Download docx - laporan akhir

Transcript
Page 1: laporan akhir

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia. Kriteria utama dari pembangunan adalah kenaikan pendapatan per

kapita yang sebagian besar disebabkan oleh adanya industrialisasi. Proses

industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur

kegiatan untuk meningkat kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Industrial tidak terlepas dari

usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuannya

memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumberdaya lainnya. Namun

dalam kegiatannya industri berpotensi untuk menghasilkan limbah, baik limbah

cair, padat dan gas. Apabila sumber pencemar dan bahan pencemar ini tidak

ditangani dengan baik, maka dapat merugikan pelaksanaan kegiatan industri itu

sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Limbah cair sudah menjadi permasalahan di lingkungan. Limbah cair yang

tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada

perairan, khususnya sumber daya air. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah

limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke badan air. Pengelolaan

limbah cair bertujuan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan

pencemar yang terkandung di dalamnya sehingga saat dibuang limbah tersebut

telah memenuhi baku mutu.

Page 2: laporan akhir

2

PT. Petrowidada ini merupakan anak perusahaan dari PT. Petrokimia

Gresik. Pabrik ini sebagian besar mengahasilkan limbah cair. Pengelolaan limbah

di Industri ini dikelola pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan

beberapa proses. Pada IPAL PT. Petrowidada digunakan proses pengolahan air

limbah secara biologis dengan sistem lumpur aktif tanpa menggunakan atau

menambahkan bahan kimia. Unit pengolahan limbah yang utama pada IPAL PT.

Petrowidada adalah Oxidation Ditch.

Oxidation Ditch atau parit oksidasi adalah reaktor berupa parit atau saluran

panjang berbentuk oval yang dilengkapi satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi

limbah (Sugiharto, 2008). Seiring semakin berkembangnya kawasan industri di

PT. Petrowidada Gresik maka diperlukan adanya evaluasi terhadap unit

pengolahan limbah utama pada IPAL PT. Petrowidada Gresik yaitu Oxidation

Ditch.

Studi ini khususnya mengenai penanganan dan pengelolaan limbah cair

hasil produksi pada unit Oxidation Ditch di IPAL PT. Petrowidada Gresik terkait

pada proses netralisasi dalam pengolahan limbah cair tersebut. IPAL sangat

berpengaruh dalam proses pengolahan air limbah menjadi air buangan yang aman

bagi lingkungan dan bahkan dapat dimanfaatkan kembali.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah praktek kerja lapangan pada IPAL PT. Petrowidada

adalah:

1. Bagaimana proses pengolahan limbah di IPAL PT. Petrowidada Gresik?

2. Bagaimana kualitas dan kuantitas limbah yang terdapat dalam di IPAL

Biological Treatment PT. Petrowidada Gresik?

Page 3: laporan akhir

3

1.3 Tujuan

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) memiliki tujuan:

1. Mengetahui dan memahami proses pengolahan limbah di IPAL PT.

Petrowidada Gresik.

2. Mengetahui kualitas dan kuantitas limbah yang terdapat dalam

Biological Treatment di IPAL PT. Petrowidada Gresik.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan praktek kerja

lapangan ini adalah:

1. Manfaat bagi mahasiswa:

a. Kegiatan kerja praktek ini mendapatkan gambaran tentang kondisi real

dunia industri dan memiliki pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas

industri, serta mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu

yang diperoleh di bangku perkuliahan untuk mendapatkan pemahaman

yang lebih baik mengenai dunia industri.

b. Kegiatan kerja praktek ini juga dapat mengembangkan wawasan berpikir,

bernalar, menganalisa, serta mengantisipasi suatu problema, dengan

mengacu pada materi teoritis dari disiplin ilmu yang ditempuh dan

mengaitkannya dengan kondisi sesungguhnya, sehingga mahasiswa dapat

lebih sigap dan siap menghadapi berbagai problema di lapangan, serta

mempunyai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan

inovatif.

Page 4: laporan akhir

4

2. Manfaat bagi Perusahaan:

a. Dapat memperoleh masukan mengenai kondisi dan permasalahan yang

dihadapi perusahaan dalam hal pengelolaan limbah cair dengan parameter-

parameter yang ada.

b. Mengetahui metode-metode baru yang diperoleh dari materi diperkuliahan

yang dapat diaplikasikan pada perusahaan tersebut berkaitan dengan

permasalahan yang dihadapi.

Page 5: laporan akhir

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum PT. Petrowidada

2.1.1 Sejarah berdirinya PT. Petrowidada

PT. Petrowidada adalah anak perusahaan dari PT. Petrokimia Gresik.

Dimana pabrik ini berdiri patungan antara PT. Petrokimia Gresik

(persero) dengan PT Witulan Daewoo, PT. Etering Wahanatata.

Hasil produksinya meliputi Phthalic Anhydride (PA) 30.000

ton/tahun  dan Maleic Anhydride (MA) 1.200ton/tahun.

Beroperasi 1988. Jenis produk yang dihasilkan:

a. Phthalic Anhydride

b. Maleic Anhydride (Anonim, 1996)

Perusahaan ini berbentuk perseroan dengan status Penanaman Modal

Asing (PMA),yang didirikan berdasarkan Surat Pemberitahuan tentang

Persetujuan Presiden (SPTPP) No. 12/1/PMA/1985 tertanggal 23 Mei 1985,

dengan komposisi modal total untuk pendirian pabrik (total investment) adalah

sebagai berikut :

1. PT. Petrokimia : 30%

2. PT. Witulan : 30%

3. Daewoo Corp. : 40%

Tetapi setelah berjalan beberapa tahun, komposisi sahamnya mengalami

perubahan, bahkan ada investor baru yang masuk ke dalam perseroan ini, yaitu:

1. PT. Petrokimia : 10,2%

2. PT. Witulan : 5,1%

3. Daewoo Corp. : 13,6%

Page 6: laporan akhir

6

4. Justus Corp. : 5,1%

5. PT. Eterindo Wahanatama : 66%

PT. Petrowidada sendiri mulai mengoperasikan perdagangan Phthalic

Anhydride (PA) seri pertama dengan kapasitas 30.000 MTPY (Milion Ton per

Year) pada Januari 1987 dan mengoperasikan Pthalic Anhydride (PA) seri kedua

dengan kapasitas 40.000 MTYP pada November 1996 yang bersamaan dengan

pengoperasian Maleic Anhydride (MA) dengan kapasitas 3.000 MTYP.

Sedangkan untuk pengoperasian Phthalic Anhydride (PA) seri ke tiga dengan

kapasitas 70.000 MTYP pada Februari 2002, dan plastisizer dengan kapasitas

30.000 MTPA (Milion Ton per Anum).

Pada 20 Januari 2004, PT. Petrowidada mengalami ledakan yang

diakibatkan ileh kelalaian karyawan sehingga mengakibatkan Phthalic Anhydride

(PA) seri pertama dan seri ke dua serta Maleic Anhydride (MA) pada Agustus

2004.

2.1.2 Visi dan Misi

Visi PT Petrowidada Gresik bertekad untuk menjadi produsen dan pelaku

bisnis yang terbesar didunia dalam bidang Pthalic Anhydride (PA) (Anonim,

1996).

Adapun misi dari PT. Petrowidada Gresik ini diantaranya:

1. To Our Busines (Usaha)

Meningkatkan pangsa pasar didalam dan diluar negeri.

