MAKALAH BAHASA INDONESIA
KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT WILAYAH PERBATASAN
Disusun Oleh
S A N D I N I
1 REGULER B
P2.31.30.0.10.076
Dosen Pembimbing
DR. Dra. Sri Yuliawati, M.Pd
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA IITEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
JL. HANG JEBAT III BLOK F3 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATANTAHUN AJARAN 2010-2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul Kondisi Kesehatan Masyarakat
Wilayah Perbatasana.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia
yang diberikan oleh ibu DR. Dra. Yuliawati, M.Pd, juga sebagai sarana untuk menambah
wawasan bagi orang yang membacanya.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan,
untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat
menambah wawasan bagi pembacanya.
Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1B. Tujuan Pembahasan....................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A.Daerah Perbatasan...................................................................................3-4B. Papua Nugini, potret negara perbatasan..................................................4-7C. Kondisi Wilayah Perbatasan Indonesia...................................................7-8D.Kondisi Kesehatan Masyarakat di daerah Perbatasan.............................9-E. Upaya Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat
di Daerah Perbatasan..............................................................................9-10
BAB III. Penutup
A. Kesimpulan...........B. Kritik dan saran...
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan perbatasan yang luas dengan jumlah penduduk yang relatif kecil dan
persebaran tidak merata menyebabkan rentang kendali pemerintah, pengawasan dan
pembinaan masyarakat sulit dilakukan. Tingkat kesejahteraan masyarakat daerah
perbatasan relatif tertinggal (miskin). Umumnya mereka hidup hanya mengandalkan
hasil-hasil dari alam, mata pencarian penduduk setempat umumnya adalah petani ladang
berpindah dan penebang kayu. Tingkat kesehatan mereka pun cukup memprihatinkan,
karena pendapatan mereka yang tidak menentu dan kurangnya tenaga medis
mengakibatkan banyaknya penduduk yang tidak memperhatikan komposisi makanan
mereka sehingga banyaknya penderita gizi buruk, yang paling dominan mengenai anak
– anak di bawah umur.
Kondisi kesehatan masyarakat di daerah perbatasan menjadi hal yang sangat
penting untuk di perhatikan. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat daerah perbatasan yaitu gaya hidup yang tidak sehat, tidak
mengkonsumsi makanan yang bergizi serta kurangnya ilmu pengetahuan.
Permasalahan inilah yang kini menjadi hal yang sangat kompleks dalam
memperhatikan kondisi kesehatan masyarakat di daerah perbatasan. Sebagaimana yang
kita ketahui kesehatan merupakan modal utama untuk tetap bertahan hidup dan telah
menjadi kebutuhan yang amat penting. Maka dari itu mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan menanamkan gaya hidup sehat dalam kehidupan pribadi dan masyarakat,
itulah penerapan yang harus dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan agar tetap
optimal.
1
B. Tujuan Pembahasan
Untuk memberikan informasi dan membangun, serta turut berpartisipasi dalam
meningkatkan mutu kesehatan di daerah perbatasan. Mengajarkan masyarakat di daerah
perbatasan untuk lebih mengetahui mana makanan – makanan yang baik di konsumsi
dan mana makanan yang tidak baik untuk di konsumsi, serta menghindarkan diri
mereka dari gaya hidup yang menyimpang dari kesehatan. Menyadarkan masyarakat
daerah perbatasan merupakan tanggung jawab kita bersama, yang sebagaimana kita
ketahui bahwa masyarakat daerah perbatasan memiliki pengetahuan yang minim serta
gaya hidup mereka yang perlu perubahan.
2
BAB I
PEMBAHASAN
A. Daerah Perbatasan
Disaat masyarakat kota hidup dengan bergemilangan fasilitas yang
berkecukupan bahkan lebih, namun jauh dari sudut terpencil dan asing mungkin saja.
Mereka hidup dengan keterbatasan, karena mereka tinggal di daerah perbatasan dengan
sejuta keterbatasan yang ada. Ironis memang, kita sudah merdeka puluhan tahun tapi
tidak berarti bagi masyarakat perbatasan yang selalu hidup dengan keterbatasan.
