MANAJEMEN PERBANKAN ISLAM
Pertemuan 1: Introduction: Bank and Financial Intermediation
1. Definition and Concept of Bank
Bank sebagai badan intermediaries bagi surplus unit (pihak yang memiliki dana) dan deficit
unit (pihak yang membutuhkan dana) dapat mengatasi hambatan ketika terjadi direct
transfer, diantaranya perbedaan pada:
a. Size Transformation: Peminjam membutuhkan jumlah dana yang besar sementara
pemberi pinjaman hanya meminjamkan jumlah yang lebih kecil.
b. Maturity Transformation: Pemberi pinjaman menginginkan likuiditas atas hartanya.
c. Risk Transformation: Pemberi pinjaman lebih suka aset dengan risiko rendah,
sementara peminjam terkadang menimbulkan risiko yang tinggi.
Selain itu, bank juga berfungsi untuk meminimalisir transaction cost dan kegagalan pasar
yang terjadi pada direct transfer
2. Bank Business Model
Definisi Umum Business Model:
“A business model describes the rationale of how an organization creates, delivers, and
captures value” by Alex Osterwalders
Definisi Model Bisnis Bank Syariah
a. Makro (sharia Perspective)
Menjelaskan bentuk-bentuk organisasi bank syariah, operasional, economic, social and
sharia value yang ditawarkan kepada masyarakat (public)
b. Mikro Perspective
sebuah MODEL/BENCHMARK yang menjelaskan operasional sebuah
perusahaan/organisasi untuk mendeliver value-value, sehingga Visi dan Misi
organisasi tersebut tercapai
Model Bisnis Bank Syariah
a. Two-Tier Mudharabah:
Mudharabah 1: nasabah sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib
Mudharabah 2: pengusaha sebagai mudharib dan bank sebagai shahibul maal
b. Two Window Model:
Bank menghimpun dana dengan menggunakan akad wadiah atau qardh (tanpa bunga
dan tanpa imbalan kecuali bonus). Menyalurkan dana simpanan nasabah dalam bentuk
akad investasi
c. Wakalah Model:
Bank Islam hanya berperan sebagai wakil nasabah dalam mengelola dana milik
nasabah. Sebagai imbalan, bank Islam dapat mendapatkan fee
Tiga Model Perbankan Syariah
a. MODEL PERTAMA
(Bentuk yang ideal dan sesuai dengan konsep perbankan syariah yang diharapkan).
Format Operasi: Bank syariah berbasis kontrak profit and loss sharing (PLS).
Ciri-ciri:
1. Akad PLS yang berlaku baik di sisi liability maupun aset.
2. Dominasi dana PLS di sisi liability dan financing PLS di sisi aset. Keduanya
berjangka panjang.
3. Pasar uang menyediakan dana jangka pendek dengan akad tabaru (qardh,
wadiah, dll).
4. Pasar modal didominasi oleh sukuk jangka panjang berakad investasi
(Mudarabah, musyarakah).
5. Lembaga pendukung yang lengkap: takaful, credit rating, otoritas pasar modal
syariah, dll.
6. Orientasi bank syariah: mencari profit langsung dari kinerja sektor riil
berjangka panjang.
b. MODEL KEDUA
(Yang umum dipraktekkan sekarang, termasuk yang berlaku di Indonesia).
Format Operasi: Bank syariah berbasis kontrak trading.
Ciri-ciri:
1. Akad revenue (loss) sharing di sisi liability, akad jual beli di sisi aset. Keduanya
berjangka pendek
2. Dominasi dana investasi di sisi liability dan akad jual beli di sisi aset. Keduanya
berjangka pendek.
3. Pasar uang menyediakan dana jangka pendek dengan akad tijarah .
4. Pasar modal didominasi oleh sukuk jangka pendek berakad jual beli dan sewa
(ijarah, salam, dll).
5. Orientasi bank syariah: mencari profit langsung dari kinerja sektor riil namun
berjangka pendek.
c. MODEL KETIGA
(Kecenderungan pengembangan bank syariah ke depan di negara-negara timur
tengah dan malaysia).
Format Operasi: Bank syariah berbasis kontrak indirect financing.
Ciri-ciri:
1. Akad revenue (loss) sharing di sisi liability dan akad sekuritisasi, jual beli di
sisi aset. Keduanya berjangka pendek.
2. Dominasi dana investasi di sisi liability dan akad jual beli sekuritas di sisi aset.
Keduanya berjangka pendek.
3. Pasar uang menyediakan dana jangka pendek dengan akad tijarah (tawaruq,
mudarabah, dll) yang di-trading dengan frekuensi tingi.
