NERACA PEMBAYARAN INDONESIA:Perkembangan, Arah Kebijakan, dan Prospek
DR. Endy Dwi TjahjonoKepala Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan
Statistik - Departemen Statistik
DISAJIKAN PADA ACARAEVALUASI KURIKULUM DAN TRAINING FOR TRAINERS PENGAYAAN KEBANKSENTRALAN
YOGYAKARTA, 20 MARET 2014
2 AGENDA
I. Teori Keseimbangan Eksternal
II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia
IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan
V. Prospek dan Arah Kebijakan
3I. Teori Keseimbangan Eksternal
+
Transaksi berjalan ditentukan oleh level disposable income dan besarnya konsumsi.
Di sisi lain, kondisi transaksi berjalan merupakan hasil dari saving-investment gap yang terjadi pada sektor swasta dan pemerintah.
Transaksi berjalan akan defisit bila konsumsi lebih tinggi dari disposable income atau level investasi melebihi tabungan.
4II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
020406080100120
-15-10
-505
1015
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
*
Q2
*
Q3
*
Q4
**
2010 2011 2012* 2013
Indonesia's Balance of Payments
Curr. Account Cap & Fin. AccountOverall Balance Reserve Assets (RHS)
billion USD billion USD
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pd Tw. IV’13 kembali mencatat surplus $4,4 miliar setelah selama tiga triwulan sebelumnya mengalami defisit.
Perbaikan ini disumbang oleh penurunan tajam pada defisit transaksi berjalan menjadi $4,0 miliar (1,98% PDB) dari sebelumnya $8,5 miliar (3,85% PDB) dan surplus transaksi modal & finansial yg meningkat menjadi sebesar $9,2 miliar.
Dengan perkembangan tsb, cadangan devisa meningkat dari $95,7 miliar pd akhir Sept’13 menjadi $99,4 miliar pd akhir Des’13, setara dgn 5,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
5II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Penurunan defisit transaksi berjalan pd Tw. IV’13 terutama didukung oleh naiknya surplus neraca perdagangan barang.
Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat krn ekspor nonmigas mulai tumbuh positif (3,8% yoy) seiring pemulihan ekonomi global dan koreksi harga komoditas yg semakin terbatas. Sementara itu, impor nonmigas terkontraksi (6,6% yoy) sejalan dg moderasi perekonomian domestik dan depresiasi rupiah.
Defisit neraca perdagangan migas menyempit akibat turunnya impor migas di saat ekspor migas masih tumbuh positif.
-15
-10
-5
0
5
10
15
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1*
Q2*
Q3*
Q4*
*
2010 2011 2012* 2013
Current Account
Goods Services Income Curr. Transfers Curr. Account
billion USD
Transaksi Berjalan & Komponennya
Transaksi Berjalan & Neraca Perdagangan Nonmigas Neraca Perdagangan Migas
-4-3-2-101234
-15
-10
-5
0
5
10
15
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1*
Q2*
Q3*
Q4*
*
2010 2011 2012* 2013
Oil & Gas Trade Balance
Imports Exports OG Trade Balance (RHS)
billion USD billion USD
-50-40-30-20-1001020304050
-3-113579
111315
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1*
Q2*
Q3*
Q4*
*
2010 2011 2012* 2013
Non-Oil & Gas Trade Balance
NOG Trade Balance NOG exports (RHS) NOG imports (RHS)
billion USD %, y.o.y
6II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Setelah sejak Tw. II’12 terus terkontraksi, ekspor nonmigas Tw. IV’13 tumbuh 3,8% (yoy), didorong oleh peningkatan permintaan ekspor.
Di sisi lain, harga komoditas relatif lebih baik dibanding triwulan sebelumnya, meski masih mengalami penurunan.
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013
Ekspor Total
Nominal
Riil
%, y.o.y
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013
Produk Primer
Nominal
Riil
%, y.o.y
-15.0-10.0
-5.00.05.0
10.015.020.025.030.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013
Produk Manufaktur
Nominal
Riil
%, y.o.y
7II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Perkembangan Ekspor 10 Komoditas Utama Nonmigas
Volume ekspor 10 komoditas utama pd Tw. IV’13 tumbuh positif terutama dipengaruhi oleh naiknya permintaan ekspor minyak nabati, alat listrik, karet dan kayu olahan, serta TPT.
Turunnya permintaan batubara dan harga komoditas yg masih tumbuh negatif menahan perbaikan kinerja ekspor komoditas utama nonmigas lebih lanjut.
