MAKALAH MODEL MODEL KONSELING 1 EKSISTENSIAL HUMANISTIK
DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH
MODEL MDEL KONSELING 1
Dosen Pembimbing: Pramana Adi Wiguna, M.Pd
DISUSUN OLEH :
1. Andi Aprila (11145000)2. Nugroho Yulian Parandika (1114500053)3. Devi Novianti (1114500039)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas ridho-Nya
kami dapat menyelesaikan sebuah Makalah Model Model Konseling 1 dengan tema
Eksistensial Humanistik. Dan tugas ini kami buat untuk melengkapi tugas mata
kuliah Model Model Konseling.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan banyak-banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini
1. Pramana Adi Wiguna, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan semangat, bimbingan serta arahan bagi kami dalam penyusunan
tugas ini.
2. Semua teman-teman yang terlibat dan ikut sertaanya dalam penyusunan tugas
ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena
itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Tiada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT.
Terima kasih.
Pemalang, 1 April 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar......................................................................................... 2
2. Hakekat Manusia................................................................................... 5
3. Hakekat Konseling ................................................................................ 6
4. Tujuan Konseling .................................................................................. 8
5. Karakteristik Konseling ........................................................................ 8
6. Peran dan Fungsi Konselor ................................................................... 9
7. Hubungan Konselor dengan Klien ........................................................ 10
8. Tahap Konseling ................................................................................... 11
9. Teknik Konseling .................................................................................. 13
10. Kelebihan dan Keterbatasan ................................................................. 15
11. Asumsi Perilaku Bermasalah ................................................................ 16
12. Contoh Kasus penerapan Eksistensial Humanistik ............................... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUANA. Latar belakang
Usaha yang di lakukan manusia dalam membantu masalah manusia tidak
mungkin tanpa mengenal dengan baik tentang manusia itu sendiri.Unik dan rumitnya
perilahal manusia sebagai makhluk individu, telah melahirkan bermacam-macam
konsep dan pandangan. Toeri humanistik di kembangkan oleh Maslow tahun 1908-
1970 di Amerika serkat.
Dasar falsafahnya Phenomenology yang menganggap bahwa manusia pada
dasarnya baik dan layak di hormati dan mereka akan bergerak ke arah realisasi
potensi-potensi mereka, manakala kondisi lingkungannya memberikan kemungkinan.
Psikoterapai Humanistik membicarakan kepribadian manusia di tinjau dari segi self
dasi akunya.Konnsep utama yang anut adalah usaha untuk mengerti manusia sebagai
mana adanya, mengetahui mereka dari realitasnya, melihat dunia sebagai mana
mereka melihatnya, memahami mereka bergerak dan mempunyai keberadaan yang
unik, kongkrit dan berbeda dari teori yang abstrak.Teori humanistik di katakan
demikian, karena menekankan kemampuan-kemampuan yang khas
manusiawi.Manusia mempunyai kemampuan untuk refleksi diri, kemampuan
aktualisasi potensi-potensi kreatif dan juga ke khususan manusia, yaitu menentukan
bagi dirinya sendiri secara aktif.
B. Rumusan masalah
1. Konsep dasar / landasan historis
2. Hakekata manusia
3. Hakekat konseling
4. Tujuan konseling
5. Karakteristik konseling
6. Peran dan fungsi konselor
iv
7. Hubungan konselor dengan klien
8. Tahap konseling
9. Teknik konseling
10. Kelebihan dan keterbatasan
11. Asumsi Perilaku bermasalah dalam konseling eksistensial Humanistik
12. Contoh Kasus penerapan Eksistensial Humanistik
v
BAB II
PEMBAHASAN1. Konsep Dasar
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang
muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme
yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli
psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan
sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai
keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan,
cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Abraham Maslow Yang terkenal dengan teori aktualisasi diri di lahirkan di
New York pada tahun 1908. Ia meninggal di Calivornia pada tahun1907. Maslow
seorang anak yang pandai mejalani hubungan yang baik dengan ibunya yang otoriter
yang sering kali melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan dirinya pada masa
kecil sebagai seorang yang pemalu,kutu buku dan neurotic. Tetapi ,maslow tidak
selamanya menjadi neurotic dan benci pada dirinya sendiri. Ia sepenuhnya menyadari
potensinya ,dan menjadi psikilog humanisme terkenal yang mengispirasi banyak
perubahan masyarakat kearah yang positif.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan
tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara
manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan
pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi,
tujuan dan pemaknaan.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan
psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah
membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang
merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Menurut Maslow, yang
terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih
vi
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit”. Pendekatan ini melihat kejadian bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak
positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran
humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan
positif ini.
