DARAH
A. SENDIAAN NATIF DARAH
Tujuan
Mengamati darah tanpa diproses lebih lanjut.
1. Memperhatikan bentuk-bentukl sel-sel darah ada tidaknya sel eritrosit yang mengalami krenasi (pengerutan), bentuk ”rouleaux” (seperti tumpukan uang logam) sel-sel eritrosit, perbedaan antara eritrosit dan leukosit.
2. Mengamati ada tidaknya mikro organisme di dalam darah. Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan di laboratorium klinik veteriner ialah pemeriksaan darah natif, kadar hemoglobin, hematokrit, menghitung jumlah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit, menghitung waktu beku dengan memilih beberapa macam pemeriksaan rutin diatas dapat digunakan sebagai prosedur ”screening”. Hasil yang didapat ini digabung dengan hasil pemeriksaan klinik dan netiologi dapat memberikan informasi diagnostik yamg sangat berharga, juga dapat dipakai sebagai indikasi jika diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, lebih teliti dan spesifik. Disamping itu pemeriksaan darah dapat digunakan untuk mendapat gambaran kemampuan tubuh pasien yang memerangi penyakit yang dideritanya, juga dapat merupakan indikator parah tidaknya keadaan penyakit tertentu, misalnya infeksi dan anemia.
Dasar teori
Rouleau (rouleaux, jamak) : suatu informasi eritrosit yang saling berlekatan membentuk deretan seperti uang logam yang dideretkan. Biasanya terlihat dalam sediaan natif, darah kuda dan kucing yang sehat juga dapat terlihat anjing dan babi, tetapi jarang pada sapi, kambing, dan domba.
Mikroorganisme di dalam darah, misalnya larva dari Diofilaria immitis pada anjing,”trypanosoma” pada vertebrata umumnya dan lain-lainnya, berenang dalam sel darah, dan dapat terdeteksi dalam preparat natif dengan menggunakan mikroskop.
Bahan dan alat
1. Jarum penusuk pembuluh darah/alat pengambil darah lainya.2. Alkohol 70%3. Larutan fisiologis NaCl 0,9%4. Kapas5. Kaca benda dan Kaca penutup
6. Mikroskop, dengan objektif 10x dan 40x, dan okuler 10x7. Gunting
Tata kerja
- Membersihkan alat yang akan digunakan untuk pemekrisaan ini.
- Membersihkan daerah pengambilan darah dengan alkohol 70%, bila daerah tersebut berbulu, dapat dihilangkan bulu tersebut dengan menggunkan gunting.
- Meneteskan 1-2 tetes larutan fisiologis NaCl pada kaca benda.
- Menusuk pembuluh darah, ambil darah dan teteskan pada kaca benda tadi yang sudah ada laruta fisiologisnya. Campur dengan hati-hati, dan tutup dengan kaca penutup.
- Amati dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 100x. Kemudian 400x.
- Setelah digunakan mikroskop harus dibersihkan kembali.
Lembar kerja1. Pengamatan eitrosoit:
Gambar butir-butir darah yang diamati dibawah mikroskop.2. Pengamatan sel lainnya:3. Pengamatan terhadap ada tidaknya mikro-organisme di dalam darah:4. Pengamatan lainnya:
B. WAKTU BEKKU DARAH
Tujuan
Menenemukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.
Prinsip
Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, yaitu dari sifat cair menjadi padat (fibrinogen menjadi fibrin). Waktu yang diperlukan untuk perubahan ini disebut waktu beku darah atau sama dengan waktu koagulasi darah.
Ada cara-cara cepat untuk menentukan WAKTU BEKU DARAH.
Cara 1:
Bahan dan alat
- Gelas arloji berlapis parafin
- Jarum pentul
- Alat pencatat waktu
- Alat penusuk : lanset yang steril
- Alkohol 70%
- Kapas
- Gunting
Tata kerja
- Membersihkan bulu tempat pengambilan darah kelinci dengan gunting, kemudian dengan kapas beralkohol, dan kekeringan.
- Menusuk daun telinga kelinci dengan lanset yang steril, dan mencatat waktu pada saat darah keluar dari pemuluh darah.