2012 2012 2012
1. Batubara 16.2 -2.5 -7.3 -8.7 -2.5 -9.6 -7.2 7.9 12.4 14.8 20.9 -0.2 11.6 -9.6 -17.5 -20.4 -19.3 -9.4 -16.9
2. Minyak Nabati 12.3 -2.2 -14.2 8.3 -29.0 6.5 -8.5 8.4 -1.2 27.1 -13.4 3.0 3.1 -9.8 -13.1 -14.8 -18.0 3.4 -11.2
3. Tekstil dan Produk Tekstil 8.5 -6.3 -0.3 2.8 3.5 2.4 2.1 -3.4 2.1 4.7 4.5 4.2 3.9 -3.0 -2.3 -1.8 -1.0 -1.8 -1.7
4. Alat Listrik, Ukur, Fotografi, dll 7.1 -3.4 -3.8 -3.9 -5.8 -2.4 -4.0 -0.2 6.1 13.0 11.6 20.7 12.5 -3.2 -9.4 -15.0 -15.6 -19.2 -14.7
5. Karet Olahan 6.2 -26.6 -6.1 -22.0 -8.7 -0.3 -10.2 -18.7 0.9 -15.0 -0.5 7.8 -2.7 -9.7 -7.0 -8.2 -8.2 -7.5 -7.7
6. Barang dari Logam Tdk Mulia 5.8 -21.5 -9.5 2.6 -13.6 -8.1 -7.2 -12.0 -4.9 7.4 -13.1 -10.0 -5.3 -10.8 -4.7 -4.5 -0.5 2.1 -2.0
7. Makanan Olahan 3.6 7.2 -4.2 9.3 9.6 7.6 5.5 9.8 -1.8 7.7 4.1 -1.0 2.3 -2.3 -2.5 1.5 5.2 8.6 3.2
8. Kertas dan Barang dari Kertas 2.5 -5.2 -8.0 -6.4 -7.0 0.7 -5.3 -9.5 -9.3 -9.0 -10.1 -4.3 -8.2 4.8 1.5 2.9 3.4 5.2 3.2
9. Kayu Olahan 2.3 2.8 -6.1 8.1 7.1 11.0 5.0 8.3 0.8 18.0 14.7 18.2 12.9 -5.1 -6.8 -8.4 -6.7 -6.1 -7.0
10. Produk Kimia 2.3 -21.9 -1.6 -7.5 -10.2 4.7 -3.7 -18.3 -0.5 -6.3 -11.8 1.4 -4.3 -4.4 -1.2 -1.3 1.8 3.3 0.6
Total 10 Komoditas 66.9 -8.2 -7.2 -3.2 -9.0 -1.1 -5.1 -2.6 -0.3 5.0 -2.2 0.9 0.9 -5.8 -7.0 -7.8 -7.0 -2.0 -6.0
*) data sementara **) data sangat sementara
Riil
2013**
Indeks Harga
Tw. IV**
2013**
Tw. III*Tw. I
Rincian
TOTAL
Pangsa (%)
2013**
Nominal
2013**
TOTALTw. II Tw. II Tw. III*Tw. I Tw. IV** TOTAL
Pertumbuhan Tahunan (%, yoy)
Tw. II Tw. III*TOTALTw. IV** TOTAL Tw. ITOTAL
8II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Perkembangan Ekspor Nonmigas ke 10 Negara Tujuan Utama
Perbaikan kinerja ekspor nonmigas Tw. IV’13 didukung oleh akselerasi ekspor ke China (karet mentah, bauksit, dan kertas; total pangsa 17,3%), AS (alat listrik, alas kaki, makanan olahan, udang segar; total pangsa 25,3%), India (minyak kelapa sawit, bijih tembaga, karet; pangsa 43,5%).
1 China 14.1 33.3 1.4 -24.5 -10.4 -3.9 3.0 -9.8 6.0 9.2 2.0
2 Jepang 10.7 3.3 -10.6 -11.0 -7.2 -6.5 -8.1 -3.9 -9.3 -4.7 -6.5
3 Amerika Serikat 10.0 -6.1 -5.4 -8.2 -9.2 -7.2 1.8 1.3 3.3 8.3 3.6
4 India 8.7 16.8 -26.9 -10.9 2.5 -7.2 4.4 18.9 -13.7 10.3 4.7
5 Singapura 6.5 -10.5 -13.0 -19.6 0.9 -11.0 -3.0 -5.4 -3.5 -5.8 -4.5
6 Malaysia 4.8 -3.6 -13.7 -2.9 -8.3 -7.2 -21.5 -10.9 -15.4 -11.7 -15.2
7 Korea Selatan 4.0 -4.3 -3.8 -19.3 -9.0 -9.2 -12.5 -12.5 -6.7 -7.1 -9.9
8 Thailand 3.5 -21.7 11.9 11.4 42.0 5.9 -1.7 7.2 -9.0 -14.6 -4.8
9 Belanda 2.7 5.5 -26.1 -18.5 4.3 -9.8 -10.2 -9.5 1.8 -20.6 -10.4
10 Filipina 2.5 -7.7 5.5 -10.2 13.4 -0.6 8.8 0.8 3.0 -0.6 2.9
Total 10 Negara 67.4 2.8 -9.4 -13.6 -3.7 -6.3 -3.4 -2.6 -4.1 -0.1 -2.5*) data sementara **) data sangat sementara
2013**
Tw. IV TOTAL Tw. I Tw. IV**Tw. II Tw. IIITw. I TOTALTw. II Tw. III*
Rincian
Pangsa (%)
Pertumbuhan Tahunan (%, yoy)
2013**
2012*
9II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Impor nonmigas Tw. IV’13 terkontraksi lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya terutama krn turunnya volume impor barang modal. Penurunan impor nonmigas terjadi pd kelompok bahan baku dan barang modal, sementara impor brg konsumsi masih terakselerasi.
