MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI
PEMANFAATAN UMBI INFERIOR
Sukma Perdana Prasetya (Fakultas Ilmu Sosial-Unesa), email:
Endryansyah (fakultas Teknik-Unesa), email: [email protected]
Retnani (Fakultas Bahasa dan Seni-Unesa), email: [email protected]
Absrtrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan keterampilan sumber
daya manusia di bidang kripik; (2) peningkatan produktivitas kripik melalui
rekayasa dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. Untuk dapat mencapai sasaran
tersebut, akan dilakukan penelitian dengan metode survai, observasi, wawancara dan
eksperimen di lokasi UKM, yaitu di Ds. Bangsal, Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto
yang digunakan sebagai role model dalam penelitian ini. Penelitian direncanakan
dilakukan selama tiga tahun. Pada tahun pertama ini, mencakup tahapan: (1)
Optimalisasi kesadaran pengusaha UKM produsen kripik dalam mengupayakan
merek dagang serta pengaruhnya terhadap eksistensi UKM; (2) peningkatan produksi
kripik melalui rekayasa dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna .
Penelitian pada tahun pertama memperoleh hasil sebagai berikut: (1)
kesadaran para produsen kripik terhadap merk dagang sudah bagus, sehingga bagi
produsen kripik yang belum memiliki merk dagang, diharapkan segera mengurusnya;
(2) pemanfaatan Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku Kripik (MPKBBK) dapat
meningkatkan kapasitas produksi sebesar 366,66%; (3) pemanfaatan Mesin Perajang
Bahan Baku Kripik (MPBBK) dapat meningkatkan produktivitas rajangan bahan
baku kripik sebesar 340 %; (4) pemanfaatan Mesin Pencuci Rajangan Bahan Baku
Kripik (MPRBBK) produktivitas meningkat sebesar 400 %,; (5) pemanfataan Mesin
Peniris Air (MPA) dapat meningkatkan produktivitas sebesar 337,50 %; (6)
pemanfaatan Mesin Peniris Minyak (MPM) dapat meningkatkan produktivitas
penirisan sebesar 250%.
Kata Kunci: Umbi Inferior, UKM, Produsen Kripik
PENDAHULUAN
Umbi inferior merupakan umbi yang belum banyak dibudidayakan dan belum
banyak diolah menjadi produk turunannya. Ketersediaan umbi inferior di Indonesia
sangat berlimpah, sebab umbi inferior tumbuh secara liar dan mudah dibudidayakan.
Sebagian besar jenis umbiinferior yang dibudidayakan diantaranya adalah: garut,
ganyong, gadung, uwi, gembili, uwi katak, kimpul, talas belitung, suwek, yang
masing-masing mempunyai ragam pada tingkat spesiesnya (Kasno, dkk, 2006).
Potensi biologik jenis tanaman umbi-inferioradalah sangat besar,
karena jenis atau ragamnya banyak, persyaratan tumbuhnya tidak terlalu tinggi dan
mampu menghasilkan energi yang cukup tinggi. Akan tetapi pemanfaatan dan
pengolahan umbi inferior selama ini, belum dilakukan secara optimal. Pada
umumnya umbi-inferior hanya diolah dengan cara perebusan dan penggorengan.
Menurut Ginting (1994) jenis produk olahan umbi-inferior
umumnya masih berbentuk olahan segar berupa ubi rebus (49,1%), ubi goring
(27,2%), kolak (15,5%), sawut (4,5%), getuk (3,4%) dan carang mas (<1%).