2. To Our Customer

Memberi pelayanan yang melebihi harapan pelanggan.

3. To Our People

Meningkatkan kompetensi dan kepuasan karyawan.

4. To Our Shareholder

Page 7: laporan akhir

7

Meningkatkan kepercayaan para pemegang saham melalui

peningkatan kinerja (performance) perusahaan.

5. To Our Suplier

Menjalin hubungan yang bersifat simbiose mutualis dengan

pemasok (Anonim, 1996).

2.1.3 Lokasi Perusahaan

Lokasi dari perusahaan memegang peranan penting, karena akan

mempengaruhi kedudukan perusahaan tersebut dalam persaingan dengan

perusahaan lain, dalam usaha mempertahankan kelangsungan perusahaan itu.

Pemilihan lokasi pabrik harus dipikirkan secara hati-hati dengan

mempertimbangkan baik dari teknis maupun dari segi ekonomis.

PT. Petrowidada terletak pada wilayah Kawasan Industri Gresik (KIG),

Gresik, tepatnya 20 km dari Surabaya, 23 km dari pelabuhan Tanjung Perak

Surabaya, 4 km dari pelabuhan Petrokimia dan PT. Petro Oxo Nusantara. Lokasi

pabrik telah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Menempati tanah yang tidak subur atau tandus, agar tidak mengurangi

areal pertanian atau perkebunan

2. Dapat menyerap tenaga kerja di sekitarnya

3. Dekat dengan bengkel untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan

4. Dekat dengan pembangkit tenaga listrik

5. Dengan dengan pelabuhan untuk memudahkan transportasi, baik waktu

pengadaan maupun pemasaran

6. Dekat dengan sumber air.

2.1.4 Pemasaran

Prosedur pemasaran produk yang dilakukan oleh PT. Petrowidada adalah

sebagai berikut :

Page 8: laporan akhir

8

1. Penanganan transaksi pemasaran export mulai inquiry sampai dengan

penandatanganan kontrak/poter masuk pembayaran dan waktu

pengapalan/pengiriman dikendalikan oleh CCCPL/PT. Petrowidada

Jakarta.

2. Setelah deal transaksi, CCCOL mengirimkan SO (Sales Order), PO

(Purchase Order) dan SI (Shippng Instruction) melalui Fax/e-mail.

3. Bagian FG WH dan Exim (di Gresik) menerima dokumen SO/PO serta

instruksi pengapalan/pengiriman dari CCCCPL/PT. Petrowidada Jakarta

sebagai acuan kerja.

4. Mengevaluasi pembayaran apakah dilakukan dengan LC/Non-LC untuk

mengetahui persyaratan yang dikehendaki oleh pelanggaran, kemudian

mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk keperluan

pengiriman/pengapalan.

5. Atas dasar PO/SI yang diterima dari CCCPL/PT. Petrowidada Jakarta,

maka bagian FG WH dan Exim melakukan :

a. Mengatur jadwal pengiriman/pengapalan dan memintakan

pesetujuan ke CCCPL/PT. Petrowidada di Jakarta

b. Mempersiapkan dokumen pra pengiriman/pengapalan antara

lain:

1. Shipping instruction ke seksi gudang barang jadi untuk

delivery barang

2. PEB (Pemberitauan Ekspor Barang), PE (Persetujuan

Ekspor) : diterbitkan setelah barang masuk pelabuhan

muatan disiapkan oelh EMKL. Invoice, parking, surat

kuasa dan DG (Dangerous Cargo Declaration).

3. Order kerja untuk EMKL dan pelayaran serta

superviyor (jika diperlukan).

2.1.5 Organisasi dan karyawan

Page 9: laporan akhir

9

PT. Petrowidada merupakan perusahaan berskala besar yang

beranggotakan karyawan sebanyak 145 orang. Terdapat sembilan departemen,

yaitu:

1. Departemen Finance

2. Departemen Birectorussines and Operasional

3. Departemen PGA (Personal and General Affair)

4. Departemen Staf Director

5. Departemen Maintenance

6. Departemen Produksi

7. Departemen Engineering

8. Departemen Safety, Inspection and Environment

9. Departemen QC (Quality Control)

2.1.6 Tugas dan Tanggung Jawab Departemen Secara Umum

Tugas dan tanggung jawab departemen di perusahaan PT. Petrowidada

secara umum sebagai berikut :

1. Susunan Organisasi Director terdiri dari :

a. Presient Director

b. Finance Director

c. Bussines Operasional Director

d. Plant Director

2. Presiden Direktur

Presiden direktur bertanggung jawab membawahi dan mengkoordinasikan

direktur lainnya. Selain itu Presiden direktur juga memimpin dan membawahi

langsung, yaitu Analisis Quality Departemen (dikepalai setingkat Manager)

dan membawahi Analisis Quality Section (setingkat Supervisor) yang

Page 10: laporan akhir

10

membawahi Analisys Quality Foreman dan Electronic Data Procesing

Foremen.

3. Finance Director

Susunan organisasi kerja bertanggung jawab langsung di bawah koordinator

Finance Director terdiri dari:

a. Finance Administration Departement dipimpin oleh seorang manager,

membawahi Finance and Tax Foreman yang membawahi :

1. General Accounting Foreman membawahi :

-Book Keeper Clerk

2. Cost Accounting Foreman membawahi :

-Book Keeper Clerk

b. Budget dikepalai oleh seorang Supervisor membawahi Budget Foreman

yang membawahi Budget Clerk dan Book Keeper Clerk.

c. Finance and Cashier (PT. Petrowidada Jakarta) dikepalai oleh seorang

supervisor yang membawahi Budget (PT. Petrowidada Jakarta) Foreman

membawahi Book Keeper (PT. Petrowidada Jakarta) Clerk.

d. Marketing Departement oleh Manager yang membawahi Sales Section

dikepalai oleh seorang Assinsten Manager yang membawahi Sales

Administration. Dikepalai oleh seorang supervisor membawahi Sales

Administration (PT. Petrowidada Jakarta) Clerk.

e. Driver Foreman membawahi Driver Clerk

f. Security Foreman membawahi Security Clerk membawahi Cleaning Ass.

Clerk.

2.1.7 Jam Kerja Perusahaan

PT. Petrowidada merupakan perusahaan yang beroperasi 24 jam non-stop.

Berdasarkan jam kerjanya, karyawan PT. Petrowidada dibedakan menjadi dua

jenis yaitu :

1. Karyawan daily

Page 11: laporan akhir

11

Bekerja dari hari Senin-Jum’at dengan jam kerja 07.30-16.45 WIB.

Berdasarkan jam kerjanya, karyawan daily libur (off) pada hari Sabtu

dan Minggu serta pada hari libur nasional

2. Karyawan shift

Bekerja dengan sistem 3 shift yang terbagi sebagai berikut :

- Shift 1 = Bekerja pada pukul 07.00-15.00 WIB

- Shift 2 = Bekerja pada pukul 15.00-17.00 WIB

- Shift 3 = Bekerja pada pukul 17.00-23.00 WIB

2.2 Produk

Produk yang dihasilkan oleh PT. Petrowidada antara lain adalah Phathalic

Anhydride.