4. Orientasi pembiayaan secara tidak langsung ke sektor rill (via pasar keuangan
dan pasar modal syariah).
5. Pasar modal dan pasar ekuitas (saham) syariah yang berkembang pesat dan
didominasi oleh surat berharga jual beli, jangka pendek/panjang namun di –
trading dalam jangka pendek dengan frekuensi tinggi.
6. Orientasi bank syariah: mencari profit tidak langsung dari sektor riil yaitu via
trading surat berharga jangka pendek.
Penerapan Bisnis Model di Bank Syariah
3. Produk Bank Syariah
Pertemuan 2: Funding product of Islamic bank I
1. Islamic Bank Depositor Characteristics
Survey deposan dilakukan di pulau Jawa, kemudian di Sumatra dan Kalimantan. Kebanyakan dari Bank Islam berada di Pulau Jawa.
Berikut adalah hasil survey yang diadakan dua kali di Indonesia tersebut (2000 dan 2009)
persepsi deposan bank konvensional terhadap bank islam
2. Debt based contract vs Equity based contract
a. Debt Based Contract
Pada kasus krisis yang ekstrem:
Mayoritas pinjaman yang bank salurkan berada pada kondisi macet: NPL tinggi
Masyarakat membutuhkan tingkat likuiditas yang lebih tinggi kebutuhan transaksional
atau kehilangan kepercayaan kepada lembaga perbankan.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dibentuk untuk menjaga tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap institusi perbankan
Bail out tidak jarang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak negatif dari
kejatuhan suatu bank (too big to fail atau too many to fail). Kebijakan ini seringkali
dilematis karena memiliki potensi moral hazard yang besar. Contoh kasus: BLBI, Bank
Century.
b. Equity-Based Contract
Oleh karena itu sistem perbankan Islam yang berbasis ekuitas secara teoritis:
Jauh lebih stabil dibandingkan dengan sistem perbankan konvensional
Lebih adil dibandingkan dengan sistem perbankan konvensional
Fungsi intermediasi secara otomatis akan berjalan secara lebih efisien
Tantangan Equity-Based
Tingkat pemahaman yang rendah di masyarakat nasabah tidak siap
menanggung risiko bisnis yang dimiliki bank Islam
Bank Islam membutuhkan SDM yang kompeten equity based contract
membutuhkan bankir-bankir yang berjiwa entrepreneur
c. Funding with Wadiah Principle
Wadiah
adalah titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kepada si penitip kapan saja si penitip
menghendaki.
Jenis Wadiah
1. Wadi’ah Yad Amanah (safekeeping with trust)
2. Wadi’ah Yad Dhamanah (safekeeping with guarantee)
Wadiah Yad Amanah (Safekeeping with Trust)
1. Pihak penyimpan/Bank adalah Trustee
2. Aset yang dititipkan harus dikelola secara terpisah dari aset lainnya (aset dapat
berupa uang, barang, dokumen, surat berharga, atau aset lainnya)
3. Biaya penitipan boleh dibebankan kepada pihak penitip sebagai kompensasi atas
tanggung jawab pemeliharaan
4. Pihak Bank tidak boleh menggunakan atau memanfaatkan barang/aset yang
dititipkan, melainkan hanya menjaganya
5. Contoh: safe deposit box
Wadiah Yad Dhamanah (Safekeeping with Guarantee)
1. Pihak Bank adalah trustee yang juga berfungsi sebagai guarantor/penjamin
keamanan barang/aset yang dititipkan.
2. Aset dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi tertentu, dengan catatan bahwa Bank
akan mengembalikan aset tersebut pada saat penyimpan menghendaki.
3. Bank berhak untuk mendapatkan keuntungan dari aset dan atas keinginan sendiri,
diperbolehkan memberikan bonus kepada pemilik aset tanpa perjanjian yang
mengikat sebelumnya.
Produk Funding Bank Syariah
Sifat dari giro dan tabungan dengan prinsip wadiah:
Memiliki jangka waktu pendek dan merupakan bentuk kewajiban bank Islam yang
paling cepat jatuh temponya
Berdasarkan prinsip risk return trade off, cost of fund dari giro dan tabungan jauh
lebih murah dibandingkan deposito.
Pada akad wadiah yad dhamanah, bonus jika diberikan secara rutin dapat bermakna
tambahan (riba)
Berdasarkan liabilities type, dana wadiah yang berbentuk giro dan tabungan memiliki
ketidakpastian dari sisi nilai maupun waktu penarikan:
Bank Islam harus menggunakan DPK jenis giro dan tabungan wadiah untuk membiayai
aset jangka pendek, aman, dan tidak berisiko.
