BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan Praktikum Pemetaan Topografi acara
Theodolith yaitu untuk membuat peta topografi dalam bentuk poligon
berdasarkan data-data hasil pengolahan yang diambil dari alat theodolit.
Sedangkan tujuan dari praktikum ini mencakup beberapa hal, yaitu :
1. Mampu mengenal dan menggunakan alat theodolit dalam
pengambilan data lapangan.
2. Mampu membuat peta topografi dari data-data yang diambil dengan
menggunakan theodolit.
3. Mengenal semua aspek perbedaan antara kompas dan theodolit, baik
dalam hal penggunaan, prinsip kerjanya, tingkat ketelitian, dan hasil
yang diperoleh.
I.2. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan mulai dari pengambilan
data sampai pembuatan peta, yaitu :
1. Alat tulis menulis,
2. Theodolith dan tripod,
3. Kompas,
4. Bak ukur,
5. Payung,
6. Pita meter dan roll meter,
7. Senter,
8. Patok kayu,
9. Tabel data,
10. Spidol,
11. Kalkulator,
12. Mistar,
13. Kertas grafik,
14. Kertas kalkir,
15. Rapido graph.
I.3. Waktu dan Lokasi Pengukuran
Pengambilan data lapangan dengan menggunakan theodolit
dilakukan pada siang hari, tepatnya pada pukul 02.00 WITA. Lokasinya
berada dalam lingkungan seputaran Kampus Universitas Hasanuddin,
yaitu pada bagian Barat Fakultas Kedokteran (dekat Fakultas Pertanian)
Universitas Hasanuddin.
I.4. Prosedur Pengolahan Data
Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan
data, yaitu :
1. Menempatkan theodolit pada Patok 1 dan menyentringkan semua
nivonya.
2. Memulai pengukuran pembacaan depan dari Patok 1 menuju Patok 2
dengan mengarahkan pembidik theodolit pada bak ukur yang telah
ditempatkan di Patok 2.
3. Melakukan pengukuran sudut biasa dengan menempatkan pusat
teropong pada bak ukur sesuai dengan ketinggian alat dan membaca
benang atas dan benang bawah. Juga membaca sudut vertikal dan
horisontal pada teropong (setelah menyentringkan angka pada
teropong).
4. Kemudian melakukan pengukuran sudut luar biasa dengan memutar
theodolith 1800 sesuai dengan arah poligon, kemudian melakukan
prosedur sesuai dengan langkah 3.
5. Mengukur jarak antara Patok 1 dan Patok 2 dengan menggunakan
roll meter.
6. Melakukan pengukuran pembacaan belakang dari Patok 1 ke Patok 5
dengan tetap menempatkan theodolit pada Patok 1, hanya memutar
alat sehingga mengarah ke bak ukur pada Patok 5. Kemudian
memulai pengukuran sudut biasa dan luar biasa yang sama dengan
langkah (3) dan (5).
7. Memindahkan theodolit pada Patok 2 dan melakukan prosedur yang
sama dengan langkah (1) sampai (6), hanya saja yang menjadi arah
penembakan adalah Patok 3 dan Patok 1. Begitupun untuk patok-
patok selanjutnya.
8. Untuk patok detail, diperhatikan dari patok utama mana arah
penembakannya. Khusus patok detail, hanya dilakukan pembacaan
sudut biasa dan depan saja, tidak dilakukan pembacaan sudut luar
biasa dan belakang.
9. Mencatat data pengukuran setiap patok pada tabel data. Data-data
yang dicatat adalah jarak antar patok, tinggi alat, pembacaan rambu,
sudut biasa baik pembacaan depan dan belakang, dan juga sudut
luar biasa baik pembacaan depan dan belakang. Data-data tersebut
akan menjadi data lapangan.
10. Data lapangan tersebut diolah dengan menggunakan rumus-rumus
matematika yang telah ada. Pengolahan yang dilakukan untuk
mencari titik koordinat dan ketinggian setiap patok.
11. Setelah diperoleh koordinat dan titik ketinggian, kemudian diplot
pada kertas grafik. Koordinat diplot dengan menggunakan diagram
kartesius sedangkan titik ketinggian dipakai dalam penarikan garis-
garis kontur.
12. Setelah digrafik, selanjutnya dibuatkan peta aslinya pada kertas
kalkir.