2.2.1 Phathalic Anhydride (PA)

Produksi utama PT. Petrowidada adalah Phathalic Anhydride (PA) dan

hasil sampingannya berupa Maleic Anhydride (MA). Phathalic Anhydride adalah

bahan baku utama untuk pembuatan plastik, unsaturated polyester resins, alkyd

resins, zat warna dan produk-produk kimia lain seperti herbisida. Untuk

menghasilkan produk-produk kimia tersebut tidak terdapat bahan lain pengganti

Phathalic Anhydride.

Sifat-sifat fisika-kimia Phathalic Anhydride adalah sebagai berikut :

1. Rumus molekul : C8H4O3

2. Titik didih normal : 284,5 ˚C

3. Titik beku : 130,8 ˚C

4. Panas pembekuan : 5,628 ˚C

5. Autoignation temperature : 580 ˚C

6. Flash point open cup : 152 ˚C

7. Bau : menyengat

8. Nama lain : 1,2 Benzedicarboxilic Acid Anhydrite

Page 12: laporan akhir

12

1,3 Isobenzofurandione

1,3 Dioxophthalan dione

Phthmaxalic Acid Anhydrite

Produk PA memiliki standart spesifikasi sebagai berikut :

1. Penampakan (bentuk) : kristal putih, cairan putih

2. Kemurnian : 99,85%

3. Titik beku : 130,8 ˚C

4. Molten color : maksimal 20 APH

5. After heating color : maksimal 50

6. Ash content : maksimal 0,1%

PA yang larut dalam Alkohol, Aceton, Benzen maupun Xylen memiliki

uap yang mengandung uap Anhydride, apabila terhirup manusia akan terkonversi

menjadi Phthalic Acid, merupakan reaksi asam dalam lendir membran. Debu-debu

PA dapat menyebabkan iritasi yang keras pada mata dab kulit serta menyebabkan

kebakaran.

2.2.2 Maleic Anhydride

Maleic Anhydride pertama kali ditemukan oleh Pelouz tahun 1834

diperoleh dari pemanasan Maleic Acid dengan sari buah apel dan beberapa buah

yang selanjutnya diperoleh melalui oksidasi benzene atau n-butane dan bersifat

mikroskopis.

Sifat-sifat fisika-kimia Maleic Aanhydride adalah sebagai berikut :

1. Rumus molekul : H4H2O3

2. Nama lain : Toxilic Aci

Cis-Butenediocid Anhydride

2,5 Furandione Toxilic Anhydride

3. Berat molekul : 98,06

4. Melting point : 52,8 ˚C

5. Titik didih : 202,5 ˚C

Page 13: laporan akhir

13

6. Panas penguapan : 13,1 kcal/mol

7. Flash point cup : 110 ˚C

8. Autoignition temperature : 44,7 ˚C

9. Ambang kebakaran rendah : 1,4% volume

10. Ambang kebakaran tinggi : 7,1% volume

11. Specific gravity : 33,8 (4˚C)

12. Molten colour : maksimal 50 Hazen

13. Larut dalam air

14. Bau menyengat

15. Bentuk -keadaan solid : putih

-keadaan liquid : bening

2.3 Proses Produksi

2.3.1 Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi Phtalic Anhydride pada kondisi awal PT. Petrowidada

adalah sebesar 30.000 ton/tahun dengan teknologi dari Lurgi Jerman, kontraktor

Daewoo Coorporasion Korea, proyek selesai pada bulan Oktober 1988. Produksi

komersial mulai dilakukan pada bulan Januari 1989 dengan kuantitas produk yang

masih memenuhi standar baku, mengingat permintaan pasar yang cenderung naik.

Kebutuhan PA dan MA yang meningkat, maka untuk mengimbangi

permintaan tersebut didirikan pabrik PA-2 dengan kapasitas 40.000 ton/tahun

dengan teknologi dari ELF Atocherm, Prancis, proyek selesai pada bulan Mei

1996, produksi komersial pada bulan November 1996.

Semakin pesatnya perkembangan dan permintaan pasar maka perusahaan

mendirikan pabrik PA-3 dengan kapasitas 70.000 ton/tahun dengan teknologi dari

ELF Atocherm, Prancis.

Page 14: laporan akhir

14

Secara keseluruhan pabrik PT.Petrowidada terdiri dari PA-1, PA-2 dan PA-

3 yang beroperasi dan berjalan dengan baik sehingga produk yang dihasilkan

dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Akan tetapi sejak terjadi

musibah kebakaran di PT. Petrowidada pada tanggal 20 Januari 2004 yang

menghanguskan pabrik PA-1 dan PA-2 membuat pabrik PT. Petrowidada saat ini

tidak lagi memproduksi MA, hingga saat ini yang masih aktif beroperasi hanya

PA-3 dengan bahan produksi Phthalic Anhydride (PA).

2.3.2 Bahan Baku

Bahan baku utama proses pembuatan Phtalic Anhydride PT. Petrowidada

adalah orto-xylene yang direaksikan dengan oksigen (O2) secara oksidasi katalik.

A. Ortho-Xylene

Ortho-Xylene merupakan liquid yang dikirim melalui pelabuhan PT.

Petrokimia Gresik. Orhto-xylene di import dari Belgia, Uni soviet dan Taiwan.

Nama lain dari Ortho-oxylene adalah 1,2- dimetil benzene mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut:

Sifat fisik

a. Mudah terbakar

b. Beracun

c. Larutan dalam alkohol dan eter

d. Jernih dan tidak berwarna

Sifat-sifat spesifik dari ortho-xylene

a. Rumus molekul : C6H4(CH3)2

b. Berat molekul : 106 kg/kg mol

c. Titik leleh : -25˚C

d. Titik didih : 144˚C

Page 15: laporan akhir

15

e. Titik flash : 29˚C

f. Panas peleburan : 31 kcal/kg

g. Spesifik gravity : 0,8968

h. Upper explosive limit : 6,4% vol

i. Lower explosive limit : 1,0% vol

PT. Petrowidada memiliki empat buah tangki penampung yaitu tangki TI

A, TI B, TI C dan TI D, dimana masing-masing tangki penampung mempunyai

kapasitas yang berbeda-beda. Pada tangki TI A berkapasitas 3.000 MT, untuk TI

B berkapasitas 1.000 MT, untuk TI C berkapasitas 3.000 MT dan untuk tangki TI

D berkapasitas sebesar 5.000 MT. Ortho-Xylene dipompa kedalam tangki TI.

Dalam tangki kemudian ortho-oxylene yang bersuhu kurang lebih 30˚C dipompa

(PU-3850) kedalam filter (SE-3120) dan dilakukan pemanasan di unit heater (HT-

3120) dengan suhu 140˚C. Temperatur tersebut dikontrol oleh aliran steam yang

dikirim ke unit HT-3120.

Setelah proses pemanasan ortho-xylene dialirkan kedalam unit mixer

(MX-3130) melalui spray tube dengan tekanan 6 kg/cm2 agar terjadi pengkabutan.

Ortho-xylene dalam bentuk kabut tersebut di campurkan dengan udara dalam

mixer tersebut, sehingga butiran ortho-xylene dan udara dapat bercampur secara

homogen. Campuran gas tersebut keluar pada suhu ±153˚C. Suhu campuran gas

yang keluar tidak boleh lebih dari 200˚C, karena akan terjadi reaksi oksidasi

sempurna menghasilkan CO2 dan H2O. Campuran kabut gas ini siap masuk

kedalam reaktor (RE-3130).

