Makassar, 11 November 2013
LAPORAN PBLMODUL III “Penyakit Akibat Kerja”
BLOK KESEHATAN KOMUNITAS
Pembimbing : dr.
Kelompok 8
Anggota:
1102100079 Cyntya Hapsari Novalinda
1102100084 Nur Rahmy
1102100088 Mila Astari
1102100096 M. Hapsi S
1102100104 Sulfikar
1102100112 Muhammad Jayadi Hamka
1102100120 Hafidah Rakhmatia
1102100128 Farhanah Syahab
1102100145 Rezki Hidayat
Fakultas KedokteranUniversitas Muslim Indonesia
Makassar
2013
Pendahuluan
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan HidayahNya sehingga laporan PBL
ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada tutor kami yang telah membimbing kami dalam
memahami dan menyelesaikan laporan modul III, Penyakit Akibat
Pekerjaan.
Laporan ini kami buat sebagai salah satu prasyarat mengikuti
Blok Kesehatan Komunitas. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam pembuatan laporan ini karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
Demikian tugas laporan ini kami buat, kiranya dapat diterima
dan siap untuk dipresentasikan pada diskusi panel.
Makassar, 11 November 2013
Kelompok 8
Skenario:
Modul III - Penyakit Akibat Kerja
Perempuan usia 39 tahun masuk rumah sakit dengan serangan asma akut. ini
adalah masuk rumah sakit pertama dengan asma. dia mulai mengalami gejala
batuk, sesak napas dan wheezing kira-kira 6 bulan lalu. Dia mempunyai riwayat
penyakit rinitis alergi selama beberapa tahun tetapi tanpa asma. Dia mendapat
serangan pada malam hari. Dia merasa ada perbaikan pada hari-hari ia tidak
masuk bekerja. Ketika dia dalam keadaan cuti melahirkan selama 2 bulan, dia
tidak pernah mengalami asma. Satu minggu setelah kembali kerja, penyakit
asmanya kambuh. Pada saat diperiksa di klinik rawat jalan, dengan auskultasi
tidak ditemukan kelainan paru-paru. Pekerjaannya adalah mengawasi proses
finishing pada pabrik pintu yang terbuat dari kayu. Ia sendiri sering mengisi retak
atau celah pada pintu dengan bahan yang mengandung cyanoacrilate. Setelah itu
dia menghaluskan permukaan pintu dengan portable sanding machine.
Kata/Kalimat Sulit:
1. Wheezing : Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang
terdengar di akhir ekspirasi. Hal ini disebabkan penyempitan saluran
respiratorik distal.
2. Rinitis Alergi : Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).
3. Cyanoacrilate : Cyanoacrylate adalah nama generik untuk golongan adesif
yang cepat waktu kerjanya dalam merekatkan. Biasa digunakan dalam
keperluan industri, medis, dan rumah tangga. Cyanoacrylate dapat berupa
metil 2-cyanoacylate, etil-2-cyanoacrylate dan n-butil cyanoacrylate
(digunakan pada hewan dan perekat kulit). Senyawa terkait 2-oktil
cyanoacrylate adalah lem yang digunakan dalam dunia medis. Senyawa ini
dikembangkan menjadi tidak beracun dan kurang mengiritasi jaringan kulit.
Cyanoacrylate adhesive terkadang dikenal sebagai lem instan.
4. Portable sanding machine : alat untuk menghaluskan kayu, biasa dipakai
pada proses finishing.
Kata/ Kalimat Kunci1. Perempuan, 39 tahun
2. Serangan asma akut pada malam hari
3. Gejala batuk, sesak napas dan wheezing sejak 6 bulan yang lalu
4. Ada riwayat penyakit rinitis alergi dan tanpa asma
5. Keadaan membaik jika tidak masuk kerja dan kambuh ketika masuk kerja.
6. Pemeriksaan fisis: tidak ditemukan kelainan paru-paru
7. Pekerjaannya mengawasi proses finishing pada pabrik pintu yang terbuat dari
kayu
8. Sering kontak dengan bahan yang mengandung cyanoacrylate
9. Sering menggunakan alat portable sanding machine.
Pertanyaan
1. Bagaimana langkah-langkah dalam menegakkan diagnostik Penyakit Akibat
Kerja (PAK) pada skenario?