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di ASEAN bahkan di
Dunia, mulai dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Nias sampai pulau Rote tapi
pembangunan belum merata, bahkan Listrik yang merupakan sumber penerangan
nasional belum mampu menyentuh daerah perbatasan dan terpencil lainnya. Mungkin
inilah yang menjadi kelemahan bangsa yang besar dan hal ini bisa dimanfaatkan oleh
negara lain untuk menambah daerah kekuasaannya dan ini sudah terbukti dengan
lepasnya pulau sipada dan lingitan.
Indonesia, sebagai negara ASEAN yang memiliki wilayah paling luas tidak
memiliki ambisi teritorial untuk mencaplok wilayah negara lain. Hal tersebut sangat
berbeda dengan negara tetangga kita, Malaysia, yang tidak pernah berhenti untuk
memperluas wilayahnya. Usaha itu di antaranya dengan mengakuisisi pulau-pulau
dalam sengketa dan memindah-mindah patok perbatasan darat seperti yang dilakukan
oleh Malaysia terhadap Indonesia di mana titik-titik perbatasan darat Indonesia –
Malaysia di Pulau Kalimantan selalu digeser oleh Malaysia. Akibat dari aktivitas ilegal
3
Malaysia itu wilayah kita semakin sempit sementara wilayah Malaysia semakin luas.
Perkembangan terakhir dalam konsep strategi maritim Malaysia (dengan membangun
setidaknya tiga pangkalan laut besar di Teluk Sepanggar, Sandakan dan Tawau)
menunjukkan bahwa mereka semakin serius “mengarah ke timur” alias ke perairan
antara Kalimantan dan Sulawesi.
Ambisi teritorial Malaysia tidak hanya dilakukan terhadap Indonesia. Kisah
sukses Malaysia dalam merebut Pulau Sipadan dan Ligitan dengan cara membangun
kedua pulau tersebut saat ini sedang diterapkan oleh Malaysia di Kepulauan Spratley
yang menjadi sengketa banyak negara (a.l. Malaysia, China, Vietnam, Philipina) juga
dibangun oleh Malaysia. Indonesia yang menjunjung kejujuran dan menganggap bahwa
wilayah dalam sengketa tidak boleh dibangun justru dikalahkan oleh hakim-hakim
Mahkamah Internasional yang menganggap bahwa pemilik pulau adalah pihak yang
peduli dengan wilayahnya. Bukti kepedulian adalah dengan melakukan pembangunan di
wilayah tersebut.
Dunia pendidikan pun tak luput dari masalah, ketidaktersediaan SDM guru yang
memadai sangat jauh terasa. Bahkan seorang guru bisa mengajar 2 kelas secara
bersamaan dan bukan hal yang asing mereka mengajar beberapa kelas bahkan dalam
beberapa hari mereka full mengajar dibeberapa kelas dan belum lagi fasilitas yang
sangat jauh dari cukup. Untuk mencerdaskan generasi mahal sekali bagi guru-guru
didaerah perbatasan dan terpencil lainnya, jangan heran kalau mereka tidak bisa
berbicara Indonesia karena mereka tidak pernah tersentuh untuk belajar bahasa
Indonesia.
B. Papua Nugini, potret negara perbatasan
Papua Nugini atau Papua Guinea Baru adalah sebuah negara yang terletak di
bagian timur Pulau Papua dan berbatasan darat dengan Provinsi Papua (Indonesia) di
4
sebelah barat. Benua Australia di sebelah selatan dan negara-negara Oseania berbatasan
di sebelah selatan, timur, dan utara. Ibu kotanya, dan salah satu kota terbesarnya,
adalah Port Moresby. Papua Nugini adalah salah satu negara yang paling bhinneka di
Bumi, dengan lebih dari 850 bahasa lokal asli dan sekurang-kurangnya sama banyaknya
dengan komunitas-komunitas kecil yang dimiliki, dengan populasi yang tidak lebih dari
6 juta jiwa. Papua Nugini juga salah satu negara yang paling luas wilayah
perkampungannya, dengan hanya 18% penduduknya menetap di pusat-pusat perkotaan.
Negara ini adalah salah satu negara yang paling sedikit dijelajahi, secara budaya
maupun geografis, dan banyak jenis tumbuhan dan binatang yang belum ditemukan
diduga ada di pedalaman Papua Nugini.