B. Oksigen

Selain menggunakan ortho-xylene sebagai bahan bakunya, PT.

Petrowidada juga menggunakan oksigen (O2). Udara bebas (ambient) yang masuk

Page 16: laporan akhir

16

akan disaring dengan penyaring udara (SE-31110). Penyaringan udara melewati

empat tahap penyaringan filter, filter pertama berada di sisi luar blower dengan

bentuk seperti karpet berwarna abu-abu, filter ini dapat dicuci sehingga mampu

digunakan berulang kali. Sedangkaan filter kedua, ketiga dan keempat berada di

dalam yang terbagi menjadi tiga partisi. Filter tahap kedua dan ketiga berbentuk

seperti bantal namun lebih halus jika dibandingkan dengan filter pertama. Ketiga

filter ini memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penyaring untuk menghilangkan

debu atau kotoran yang ikut terbawa oleh udara bebas yang dapat mengganggu

aktivitas katalis dengan pembeda ukuran mikron filternya. Udara yang telah

melewati filter kemudian dihembuskan oleh blower (BL-3110) dengan bantuan

turbin (PU-3110). Suhu yang di hasilkan dari turbin 70˚C dan dipanaskan

menggunakan air fresh preheater (HT-3110) dengan menggunakan steam SL 2

yang berarti steam bertekanan rendah dan dilanjutkan di air heater (HT-3111)

yang menggunakan steal SL 4. Pemanasan selanjutnya di lakukan di air preheater

(HT-3112) yang menggunakan steam 12, steam ini bertekanan sedang dan hasil

yang keluar bersuhu 180˚C.

Mixer (MX-31300) adalah unit yang digunakan untuk mencampur dua

bahan utama pembuatan Phthalic Anhydride (PA) yaitu Ortho-Xylene dan oksigen

(O2). Didalam Mixer terdapat nozzel yang berguna untuk mengkabutkan sehingga

kedua bahan tersebut homogen dan mampu menghasilkan reaksi yang lebih

sempurna.

2.3.3 Bahan Pembantu

Bahan pembantu yang digunakan adalah katalis (V2O5) dan bahan untuk

membantu perpindahan massa dan penyerapan gas.

Page 17: laporan akhir

17

A. Katalis (V2O5)

Katalis pada pabrik PA III yang digunakan untuk wacker chemy RYHYL

IV (terdiri dari 4 layer yaitu RI/RI A/RII/RIII) dari Jerman yang mengandung

Vanidium pentoksida (V2O5) yang mempunyai bentuk seperti hollow cylindrical

sebagai bahan-bahan utama.

Umur katalis pada kondisi normal adalah 4 tahun yang terdiri dari lapisan

TIO2 dan V2O5. Keuntungan dari katalis ini diantaranya adalah dapat beroperasi

pada konsentrasi ortho-xylene yang tinggi, kecepatan tinggi, dengan PA yield

114% , penurunan tekanan rendah dengan penghematan energi besar, dan waktu

tinggal yang tinggi. Keuntungan lainnya adalah dapat meningkatkan fleksibilitas

operasi, tidak perlu menambahkan gas SO2, pada gas proses dan tidak perlu

menambahkan zat kimia untuk crude PA.

B. Campuran Larutan Garam

Campuran larutan garam terdiri dari sodium nitrat (7%), sodium nitrit

(40%) dan potasium nitrat (53%). Larutan garam berfungsi untuk menjaga suhu

pada reaktor agar selalu stabil dan menyerap panas serta memberikan panas

sehingga dapat mengahislkan steam.

Campuran garam tersebut berada pada tangki garam (DV-3131) yang

kemudian dialirkan ke salt agitator (PU-3130). Leburan garam didistribusikan

pada shell reaktor bagian bawah untuk pemanasan awal, lalu didstribusikan ke

annulus reaktor bagian atas untuk menyerap panas reaksi ekosotermis dari reaktor.

Leburan garam supaya dapat menghasilkan steam yang dialirkan ke boiler. Steam

tersebut digunakan pula untuk menggerakkan generator dan selanjutnya untuk

memutar turbin.

Page 18: laporan akhir

18

2.3.4 Demineralisasi Air

2.3.5 Proses Produksi Phthalic Anhydride (PA)

Phthalic Anhydride yang dihasilkan oleh PT. Petrowidada menggunakan

prosen Van Heyden yang terdiri dari empat langkah yaitu proses oksidasi, proses

sublimasi, proses distilasi dan proses pengantongan.

A. Proses Oksidasi

Pada PA III campuran ortho-xylene dan udara dari mixer (MX-3130)

dimasukkan dalam reaktor (RE-3130) pada suhu 135˚C. Gas campuran masuk

melalui kumpulan katalis pada bagian dalam tube dari fixed bed catalic reaktor

kemudian terjadi oksidasi dengan bantuan katalis vanadium pentoksida (V2O5).

Reaksi terjadi pada suhu 400˚C. Reaksi utama yang terjadi dalam reaktor:

C8H10 + 3O2 → C8H4O3 + 3H2O

(ortho-xylene) (Phtyalic anhydride)

Terdapat beberapa reaksi yang terjadi dalam reaktor sehingga dapat

diperoleh hasil samping maleic anhydride, benzoic anhydride, benzoic acid,

phtalide, ortho-tuloic acid, citracomic acid, ccarbon dioxide, carbon monoksida

dan air. Perincian reaksi sebagai berikut:

C8H10 + 7,5 O2 → C4H2O3 + 4CO2 + 4H2O

(ortho-xylene) (Maleic anhydride)

C8H10 + 3 O2 → C6H6O2 + CO2 + 2H2O

(ortho-xylene) (Benzoic Acid)

C8H10 + 2O2 → C8H6O2 + 2H2O

(ortho-xylene) (Pthalide)

C8H10 + 4,2O2 → C5H4O3 + 2H2O

(ortho-xylene) (Citracomic acid)

C8H10 + 6,5O2 → 8CO + 5H2O

Page 19: laporan akhir

19

(ortho-xylene) (Carbon monoxide)

C8H10 + 10,5O2 → 8CO2 + 5H2O

(ortho-xylene) (Carbon dioxide)

Untuk menjaga suhu reaksi digunakan campuran leburan garam (KNO3,

NaNO3 dan NaNO2) yang dipompakan dari tangki DV-3131, campuran leburan

garam berfungsi untuk mengalir ke salt circulation (PU-3130) dan dilakukan

pengadukan agar panas yang diserap merata setelah itu masuk kebagian shell

dalam reaktor (RE-3130).

Leburan garam berfungsi untuk menyerap panas reaksi pada reaktor dan

dipindahkan kesirkulator leburan garam yang digunakan untuk menyuplai panas

ke boiler untuk menghasilkan steam bertekanan tinggi, yaitu 25 bar. Steam

bertekanan tinggi tersebut digunakan untuk memutar turbin dalam proses air

blower dan sisanya digunakan untuk menghasilkan power generator.

Selanjutnya gas hasil reaksi dari reaktor pada suhu 370-410˚C didinginkan

kedalam super heater (HT-3140) untuk pendinginan lebih lanjut sampai

temperatur 155˚C. Untuk memisahkan hasil samping lainnya maka gas tersebut di

olah kembali dengan proses desublimasi.