BAB II
TEORI RINGKAS
II.1. Bagian-bagian Theodolith dan Fungsinya
Pada alat ukur theodolith, mempunyai beberapa bagian-bagian yang
sangat penting untuk diketahui, dimana hal ini sangat diperlukan dalam
pengguanaan atau pemakaian dari alat ukur ini. Adapun bagian–
bagian dari alat ukur theodolite ini dan fungsinya masing-masing adalah
sebagai berikut :
1. Teropong, yang berfungsi untuk mengamati objek ukur dari jarak
yang jauh.
2. Gelang penyetel jarak, yang berfungsi untuk mengatur fokus
teropong agar tepat pada bak ukur.
3. Alat pembidik, yang berfungsi untuk membidik arah bak ukur agar
tepat pada sasaran teropong.
4. Pengatur mikrometer, yang berfungsi juga sebagai pengarah kasar.
5. Mikrometer pembacaan, yang berfungsi sebagai tempat untuk
melihat hasil perolehan sudut, baik horizontal maupun vertikal.
6. Tombol pemilihan pembacaan sudut (H/V), yang berfungsi untuk
menyetel pembacaan sudut yang diinginkan.
7. Nivo kotak dan nivo tabung, yang berfungsi untuk melihat tingkat
kedataran posisi alat.
8. Anting optis, yang berfungsi sebagai tempat untuk melihat posisi
unting-unting.
9. Pesentris, yang berfungsi untuk mengatur posisi kedataran alat.
10. Sekrup penyetel tinggi, yang berfungsi untuk menyetel tinggi
teropong.
11. Sekrup penyetel putaran, yang berfungsi untuk menyetel arah alat
ukur.
12. Klem penyetel putaran, yang berfungsi untuk mengunci putaran
pesawat.
II. 2. Prinsip Kerja Alat Ukur Theodolith
Theodolith dipergunakan untuk mengukur ketinggian dan jarak pada
daerah yang diukur dengan menggunakan acuan pengukuran sudut
horisontal dan vertikal. Theodolith dapat dipergunakan untuk mengukur
daerah yang lebih luas dan terjal, sebab selalu memiliki sifat trigonometri,
teropongnya juga dapat diputar kearah vertikal.
Ada beberapa ketentuan dalam penggunaan theodolith agar
diperoleh hasil pengukuran yang baik, yaitu :
1. Sumbu ke satu harus tegak lurus (diatur dengan nivo).
2. Sumbu kedua harus mendatar
3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu mendatar
4. Tidak ada salah indeks pada skala lingkaran tegak. Kesalahan ini
disebabkan oleh tidak tepatnya indeks pada bacaan nol. lingkaran
tegak, apabila kedudukan garis bidik mendatar, garis bidik tegak ke
atas tergantung dari sudut miring atau sudut zenith yang terbaca.
Pada Theodolith, terdapat pembacaan sudut biasa dan luar biasa.
Cara untuk mengetahui sudut ini adalah sebagai berikut :
1. Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga terpenuhi, kemudian garis
bidik ketitik yang agak jauh.
2. Menyentringkan gelembung nivo lingkaran skala tegak
3. Membaca lingkaran tegak, misalnya diperoleh bacaan sudut z,
4. Memutar teropong mengelilingi sumbu tegak, kemudian
mengembalikan garis bidik ketitik yang sama,
5. Membaca penunjukkan vertikal, kedudukan ini disebut kedudukan
luar biasa.
II. 3. Prosedur kerja
Dalam melaksanakan praktikum pemetaan topografi ini, adapun
prosedur kerja yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan seluruh peralatan yang akan digunakan.
2. Memasang patok-patok pada titik-titik yang telah ditentukan dengan
jarak tertentu, kemudian menentukan posisi patok utama dan patok
detail serta menentukan letak patok awal pengukuran yang
kemudian dilakukan pengukuran dengan searah jarum jam.
3. Memasang kaki tiga (tripod) sehorisontal mungkin yang diletakkan
diatas patok yang telah ditentukan dan menancapkan kaki tiga
tersebut dalam-dalam pada tanah sehingga alat tidak
bergerak/goyang.
4. Mengencangkan sekrup pada kaki statif serta menggunakan unting-
unting, vertikal dengan patok utama.
5. Memasang alat ukur theodolith pada statif kemudian
mengencangkan sekrup pengunci alat yaitu pada patok pertama
dengan arah ke patok kedua, kemudian sentringkan alat.