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan
ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih
– alih suatu system teknik – teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.
Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan
suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi tentang manusia.
Teori dan Pendekatan Konseling Eksistensial-humanistik berfokus pada
diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada
pemahaman atas manusia. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia
tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab
berkaitan. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik dalam konseling menggunakan
sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan
terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu
pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup
kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri,
kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian
makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada dalam
hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan
mengaktualkan diri. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang
psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia
yang lain dalam proses teurapeutik.
vii
Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan
menekankan kesadaran diri sebelum bertindak.Kesadaran diri berkembang sejak
bayi.Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing
individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang
berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih meningkatkan
kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam
setiap tindakan yang di ambilnya.
Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari
pendekatan eksistensial yaitu :
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan
memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin
besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih
alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka
pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan
kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga
bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak
terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi
kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada
kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi –
potensinya.
3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya
dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan
dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi
viii
keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni
mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.
Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat adalah :
1) Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan
dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap
orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2) Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu
manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi
diri.
3) Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas
merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self
expression.
Menurut Akhmad Sudrajat individu yang salah suai tidak dapat mengembangkan
potensinya. Dengan kata lain, pengalamannya tertekan.
2. Hakekat Manusia
Gerakan eksistensial berarti rasa hormat pada seseorang, menggali aspek baru
dari perilaku manusia dan metode memahami manusia yang beraneka ragam.
Falsafah eksistensial memberikan landasan bagi pendekatan terapeutik yang
memfokuskan pada individu-individu yang terpecah serta bersikap asing antara satu
dengan yang lain yang tidak melihat adanya makna dalam lingkungan keluarga serta
system sosial yang ada pada waktu itu. Falsafah itu timbul dari keinginan untuk
menolong orang dalam mengarahkan perhatian pada tema dalam hidup. Yang
diperhatikan adalah orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hal mendapatkan
makna dari tujuan hidup dan dalam hal mempertahankan identitas dirinya (Holt,
1986).
ix
Fokus yang sekarang menjadi arah pendekatan eksistensial adalah rasa
kesendirian di dunia dan usaha menghadapi kecemasan akan isolasi ini. Daripada
berusaha untuk mengembangkan aturan-aturan bagi terapi, maka sebagai gantinya
para praktisi eksistensial berusaha keras untuk memahami pengalaman manusia yang
dalam ini. (May & Yalom, 1989).
Pandangan eksistensial akan sifat manusia ini sebagian dikontrol oleh
pendapat bahwa signifikansi dari keberadaan kita ini tak pernah tetap, melainkan kita
secara terus menerus mengubah diri sendiri melalui proyek-proyek kita. Manusia
adalah makhluk yang selalu dalam keadaan transisi, berkembang, membentuk diri
dan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang berarti pula bahwa kita menemukan sesuatu
dan menjadikan keberadaan kita sebagai sesuatu yang wajar.
Pandangan manusia menurut teori Humanistik:
1. Filsafat Eksistensialis memandang manusia sebagai indvidu dan merupakan problema
yang unik dari existensi kemanusiaan. Manusia merupakan seorang yang ada, yang
sadar dan waspada akan keberadaanya sendiri. Setiap orang menciptakan tujuannya
sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakan esensidan fakta existensinya.
2. Bahwa manusia sebagai makhluk hidup, menentukan apa yang ia kerjakan dan yang
tidak ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Jadi yang pokok
adalah apakah seorang berkeinginan atau tidak sebab filsafat eksistensialis percaya
bahwa setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya. Dengan kata lain
setiap individu merupakan penentu utama akan tingkah laku dan pengalamannya.