B. Proses Desublimasi

Gas hasil reaksi yang meninggalkan reaktor pada temperatur 350˚C masuk

pada steam heater (HT-3140) dan selanjutnya pada suhu 287˚C masuk

economizer (HT-3141) dan keluar pada suhu 170˚C, kemudian masuk kedalam

liquid condensor dan dihasilkan suhu 140˚C. Hasil itu kemudian dipisahkan

kembali dengan cara sublimasi di switch condensor (HE-3210). Pada PA III

switch condensor ini berjumlah tiga buah.

Page 20: laporan akhir

20

Bentuk dari alat switch condensor adalah finned-tube yang berguna untuk

memaksimalkan luasan permukaan perpindahan panas yang bertujuan untuk

meningkatkan jumlah PA yang di sublimasi yang kemudian mengalir keluar

secara gravitasi melalui bagian bawah dari alat menuju tangki penampung crude

PA sementara Raw PA (DV-3210) yang kemudian dipompa (PU-3210) untuk

dialirkan ke tangki crude PA Ageing Tank (RE-3310). Antara valvw-valve cold oil

dan valve hot oil secara otomatis dapat terbuka dan tertutup sesuai dengan proses

yang berlangsung. Akhir kondensor didinginkan kembali. Proses desublimasi

masing-masing switch condensor meliputi:

a. Receiving

Proses ini dimulai dengan memasukkan gas dalam switch condensor. Pada

proses ini valve cold oil dibuka dan valve hot oil ditutup. Cold oil masuk pada

suhu 55,8-60˚C pada bagian tube. Dalam switch condensor suhu operasi ± 65˚C.

Karena PA mempunyai titik lebur paling rendah (titik beku PA 131˚C, titik didih

MA 52˚C), maka pada suhu tersebut PA akan menjadi deposit dan menempel

pada fin dan tube-tube bagian luar. Campuran lain yang berupa gas lolos keluar

dari switch condensor sebagai off gas. Off gas tersebut selanjutnya masuk pada

scrubber sebagai recovery MA. Lama waktu untuk receiving adalah ± 120 menit.

Off gas yang dihasilkan dimasukkan dalam incenerator utnuk dibakar.

b. Melting

Deposit PA yang menempel pada bagian luar tube dan bagian fin

dipanaskan sampai meleleh. Pemanasan dilakukan dengan memanfaatkan hot oil.

Dalam proses ini valve hot oil dibuka pada suhu 170˚C dan masuk pada bagian

Page 21: laporan akhir

21

bagian tube dan keluar switch condensor pada suhu 155-160˚C. Sedangkan valve

cold oil ditutup. PA yang melebur keluar dari switch condensor sebagai crude PA

dan ditampung pada tangki penampung crude PA (DV-3210). Waktu yang

dibutuhkan untuk proses melting adalah 40 menit.

c. Precooling

Pada proses ini valve cold oil dibuka dan hot oil ditutup. Proses precooling

dilakukan karena kondisi switch condensor masih kurang baik untuk proses

receiving. Waktu yang dibutuhkan untuk proses precooling adalah ± 20 menit.

Pengaturan hubungan aliran gas masuk dan keluar, cold oil dan hot oil,

serta hubungan switch condensor satu dengan yang lain dilakukan dengan DCS

(Distribution Control System). Setelah dari tangki penampung CPA, lalu dialirkan

ke ageing tank (RE-3310), dengan waktu tinggal 8 jam yang berfungsi untuk

penguraian Phthalic Anhydride dan polimerisasi beberapa produk yang dibentuk

selama proses oksidasi dan kondensasi. Off gas keluar dari switch condensor

dikirim ke scrubber pemurnian MA.

C. Proses Destilasi

Proses detilasi merupakan tahap pemurnian PA dan komponen lainnya.

Adapun zat pengotor dan pemisahannya adalah sebagai berikut.

1. Air

Pemisahan dipengaruhi oleh penguraian karena panas dari pthalic acid

menjadi Phtalic Anhydride pada temperatur lebih dari 131˚C yang merupakan titik

lebur Phtalic anhydride. Pemisahan ini dilakukan pada ageing tank (RE-3310)

2. Maleic Anhydride dan Asam Benzoat

Page 22: laporan akhir

22

Komponen ini mempunyai titik didih yang lebih rendah dibandingkan

dengan PA dan secara besar-besaran di hilangkan dengan uap air dalam langkah

secara thermal yaitu ageing tank (RE-3310)

3. Pthalide

Komponen ini memiliki titik didih yang sedikit lebih tinggi jika

dibandingkan dengan PA dan sulit untuk dipisahkan. Komponen ini sebagian

besar dipisahkan dalam kolam destilasi produk dan dikeluarkan sebagai residu,

bersamaan dengan komponen dengan titik didih tinggi dari dasar kolom yaitu

dilakukan di kolam destilasi.

4. Tri-dan polycarboxcylic dan Anhydride\

Komponen ini memiliki titik didih yang lebih tinggi di bandingkan dengan

PA dan dipisahkan di bagian bawah topping coloum. Beberapa pemisahan

kotoran, tidak sedikit PA juga ikut menghilang. Proses destilasi CPA hingga

menjadi PA murni melalui tahap pretreatment yaitu proses dehidrasi yang alatnya

dinamakan tangki ageing dan proses destilasi yang alatnya terdiri dari topping

coloumn dan destilation coloumn.

Untuk produksi secara komersil, crude PA dilakukan proses pemurnian

berlanjut yang terdiri dari kombinasi dari termal pretreatment dan distilasi.

1. Pretreatment

Pretreatment secara termal adalah kebutuhan penting untuk tahap destilasi

selanjutnya karena mengurangi beban pemisahan yang akan dilakukan pada tahap

destilasi selanjutnya. Pada tangki ageing terjadi penguraian dari phtalic acid

menjadi phtalic anhydride ketika dipanaskan pada titik leburnya 131˚C.

Page 23: laporan akhir

23

Dehidrasi dari phtalic acid merupakan perubahan dalam hal pembentukan

anhydride hanya pada temperatur diatas 131˚C dan akibatnya temperatur operasi

lebih tinggi dari yang dibutuhkan kualitas crude PA sehingga akibatnya terjadi

penurunan beban pada destilasi selanjutnya.

Urutan proses dehidrasi adalah sebagai berikut:

Pada PA III CPA dari proses desublimasi dipompa (PU-3210) dari tangki

CPA (DV-3210) kedalam tangki ageing (RE-3310). CPA masuk pada tekanan

atmosfer dengan suhu 150˚C. Pada tangki ageing dialirkan hot oil pada suhu

masuk 330˚C dan keluar pada suhu 310˚C agar didalam RE-3310 terjadi

perubahan phthalic acid menjadi Phthalic anhydride merupakan pretreatment.

Waktu tinggal CPA di RE-3310 ± 8 jam dan keluar pada suhu 285˚C. Bagian

produk yang memiliki titik didih rendah mengalir keluar melalui saluran pipa

bagian atas.