Pertemuan 3: Funding product of Islamic bank II
1. Mudharabah
Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi kerugian ketika nasabah sebagai
pemilik modal (shahibul mal) menyerahkan uangnya kepada bank sebagai pengusaha
(mudharib) untuk diusahakan
Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian ditanggung oleh pemilik
dana/nasabah
Dikenal juga dengan sebutan Islamic Investment Account.
Rukun dan ketentuan Syariah akad mudharabah
1. Pelaku (pemilik dana dan pengelola dana)
2. Obyek mudharabah (modal dan kerja)
3. Ijab kabul (persetujuan kedua belah pihak)
4. Nisbah keuntungan
Prinsip pembagian hasil usaha
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan :
1. prinsip bagi hasil (revenue sharing) = dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omzet).
2. Prinsip bagi laba (profit sharing). = dasar pembagian adalah laba neto (net profit)
yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal
mudharabah.
Contoh perhitungan bagi hasil
Penjualan Rp 1.000.000
HPP Rp 650.000
Laba kotor Rp 350.000
Biaya-biaya Rp 250.000
Laba (rugi) bersih Rp 100.000
metode profit sharing dengan nisbah pemilik: pengelola = 30:70
- Pemilik : 30% x Rp 100.000 = Rp 30.000
- Pengelola : 70% x Rp 100.000 = Rp 70.000
metode revenue sharing dengan nisbah pemilik:pengelola=10:90
- Pemilik : 10% x Rp 350.000 = Rp 35.000
- Pengelola : 90% x Rp 350.000 = Rp 315.000
- Bagi hasil untuk akad mudharabah musytaraqah
hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana
tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing; atau hasil investasi dibagi antara pengelola dana
(sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing,
selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilikdana sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
- Contoh perhitungan bagi hasil mudharabah musytarakah
A dan B usaha bersama, dimana A Investasi uang Rp. 2.000.000 dalam usaha B. Nisbah
untuk A dan B disepakati 1:3.
Setelah usaha berjalan, B ikut berinvestasi Rp. 500.000.
Laba Januari 2008 : Rp. 1.000.000
PERHITUNGAN BAGI HASIL MUDHARABAH MUSYTARAKAH
ALTERNATIF 1:
Pertama,
Bagian A: ¼ x Rp 1.000.000 = 250.000
Bagian B: ¾ x Rp 1.000.000 = 750.000
kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (B) tersebut
(Rp 1.000.000 – Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing;
Bagian A: Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x 250.000 = Rp 200.000
Bagian B : Rp 500.000/Rp 2.500.000 x 250.000 = Rp 50.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 750.000 + Rp 50.000 = Rp
800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000.
PERHITUNGAN BAGI HASIL MUDHARABAH MUSTARAKAH ALTERNATIF 2
Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing,
Bagian A: Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000
Bagian B: Rp 500.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) sebesar
Rp 800.000 (Rp 1.000.000 – Rp 200.000) tersebut dibagi antara pengelola dana
dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Bagian A: ¼ x Rp 800.000 = 200.000
Bagian B: ¾ x Rp 800.000 = 600.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 200.000 + Rp 600.000 = Rp
800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000.
Tabungan Mudharabah
Tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah
Memiliki 2 bentuk yaitu :
1. Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment Account) = tidak ada persyaratan
dari nasabah mau invest diperus bidang apa, yang penting sesuai syariah
2. Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account) = ada persyaratan dari
nasabah mau invest diperus dibidang tertentu.
2. Mudharabah mutlaqah and mudharabah muqayyah
Mudharabah mutlaqah (general investment)
Shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan (restriction) atas dana yang
diinvestasikan. Mudharib diberi kebebasan untuk mengelola dana tersebut
tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya. Aplikasi
perbankan yang sesuai dengan akad ini ialah time deposit biasa. Jangka waktu
dan bagi hasil disepakati bersama di awal akad Apabila bank mendapat
keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan awal Apabila bank mengalami
kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian bank, kerugian akan ditanggung
oleh nasabah deposan sebagai shahibul mal.
Rumus perhitungan bagi hasil:
Hari bagi hasil x nominal deposito mudharabah x tingkat bagi hasil
hari kalender yang bersangkutan
Jika pencairan dilakukan sebelum jatuh tempo, Bank syariah dapat mengenakan
denda (penalty) kepada nasabah sebesar 3% dari nominal Mudharabah
Mutlaqah, hal ini harus dijelaskan dalam akad.