6. Melevelkan nivo kotak dengan tiga sekrup penyetel horisontal
7. Setelah sentring, mengarahkan teropong kearah patok didepannya
atau titik bidik dengan pertolongan visir kasar dengan tepat,
kemudian mengencangkan sekrup horisontal.
8. Kemudian mengukur tinggi alat serta jarak antara patokm satu
dengan patok lainnya.
9. Melakukan pembidikan ke patok utama, dengan menempatkan
benang tengah sesuai tinggi alat.
10. Melakukan pembacaan sudut, baik horisontal maupun vertikal. Dalam
pembacaan ini teropong dalam keadaan luar biasa.
11. Mengendorkan sekrup, teropong diputar 1800, membidik sasaran dan
kemudian membaca lingkaran graduasinya.
12. Dalam keadaan pada no. 11, berarti teropong dalam keadaan luar
biasa.
13. Mengendorkan sekrup alat dan membidik sasaran lain namun
sebelumnya mengukur pembacaan belakang yaitu dengan cara
biasa/pengukuran biasa, serta luar biasa baik itu untuk vertikal
maupun horisontal.
14. Pembacaan belakang juga membaca skala garaduasinya.
15. Pada patok detail tidak dilakukan pembacaan luar biasa serta
pembacaan belakang.
16. Setelah pembacaan selesai, kemudian mencatat data yang diperoleh
kedalam tabel pengukuran lalu mengolah data tersebut (untuk
koreksi).
17. Dari pengolahan data akan diperoleh hasil akhir berupa koordinat X
dan Y serata titik ketinggian tiap patok. Dengan koordinat dan titik
ketinggian ini dibuatkan peta sementara pada kertas grafik sebagai
peta awal untuk selanjutnya dibuatkan peta yang sebenarnya pada
kerkas kalkir.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
A. PERHITUNGAN SUDUT DALAM
1. Sudut Dalam Patok Utama (SDPn)
SDPn =
SDP1 =
= 180.0222222222
SDP2 =
= 180.0055555556
SDP3 =
= 179.9840277778
SDP4 =
= 143.9680555556
SDP5 =
= 160.1750000000
SDP6 =
= 138.2972222222
SDP7 =
= 160.3104166667
SDP8 =
= 180.0048611111
SDP9 =
= 179.9972222222
SDP10 =
= 179.9729166667
SDP11 =
= 209.9784111110
SDP12 =
= 179.8923611111
SDP13 =
= 180.0250000000
SDP14 =
= 143.9173611111
SDP15 =
= 179.9784722222
SDP16 =
= 179.9590277778
= 2756.4881333332
2. Koreksi Sudut Dalam (KSDPn)
KSDPn =
= 2756.4881333332 -
= 236,4881333332
3. Faktor Koreksi Sudut Dalam (FKSDPn)
FKSDPn =
FKSDP1 = = 15.4446952910
FKSDP2 = = 15.4432654030
FKSDP3 = = 15.4414184640
FKSDP4 = = 12.3514904000
FKSDP5 = = 13.7419371770
FKSDP6 = = 11.8649710600
FKSDP7 = = 13.7535550150
FKSDP8 = = 15.4432058240
FKSDP9 = = 15.4425504590
FKSDP10 = = 15.4404652060
FKSDP11 = = 18.0147347210
FKSDP12 = = 15.4335540810
FKSDP13 = = 15.4449336050
FKSDP14 = = 12.3471411580
FKSDP15 = = 15.4409418350
FKSDP16 = = 15.4392736330
236.48813333320 = KSDPn
4. Sudut Dalam Terkoreksi (SDTPn)
SDTPn = SDPn ± FKSDPn (bertanda - karena nilai KSDPn +)
SDTP1 = 180.0222222222 - 15.4446952910 = 195.46691751
SDTP2 = 180.0055555556- 15.4432654030 = 195.44882096
SDTP3 = 179.9840277778- 15.4414184640 = 195.425446240
SDTP4 = 143.9680555556- 12.3514904000 = 156.319545960
SDTP5 = 160.17500000000 - 13.7419371770 = 173.916937180
SDTP6 = 138.29722222220 - 11.8649710600 = 150.162193280
SDTP7 = 160.31041666670 - 13.7535550150 = 174.063971680
