BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman anggrek merupakan salah satu tanaman berbunga yang banyak disukai oleh
konsumen. Bunga tanaman anggrek sangat menarik karena sangat bervariasi dalam bentuk,
warna, dan corak bunganya. Disamping itu bunga anggrek mempunyai keistimewaan
dibandingkan bunga potong lainnya, karena dapat bertahan segar lama sebagai bunga rangkaian.
Sebagai bunga dalam pot, bunga anggrek juga cukup lama bertahan tidak cepat layu, bahkan ada
beberapa spesies tanaman yang dapat bertahan segar sampai satu bulan.
Keanekaragaman anggrek membuat tanaman ini memiliki potensi untuk terus
dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi tinggi karena permintaan yang semakin meningkat.
Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai nilai US$ 1.756.156. Anggrek
tersebut diekspor dalam bentuk bibit (botolan, kompot, dan individu), tanaman berbunga,
maupun bunga potong.
Berdasarkan bentuk pertumbuhanya, anggrek dibedakan menjadi anggrek monopodial
dan anggrek simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang ujung batangnya memilikki
pertumbuhan yang tidak terbatas, dengan pertumbuhan satu arah ke atas walaupun kadang
muncul tunas baru pada bagian batangnya. Jenis anggrek yang termasuk anggrek monopodial
adalah anggrek Vanda, Arachnis dan Phalaenopsis. Tipe pertumbuhan simpodial adalah anggrek
yang pertumbuhannya kesamping. Termasuk dalam anggrek simpodial adalah Dendrobium,
Bulbophuyllum, Coelogyne, Eria dan Cymbidium.
Anggrek dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Secara vegetatif dapat
dilakukan dengan pemisahan rumpun pada tanaman simpodial, stek batang pada tanaman
monopodial, dan dengan menggunakan keiki yaitu tunas yang sering tumbuh pada batang semu
tanaman anggrek Dendrobium sp. Perkembangbiakkan melalui kultur jaringan dapat dilakukan
secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif dengan biji sering dilakukan
secara in vitro atau kultur jaringan, karena biji anggrek tidak dapat tumbuh secara alamiah
kecuali bersimbiose dengan micorhiza.
Kultur jaringan dapat diartikan sebagai budidaya suatu jaringan tanaman sehingga dapat
tumbuh menjadi tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Budidaya jaringan juga
dinamakan budidaya in vitro, yaitu suatu budidaya serba steril, memakai media steril, bahan
tanaman yang hidup tapi telah disteril, dan ditanam pada botol yang juga telah disteril. Dasar
teori kultur jaringan adalah teori totipotensi sel yang dikemukakan oleh Schwan dan Schleiden,
bahwa setiap sel memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu yang sempurna apabila
diletakkan pada lingkungan yang sesuai.
Beberapa keuntungan dari teknik kultur jaringan ini adalah (1) memperbanyak tanaman
lebih cepat dibandingkan metode lainnya, (2) memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak
dengan cara konvensional, (3) menghasilkan tanaman yang lebih kuat, bebas pathogen dan
penyakit lainnya, (5) pelaksanaanya dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa harus
mempertimbangkan musim.
Salah satu tahap dari metode kultur jaringan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah
masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali
kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu
tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop.
Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi merupakan
masalah penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak
dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain :
1. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh
karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah
menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya.
2. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi
lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar
didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman
dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous (Adiputra, 2009).