3. Teori humanistik mendsar pendapat bahwa manusia tidak pernah statis , ia selalu
menjadi sesuatu yang berbeda . untuk menjadi sesuatu ini maka manusia harus berani
menghancurkan pola – pola lama, berdiri pada kaki sendiri dan mencari jalan, kearah
manusia yang baru dan lebih besar menuju aktualisasi diri.
4. Menekankan pada kesadaran manusia, pengalaman personal yang berhubungan
dengan eksistensi dalam dunia orang lain.
3. Hakekat Konseling
x
Hakikat konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi
tentang apa artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada
asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan
perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-
humanistik adalah hubunganya dengan klien.Kualitas dari dua orang yang bertatap
muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.
1. Pendekatan ini berasal dari motivasi dalam diri yang rumit dan dinamis. Inilah yang
membedakan teori ini dengan teori yang mencari struktur dalam diri individu atau
struktur reinforcement dari lingkungan. Namun teori eksitensial dan humanistic
menyetujui adanya kehendak bebas dan juga kreativitas nyata, dan pemenuhan diri.
2. Pendekatan eksitensial tidak selalu merupakan pendekatan idiografis; mereka
menganggap pengalaman setiap orang unik. Filsuf beraliran eksitensial menyatakan
bahwa individu secara lansung bertanggung jawab atas kepribadian. Bagaimana saya
menghadapi cinta , etika, kecemasan , kebebasan, dan kematian . apakah saya akan
membiarkan aliensi menggelamkan saya dalam kesengaraan mendalam , atau
akankah saya memakai kehendak bebas untuk melawannya dan mencapai aktualisasi
diri, ciri mendasar dari dilemma eksitensial adalah adanya kemungkinan tercapainya
kemenangan jiwa manusia.
3. Pendekatan humanistik , yang didasarkan pada eksitensialisme tetapi menolak
pesimisme, adalah pendekatan yang paling optimis terhadap kepribadian yang
memandang manusia dan permasalahan spiritual secara positif. Orientasi humanistic
maslow , yang mempelajari individu yang sudah sepenuhnya dewasa dan utuh ,
membuat psikologi kepribadian memberikan atensi pada aspek positif dan spiritual
teersebut. Tetapi, inkonsistensi dan ambiguitas dalaam teori Maslow membuat
kontribusinya lebih seperti pandangan yang memberikan pengaruh besar , alih-alih
sebuah teori yang solid.
4. Pendekatan humanistik terhadap kepribadian bermanfaat bagi penelitian lintas budaya
dan penelitian tentang kelompok etnik, suatu kebutuhan yang ditekankan dalam buku
ini. Banyak psikolog eksitensial- humanistic terkejut secara pribadi dan secara
intelektual- oleh aliran fasisme pada tahun 1930-1940.
xi
5. Pendekatan humanistik terhadap kepribadian memiliki dampak praktis dan
berkesenambungan pada masyarakat umum dalam hal persaingan diri. Saat
ini ,tidaklah aneh apabila seorang pekerja ( atau bahkan sekelompok rekan kerja)
pada suatu waktu ingin mengasingkan diri.’’ Peristirahatan’’ ini berbeda dengan
liburan atau tamasya. Selama mengasingkan diri kita mungkin menenangkan diri
dilokasi yang indah, berusaha mengenali perasaan kita , memperbaruhi cinta kita
untuk pasangan , menciptakan music atau melakukan hal kreatif lainnya, berlatih,
mungkin juga bermeditasi atau berdo’a. aktivitas tersebut berasal dari asumsi
humanistic bahwa setiap individu memiliki otensi diri unik yang akan muncul apabila
dikembangkan dengan baik.
6. Psikologi kepribadian humanistik tidak hanya berbeda dengan pendekatan lain dalam
pokok permasalan dan filsafatnya, tetapi juga dalam ideologinya. Psikolog
humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat
kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik
tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya,
serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
7. Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan
kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap
kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia
bertanggung jawab atas dirinya.
8. Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi
eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman
subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan
satu arah baru dalam hidup.
9. Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah Konseling
yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam menghayati makna
kehidupan manusia di bumi ini. Konseling Eksistensial Humanistik berfokus pada
xii
situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup tanggungjawab pribadi,
kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan
makna diri kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain,
kematian serta kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
4. Tujuan Konseling
Menurut Gerald Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan terapeutik yaitu :
a. Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama
psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari
keberadaan otentik :
1) Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang,
2) Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
3) Memikul tanggung jawab untuk memilih.
b. Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan
pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan
memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban
kekuatan – kekuatan deterministic di luar dirinya.
Tujuan Konseling menurut Akhmad Sudrajat yaitu :
1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya
menurut apa adanya. Saya adalah saya.
2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-
pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar
individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal
mungkin.
xiii
3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam
proses aktualisasi dirinya.
4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat
dijangkau menurut kondisi dirinya.
5. Karakteristik Konseling
Adapun karakteristik dari terapi eksistensial humanistik adalah sebagai
berikut:
1. Eksistensialisme bukanlah suatu aliran melainkan suatu gerakan yang memusatkan
penyelidikannya manusia sebagai pribadi individual dan sebagai ada dalam dunia
(tanda sambung menunjukkan ketakterpisahan antara manusia dan dunia).
2. Adanya dalil-dalil yang melandasi yaitu:
a. Setiap manusia unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan
mengevaluasi dunia, dan dalam bereaksi terhadap dunia.
b. Manusia sebagai pribadi tidak bisa dimengerti ddalam kerangka fungsi-fungsi atau
unsur-unsur yang membentuknya.
c. Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan memusatkan
perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi, belajar, dorongan-
dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku emosional tidak akan mampu
memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman manusia
3. Berusaha melengkapi, bukan menyingkirkan dan menggantikan orientasi-orientasi
yang ada dalam psikologi
4. Sasaran eksistensial adalah mengembangkan konsep yang komperehensif tentang
manusia dan memahami manusia dalam keseluruhan realitas eksistensialnya,
misalnya pada kesadaran, perasaan-perasaan, suasana-suasana perasaan, dan
pengalaman-pengalaman pribadi individual yang berkaitan dengan keberadaan
individualnya dalam dunia dan diantara sesamanya.
5. Tujuan utamanya adalah menemukan kekuatan dasar, tema, atau tendensi dari
kehidupan manusia, yangdapat dijadikan kunci kearah memahami manusia.
xiv
6. Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan tanggung jawab,
skala nilai-nilai individual, makna hidup, penderitaan, keputusasaan, kecemasan dan
kematian.
6. Peran dan Fungsi Konselor
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama
yang mencakup hal-hal berikut :
1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
2. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
4. Berorientasi pada pertumbuhan
5. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
6. Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
7. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
Hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia secara implisit menunjukkan
kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif
8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9. Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan
klien
Peran dan Fungsi konselor sebagai berikut :
1. Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil keputusan
atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
2. Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang agar klien
memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri.
3. Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar klien mampu
memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.
4. Membentuk kesempatan seluas – luasnya kepada klien, bahwa putusan akhir
pilihannya terletak ditangan klien.
xv
Dalam buku Gerald Corey, May ( 1961 ) memandanga tugas terapis diantaranya
adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia : “Ini adalah saat
ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang
mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”.
7. Hubungan Konselor dengan Klien
Dalam membicarakan masalah hubngan pertologan dari teori Humanistik ini,
dikemukakan ciri - ciri hubungan konselor dan konseli sebagai berikut:
1. Adanya hubungan psikologis yang akrab antara konselor dan klien.
2. Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problemnya dan
apa yang diinginkan.
3. Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku
individu dengan tanpa memberikan sanggahan.
4. Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu merupakan kunci atau
dasar yang paling menentukan dalam hubungan yang diadakan.
5. Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya juga keadaan lingkungannya sangat
diperlukan oleh konselor.
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya
dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik
merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa
sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas
dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan
perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan pencarian menyelidiki
kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang
tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May
dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas
konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara
penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing
xvi
klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab
berhubungan dengan si klien itu (Yalom, 1980).
Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati, yang mencakup
kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani kesulitan mereka dan
akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif akan keberadaan mereka.
Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk mengajak klien mereka benar-benar
menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku yang otentik dan pengungkapan
diri. Oleh karena itu konselor mengajak klien untuk tumbuh dengan mencontoh
perilaku otentik. Mereka bisa menjadi transparan apabila dianggap cocok untuk
diterapkan dalam hubungan itu, dan sifat kemanusiaannya bisa menjadi stimulus
untuk diambil potensi riilnya oleh klien.
Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan
diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih – alih pada
teknik-teknik yang mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman
klien sekarang, bukan “masalah” klien. Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran
yang otentik difokuskan kepada “di sini dan sekarang”. Masa lampau atau masa
depan hanya penting bila waktunya berhubungan langsung (Gerald Corey.1988:61).
Pola hubungan :
1. Hubungan klien adalah hubungan kemanusiaan. Konselor berstatus sebagai partner
klien, setara dengan klien sehingga hubungannnya berada dalam situasi bebas tanpa
tekanan.
2. Klien sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.
3. Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak pura – pura.
8. Tahap Konseling
1. Tahap Awal
Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Selama tahap
pendahuluan, konselor membantu klien dalam hal mengidentifikasi dan
mengklarifikassi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak untuk mendefinisikan
xvii
dan menanyakan tentang cara mereka memandang dan menjadikan eksistensi mereka
bisa diterima. Mereka meneliti nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk
menentukan kesahihannya. Bagi banyak klien hal ini bukan pekerjaan yang mudah
oleh karena mereka mungkin pada awalnya memaparkan problema mereka sebagai
hamper seluruhnya sebagai akibat dari penyebab eksternal. Mereka mungkin berfokus
pada apa yang orang lain “jadikan mereka merasakan sesuatu” atau betapa orang lain
bertanggung jawab sepenuhnya akan apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan.
Konselor mengajar mereka bagaimana caranya untuk becermin pada eksistensi
mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka
dalam hidup.
2. Tahap Pertengahan
Pada tahap tengah dari konseling eksistensial, klien didorong semangatnya
untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari system nilai mereka. Proses
eksplorasi diri ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan beberapa
restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Klien mendapatkan cita rasa yang lebih
baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas. Mereka
mengembangkan gagasan yang jelas tentang proses pemberian nilai internal mereka.
3. Tahap Akhir
Tahap terakhir dari konseling eksistensial berfokus pada menolong klien
untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri.
Sasaran terapi adalah memungkinkan klien untuk bisa mencari cara pengaplikasian
nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan yang kongkrit. Biasanya klien
menemukan kekuatan mereka dan menemukan jalan untuk menggunakan kekuatan
itu demi menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.
Adapun beberapa tahap lain yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi
eksistensial antara lain :
1) Terapis menunjukkan kepada klien untuk meningkatkan kesadaran diri atas alternatif-
alternatif, motivasi-motivasi, dan tujuan-tujuan pribadi. Serta menunjukkan bahwa
harus ada pengorbanan untuk mewujudkan hal itu.
xviii
2) Terapis membantu klien dalam menemukan cara-cara klien menghindari penerimaan
kebebasannya, dan mendorong klien belajar menanggung resiko atas keyakinannya
terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
3) Terapis membantu klien untuk membangkitkan keberaniannya mengakui
ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya, dan kemudian mengajak klien untuk
tidak bergantung dengan orang lain secara neurotik.
4) Terapis membantu klien dalam menciptakan suatu sistem berlandaskan cara hidup
yang konsisten.
5) Terapis membantu klien untuk menemukan makna hidupnya
6) Terapis membantu klien untuk mentoleransi segala bentuk ketakutan dan kecemasan
sebagai bentuk pembelajaran yang penting dalam hidup
7) Terapis mendorong atau memotivasi kliennya untuk mewujudkan aktualisasi dirinya
9. Teknik Konseling
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan
secara ketat.Prosedur-prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori konseling
lainnya. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di
dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Serta membantu
individu menyadari diri sesungguhnya dapat memecahkan masalah mereka dengan
intervensi ahli terapi yang minimal.
