwa usaha mereka mengolah sawah dan
ladang memerlukan beberapa syarat untuk mendapatkan hasil panen
yang baik, salah satunya ialah air. Air merupakan kebutuhan pokok
yang harus dipenuhi, terutama untuk mengolah sawah dan ladang
mereka. Dengan adanya tradisi ini masyarakat berupaya untuk
menambah tambahan air untuk sawah dan ladang mereka.
Sisi lain yang terkandung dalam tradisi ini ialah rasa persatuan
antar warga dan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Rasa
persatuan tersebut tampak jelas pada tradisi gugur gunung, sebab
tradisi ini tidak akan bisa dilakukan secara individual, maka dari itu
masyarakat menyatukan rasa dan semangat mereka untuk bersama-
sama melaksanakan tradisi ini. Betuk rasa syukur kepada Allah SWT
Juga terkandung dalam tradisi ini, bagi mereka yang ingin
bershodaqoh bisa disalurkan dengan cara memberi makanan atau
minuman pada kegiatan ini, puji syukur secara langsung juga
diucapkan ketika mereka membacakan ritual doa.
Pada hari yang sudah ditentukan mereka akan melaksanakan
dengan membawa peralatan dan persiapan yang akan dibutuhkan.
Dalam acara gugur gunung ini terdapat berbagai hal yang akan
dikerjakan, dan sudah menjadi peraturan setiap tahunnya.
Prosesi dan tatacara tradisi gugur gunung ialah sebagai berikut:
1. Pengumuman
Gugur gunung yang erat kaitannya dengan gotong royong
dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Kalisari setiap Hari Minggu
saat akan tibanya musim penghujan. Masyarakat secara suka rela
akan melaksanakan tradisi ini, mereka menyadari bahwa tradisi
dari nenek moyang ini merepakan acara yang mengandung banyak
nilai positif.
Pengumuman akan dilaksanakannya kegiatan ini dilakukan
saat masyarakat khususnya bapak-bapak mengikuti pengajian
yasinan setiap hari Kamis malam Jum‟at. Pengajian yasinan ini
sebenarnya merupakan acara yang nantinya dapat membuahkan
hasil yaitu kegiatan kemasyarakatan. Sebab selain mengaji di
dalam yasinan ini juga terdapat musyawarah bersama. Muyawarah
ini membahas berbagai masalah yang ada di Dusun Kalisari, salah
satu yang mereka musyawarahkan adalah gugur gunung yaitu
tentang kapan waktu untuk melaksanakanya. Setelah membuahkan
kesepakatan maka secara tegas Ketua RT akan mengumumkan
waktu pelaksanaan gugur gunung. Musyawarah yang dilakukan
oleh masyarakat Dusun Kalisari merupakan bentuk penerapan dari
ajaran Rosulullah SAW, masyarakat mengambil jalan Musyawarah
karena mereka sadar dengan musyawarah maka akan mendapatkan
putusan yang bijak.
Mufakat yang di hasilkan dan sekaligus diumumkan pada
acara yasinan merupakan cara terbaik, Hal ini dilaksanakan agar
masyarakat dapat mengetahui sehingga diharapkan dapat ikut serta
dalam kegiatan gugur gunung tersebut.
Pengumuman ini disampaikan oleh aparat dusun, seperti
ketua RT, RW maupun tokoh masyarakat. Pada kesempatan ini
disampaikan juga tempat atau lokasi kegiatan gugur gunung akan
dilaksanakan. Pada saat pengumuman seluruh warga yang ada pada
acara ini akan mendengarkan dengan seksama, mereka
menghormati terhadap orang lain yaitu Ketua RT yang sedang
berbicara. Masyarakat Dusun Kalisari masih menjunjung tinggi
tatakrama. Sebab mereka percaya apabila seseorang menghormati
orang lain maka orang lain akan menghormatinya begitu juga
sebalik apabila seseorang tidak mampu menghormati orang lain
maka orang lain pun akan sulit untuk menghormatinya. Setelah
adanya pengumuman ini, bapak-bapak akan memberitahukan
keluarga di rumah sehingga dapat melakukan persiapan sebelum
dilaksanakannya kegiatan tersebut.
Para ibu turut mempersiapkan keperluan yang akan dibawa
oleh suaminya, seperti, wedangan dan makanan kecil, sebagian
dari mereka membuat megono atau makanan besar yang akan
dibawa saat dilaksanakannya gugur gunung. hal ini merupakan
bentuk dari rasa patuh mereka terhadap suaminya.
2. Pelaksanaan kegiatan gugur gunung
Hari Minggu pagi, sekitar pukul 06.30 WIB perangkat
dusun mengumumkan lagi akan dilaksanakannya kegiatan gugur
gunung melalui pengeras suara di mushola setempat. Disitulah
terlihat salah satu fungsi mushola dan masjid di Dusun Kalisari
selain sebagai tempat untuk beribadah kepada Allah SWT juga
sebagai alat penunjang kegiatan kemasyarakatan. Pengumuman ini
bertujuan untuk mengingatkan kembali pada masyarakat serta
sebagai tanda bahwa kegiatan tersebut segera akan dimulai.
Perangkat dusun menjalankan kewajibanya tersebut dengan
semangat supaya masyarakat juga bersemangat melaksanakanya.
Mendengar pengumuman itu, maka warga langsung
bergegas menuju tempat dilaksanakannya kegiatan tersebut sesuai
dangan tempat yang telah di tentukan yaitu bendungan. Mereka
membawa semua perlengkapan yang akan digunakan seperti
cangkul, sabit, ember, tampah, sapu dan lain sebagainya. Mereka
juga membawa bekal mdan megono serta minumanyang akan
dikonsumsi saat istirahat nanti.
Sesampainya di tempat dilaksanakannya kegiatan gugur
gunung, warga melakukan kegiatan tersebut sesuai dengan
pengarahan dari aparat dusun. Kegiatan yang pertama dilakukan
oleh masyarakat ialah susruk.Susruk ini merupakan salah satu
bagian dari tradisi gugur gunung. Kegiatan yang dilakukan dalam
susruk ini ialah membersihkan dan membuat saluran air yang
nantinya sebagai saluran ke Desa dan sawah saat musim penghujan
tiba. Warga secara besama-sama membersihkan rumput maupun
sampah yang menyumbat di saluran air tersebut. Pembagian tugas
dalam kegiatan rutin ini dilakukan secara suka rela oleh warga.
