PERHITUNGAN BURDEN OF DISEASE KASUS JANTUNG DAN STROKE DI SURABAYA
Oleh kelompok 3
Aviana Gita L 101211131009
Mei Linda Setiorini 101211131202
Meivin Istiqomah 101211131211
Yunita Sari 101211131230
Tyara Sundari 101211133053
Mariatul Fithriasari 101211133060
Nur Jelita Amin D 101211133073
KELAS MINAT EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
BAB I
LATAR BELAKANG
Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan
darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner, sedangkan Gagal Jantung/Payah
Jantung (fungsi jantung lemah) adalah ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup ke
seluruh tubuh yang ditandai dengan sesak nafas pada saat beraktifitas dan/atau saat tidur
terlentang tanpa bantal, dan/atau tungkai bawah membengkak. Berbeda dengan Stroke yang
merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau global, munculnya
mendadak, progresif, dan cepat.
Menurut laporan WHO, hampir 17 juta orang di dunia meninggal tiap tahunnya akibat
penyakit degeneratif. Di Negara maju seperti Amerika Serikat, kematian akibat penyakit jantung
dan pembuluh darah pada tahun 1996 mencapai 959,227 penderita, yakni 41,4% dari seluruh
kematian. Dari jumalah tersebut, 276,124 kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner
yang merupakan penyebab kematian nomor satu (Ulfah, 2000).
Faktanya, penyakit kardiovaskular lebih banyak ditemukan di Negara dengan pendapatan
nasional rendah dan sedang (Depkes, 2007). Kecenderungan perubahan ini dikarenakan
perubahan gaya hidup dam lingkungan yang sebenarnya berasal dari konsisi sosial dan ekonomi
(Holland et all, 1991). Pada tahun 2002, data dunia menunjukkan bahwa India merupakan
Negara dengan angka kesakitan Heart Disease dan Stroke tertinggi di dunia, dari 1.049.549.000
jiwa total populasi terdapat 1.531.534 kematian untuk heart disease dan 1.652.885 angka
kematian untuk stroke (WHO,2002).
Di Indonesia, data WHO menunjukkan bahwa terjadi pergeseran urutan penyebab
kematian terbanyak di Indonesia dari penyakit infeksi menjadi kardiovaskular. Hal ini
menyebabkan Indonesia berada di posisi ke-4 setelah RCC, India dan Amerika Serikat. Semula
pada tahun 1972 penyakit Kardiovaskular berada pada urutan ke 11 (SKRT,1972) lalu meningkat
ke urutan 3 pada tahun 1986 (SKRT,1986), dan menempati posisi teratas mulai tahun 1992
sampai pendataan terakhir tahun 2001 (Depkes RI, 2007).
Di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya, antara tahun 1990-2000an ada sebanyak
750 orang per tahun yang berobat. Lalu, tahun 2001-2010 meningkat menjadi 1.000 pasien per
tahun. Namun, sejak tahun 2011 jumlahnya meningkat jadi 1.600 per tahun (Neurologist
Universitas Airlangga Surabaya, 2012). jantung dan stroke merupakan penyebab utama
gangguan fungsional dimana 20% penderita yang bertahan hidup masih membutuhkan perawatan
di institusi kesehatan setelah 3 bulan dan 15-30% penderitanya mengalami cacat permanen.
Keduanya merupakan kejadian yang menmgubah kehidupan dna tidak hanya mempengaruhi
penderitanya namun juga seluruh kerluarga dan pengasuh. Akibat gangguan fungsional ini
penderita jantung dan stroke harus mengeluarkan biaya yang besar untuk perawtan rehabilitasi
disamping juga kehilangan produktivitasnya. (Goldstein dkk, 2006, Bilic dkk,2008)
Oleh karena itu kelompok kami mencoba menghitung dan membahas besarnya rata-rata
biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien jantung dan stroke dipandang dari segi biaya langsung
dan tidak langsung dari pasien dan pendamping pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
1. BOD (BURDEN OF DISEASE ) PASIEN SEMBUH
A. Biaya Langsung
Perhitungan ini merupakan analisis dari pasien kasus sembuh, dimana usia
pertama sakit adalah 40 tahun, umur saat sembuh adalah 43 tahun. Pekerjaan Wiraswasta
dengan gaji Rp 20.000.000. Biaya rawat jalan setiap 1 kali per bulan adalah Rp
1.000.000,- dengan biaya transportasi : Rp 7.0000,- per kontrol. Pasien ini pernah di
Rawat inap selama 2 minggu dengan biaya mandiri sebesar Rp Rp 10.000.000. Selama
rawat inap didampingi istri yang berprofesi sebagai wiraswasta dengan gaji Rp
20.000.000, biaya makan pengantar sebesar Rp 20.000,- per hari.