SDTP8 = 180.00486111110 - 15.4432058240 = 195.448066940
SDTP9 = 179.99722222220 - 15.442550459= 195.439772680
SDTP10 = 179.97291666670 - 15.4404652060 = 195.413381870
SDTP11 = 209.97841111100 - 18.0147347210 = 227.993145830
SDTP12 = 179.89236111110 - 15.4335540810 = 195.325915190
SDTP13 = 180.02500000000 - 15.4449336050 = 195.469933610
SDTP14 = 143.91736111110 - 12.3471411580 = 156.264502270
SDTP15 = 179.97847222220 - 15.4409418350 = 195.419414060
SDTP16 = 179.95902777780 - 15.4392736330 = 195.398301410
2992.976266670 =(n-2) x 1800
5. Sudut Dalam Patok Detail (SDPdn)
SDPdn = (SHdn-SHPn) depan biasa
SDPd1 = (96,63055556 – 359,83333333) + 3600 = 94.541666670
SDPd2 = (81,13333333 – 359,83333333) + 3600 = 87.163888890
SDPd3 = (81,13333333 – 359,83333333) + 3600 = 109.515277780
SDPd4 = (34,84444444 – 355,59166667) + 3600 = 60.969444440
SDPd5 = (30,3 – 352,86666667) + 3600 = 37.315277780
SDPd6 = (96,63055556 – 359,83333333) + 3600 = 54.577777780
SDPd7 = (81,13333333 – 359,83333333) + 3600 = 111.373611110
B. PERHITUNGAN JARAK HORISONTAL
1. Jarak Horisontal Patok Utama (JHPn)
2.
JHPn =
JHP1 =
= 29.99938569030 m
JHP2 =
= 29.99590642412 m
JHP3 =
= 15.99986653145 m
JHP4 =
= 29.99999647434 m
JHP5 =
= 30.59642609585 m
JHP6 =
= 29.99976725135 m
JHP7 =
= 30.09968743439 m
JHP8 =
= 39.98074671524 m
JHP9 =
= 29.99780968770 m
JHP10 =
= 29.98230388219 m
JHP11 =
= 29.99817526672 m
JHP12 =
= 29.99628182060 m
JHP13 =
= 30.98941637975 m
JHP14 =
= 29.97750901569 m
JHP15 =
= 29.99223697787 m
JHP16 =
= 39.99827609168 m
3. Jarak Horisontal Patok Detail (JHPdn)
JHPdn = (BA-BB) x cos (900-SVPdn dpn biasa)
JHPd1 = (159-129) x cos (90-89.37361111) = 29.99820720860 m
JHPd2 = (157-127) x cos (90-89.44444444) = 29.99858974522 m
JHPd3 = (158.4-128.8) x cos (90-90.45138889) = 29.59908142223
m
JHPd4 = (157-127) x cos (90-90.55277778) = 29.99860381240 m
JHPd5 = (151-121) x cos (90-89.81944444) = 29.99985104079 m
JHPd6 = (154-124) x cos (90-91.25555556) = 29.99279721448 m
JHPd7 = (152.5-122) x cos (90-90.69444444) = 30.49775976139 m
C. PERHITUNGAN JARAK VERTIKAL (BEDA TINGGI)
1. Beda Tinggi Patok Utama (BTPn)
BTPn =
BTP1 =(159 – 129 ) x sin (270.3666667 – 270 ) + (90 -
89.63333333 )
2
= 0.19198490728 m
BTP2 =(157 – 127) x sin (270.9472222 – 270 ) + (90 -
89.05416667)
2
= 0.49557824332 m
BTP3 =(151 – 135 ) x sin (270.2361111– 270 ) + (90 -
89.76805556)
2
= 0.06535270249 m
BTP4 =(158 – 128 ) x sin (270.0263889– 270 ) + (90 -
89.97083333)
2
= 0.01454440986 m
BTP5 =(158,4 – 127,8 ) x sin (270.8763889– 270 ) + (90 -
89.125)
2
= 0.46766458199 m
BTP6 =(157 – 127 ) x sin (270.2277778– 270 ) + (90 -
89.77638889)
2
= 0.11817302916 m
BTP7 =(158,1 – 128 ) x sin (270.2625– 270 ) + (90 -
89.74027778)
2
= 0.13717270812 m
BTP8 =(162,5 – 122,5 ) x sin (270.4902778– 270 ) + (90 -
94.04583333)
2
= -1.24092388646 m
BTP9 =(151 –121 ) x sin (270.6930556– 270 ) + (90 -
89.30833333)
2
= 0.36251060744 m
BTP10 =(158 –128 ) x sin (271.9708333– 270 ) + (90 -
88.03472222)
2
= 1.03026885629 m
BTP11 =(152 –122 ) x sin (269.3694444– 270 ) + (90 -
90.63333333)
2
= -0.33087862869 m