2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam menyebabkan PAK pada
skenario?
3. Apa efek samping cyanoacrylate dan berapa nilai ambang batasnya?
4. Jelaskan pencegahan dan pengendalian PAK sesuai skenario!
5. Jelaskan aspek rehabilitas PAK pada skenario!
6. Jelaskan peraturan dan perundangan landasan hukum dari pencegahan dan
pengendalian PAK !
7. Bagaimana perspektif islam tentang pekerjaan manusia?
Pembahasan
1. Langkah-langkah dalam menegakkan diagnostik Penyakit Akibat Kerja
(PAK) pada skenario
Tujuh Langkah diagnosis penyakit akibat kerja :
a. Tentukan Diagnosis klinisnya.
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik
ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut
berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja
adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat
pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara khronologis
Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
Bahan yang diproduksi
Materi (bahan baku) yang digunakan
Jumlah pajanannya
Pemakaian alat perlindungan diri (misal: masker)
Pola waktu terjadinya gejala
Informasi mengenai tenaga kerja lain(apakah ada yang mengalami
gejala serupa)
Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dansebagainya).
c. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang
diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah
yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan
diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang
mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan
sehingga dapat menyebabkan penyakit yangdiderita (konsentrasi, jumlah,
lama, dan sebagainya).
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yangdiderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi
penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan
kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat
kerja.
e. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan
(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebihsensitif
terhadap pajanan yang dialami.
f. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat
merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain
tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat
kerja.
g. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan
penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya
memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu
dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis.
Analisis Kasus Sesuai dengan 7 langkah diagnosis PAK
a. Diagnosis klinis dari skenario adalah Asma Akut
b. Dari skenario terdapat 2 pajanan yang dialami oleh pasien yaitu cyanoacrilate
dan limbah atau hasil akhir dari penggunaan portable sanding machine
c. Cyanoacrylate dapat menyebabkan degradasi dalam siklus biologis serta dapat
menyebabkan iritasi local.
Limbah dari portable sanding machine (debu kayu) dapat menyebabkan iritasi
dan alergi antara lain : gatal-gatal, ruam atau iritasi kulit. Kerusakan yang
lebih parah dapat terjadi apabila serbuk tersebut masuk kedalam mulut,
hidung, mata atau telinga yang merupakan organ yang lebih sensitive
dibandingkan kulit. Penyakit yang dapat diakibatkan serbuk kayu antara lain:
batuk, pilek atau gangguan pernafasan.
d. belum diketahui berapa ambang batas dari cyanoacrilate yang akan
mempengaruhi tubuh penderita akan tetapi ambang batas dari debu hasil
limbah dari penggunaan portable sanding machine adalah 2-10 mikrometer.
Debu kayu ini akan mengapung di udara bahkan pada saat keadaan pabrik
tenang dan mesin-mesin berhenti beroperasi.
e. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penyakit pada scenario adalah
riwayat penyakit pasien yaitu rhinitis alergi.
f. Dalam skenario disampaikan bahwa penderita sebelumnya telah menderita
rhinitis alergi
g. Dari analisis skenario dapat kami simpulkan bahwa penyakit ini merupakan
penyakit akibat kerja sesuai dengan keluhan pasien yang mengatakan asma
pasien tidak kambuh ketika tidak masuk kerja dan sebaliknya.
2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam menyebabkan PAK pada
skenario?
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja.
Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:
a. Golongan fisik
Di lihat dari golongan fisik penyakit akibat kerja dapat di sebabkan oleh, antara
lain :
1) Suara
Kebisingan yang tinggi pada daerah di atas ambang batas (85 dB untuk 8
jam kerja) ditempat kerja akan menyebabkan terjadinya gangguan
pendengaran.
2) Suhu
Temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan heat stoke/exhaust,
sedangkan temperature yang sangat rendah akan menimbulkan frostbite
(luka dan kulit melepuh) dan chilblain (rasa nyeri pada tangan dan kaki).