Ada warga yang membersihkan rumput, ada yang mencangkul
tanah untuk saluran air yang baru, ada yang menyapu dan
membuang rumput dan sampah.Mereka saling gotong-royong dan
bantu-membantu dalam kegiatan ini.
Seluruh warga bahu-membahu secara suka rela dalam
menyambut musim penghujan melalui kegiatan gugur gunung ini.
Mereka tidak memandang tua maupun muda.
Warga istirahat pada pukul 08.00 WIB, mereka mencari
tempat yang teduh kemudian menyantap wedhangan atau minuman
dan makanan kecil. Istirahat ini dinamakan wolon, disebut wolon
sebab tepat pukul 08.00 WIB. Meskipun sudah menjadi tradisi,
masih ada warga yang tidak membawa bekal. Rasa berbagi pun
muncul dalam kegiatan ini, mereka yang membawa bekal berbagi
dengan mereka yang tidak membawa. Rasa persatuan dan
sosialisme terlihat jelas dalam kegiatan ini.
Kegiatan susruk dilanjutkan kembali setelah warga
beristirahat. Kegiatan ini dilaksanakan sampai pukul 10.00 WIB.
Sebelum pulang, warga makan megono yang ditaruh di atas
lembaran daun pisang bersama-sama, megono ini merupakan
makan besar yang dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin
oleh tokoh agama Dusun Kalisari. Doa ini dipanjatkan kepada
Allah SWT dengan harapan mendapatkan keberkahan atas kegiatan
yang telah dilakukan dan juga harapan akan datangnya musim
penghujan nanti dapat memberikan keberkahan kepada sawah
mereka. Masyarakat percaya bahwa Allah maha kaya dan maha
pengasih serta maha penyayang, jadi apabila mereka berdoa secara
sungguh-sungguh maka akan dikabulkan.
Kegiatan gugur gunung belum selesai setelah kegiatan
susruk tersebut. Warga pulang ke rumah bukan tanpa tujuan,
melainkan untuk melaksanakan aktivitasnya masing-masing
terlebih dahulu sebelum kegiatan breseh yang juga merupakan
bagian dari tradisi gugur gunung dilaksanakan. Mayoritas waraga
Dusun Kalisari ini ialah petani, sehingga mereka pulang untuk
ngarit atau memberi makan hewan ternak. Warga yang tidak
memiliki hewan ternak mengisi waktunya untuk pergi kesawah,
bersih-bersih rumah, atau hanya sekedar istirahat. Disitu toleransi
warga sangat tinggi, warga saling menghormati aktifitas masing-
masing. Kegiatan ini dilaksanakan warga sampai sebelum dhuhur.
Tradisi gugur gunung yang merupakan kegiatan tahunan ini
sangat dinanti-natikan oleh warga Dusun Kalisari, karena dengan
adanya kegiatan ini maka pertanda bahwa musim penghujan akan
tiba. Warga pun sangat antusias dan tidak merasa terbebani sama
sekali dengan kegiatan ini sehingga warga masih banyak yang ikut
serta dalam kegiatan gugur gunung yang selanjutnya yaitu breseh.
Kegiatan breseh ini merupakan kegiatan bersih-bersih di makam
setempat. Warga berangkat ke makam setelah dhuhur dengan
membawa berbagai peralatan seperti yang dibawa saat melakukan
susruk seperti cangkul, sabit, sapu dan lain-lain. Namun
perbedaannya, saat kegiatan susruk warga membawa minuman dan
makanan berupa wedhangandan megono tetapi saat kegiatan
breseh warga tidak membawanya.
Rasa ikhlas dan semangat warga diuji pada kegiatan ini,
sebab pada saat itu tentunya cuaca sangat panas, sedangkan untuk
pergi kemakam harus melewati hamparan sawah yang panasnya
menyengat dikulit.
Kegiatan breseh ini diawali dengan berdoa dan tahlil yang
dipimpin oleh tokoh agama setempat. Tujuannya ialah untuk
mengirim para leluhur dan saudara yang sudah mendahului
mereka. Mereka memanjatkan doa dan tahlil untuk memintakan
ampunan kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahan mereka serta
agar segala kebaikan dapat diterima oleh-Nya. Rangkaian kegiatan
dari breseh selanjutnya ialah membersihkan dan merapikan tatanan
makam dengan peralatan yang telah dibawa. Rasa capek sudah
merupakan hal yang wajar setelah melakukan kegiatan seharian.
Setalah selesai, warga pulang ke rumah masing-masing dengan
penuh harapan akan datangnya musim penghujan.
B. Persepsi Masyarakat Dusun Kalisari Terhadap Tradisi Gugur
Gunung
Masyarakat memandang gugur gunung sebagai tradisi yang
turun-temurun dari nenek moyang mereka yang dianggap perlu untuk
dilestarikan. Tradisi ini bukan sekedar tradisi belaka, akan tetapi
masyarakat juga menaruh harapan dibalik terlaksanakannya tradisi ini
yaitu harapan akan mendapatkan keberkahan setelah datangnya musim
penghujan. Hal pokok dalam pelaksanaan gugur gunung ialah
membuat saluran air sebagai persiapan sebelum musim penghujan
datang. Saluran air ini digunakan untuk mengairi sawah mereka, di
samping juga untuk kebutuhan sehari-hari. Selain membuat saluran air
masyarakat juga berdoa secara bersama-sama sebagai bentuk
penghambaan diri kepada Allah SWT, sebab masyarakat sadar bahwa
sebagai manusia harus berusaha yang dalam tradisi gugur ini nampak
usaha mereka ialah susruk dan breseh. Masyarakat sangat antusias dan
memiliki minat serta semangat yang tinggi dalam melaksanakan tradisi
ini meskipun dapat dikatakan tradisi ini hanya dilakukan sekali dalam
setahun. Mereka dengan senang hati mengikuti kegiatan ini dan
mengesampingkan kepentingan pribadi masing-masing.
Masyarakat juga menganggap tradisi ini sebagai wadah untuk
lebih mempererat tali persaudaraan dan persatuan di antara mereka.