2. Proses destilasi

Proses destilasi terdiri dari 2 unit tahapan yaitu, topping coloumn dan

destilasi coloumn. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut:

a. Topping Coloumn (TW-3320)

Adalah kolom destilasi yang digunakan untuk memisahkan PA dari

komponen-komponen lainnya, topping coloumn dilengkapi dengan kondensor

(HE-3321) untuk memproduksi steam bertekanan rendah, SL 4. Selain itu, juga

dilengkapi dengan reboiler (HE-3320). Kolom ini berisi 34 tray dan beroperasi

pada tekanan atmosfer. Temperatur diatas kolam selalu dikontrol. CPA masuk

kedalam tray ke-19. Dikolom ini, komponen CPA yang bertitik didih rendah

Page 24: laporan akhir

24

diuapkan sebagai hasil puncak kolom yaitu Low Boiling Residu (LBR) yang

masih mengandung sedikit PA dan ditampung oada Waste Storage Tank (DV-

3410) yang digunakan untuk bahan bakar furnance yang nantinya digunakan

untuk pembangkit genset.

Produk destilasi mengandung PA yang memiliki titik didih tinggi keluar

pada bagian bawah kolom dan terlebih dahulu dipanaskan dengan boiler (HE-

3320). Produk bawah kemudian dialirkan masuk pada kolom destilasi (TW-3330).

b. Destilation Coloumn (TW-3330)

Destilasi murni dilakukan didalam kolom destilasi (TW-3330) yang berisi

27 tray. Kolam destilasi ini beroperasi pada tekanan vakum. Untuk

memvakumkan tekanan operasi pada kolom destilasi tersebut digunakan steam

ejector (EJ-3333). Sebelumnya steam ejector, dipasangkan sebuah kondensor HE-

3332 yang berfungsing apabila PA terbawa kedalam steam ejector sehingga

fungsi kondensor tersebut menjadi liquid PA dan kemudian di kirim ke tangki

crude PA. Digunakan destilasi vakum ini adalah agar komponen tidak rusak

karena suhu tinggi. Kolom ini dilengkapi dengan boiller tipe kettel (TW-3330)

dan kondensor HE-3331 untuk memproduksi steam bertekanan rendah (SL-4)

produksi dari TW-3330 melalui boiler HE-3330 dibagian bawah kolom.

Produk atas berupa PA murni, dikondensasikan dengan kondensor HE-

3331 dan keluar dari puncak kolom masuk kedalam tangki penampungan PA

murni (TK-3510). High Bioling Residue (HBR) yang keluar pada bagian bawah

kolom dialirkan ke heavyend 3410 dengan suhu 250˚C.

Page 25: laporan akhir

25

Pada ageing tank, topping coloumn dan destilation coloumn selalu

ditambahkan N2 yang berfungsi sebagai blanketing dengan cara meminimalkan

adanya O2 yang bias menyebabkan kebakaran.

D. Bagging

2.4 Definisi Air Limbah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun

2001, limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan jumlahnya baik

secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk lain (Anonim, 2001).

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

3 Tahun 2010 tentang baku mutu limbah cair bagi kawasan industri yang

dimaksud dengan limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan

yang berwujud cair (Anonim,2010).

2.5 Sumber Air Limbah

2.6 Karakteristik Limbah Cair

Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut karakteristik kimia,

fisika, dan biologis. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi dan sejauh mana tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan limbah

terhadap lingkungan. Dalam menentukan karakteristik limbah, maka ada 3 jenis

karakteristik yang harus diketahui, yaitu:

a. Karakteristik fisik

Page 26: laporan akhir

26

Penentuan tercemar atau tidaknya air limbah dipengaruhi oleh

karakteristik fisik yang mudah dilihat. Adapun karakteristik fisik yang

penting adalah kandungan zat padat yang berefek estetika, kejernihan,

warna, bau, dan temperatur. Zat organik yang ada pada air limbah

sebagian besar mudah terurai (degradable) yang merupakan sumber

makanan dan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Salah

satu karakteristik fisik tersebut adalah turbiditas atau kekeruhan/turbiditas.

Turbiditas atau kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat yang

tersuspensi seperti lumpur, plankton, zat organik dan zat halus lainya.

Turbiditas tidak memiliki hubungan langsung dengan zat padat tersuspensi

karena turbiditas tergantung dari ukuran dan bentuk butir partikel,

sedangkan zat padat tersuspensi tergantung dengan zat yang tersuspensi

tersebut (Risdianto, 2007).

b. Karakteristik kimia

Karakteristik kimia dari air limbah dapat diketahui dengan adanya zat

kimia dalam air limbah. Adapun zat kimia yang terpenting dalam air

limbah pada umumnya dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

1. Bahan organik

Air limbah dengan tingkat pencemar sedang mengandung sekitar 60% zat-

zat terlarut sekitar 40% zat padat tersupensi. Bahan organik dalam limbah

mengandung sekitar 40%-60% protein, 25%-50% karbohidrat, 10%

lainnya berupa lemak (Risdianto, 2007).

2. Bahan anorganik

Page 27: laporan akhir

27

Zat-zat anorganik yang penting perannya didalam pengontrolan air limbah,

antara lain pH, khlor, Alkalinitas, sulfur, zat beracun (sianida, chrom),

logam berat (Cr, Cd, Zn, Cu, Fe, dan Hg ), fosfor, Gas-gas (NH3, CH4 O2

dan lain-lain), nitrogen (Risdianto, 2007).

c. Karakteristik biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air

yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa

digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air

limbah. Kelompok mikroorganisme terpenting dalam air limbah ada tiga

macam, yaitu kelompok protista, kelompok tumbuh-tumbuhan meliputi

paku-pakuan, dan lumut. Bakteri berperan penting dalam air limbah,

terutama pada proses biologis, misal trickling filter. Sedangkan protozoa

dalam air limbah berfungsi untuk mengontrol emua bakteri sehingga

terjadi keseimbangan (Metcalf dan Eddy, 1991).

2.7 Parameter Kualitas Air Limbah Cair

2.7.1 BOD (Biological Oxygen Demand)

BOD merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat

pencemaran akibat adanya bahan-bahan organik pada perairan umum. BOD

adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses

mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air (Alaerts and Santika, 1984).

Angka BOD adalah jjumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk

menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagaian zat-zat

organik yang tersuspensi dalam air (Alaerts and Santika, 1987).

Page 28: laporan akhir

28

2.7.2 COD (Chemical Oxygen Demand)

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan analisis terhadap jumlah

oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada didalam 1

liter sampel air dengan menggunakan pegoksidasi KCrO sebagai sumber oksigen.

Angka COD yang didapat merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat

organis, dimana secara alami dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologi

yang mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air (Alaerts dan

Santika, 1987).

2.7.3 pH

pH merupakan derajat keasaman pada air. Air limbah industri biasanya

diatur untuk diolah sehingga pHnya berkisar antara 6,5 sampai 8. pH yang terlalu

rendah (Asam) atau terlalu tinggi (basa) akan dapat mempengaruhi reaksi-reaksi

yang terjadi dalam air, karena beberapa reaksi hanya dapat terjadi apabila kondisi

air asam atau basa. Apabila terdapat materi lain dalam air yang dapat larut dalam

air pada pH tertentu, maka akan dapat memperburuk kualitas air limbah itu sendiri

(Metcalf dan Eddy, 1991)

2.7.4 Total Padatan

Total padatan terbagi menjadi padatan terendap, padatan tersuspensi, dan

padatan telarut. Padatan terendap adalah padatan dalam limbah cair yang

mengendap pada dasar selama 30 menit. Padatan ini biasanya diukur pada kerucut

Imhoff berskala dan dilaporkan sebagai ml padatan terendap per liter. Padatan

terendap merupakan indikator 42 jumlah padatan limbah yang akan mengendap

pada alat penjernih dan kolam pengendapan (Metcalf dan Eddy, 1991).