Contoh:
Jangka waktu : 3 bulan (02-01-2014 s.d 02-04-2014)
Nominal deposito : Rp.100,000,000
Deposito dicairkan tgl : 10-03-2014
Tingkat bagi hasil tutup buku : 1% (setahun 12%)
Pajak : 20%
Mudharabah Muqayyah (special investment account)
Specific mandate (mudarabah muqayyadah)
Pemilik dana memberikan batasan/persyaratan tertentu kepada Bank Syariah
dalam mengelola investasinya, yang berkaitan dengan waktu, tempat, jenis
usaha, maupun objek investasinya.
3. Issues in Mudharabah Investment Account
Bank syariah menentukan expected return berdasarkan suku bunga nasional karena
belum adanya indeks return industri/bisnis yang dapat menjadi acuan bagi bank syariah
dalam menetapkan nisbah bagi hasil pembiayaan.
Saat ini produk mudharabah jarang digunakan oleh bank, karena bank takut menderita
kerugian (risk averse), sehingga prefer menggunakan akad murabahah dimana
keuntungannya sudah fixed.
Displaced Commercial Risk (DCR) yang didefinisikan sebagai sebuah resiko yang
muncul ketika Bank Syariah berada dalam tekanan untuk memberikan hasil (return)
yang lebih tinggi kepada Investor/deposannya melebihi yang seharusnya diberikan
berdasarkan kontrak investasi sebelumnya.
Alternatif untuk mengatasi DCR :
1. Profit Equalization Reserve (PRR)
2. Investment Risk Reserve (IRR)
Contoh:
Profit equalization reserve (PER) adalah sebagian dari pendapatan kotor dari
pendapatan mudharabah yang dikeluarkan/disisihkan , sebelum mengalokasikannya ke
bagian Mudharib dengan tujuan untuk memberikan return/hasil yang lebih merata
kepada pemilik rekening dan pemegang saham.
Investment Risk Reserve (IRR) adalah sebagian dari pendapatan Investor yang
disesuaikan dengan cara mengurangi bagian dari pendapatan mudharib yang bertujuan
untuk menutupi kerugian-kerugian di masa yang akan datang pada sebuah Investasi
yang dibiayai dengan skema pembiayaan berbentuk/berakad bagi hasil.
Pertemuan 4: Financing product of Islamic Bank: exchange based financing
1. Financing with Murabahah
Ibnu Qudamah (madzab Hanbali) mendefisinikan murabahah sebagai penjualan pada
biaya modal ditambah profit yang diketahui, pengetahuan atas biaya modal merupakan
sesuatu yang dipersyaratkan di dalam murabahah.
Rukun dan Syarat Sah Jual Beli
1. Orang/pihak yang berakad, yakni penjual dan pembeli
a. Syarat pembeli dan penjual adalah merdeka, baligh, berakal sehat, dan rasyid
(mampu menggunakan hartanya dengan baik serta bukan orang yang boros
yang terkena larangan mengelola harta).
b. Penjual secara khusus dipersyaratkan sebagai pemilik sempurna atas barang
yang dijualnya atau mendapat izin untuk menjualnya.
c. Untuk kasus jual beli salam, dipersyaratkan bagi penjual kemampuan untuk
menyerahkan barang pada waktu yang dijanjikan.
d. Adapun pembeli dibolehkan jual beli bagi anak kecil dengan syarat sudah
mumayyiz (mampu membedakan baik dan buruk), namun untuk transaksi yang
materiil harus dengan seizin walinya.
2. Harga
3. Barang yang diperjualbelikan (obyek akad)
a. Syarat barang yang diperjualbelikan adalah termasuk barang mubah
(halal), baik (tayyib), suci, dimiliki secara penuh/sempurna oleh
penjual, dapat diserahterimakan kepada pembelinya, dan dijelaskan
kondisinya kepada pembeli.
b. Untuk jual beli salam, spesifikasi barang harus jelas dan mampu
diserahterimakan meskipun tertunda waktunya.
4. Kalimat akad (ijab qabul)
5. Keridhaan kedua pihak yang berakad
Ketetentuan Umum Akad Murabahah
1. Barang yang diperdagangkan harus riil, tetapi tidak diharuskan berwujud, seperti
hak dan royalti.
2. Mata uang dan berbagai produk moneter yang menjadi subyek jual beli mata uang
(bai’ al sharf) tidak dapat diperjualbelikan melalui akad murabahah, karena harus
diperjualbelikan secara kontan/tunai (mengandung illat riba fadhl).
3. Sekuritas yang merepresentasikan hutang yang dimiliki seseorang tidak dapat
menjadi subyek murabahah, dengan alasan (i) hutang tidak dapat dijual kecuali
dengan cara hawalah, dan (ii) setiap manfaat/profit dari suatu hutang adalah riba.