Pengolahan dengan cara yang masih tradisional tersebut, belum mampu
menciptakan nilai tambah ekonomi yang signifikan, lantaran umur produk olahan
tersebut masih sangat pendek. Fenomena ini menunjukkan, betapa pemanfaatan
umbi-inferior masih dalam skala yang sangat terbatas, dan belum dipikirkan
bagaimana membuat produk olahan dengan umur yang yang lebih panjang. Pada hal
umbi-inferior dapat diolah menjadi berbagai produk makanan seperti kripik talas,
kripik ketela ungu, kripik ganyong dan lain-lain, yang memiliki umur yang relative
panjang. Hal ini terjadi karena para UKM Produsen kripik, adalah mereka yang pada
umumnya penuh dengan segala kelemahan dan keterbatasan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pemanfaatan umbi-inferior untuk maksud
pangan masih sangat terbatas. Pada hal para UKM dapat dengan mudah mengolah
umbi inferior tersebut menjadi aneka produk makanan (seperti kripik talas, kripik
ketela ungu, kripik ganyong, kripik ketela madu, kripik gadung, roti wortel dan lain-
lain). Namun UKM produsen kripik (pengolah umbi-inferior) pada umumnya
memiliki berbagai keterbatasan. Berdasarkan survai awal di Sentra Industri Kripik
(Ds. Bangsal, Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto), beberapa keterbatasan UKM produsen
kripik adalah: (1) Merek Dagang yang belum menjadi perhatian para pelaku UKM
(dari sebanyak 90-an lebih UKM produsen kripik, hanya 2 (dua) UKM yang telah
memiliki merek dagang secara resmi; (2) alat-alat produksi yang masih
konvensional; (3) keterampilan sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah; (4)
terbatasnya pengetahuan tentang diversifikasi produk; (5) model kemasan yang
masih tradisonal; (6) rendahnya kemampuan menjalin kerjasama dagang; dan (7)
model pemasaran yang juga masih tradisional. Kelemahankelemahan seperti itu,
harus dicarikan solusi, mengingat kontribusi UKM terhadap pertumbuhan dan
ketahanan ekonomi nasional sangatlah besar. Melalui kegiatan PENPRINAS MP3EI
2011- 2025, akan diadakan evaluasi terhadap kelemahan UKM produsen kripik di
Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
Penelitian ini meliputi tiga tahun pelaksanaan. Pada tahun pertama ini
penelitian bertujuan untuk (1) Optimalisasi kesadaran pengusaha UKM produsen
kripik dalam mengupayakan Merek Dagang serta pengaruhnya terhadap eksistensi
UKM kripik; (2) peningkatan produksi kripik melalui rekayasa dan pemanfaatan
Teknologi Tepat Guna (TTG) yaitu mesin (pengupas, perajang, pencuci dan peniris).
UKM Produsen kripik yang telah dikembangkan tersebut, diharapkan
menjadi UKM yang: (1) tangguh dan mampu mengolah umbi-inferior secara efektif
dan efesien melalui pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG), sehingga harga satuan
produksi menjadi murah, yang berarti memiliki daya saing yang tinggi; (2) mampu
meningkatkan kuantitas dan kualitas produk olahan dengan bahan baku umbi-
inferior; (3) mampu berperan sebagai mesin pencipta lapangan kerja baru, dalam
rangka pemerataan pendapatan masyarakat; (4) mampu meningkatkan kontribusi
terhadap ketahanan pangan nasional; dan (5) makin mampu meningkatkan diri
sebagai mesin penggerak ekonomi nasional.
METODE PENELITIAN
Untuk dapat mencapai sasaran tersebut, akan dilakukan penelitian dengan
metode survai, observasi, wawancara dan eksperimen di lokasi UKM, yaitu di Ds.
Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto yang digunakan sebagai
rolemodel dalam penelitian ini.
Gambar 1. Tahapan Kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan
HASIL
A. Sosialisasi dan optimalisasi atas kesadaran para pengusaha UKM yang
tergolong dalam kelompok produsen kripik dalam mengupayakan
Merek Dagang serta pengaruhnya terhadap eksistensi UKM kripik
Telah diadakan sosialisasi dan pemahaman terhadap merk dagang
bagi para produsen kripik di Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten
Mojokerto. Para produsen kripik, perlu mengupayakan “Merek Dagang”
dalam rangka menjaga keberlangsungan UMKM Kripik termasuk UMKM
“Dian Putri Jaya”. Sosialisasi diadakan terhadap 35 orang peserta. Pada akhir
acara sosialisasi, kesadaran dan pemahaman produsen kripik diukur dengan
menggunakan instrument survai. Dari 35 orang peserta sosialisasi, yang dapat
diukur kesadaran dan pemahamannya terhadap “merk dagang” adalah
sebanyak 32 orang, dengan hasil seperti tampak pada Tabel 1. berikut.