1. Biaya Rawat Jalan
= 3 tahun × Rp 12.000.000 / tahun
= Rp 36.000.000
2. Biaya Rawat Inap
= Rp 10.000.000 dalam 2 minggu
3. Biaya Obat
= 36 bulan × Rp 2.500.000
= Rp 90.000.000
B. Biaya Tak Langsung
1. PRODUCTIVITY LOSS Pasien
= 36 bulan ×Rp 20.000.000
= Rp 720.000.000
2. PRODUCTIVITY LOSS Pengantar
= × Rp 20.000.000
= Rp 10.000.000
3. Biaya Transportasi
= Rp 7000 × 36 bulan
= Rp 252.000
4. Biaya Makan Pengantar
= Rp 20.000 × 14 hari
= Rp 280.000
C. Prevalensi Pasien Sembuh = 0,5 %
D. Jumlah Penduduk Jawa Timur = 37.000.000 jiwa
E. PERHITUNGAN BOD Pasien sembuh
BOD pasien sembuh = [Rp 136.000.000 + Rp 730.532.000] × 0,5% × 37.000.000 jiwa= Rp 866.532.000 × 0,5% × 37.000.000 jiwa= Rp 16.030.842.000.000.000
2. BOD PASIEN TERUS SAKIT
Data survey pada pasien terus sakit adalah sebagai berikut: Umur pasien pertama kali
sakit adalah 40 tahun dan umur saat ini adalah 52 tahun. pasien bekerja sebagai PNS dengan gaji
Rp 3.000.000,- per bulan. sampai saat ini Pasien melakukan Rawat jalan selama 2 bulan sekali
dan Setiap kali kontrol membayar biaya secara mandiri sebesar Rp RP 150.000,-, biaya
transportasi sebesar Rp 10.000 per control. Selama rawat jalan selalu didampingi istri yang
bekerja sebagai pegawai. Gaji istrinya adalah Rp 3.000.000 per bulan.
A. Biaya Langsung:
1. Rawat jalan = (12 x 12 tahun)/2 x Rp 150.000
= 144/2 x Rp 150.000
= 72 x Rp 150.000 = Rp 10.800.000
2. Obat = 144/2 x 5000.000 = 72 x 5000.000 = 360.000.000
3. Total Biaya langsung = 370.800.000
Biaya Langsung Harga
Rawat Jalan Rp 10.800.000
Obat RP 360.000.000
Total Biaya Langsung Rp 370.800.000
BOD pasien sembuh = [Total Biaya Langsung + Total Biaya Tak Langsung] x
Prevalensi Pasien sembuh x Jumlah penduduk
B. Biaya Tidak Langsung
1. Productivity Loss Pasien = 18 x 3000.000 = 54.000.000
2. Transportasi = (12 x 12)/2 x 10.000 = 72 x 10.000 = 720.000
3. Total Biaya Tidak Langsung: = 54.720.000
Biaya Tidak Langsung Harga
Productivity Loss Pasien Rp 54.000.000
Transportasi RP 720.000
Total Biaya Langsung Rp 54.720.000
C. DALY = UHH – Rerata usia terdiagnosa sakit = 72-40 = 32
D. Prevalensi pasien terus sakit = 1,3%
E. Jumlah penduduk = 37.000.000 jiwa
F. Perhitungan BOD pasien terus sakit
BOD pasien terus sakit =(Rp 370.800.000 + Rp54.720.000) x 32tahun x 1,3% x
37.000.000 jiwa
= Rp 654.960.384.000.000.000
3. BOD Pasien Meninggal
Data dari survey pada keluarga pasien meninggal diketahui umur pasien saat pertama kali
sakit adalah 61 tahun, passion meninggal diusia 61 tahun. Pasien bekerja sebagai PNS dengan
gaji Rp 2.500.000/ bulan. Masa pensiun PNS adalah umur 63 tahun. Pasien melakukan Rawat
BOD pasien terus sakit = [Total Biaya Langsung + Total Biaya Tak Langsung]
x [DALY] x Prevalensi Pasien Terus Sakit x Jumlah penduduk
jalan selama 2 bulan dengan biaya BPJS dan mandiri dengan premi sebesar 59.500 dan biaya
mandiri sebesar Rp 72.000.000,-. Selama sakit didampingi istrinya yang bekerja sebagai polwan
dengan gaji sebesar Rp 5.000.000 / bulan . Biaya makan selama mendampingi rawat inap adalah
sebesar Rp 50.000 / hari dan biaya transport sebesar Rp 5.000 / hari
A. Biaya Langsung
1. Biaya rawat inap dan obat
= BPJS + Mandiri (Rawat Inap dan Obat )
= ( 2bln x Rp 59.500 ) + ( Rp 72.000.000 )
= Rp 119.000 + Rp 72.000.000
= Rp 72.119.000
B. Biaya Tidak Langsung
1. Production Loss Pasien
= 2 bln x Rp 2.500.000
= Rp 5.000.000
2. Production Loss Pengantar
= 2 bln x Rp 5.000.000
= Rp 10.000.000
3. Biaya makan pengantar
= Rp 50.000 x 60 hari
= Rp 3.000.000
4. Transport pengantar
= Rp 5.000 x 60 hari
= Rp 300.000
C. DALY = UHH – usia pertama sakit
= 72 tahun – 61 tahun
= 11 tahun
D. Prevalesnsi pasien meninggal = 3,6
E. Jumlah Penduduk = 37.000.000 jiwa
F. Perhitungan BOD pasien meninggal
= [(Rp 90.419.000) + (11 thn x Rp 5.000.000)] x 3,6% x 37.000.000 jiwa
= [ Rp 90.419.000 + Rp 55.000.000 ] x 3,6% x 37.000.000 jiwa
= Rp 145.419.000 x 3,6% x 37.000.000 jiwa
= Rp 19.369.810.800.000.000
4. RATA-RATA BOD PASIEN JANTUNG DAN STROKE
Biaya Tiadak Langsung Harga
Production Loss Pasien Rp 5.000.000
Production Loss Pengantar Rp10.000.000
Makan Ro 3.000.000
Transportasi Rp 300.000
Total Biaya Tidak Langsung Rp 18.300.000
BOD Pasien Meninggal = [ (Biaya Langsung + Biaya Tak Langsung ) + (DALY x PLpasien) ] x Prevalensi Meninggal x Jumlah Penduduk
Rata-rata = BOD pasien sembuh + BOD pasien terus sakit + BOD pasien meninggal
3
= Rp 16.030.842.000.000.000+Rp 654.960.384.000.000.000+Rp 19.369.810.800.000.000
3
= Rp 230.120.245.600.000.000,-