- 1-2 tetes darah dengan cepat dipindahkan ke dalam gelas arloji yang berlapis parafin.
- Mengarahkan kepala jarum pentul kedalam darah kemudian mengangkatnya. Lakukan demikian setiap setengah menit, sampai terlihat benang fibrin, dan mencatat lagi waktunya.
- Waktu dari mulai darah keluar dari pembuluh darah (luka) sampai terbentuk benang fibrin disebut waktu beku darah.
Cara 2:
Bahan dan alat
- Pipa kapiler dari gelas tanpa heparin
- Lanset yang steril
- Alkoho 70%
- Kapas
- Gunting
Tata kerja
- Membersihkan bulu tempat pengambilan darah, kemudian dengan alkohol, dan keringkan.
- Menusuk pembuluh darah dengan lanset yang steril, dan mencatat waktu saat darah keluar dari pembuluh darah (luka).
- Menempelkan pipa kapiler gelas pada darah (jangan menempel pada lukanya), dan membiarkan darah mengalir sendiri kedalam pipa kapiler sampai kurang lebih 4/5 panjang pipa.
- Mematahkan kurang lebih 1/10 bagian dari panjang pipa yang berisi darah tadi, setiap 30 detik.
- Melakukan hal yang sama setiap ½ menit sampai keluar benang fibrin, dan mencatat lagi waktunya.
- Waktu saat pencatatan waktu yang pertama (darah keluar), sampai pencatatan waktu kedua terlihat benang fibrin disebut waktu beku darah.
Lembar kerja
Hasil pengamatan:
C. MEMPELAJARI BEBERAPA FAKTOR YANG MENYEBABAKAN HEMOLISIS.
Tujuan
Mempelajari pengaruh (1) larutan hipotonis NaCl dan (2) zat yang menurunkan tegangan permukaan (sponin) yang menyebabkan terjadinya hemolisis.
Dasar teori
Hemolisis adalah pecahnya/rusaknya membran eritrosit sehingga hemoglobin bebas dalam medium sekelilingnya. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan banyak faktor, antara lain, larutan hipotonis terhadap darah, penuruna tegangan permukaan membran sel, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan di dalam sirkulasi darah, dan lain-lain.
Prinsip
i. Bila medium disekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl yang hipotonis), air akan masuk kedalam eritrosit melalui membran eritrosit yang bersifat semipermeabel, dan menyebabkan sel eritrosit membengkak, sehingga dapat mengakibatkan kerobekan/kerusakan membran, dan hemoglobin akan bebas dalam medium sekelilingnya.
ii. Saponin atau zat lainnya yang menurunkan tegangan permukaan sel dapat menyebabkan kerobekan/kerusakan membran sel, karena tekanan didalam
sel eritrosit leih besar dari pada diluar, akibatnya hemoglobin bebas dalam medium sekelilingnya.
Bahan dan alat
- Larutan NaCl 0,9%, 0,65%, 0,45%, 0,25%, 0% (aquades)
- 1% ureum dalam larutan NaCl 0,9%
- 1% ureum dalam aquades
- 1% sponin dalam larutan NaCl 0,9%
- 1% saponin dalam aquades
- Larutan NaCl 3%
- Tabung reaksi 10 buah dalam rak
- Pipet 5 ml 11 buah
- Gelas objek 1 buah dengan 2 buah kaca penutup
- Mikroskop
- Kertas tissue/lap bersih dan halus
- Darah yang tersedia (ditambah dengan antikoagulan)
Tata kerja
- Memberi nomor pada tabung 1-10
- Mengisi tabung 1dengan larutan NaCl 0,9% (larutan isotonis dengan darah
sebagai kontrol)
- Mengisi tabung 2 dengan larutan NaCl 0,65%
- Mengisi tabung 3 dengan larutan NaCl o,45%
- Mengisi tabung4 dengan larutan NaCl o,25%
- Mengisi tabung 5 dengan larutan NaCl 0%
- Mengisi tabung 6 dengan 1% ureum larutan dalam larutan NaCl 0.9%
- Mengisi tabung 7 dengan 1% ureum dalam larutan aquades
- Mengisi tabung 8 dengan 1% saponin larutan dalam larutan NaCl 0,9%
- Mengisi tabung 9 dengan 1% saponin larutan dalam aquades
- Mengisi tabung 10 dengan larutan NaCl 3%
Masing –masing sebanyak 5ml
- Menambahkan 3tetes darah kedalam setiap tabung
- Memeriksa warna dan kekeruhan larutan didalam tabung
- Warna merah cerah menunjukan adanya hemolisis. Warna merah keruh
belum tentu tidak terjadi perubahan-perubahan. Kemungkinan sebagian sel
eritrosit mengalami hemolisis atau perubahan lainnya. Untuk
memastikanya perlu dilakukan pemeriksaan secara mikroskop.