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw. I Tw. II Tw.III
Tw.IV
Tw. I Tw. II Tw.III*
Tw.IV**
2011
Impor Nonmigas Total
Nominal
Riil
%, y.oy.
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw. I Tw. II Tw.III
Tw.IV
Tw. I Tw. II Tw.III*
Tw.IV**
2011
Impor Barang Konsumsi
Nominal
Riil
%, y.oy.
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw. I Tw. II Tw.III
Tw.IV
Tw. I Tw. II Tw.III*
Tw.IV**
2011
Impor Bahan Baku
Nominal
Riil
%, y.oy.
-30.0
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw. I Tw. II Tw.III
Tw.IV
Tw. I Tw. II Tw.III*
Tw.IV**
2011
Impor Barang Modal
Nominal
Riil
%, y.oy.
10II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
-10
-5
0
5
10
15
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1*
Q2*
Q3*
Q4*
*
2010 2011 2012* 2013
Capital and Financial Account
Net Direct Inv. Net Portfolio Inv.Net Other Inv. Cap & Fin. Account
billion USD
-8,000-6,000-4,000-2,000
02,0004,0006,0008,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2* Q3* Q4**
2012* 2013
OI (liab) OI (assets)juta USD
-4,000
-3,000
-2,000
-1,000
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2* Q3* Q4**
2012* 2013
FDI DI abroadjuta USD
-6,000
-4,000
-2,000
0
2,000
4,000
6,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2* Q3* Q4**
2012* 2013
PI (liab) PI (assets)juta USD
Transaksi modal & finansial Tw. IV’13 mencatat surplus $9,2 miliar, meningkat dibandingkan surplus $5,6 miliar pd triwulan sebelumnya.
...terutama akibat penarikan pinjaman LN swasta & penarikan simpanan perbankan domestik di LN, yg sebagian ditempatkan pd beberapa instrumen yg disediakan Bank Indonesia.
Aliran modal FDI juga tetap kuat dan secara struktur semakin kuat dlm membiayai defisit transaksi berjalan sehingga kondisi eksternal Indonesia semakin sustainable.
Arus modal investasi portofolio mengalami penyusutan akibat ketidakpastian global pasca rencana pengurangan stimulus ekonomi di Amerika Serikat.
11III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia
-15
-10
-5
0
5
10
15
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
*
Q2
*
Q3
*
Q4
**
2010 2011 2012* 2013
Current Account
Goods Services Income Curr. Transfers Curr. Account
billion USD
Defisit Transaksi Berjalan terjadi sejak Tw. IV’11 akibat menyusutnya surplus neraca perdagangan barang di tengah defisit neraca jasa dan pendapatan yg persisten.
Pada Tw. IV’13, defisit Transaksi Berjalan mengecil seiring meningkatnya surplus neraca perdagangan barang.
12III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia Berkurangnya surplus neraca perdagangan nonmigas di satu sisi dipengaruhi oleh ekspor
yg terus menurun akibat melambatnya permintaan eksternal dan menurunnya harga komoditas.
Di sisi lain, impor pd akhirnya menurun seiring permintaan domestik yang termoderasi.
Ekspor Nonmigas dan Permintaan Dunia Impor Nonmigas dan Perkembangan Harga
4.85.05.25.45.65.86.06.26.46.66.8-38,000
-36,000-34,000-32,000-30,000-28,000-26,000-24,000-22,000-20,000-18,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2* Q3* Q4**
2011 2012* 2013
Non-Oil & Gas Imports Indonesia's GDP (RHS)
juta USD %, y.o.y
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
25,00027,00029,00031,00033,00035,00037,00039,00041,00043,00045,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2* Q3* Q4**
2011 2012* 2013
Non-Oil & Gas Exports
World Trade Volume (RHS)
Price Index (RHS)
juta USD %, y.o.y
13III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia Produksi minyak yg terus menurun di tengah tren peningkatan konsumsi BBM
mendorong tingginya impor minyak shg defisit neraca migas melebar.
Komposisi penggunaan BBM terbesar dari sektor transportasi (72%), diikuti oleh sektor layanan umum (12%), dan sektor kelistrikan (11%).