Persaudaraan dan persatuan sangat penting karena mereka mengakui
bahwa manusia tidak bisa tanpa bantuan orang lain. Apalagi di
lingkungan desa maupun dusun, masyarakat sangat menjaga sekali rasa
persaudaraan di antara mereka sehingga dengan adanya tradisi rutin ini
mereka sangat mendukung sekali. Bentuk dukungan masyarakat dalam
terlaksananya kegiatan ini banyak sekali, di antaranya kesediaan
mereka meluangkan waktu untuk ikut serta dalam kegiatan ini sampai
selesai, melaksanakan seluruh rangkaian acara dari kegiatan ini secara
gotong-royong dan saling membantu satu sama lain. Dukungan lain
yaitu dari para ibu yaitu dengan senang hati bershodaqoh dengan
memberikan minuman, makanan kecil maupun makanan besar
meskipun warga telah membawa bekal masing-masing. Para ibu juga
merasakan antusias para bapak meskipun mereka tidak terjun secara
langsung dalam tradisi gugur gunung ini.
Masyarakat memiliki harapan agar tradisi luhur ini dapat terus
dilaksanakan karena banyak sekali nilai yang dapat dipetik dan
manfaat yang dapat dirasakan, seperti meningkatkan tali persaudaraan,
melatih keikhlasan dan semangat gotong royong. Akan tetapi, mereka
juga sadar bahwa kegiatan tersebut dapat terkikis seiring dengan
perkembangan zaman. Teknologi yang semakin berkembang pesat
pastinya juga akan berdampak pada kehidupan masyarakat. Jika
dampak itu bersifat positif, seperti perbaikan saluran air yang
permanen serta tercukupinya air bagi Dusun Kalisari maka masyarakat
juga akan menanggapinya dengan senang. Mereka tidak khawatir lagi
dengan sawahnya saat musim kemarau, mereka juga dapat mengolah
sawahnya dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meskipun demikian,
nilai positif yang terkandung dalam tradisi gugur gunung, seperti nilai
persatuan, persaudaraan, gotong-royong, dan lain-lain tetaplah dapat
dilestarikan meskipun dalam bentuk yang sedikit berbeda. Masyarakat
dapat membuat agenda mingguan atau bulanan untuk bekerja bakti
sehingga nilai-nilai tersebut masih dapat dirasakan dan dipetik sebagai
pembelajaran.
C. Nilai-nilai Edukatif yang Terdapat dalam Tradisi Gugur Gunung
Tradisi gugur gunung ini masih dilestarikan oleh masyarakat
Dusun Kalisari sebab mereka beranggapan tradisi ini banyak
mengandung nilai-nilai positif dan tidak melanggar norma serta syariat
agama.
1. Nilai Pendidikan Religius
a. Nilai Akidah
Nilai akidah merupakan pokok atau dasar manusia dalam
hidup dunia ini. Akidah merupakan keyakinan bahwa Allah
SWT yang berkuasa atas segala sesuatu, sehingga menjadikan
sikap taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagaimana di dalam tradisi gugur gunung ini memiliki
prosesi (tahapan) yang bernuansa islami. Nilai akidah tersebut
terletak padasaat akhir dari kegiatan susruk yaitu memanjatkan
doa kepada Allah SWT. Islam telah menganjurkan kepada umat
manusia untuk berdoa kepada Allah SWT ketika ingin meminta
sesuatu. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
al-Mu‟min ayat 60
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-
orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
Masyarakat yakin dan percaya bahwa Allah lah yang akan
menentukan segala sesuatunya meskipun mereka telah
berusaha semaksimal mungkin tapi tetap Allah juga lah yang
menentukan. Allah lah yang akan menentukan segala sesuatu di
bumi ini termasuk musim penghujan yang telah mereka nanti-
nantikan.
Kegiatan breseh juga mengandung nilai akidah, yaitu saat
warga memanjatkan doa dan tahlil kepada leluhur dan saudara
yang telah mendahului mereka. Warga yakin bahwa setiap
orang pasti akan mengalami kematian. Mereka juga meyakini
bahwa kehidupan setelah di dunia bersifat kekal. Begitu juga
keyakinan akan adanya siksa kubur dan balasan berupa surga
ataupun neraka. Maka dari itu lah mereka memanjatkan doa
dan tahlil yang bertujuan memintakan ampun kepada Allah
SWT atas dosa-dosa dan kesalahan leluhur mereka, serta
meminta agar kebaikan mereka diterima di sisi-Nya.
Rangkaian doa mereka juga dipanjatkan untuk ketentraman
hidup mereka masing-masing, sebab orang hidup pasti tidak
luput dari masalah-masalah. Mereka berserah diri kepada Allah
SWT. Meningkatkan iman kepada allah dan percaya akan
datangnya kematian merupakan salah satu manfaat dari tradisi
ini. Selesai tradisi dilaksanakan masyarakat yang tersentuh
hatinya dan sadar akan datangnya kematian maka mereka akan
lebih meningkatkan ibadah mereka.
b. Nilai Ibadah
Syariah mengatur hidup manusia sebagai hamba Allah agar
tunduk dan taat kepada-Nya, dengan melaksanakan segala
perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini
dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya
telah diatur oleh syariat Islam. Secara umum ibadah berarti
mencakup semua perilaku dalam aspek kehidupan manusia
yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Nilai ibadah yang terkandung dalam tradisi ini di antaranya
niat. Niat merupakan hal pokok dalam setiap perbuatan.
Apabila perbuatan dilandasi dengan niat yang benar, maka
perbuatan tersebut bernilai ibadah. Niat dilihat dari
implementasi pelaksanaan tradisi gugur gunung, terletak pada
semangat mereka dalam mengerjakan setiap rangkaian gugur
gunung. Nilai ibadah lain seperti shodaqoh dalam tradisi ini
juga bernilai ibadah. Bentuk shodaqoh ini tampak jelas ketika
warga saling berbagi bekal atau makanan dan memberi pada
yang tidak membawa.