Cara pemeriksaan mikroskop:
- Menempatkan dibagian kiri satu tetes larutan dari tabung satu sebagai
kontrol (pembanding), dan pada bagian kanan 1 tetes larutan dari tabung 2
pada gelas objek kemudian menutup gelas objek tersebut dengan gelas
penutup.
- Memeriksa dibawah mikroskop dengan obyek 10x dan ok 10x.
Memperhatikan dan membandingkan bentuk sel, besar dan banyaknya sel
dari sampel yang terletak dibagian kanan gelas obyek, yang berasal dari
tabung nomor 2. Dengan kontrol dibagian kiri gelas obyek.
- Melakukan hal yang sama untuk tabung-tabung lainnya, dengan
menggunakan tabung 1 sebagai kontrol.
- Mencatat hasil pengamatan pada kolom-kolom tersedia.
- Menuliskan + bila terlihat jelas adanya hemolisis (warna merah cerah),
dan bila belum terlihat adanya hemolisis (warna merah keruh), pada kolom
pemeriksaan mikroskopis.
- Pada kolom pemeriksaan mikroskopik untuk bentuk, menuliskan bulat
licin, bulat berigi-rigi, atau gambaran lainnya, untuk besar,
membandingkan dengan kontrol menuliskan = (sama dengan kontrol), >
(lebih besar), < (lebih kecil), dan untuk relatif banyaknya sel eritrosit
bandingkan dengan kontrol, tanda = (sama), > (lebih banyak), < (lebih
sedikit) dari kontrol.
D. LAJU ENDAP DARAH (LED)
Tujuan
Menentukan laju endap darah/laju endap eritrosit dengan menggunakan
pipet atau tabung Westergen.
Dasr teori
Laju endap darah (LED) atau blood sedimentation rate (BSR) seringkali
disebut juga Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) = Laju Endap Eritrosit
(LEE).
Prinsip
Darah yang dicampur dengan koagulan bila dibiarkan dalam pipet/tabung
Westergen, butir-butir darahnya akan mengendap. Laju endap darah
ditentukan dengan membaca batas penurunan permukaan eritrosit yang
mengendap pada skala pipet, dalam waktu tertentu (1jam).
Bahan dan alat
Pipet/tabung Westergen yang bersekala 0-100mm dengan raknya.
Tata kerja
- Mencampur darah dengan antikoagulan (Natrium sitrat) dengan
perbandingan 4:1.
- Pipet/tabung Westergen diisis dengan campuran darah dengan
antikoagulan sampai skala 0 atau 100.
- Tempatkan tegak lurus di rak.
- Membiarkannya selama 1jam pada suhu kamar.
- Membaca pada skala pipet, batas penurunan permukaan eritrosit yang
mengendap (dalam mm).
Lembar kerja
Hasil pengamatan LED:...... mm/jam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada praktikum pertama praktikan mengamati sediaan darah natif. Di
bawah ini adalah hasil pengamatan gambar butir-butir darah yang diamati
dibawah mikroskop.