Komposisi Konsumsi BBMLifting Minyak dan Konsumsi BBM
50
60
70
80
90
100
110
120
130
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1*
Q2*
Q3*
Q4*
*
Q1
Q2
Q3
Q4
2011 2012* 2013 2014***
Produksi Minyak Konsumsi BBMLinear (Produksi Minyak) Linear (Konsumsi BBM)
juta barelABRI0.7%
Industri2.3%
Layanan Umum12.4%
PLN10.5%
Rumah Tangga
1.9%
Transportasi72.1%
Usaha Perikanan
0.1%
Others0.0%
14III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia Tingginya ketergantungan thdp penyedia jasa asing (nonresiden), terutama jasa angkutan
barang (freight) impor, menyebabkan neraca jasa persisten mengalami defisit.
Jasa travel merupakan satu-satunya komponen jasa penyumbang surplus. Namun demikian, meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yg bepergian ke LN seiring bertambahnya midle income class dan low cost carrier di tengah lambatnya pertumbuhan infrastuktur pariwisata Indonesia mengakibatkan surplus jasa travel relatif stabil.
Derasnya aliran masuk modal asing ke Indonesia selain mencerminkan persepsi positif investor asing thdp fundamental ekonomi Indonesia, yg disertai dgn tingkat profitabilitas perusahaan yg masih tinggi, juga berimplikasi pada besarnya imbal hasil yg diterima investor asing shg defisit neraca pendapatan tetap tinggi.
Defisit Neraca PendapatanDefisit Neraca Jasa
-4
-3
-2
-1
0
1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2* Q3* Q4**
2010 2011 2012* 2013
Other Services Travel Transportation Services (net)
billion USD
* provisional figures; ** very provisional figures
-8-7-6-5-4-3-2-10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2* Q3* Q4**
2010 2011 2012* 2013
Other Inv. Income Portfolio Inv. Income Direct Inv. Income Income (net)
billion USD
* provisional figures; ** very provisional figures
15IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi BerjalanPemerintah dan Bank Indonesia melakukan beberapa kebijakan untuk menurunkan defisit Transaksi Berjalan ke level yang sustainable.
Kebijakan Terkait Nonmigas:
Demand Restraining
Peningkatan rasio GWM – LDR
Kenaikan BI Rate
Penurunan pertumbuhan kredit perbankan
Penerapan LTV sektor properti dan otomotif
Penyesuaian nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya
Shifting to domestic goods consumption / imports restaining
Penerapan pajak impor barang mewah
Penyesuaian nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya
16IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi BerjalanPemerintah dan Bank Indonesia melakukan beberapa kebijakan untuk menurunkan defisit Transaksi Berjalan ke level yang sustainable.
Kebijakan Terkait Migas:
Penyesuaian harga BBM subsidi (memperbaiki struktur APBN)
Kebijakan bauran energi dan penggunaan biofuel
Kebijakan Terkait Transaksi Finansial:
Capital Flows Management
Pelonggaran Month Holding Period
TD Valas
Currency Swap
Financial Deepening
Mini MRA
TD Valas
17V. Prospek dan Arah Kebijakan
Pemulihan ekonomi dunia masih berlanjut, terutama ditopang oleh perbaikan ekonomi negara maju.
Perbaikan ekonomi negara maju akan mendorong perbaikan permintaan produk ekspor Indonesia terutama produk manufaktur. Peningkatan permintaan dunia juga akan memperbaiki harga ekspor Indonesia. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China yg termoderasi oleh kebijakan rebalancing negara tsb akan mempengaruhi perkembangan ekspor komoditas primer pd level yg lebih terbatas.
Moderasi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan berlanjut dengan komposisi yang lebih seimbang.
Penyesuaian konsumsi domestik, baik dari rumah tangga maupun industri, diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2014 sbg dampak kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah selama 2013.
Ke depan, BI tetap fokus pada pengendalian inflasi sesuai target 4,5 ± 1% dan defisit transaksi berjalan pada kisaran -0,25 – 2,5% PDB.
Dengan kombinasi perkembangan global dan domestik serta beberapa risiko ke depan yg masih mewarnai perkembangan perekonomian, a.l. pergantian pemerintahan, kebijakan tappering Amerika Serikat, Bank Indonesia akan konsisten melanjutkan kebijakan ekonomi ketat untuk menjaga tercapainya inflasi dan keseimbangan eksternal yg sustainable melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudential.