3) Radiasi Elektromagnetik
Menyebabkan ganguan pada jaringan kulit (lapisan teratas, tengah dan
bawah).
4) Tekanan Udara
Tekanan udara yang bertambah atau berkurang dari 1 atm akan
menimbulkan penyakit dekompresi.
5) Penerangan (illumination)
Penerangan yang tidak mencukupi standar akan menggangu penglihatan
dan mata, cepat lelah ketika membaca dan menulis dan cepat rabun.
6) Getaran (vibration)
Pengaruh dari suatu getaran terhadap tubuh akan mempengaruhi system
syaraf sentral. Gejala yang timbul, tangan dan kaki kehilangan rasa dan
juga gangguan terhadap pendengaran karena kebisingan (>85dB).
7) Ventilasi
Pengaruh dari ventilasi yang jelek (buruk) akan menimbulkan penyakit
berasal dari bahan-bahan kimia, debu dari bahan isolasi, asap dari
pengelasan, dan lain-lain. Pekerja akan menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan, keracunan, bahan kimia berbahaya, alergi kulit, mata dan lain-
lain. Tetmperatur ruangan yang bertambah panas akan mengakibatkan
cepat letih/lelah.
b. Golongan kimiawi
Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam
lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.
c. Golongan biologis
Penyebabnya: virus, bakteri, jamur, serangga, parasit, cacing dan binatang.
Lingkungan kerja yang tidak bersih dan makanan yang dikonsumsi tidak sehat
akan menyebabkan penyakit tersebut.
d. Golongan fisiologis
Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja atau cara kerja desain tempat
kerja, beban kerja dan malposisi sewaktu bekerja (Myalgia, backache atau cedera
punggung)
e. Golongan psikososial
Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress, monotoni kerja, tuntutan pekerjaan,
hubungan kerja yang kurang baik, upah tidak sesuai, tempat kerja yang terpencil
dan jaminan masa depan yang meragukan.
3. Efek samping cyanoacrylate dan berapa nilai ambang batasnya?
Efek Samping Cyanoacrylate
a. Jika digunakan terlalu banyak/berlebihan/terlalu tebal dapat terjadi
kerusakan jaringan akibat termal pada proses polimerisasi.
b. Reaksi alergi tidak di amati sejauh ini.
c. Pemberian yang terlalu banyak dapat mencegah penyembuhan jaringan
ikat.
d. Degradasi dalam sistem biologis dan terjadi iritasi lokal.
4. Pencegahan dan pengendalian PAK sesuai skenario!
1) Pencegahan Primer – Health Promotion
Pencegahan primer merupakan tahap pertama terhadap bahan /zat paparan
yang ada dilingkungan kerja seperti debu atau bahan kimia agar tidak
mengenai pekerja, sehingga pekerja tetap sehat selama dan setelah bekerja.
Kegiatan yang dilakukan adalah Health Promotion (Promosi Kesehatan )
yaitu :
a. Perilaku Kesehatan
b. Faktor bahaya di tempat kerja
c. Perilaku kerja yang baik
d. Olahraga
e. Gizi seimbang
2) Pencegahan Sekunder – Specifict Protection
Pencegahan tingkat kedua dengan deteksi diri pekerja yang menderita
penyakit tersebut dan menghentikan paparan lebih lanjut. Ini akan
mengurangi progresifitas penyakit, sehingga tidak menjadi lebih berat.
Dokter perusahaan harus melakukan pemantauan medis secara rutin,
khususnya pada pekerja yang banyak terpapar alergen.
a. Pengendalian melalui perundang-undangan (Legislative Control) antara
lain:
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Petugas kesehatan dan non kesehatan
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi
lingkungan.
Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.
b. Pengendalian administrative/organisasi
Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga
nonmedis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat
kesehatan
Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure)
untuk masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaannyasss
Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures)
terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan
kecelakaan (boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan
pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan
Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan
kerja dan mengupayakan pencegahannya.
c. Pengendalian teknis (Engineering Control)
Dust Collection Systems, menggunakan prinsip ventilasi untuk
menangkap debu dari sumbernya. Debu disedot dari udara dengan
menggunakan pompa dan dialirkan kedalam dust collector,
kemudian udara bersih dialirkan keluar.