Sebagian besar penduduk menetap di dalam masyarakat tradisional dan
menjalankan sistem pertanian sederhana yang hanya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri. Masyarakat dan marga ini memiliki beberapa pengakuan tersirat di
dalam kerangka undang-undang dasar negara Papua Nugini. Undang-Undang Dasar
Papua Nugini (Pembukaan 5(4)) menyatakan harapan bagi kampung dan komunitas
tradisional untuk tetap menjadi satuan kemasyarakatan yang lestari di Papua Nugini,[5] dan untuk langkah-langkah aktif yang diambil untuk melestarikannya. Dewan
Perwakilan Rakyat Papua Nugini telah memberlakukan beberapa undang-undang di
mana sejenis "Tanah ulayat" diakui, artinya bahwa tanah-tanah
tradisionalpribumi memiliki beberapa landasan hukum untuk memproteksi diri dari
campur tangan kaum pendatang yang bertindak berlebihan. Tanah ulayat ini disebutkan
melingkupi sebagian besar tanah yang dapat digunakan di negara ini (sekitar 97%
seluruh daratan);[6] tanah yang dapat diolah oleh kaum pendatang bisa saja berupa milik
perseorangan di bawah syarat pinjaman dari negara atau tanah milik pemerintah.
Geografi negara Papua Nugini beragam dan di beberapa tempat sangat kasar.
Sebuah barisan pegunungan memanjang di Pulau Papua, membentuk daerah dataran
tinggi yang padat penduduk. Hutan hujan yang padat dapat ditemukan di dataran
5
rendah dan daerah pantai. Rupa bumi yang sedemikian telah membuatnya menjadi sulit
bagi pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur transportasi. Di beberapa
daerah, pesawat terbang adalah satu-satunya modus transportasi. Setelah diperintah oleh
tiga kekuatan asing sejak 1884, Papua Nugini merdeka dari Australia pada tahun 1975.
Kini Papua Nugini masih menjadi bagian dari dunia persemakmuran. Banyak penduduk
hidup dalam kemiskinan yang cukup buruk, sekitar sepertiga dari penduduk hidup
dengan kurang dari US$ 1,25 per hari.
Papua Nugini kaya akan sumber daya alam, tetapi eksploitasinya terkendala oleh
rupa buminya yang rumit, tingginya biaya pembangunan infrastruktur, persoalan
perundang-undangan yang serius, dan sistem status pertanahan yang membuat upaya
pengenalan pemilik tanah untuk tujuan negosiasi perjanjian terhadapnya tetap saja
menyisakan masalah. Pertanian memberikan penghidupan yang penting bagi 85%
penduduk. Cadangan mineral, meliputi minyak bumi,tembaga, dan emas,
menyumbangkan 72% perolehan ekspor. Negara ini juga memiliki industrikopi yang
cukup bernilai.
Selain itu, transportasi di Papua Nugini sangat dibatasi oleh kontur yang
bergunung-gunung. Port Moresby tidak terhubung dengan kota-kota besar lainnya
melalui jalan darat, dan banyak kampung yang berjauhan hanya dapat dicapai melalui
pesawat perintis atau bahkan jalan kaki. Hasilnya, perjalanan lewat udara adalah modus
transportasi yang paling penting. Papua Nugini punya 578 lapangan terbang perintis,
sebagian besarnya tidak dilapisi pengeras.
Dalam bidang pendidikan Masih banyak penduduk di negara ini yang masih
banyak kekurangan. Ada banyak lembaga pendidikan di negara ini yang dikelola oleh
gereja. Ini termasuk 500 sekolah Gereja Luther Injili Papua Nugini. Papua Nugini
punya enam universitas yang terpisah dari lembaga-lembaga pendidikan tersier lainnya.
6
Dua universitas yang didirikan adalah Universitas Papua Nugini yang berbasis
di Distrik Ibukota Nasional,[28] dan Universitas Teknologi Papua Nugini yang berbasis
di luar Lae, di Provinsi Morobe. Empat universitas lainnya yang dulunya
disebut college, didirikan baru-baru ini setelah memperoleh pengakuan pemerintah.
Universitas tersebut adalah Universitas Goroka di Provinsi Pegunungan Timur,
Universitas Firman Tuhan (dijalankan oleh Gereja Katolik) di Provinsi Madang,
Universitas Pertanian Vudal di Provinsi Britania Baru Timur, dan Universitas Adven
Pasifik (dijalankan oleh Gereja Adven Hari Ketujuh) di Distrik Ibukota Nasional.