4. Penjual harus menyatakan harga asal dan semua tambahan biaya yang terjadi dalam
penjualan barang tersebut, dan penjual harus jujur dalam hal ini
5. Penjual harus mengungkapkan semua hal yang terkait dengan barang yang
diperjualbelikan, berbagai cacat yang ada atau kelebihan barang tersebut, serta
model pembayaran ke penjual aslinya. Kondisi terakhir ini terkait dengan syarat
kesempurnaan kepemilikan barang oleh penjual.
6. Margin keuntungan pada harga merupakan kesepakatan kedua pihak. Sekali harga
telah ditetapkan (cost plus margin) dan pembayarannya tertunda (kredit), maka
tidak dibolehkan menambah harga.
7. Jika penjual memberikan informasi yang salah, maka pembeli mempunyai hak
khiyar (memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual beli tersebut.
8. Sebagaimana dalam jual beli pada umumnya, pihak penjual dan pembeli memiliki
hak khiyar, baik khiyar majlis, khiyar ’aib.
Jenis-Jenis Murabahah dalam Perbankan Syariah
1. Murabahah Purchase Order
2.
untuk operasional perusahaan
3. Credit-Based Sale/Mark-up or Riba
4. Bonafide Murabahah/True-Sale
5. Trading House Model
6. Financial Services Division of Manufacturer or Retailer
7. Bai Bithaman Ajil
Murabahah Purchase Order
1. Akad murabahah klasik sulit untuk diterapkan di perbankan syariah:
a. Bank bukanlah institusi bisnis pada umumnya sehingga tidak dapat
memiliki persediaan dan menanggung risiko kepemilikan
b. Bank tidak dapat stok persediaan dan tidak memiliki gudang
sehingga akad murabahah klasik sulit untuk diterapkan di perbankan
syariah
2. Menurut AAOIFI, akad murabahah klasik dapat diubah/dimodifikasi menjadi
murabahah purchase order (MPO):
a. Bank syariah tidak perlu memiliki gudang dan persediaan aset yang
akan dijual
b. cProses pembiayaan dengan menggunakan akad MPO dapat
didahului oleh pesan (order) atau wa’d yang bersifat tidak mengikat
c. Pengadaan aset yang menjadi objek pembiayaan dilakukan oleh bank
syariah setelah wa’d diterima dan penjualan kembali aset tersebut
kepada calon debitur dilakukan dengan menggunakan akad
murabahah
1. Pada 24/06/2012, debitur meminta bantuan untuk membeli mobil ke bank syariah.
2. Pada hari berikutnya, 25/06/2012, bank membeli mobil yang diinginkan melalui supplier.
3. Bank meminta supplier untuk mengirim mobil pada 26/06/2012, ke kantor bank.
4. Setelah debitur melihat mobil, bank dan debitur menegosiasikan harga dan syarat kontrak
pembiayaan murabahah.
5. Debitur membayar secara bertahap sesuai dengan persyaratan yang disepakati dalam
kontrak melalui periode mulai dari 26/06/2012 hingga 24/06/2015.
6. Setelah seluruh utang dilunasi, bank mengembalikan sertifikat mobil kepada debitur.
Contoh kalkulasi pricing murabahah di bank Syariah
1. Harga murabahah = Harga pokok + margin
Ingat bahwa profitabilitas bank tidak hanya permasalahan berapa jumlahnya tetapi juga
berapa lama keuntungan tersebut dapat tercapai
Jadwal angsuran merupakan bagian tidak terpisahkan dari data pembiayaan murabahah
2. Cara pehitungan angsuran perbulan
Rumus perhitungan angsuran:
Angsuran perbulan = (Jumlah piutang - uang muka) /jangka waktu angsuran
Cara perhitungan pendapatan margin
Pendapatan margin = total margin / total piutang bersih x 100%
Risiko Pada Akad Murabahah
1. Terdapat beberapa jenis risiko yang melekat pada akad MPO:
a.
memilih untuk tidak melakukan akad jual beli
b. risiko terkait kepemilikan bank terhadap
suatu aset seperti hilang dicuri, rusak, dan sebagainya
c.