Page 29: laporan akhir

29

Padatan tersuspensi dapat dikatakan sebagai residu yang tidak dapat

disaring. Pengukurannya ditetapkan dengan menyaring sejumlah volume air

limbah melalui filter membran dalam cawan gouch. Berat kering dari jumlah

padatan tersuspensi diperoleh setelah satu jam pada suhu 1030 C–1050 C. Padatan

terlarut merupakan residu yang dapat disaring. Pengukurannya dapat ditentukan

dengan berat contoh yang telah disaring dan diuapkan atau sebagai perbedaan

antara berat residu setelah diuapkan dan berat jumlah padatan tersuspensi (Jenie

dan Rahayu, 1993).

2.7.5 Suhu

Suhu air adalah parameter yang sangat penting karena efeknya pada

tingkat reaksi kimia, kehidupan air, dan kesesuaian air untuk kegunaannya. Di

samping itu, oksigen kurang larut dalam air hangat daripada di air dingin.

Peningkatan laju reaksi biokimia yang menyertai peningkatan suhu

dikombinasikan dengan jumlah oksigen yang ada di perairan, sering dapat

menyebabkan deplesi serius dalam konsentrasi oksigen terlarut dalam kondisi

musim panas. Suhu optimal untuk aktivitas bakteri berada dalam kisaran 25-35°C.

Aerobik dan nitrifikasi berhenti ketika suhu naik sampai 50° C. Saat suhu

turun menjadi sekitar 15°C, bakteri penghasil metana menjadi aktif dan berhenti

pada suhu sekitar 5°C, bakteri autotrofik yang bekerja pada bahan karbon menjadi

dasarnya (Metcalf dan Eddy, 2003).

2.8 Limbah Cair Industri

2.9 Teknologi Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-bahan

tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organic biodegradable,

Page 30: laporan akhir

30

meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan estetika dan lingkungan.

Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan

secara buatan.

1. Secara Alami

Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan

kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara

alamiah untuk menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan

ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam

anaerobik, kolam fakultatif (pengolahan air limbah yang tercemar bahan

organik pekat), dan kolam maturasi (pemusnahan mikroorganisme

patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah, cara ini

direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang.

2. Secara Buatan

Pengolahan air limbah dengan buantan alat dilakukan pada Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan ini dilakukan melalui tiga

tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary

treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan

lanjutan)

Page 31: laporan akhir

31

Gambar 2.2. Wastewater Treatment (Sugiharto, 2008).

Primary Treatment merupakan pengolahan pertama, dimana

bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan

atau pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan utama pada tahap ini dan

pengendapan yang dihasilkan terjadi karena adanya kondisi yang sangat

tenang. Bahan kimia dapat juga ditambahkan untuk menetralkan keadaaan

atau meningkatkan pengurangan dari partikel kecil yang tercampur.

Pengendapan yang terjadi dapat dengan pengendapan secara grafitasi.

Apabila tujuan utama pengoperasian untuk menghasilkan hasil buangan ke

sungai dengan sedikit partikel zat tercampur maka peralatan yang

dipergunakan dikenal sebagai clarifier, sedangkan apabila penekanannya

Chemical Addition

Odor control cover

Air compresorChemical addition

chorine

sulfur dioxide

Influent pumps

Primary solids

Return activated sludge

Gravity filters

Chlorine contact tanks

Water for reuse

Filter backwash recovery tank

To joint water polution control plant

pumps

Primary settling tanks

Aeration tanks

Final settling tanks

Trunk sewer

Waste activated solids

PRIMARY SECONDARY TERTIARY

Page 32: laporan akhir

32

menghasilkan partikel padat yang jernih maka dikenal dengan thickener

(Sugiharto, 2008).

Secondary Treatment merupakan pengolahan kedua, dimana

umumnya mencakup proses biologis untuk mengurangi bahan-bahan

organik melalui organisme yang ada di dalamnya. Pada proses ini sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat

kekotoran, jenis kotoran yang ada dan sebagainya (Sugiharto, 2008).

Tertiary Treatment merupakan pengolahan ketiga, dimana

pengolahan jenis ini baru akan digunakan apabila pada pengolahan

pertama dan kedua masih banyak terdapat zat-zat tertentu yang masih

berbahaya bagi masyarakat umum. Pengolahan ketiga ini merupakan

pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat terbanyak dalam

air limbah, biasanya dilaksanakan pada pabrik yang menghasilkan air

limbah yang khusus pula (Sugiharto, 2008).

Parameter Konsentrasi (mg/l)COD 100-300BOD 50-150Minyak nabati 5-10Zat padat tersuspensi (TSS) 200-400

Minyak mineral 10-50pH 6.0-9.0Temperatur 38-40 (˚C)Ammonia bebas (NH3) 1.0-5.0Nitrat (NO3-N) 20-30Senyawa aktif biru metilen 5.0-10Sulfida (H2S) 0.05-0.1Fenol 0.5-1.0Sianida (CN) 0.05-0.5

Sumber : Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 (Anonim, 1995).

Page 33: laporan akhir

33

2.10 Pengolahan Limbah Cair

2.10.1 Pengolahan Secara fisik

Pengolahan secara fisika, merupakan metode pemisahan sebagian dari

beban pencemaran khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair

dengan memanfaatkan gaya-gaya fisika (Metcalf dan Eddy, 2003).

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air

limbah, bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau

bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Terdapat 5 cara untuk

melakukan pemisahan bahan-bahan cemaran tersebut dalam air limbah, yaitu:

1. Penyaringan

2. Presipitasi

3. Flotasi

4. Filtrasi

5. Sentrifugasi

Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk

menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Sedangkan bahan

tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses

pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah

kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap

(Musanif dan Sulaeman, 2009).

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang

mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan

berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan

Page 34: laporan akhir

34

tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)

dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi di dalam

pengolahan air limbah, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau

proses reverse osmosis akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin

partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau

menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosis (Musanif dan

Sulaeman, 2009).

2.10.2 Pengolahan Secara Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air

yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa

digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

Kelompok mikroorganisme terpenting dalam air limbah ada tiga macam, yaitu

kelompok protista, kelompok tumbuh-tumbuhan meliputi paku-pakuan, dan

lumut. Bakteri berperan penting dalam air limbah, terutama pada proses biologis,

misal trickling filter. Sedangkan protozoa dalam air limbah berfungsi untuk

mengontrol semua bakteri sehingga terjadi keseimbangan (Metcalf dan Eddy,

1991).

2.10.3 Pengolahan Secara Kimia

Pengolahan secara kimia merupakan metode penghilangan atau konversi

senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-bahan

kimia atau reaksi kimia lainnya (Metcalf dan Eddy, 2003). Pengolahan air limbah

secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak

mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik

beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan

Page 35: laporan akhir

35

bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan

tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-

koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan berlangsung

sebagai hasil reaksi oksidasi (Metcalf dan Eddy, 2003).