Selain itu di dunia kesehatan Papua Nugini memiliki insiden HIV dan AIDS
tertinggi di kawasan Pasifik dan merupakan negara keempat di Asia Pasifik yang
memenuhi kriteria wabah HIV/AIDS yang diperumum. Rendahnya kepedulian terhadap
HIV/AIDS adalah masalah pokok, khususnya di pedesaan. Pada awal dasawarsa 2000-
an, hanya ada 5 dokter per 100.000 penduduk.
C. Kondisi wilayah Perbatasan Indonesia
Kondisi wilayah perbatasan Indonesia umumnya merupakan wilayah
tertinggal, terisolasi dari pusat-pusat pertumbuhan dan masih mengandung celah-celah
kerawanan yang mengakibatkan masyarakat di wilayah perbatasan tergolong
masyarakat yang miskin dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan berada pada
kategori rendah. Ketertinggalan wilayah perbatasan juga berimplikasi terhadap
pengelolaan sumber daya alam yang dimilikinya menjadi tidak terkontrol, rentan
terhadap penyalahgunaan dan kegiatan illegal baik yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia maupun oleh aktor dari negara lain. Kerawanan dan ketertinggalan tersebut,
harus segera diatasi melalui pembangunan dengan usaha-usaha yang langsung dirasakan
hasilnya oleh masyarakat perbatasan serta menitik beratkan pada pembukaan isolasi
7
daerah perbatasan dari daerah-daerah lainnya di Indonesia sehingga mereka yang ada di
perbatasan merasa merupakan bagian integral dari bangsa dan wilayah Indonesia.
Bidang pendidikan dan kesehatan tetap menjadi program prioritas dalam
membangun wilayah perbatasan karena dua bidang pembangunan ini memegang
peranan sangat penting dalam mengembangkan mutu sumber daya manusia (SDM) dan
kesejahteraan rakyat. Keterbatasan infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, lapangan
terbang menyebabkan masyarakat di wilayah ini hidup dalam keterisolasian yang
menghambat kemajuan di bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Ini lah yang
menyebabkan masyarakat yang tinggal didaerah perbatasan cenderung memiliki tingkat
pendidikan yang rendah, dikarenakan minimnya pendapatan dan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Secara umum tingkat pendidikan masyarakat daerah perbatasan relatif rendah
rata-rata tamat SD atau SMP, dengan tingkat kesehatan yang relatif masih rendah.
Masyarakat lokal di sepanjang daerah perbatasan, khususnya yang tinggal di pedalaman
belum mengetahui bagaimana pola hidup sehat. Masyarakat daerah perbatasan lebih
menggantungkan hidup-nya dari alam, kebanyakan dari mereka merupakan petani
ladang berpindah. Sehingga kehidupan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan pada
umumnya masih jauh tertinggal dari perekonomian negara tetangga, hal ini disebabkan antara
lain :
1) Lokasinya relatif terisolir dengan tingkat aksesibilitas rendah.
2) Rendahnya taraf sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan (jumlah penduduk
miskin dan desa tertinggal).
3) Langkanya informasi pemerintah tentang ekonomi dan pembangunan bagi
masyarakat di daerah perbatasan.
8
D. Kondisi Kesehatan Masyarakat di daerah Perbatasan
Seperti yang telah kita ketahui salah satu masalah yang kontras dalam kondisi
kehidupan masyarakat di daerah perbatasan yaitu kesehatan. Dengan adanya beberapa
faktor yang mempengaruhi munculnya masalah ini seperti pendidikan, ekonomi dan
lingkungan hidup. Kurangnya pengetahuan tentang makanan – makanan yang layak
dikonsumsi, pendapatan mereka yang hanya bergantung pada hasil pertanian yang
memerlukan jangka waktu yang cukup lama untuk bisa mendapatkan pendapatan yang
cukup, dan kurang nya ketersediaan jamban dan air bersih.