Tabel 1 Kesadaran Produsen Kripik terhadap Merk Dagang (N=35)
Dari Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa terhadap pernyataan butir
1, responden menyatakan setuju sebanyak 5 orang dan sangat setuju sebanyak
28 orang atau sebanyak 33 orang (94,28 %) menyatakan setuju dan sangat
setuju terhadap pernyataan bahwa “masyarakat akan ragu membeli suatu
produk termasuk produk kripik, jika produk tersebut tidak memiliki nama
atau merk”. Terhadap butir 2, responden menyatakan setuju sebanyak 3 orang
dan sangat setuju sebanyak 29 orang atau sebanyak 32 orang ( 91,42%)
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa “untuk
dikenal oleh masyarakat, suatu produk termasuk produk kripik perlu memiliki
nama atau merk”. Terhadap pernyataan butir 3, sebanyak 3 orang menyatakan
setuju, dan sebanyak 29 orang menyatakan sangat setuju, atau sebanyak 32
orang (91,42 %) menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan
bahwa “dengan merk, kemasan produk kripik bisa dibuat dengan baik dan
menarik”. Jika digambar dalam bentuk diagram batang, tampak seperti
Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1 Diagram Batang Kesadaran Produsen Kripik terhadap
“Merk Dagang” (1)
Dari Tabel 1 juga dapat diketahui bahwa terhadap pernyataan butir 4,
responden menyatakan setuju sebanyak 7 orang dan sangat setuju sebanyak
27 orang atau sebanyak 34 orang (97,14 %) menyatakan setuju dan sangat
setuju terhadap pernyataan bahwa “Dengan merk, produk kripik mudah
diingat oleh masyarakat”. Terhadap butir 5, responden menyatakan setuju
sebanyak 6 orang dan sangat setuju sebanyak 29 orang atau sebanyak 35
orang (100 %) menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan
“Dengan merk, produk kripik mudah dipesan”. Terhadap pernyataan butir 6,
sebanyak 10 orang menyatakan setuju, dan sebanyak 25 orang menyatakan
sangat setuju, atau sebanyak 35 orang (100 %) menyatakan setuju dan sangat
setuju terhadap pernyataan bahwa “dengan merk, hak produsen kripik dapat
dilindungi”. Jika digambar dalam bentuk diagram batang, tampak seperti
Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2 Diagram Batang Kesadaran Produsen Kripik terhadap “Merk
Dagang” (2)
Gambar 3 Diagram Batang Kesadaran Produsen Kripik terhadap “Merk
Dagang” (3)
Masih dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa terhadap pernyataan butir
7, responden menyatakan setuju sebanyak 8 orang dan sangat setuju sebanyak
22 orang atau sebanyak 30 orang (85,71%) menyatakan setuju dan sangat
setuju terhadap pernyataan butir 7. Terhadap butir 8, responden menyatakan
setuju sebanyak 12 orang dan sangat setuju sebanyak 22 orang atau sebanyak
34 orang (97,14%) menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan
butir 8. Terhadap pernyataan butir 9, sebanyak 14 orang menyatakan setuju,
dan sebanyak 21 orang menyatakan sangat setuju, atau sebanyak 35 orang
(100 %) menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan butir 9,
bahwa “dengan merk, produk kripik mudah dipasarkan melalui webb/blok,
sehingga dikenal masyarakat secara global’. Jika digambar dalam bentuk
diagram batang, tampak seperti Gambar 3 di atas.
Dengan demikian berdasarkan data-data dan analisis seperti
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran para produsen kripik
di Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto terhadap merk
dagang, sudah bagus. Dengan kesadaran tersebut diharapkan bagi produsen
kripik yang belum memiliki merk dagang segera mengurusnya. Dengan merk
dagang tersebut, keberlangsungan produsen kripik dapat dipertahankan,
bahkan peluang peningkatan pendapatan produsen kripik UKM/UD Dian
Putri Jaya menjadi sangat terbuka lebar.