Wet Dust Suppression Systems, menggunakan cairan (yang banyak
digunakan adalah air, tapi bisa juga bahan kimia yang bisa
mengikat debu) untuk membasahi bahan yang bisa menghasilkan
debu tersebut sehingga bahan tersebut tidak cenderung
menghasilkan debu.
Airborne Dust Capture Through Water Sprays, menyemprot debu-
debu yang timbul pada saat proses dengan menggunakan air atau
bahan kimia pengikat, semprotan harus membentuk partikel cairan
yang kecil (droplet) sehingga bisa menyebar diudara dan mengikat
debu yang berterbangan membentuk agglomerates sehingga turun
kebawah.
Dilution Ventilation
Teknik ini adalah untuk mengurangi konsentrasi debu yang ada di
udara dengan mendilusi udara berdebu dengan udara tidak berdebu
atau bersih. Secara umum sistem ini masih kurang baik untuk
kesehatan karena debu pada dasarnya masih terdapat diudara, akan
tetapi sistem ini bisa digunakan jika sistem lain tidak diijinkan
untuk digunakan
Isolation
Teknik ini adalah dengan cara memisahkan pekerja dengan udara
yang terkontaminasi, pemisahan bisa dilakukan dengan
mengisolasi pekerja kemudian di suplai dengan udara bersih dari
luar. Contoh Supplier air system
Menggunakan alt pelindug diri/alat proteksi pernapasan Dengan
menggunakan alat proteksi pernapasan dapat menurunkan kejadian
asma akibatkerja 10-20 %. Suatu penelitian dipabrik yang
menggunakan acid anhydride dengan konsentrasi tinggi, dari 66
pekerja yang menggunakan alat proteksi pernapasan, hanya 3
pekerja yang menderita asma akibat kerja
Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi
3) Pencegahan Tersier (Early Diagnosis And Prompt Treatment)
Tindakan di tingkat tersier adalah menghindarkan pekerja yang telah terdiagnosis
dari lingkungan kerja sebelumnya yang banyak alergen, ke lingkungan kerja bebas
alergen. Hal ini akan mencegah kerusakan akibat asma dan hiperreaktivitas yang
menetap
a. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon /
pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan
pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang status kesehatan calon pekerja , tenaga kerja yang diterima sehat,
tidak mempunyai penyakit menular dan mengetahui apakah calon pekerja
tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
Anamnese umum
Anamnese pekerjaan
Penyakit yang pernah diderita
Alrergi
Imunisasi yang pernah didapat
Pemeriksaan badan
Pemeriksaan laboratorium rutin
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan
jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan
yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar
pemeriksaan berkala. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk mempertahankan
derajat kesehatan tenaga kerja, menilai kemungkinan pengaruh dari
pekerjaan, dan untuk pengendalian lingkungan kerja. Usaha yang dilakukan
adalah pemeriksaan berkala pada pekerja yang terpajan bahan yang berisiko
tinggi menyebabkan asma akibat kerja. Pemeriksaan berkala dilakuk 1 tahun
sekali, ditekankan pada 2 tahun pertama dan bila memungkinkan sampai 5
tahun. Bila terdeteksi seorang pekerja dengan asma akibat kerja, kondisi
tempat kerja harus harus dievaluasi apakah memungkinkan bagi pekerja
untuk tetap bekerja ditempat tersebut atau pindah ketempat lain.
c. Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu
pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja, menilai terhadap tenaga
kerja atau golongan tenaga kerja tertentu. Dilakukan pada pekerja yang
sudah terpapar bahan / zat ditempat kerja dan diagnosis kearah asma akibat
kerja sudah ditegakkan. Tindakan penting yang dilakukan adalah
menghindarkan penderita dari pajanan lebih lanjut, untuk mencegah
penyakit menjadi buruk atau menetap. Bagi mereka yang belum pindah kerja
harus diberitahu bahwa, apabila terjadi perburukan gejala atau memerlukan
tambahan pemakaian obat-obatan atau penurunan fungsi paru atau
peningkatan derajat hiperaktiviti bronkus, maka penderita seharusnya pindah
kerja sesegera mungkin. Pada pekerja yang telah pindah kerja ketempat yang
bebas pajanan harus dilakukan pemeriksaan ulang setiap 6 bulan selama 2
tahun untuk menilai kemungkinan penyakit menetap atau tidak.
d. Surveilans
e. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi
pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam
mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan
sebagainya.