BTP12 =(154 –124 ) x sin (269.1– 270 ) + (90 - 90.90416667)
2
= -0.47231021525 m
BTP13 =(153,5 –122,5) x sin (165.8208333– 270 ) + (90 -
91.50277778)
2
= -0.80998298919 m
BTP14 =(152–122) x sin (336.6125– 270 ) + (90 - 92.22083333)
2
= -1.16144445153 m
BTP15 =(154–124) x sin (192.9763889– 270 ) + (90 - 91.30138889)
2
= -0.68243758929 m
BTP16 =(160–120) x sin (270.5569444– 270 ) + (90 - 89.49305556)
2
= 0.37136194469 m
Σ BTPn = -1.44336576976 m
| Σ BTPn| = 6.71166586460 m
2. Faktor Koreksi Beda Tinggi (FKBTPn)
FKBTPn =
FKBTPn = -1.44336576976
6.71166586460
= -0.21505328169 m
3. Koreksi Beda Tinggi (KBTPn)
KBTPn =
KBTP1 = [0,19198490728] x [-0,21505328169] = 0,04128698435 m
KBTP2 = [0.49557824332] x [-0,21505328169] = 0.10657572756 m
KBTP3 = [0.06535270249] x [-0,21505328169] = 0.01405431314 m
KBTP4 = [0.01454440986] x [-0,21505328169] = 0.00312782307 m
KBTP5 = [0.46766458199] x [-0,21505328169] = 0.10057280309 m
KBTP6 = [0.11817302916] x [-0,21505328169] = 0.02541349773 m
KBTP7 = [0.13717270812] x [-0,21505328169] = 0.02949944104 m
KBTP8 = [-1.24092388646] x [-0,21505328169] = 0.26686475410 m
KBTP9 = [0.36251060744] x [-0,21505328169] = 0.07795909578 m
KBTP10 = [1.03026885629] x [-0,21505328169] = 0.22156269856 m
KBTP11 = [-0.33087862869] x [-0,21505328169] = 0.07115653494 m
KBTP12 = [-0.47231021525] x [-0,21505328169] = 0.10157186176 m
KBTP13 = [-0.80998298919] x [-0,21505328169] = 0.17418949994 m
KBTP14 = [-1.16144445153] x [-0,21505328169] = 0.24977244080 m
KBTP15 = [-0.68243758929] x [-0,21505328169] = 0.14676044312 m
KBTP16 = [0.37136194469] x [-0,21505328169] = 0.07986260490 m
4. Beda Tinggi Terkoreksi (BTTPn)
BTTPn = BTPn ± KBTPn (bertanda - karena KSDPn bernilai +)
BTTP1 = 0.19198490728– 0.04128698435 = 0.15069792294 m
BTTP2 = 0.49557824332– 0.10657572756= 0.38900251576 m
BTTP3 = 0.06535270249– 0.01405431314= 0.05129838936 m
BTTP4 = 0.01454440986– 0.00312782307= 0.01141658679 m
BTTP5 = 0.46766458199– 0.10057280309= 0.36709177891 m
BTTP6 = 0.11817302916 - 0.02541349773 = 0.09275953143 m
BTTP7 = 0.13717270812 - 0.02949944104 = 0.10767326708 m
BTTP8 = -1.24092388646 - 0.26686475410 = -1.50778864056 m
BTTP9 = 0.36251060744 - 0.07795909578 = 0.28455151167 m
BTTP10 = 1.03026885629 - 0.22156269856 = 0.80870615773 m
BTTP11 = -0.33087862869 - 0.07115653494 = -0.40203516363 m
BTTP12 = -0.47231021525 - 0.10157186176 = -0.57388207702 m
BTTP13 = -0.80998298919 - 0.17418949994 = -0.98417248913 m
BTTP14 = -1.16144445153 - 0.24977244080 = -1.41121689232 m
BTTP15 = -0.68243758929 - 0.14676044312 = -0.82919803241 m
BTTP16 = 0.37136194469 -0.07986260490 = 0.29149933979 m
Σ BTTPn = 0 m
5. Tinggi Patok Utama
TPn = TPn-1 + BTTPn-1
TP1 = 32 m
TP2 = 32 + 1,37262041 = 33,3726204 m
TP3 = 33,3726204 + 0,65462663 = 34,027247 m
TP4 = 34,027247 + 0,39227916 = 34,4195262 m
TP5 = 34,4195262 + (-1,64780391) = 32,7717223 m
TP1 = 32,7717223 + (-0,7717223) = 32 m = tinggi GPS
6. Beda Tinggi Patok Detail (BTPdn)
BTPdn = (BA-BB) x sin (900-SVPdn depan)biasa
BTPd1 = (159-129) x sin (90-89.37361111) = 0.3279699220 m