B. Mesin Teknologi Tepat Guna (TTG) Pengolah Kripik
Hasil rancang bangun mesin teknologi tepat guna (TTG) pengolah kripik ini
terdiri dari mesin pengupas kulit bahan baku kripik (MPKBBK), mesin perajang
kripik (MPK), mesin pencuci rajangan kripik (MPRK), mesin peniris air (MPA) dan
mesin peniris minyak (MPM). Sebelum dioperasikan secara terus-menerus, mesin
TTG ini perlu diuji secara teknis (baik secara umum, maupun secara khusus).
Metode yang dikembangkan adalah uji kelayakan teknis dan uji kinerja masing-
masing mesin TTG pengolah kripik. Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan
data-data kinerja mesin pada kondisi optimum, sedangkan manfaatnya adalah untuk
memberikan rekomendasi tentang pengoperasian mesin pada kondisi/titik optimum
yang dapat dicapai. Masing-masing mesin beserta pengujiannya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku Kripik (MPKBBK)
Sebelum digunakan operasional secara penuh, dalam rangka meningkatkan
produktivitas UKM Dian Putri Jaya, perlu diadakan uji kelayakan teknis dan
kinerja terhadap MPKBBK. Hasil uji kelayakan teknis seperti tampak pada
Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Hasil uji Kelayakan Teknis Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku
Kripik (MPKBBK) dengan Putaran Mesin (n) =2800 rpm
Berdasarkan hasil uji kelayakan teknis seperti tampak pada Tabel 2,
dapat disimpulkan bahwa Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku Kripik
(MPKBBK) dapat dioperasionalkan secara penuh dalam rangka mengupas
bahan baku kripik UKM/UD. Dian Putri Jaya. Mesin MPKBBK, memiliki
kapasitas 35 kg/jam. Mesin ini dapat meningkatkan kapasitas produksi
sebesar (35-7,5) :7,5 x 100% = 366,66% dibanding kapasitas produksi secara
manual tradisional 7,5 kg/jam. Dengan kenaikan kapasitas produksi ini,
maka ongkos satuan produksi menjadi lebih murah, yang berarti
meningkatkan daya saing produk, sesuai dengan tuntutan era pasar bebas
Asean (MEA) 2015.
2. Mesin Perajang Bahan Baku Kripik (MPBBK)
Tabel 3. Uji Kinerja Mesin Perajang Bahan Baku Kripik (MPBBK) dengan
7 (tujuh) Variasi Ketebalan (Putaran mesin =2800 rpm)
Berdasarkan hasil uji kinerja disimpulkan bahwa MPBBK dapat
dioperasikan secara penuh dalam rangka meningkatkan produktivitas kripik.
Dengan pemanfaatan MPBBK, produktivitas kripik dapat ditingkatkan rata-
rata menjadi 55 kg/jam atau (55-12,5): 12,5 x 100% = 340 % atau
produktivitas rata-rata meningkat sebanyak 340 % dibanding produktivitas
secara manual tradisional sebanyak 10kg/jam. Dengan kenaikan
produktivitas ini, harga satuan produksi menjadi rendah, yang berarti
kemampuan daya saing produksi menjadi meningkat.
3. Mesin Pencuci Rajangan Bahan Baku Kripik (MPRBBK)
Bahan baku kripik yang telah dirajang, perlu dicuci dengan
menggunakan mesin pencuci rajangan kripik (MPRBBK).
Tabel 4 Hasil Uji Kinerja Mesin Pencuci Rajangan Bahan Baku Kripik
(MPRBBK) dengan 5 (lima) Variasi Berat Rajangan Kripik (kg) (n =
2800 rpm)
Berdasarkan hasil uji kinerja MPRBBK seperti tampak pada Tabel 5.6
di atas, bahwa untuk mencuci dengan kualitas baik rajangan bahan baku
kripik seberat 3 kg, dibutuhkan waktu selama 2,5 menit, MPRBBK
membutuhkan daya listrik sebesar 85 watt. Selanjutnya untuk mencuci
dengan kualitas baik, secara berturut-turut rajangan kripik seberat 4 kg, 5 kg,
6 kg, dan 7 kg, masing-masing membutuhkan waktu selama 3,5 menit, 4
menit, 4,5 menit dan lima menit, dan membutuhkan daya listrik (P), masing-
masing secara berturut-turut adalah sebesar 95 watt, 100 watt, 110 watt, dan
120 watt. Dari data ini dapat diketahui bahwa makin berat rajangan bahan
baku kripik yang dicuci, makin lama waktu pencucian, dan makin besar daya
listrik yang dibutuhkan.