Teknik yang digunakan mendahului pemahaman. Karena menekankan pada
pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam
menggunakan metode – metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa
bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari
satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama Meskipun terapi
eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis eksistensial dan
humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas – tugas dan tanggung jawab terapis.
Psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih – alih
xix
system teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang
mencakup hal – hal berikut (Gerald Corey.1988:58) :
1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
2. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
4. Berorientasi pada pertumbuhan.
5. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang
menyeluruh.
6. Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak di tangan
klien.
7. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan
pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit menunjukkan kepada
klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan
klien.
Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana
sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip kerja
teknik humanistik antara lain :
1) Membina hubungan baik (good rapport)
2) Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya
3) Merangsang kepekaan emosi klien
4) Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.
5) Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6) Membuat klien menjadi adequate
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
xx
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi dorongan
6. Pertanyaan terbatas
7. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna.
Menurut Akhmad Sudrajat teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam
pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana dikembangkan
oleh Carl R. Rogers. meliputi:
(1) acceptance (penerimaan)
(2) respect (rasa hormat)
(3) understanding (pemahaman)
(4) reassurance (menentramkan hati)
(5) encouragementlimited questioning (pertanyaan terbatas)
(6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan)
(7) memberi dorongan
Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat
memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik, mengambil keputusan
yang tepat, mengarahkan diri mewujudkan dirinya.
Yang paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia
subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan
pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu, dan
bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu (May &Yalom,
1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode yang mencakup ruang yang
cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga dengan klien yang
sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik.
Di satu sisi, mereka menggunakan teknik seperti desentisasi (pengurangan
kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi bebas, atau
restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan pemahaman dari konselor
xxi
yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang dikhususkan atau dianggap
esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain, beberapa orang eksistensialis
mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua memberi kesan kekakuan,
rutinitas, dan manipulasi.
Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal
menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif
menantang dan memahami klien.
10. Kelebihan dan Keterbatasan
Kelebihan Eksistensial Humanistik
1) Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
2) Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
3) Memanusiakan manusia.
4) Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap
fenomena sosial.
5) Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien
seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan
ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa
Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl
Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien
untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta
menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas
permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien
menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan
pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau
pemberian bantuan kepada klien. Selain memberikan sumbangannya terhadap
xxii
konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi
pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik
(humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu
secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional,
sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model
pendidikan humanist.
Kelemahan Eksistensial Humanistik
1) Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
2) Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
3) Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan
ditentukan oleh klien sendiri)
4) Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketakpastian kapan berakhir,
berapa jam dan berapa kali pertemuan
5) Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang rendah
( klien yang ekstrem yang membutuhkan penangan secara langsung)
11. Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik
Pribadi yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu
tidak mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga
kesadaran tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak
dapat dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang
produktif.
Adapun Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik dipengaruhi oleh tidak
terpenuhinya aspek-aspek sebagai berikut:
Kesadaran Diri
Berhubungan dengan kemampuan manusia untuk menyadari diri dan
menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk aktivitas-
aktivitas berpikir. Dengan demikian, meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan
xxiii
kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Tidak
jarang manusia yang tidak memiliki kesadaran akan dirinya akan mengalami
masalah-masalah dalam kehidupannya.
Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri dn memiliki kebebasan untuk
memilih diantara alternatif-alternatif. Masalah akan timbul jika manusia tidak bisa
mengatur kebebasannya dan mengarahkan hidupnya.
Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain
Meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan dari luar dirinya
sendiri, yaitu untuk berhubungan dengan orang lain dan alam. Kegagalan dalam
berhubungan dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan manusia kesepian,
mengalami aliensi, keterasingan, dan depersonalisasi.