BTPd2 = (157-127) x sin (90-89.44444444) = 0.2908836506 m
BTPd3 = (158,4-128,8) x sin (90-90.45138889) = -0.2331929684 m
BTPd4 = (157-127) x sin (90-90.55277778) = -0.2894292776 m
BTPd5 = (151-121) x sin (90- 89.81944444) = 0.0945385113 m
BTPd6 = (154-124) x sin (90- 91.25555556) = -0.6573547378 m
BTPd7 = (152,5-122) x sin (90- 90.69444444) = -0.3696613810 m
7. Tinggi Patok Detail (TPdn)
TPdn = BTPdn + TPn
TPd1 = 0.3279699220 + 40.00000000000= 40.3279699219849
m
TPd2 = 0.2908836506 + 40.15069792294 = 40.4415815735181
m
TPd3 = -0.2331929684 + 40.60241541485 = 40.3692224464896
m
TPd4 = -0.2894292776 + 40.96950719375 = 40.6800779161855
m
TPd5 = 0.0945385113 + 39.66215135170 = 39.7566898630492
m
TPd6 = -0.6573547378 + 40.35337385746 = 39.6960191196573
m
TPd7 = -0.3696613810 + 38.79531929132 = 38.4256579103376
m
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Pembuatan peta topografi dengan menggunakan alat ukur theodolith
merupakan salah satu cara dalam membuat peta topografi di samping
dengan menggunakan alat-alat ukur lain, sperti compass dan waterpass.
Sebelum membuat peta topografi dengan alat ukur theodolith, maka
terlebih dahulu dimulai dengan pengambilan data di lapangan dengan
peralatan yang ditentukan, terutama adalah theodolith. Data-data yang
telah diperoleh selanjutnya diolah secara matematis dengan mengikuti
formula-formula yang telah ditentukan, sehingga diperoleh hasil akhir
berupa koordinat-koordinat dan ketinggiannya. Dengan koordinat-
koordinat dan ketinggian kemudian dibuat peta topografi dengan
menarik garis-garis kontur di dalam poligon sesuai dengan ketinggiannya.
Maka, hasil yang diperoleh adalah peta topografi skala kecil dalam bentuk
poligon.
IV.2. Saran
Hal yang paling sulit dalam pengukuran dengan menggunakan
theodolith adalah pada tahap pengolahan data, dimana digunakan
rumus-rumus yang cukup banyak dan sangat kompleks. Penggunaan
rumus tersebut tidak dapat menjamin pemahaman secara mendalam bagi
para praktikan dalam pembuatan peta topografi. Sehingga jika acara
praktikum ini telah lewat, kemungkinan langkah-langkah pengolahan data
yang telah dilakukan bisa hilang dari pemikiran para praktikan, sehingga
pembuatan peta topografi dengan metode taping compass ini bisa
dikatakan tidak berhasil. Oleh karena itu, diharapkan dibuat langkah-
langkah tertentu agar pemahaman dari acara ini bias diterima oleh semua
praktikan, karena nantinya hal-hal yang diperoleh dari acara ini akan
diturunkan juga pada generasi-generasi selanjutnya.
Diharapkan pula untuk praktikum mendatang, alat ukur waterpass tetap
diadakan. Mengingat masih banyaknya surveyor menggunakan alat ukur
ini dalam pengambilan data lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus T, Ir , MSi. 2002. Pemetaan Topografi Teknik Geologi.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
I. Sinaga, M, Ir, Surv, Sc. 1984. Teori dan Praktek Pengukuran Tanah
Dan Pemetaan. Penerbit Pelangi, Jakarta.
___________.2003. Sap Penuntun Praktikum Pemetaan Topografi
acara Theodolith Jurusan Teknik Geologi. Universitas
Hasanuddin, Makassar