Adapun kriteria planlet yang siap untuk diaklimatisasi adalah sebagai berikut:
a. Organ planlet lengkap ( akar, batang, daun )
b. Warna pucuk batang hijau mantap artinya tidak tembus pandang
c. Pertumbuhannya kekar
d. Akar memenuhi media
e. Ukuran tinggi tanaman 3 – 4 cm ( tergantung jenis tanaman )
f. Umur tanaman ( anggrek 4 bulan)
Prosedur Aklimatisasi Secara Umum
1. Menyiapkan wadah
Wadah merupakan tempat yang berisi media tumbuh tanaman hasil kultur. Jenis wadah
yang dapat digunakan meliputi ; Pot terbuat dari tanah liat atau plastik, sabut kelapa tua,
tempurung kelapa tua dan batang pakis. Wadah yang digunakan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Harus memiliki lubang pembuangan air (draenase)
b. Harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembaban media tanam
c. Tidak mudah lapuk
d. Harus bersih dan bebas dari berbagai penyakit
e. Mudah diperoleh dan harganya murah
2. Menyiapkan media
Media merupakan tempat tumbuh dan berdiri tegaknya tanaman. Persyaratan Media
tanam Untuk aklimatisasi adalah :
a. Mampu mengikat air dan unsur hara secara baik
b. Harus memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban
c. Mempunyai aerasi yang baik
d. Tahan lama /Tidak mudah lapuk
e. Tidak menjadi sumber penyakit
f. Derajat keasaman (pH) 5 – 6
g. Mudah didapat dan harganya murah
Media yang biasa digunakan Untuk tanaman hasil kultur meliputi ; Pakis ( anggrek ),
Moss, Potongan kayu pinus, Arang sekam (pisang), Pasir steril ( Jati) dan Sabut Kelapa. Sebelum
digunakan media tersebut harus diseterilkan dengan cara disiram air panas agar serangga,
mikroba, serta biji-bijian gulma mati.
3. Menyiapkan tempat
Tempat yang digunakan untuk memelihara tanaman hasil kultur harus mempunyai
Intensitas cahaya matahari : 35 – 45%, Suhu : malam 18-240 C, siang 21-320 C, Ketinggian
tempat : 0 – 700 mdpl, Kelembaban : 60 – 85% dan mempunyai Aerasi / sirkulasi udara.
Dalam memilih tempat harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Lingkungan harus bersih dan bebas dari segala hama dan penyakit
b. Kondisi lingkungan disesuaikan dengan kondisi tanaman: suhu, kelembaban dan cahaya
4. Pemindahan planlet dari botol ke pot
Bibit yang masih ada di dalam botol dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan kawat
atau dengan memecahkan botol setelah dibungkus dengan kertas. Bibit kemudian dibilas
diatas tempat plastik berlubang sebelum disemprot dengan air mengalir untuk membersihkan
sisa media agar. Air yang masih menempel pada bibit ditiriskan dengan meletakkan bibit yang
sudah bersih di atas kertas koran. Bibit ditanam secara berkelompok dalam kompot
(community pot) dengan media tanam pakis, kemudian tempatkan di tempat teduh yang
memiliki sirkulasi udara yang baik. Setelah bibit tanaman dalam kompot berumur 1 - 1.5
bulan, bibit dapat ditanam secara individual pada pot tunggal (single pot) dengan
menggunakan media pakis atau sabut kelapa.
5. Pemeliharaan
Setelah tanaman tampak tegak dan sudah mulai tumbuh baik, sudah boleh diberi pupuk
dan fungisida. Pupuk diberikan lewat daun, dengan pupuk yang kandungan nitrogennya tinggi
(misal pupuk gandasil D, yang warnanya hijau). Pupuk & fungisida diberikan sekali
seminggu, dengan konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara
(tahapan-tahapan) aklimatisasi anggrek hasil kultur jaringan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
- Alat
- Pinset: mengambil planlet
- Hand sprayer: membasahi media tanam
- Gelas aqua: sebagai media tanam
- Kawat: melubangi gelas aqua (bagian bawah)
- Bahan
- Air: membasahi media dan bahan tanam
- Planlet: bahan tanam
- Sabut kelapa: media tanam
- Sterofoam: media tanam
- Fungisida: antioksidan untuk planlet
3.2 Cara Kerja
Lepaskan bibit dari media agar dan keluarkan bibit dar botol
Siapkan gelas aqua yang telah dilubangi bagian bawahnya
Isi gelas aqua dengan sterofoam dan sabut kelapa 1/3 gelas
Tanam bibit pada gelas aqua berdiritegak dengan menahan akar dengan sabut kelapa dan
beri fungisida
Tutup gelas aqua dengan gelas yang lain
Amati dan di hari ke2 buka gelas 25%, hari ke 6 50%, hari ke 14 75%, dan hari ke 21 buka
sungkup
Dokumentasi tiap pengamatan
3.3 Analisa Perlakuan
Pertama menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Lepaskan bibit dari media dan
keluarkan bibit dari botol untuk ditanam. Letakkan bibit pada wadah berisi air agar terlepas
dari media agar. Selanjutnya gelas aqua yang teah dilubangi bagian belakangnya diisi
dengan sterofoam 1/3 dan sabut kelapa 1/3. Tanam bibit pada gelas aqua yang telah dibei
sterofoam dan sabut kelapa dengan berdiri tegak usahakan menahan akar dengan sabut
kelapa. Jangan menanam bibit terlalu dalam karena dapat menyebabkan bibit mati karena
busuk. Tutup/sugkup dengan gelas aqua yang lain. Amati dan dihari ke 2 dibuka 25%, hari
ke 6 50%, hari ke 14 75% an hari ke 21 buka 100%. Catat hasi setiap pengamatan dan
dokumentasikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Planlet Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati
1 V - V - V - V -2 V - V - V - V -3 V - V - V - V -4 V - V - V - V -
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatn aklimatisasi planlet anggrek yang dilakukan selama empat minggu
didapatkan hasil, pada planlet satu sampai planlet 8 anggrek dapat hidup atau tumbuh dari
minggu pertama sampai minggi ke empat. Akar tumbuh dengan baik yaitu akar dapat
memanjang tetapi sedikit kurus. Daun pada planlet satu dan dua ada yang mati. Pada planlet
ketiga dan keempat pada hari ke empatbelas dibuka 75% akar tersebut mengkerut.