Doa dan tahlil dalam rangkaian tradisi gugur gunung yang
di dalamnya terdapat kata-kata pujian kepada Allah SWT
merupakan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah
dikaruniakan-Nya. Harapan warga dengan dilaksanakannya
tradisi ini yang disertai dengan rasa syukur menjadikan rezeki
mereka semakin berlimpah. Hal ini sebagaimana firman Allah
SWT dalam Al-Qur‟an Surat Ibrahim:7
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Ayat tersebut jelas menerangkan bahwa semakin banyak
bersyukur, maka semakin banyak pula rezeki yang akan
didapat. Begitu juga dengan masyarakat Dusun Kalisari yang
meyakini bahwa dengan ungkapan syukur maka akan
menambah keberkahan dalam rezeki mereka.
c. Nilai Akhlak
Gugur gunung dilaksanakan oleh seluruh warga Dusun
Kalisari, setiap warga merasa terpanggil untuk ikut
melaksanakanya, meskipun setiap warga sebenarnya
mempunyai acara masing-masing tetapi mereka lebih
mengutamakan kegiatan ini daripada kepentingan pribadi. Di
situlah nampak jelas bahwa masyarakat memiliki akhlak yang
mulia. Mereka mematuhi setiap arahan dari aparat desa dan
tokoh masyarakat sebagai bentuk rasa patuh, sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur‟an Surat An-Nisa‟: 59
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Nilai akhlak tampak jelas pada cara mereka menghormati
satu sama lain pada kegiatan gugur gunung meskipun
pesertanya berbaur antara orang tua dan pemuda. Mereka
terlihat harmonis dan saling membantu serta saling
menghormati pendapat. Pada saat menyantap makanan pun
mereka juga sopan dan sesuai tata krama.
d. Nilai Kemasyarakatan
Warga Dusun Kalisari semuanya beragama Islam sehingga
mereka menjunjung tinggi tali persaudaraan. Hubungan mereka
sangat erat antar warga. Hal ini terlihat dari cara mereka
bekerjasama dalam kegiatan gugur gunung. Mereka
beranggapan bahwa setiap perbuatan baik maka akan
mendapatkan kebaikan baginya. Oleh sebab itu masyarakat
sangat memelihara hubungan mereka. Islam juga
memerintahkan kepada umatnya untuk selalu bertaqwa dan
menjaga tali persaudaraan. Sehingga Islam sangat membenci
orang yang memutuskan tali persaudaraan.
2. Nilai Pendidikan Sosial
Nilai pendidikan sosial yang dapat diambil dari tradisi
gugur gunung antara lain sebagai berikut:
a. Nilai Persaudaraan
Persaudaraan atau ukhuwah terlihat jelas dalam
pelaksanaan tradisi ini. Masyarakat Dusun Kalisari mengakui
bahwa setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, mereka saling
membutuhkan satu sama lain. Melalui pelaksanaan tradisi ini,
persaudaraan di antara mereka semakin kuat. Mereka saling
bahu-membahu, bantu-membantu tanpa memperdulikan
perbedaan di antara mereka. Rasa berbagi satu sama lain pun
juga terlihat ketika salah satu di antara mereka yang tidak
membawa bekal makanan maka yang membawa akan dengan
senang hati berbagi bekal makanannya.
b. Nilai Persatuan dan Kesatuan
Tradisi gugur gunung dapat berperan dalam mempererat
persatuan dan kesatuan dan kesatuan warga Dusun Kalisari.
Persatuan dan kesatuan warga tersebut dapat dilihat dari minat
warga yang sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan ini. Mereka
juga semakin akrab dan kompak dalam melaksanakan tradisi
yang sudah turun-temurun tersebut. Warga yang biasanya sibuk
dengan urusan sehari-hari, mengingat bahwa tidak semua
warga dusun ini ialah petani,namun ada juga berprofesi sebagai
buruh pabrik, pedagang, dan lain-lain dapat berbaur dan
menjalin keakraban kembali melalui kegiatan ini.
c. Gotong-royong
Pelaksanaan tradisi ini erat sekali dengan kegiatan gotong-
royong. Tradisi ini tidak dapat dilakukan secara individu,
melainkan bekerja sama dengan yang lainnyaSebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Al-Qur‟an Surat Al-Maidah ayat 2:
...
Artinya: “... Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat
berat siksa-Nya.” (Q.S Al-Maidah: 2)
Warga bersama-sama dalam mewujudkan tujuan
mereka dalam pelaksanaan tradisi ini yaitu membuat saluran air
saat musim penghujan akan tiba. Mereka melaksanakan
tugasnya masing-masing dengan baik, saling bantu terhadap
yang lainnya demi terwujudnya harapan tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Prosesi Tradisi Gugur Gunung di Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang
Warga Dusun Kalisari masih melestarikan tradisi yang telah turun-
temurun yakni tradisi gugur gunung. Tradisi ini dilaksanakan pada hari
Minggu sebelum musim penghujan tiba. Prosesi atau tahapan yang
dilaksanakan dalam tradisi gugur gunung ialah sebagai berikut:
a. Pengumuman
Pengumuman ini biasanya disampaikan oleh aparat dusun saat
dilaksanakannya pengajian yasinan pada malam Jum‟at.
b. Pelaksanaan tradisi gugur gunung
Minggu pukul 06.30 WIB warga menuju tempat
dilaksanakannya gugur gunung dengan membawa peralatan serta
bekal berupa minuman, makanan kecil dan makanan besar.
Sesampainya di tempat, aparat desa memberikan pengarahan dan
warga pun mulai melakukan kegiatan susruk atau membuat dan
memperbaiki saluran air. kegiatan susruk ini diselingi dengan
istirahat (wolon) yang disertai dengan makan makanan kecil dan
juga makanan besar saat akhir acara. Setelah dhuhur, mereka
melaksanakan rangkaian kegiatan yang kedua yakni breseh atau
berdoa dan membersihkan serta merapikan makam.
2. Persepsi masyarakat tentang tradisi gugur gunung
Masyarakat menganggap tradisi ini sebagai wadah untuk lebih
mempererat tali persaudaraan dan persatuan di antara mereka serta
sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Masyarakat
sangat menjaga rasa persaudaraan di antara mereka sehingga dengan
adanya tradisi rutin ini mereka sangat mendukung. mereka
meluangkan waktu untuk ikut serta dalam kegiatan ini sampai selesai,
melaksanakan seluruh rangkaian acara dari kegiatan ini secara gotong-
royong.
3. Nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam tradisi gugur gunung
a. Nilai pendidikan religius
1) Nilai akidah
Serangkaian do‟a dan sholawat yang dipanjatkan dalam
tradisi gugur gunung mengandung nilai akidah sehingga
mampu meningkatkan keimanan.
2) Nilai ibadah
Nilai ibadah yang terkandung dalam tradisi ini di antaranya
niat yang benar, shodaqoh, dan doa.