Salah satu contoh negara perbatasan di indonesia adalah Papua Nugini, negara
disebelah timur indonesia yang terkenal kaya akan sumber daya alam, namun kurangnya
SDM mengakibatkan banyaknya tindakan illegal yang terjadi baik dilakukan oleh
orang dalam maupun negara tetangga. Serta buruknya infrastruktur menyulitkan
masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan untuk sekedar mengecek kesehatan
mereka atau memerlukan tindakan medis apabila ada suatu penyakit yang cukup serius
yang di alami. Dengan demikian, masyarakat memilih pengobatan tradisional atau pergi
kedukun yang belum tentu bisa menyembuhkan penyakit mereka, atau justru penyakit
tersebut berbalik menjadi lebih parah dan berujung kematian.
Kurangnya pendapatan ekonomi juga dapat mengakibatkan buruknya kesehatan
mereka, pendapatan yang paspasan memaksa mereka untuk makan seadanya. Seperti
memakan umbi-umbian dan dedaunan yang tidak diketahui komposisi yang terkandung.
Sehingga mengakibatkan kekurangan gizi dan kurangnya suplemen vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh. Khususnya bagi ibu menyusui dan anak-anak dibawah umur, ibu
menyusui pun memerlukan makanan yang bergizi agar ASI yang diberikan kepada
bayinya dapat menunjang pertumbuhan otak dan pertumbuhan bayi yang sehat. Apabila
ibu menyusui tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berprotein tinggi akan
9
mengakibatkan terhambatnya perkembangan otak bayi secara sempurna dan lebih
bahayanya lagi bayi dapat mengakibatkan gizi buruk.
Terlebih lagi kurangnya ketersediaan air bersih dan letak jamban yang dekat
dengan pemukiman dapat memacu buruknya kesehatan mereka. Ketersedian air bersih
yang dapat diakibatkan kurangnya intensitas curah hujan, dan kegiatan pertambangan
yang dapat mencemari sumber air bersih. Hal ini dapat memacu masyarakat terkena
Diare, penyakit kulit dan penyakit lainnya. Terlebih lagi jika masyarakat melakukan
semua aktifitas mandi, mencuci, dan BAB di satu tempat yang sama seperti di sungai.
Tidak bisa dibayangkan banyaknya jumlah bakteri bahkan bisa mencapai ribuan bakteri
yang bersarang di sungai itu. Letak jamban yang dekat pemukiman pun tak luput dari
buruknya kondisi kesehatan mereka, bau yang tidak sedap dapat merusak saluran
pernafasan. Disamping itu kurangnya kesadaran masyarakat akan pola hidup dan
lingkungan hidup sehat, ini benar-benar masalah yang amat kompleks dan dapat
menjadi momok yang menakutkan bagi kelangsungan hidup mereka.
E. Upaya Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat di Daerah Perbatasan
Keterbatasan infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, lapangan terbang
menyebabkan masyarakat di wilayah ini hidup dalam keterisolasian yang menghambat
kemajuan di bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Apabila infrastruktur sudah
dibangun secara memadai maka dengan sendirinya proses belajar-mengajar di sekolah-
sekolah pedalaman dan terpensil dapat berjalan lancar karena sudah ada ketersediaan
buku-buku pelajaran, guru-guru yang mencukupi dan berbagai sarana serta prasarana
belajar yang memadai.
10
Begitu pula, dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai maka obat-obatan
dan peralatan medis lainnya dapat sampai ke kampung-kampung pedalaman dan
terpencil yang berujung pada peningkatan pelayanan kesehatan yang memadai
sehingga kesehatan masyarakat cukup terjamin. Pembangunan kesehatan diarahkan
pada upaya peningkatan derajat kesehatan serta meningkatkan mutu dan pelayanan
kesehatan yang semakin memadai dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
serta meningkatkan gizi dan membudayakan sikap hidup bersih dan sehat.
Upaya-upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui
peningkatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan
lingkungan pemukiman, perbaikan gizi masyarakat, penyediaan air bersih, penyuluhan
kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Diupayakan peningkatan usaha –
usaha mendekatkan pelayanan kesehatan terutama pada masyarakat golongan
berpenghasilan rendah, daerah kumuh perkotaan, daerah pedesaan, daerah terpencil,
daerah perbatasan dan kelompok masyarakat yang hidupnya masih terasing. Pengadaan
dan peningkatan sarana kesehatan termasuk alat kesehatan dan obat-obatan, perlu terus
dikembangkan dan diupayakan pemerataannya dengan kuantitas dan harga yang
terjangkau oleh masyarakat banyak. Tenaga kesehatan dan tenaga penunjang kesehatan
lainnya juga ditingkatkan baik kualitas maupun jumlah serta penyebarannya
diupayakana merata dan terjangkau masyarakat didaerah terpencil.