19I. Teori Keseimbangan Eksternal
𝐺𝐷𝑃=𝐶+G+ I+X−M𝐶𝐴=X −M+NY+NCT𝐺𝑁𝐷𝑌=C+G+ I+CA
𝐺𝑁𝐷𝑌 −𝐶−𝐺=S h𝑤 𝑒𝑟𝑒 S=I+CA
𝐶𝐴=GNDY −C−G−I𝐶𝐴=Y − A h𝑤 𝑒𝑟𝑒 A=C+G+ I
Keterangan:- GDP : gross domestic products- C : private consumption- G : gov’t expenditure- I : gross domestic
investment- X : exports- M : imports- CA : current account- NY : net income from abroad
- NCT : net current transfers- GNDY : gross national disposable income- Y : GNDY- A : absorption- S : gross saving
20II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Perkembangan Ekspor Nonmigas
A. Produk Primer Nominal 54.3 53.4 6.8 -13.8 -14.2 -6.3 -7.4 -5.5 -2.8 -7.8 1.9 -3.5 Riil 49.0 50.3 15.7 -3.9 -3.7 4.3 2.5 4.1 11.4 7.8 8.0 7.9 Indeks Harga - - -7.7 -10.3 -10.9 -10.1 -9.7 -9.3 -12.7 -14.5 -5.7 -10.6 Produk Pertanian Nominal 29.3 28.5 11.2 -18.6 0.5 -6.8 -4.4 -7.2 -0.7 -15.1 5.3 -4.6 Riil 27.6 27.2 17.2 -13.6 6.5 1.7 1.9 0.6 9.5 -3.8 8.1 3.7 Indeks Harga - - -5.1 -5.7 -5.6 -8.4 -6.2 -7.8 -9.3 -11.8 -2.6 -8.0
Makanan Nominal 21.3 20.7 34.4 -18.3 17.4 -1.1 5.5 -8.3 5.9 -19.5 4.8 -4.8 Riil 19.7 19.2 40.1 -14.4 24.4 6.4 11.4 -1.6 15.4 -9.7 5.8 2.3 Indeks Harga - - -4.1 -4.6 -5.6 -7.1 -5.3 -6.9 -8.3 -10.8 -0.9 -7.0
Bahan Baku Nominal 7.9 7.8 -23.5 -19.2 -30.8 -20.6 -23.6 -4.2 -14.5 -1.5 6.7 -4.0 Riil 6.0 5.9 -12.7 -11.7 -27.3 -16.3 -17.1 0.6 -7.0 10.6 13.8 3.6 Indeks Harga - - -12.4 -8.5 -4.7 -5.2 -7.8 -4.8 -8.0 -11.0 -6.2 -7.4
Produk Bahan Bakar & Pertambangan Nominal 25.0 25.0 2.1 -7.9 -28.8 -5.7 -10.8 -3.7 -5.0 2.4 -1.8 -2.2 Riil 11.1 11.7 14.4 4.6 -17.8 5.2 1.0 7.5 9.5 18.8 7.1 10.4 Indeks Harga - - -10.7 -11.9 -13.4 -10.4 -11.6 -10.4 -13.3 -13.8 -8.3 -11.4
B. Produk Manufaktur Nominal 43.8 44.7 -0.9 -3.1 -9.6 -5.4 -4.8 -2.9 -0.3 -1.0 5.0 0.2 Riil 56.4 55.2 -2.5 -1.7 -4.1 0.3 -2.0 0.3 5.1 0.6 4.9 2.8 Indeks Harga - - 1.7 -1.4 -5.8 -5.7 -2.9 -3.1 -5.1 -1.6 0.1 -2.5
C. Lainnya Nominal 1.9 1.2 61.3 -5.9 52.5 -32.0 9.9 -41.0 -57.6 -35.1 -7.5 -36.2 Riil 1.0 0.7 43.1 -2.2 58.4 -31.1 8.9 -37.2 -57.5 -29.0 10.2 -30.8 Indeks Harga - - 12.7 -3.7 -3.7 -1.3 0.8 -6.0 -0.3 -8.6 -16.1 -7.8
Nominal 100.0 100.0 4.0 -9.2 -11.3 -6.4 -6.0 -4.7 -2.1 -4.8 3.8 -1.9 Riil 100.0 100.0 9.0 -1.2 -1.9 1.2 1.5 1.8 5.8 3.5 8.2 5.0 Indeks Harga - - -4.6 -8.0 -9.6 -7.5 -7.4 -6.4 -7.5 -8.1 -4.1 -6.6
*) data sementara **) data sangat sementara
Tw. IV** TOTAL
Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
Tw. IV TOTAL
2013**
Tw. I Tw. II Tw. III*
2012
Tw. II Tw. IIITw. I
Rincian2012*
Pangsa (%)
Total
2013**
21II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Perkembangan Impor Nonmigas
Barang KonsumsiNominal 8.6 39.7 21.6 41.4 19.0 2.1 10.9 -8.9 -1.6 -15.5 11.4 7.7 9.3Riil 8.5 19.0 -0.1 21.5 14.6 12.4 23.0 3.2 7.2 -15.3 13.2 6.2 5.1Indeks Harga - 17.3 21.8 16.4 3.8 -9.2 -9.8 -11.7 -8.2 -0.3 -1.6 1.4 3.9
Bahan BakuNominal 69.0 27.7 32.6 23.8 18.2 15.4 8.9 2.8 5.5 0.8 2.6 -1.2 -4.7Riil 79.4 8.1 13.2 12.7 19.4 22.8 21.7 13.4 9.2 5.4 7.1 3.9 1.1Indeks Harga - 18.2 17.1 9.8 -1.0 -6.0 -10.6 -9.3 -3.4 -4.4 -4.2 -4.9 -5.8