cicilan pokok maupun marjin murabahah
2. Bagaimana cara mitigasi risiko pada akad MPO?
a. Penggunakan akad rahn dengan menyertakan aset sebagai jaminan
b. Mencocokkan waktu pembelian aset ke supplier dengan rencana akad
murabahah dengan calon debitur
c. Inspeksi kualitas barang yang dikirim dari supplier sebelum dijual kepada calon
debitur
Special Features for BBA & Murabahah
1. BBA
Harga Akhir harus disetujui secara kontrak dan diketahui oleh kedua belah pihak
Pembayaran harga ditangguhkan
Jangka waktu harus jelas
Tidak perlu menyatakan principal dan mark up
Long-term financing
2. Murabahah
Sale & Purhase berdasarkan kepercayaan (aqd al-amanah)
Membutuhkan pengungkapan penuh & transparansi antar pihak
Principal dan mark-up harus diungkapkan dengan jelas
Pembayaran harga bisa spot atau ditangguhkan
Short term financing
Pertemuan 5: Financing product of Islamic banking: investment based financing
1. Financing with mudharabah contract
Jenis Mudharabah
a. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah bebas
Mudharib dibebaskan mengelola modal mudharabah
b. Mudharabah muqdayyah
Mudharabah terikat
Mudharib diberi batasan2 dalam mengelola modal mudharabah
c. Mudharabah musytarakah
Pengelola dana turut menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi
Modal dalam bentuk Aset Non Kas?
perdebatan: non kas berpotensi gharar saat penentuan initial value dan saat nilai
berubah2.
Solusi dari 3 Mahzab: Bisa dijual untuk menentukan nilai asset saat dibutuhkan. Tapi
Syafii tidak sependapat.
Apakah boleh Shahibul Maal menyerahkan Modal dari Hutang?
Setiap manfaat yang diperoleh dari utang adalah riba. Akad akan menjadi rusak.
Bolehkah mudharib menyerahkan dana Shahibul Maal kepada Pihak Ketiga?
Single-tier mudharabah: one rabbul maal and one mudarib
Multi-tier mudharabah: penyedia dana (rabbulmal) mempercayakan dana mereka
kepada agen, yang bertindak sebagai perantara dan yang nantinya berurusan dengan
para pengusaha yang dipilih untuk melaksanakan proyek.
Pengusaha (mudarib) dari kontrak mudarabah (bagi hasil) dapat mengalihkan modal
kepada pengusaha lain (mudarib) dalam kontrak mudarabah (bagi hasil) lainnya dengan
izin dari penyedia modal utama. Keuntungan dari investasi akan dibagi antara penyedia
dana (rabbulmal) dan pengusaha pertama (mudarib) berdasarkan rasio yang telah
ditentukan di antara mereka dan sisanya akan dibagi dengan mudarib lainnya.
Hikmah akad mudharabah
a. Ada sebagian orang yang memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk membuatnya
menjadi produktif.
b. Ada pula orang yang tidak memiliki harta tetapi ia mempunyai kemampuan untuk
memproduktifkan-nya.
c. Dengan akad mudharabah, dapat tercipta kerjasama antara modal dan kerjasama
demi kemashlahatan dan kesejahteraan umat manusia.
d. Agar dapat memberi manfaat dan keringanan kepada manusia.
Berakhirnya akad mudharabah
1. Pada waktu yang telah ditentukan
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.
5. Modal sudah tidak ada
Penilaian pembiayaan
a. Berdasarkan PBI No. 8/21/PBI/2006 penilaian terhadap kualitas Pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan kemampuan membayar mengacu pada ketepatan
pembayaran angsuran pokok dan atau pecapaian rasio antara Realisasi Pendapatan
(RP) dengan Proyeksi Pendapatan (PP).
Realisasi Pendapatan X 100%
Proyeksi Pendapatan
b. PP dihitung berdasarkan pada analisis kelayakan usaha dan arus kas masuk nasabah
selama jangka waktu Pembiayaan.
c. PP dan RP dihitung berdasarkan rata-rata akumulasi selama periode pemiayaan
mudharabah dan musyarakah yang telah berjalan
d. Bank dapat mengubah PP berdasarkan kesepakatan dengan nasabah apabila
terdapat perubahan atas kondisi ekonomi makro, pasar, dan politik yang
mempengaruhi usaha nasabah:
1. Jika tenor pembiayaan adalah satu tahun, maka revisi dapat
dilakukan maksimal 1 kali
2. Jika tenor pembiayaan lebih dari satu tahun, maka revisi dapat
dilakukan hingga dua kali
e. Bila jangka waktu pembiayaan lebih dari 1 tahun, maka nasabah wajib mengangsur
secara berkala sesuai dengan proyeksi arus kas nasabah
f. Selain kemampuan membayar dari debitur, penilaian kualitas pembiayaan dapat
dilakukan dengan melihat :
1.