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan

membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan

muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga

akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan

dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk

endapan hidroksida logamlogam tersebut atau endapan hidroksiapatit (Musanif

dan Sulaeman, 2009).

2.11 Unit Biological Treatment

Oxidation Ditch (oksidasi parit) adalah Reaktor berupa parit atau saluran

panjang berbentuk oval yang dilengkapi satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi

limbah. Efluen dijernihkan dan lumpur yang mengendap kembali ke reaktor untuk

menjaga konsentrasi MLSS2) Effisiensi penyisihannya berkisar antara 75 – 95 %

(Indriyati dan Susanto, 2009).

Page 36: laporan akhir

36

Gambar 2.3. Reaktor Oxidation Ditch (Indriyati dan Susanto, 2009).

2.11.1 Unit Biological Treatment First Stage

Sistem yang ada didalam reaktor Oxidation Ditch yaitu:

1. Plug-flow, air limbah dilewatkan ke dalam reaktor dan keluar dengan

rangkaian yang sama pada saat masuk.

2. Complete-mix atau continous stirred tank reactors (CSTR), air limbah

yang masuk didispersikan dengan segera ke seluruh bak/tangki dengan

aliran kontinyu, sehingga organic loading (OL) dan oksigen merata di

seluruh tangki.

3. Arbitrary-flow, adalah tipe reaktor dengan aliran yang dapat diubah

antara plug-flow dan complete-mix ( Indriyati dan Susanto, 2009).

2.11.2 Unit Biological Treatment First Stage

BAB III

METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat & Waktu Praktek Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan merupakan suatu kegiatan pembelajaran secara

langsung dan merupakan salah satu aplikasi dari ilmu perkuliahan yang

dilaksanakan di instansi pemerintahan atau industri-industri terkait yang sesuai

Lumpur buanganPerangkap lumpur

effluentOxidation Ditch

influent

Rotor reasi

Page 37: laporan akhir

Persiapan Praktek Kerja Lapangan

Observasi awal kegiatan industri

37

dengan matakuliah yang ada. Adapun waktu dan tempat praktek kerja lapangan

ini adalah sebagai berikut.

3.1.1 Tempat

Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yaitu di PT. Petrowidada

Gresik.

3.1.2 Waktu Pelaksanaan

Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan pada:

Tanggal : 21 Juli – 15 Agustus 2014

Hari Kerja : Senin-Jum’at

Waktu Kerja : 07.30-16.45 WIB

3.2 Cara Kerja

Berikut ini merupakan keterangan dari tahapan-tahapan cara kerja yang

akan dilaksanakan:

1. Persiapan praktek kerja lapangan dengan melakukan pencarian berbagai

data yang dijadikan sebagai sumber literatur untuk menentukan tempat

dimana perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat untuk melakukan

praktek kerja lapangan tersebut.

Cara kerja dalam praktek Kerja Lapangan telah disusun secara sistematis

seperti yang ditunjukan Gambar 3.1

Studi literatur dan penentuan perusahaan (PT Petrowidada Gresik)

Page 38: laporan akhir

38

Gambar 3.1 Kerangka Cara Kerja Praktek Kerja Lapangan

2. Pengambilan dasar penyusunan laporan dan pengumpulan data yang

digunakan dengan cara mempelajari dan membandingkan beberapa

literatur atau mencari pembahasan tertulis dalam bentuk catatan ataupun

arsip yang ada kaitannya dengan kegiatan kerja. Dalam hal ini studi

literatur dilakukan terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan:

a. Kualitas air limbah meliputi karakteristik dan parameter air limbah.

b. Baku mutu kualitas air limbah.

c. Pengolahan air limbah industri.

d. Unit-unit bangunan pengolahan air limbah khususnya Oxidation

Ditch.

e. Kriteria desain Oxidation Ditch.

f. Persamaan/rumus-rumus terkait perencanaan Oxidation Ditch.

Observasi lapangan bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang ada

dilapangan dengan bantuan pembimbing lapangan dan melihat

Pengumpulan data mengenai pengoperasian, kinerja, efektivitas kinerja instalasi pengolahan air Limbah pada unit oxidation ditch dan hasil akhirnya

A

Penyusunan Laporan

Page 39: laporan akhir

39

secara langsung kondisi yang ada di lapangan yang nantinya akan

disesuaikan dengan yang akan dikaji dalam praktek kerja lapangan.

3. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai pengoperasian, kinerja,

efektivitas kinerja instalasi pengolahan air Limbah pada unit Oxidation

Ditch dan hasil akhirnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

pemantauan dan pencatatan secara langsung di lapangan, wawancara

dengan staf industri, serta pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data

ini dilakukan dengan bimbingan dan pantauan dari pembimbing lapangan.

4. Semua data yang tercatat dikumpulkan dan disusun dalam laporan. Data

yang disusun merupakan data yang telah didapat selama kurang lebih 4

minggu sesuai dengan petunjuk yang telah ada dan konsultasi dengan

dosen pembimbing untuk melakukan perbaikan jika terdapat kesalahan.

5. Laporan yang telah mengalami proses perbaikan akan dilakukan penjilidan

dan menjadi laporan akhir dari praktek kerja lapangan. Laporan akhir

dikumpulkan kepada dosen penanggung jawab mata kuliah untuk

memenuhi syarat kelulusan mata kuliah dan juga laporan akhir

dikumpulkan ke perusahaan untuk arsip dan sebagai bukti telah

melaksanakan praktek kerja lapangan.

3.3 Hasil dan Pembahasan

Hasil yang digunakan untuk membandingkan teori dengan penerapan

pengolahan limbah cair di lapangan khususnya pada unit IPAL PT. Petrowidada,

Gresik, khususnya pada unit Biological Treatment pada parameter pH, COD

(Cemical Oxygen Demand), TS (Total Suspended) dan Uji SV-30.

Page 40: laporan akhir

40

Pembahasan digunakan untuk mengetahui proses pengolahan limbah cair

lkualitas effluent yang dihasilkan. Evaluasi sistem pengolahan air limbah di IPAL

PT. Petrowidada, Gresik meliputi:

1. Proses pengolahan limbah IPAL PT. Petrowidada, Gresik

2. Analisis mengenai kualitas dan kuantitas limbah yang terdapat dalam

Biological Treatment di IPAL PT. Petrowdiada, Gresik

3.4 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan memberikan gambaran ketercapaian tujuan dari pelaksana

Praktek Kerja Lapangan yang berkaitan dengan tujuan Praktek Kerja Lapangan

terfsebut dan hal-hal baru yang diperoleh selama Praktek Kerja Lapangan

dilaksanakan. Sedangkan saran diberikan agar dapat memunculkan ide akan hal-

hal baru yang sebaiknya diperhitungkan dalam pengembangan obje Praktek Kerja

Lapangan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Air limbah di IPAL PT. Petrowidada

Page 41: laporan akhir

41

4.2 Proses Pengolahan Air Limbah

4.3 Kualitas dan Kuantitas Air Limbah Pada Biological Treatment

4.3.1 Kuantitas Air Limbah

4.3.2 Kualitas Air Limbah

4.3.3 pH

4.3.4 COD (Cemical Oxygen Demand),

4.3.4 TS (Total Suspended)

4.3.5 Uji SV-30.

4.4 Dimensi Biological Treatment

Page 42: laporan akhir

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 43: laporan akhir

43