Barang ModalNominal 21.9 14.3 29.3 29.9 32.3 40.6 34.2 0.7 -7.5 -14.9 -16.6 -8.4 -16.8Riil 16.9 9.5 15.1 20.8 28.3 43.4 35.6 4.0 -8.5 -20.2 -23.0 -17.6 -24.9Indeks Harga - 4.4 12.3 7.5 3.1 -2.0 -1.1 -3.2 1.1 6.7 8.3 11.2 10.9
TotalNominal 100.0 25.2 30.6 26.5 21.5 20.3 14.6 1.3 1.5 -5.0 -1.5 -2.2 -6.6Riil 100.0 8.6 9.8 16.5 22.5 27.7 25.4 9.3 2.8 -4.5 0.0 -1.7 -5.4Indeks Harga - 15.3 18.9 8.6 -0.8 -5.8 -8.6 -7.4 -1.2 -0.6 -1.6 -0.5 -1.2
*) data sementara **) data sangat sementara
Tw. IV**
Rincian
Pangsa (%)
2013**Tw. III
Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
Tw. IV
2012
Tw. I Tw. II
2013**
Tw. I Tw. II Tw. III*
2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV
22
Nilai tukar memiliki pengaruh yang lebih sensitif terhadap impor dibandingkan terhadap ekspor, sebagaimana ditunjukkan oleh elastisitas NT terhadap ekspor nonmigas dan impor nonmigas masing-masing sebesar +0,11% dan -0,29%.
Setiap depresiasi sebesar Rp1,000/USD dalam satu tahun akan meningkatkan ekspor nonmigas sebesar USD1,4 miliar dan menurunkan impor nonmigas sebesar USD2,8 miliar, sehingga neraca perdagangan nonmigas membaik sebesar USD4,2 miliar , dan scr total transaksi berjalan membaik USD5,4 miliar.
Sensitivitas NPI (dalam juta USD) (dalam %)Depresiasi Depresiasi 1%
Rp1,000/USD Elastisitas model NPII. CURRENT ACCOUNT 5,448 A. Goods, net 4,600 - Exports, fob. 1,664 0.11 - Imports, fob. -2,936 -0.23 1. Non Oil & Gas, net 4,212 1.1. Exports, fob. 1,428 0.11 1.2. Imports, fob. -2,784 -0.29 B. Services, net 260 C. Income, net 592 D. Current transfers, net 0
Rincian
Note: - Simulasi depresiasi Rp1,000/USD dan 1% dalam satu tahun berdasarkan model NPI - Berdasarkan model SOFIE, elastisitas nilai tukar terhadap ekspor barang dan jasa adalah 0,14 dan terhadap impor barang dan jasa adalah -0,02
III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia
23
Ekspor nonmigas lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan luar negeri (WTV) dan faktor harga komoditi dibanding faktor nilai tukar.
Impor nonmigas dipengaruhi oleh faktor nilai tukar, permintaan dalam negeri (domestic demand) dan faktor ekspor nonmigas.
Faktor Determinan Ekspor NonmigasFaktor Determinan Dampak thdp Ekspor Nonmigas1% depresiasi Rp 0.111% peningkatan WTV 0.391% peningkatan harga komoditi 0.46
Faktor Determinan Impor NonmigasFaktor Determinan Dampak thdp Impor Nonmigas*1% depresiasi Rp -0.291% penurunan domestic demand -0.211% penurunan harga komoditi 0.151% penurunan ekspor nonmigas -0.56* Tanda negatif berarti penurunanNote: Simulasi shock dalam satu tahun berdasarkan model NPI
III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia
24III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di IndonesiaFaktor Determinan Konsumsi BBM Konsumsi BBM dipengaruhi oleh faktor permintaan dalam negeri (PDB domestik) dan
harga BBM dengan elastisitas masing-masing 0,87 dan -0,17. Dari hasil simulasi, kenaikan harga BBM sebesar Rp1000/liter akan berdampak pada
penurunan konsumsi BBM sebesar 9,21 juta barel dalam satu tahun, sehingga mendorong perbaikan neraca perdagangan minyak sebesar USD1,0 miliar.