kualitas manajemen, dukungan dari grup yang terafiliasi
2. modalan, arus kas,
sensitivitas terhadap risiko pasar
g. Idealnya penilaian kualitas pembiayaan dilakukan berdasarkan kombinasi dari
ketiga hal tersebut, tidak hanya bergantung pada kemampuan membayar
h. Terdapat beberapa kritik terhadap PBI terkait penilaian pembiayaan
mudharabah/musyarakah:
1. Penilaian kualitas pembiayaan dilakukan berdasarkan angsuran
2. Keuntungan tidak didapatkan setiap bulan, tergantung dari bisnis
nk Syariah menjadi
tidak cocok dengan kegiatan usaha yang siklikal
i. Namun, PBI membuka ruang bagi bank untuk menyesuaikan pembayaran cicilan
berdasarkan arus kas debitur:
Tidak harus bulanan, bisa disesuaikan dengan siklus arus kas debitur
Permasalahan di Mudharabah
1. Asymmetric Information meliputi adverse selection dan moral hazard.
2. Asymmetric Information timbul karena salah satu pihak memiliki informasi yang
tidak diketahui pihak lainnya:
a. Debitur sebagai pengelola usaha memiliki informasi jauh lebih banyak
dibandingkan bank syariah sebagai pemilik dana
b. Dalam mudharabah, sh-ahibul maal tidak diperkenankan turut serta dalam
jenis apa?
3. Moral hazard merupakan kondisi dimana debitur menyalahgunakan dana modal:
a.
dalam melakukan screening
4. Peluang timbulnya asymmetric Information sangat besar terjadi di dalam equity
financing.
5. Adverse Selection merupakan permasalahan asymetric information yang terjadi ex
ante, yaitu sebelum disalurkannya kredit/pembiayaan.
6. Adverse Selection merupakan permasalahan yang timbul ketika pemilik dana
memlilih entrepreneur yang akan diberikan kredit/pembiayaan. Permasalah
tersebut timbul karena pemilik dana tidak mengetahui dengan pasti
tipe/karekteristik entrepreneur.
a. Berbagai studi mencoba merumuskan cara terbaik untuk mengatasi masalah
adverse selection
b.
sosial, mobile prepaid, e-commerce, dan lain sebagainya
Moral Hazard
a. Moral hazard merupakan permasalahan yang timbul ketika entrepreneur
menggunakan kredit/pembiayaan yang diterimanya tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan.
b. Sumber dari moral hazard adalah asymetric information, yakni tindakan agent tidak
dapat diobservasi.
c. Pada skema bunga, moral hazard dapat ditoleransi sepanjang debitur tidak default.
d. Mengurangi moral hazard dengan cara dilakukan monitoring dan verifikasi atas
upaya entrepreneur.
Cara penyelesaian agency problem
1.
a. Menetapkan kovenan (syarat) agar mudharib melakukan bisnis yang risiko
operasinya lebih rendah (lower operating risks).
b. Menetapkan kovenan (syarat) agar mudharib melakukan bisnis dengan
arus kas yang transparan (lower fraction of unobservable cash flow).
c. Menetapkan kovenan (syarat) agar mudharib melakukan bisnis yang
biaya tidak terkontrolnya rendah (lower fraction of non-controllable
costs).
2. m screening dan
monitoring yang baik, mulai dari pada saat awal akad hingga akad berjalan. Misal:
debitur diminta untuk memberikan laporan keuangannya secara periodic
3.
yang terlibat harus amanah dalam mengelola dana dari investor. Tidak perlu
mengeluarkan berbagai beban yang tidak relevan shingga menurunkan bagian
keuntungan untuk pemilik modal
4. Corporate governance: dewan syariah
5. asymmetric information dapat diatasi jika rabal maal dapat mengumpulkan lebih
banyak informasi mengenai operasi perusahaan terutama melalui proses
pemantauan.
6. Rabbul maal harus mengevaluasi dan memantau visi, tujuan, strategi pasar, strategi
keuangan, dan proses produksi mudharb ketika kontrak sedang dilaksanakan.
Pertemuan 6: Financing product on Islamic banking: investment based financing
1. Financing with musyarakah contract
Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
masing pihak memberi kontribusi dana dan kerja dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi
dana.