Dengan pemanfaatan MPRBBK, produktivitas rata-rata pencucian
rajangan bahan baku kripik dapat ditingkatkan menjadi 50 kg/jam atau
produktivitas rata-rata meningkat sebanyak (50-10):10 x 100% % =400 %,
dibanding produktivitas secara manual tradisional sebanyak 10kg/jam.
Dengan kenaikan produktivitas ini, maka harga satuan produksi menjadi
rendah, yang berarti kemampuan daya saing produksi menjadi lebih
meningkat.
4. Mesin Peniris Air (MPA)
Tabel 5 Hasil Uji Kinerja Mesin Peniris Air (MPA)
Untuk memperoleh hasil penirisan rajangan bahan baku kripik
dengan baik, maka makin berat rajangan bahan baku kripik yang telah dicuci,
waktu yang diperlukan untuk penirisan makin lama, dan daya listrik (P) yang
dibutuhkan juga makin besar. Kapasitas MPA adalah 35kg/jam, yang berarti
dapat meningkatkan produktivitas= (35-8):8x100%=250% dibanding
produktivitas secara manual sebanyak 8kg/jam.
Jika rajangan kripik yang telah dicuci, dapat ditiriskan dengan baik
(kadar air yang terkandung kecil), maka waktu rata-rata penggorengan kripik
dapat dilakukan lebih cepat, dan pemakaian minyak goreng rata-rata menjadi
lebih hemat, yang berarti menurunkan harga satuan produksi, sehingga
kemampuan daya saing lebih meningkat. Hal ini sejalan dengan tuntutan era
pasar besar Asean (MEA), dimana Indonesia harus mampu bersaing dengan
negara-negara di kawasan Asean.
5. Mesin Peniris Minyak (MPM)
Rajangan bahan baku kripik yang telah ditiriskan (untuk mengurangi
kadar airnya), proses selanjutnya rajangan bahan baku kripik tersebut adalah
digoreng. Untuk mengurangi kadar minyak pada kripik, perlu dilakukan
penirisan dengan mesin peniris minyak (MPM).
Tabel 6 Hasil Uji Kinerja Teknis Mesin Peniris Minyak (MPM) (n= 2800
rpm)
Kapasitas MPM adalah 30kg/jam, yang berarti dapat meningkatkan
produktivitas= (30-10):10x100% =250% dibanding produktivitas secara
manual sebanyak 10 kg/jam. Penirisan minyak terhadap kripik yang telah
digoreng, menjadi titik kritis dari seluruh proses pembuatan kripik, dan
seberapa banyak tingkat kadar minyak dalam kripik menjadi penentu kualitas
dan umur kripik yang bersangkutan. Karena itu wajar jika titik kritis ini perlu
mendapat perhatian UD. Dian Putri Jaya, dan para pengusaha kripik pada
umumnya.
Jika kripik yang telah digoreng dapat ditiriskan dengan baik (kadar
minyak yang terkandung adalah kecil), maka kualitas kripik akan lebih bagus,
tidak tengik, dan umur rata-rata kripik akan menjadi lebih lama. Jika kualitas
kripik seperti itu dapat dicapai, maka kemampuan daya saing produk kripik
menjadi lebih meningkat, yang berarti akan mampu bersaing di lingkungan
pasar bebas Asean (MEA).
SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil survai terhadap peserta sosialisasi merk dagang, kesadaran para
produsen kripik di Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto
terhadap merk dagang, sudah bagus. Dengan kesadaran tersebut diharapkan bagi
produsen kripik yang belum memiliki merk dagang segera mengurusnya. Dengan
merk dagang tersebut, keberlangsungan produsen kripik dapat dipertahankan,
bahkan peluang peningkatan pendapatan produsen kripik termasuk UKM/UD
Dian Putri Jaya menjadi sangat terbuka lebar;
2. Hasil rancang bangun mesin teknologi tepat guna (TTG) pengolah kripik terdiri
dari mesin pengupas kulit bahan baku kripik (MPKBBK), mesin perajang bhan
baku kripik (MPBBK), mesin pencuci rajangan kripik (MPRK), mesin peniris air
(MPA) dan mesin peniris minyak (MPM) telah teruji kelayakan dan kinerjanya;
3. Pengaruh pemanfaatan masing-masing mesin TTG terhadap kapasitas dan
peningkatkan produktivitas kripik UD. Dian Putri Jaya adalah sebagai berikut: a.