Pencarian makna Hidup
Kecemasan sebagai syarat hidup
Kesadaran atas kematian dan Non-ada
12. Contoh Kasus penerapan Eksistensial Humanistik
Siska mahasiswa semester akhir pada universitas ternama di Semarang. Saat
ini dia sedang merasakan kekhawatiran karena dia akan dilamar oleh pemuda idaman
orang tuanya. Mereka sudah pernah bertemu pada acara keluarga, menurutnya
pemuda itu mempunyai akhlak yang baik dan sudah bekerja sebagai dosen di
perguruan tinggi swasta. Siska menjadi ragu untuk menghadapi lamaran itu karena
selama ini dia tidak pernah memiliki teman pria yang special atau bisa disebut pacar.
Karena teman laki-laki Siska dulu saat masih SMA sudah meninggal karena
kecelakaan saat mereka berdua berboncengan motor dari pulang sekolah. Sejak
informasi bahwa ada pemuda yang akan melamarnya, perasaannya menjadi asing, dia
ingin memberikan kepercayaan namun sangat sulit baginya. Siska selalu terbayang
bahwa dia bisa saja kehilangan lagi orang yang dia kasihi, namun disisi lain Siska
merasakan kesepian dan membutuhkan seorang teman yang bisa memahaminya.
xxiv
Ketidakkonsistenan dan pertentangan ini membuat siska menjadi bingung. Hingga
akhirnya memutuskan untuk menemui konselor.
Proses Konseling :
Konselor memahami klien untuk menyadari keberadaannya dalam dunia.
Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya
secara bebas. maka konselor selanjutnya memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam
kaitan dengan apa yang diungkapkan oleh klien. Konselor terlibat dalam sejumlah
pernyataan pribadi relevan dan pantas tentang pengalaman klien, dimana pada klien
merasakan kesepian dan kekhawatiran kehilangan kembali orang yang dicintainya.
Konselor meminta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap
keharusan memilih dalam dunia yang pasti. Ketakutan klien dalam mengahadapi
realitas bahwa ada pemuda yang akan melamarnya dan hubungannya dengan
kehilangan orang yang pernah dikasihinya. Konselor menantang klien untuk melihat
seluruh cara dia menghindari pembuatan keputusan dengan berasumsi akan
kehilangan orang yang dikasihinya lagi jika membuka hati nya untuk pemuda yang
akan melamarnya dan konselor memberikan penilaian terhadap penghindaran yang
dilakukan klien.
Konselor mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode
sejak memulai proses konseling. Selanjutnya konselor memberitahukan kepada klien
bahwa ia sedang mempelajari bahwa apa yang dialaminya adalah suatu sifat yang
khas sebagai manusia bahwa dia pada akhirnya sendiri, bahwa dia akan mengalami
kecemasan atas ketidakpastian keputusan yang dibuatnya, dank lien akan berjuang
untuk menetapkan makan kehidupannya di dunia yang sering tampak tak bermakna.
xxv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan
bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita
lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah
hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi
konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Ada tiga tahap
dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Dan tidak ada teknik khusus yang
digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik.
Kecocokannya untuk diterapkan di Indonesia terletak pada pendapat kalangan
eksistensial tentang kebebasan dan control dapat bermanfaat untuk menolong klien
menangani nilai-nilai budaya mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
B. Saran
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang
penting,dapat mengarahkan hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita
harus mengasah kemampuan (kreatifitas) kita secara baik berdasarkan pengalaman –
pengalaman pribadi kita di lingkungan.Kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal
atau masalah klien kita nantinya.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
Gerald, Corey. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung : PT ERESCO
Feist, Jess & Gregory J Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Mahasiswa BK. 2009. Model-Model Konseling. UMK
Online(http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-
eksistensial/06511676)
Online(http://syarifah-mimien.blogspot.com/2005/03/terapi-eksistensial-
humanistik.htm)
Online(http://akhmadsudrajat.woordpress.com)
Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi, eksistensial dan humanistic.
Bandung: PT rafika aditama
Rahmasari,Diana.,2012. Peran Filsafat Eksistensialisme terhadap Terapi
Eksistensial-Humanistik untuk Mengatasi Frustasi Eksistensial Volume 2
Nomor 2
Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Malang: Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang
Rosjidan. 1988. Pengantar teori-teori konsleing. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sukardi, D.K. 1985. Pengantar teori konseling: suatu uraian ringkas, Jakarta
Timur: Ghalia Indonesia
xxvii
xxviii