3) Nilai akhlak
Masyarakat lebih mendahulukan kepentingan bersama,
selain itu dalam pelaksanaan kegiatan gugur gunung mereka
saling menghormati dan mampu memposisikan diri.
4) Nilai kemasyarakatan
Nilai kemasyarakatan tampak jelas pada cara mereka
menghormati satu sama lain pada kegiatan gugur gunung.
b. Nilai Pendidikan Sosial
1) Nilai Persaudaraan
Masyarakat Dusun Kalisari saling bahu-membahu, bantu-
membantu tanpa memperdulikan perbedaan di antara mereka..
2) Nilai Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan warga tersebut dapat dilihat dari
minat warga yang sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan ini.
Mereka juga semakin akrab dan kompak dalam melaksanakan
tradisi ini dan dapat berbaur menjalin keakraban melalui
kegiatan ini.
3) Gotong-royong
. Warga bersama-sama dalam mewujudkan tujuan mereka
dalam pelaksanaan tradisi ini yaitu membuat saluran air saat
musim penghujan akan tiba. Mereka melaksanakan tugasnya
masing-masing dengan baik, saling bantu terhadap yang
lainnya.
B. Saran
Sesuai dengan tujuan penulisan skripsi ini, penulis menaruh
harapan pada semua pihak agar dapat mengambil manfaat dari pikiran-
pikiran yang tertuang dalam skripsi ini. Terlebih bagi masyarakat Dusun
Kalisari dan aparat Dusun Kalisari.
1. Bagi masyarakat Dusun Kalisari
Masyarakat Dusun Kalisari merupakan pelaku utama dalam tradisi
gugur gunung ini, mereka juga yang merasakan langsung manfaat dari
tradisi ini, sehingga diharapkan untuk selalu menjaga dan
melestarikan tradisi ini.
2. Bagi aparat Dusun Kalisari
Aparat dusun sebagai wakil masyarakat untuk dapat
meningkatkan sarana prasarana untuk menunjang kegiatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Acmadi., Noor Salimi. 1991. MKDU Dasar-dasar Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ainusysyam, Fadlil Yani. 2007. Pendidikan Akhlak. Dalam Ali, M.,
Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, W (Penyunting). Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta. Cetakan ke-14.
Hawwa, Sa‟id. 2006. Pendidikan Spiritual. Jogjakarta: Mitra Pustaka.
Ishomuddin. 2002. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.
Yogyakarta: LKIS.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mubaraq, Zulfi. 2010. Sosiologi Agama. Malang: UIN Maliki Press.
Cetakan ke-1.
Murshafi, Muhammad Ali. 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan
Berbakti. Surakarta: Ziyad Visi Media.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif (Upaya
Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam).
Yogyakarta: Pustaka Press.
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Persada
Media Group.
Purwadi dkk. 2005. Ensiklopedi Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Bina
Media. Cetakan ke-1.
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi ketiga.
Qardhawi, Yusuf. 2003. Masyarakat Berbasis Syariat Islam Akidah,
Ibadah, Akhlak. Solo: Era Intermedia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian (Kajian Budaya dan
Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Rianse, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Alfabeta.
Roqib, Moh. 2007. Harmoni dalam Budaya Jawa (Dimensi Edukasi dan
Keadilan Gender). Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press &
Pustaka Pelajar.
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta: Nimas Multima.
Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Sauri, Sofyan., Achmad Hufad. 2007. Pendidikan Nilai. Dalam Ali, M.,
Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, W (Penyunting). Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Simuh. 2003. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa. Jakarta: Teraju.
Soyomukti, Nurani. 2010. Pendidikan Berprespektif Globalisasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cetakan ketiga.
Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sujanto, Agus. 1983. Psikologi Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukanto. 1994. Dinamika Islam dan Humaniora. Indika Press.
Suprayogo, Imam., Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Supriyatno, Triyo. 2009. Humanitas-Spiritual dalam Pendidikan. Malang:
UIN Malang Press. Cetakan ke-1.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. Cetakan ke-1.
Syarbaini, Syahrial. 2012. Pendidikan Pancasila: Implementasi Nilai-nilai
Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia. Cetakan ke-5.
kbbi.web.id (diakses tanggal 5 Mei 2015 pukul 10.05 WIB)
http://contohpengertian.blogspot.com/2013/09/pengertian-gugur-
gunung.html (diakses tanggal 8 Agustus 2015 pukul 11.23 WIB)
http://contohpengertian.blogspot.com/2013/09/pengertiangugurgunung.ht
ml (diakses tanggal 8 Agustus pukul 12.50 WIB)
http://www.biennalejogja.org/2011/berit/2011/gugur-gunung-gotong-
royong-dan-jamming/ (diakses tanggal 8 Agustus 2015 pukul 13.15
WIB)
http://gemintang.com/kisah-sukses-motivasi-inspirasi/mengenal-budaya-
gugur-gunung-asal-tanah-jawa/ (diakses tanggal 8 Agustus pukul
14.05 WIB)
http://jambuwervile.blogspot.com/2012/11/gugur-gunung-geraan-tradisi-
membangun.html (diakses tanggal8 Agustus 2015 pukul 14.37
WIB)
TRANSKIP WAWANCARA
1. Nama informan : Basori
Jabatan : Aparat dusun (Ketua RT Kauman Dusun Kalisari)
Umur : 42 tahun
Tanggal wawancara : 01 September 2015 pukul 09.00 WIB
X : Apa arti gugur gunung itu?
Y : Kegiatan masyarakat desa yang hampir sama dengan kerja
baktigotong royong yang dilakukan secara bersma-sama tanpa
bayaran dan waktunya telah ditentukan.
X : Kapan dilaksanakannya kegiatan gugur gunung?
Y : Waktunya itu menjelang musim penghujan. Kalau harinya itu hari
Minggu.
X : Adakah alasan pemilihan hari Minggu tersebut?
Y : Alasan memilih hari Minggu karena warga yang kantoran kan
libur jadi tidak membebani mereka dan warga dapat bersama-sama
secara serentak.
X : Untuk prosesinya itu bagaimana?
Y : Warga berangkat pagi pukul 06.30 atau setelah mendengar woro-
woro dari ketua RT lewat speaker masjid atau musola. Setelah
sampai tempat gugur gunung warga berkumpul kemudian pak RT
dan aparat dusun lainnya memberikan arahan, setelah itu baru
mengerjakannya. Warga nanti istirahat sekitar pukul delapan terus
dilanjutkan lagi sampai selesai.