Pemanfaatan MPKBBK dapat meningkatkan kapasitas produksi pengupasan kulit
bahan baku kripik sebesar 35kg/jam atau sebesar 366,66% dibanding kapasitas
produksi secara manual sebanyak 7,5 kg/jam; b. Pemanfaatan MPBBK, dapat
meningkatkan produktivitas rata-rata rajangan bahan baku kripik menjadi 55
kg/jam atau produktivitas rata-rata meningkat sebesar 340 % dibanding
produktivitas secara manual sebanyak 12,5kg/jam; c. Pemanfaatan MPRBBK,
dapat meningkatkan produktivitas rata-rata pencucian rajangan bahan baku kripik
menjadi 50 kg/jam atau produktivitas rata-rata meningkat sebesar 400 %,
dibanding produktivitas secara manual sebesar 10kg/jam; d. Pemanfataan MPA
dapat meningkatkan produktivitas rata-rata penirisan air menjadi 35kg/jam atau
produktivitas rata-rata meningkat sebesar 337,50 % dibanding produktivitas secara
manual sebanyak 8 kg/jam; e. Pemanfaatan MPM dapat meningkatkan
produktivitas penirisan minyak terhadap kripik menjadi 30kg/jam atau terjadi
peningkatan produktivitas rata-rata sebesar 250% dibanding produktivitas secara
manual sebanyak 10 kg/jam; f. Kandungan kadar minyak yang rendah pada kripik,
akan meningkatkan kualitas produk kripik, produk kripik tidak tengik, dan umur
rata-rata produk kripik akan menjadi lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Arfiningsih, Y. 2004. Perencanaan Usaha Cepiring Kimpul. Tugas Akhir. Jurusan
Teknologi Jasa dan Produksi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Ginting, E. 1994. Proporsi Penggunaan Ubi Jalar dalam Menu Sehari-hari dalam
Rangka Pengurangan Konsumsi Beras. Edisi khusus Balittan Malang 3 : 136-
144.
Kasno, A., N. Saleh dan E. Ginting. 2006. Pengembangan Pangan Berbasis Kacang-
Kacangan dan Umbi-Umbian Guna Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional.
Buletin Palawija no 12. 43-45.
Marinih,M. 2005. Pembuatan Keripik Kimpul Bumbu Balado dengan Tingkat Pedas
yang berbeda. Tugas Akhir. Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. Fakultas
Teknik. Univeristas Negeri Semarang.
Muliawan, D. (1991). Pengaruh berbagai Tingkat Kadar Air terhadap
Pengembangan Kripik Sagu Goreng. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.
Muslim, Supari. (2009). “Pengembangan model pemberdayaan masyarakat miskin
perkotaan di Surabaya”. Laporan Penelitian. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Kristiastuti, D. (2011). Model Pemasaran UKM Produsen Kripik lewat kerjasama
dagang dan pemasaran online di Kabupaten Sidoarjo” . Surabaya: Laporan
Penelitian. Bappeprov Jawa Timur.
Subekti, E.I. (1998). Optimasi Perencanaan Produksi Industri Kripik Udang/Ikan di
Perusahaan Kripik Indrasari Indramayu Jawa Barat. Skripsi. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.
Sulistiyowati, A. 1999. Membuat Keripik Buah dan Sayur. Jakarta: Puspa Swara.
Witjaksono, A.D. 2011. Perkuatan Usaha Kripik Jamur Champignon Organik
Berbahan Limbah Industri Pengalengan Jamur Sebagai Upaya Peningkatan
Pendapatan Masyarakat Di Desa Cowek Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Pasuruan. Laporan Kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.