Skema akad musyarakah
Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, kerugian dibagi berdasarkan
kontribusi modal
2. Type of musyarakah
Jenis akad musyarakah/syirkah
a. Syirkah al-‘inan
Akad kerjasama antara dua orang atau lebih
Setiap pihak memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi dalam
kerja
Tiap pihak sepakat untuk berbagi keuntungan atau kerugian
Porsi masing-masing pihak tidak harus sama
b. Syirkah mufawadhah
Akad antara dua orang atau lebih
Masing-masing pihak memberikan kontribusi yang sama tentang
dana
Partisipasi kerja dan berbagi keuntungan/kerugian dalam jumlah
yang sama
c. Syirkah a’maal (abdan)
Akad antara dua orang atau lebih
Masing-maisng pihak memiliki profesi sama untuk menerima
pekerjaan secara bersama
Berbagi keuntungan dari pekerjaan tersebut
d. Syirkah wujuh
Akad antara dua orang atau lebih yang sama-sama memoliki
keahlian dalam bisnis tanpa modal
Pihak tersebut membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan
dan menjual barang tersbeut secara tunai
Hasilnya mereka saling berbagi keuntungan/kerugian berdasarkan
kontribusi jaminan kepada penyuplai
Jenis musyarakah berdasarkan masa kepemilikan modal
a. Musyarakah permanen
Kontribusi dana setiap mitra tetap hingga akhir akad
b. Musyarakah menurun (MMQ)
Dana salah satu mitra dialihkan secara bertahap sehingga diakhir
akad mitra lain menjadi pemilik penuh usaha musyarakah
3. Implementation of musyarakah
Rukun Syirkah
Pihak yang berkontrak
Obyek akad (modal, kerja, keuntungan, kerugian)
Sighat ijab Kabul
Contoh:
Nasabah Bank BNIS mengajukan pembiayaan pembuatan Gondola dari sebuah
perusahaan Gondola terkemuka di Indonesia, PT FMR. Total Nilai proyek yang akan
dikerjakan adalah sebesar Rp 1.200.000.000, termasuk PPN 10%. Berdasarkan
perhitungan kebutuhan modal kerja, nasabah membutuhkan MK sebesar Rp
1.000.000.000. Bank memiliki aturan untuk memberikan share pembiayaan maksimal
70% dari kebutuhan pembiayaan. Berdasarkan proyeksi cashflow nasabah penarikan
modal kerja dilakukan secara sekaligus dan pembayaran dilakukan setelah
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan kontrak.
Pertanyaan:
a. Berapakah pembiayaan maksimal yang dapat diberikan oleh Bank dan dana yang
harus dipersiapkan nasabah (self financing)?
b. Berapa besar bagi hasil yang harus dibayar nasabah jika kesepakatan nisbah antara
bank dan nasabah yaitu 10:90 ?
Jawaban:
Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak
yang berserikat (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak
lainnya.
a. Skema musyarakah mutanaqisah
b. Komponen Akad musyarakah mutanasiqah
Total Nilai Proyek 1.200.000.000
PPN 10% 120.000.000
Total Nilai Proyek (Nett) 1.080.000.000
Kebutuhan MK 1.000.000.000
Pembiayaan Bank (70%) 700.000.000
Self Financing (30%) 300.000.000
Nisbah Bank dan Nasabah 10:90
Bagi Hasil ke Bank 108.000.000
1. Akad musyarakah/syirkah
2. Akad bai’ (jual beli)
Menajdi akad musyarakah mutanasiqah.
c. Hak dan Kewajiban
1. Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada saat akad
2. Memperoleh keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati pada saat akad
3. Menanggung kerugian sesuai proporso modal
4. Pihak pertama (syarik) wajib berjanji untuk menjual selluruh hishshah-nya
secara bertahap dan pihak kedua (syarik) wajib membelinya
d. Contoh:
Bapak Umar mengajukan pembiayaan pembelian rumah kepada BMI dengan
skema Musyarakah Mutanaqisah. Harga rumah tersebut sebesar Rp 700.000.000.
Berdasarkan ketentuan internal BMI, bank hanya bisa memberikan maksimal
pembiayaan 90% dari harga rumah.
Pertanyaan:
a. Berapakah pembiayaan maksimal yang dapat diberikan oleh Bank dan dana yang
harus dipersiapkan nasabah (self financing)?
b. Berapakah besar hishshah nasabah dan Bank setelah pembayaran sewa pertama
kali, jika harga sewa rumah Rp 3.000.000 per bulan dan nasabah membayar
kelebihan Rp 2.000.000 per bulan sebagai transaksi pembelian hishshah. Asumsi
porsi (bank 90, nasabah 10) keuntungan sewa nasabah digunakan juga untuk
membeli hishshah bank?
Jawaban:
Harga Rumah 700.000.000
Pembiayaan Bank (90%) 630.000.000
Self Financing (10%) 70.000.000
Harga Sewa Rumah 3.000.000
Porsi Profit Bank dari Sewa 2.700.000
Porsi Profit Nasabah dari Sewa 300.000
Pembayaran Tambahan Nasabah 2.000.000
Hishshah setelah Pembayaran ke-1:
Bank 627.700.000
Nasabah 72.300.000
Total Harga Rumah 700.000.000