Aklimatisasi adalah tahap akhir dari perbanyakan secara kultur jaringan. Dalam proses
perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu
tahap krisis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Menurut
Gunawan (2006). Aklimatisasi merupakan orises oengkondisisan planlet atau tunas mikro
(jika dilakukan secara ex-vitro) dilingkungan baru yang aseptic diluar botol, dengan media
tanah atau oakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam
dilapangan. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama
penyakit. Karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit
dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara
bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
dengan pemeliharaan bibit generative.
Pengamatan planlet yang kurang baik akan menyebabka kematian pada planlet (Marlina,
2004), dilihat dari keseluruhan planet satu sampai empat dapat tumbuh dengan baik, tidak
ada planlet yang mati, walaupun pada beberapa planlet terdapat daun yang mati. Hal yang
mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi yaitu media tanam. Media tanam yang digunakan
pada praktikum ini adalah sabut kelapa. Sabut kelapa memiliki keunggulan dalam
penyerapan dan penyimpanan air ang dibutuhkan oleh planlet pada proses aklimatisasi
(Pierik, 2002)
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum TPB materi aklimatisasi anggrek dapat disimpulkan bahwa
aklimatisasi merupaka proses pengkondisian palnlet atau tunas mikro dilingkugan baru yang
aseptic di luar botol dengan media tanah atau pakis sekingga planlet dapat bertahan dan
terus menjasu bibt yang siap ditanam di lapangan. Dari hasil pengamatan aklimatisasi
anggrek yang dilakukan selama empat minggu anggrek dapat hidup atau tumbuh. Pertama
anggrek ditanam pada media sabut kelapa dan sterofoam kemudian disungkup. Sungkup
digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan seranga hama penyakit. Setelah bibit
mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan.
Pada planlet satu sampai planlet empat dapat tumbih dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, L.W. 2006. Teknik Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas Bioteknoligi. Institut
Pertanian Bogor: Bogor Hal 252.
Marlina, N. 2004. Teknik Modifikasi Media Murashige dan Skoog (MS) untuk Konservasi In
Vitro. Buletin Teknik Pertanian (1): 4-6.
Pierik, RLM. 2002. In Vitro Culture of Higher Plant. 4th Edition Kluwer Academic Publisher.
USA. Hal 16-17.
DOKUMENTASI
Alat dan bahan
Letakkan gabus pada gelas aqua
Rendam sekam pada air panas Letakkan pada aqua
Ambil tanaman anggrek pada planket
Rendam pada fungisidaTanamn pada media yang sudah
disiapkan
Tutup dengan gelas aqua
Pengamatan hari ke 2 dibuka 25% (3cm)
Pengamatan hari ke 3 dibuka 50% (5cm)
Pengamatan hari ke 10 dibuka 75% (10cm) Pengamatan hari ke 14 dibuka 100%
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“Aklimatisasi Anggrek”
Nama : Dwi Saraswaty
NIM : 135040201111234
Kelompok : J2, Senin 10.15-11.35 WIB
Asisten : Ayu Reza Fahmilia
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015