Elastisitas Konsumsi MinyakVariabel Elastisitas*
PDB Domestik 0.87Harga BBM -0.17* Berdasarkan model NPISimulasi Kenaikan Harga BBM
P ↑ Konsumsi BBM Nasional ↓ Neraca Perdagangan ↑(Rp/Liter) Dalam Satu Tahun (Juta barrel) Minyak (Juta USD)
1,000 9.21 1,0222,000 17.13 1,8993,000 24.04 2,6664,000 30.18 3,3475,000 35.68 3,957
Note: Simulasi kenaikan harga BBM dalam satu tahun menggunakan model NPI
25III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di IndonesiaTransmisi Skenario Fixed Subsidy Terhadap NPI Fixed Subsidy/kenaikan harga BBM berdampak pada penurunan konsumsi BBM. Trade Balance Migas
membaik sehingga mendorong penurunan defisit Transaksi Berjalan. Peningkatan harga (inflasi) juga mendorong turunnya konsumsi dan investasi yang menyebabkan FDI dan
investasi lainnya turun. Namun defisit fiskal yg membaik akibat penurunan subsidi dan BI rate yg meningkat mampu menarik aliran masuk investasi portofolio yg lebih besar sehingga TMF membaik.
Secara keseluruhan, penerapan fixed subsidy/kenaikan BBM akan memperbaiki overall balance NPI sehingga mendorong peningkatan cadangan devisa dan menurunkan beban intervensi.
Fixed Subsidy Rp1500
Harga BBM
↑
Defisit Fiskal
↓
Investasi (I)
↓
Inflasi
↑
Impor Migas
↓
Transaksi Berjalan
↑
Financial Account
↑
Direct Investment
↓
Portfolio Investment
↑
Other Investment
↓
Overall Balance
↑
Cadangan Devisa
↑
Intervensi
↓
Konsumsi BBM
↓
Subsidi APBN
↓
TB Migas
↑
Konsumsi RT (C)
↓
BI Rate
↑
Resiko Fiskal
↓
Nominal Depresiasi
Real Apresiasi
TB Nonmigas
↓Rp2024
Fixed Subsidy Rp2000
Fixed Subsidy Rp2000
BBM Naik Rp2000
Rp2599
Rp2000
2,78%
3,41%
2,53%
8 jt. barel
11jt. barel
8 jt. barel
USD0,94 miliar
USD1,2 miliar
USD0,87 miliar
USD0,94 miliar
USD1,2 miliar
USD0,87 miliar
USD0,7 miliar
USD0,9 miliar
USD0,7 miliar
0,44%
0,56%
0,31%
0,4%
0,5%
0,4%
0,12%
0,15%
0,09%
0,16%
0,19%
0,15%
USD0,18 miliar
USD0,24 miliar
USD0,16 miliar
USD0,16 miliar
USD0,28 miliar
USD0,11 miliar
USD0,25 miliar
USD0,33 miliar
USD0,14 miliar
USD1,54 miliar
USD2,25 miliar
USD1,10 miliar
USD1,13 miliar
USD1,64 miliar
USD0,85 miliar
USD1,84 miliar
USD2,54 miliar
USD1,56 miliar
USD1,84 miliar
USD2,54 miliar
USD1,56 miliar
USD1,85 miliar
USD2,54 miliar
USD1,56 miliar
Rp/USD 63
Rp/USD 73
Rp/USD 68
Elastisitas Konsumsi MinyakVariabel Elastisitas*
PDB Domestik 0.87Harga BBM -0.17* Berdasarkan model NPI
26IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi BerjalanBank Indonesia Sempurnakan Ketentuan Transaksi Swap Lindung Nilai (30 Desember 2013)
Bank Indonesia (BI) melakukan penyempurnaan ketentuan terkait Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.15/17/PBI/2013 yang akan berlaku tanggal 3 Februari 2014. Transaksi Swap Lindung Nilai kepada BI adalah transaksi swap beli bank dalam valuta asing terhadap Rupiah, dalam rangka lindung nilai yang dilakukan antara bank dengan BI. Penyediaan instrumen swap lindung nilai bagi pelaku pasar domestik tersebut merupakan upaya BI dalam memperdalam pasar valas domestik dimana instrumen swap jangka menengah-panjang masih terbatas. Hal ini ditujukan untuk meminimalkan risiko nilai tukar dan meningkatkan kegiatan investasi di Indonesia.
Beberapa penyempurnaan yang diatur dalam PBI tersebut antara lain mengenai perluasan cakupan underlying transaksi, perpanjangan tenor transaksi dan setelmen secara netting, pricing, mekanisme transaksi dan dokumentasi transaksi. Dengan penyempurnaan ini, kontrak lindung nilai dapat dilakukan dengan jangka waktu hingga 3 (tiga) tahun yang dilaksanakan melalui Transaksi Swap Lindung Nilai kepada BI dengan tenor 3 (tiga), 6 (enam), atau 12 (dua belas) bulan. Transaksi tersebut dapat diperpanjang dengan penyelesaian secara netting. Melalui transaksi tersebut, bank dapat melakukan aktivitas lindung nilai atas kegiatan ekonomi baik atas nama nasabah maupun atas nama Bank. PBI ini mencabut PBI No.7/36/PBI/2005 dan akan direview dari waktu ke waktu menyesuaikan perkembangan pasar valas domestik.
27IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi BerjalanPenyempurnakan Aturan Rasio LTV/FTV Untuk Stabilitas Sistem Keuangan dan Ketahanan Perbankan (25 September 2013)
28IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi BerjalanLangkah-Langkah Lanjutan Penguatan Bauran Kebijakan Bank Indonesia untuk Pengendalian Inflasi, Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah, dan Penurunan Defisit Transaksi Berjalan (29 Agustus 2013)
1. Untuk menambah keragaman tenor dan memenuhi kebutuhan pengelolaan liquiditas valas, lelang Term Deposit (TD) valas dengan tenor overnight (o/n) sudah dimulai sejak hari ini, di samping tenor 7, 14, dan 30 hari yang selama ini telah ada.
2. Bank Indonesia melakukan lelang Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dengan tenor 1 dan 3 bulan. Seperti diumumkan sebelumnya, SDBI adalah instrumen moneter Bank Indonesia dapat diperdagangkan antar-bank di dalam negeri. Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai instrumen term-repo dengan underlying SBI dan SBN yang sewaktu-waktu dapat dilakukan untuk mengantisipasi risiko kemungkinan terjadinya tekanan dan keketatan likuiditas di pasar uang secara industri perbankan.
3. Memperkuat kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan kredit dan manajemen risiko perbankan. Sebagai tindak lanjut keputusan RDG sebelumnya, penguatan ketentuan Loan-to-Value (LTV) terhadap tipe-tipe tertentu kredit kepemilikan rumah dan apartemen akan diberlakukan dalam waktu dekat. Langkah-langkah pengawasan (supervisory action) terhadap bank-bank yang penyaluran kreditnya masih tinggi juga dilakukan. Untuk memperkuat manajemen risiko likuiditas perbankan, dilakukan penguatan ketentuan GWM-LDR dan GWM Sekunder. Bank Indonesia juga akan memperhitungkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) sebagai komponen Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder.
29IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi BerjalanKebijakan Untuk Meningkatkan Pasokan Valas Secara Lebih Efektif dan Dalam Rangka Pendalaman Pasar Keuangan (23 Agustus 2013).
1. Memperluas jangka waktu Term Deposit Valas yang saat ini 7, 14, dan 30 hari menjadi 1 hari s.d. 12 bulan. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan keragaman tenor penempatan devisa oleh bank umum di Bank Indonesia.
2. Merelaksasi ketentuan pembelian valas bagi eksportir yang telah melakukan penjualan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Kebijakan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi eksportir melakukan pembelian valas dengan menggunakan underlying dokumen penjualan valas.
3. Menyesuaikan ketentuan transaksi forex Swap bank dengan Bank Indonesia yang diperlakukan sebagai pass-on transaksi bank dengan pihak terkait. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan kedalaman transaksi derivatif.
4. Merelaksasi ketentuan utang luar negeri (ULN), dengan menambah jenis pengecualian ULN jangka pendek bank, berupa giro rupiah (VOSTRO) milik bukan penduduk yang menampung dana hasil divestasi yang berasal dari hasil penyertaan langsung, pembelian saham dan/atau obligasi korporasi Indonesia serta Surat Berharga Negara (SBN). Kebijakan ini bertujuan mengelola permintaan valas oleh nonresiden tanpa mengurangi aspek kehati-hatian bank dalam melakukan pinjaman luar negeri.
5. Menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI). Kebijakan ini bertujuan memberikan ruang yang lebih luas bagi perbankan untuk mengelola likuiditas rupiah melalui instrumen yang dapat diperdagangkan, yang pada gilirannya dapat mendorong pendalaman pasar uang.
30IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi BerjalanFX Swap
Surat Edaran No. 15/24/DPM tanggal 5 Juli 2013 Perihal Perubahan Kelima Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.12/18/DPM Perihal Operasi Pasar Terbuka
Tujuan :
1. FX swap merupakan bagian penguatan operasi moneter Bank Indonesia untuk pengelolaan likuiditas valas dan rupiah di pasar.
2. Dimaksudkan sebagai instrumen lindung nilai (hedging) bagi investor maupun pengusaha terhadap risiko pergerakan nilai tukar Rupiah atas kebutuhan likuiditas valas dan rupiahnya.
3. Merupakan salah satu upaya Bank Indonesia dalam mendorong pendalaman pasar melalui pembentukan harga yang lebih efisien dan transparan, serta pengayaan instrumen, sehingga pelaku pasar tidak hanya bergantung pada instrumen cash market dalam pengelolaan likuiditasnya.”
Lelang Perdana pada tanggal 18 Juli 2013