5. Aspek rehabilitas PAK pada skenario
Upaya yang perlu dilakukan dalam rehabilitasi kerja meliputi beberapa program:
a. Evaluasi.
Setelah dinyatakan pulih kesehatannya dan telah dilakukan perawatan untuk
mengurangi kelainan (impairment), ketidak mampuan (disability), dan
kecacatan (handicap), maka perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sisa
dari kemampuan, kecakapan, keterampilan, potensi, dan motivasi dari tenaga
kerja yang bersangkutan.
b. Bimbingan/counseling.
Bimbingan ini bertujuan untuk memberikan arahan mengenai pekerjaan
yang mungkin dilakukan dan sesuai dengan kondisi tenaga kerja yang
bersangkutan serta kemungkinan kesempatan/peluang kerja yang tersedia.
c. Pelatihan.
Pada tenaga kerja yang mengalami cacat/ketidak mampuan sebagai akibat
kecelakaan atau penyakit, perlu diberikan pelatihan untuk mempersiapkan
tenaga kerja tersebut beradaptasi pada pekerjaan semula atau jenis pekerjaan
lain yang memerlukan keterampilan khusus.
d. Penempatan.
Penempatan tenaga kerja pada pekerjaan yang sesuai dengan kondisinya
merupakan hal penting dalam proses rehabilitasi, karena hal tersebut juga
mempengaruhi keberhasilan tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya.
6. Peraturan dan perundangan landasan hukum dari pencegahan dan
pengendalian PAK !
1) Undang-undang no. 13 tahun 2003
Pasal 86
1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja
b. moral dan kesusilaan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan mrtabat manusia
d. untuk melindungi keselamatan kerja atau buruh guna mewujudkan
prodiktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3.
2. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan undangan yang
berlaku.
2) Undang-undang no. 14 tahun 1969
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas :
1. keselamatan
2. kesehatan
3. kesusilaan
4. pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
dan moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan dengan tenaga kerja yang
melitputi :
1. norma keselamatan kerja
2. norma kesehatan kerja
3. norma kerja
4. pemberian ganti kerugian, perawatan, dan rehabilitasu dalam hal
kecelakaan kerja
3) Undang-undang no.1 tahun 1970
1. Agar pekerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
aman dan efisien
3. Agar proses produksi berjalan secara lancer tanpa hambatan
4) Undang-undang no.3 tahun 1992
1. kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan
hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
Demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang
biasa atau wajar dilalui
2. jaminan kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja
berhak menerima jaminan kecelakaan kerja meliputi :
1. biaya pengankutan
2. biaya pemeriksaan pengobatan dan atau perawatan
3. biaya rehabilitasi
4. santunan berupa uang meliputi
a. santunan sementara tidak mampu bekerja
b. santunan cacat sebagian untuk selamanya
c. santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental
d. santunan kematian
7. Perspektif islam tentang pekerjaan manusia
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula
Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian
dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud
Darda` radhiallahu ‘anhu)
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah
penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang
yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa
mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau
menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri
menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas
Zadul Ma’ad, 4/12-13)
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.ichrc.org/44-kondisi-yang-disertai-dengan-wheezing
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter
%20II.pdf
3. http://indpndnt13.blogspot.com/2012/10/makalah-ob-ke-5-sampai-berapa-
lagi-ob.html
4. http://www.wisnoe.com/index.php/en/woodworking-knowledge/
kesehatan-dan-keselamatan-kerja/104-debu-kayu-saw-dust
5. Djojodibroto,Darmanto, Kesehatan kerja di perusahaan, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama , 1999
6. Meizarini Asti 2005. Sitotoksisitas Bahan Restorasi Cyanoacrylate pada
Variasi Perbandingan Powder dan Liquid Menggunakan MTT Assay.
Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J) 38: 20-24