Selain itu, peluang usaha di bidang pertanian dan perkebunan yang sangat besar
haruslah dimanfaatkan oleh SDM yang berkualitas yaitu warga masyarakat yang cerdas
dan sehat. Agar tidak ada lagi tindakan illegal yang dilakukan oleh negara tertangga,
dan agar semua SDA di pegang penuh oleh perusahaan dalam Negri bukan dipegang
oleg negara asing lagi. Untuk itulah, bidang pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas
utama dalam program pembangunan masyarakat yang berada di daerah perbatasan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi kesehatan masyarakat di daerah perbatasan menjadi hal yang sangat
penting untuk di perhatikan. Bidang pendidikan dan kesehatan tetap menjadi program
prioritas dalam membangun wilayah perbatasan karena dua bidang pembangunan ini
memegang peranan sangat penting dalam mengembangkan mutu sumber daya manusia
(SDM) dan kesejahteraan rakyat. Tingkat pendidikan yang relatif rendah dapat memacu
SDM yang kurang berkualitas, sehingga tidak dapat mengolah SDA yang ada sebaik
mungkin. Oleh sebab itu, penyuluhan – penyuluhan sangat penting diberikan agar pola
pikir masyarakat lebih terbuka dan dapat memanfaatkan SDA sebaik mungkin sehingga
dapat maikkan tingkat perekonomian.
Keterbatasan infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, lapangan terbang
menyebabkan masyarakat di wilayah ini hidup dalam keterisolasian yang menghambat
kemajuan di bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Sehingga pemerintah dan
pelayanan kesehatan sulit untuk menjangkau masyarakat yang memerlukan bantuan
baik secara materi maupun medis.
Upaya-upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui
peningkatan program pencegahan dan penyehatan lingkungan pemukiman, perbaikan
gizi masyarakat, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan
ibu dan anak. Pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya peningkatan derajat
12
kesehatan serta meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan yang semakin memadai
dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta meningkatkan gizi dan
membudayakan sikap hidup bersih dan sehat. Diupayakan peningkatan usaha – usaha
mendekatkan pelayanan kesehatan terutama pada masyarakat golongan berpenghasilan
rendah, daerah kumuh perkotaan, daerah pedesaan, daerah terpencil, daerah perbatasan
dan kelompok masyarakat yang hidupnya masih terasing.
B. Kritik dan Saran
Dengan pemukiman warga yang tersebar secara tidak merata, dan infrastruktur
yang tidak memadai menyulitkan pemerintah dan pelayanan kesehatan menjangkau
keberadaan masyarakat untuk mengontrol kondisi kehidupan masyarakat. Upaya yang
harus terlaksana adalah membuka akses atau jalan menuju ke permukiman warga
dengan memperbaiki serta membangun infrastruktur seperti jalan raya dan lapangan
terbang untuk mempermudah transportasi udara seperti helikopter masuk ke pemukiman
warga.
Dengan demikian, faktor-faktor yang selama ini menjadi penghalang seperti
pendidikan dan kesehatan dapat langsung masuk ke pemukiman dengan sendirinya. Jika
akses telah dibuka maka mempermudah para penyuluh untuk memberikan sedikit
pendidikan tentang cara bertani yang baik dan mengenal makanan-makanan yang
mengandung protein dan bergizi tinggi. Sehingga dapat menekan angka pengidap gizi
buruk atau bahkan dapat menekan angka kematian.
13
DAFTAR PUSTAKA
Depkimpraswil,2002, Strategi dan Konsepsi Pengembangan Kawasan
Perbatasan Negara. Jakarta.
Search google: http://diarprakarsa.blogspot.com/2010/05/kondisi-umum-daerah-
perbatasan-negara.html
Search google: http://korem172.wordpress.com/2008/03/31/strategi
pengembangan -perbatasan-wilayah-kedaulatan-nkri/
Search google: http://faisal14.wordpress.com/2011/02/10/daerah-perbatasan-
indonesia-yang-belum-indonesia/
Wikipedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Nugini
Adobe reader Program Pembangunan daerah
14