X : Berarti ketika acara selesai apakah warga langsung pulang?
Y : Ya tidak, warga kan tadi membawa bekal berupa makanan besar
atau megono yang dimakan dulu bersama-sama. Setelah berdoa
bersama baru pulang. Oh ya lupa. Warga setelah pulang
menyelesaikan pekerjaan rumah. Ba‟da dhuhur setelah berjamaah
warga berangkat lagi ke makam, itu namanya breseh.
2. Nama narasumber : Bahrodin
Jabatan : Sesepuh Dusun Kalisari
Umur : 58 tahun
Tanggal wawancara : 01 September 2015 pukul 11.00 WIB
X : Gugur gunung itu apa artinya?
Y : Gugur gunung itu ialah suatu tradisi yang dilakukan bersama-
sama guna mempererat kerukunan.
X : Kenapa dinamakan gugur gunung?
Y : Karena nama gugur gunung yang berarti gugur itu runtuh dan
gunung adalah sesuatu yang besar. Jadi, gugur gunung itu adalah
menyelesaikan pekerjaan yang sangat banyak atau besar secara
bersama-sama.
X : Untuk waktunya itu dilakukan kapan pak?
Y : Waktunya biasanya hari Ahad dan sudah ditentukan sebelumnya.
X : Apakah semua warga ikut melakukan?
Y : Ya ikut, mereka itu merasa enteng untuk melaksanakannya.
Meskipun tidak dibayar, mereka tetap berangkat.
X : Kalau gugur gunung itu awal mulanya bagaimana?
Y : Kalau dulu-dulunya itu gugur gunung tidak tahu, tapi sudah ada
sejak saya lahir dan sampai sekarang masih dilakukan.
X : Rangkaian acara dari gugur gunung itu bagaimana?
Y : Kalau rangkaiannya ya berangkat kesana, terus di sana nanti kan
ada arahan. Nanti tinggal ikuti arahannya saja dari ketua RT atau
pemimpin.
3. Nama narasumber : Mahmud
Jabatan : Aparat dusun (Ketua RW 07 Dusun Kalisari)
Umur : 54 tahun
Tanggal wawancara : 01 September 2015 pukul 14.00 WIB
X : Pak, sejarah gugur gunung itu seperti apa?
Y : Sejarahnya itu dulu-dulunya gugur gunung itu sudah ada sejak
dulu.
X : Gugur gunung itu sendiri artinya apa menurut bapak?
Y : Gugur gunung itu semacam kegiatan kerja bakti yang sudah
mentradisi sejak dulu.
X : Apa tujuannya pak?
Y : Tujuan utamanya ialah untuk memelihara kerukunan antar warga.
X : Di dalam gugur gunung itu kegiatan utamanya apa pak?
Y : Kegiatan utamanya itu susruk dan breseh.
X : Susruk dan breseh itu maksudnya apa pak?
Y : Susruk itu membuat jalan air ke desa biar air bisa masuk desa
yang nantinya mengalir ke sawah dan ladang untuk mengairi
tanaman yang ditanam. Kalau breseh itu bersih-bersih makam yang
dilanjutkan doa dan tahlilan
4. Nama narasumber : Muhajir
Jabatan : Sesepuh Dusun Kalisari
Umur : 72 tahun
Tanggal wawancara : 01 September 2015 pukul 15.30 WIB
X : Apa itu gugur gunung mbah?
Y : Gugur gunung itu gotong-royong warga membersihkan wangang
dan kuburan. Ada ngajinya, terus juga ada makan-makan.
X : Kapan waktu dilaksanakannya mbah?
Y : Waktunya pas menjelang musim laboh. Itu setahun sekali.
X : Kalau harinya hari apa mbah?
Y : Hari Ahad setelah musim kemarau berakhir.
X : Rangakaian kegiatan gugur gunung itu seperti apa mbah?
Y : Rangakaian yang pertama itu pengumuman di yasinan, lalu hari
Minggu pagi-pagi warga berangkat sambil mengajak yang lain
secara gethok tular. Kalau sekarang sudah ada speaker ya pakai
speaker pak RT mengajaknya. Nanti warga berkumpul di
bendungan. Terus nanti bersih-bersih dan ada acara makan bareng,
ngaji juga.
X : Acaranya itu selesai di benudungan itu mbah?
Y : Tidak. Ba‟da dhuhur giliran breseh di makam, ada tahlilan juga.
X : Sebenarnya asal mula tradisi gugur gunung itu bagaimana mbah?
Y : Sejarah gugur gunung itu bermula dari musim kemarau yang
panjang sehingga para petani tidak bisa laboh atau menanami
sawahnya. Di sini kan mayoritas warganya berprofesi sebagai
petani. Jadi, jika musim kemarau datang mereka tidak memiliki
hasil panen untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena sawah
mereka yang tidak bisa dialiri air. Kemudian mereka berfikir keras
tentang keadaan tersebut. Mereka melakukan shalat istisqa‟
bersama-sama. Pada hari berikutnya salah satu tokoh masyarakat di
dusun tersebut menyuruh mereka untuk membuat saluran air guna
mempersiapkan datangnya musim penghujan. Kegiatan in
dinamakan susruk yang dilanjutkan dengan berdoa bersama serta
merapikan dan membersihkan makam setempat. Kegiatan ini
dinamakan breseh. Jadi sejarah atau asal mula tradisi gugur gunung
itu seperti itu, dan sampai sekarang kegiatan tersebut menjadi
sebuah tradisi yang terus dilakukan sampai sekarang.
X : Makna yang terkandung dalam kegiatan gugur gunung yang
sudah mentradisi ini apa mbah?
Y : Yang jelas dengan adanya kegiatan ini warga menjadi lebih akrab
satu sama lain karena baik yang tua maupun muda dapat berbaur
dalam kegiatan ini. Rasa persaudaraan juga dapat terjalin di sini.
5. Nama narasumber : Suparman
Jabatan : Warga Dusun Kalisari
Umur : 35 tahun
Tanggal wawancara : 01 September 2015 pukul 17.00 WIB
X : Apa maksud gugur gunung itu pak?