Gambar 1 : Butir-butir darah
Pada praktikum kedua mengamati waktu yang diperlukan untuk terjadi
pembekuan pada darah kelinci (waktu koagulasi darah). Data tersebut dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
No Perlakuan Waktu Koagulasi darah
1Gelas arloji berparafin
2 menit pada pengangkatan jarum yang ke 4
2
Pipa kapiler dari gelas tanpa heparin
1 menit pada patahan yang kedua
Praktikum selanjutnya yaitu mengamati pengaruh dari larutan hipotonis
NaCl dan zat yang dapat menurunkan tegangan (saponin) pada darah yang
menyebabkan hemolisis. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
No Jenis larutan
Makroskopis Mikroskopis
WarnaDerajat
HemolisisBentuk sel Ukuran sel Kepadatan sel
1 NaCl 0,9 % Merah keruh - Bergerigi Kecil Kontrol
2 NaCl 0,65 % Merah keruh - Bulat < =3 NaCl 0,45 % Merah keruh - Butiran < <4 NaCl 0,25 % Merah keruh - Butiran < <5 NaCl 0 % Merah terang + Serpihan < <
61% ureum dalam larutan NaCl 0,9%
Merah terang+
Bulat licin = <
71% ureum dalam aquadest
Merah terang
+Serpihan < <
81% saponin dalam NaCl 0,9%
Merah terang
+Serpihan < <
91% saponin dalam aquadest
Merah terang
+Serpihan < <
10Larutan NaCl 3%
Merah keruh - Bergerigi = =
Pada praktikum yang ke empat. Yaitu pengamatan laju endap darah yang
dibiarkan selama satu jam pada suhu kamar. Hasi pengamatan pada tabel 4.
Tabel 4. Laju endap darah
Sampel Laju endap darah/jam
Darah sapi 1 mm
Pembahasan
Darah merupakan cairan dalam tubuh makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
yang memiliki fungsi utama membawa oksigen dan nutrien yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan makanan, serta salah satu sistem
pertahanan dari bakteri dan virus.
Sel darah adalah semua sel dalam segala bentuk yang secara normal
ditemukan dalam darah, pada mamalia sel darah dibagi menjadi tiga kategori : Sel
darah merah, sel darah putih, trombosit atau keping-keping darah (Anonim, 2012).
Sel darah putih (leukosit) adalah sel yang membentuk komponen darah.
Sel darah putih berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, dapat
bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler. Sel darah merah
(eritrosit) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Warna merah pada sel darah merah sendiri
bersal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Di dalam
sel darah merah tidak terdapat nukleus. Keping darah (trombosit) adalah sel
anuclear nulliploin (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya). Keping
tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme homeostasis tingkat sel
dalam proses pembekuan darah dalam membentuk darah beku (Campbell, 2008).
Pada percobaan pertama mengamati sediaan natif darah. Pada percobaan
butir-butir darah terlihat dengan jelas dibawah mikroskop, akan tetapi sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit tidak dapat dibedakan karena perbesaran
dari mikroskop terbatas dan terlihat memiliki warna yang sama, dilihat dari
ukurannya tidak jauh berbeda sehingga sulit untuk membedakannya. Untuk
pengamatan sel lainnya dalam darah tidak ditemukan, begitupun rmikroorganisme
dalam darah.
Percobaan kedua mengamati waktu beku darah (koagulasi). Koagulasi
adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang memicu
partikel koloidal terdispersi untuk melalui proses pembekuan dan membentuk
trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari homeostasis yaitu saat penambalan
dinding pembuluh darah yang rusak oleh keping darah. Proses koagulasi darah
terjadi setelah terjadinya luka pada darah dengan rusaknya endotelium. Langkah
awal koagulasi adalah dengan pelepasan fospolipid yang disebut faktor jaringan
dan hibrinogen sebagai inisiasi sebuah reaksi berantai. Segera setelah itu keping
darah bereaksi membentuk penyumbatan pada permukaan luka (Anonim, 2012).
Dalam percobaan waktu beku darah menurut Wibowo (2009) waktu antara
darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4
sampai 5 menit. Hasil yang diperoleh pada percobaan gelas arloji berlapis parafin,
waktu yang diperoleh sampai terbentuknya benang fibrin adalah 2 menit pada
pengangkatan jarum yang ke empat. Pada percobaan di pipa kapiler waktu yang
diperlukan sampai terbentuknya benang fibrin adalah 1 menit pada patahan pipa
yang kedua. Pada percobaan di gelas arloji berlapis parafin dan pipa kapiler terjadi
perbedaan waktu. Hal ini terjadi karena pada permukaan pipa kapiler terjadi
kontak langsung dengan darah sehingga proses pembekuan lebih cepat
dibandingkan dengan gelas arloji berlapis parafin. Pada gelas arloji berlapis
parafin darah tidak kontak langsung dengan permukaan gelas arloji, melainkan
darah kontak langsung dengan permukaan parafin yang lebih halus.