Y : Gugur gunung itu bersih-bersih desa
X : Bersih-bersih desa yang seperti apa?
Y : Membersihkan saluran air dan kuburan. Tidak C\cuma bersih-
bersih tetapi ada ngaji juga untuk mendoakan yang sudah
meninggal dan mohon ketentraman hidup. Terus juga ada acara
makan-makan. Intinya rame-rame gitu.
X : Waktu dilaksanakanna itu setiap apa?
Y : Waktunya itu biasanya pas mulai musim penghujan yang
nantinya masyarakat membuat saluran air ke sawah untuk laboh.
Soalnya di sini itu tanahnya banyak yang kering.
X : Bagaimana sikap bapak terhadap gugur gunung?
Y : Kalau saya mendukung kegiatan ini, bagaimanapun saya tetap
ikut soalnya banyak manfaat yang diperoleh. Lagi pula kalau tidak
ikut nanti akan rikuh atau tidak enak perasaannya terhadap yang
lain. Nanti di sana juga menjadi bahan omongan misalnya saya
tidak ikut malah mementingkan kepentingan pribadi.
X : Bagaimana rangkaian acaranya?
Y : Rangakaiannya yang pertama pasti pengumuman oleh pak RT
dan warga berangkat ke bendungan. Nanti di sana ada arahan dari
pak RT. Di sana juga ada makan-makan pas istirahat. Setelah habis
dhuhur juga ada acara di makam, bersih-bersih dan ngaji juga.
6. Nama narasumber : Qodri
Jabatan : Tokoh masyarakat Dusun Kalisari
Umur : 57 tahun
Tanggal wawancara : 02 September 2015 pukul 13.00 WIB
X : Kegiatan gugur gunung itu sebenarnya apa pak?
Y : Gugur gunung itu hampir sama dengan kegiatan gotong-royong
atau kerja bakti. Tetapi, kegiatan gugur gunung ini hanya
dilakukan sekali selama setahun yakni saat akan datangnya musim
penghujan.
X : Kenapa hanya dilakukan sekali dalam setahun?
Y : Hanya dilakukan satu kali sebelum datangnya musim penghujan
karena inti kegiatan ini ialah membuat saluran air untuk persiapan
datangnya air saat musim hujan. Masyarakat di sini kan hampir
semuanya petani, jadi mereka butuh sekali air untuk mengairi
sawahnya apalagi saat musim kemarau yang panjang. Kalau tidak
ada air mereka tidak akan dapat memanen hasil sawahnya.
X : Biasanya dilakukan hari apa kegiatan gugur gunung tersebut?
Y : Hari Minggu pagi sekitar jam 06.30 WIB kegiatan ini dilakukan.
Tapi, sebelumnya saat ada yasinan pada malam Jum‟at diumumkan
terlebih dulu biar semua warga bisa berangkat.
X : Mengapa memilih hari Minggu pak? Apakah ada maksud
pemilihan hari itu?
Y : Pemilihan hari Minggu ini agar semua warga Dusun Kalisari yang
lelaki dapat mengikuti kegiatan ini, tidak hanya yang sudah tua
saja tetapi juga yang muda pun ikut serta. Kalau hari Minggu kan
hampir semua warga libur kerja, karena ada warga yang juga kerja
kantoran maupun di pabrik.
X : Makna yang terkandung dalam tradisi ini apa?
Y : Tradisi gugur gunung ini sebagai lambang pirukunan dan
persatuan antar warga. Selain itu, ada makna lain yang dapat
dipetik yakni bila kegiatan ini dilakukan dengan niat yang tulus
ikhlas maka akan mendapat pahala dan dianggap sebagai ibadah,
karena inti kegiatan ini ialah bersih-bersih. Sedangkan dalam Islam
kebersihan merupakan anjuran dari Rasulullah SAW.
7. Nama narasumber : Ismanto
Jabatan : Warga Dusun Kalisari
Umur : 40 tahun
Tanggal wawancara : 02 September 2015 pukul 16.00 WIB
X : Arti dari gugur gunung menurut bapak seperti apa?
Y : Gugur gunung itu gotong-royong membersihkan wangang dan
membuat saluran air untuk dialirkan ke sawah. Biasanya yang
melaksanakan itu para bapak dan anak remaja laki-laki. Tidak
hanya membersihkan dan membuat saluran air, tetapi juga ada
ngaji dan bersih-bersih di makam. Warga juga membawa bekal
makanan dan peralatan yang dibutuhkan seperti cangkul, sapu,
sabit dan lain sebagainya.
X : Sejarah atau asal mula gugur gunung itu bagaimana pak?
Y : Lebih jelasnya saya kurang tahu, tetapi kegiatan ini sudah ada dan
dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang. Sejak saya
kecil pun kegiatan ini sudah dilakukan.
X : Kapan dilaksanakan kegiatan ini?
Y : Hari Minggu sebelum datangnya musim penghujan. Biasanya ada
pengumuman terlebih dahulu waktu yasinan malam Jum‟at. Nanti
pada hari Minggunya ada woro-woro lagi dari ketua RT agar warga
segera berkumpul ke bendungan.
X : Apa makna dibalik kegiatan ini yang bapak rasakan?
Y : Saya merasa senang sekali dengan adanya kegiatan ini, banyak
sekali manfaat yang dapat diambil. Dengan pembuatan saluran air
ini, sawah warga pasti tidak akan mengalami kekeringan karena
dapat memanfaatkan air yang datang saat musim penghujan. Kalau
makna yang terkandung dalam kegiatan ini, warga dapat
memanfaatkan kesempatan ini untuk bershodaqoh dengan
memberikan makanan dan minuman, karena tidak semua warga
membawa sendiri bekal makanan itu. Sehingga warga lain yang
membawa dapat berbagi makanan dan minuman mereka. Tradisi
ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghormati,
karena ketika dalam pelaksanaan kegiatan ini baik yang tua
maupun muda berkumpul menjad satu. Meskipun demikian,
mereka tetap menjaga sikap dan saling menghormati satu sama
lain.
8. Nama narasumber : Iswari
Jabatan : Warga Dusun Kalisari
Umur : 35 tahun
Tanggal wawancara : 03 September 2015 pukul 08.30 WIB
X : Menurut bapak, gugur gunung itu apa?
Y : Ya kalau menurut saya gugur gunung itu kegiatan tahunan untuk
menyambut datangnya musim air atau musim penghujan.