Pada praktikum yang ketiga yaitu mengamati beberapa faktor yang
menyebabkan hemolisis. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit sehingga
hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran
eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau
hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat
atau unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan. Apabila medium di
sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis)
medium tersebut akan masuk kedalam eritrosit melalui membran yang bersifat
semipermeabel dan menyebabkan sel eritrosit mengembung. Bila membran tidak
kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit maka sel akan pecah
akibatnya hemoglobin akan bebas ke medium sekelilingnya. Sebaliknya bila
eritrosit berada dalam medium yang hipertonis maka cairan eritrosit akan keluar
menuju medium luar eritrosit akibatnya, eritrosit akan mengkerut (krenase)
(Anonim, 2012). Pada percobaan dengan penambahan larutan NaCl 0,9 %, NaCl
0,65 %, NaCl 0,45 %, NaCl 0,25 %, tidak terjadi hemolisis karena larutan tersebut
bersifat isotonis. Sedangkan untuk larutan NaCl 0 %, terjadi hemolisis warna
merah cerah. Untuk penambahan 1 % ureum dalam larutan NaCl 0,9 %, 1 %
ureum dalam aquadest terjadi hemolisis warna merah terang. Pada penambahan 1
% saponin dalam NaCl 0,9, 1 % saponin dalam aquadest terjadi hemolisis warna
merah terang. Hal tersebut terjadi karena saponin dapat menurunkan tegangan
permukaan larutan, sehingga larutan yang berada diluar sel masuk kedalam sel
darah, sehingga terjadi hemolisis. Untuk penambahan larutan NaCl 3 % pada
pengamatan secara makroskopis tidak terjadi hemolisis, sedangkan pengamatan
secara mikroskopik terjadi proses krenase. Hal tersebut terjadi karena larutan
NaCl 3 % bersifat hipertonis.
Pada pengamatan ukuran sel terjadi kesalahan, yaitu ketika melakukan
pengamatan pada tabung kontrol menggunakan perbesaran mikroskop 40 kali.
Untuk pengamatan tabung yang lainnya menggunakan perbesaran 10 kali,
sehingga pada pengamatan ukuran sel terjadi kesalahan.
Laju endap darah adalah salah satu pemeriksaan terhadap darah dengan
prinsip sedimentasi yang diukur dengan cara memasukkan darah yang diberi anti
koagulan kedalam tabung khusus dan diamati selama 1 jam. Hasil dalam
percobaan yang dilakukan adalah 1mm/jam. Dalam proses laju endap darah dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor plasma, faktor eritrosit, dan
faktor teknik. Jumlah eritrosit yang tidak normal baik lebih ataupun kurang serta
ukurannya juga dapat mempengaruhi laju endap darah menjadi cepat.
KESIMPULAN
Pada darah dapat mengalami suatu perubahan yang dipengaruhi oleh
larutan disekelilingnya ataupun dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti pada
peristiwa hemolisis dipengaruhi larutan hipertonis, hipotonis, dan tegangan
permukaan. Pada peristiwa koagulasi darah akan mengalami perubahan yaitu
ketika terjadi luka darah akan mengalami pembekuan. Pada darah juga dapat
terjadi proses pengendapan yang dipengaruhi oleh faktor jumlah eritrosit dan
ukuran eritrosit.
DAFTAR PUSTAKA
(Anonim). 2012. Sel Darah (terhubung berkala) http://id.m.wikipedia.org/wiki. (19 Oktober 2012)
(Anonim). 2012. Hemolisis Darah (terhubung berkala) http://id.m.wikipedia.org/wiki. (19 Oktober 2012)
Campbell, Neil A. 2008. Biology (edisi ke-8 th). London : Pearson Education.
Recommended