X : Kalau intinya dari kegiatan gugur gunung itu apa pak?
Y : Intinya yaitu bersih-bersih dan doa-doa yang intinya sebagai
tanda syukur kepada Allah SWT.
X : Waktu dilaksanakannya itu kapan?
Y : Nunggu pengumuman, nanti biasanya dari ketua RT
mengumumkan di acara yasinan. Biasanya hari Minggu
dilaksanakannya kegiatan itu.
X : Apakah semua warga ikut?
Y : Ya ikut, tapi yang ibu-ibu di rumah. Biasanya di sana berbaur tua
muda semua ikut. Kecuali orang yang merantau.
X : Kalau sejarah dari gugur gunung itu apa pak?
Y : Itu sudah ada sejak saya lahir. Mungkin dulu dari pepunden desa.
9. Nama narasumber : Isrofi
Jabatan : Aparat dusun (Ketua RT 07 Dusun Kalisari)
Umur : 43 tahun
Tanggal wawancara : 03 September 2015 pukul 11.00 WIB
X : Apa sebenarnya tradisi gugur gunung itu pak?
Y : Tradisi gugur gunung itu kegiatan gotong-royong yang dilakukan
oleh warga dengan membuat saluran air ke desa yang nantinya
akan dialirkan ke sawah. Selain itu, juga bersih-bersih di makam
serta tahlilan untuk mendoakan saudara yang sudah mendahului
kita.
X : Waktu dilaksanakannya tradisi ini kapan pak?
Y : Hari Minggu pagi sebelum musim penghujan tiba
X : Lalu rangkaian acara dalam tradisi gugur gunung secara terinci itu
seperti apa pak?
Y : Ysng pertama pasti ada pengumuman dulu,pengumuman ini
dilaksanakan pada malam Jum‟at saat diadakannya acara rutin
yasinan karena pada saat itulah warga berkumpul. Hari Minggu
pagi pukul 06.30 WIB warga berangkat ke bendungan dengan
membawa peralatan susruk (sabit,cangkul,ember,tampah, dll)
sebagian dari mereka membawa megono serta makanan dan
minuman. Aparat desa memberikan pengarahan setelah semua
warga telah tiba di bendungan. Kemudian semua warga mulai
mengerjakan apa yang telah diarahkan oleh aparat desa. Sekitar
pukul 08.00 WIB ada kegiatan yang biasa dinsebut wolonoleh
warga, wolon ini ialah istirahat yang disertai dengan minum dan
makan wedanganatau makan kecil seperti tahu susur, gethuk,
ketan dan krupuk. Setelah wolon selesai, warga melanjutkan
kegiatan susruksampai pukul 10.00 WIB. Kegiatan selanjutnya
yaitu warga makan megono yang disertai dengan doa yang
dipimpin oleh tokoh agama.Warga pulang untuk “ngarit”atau
memberi makan ternak mereka. Setelah dhuhur, mereka berangkat
lagi dengan membawa peralatan untuk melakukan kegiatan
bresehdi makam. Mereka lalu berdoa dan melakukan tahlil yang
dipimpin oleh tokoh agama kemudian membersihkan makam.
Warga pulang dan kegiatan gugur gunung ini selesai.
X : Makna yang terkandung dibalik kegiatan gugur gunung ini apa?
Y : Saya sebagai ketua RT merasa dengan adanya kegiatan gugur
gunung ini sangat senang sekali. Warga menjadi lebih rukun dan
rasa persaudaraan di antara warga maupun dengan aparat dusun
juga semakin terjalin.
10. Nama narasumber : Nastain
Jabatan : Tokoh masyarakat Dusun Kalisari
Umur : 48 tahun
Tanggal wawancara : 03 September 2015 pukul 14.30 WIB
X : Menurut bapak, tradisi gugur gunung itu apa?
Y : Tradisi gugur gunung itu erat kaitannya dengan gotong-royong
yang dilakukan secara bersama-sama di Dusun Kalisari ini.
X : Kapan waktu pelaksanaannya?
Y : Kegiatan ini hanya dilakukan satu kali, yaitu saat akan tibanya
musim penghujan. Inti dari kegiatan ini sebenarnya ialah
pembuatan saluran air atau wangang untuk menyambut datangnya
air saat musim penghujan yang akan dialirkan ke sawah warga
dusun ini.
X : Apakah hanya pembuatan saluran air saja pak dalam tradisi ini?
Y : Tidak, selain pembuatan saluran air juga dilakukan bersih-bersih
makam juga. Ada tahlilan dan doa bersama yang dipimpin oleh
tokoh agama. Bahkan ada acara makan bersama di mana warga
telah membawa sendiri bekal mereka.
X : Apakah semua warga turut serta dalam kegiatan ini?
Y : Tentu saja, karena kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu di
mana warga yang bekerja kantoran maupun pabrik dapat turut
serta. Mereka juga telah mendapat pengumuman sebelumnya yakni
saat yasinan malam Jum‟at sehingga warga sudah mempersiapkan
diri sebelumnya. Antusias warga juga sangat terasa, mereka dapat
bekerja sama dalam terlaksananya kegiatan ini.
X : Apa makna yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi yang
sudah ada sejak turun-temurun ini?
Y : Yang jelas dengan adanya tradisi ini kebutuhan air untuk sawah
warga dapat teratasi. Makna penting yakni rasa persatuan dan
persaudaraan semakin terjalin antar warga. Kegiatan ini dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme bagi warga karena kegiatan
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Bayu Setiawan
2. Tempat dan Tanggal lahir : Kab. Magelang, 14 November 1993
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Kalisari RT: 007 RW: 003, Ngadirejo,
Tegalrejo, Magelang
7. Riwayat Pendidikan :
a. RA Ngadirejo II Tahun 1997-1999
b. MI Yakti Dawung Tahun 1999-2005
c. MTs Yakti Tegalrejo Tahun 2005-2008
d. SMA Ibrahimy I Sukorejo Tahun 2008-2011
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benamya.
Salatiga, 12 Sepetember 2015
Penulis
Bayu Setiawan
Nim: 111 11 171
8. Pengalaman organisasi :
a. Anggota FKWAMA Tahun 2011
b. Anggota Wushu Putera Nusantara Tahun 2012-
sekarang
c. Anggota PERPEKA Tahun 2011-
sekarang